BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
kedua pengukuran sangat berbeda. Konfirmasi pengukuran pada lengan
kontralateral dilakukan pada kunjungan pertama dan jika didapatkan
kenaikan tekanan darah.
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan, antara lain tes darah
rutin, glukosa darah (sebaiknya puasa), kolesterol total serum, kolesterol
kreatinin serum, kalium serum, Hb dan Het, urinalisis dan EKG
(Yogiantoro, 2009).
h. Komplikasi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ target yang umum
ditemui pada pasien hipertensi adalah: jantung, yakni: hipertrofi
ventrikel kiri, angina atau infark miokardium dan gagal jantung
(Yogiantoro, 2009), otak, seperti: stroke atau transient ischemic attack,
penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer, retinopati (Palmer dan
Williams, 2007).
i. Terapi
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah terget tekanan darah
<140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi (diabetes, gagal ginjal
proteinuria) <130/80 mmHg, penurunan morbiditas dan mortalitas
kadiovaskular, menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
(Yogiantoro, 2009).
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan
farmakologis. Terapi non farmakologis harus dilaksanakan oleh semua
pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan
mengendalikan faktor risiko, serta penyakit penyerta lainnya (Dekker,
1996), seperti menurunkan berat badan dengan indeks massa tubuh
20-25 kg/m2, mengurangi asupan garam, membatasi konsumsi alkohol, mengonsumsi makanan sehat, seperti buah, sayuran dan produk susu
rendah lemak dan melakukan aktivitas fisik aerobik (Palmer dan
Williams, 2007), selain itu perlu juga dilakukan adanya terapi
farmakologis, seperti: obat utama diuretik, alfa-bloker, beta-bloker,
bloker kanal kalsium, inhibitor ACE dan bloker reseptor angiotensin.
4. Hubungan Hipertensi dengan Depresi
Banyaknya angka kejadian dari penyakit hipertensi di dunia
khususnya Indonesia, maka timbul permasalahan yang kompleks pada
penderita hipertensi tersebut, seperti masalah pada organ tubuh penderita,
misalnya pada jantung, pembuluh darah, otak dan ginjal, selain itu, juga
akan timbul masalah yang terkait dengan mental penderita, misalnya sulit
tidur, mudah marah dan gangguan mood. Masalah tersebut akan membuat
penderita hipertensi rentan menderita depresi. Hipertensi menimbulkan
perubahan psikologis, antara lain perubahan konsep diri dan depresi
(Darmaningtyas, 2002).
Hipertensi yang dialami sering kali disertai dengan beban
psikologis dalam menjalani proses perawatan. Penderita hipertensi harus
menjalani perawatan, pengobatan, perilaku diet, serta berbagai aturan yang
mungkin dirasakan sebagai beban, perawatan yang rumit dan berkelanjutan
membuat penderita merasa terbebani, putus asa dan merasa sakitnya tidak
sembuh-sembuh, hal inilah yang menyebabkan terjadinya depresi pada
penderita hipertensi. Didukung pendapat dari Mangoenprasodjo (2004)
menyebutkan depresi semakin meningkat karena penyakit kronis dan
akan berbagai komplikasi hipertensi menyebabkan semakin mengalami
depresi yang berkepanjangan.
Hipertensi berat menyebabkan berbagai keterbatasan untuk
melakukan aktivitas, seperti menjadi kehilangan peran dalam lingkungan
sosial yang menyebabkan semakin tertekan. Keadaan ini juga menjadi faktor
yang dapat meningkatkan depresi. Pendapat dari Friedman (2003) yang
menyebutkan kemunduran kemampuan fisik, kemunduran kesehatan,
penyakit fisik seperti hipertensi dapat menyebabkan depresi, yang mana
kebanyakan terjadi pada lansia.
Menanggapi uraian sebelumnya, sebenarnya, dapat pula terjadi
hubungan timbal balik antara depresi terlebih dahulu yang menyebabkan
hipertensi ataupun hipertensi berkepanjangan memberikan dampak depresi,
depresi dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena saat
seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon
yang akan menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah dan produksi
cairan lambung yang berlebihan, akibatnya seseorang akan mengalami
mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang berulang dan nyeri
kepala, kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan komplikasi
hipertensi lebih jauh (Anonim, 2008).
