• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Ekotoksikologi

Dalam dokumen TUGAS BESAR EKOTOKSIKOLOGI ANALISIS ZAT (Halaman 51-55)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Tinjauan Teoristik

2.2.7. Penerapan Ekotoksikologi

Dengan mempelajari ekotoksikologi dapat diketahui keberadaan polutan dalam suatu lingkungan (ekosistem) yang dalam waktu singkat, dapat menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme. Selanjutnya perubahan tersebut dapat mempengaruhi perubahan fisiologis dan respon organisme, perubahan populasi, komposisi komunitas, dan fungsi ekosistem. Perubahan biokimiawi sampai dengan ekosistem menunjukkan adanya peningkatan waktu respon terhadap bahan kimia, peningkatan kesulitan untuk mengetahui hubungan respon dengan bahan kimia spesifik, dan increasing importance(21).

A. Prosedur Penetapan Baku Mutu Kualitas Lingkungan

Apabila pada suatu saat ada industri yang membuang limbahnya ke lingkungan dan telah memenuhi baku mutu lingkungan, tetapi kualitas lingkungan tersebut mengganggu kehidupan manusia, maka yang dipersalahkan bukan industrinya. Apabila hal tersebut terjadi, maka baku mutu lingkungannya yang perlu dilihat kembali, hal ini mengingat penjelasan dari Undang-undang No. 4 Tahun 1984 Pasal 15, seperti tersebut di atas.

Adapun langkah-langkah penyusunan baku mutu lingkungan:

1. Identifikasi dari penggunaan sumber daya atau media ambien yang harus dilindungi (objektif sumber daya tersebut tercapai).

2. Merumuskan formulasi dari kriteria dengan menggunakan kumpulan dan pengolahan dari berbagai informasi ilmiah.

3. Merumuskan baku mutu ambien dari hasil penyusunan kriteria. 4. Merumuskan baku mutu limbah yang boleh dilepas ke dalam

lingkungan yang akan menghasilkan keadaan kualitas baku mutu ambien yang telah ditetapkan.

5. Membentuk program pemantauan dan penyempurnaan untuk menilai apakah objektif yang telah ditetapkan tercapai.

Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam keputusannya No. KEP-03/MENKLH/II/1991 telah menetapkan baku mutu air

pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi dan baku mutu air laut.Adapun yang dimaksud dengan:

1. Baku mutu air pada sumber air, disingkat baku mutu air, adalah batas kadar yang diperolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat dalam air, namun air tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

2. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak menyebabkan dilampauinya baku mutu air. 3. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat

atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan dan benda.

4. Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien. 5. Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau

komponen lain yang ada atau harus ada, dan zat atau bahan pencemar yang ditenggang adanya dalam air laut.

Untuk melindungi sumber air sesuai dengan kegunaannya, maka perlu ditetapkan baku mutu limbah cair dengan berpedoman kepada alternatif baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENKLH/II/1991.Baku mutu limbah cair tersebut ditetapkan oleh gubernur dengan memperhitungkan beban maksimum yang dapat diterima air pada sumber air.Berikut adalah baku mutu limbah cair kegiatan industry minyak kelapa sawit menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No:Kep-51/MenLH/10/1995 BAPEDAL 1999

Tabel 2.5 Baku Mutu Limbah Cair Industri Minyak Kelapa Sawit

Maksimum(kg/ton) 1 COD 500 3,0 2 TSS 300 1,8 3 BOD 250 3,0 4 N-Total 45 - 5 NH3 20 0,12 6 pH 6,0-9,0 -

B. Penerapan Pada Rekayasa Teknologi Dalam Lingkungan

Salah satu contoh rekayasa teknologi dalam lingkungan yaitu fitoremediasi, fitotoksikologi, bioremediasi dan lain-lain. Istilah fitoremediasi berasal dari kata Inggris phytoremediation.Kata ini sendiri tersusun atas dua bagian kata, yaitu phyto yang berasal dari kata Yunani phyton yaitu tumbuhan dan

remediation yang berasal dari kata Latin remedium yang berarti menyembuhkan.

Fitoremediasi berarti juga menyelesaikan masalah dengan cara memperbaiki kesalahan atau kekurangan. Dengan demikian fitoremediasi adalah pemanfaatan tumbuhan, mikroorganisme untuk meminimalisasi dan mendetoksifikasi bahan pencemar, karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam-logam berat dan mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulator dan fotochelator.Konsep pemanfaatan tumbuhan dan mikroorganisme untuk meremediasi tanah terkontaminasi bahan pencemar adalah pengembangan terbaru dalam teknik pengolahan limbah. Fitoremediasi dapat diaplikasikan pada limbah organik maupun anorganik juga unsur logam (As,Cd,Cr,Hg,Pb,Zn,Ni dan Cu) dalam bentuk padat, cair dan gas(11).