Depresi yang terjadi di keluarga dan masyarakat dapat memicu
kenaikan tekanan darah dengan mekanisme peningkatan kadar adrenalin dan
respon adrenokortikal. Depresi akan meningkatkan resistensi pembuluh
simpatik (Simon, 2002). Oleh karena depresi, maka tubuh akan bereaksi,
antara lain berupa meningkatnya ketegangan otot, meningkatnya denyut
jantung dan meningkatnya tekanan darah. Reaksi ini dipersiapkan tubuh
untuk bereaksi secara cepat, yang apabila tidak digunakan, maka akan dapat
B. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori
Faktor tidak terkontrol:
1. Keturunan.
2. Perseorangan (jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, ras).
Faktor terkontrol: 1. Merokok. 2. Konsumsi alkohol. 3. Obesitas. 4. Konsumsi natrium. Hipertensi Depresi Depresi berat. Depresi sedang. Depresi ringan. Penyebab: 1. Biologi. 2. Genetika. 3. Kepribadian. 4. Psikodinamika. 5. Kognitif. 6. Psikososial. 7. Jenis Kelamin. 8. Umur. 9. Pendidikan. 10.Pekerjaan. 11.Status Pernikahan.
C. Kerangka Konsep
Keterangan:
: Diteliti.
: Tidak diteliti.
Gambar 2. Kerangka Konsep
Faktor yang mempengaruhi:
1. Faktor primer (genetik, hemodinamik, renin, angiotensin, aldosteron).
2. Faktor sekunder
(kelainan pembuluh
darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid).
3. Sosial (alkohol,
merokok).
4. Fisik (berat badan). . Pasien Hipertensi Depresi Ringan Sedang Berat 5. Jenis Kelamin. 6. Usia. 7. Pendidikan. 8. Pekerjaan. 9. Status Pernikahan.
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan
antara faktor demografi dengan depresi pada penderita hipertensi di Kabupaten
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan
hubungan antara faktor demografi dengan depresi pada penderita hipertensi.
Pada studi cross sectional, peneliti melakukan observasi atau pengukuran
variabel pada satu waktu tertentu.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian.
Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai
karakteristik tertentu (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). Populasi dalam
penelitian ini adalah penderita hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY.
2. Sampel Penelitian.
Sastroasmoro dan Ismael (2011) menambahkan sampel sebagai
bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap
dapat mewakili populasi. Sampel pada penelitian ini diambil di Puskesmas
Wonosari yang menderita hipertensi. Pemilihan sampel dalam penelitian ini
menggunakan cara purposive sampling. Kriteria inklusi dan ekslusi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi.
1) Penderita hipertensi di Puskesmas Wonosari.
2) Penderita hipertensi di Puskesmas Wonosari yang menderita
hipertensi >6 bulan.
3) Penderita hipertensi di Puskesmas Wonosari yang menderita
hipertensi dengan usia >40 tahun.
4) Penderita hipertensi di Puskesmas Wonosari yang menderita
hipertensi tanpa komplikasi lain.
5) Mampu berkomunikasi dan tidak ada keterbatasan dalam hal
pendengaran dan penglihatan.
b. Kriteria Eksklusi.
1) Riwayat hipertensi dengan komplikasi penyakit kronis lain.
2) Penderita hipertensi yang mengalami buta huruf.
3) Penderita hipertensi yang sedang dalam perawatan di rumah sakit.
3. Perkiraan Besar Sampel.
Besar sampel ditentukan dengan rumus Slovin pada penelitian
analitik numerik menurut Akdon dan Ridwan (2005), sebagai berikut:
Taraf kepercayaan yang diambil adalah 95% dan batas eror
penaksiran maksimal 5%, maka jumlah sampel sebanyak 40 orang.
Keterangan:
n: Besar sampel minimal.
N: Populasi= 40.
d: Nilai presisi 95% atau sig.= 0,05.
n = 36,4 ≈ 36
Sampel penelitian ini akan dipakai sebanyak 36 orang dengan skor
depresi pada penderita hipertensi yang memenuhi kriteria yang ditentukan.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian adalah
Puskesmas Wonosari, sedangkan untuk waktu penelitian pada bulan
Maret-Desember 2016.
Tabel 2. Time Table Kegiatan Karya Tulis Ilmiah.
Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Pembuatan Proposal Sidang Proposal Mengurus Perizinan
Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Ok Nov Melakukan Observasi Pengumpulan Hasil Pengolahan Data Pengetikan Hasil Penelitian Persiapan Sidang Sidang KTI
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu
subjek ke subjek lain. Menurut fungsinya dalam konteks penelitian, khususnya
dalam hubungan antar variabel, terdapat beberapa jenis variabel yaitu variabel
tergantung dan variabel bebas. Variabel tergantung adalah variabel yang
berubah akibat perubahan variabel lain. Variabel bebas adalah variabel yang
apabila berubah akan mengakibatkan perubahan pada variabel lain
(Tjokronegoro dan Sudarsono, 2007). Penelitian ini variabel tergantung dan
bebas adalah sebagai berikut:
1. Variabel Tergantung.
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah depresi.
2. Variabel Bebas.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah faktor demografi.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional ditambahkan oleh Budiarto (2002) sebagai batasan
semua konsep yang ada dalam penelitian agar tidak ada makna ganda dari
istilah yang digunakan. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis kelamin adalah jenis kelamin yang dimiliki oleh subjek penelitian.
Variabel ini berupa skala nominal; laki-laki dan perempuan.
2. Umur adalah usia subjek penelitian saat pengisian kuisioner sesuai dengan
tanggal kelahiran di KTP. Variabel ini berupa skala ordinal, dinyatakan
sebagai dewasa akhir (36-45 tahun), lansia awal (46-55 tahun), lansia akhir
3. Pendidikan adalah tahapan pembelajaran yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik. Variabel ini berupa skala ordinal,
dinyatakan sebagai tidak sekolah, SD, SMP dan SMA.
4. Pekerjaan adalah pekerjaan pokok subjek penelitian saat pengisian kuisioner.
Variabel ini berupa skala ordinal, dinyatakan sebagai ibu rumah tangga,
petani, buruh, pensiunan dan wiraswasta.
5. Status pernikahan adalah status pernikahan subjek penelitian saat pengisian
kuisioner. Variabel ini berupa skala nominal, dinyatakan sebagai menikah
dan tidak menikah.
6. Skor depresi merupakan kondisi mental dengan gejala utama afek depresif,
hilangnya minat dan kegembiraan dan keadaan mudah lelah yang
dinyatakan dalam skor. Dalam penelitian ini, depresi dinilai dengan
kuisioner Beck Depression Inventory (BDI) yang mana instrumen tersebut
digunakan pada semua rentang umur.
7. Hipertensi disebut juga tekanan darah tinggi yang mana ditandai dengan
tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg yang mana
didapatkan dari riwayat catatan rekam medis yang ada dan wawancara atau
keterangan pasien dan keluarga.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Beck Depression Inventory (BDI) merupakan instrumen self administered
yang dirancang untuk menilai intensitas depresi pada pasien psikiatri,
sensitivitas 83% dan spesifisitas 82%. Beck Depression Inventory terdiri
dari 21 pertanyaan yang mengevaluasi gejala depresi, seperti: suasana
perasaan hati, rasa pesimis, perasaan gagal, rasa ketidakpuasan akan dirinya,
perasaan bersalah, perasaan dihukum, perasaan benci pada dirinya,
menyalahkan diri sendiri, ide bunuh diri, menangis, mudah tersinggung,
kehilangan minat, tidak dapat membuat keputusan, pandangan perubahan
bentuk tubuh, kesulitan kerja, gangguan tidur, kelelahan, kehilangan nafsu
makan, penurunan berat badan, preokupasi somatik dan libido. Beck
Depression Inventory terdiri dari 21 item pertanyaan yang diberi skala 0-3
dengan nilai maksimal 63 dan minimal 0. Penilaian skala pengukuran BDI
juga dikemukakan oleh Beck, A.T. (1996), seperti 0-13: normal atau
minimal, 14-19: depresi ringan, 20-28: depresi sedang dan 29-63: depresi
berat. Penelitian ini dilakukan uji validitas internal dan didapatkan semu
butir pertanyaan berkorelasi positif dengan skor depresi (rentang r=
0,344-0,845; p= 0,000-0,024). Uji reliabilitas untuk semua butir pertanyaan
memberikan nilai Alpha Cronbach sebesar 0,721.