Adapun mekanisme fisiologi fitoremediasi dibagi menjadi : 1. Fitoekstraksi

Pemanfaatan tumbuhan pengakumulasi bahan pencemar untuk memindahkan logam berat atau senyawa organik dari tanah dengan cara mengakumulasikannya di bagian tumbuhan yang dapat dipanen.

2. Fitodegradasi

Pemanfaatan tumbuhan dan asosiasi mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa organik.

3. Rhizofiltrasi

Pemanfaatan akar tumbuhan untuk menyerap bahan pencemar, terutama logam berat, dari air dan aliran limbah.

4. Fitostabilisasi

Pemanfaatan tumbuhan untuk mengurangi bahan pencemar dalam lingkungan.

5. Fitovolatilisasi

Pemanfaatan tumbuhan untuk menguapkan bahan pencemar, atau pemanfaatan tumbuhan untuk memindahkan bahan pencemar dari udara(11). Dalam hubungannya dengan pemanfaatan tumbuhan sebagai agensia pemulihan lingkungan tercemar, yaitu :

1. laju akumulasi harus tinggi.

2. Mempunyai kemampuan mengakumulasi beberapa macam logam. 3. Mempunyai kemampuan tumbuh cepat dengan produksi biomassa tinggi 4. Tanaman harus tahan hama dan penyakit.

Pemilihan tumbuhan yang mempunyai daya serap dan akumulasi tinggi terhadap logam berat merupakan priorotas yang sangat penting. Karena walaupun telah disebutkan sebelumnya bahwa beberapa tumbuhan bersifat hiperakumulator, namun kebanyakan tumbuhan tersebut berasal dari wilayah beriklim sedang. Sehingga perlu dicari tumbuhan asli yang tentunya sudah beradaptasi baik dengan iklim Indonesia.Salah satu contoh tanaman yang digunakan pada proses fitoremediasi lahan perairan adalah tumbuhan timbul dan tumbuhan mengapung seperti Scirpus californicus, Zizaniopsis miliaceae,Panicum helitomom,

Pontederia cordata, Sagittaria lancifolia, dan Typhalatifolia adalah yang terbaik

digunakan pada ekosistim perairan untuk mengolah limbah(11).

Sedangkan Fitotoksikologi merupakan kajian terhadap potensi efek negatif zat terhadap tumbuhan.Peranan penting dari fitotoksikologi menentukan batasan dari kontaminan yang ditentukan oleh jumlah (konsentrasi) dan waktu (durasi)

paparan kontaminan serta kondisi lingkungan lainnya dimana kontaminan tersebut dapat memberikan efek negative bagi tumbuhan dan menjadi berkualitas sebagai pencemar atau toksikan tumbuhan.

Selain itu juga terdapat penerapan ekotoksikologi dalam biomonitoring sebagai usaha melindungi ekosistem dan kepentingan manusia.Biomonitoring sendiri adalah alah satu cabang ilmu pengetahuan yang dipakai sebagai alat untuk memonitor kualitas lingkungan yang telah tercemar melalui penentuan organisme yang dikatagorikan sebagai bioindikator.Kegiatan pemantauan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan parameter fisik, kimiawi, dan biologis.Usaha pemantauan secara fisik dan kimiawi, relatif lebih mudah dan cepat diketahui, tetapi kurang memberikan keakuratan mengenai kondisi atau masalah ekosistem yang sebenarnya.Dalam kegiatan biomonitoring, respon biologis pada tingkat populasi dan komunitas paling mudah dipelajari dibandingkan respon biokimiawi dan fisiologis, meskipun respon pada tingkat tersebut merupakan respon yang diperoleh dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan respon biokimiawi atau fisiologis. Respon tingkat komunitas, yaitu kekayaan taksa, jumlah genus dominan, jumlah total individu, kesamaan dan keanekaragaman komunitas, merupakan jenis respon atau parameter biologis yang umum digunakan dalam menilai atau merefleksikan kondisi suatu ekosistem.Usaha biomonitoring diawali dengan pemilihan jenis parameter/respon biologis (metrik), dengan mempelajari respon biologis tingkat komunitas, pada berbagai kondisi ekosistem.Jenis parameter biologis yang dipilih berdasarkan adanya perubahan respon signifikan sejalan dengan perubahan kondisi ekosistem.Pemilihan tersebut melibatkan pemilihan bioindikator yang tepat, yang dapat merefleksikan dinamika kondisi ekosistem(21).

Dalam dokumen TUGAS BESAR EKOTOKSIKOLOGI ANALISIS ZAT (Halaman 51-55)

Dokumen terkait