Setiap pertanyaan yang dijawab akan dicatat skornya dan akan
diakumulasi dari semua pertanyaan yang dijawab. Akumulasi skor tersebut
akan menjadi skor depresi.
2. Hipertensi didapatkan dari riwayat catatan rekam medis yang ada dan
G. Jalannya Penelitian
1. Prosedur Persiapan.
Peneliti menyusun proposal penelitian dan melakukan survei
mengenai faktor demografi dengan depresi pada penderita hipertensi di
Dinas Kesehatan Gunungkidul dan menentukan lokasi penelitian di
Kabupaten Gunungkidul DIY.
2. Prosedur Administrasi.
Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada
Dekan Fakultas Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang diajukan
kepada Kepala Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu dan
Kepala Puskesmas Wonosari.
3. Prosedur Teknis.
a. Peneliti meminta persetujuan dari Kepala Puskesmas Wonosari untuk
melakukan penelitian di Puskesmas Wonosari yaitu dengan
memberikan surat permohonan izin sebagai tempat dilakukannya
penelitian.
b. Peneliti menemui Kepala Puskesmas Wonosari untuk
menginformasikan dan menjelaskan bahwa akan melakukan
pengambilan data.
c. Peneliti menemui calon responden dan meminta kesediaan untuk
berpartisipasi dalam penelitian dengan mengisi lembar informed
d. Peneliti membagi lembar kuisioner yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya kepada responden secara bertahap. Pengisian kuisioner
dilakukan dalam waktu maksimal 30 menit (termasuk pengisian
identitas responden).
e. Setelah kuisioner diisi oleh responden, peneliti juga melakukan
wawancara kepada responden dan setelah semua teknik pengambilan
data selesai, peneliti langsung mengambil kembali kuisioner tersebut
dan selanjutnya dicek kelengkapan data, jika ada yang tidak lengkap,
maka peneliti akan meminta kepada responden untuk melengkapi
kembali, jika responden bersedia.
f. Peneliti mengumpulkan dan mencatat data yang dibutuhkan untuk
keperluan penelitian, selanjutnya dilakukan proses pengolahan data.
H. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui
instrumen penelitian yang dipakai benar valid sesuai dengan yang diharapkan.
Secara teori, terdapat 3 macam validitas instrumen, yaitu validitas isi, validitas
construct dan validitas berdasarkan kriteria (Suryabrata, 2010).
Suryabrata (2010) juga menambahkan mengenai uji reliabilitas merujuk
kepada konsistensi hasil pengukuran data yang menunjukkan bahwa instrumen
tersebut digunakan oleh individu atau kelompok yang sama dalam waktu yang
bersamaan atau instrumen tersebut digunakan oleh individu atau kelompok
yang berbeda dalam waktu yang sama atau berlainan, karena hasil yang
1. Beck Depression Inventory (BDI).
Kuisioner ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya oleh Karl
Pearson dengan teknik korelasi product moment dan didapatkan nilai Alpha Cronbach 0,923, hal ini berarti Beck Depression Inventory (BDI) sangat reliabel (Aditomo dan Retnowati, 2004).
I. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini akan menggunakan uji analisis tingkat
signifikansi (p value) menggunakan tes kuadrat kai (chi-square test) pada
tingkat kemaknaan 95%. Peneliti dalam hal ini ingin mengetahui faktor
demografi dengan depresi. Program yang digunakan adalah program SPSS
versi 15.
J. Kesulitan Penelitian
Setiap penelitian selalu berangkat dari masalah, namun dalam penulisan
karya tulis ilmiah tentu saja terdapat kekurangan, kesulitan dan keterbatasan
penelitian. Kesulitan dan keterbatasan penelitian yang dialami penulis selama
melakukan penelitian ini, yaitu:
1. Tingkat kepahaman responden terhadap instrumen penelitian (kuisioner)
yang beragam sehingga membutuhkan pihak ke tiga untuk membantu
mengisi kuisioner.
2. Peneliti meneliti responden di Kabupaten Gunungkidul DIY, yang mana
bahasa keseharian penduduk Gunungkidul DIY lebih banyak
menggunakan Bahasa Jawa, padahal kuisioner yang peneliti gunakan
bertanya seputar pertanyaan kuisioner tersebut meskipun sudah dijelaskan
peneliti sebelumnya.
3. Waktu pengambilan data pada sebagian responden yang bersamaan
dengan waktu responden berobat atau pengambilan obat di Puskesmas
Wonosari sehingga dengan jumlah pertanyaan dalam kuisioner yang relatif
banyak menyebabkan responden tidak dapat fokus hanya pada pengisian
kuisioner saja.
4. Pertanyaan seputar depresi yang diajukan dalam kuisioner Beck Depression Inventory (BDI) dalam pengamatan peneliti ketika pengambilan data di Puskesmas Wonosari sedikit sensitif kepada
responden dan tampak kurang nyaman, hal ini ditandai dengan responden
tampak ragu dalam mengisi kuisioner.
K. Etika Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tentunya diperlukan adanya etika penelitian.
Penelitian yang dilakukan ini, etika penelitian yang harus dilaksanakan, antara
lain:
1. Peneliti menggunakan cara komunikasi yang baik terhadap responden
untuk menjelaskan secara lisan maksud, tujuan dan prosedur pengambilan
data penelitian ini.
2. Lembar Persetujuan (informed consent).
Peneliti membuat surat pernyataan yang berisi penjelasan tentang
penelitian, meliputi topik penelitian, tujuan dan cara pengambilan data.
Setelah responden memahami atas penjelasan peneliti terkait penelitian ini,
responden sebagai sampel penelitian kemudian menandatangani imformed consent tersebut.
3. Kerahasiaan Informasi (confidentiality).
Informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijaga kerahasiaannya
oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, seperti
terkait nama responden yang merupakan subjek penelitian akan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
1. Lokasi Penelitian
Penelitian tentang “Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Depresi Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY” telah
dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengisi kuisioner
tentang skor depresi oleh responden yang menderita hipertensi. Subjek
penelitian berjumlah 36 responden.
2. Depresi Pada Subjek
Penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Sebaran Depresi Secara Umum Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY Bulan September-Oktober 2016.
Skor Depresi Jumlah Prosentase
Normal atau Minimal 23 63,9%
Depresi Ringan 5 13,9%
Depresi Sedang 6 16,7%
Depresi Berat 2 5,6%
Total 36 100%
Grafik 1. Sebaran Depresi Secara Umum Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY Bulan September-Oktober 2016.
Tabel dan grafik di atas ditemukan bahwa pada penderita
hipertensi yang mengalami depresi secara umum mencapai 36,1%, terbagi
atas skor depresi ringan dengan 13,9%, skor depresi sedang dengan 16,7%
dan skor depresi berat dengan 5,6%.
3. Faktor Demografi Dengan Depresi
Ditinjau dari jenis kelamin penderita hipertensi yang mengalami
depresi pada bulan September-Oktober 2016 dapat digambarkan sebagai
berikut:
Tabel 4. Hasil Hubungan Jenis Kelamin dengan Depresi Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY Bulan September-Oktober 2016.
Karakteristik Responden Status Depresi P Normal Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat Jenis Kelamin Laki-laki 8 (66,7%) 1 (8,3%) 2 (16,7%) 1 (8,3%) 0,880 Perempuan 15 (62,5%) 4 (16,7%) 4 (16,7%) 1 (4,2%) 63% 14% 17% 6%
Normal atau Minimal Depresi Ringan
Penderita hipertensi yang mengalami depresi secara umum lebih
banyak terjadi pada perempuan, sebagian besar mengalami depresi ringan
dan sedang. Uji analisis menggunakan chi-square test menunjukkan nilai
signifikasinya 0,880 (p>0,05) artinya hubungan antara jenis kelamin dengan
depresi pada penderita hipertensi adalah tidak signifikan.
Penderita hipertensi yang mengalami depresi tidak hanya monopoli
lanjut usia. Rentang penderita dari dewasa akhir sampai manula. Penderita
hipertensi yang mengalami depresi termuda terjadi pada dewasa akhir
berusia 36-45 tahun. Selengkapnya distribusi penderita hipertensi yang
mengalami depresi berdasarkan kelompok umur bulan September-Oktober
2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Hubungan Usia dengan Depresi Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY Bulan September-Oktober 2016.
Karakteristik Responden Status Depresi P Normal Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat Usia 36-45 Th 6 (75%) 0 (0%) 1 (12,5%) 1 (12,5%) 0,404 46-55 Th 4 (66,7%) 0 (0%) 2 (33,3%) 0 (0%) 56-65 Th 6 (54,5%) 2 (18,2%) 3 (27,3%) 0 (0%) >65 Th 7 (63,6%) 3 (27,3%) 0 (0%) 1 (9,1%) Penderita hipertensi yang mengalami depresi paling banyak
terdapat pada kelompok umur 56-65 tahun dan >65 tahun, sebagian besar
mengalami depresi sedang dan ringan dengan jumlah yang sama, yaitu 3.
Uji analisis menggunakan chi-square test menunjukkan nilai signifikasinya
0,404 (p>0,05) artinya hubungan antara usia dengan depresi pada penderita
Setiap responden berada pada tingkat pendidikan yang
berbeda-beda, sehingga yang telah terdata sangatlah bervariasi. Tabel di bawah ini
merupakan beberapa tingkat pendidikan yang terdata di Kabupaten
Gunungkidul DIY.
Tabel 6. Hasil Hubungan Pendidikan dengan Depresi Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY Bulan September-Oktober 2016.
Karakteristik Responden Status Depresi p Normal Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat Pendidikan Tidak Sekolah 0 (0%) 1 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 0,331 SD 15 (68,2%) 3 (13,6%) 3 (13,6%) 1 (4,5%) SMP 5 (71,4%) 1 (14,3%) 1 (14,3%) 0 (0%) SMA 3 (50%) 0 (0%) 2 (33,3%) 1 (16,7%)
Sebagian besar penderita hipertensi dengan tingkat pendidikan
sekolah dasar mengalami depresi ringan dan sedang dengan jumlah 3. Uji
analisis menggunakan chi-square test menunjukkan nilai signifikasinya
0,331 (p>0,05) artinya hubungan antara pendidikan dengan depresi pada
penderita hipertensi adalah tidak signifikan.
Penderita hipertensi yang mengalami depresi berdasarkan jenis
pekerjaan, sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Hubungan Pekerjaan dengan Depresi Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY Bulan September-Oktober 2016.
Karakteristik Responden Status Depresi p Normal Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat Pekerjaan Ibu Rumah
Tangga 5 (62,5%) 2 (25%) 1 (12,5%) 0 (0%) 0,983 Petani 13 (59,1%) 3 (13,6%) 4 (18,2%) 2 (9,1%) Buruh 1 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) Pensiunan 3 (75%) 0 (0%) 1 (25%) 0 (0%) Wiraswasta 1 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
Tabel di atas menunjukkan bahwa penderita hipertensi yang
bekerja sebagai petani sebagian besar mengalami depresi sedang dengan
jumlah 4. Uji analisis menggunakan chi-square test menunjukkan nilai
signifikasinya 0,983 (p>0,05) artinya hubungan antara pekerjaan dengan
depresi pada penderita hipertensi adalah tidak signifikan.
Didapatkan data berdasarkan status pernikahan, sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Hubungan Status Pernikahan dengan Depresi Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY Bulan September-Oktober 2016. Karakteristik Responden Status Depresi p Normal Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat Status Pernikahan Menikah 19 (65,5%) 4 (13,8%) 4 (13,8%) 2 (6,9%) 0,733 Tidak Menikah 4 (57,1%) 1 (14,3%) 2 (28,6%) 0 (0%)
Tabel di atas ditemukan bahwa penderita hipertensi dengan status
menikah sebagian besar mengalami depresi ringan dan sedang dengan
jumlah 4. Uji analisis menggunakan chi-square test menunjukkan nilai
signifikasinya 0,733 (p>0,05) artinya hubungan antara status pernikahan
dengan depresi pada penderita hipertensi adalah tidak signifikan.
Dapat disimpulkan pada penelitian ini, hipotesis ditolak karena
p>0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor
demografi dengan depresi pada penderita hipertensi di Kabupaten
Gunungkidul DIY.