• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Dalam dokumen Tugas Akhir Ilmiah Utuh Sis (Halaman 26-35)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

13

pada konsentrasi mana dari larutan yang diujikan dapat mematikan 50% serangga uji atau nilai LC50. Setelah diketahui LC50 dari masing-masing ekstrak, maka konsentrasi tersebut yang akan dicampur. Angka dari indeks kombinasi campuran ekstrak tersebut akan memberikan hasil apakah campuran tersebut bersifat aditif, sinergis atau antagonis.

Kategori sifat interaksi campuran adalah sebagai berikut: Gisi, (1996) ; Kosman dan Cohen, (1996) :

(1) bila IK < 0.5, komponen campuran bersifat sinergistik kuat;

(2) bila 0.5 ≤IK ≤0.77, komponen campuran bersifat sinergistik lemah; (3) bila 0.77 < IK ≤1.43, komponen campuran bersifat aditif;

(4) bila IK > 1.43, komponen campuran bersifat antagonistik.

E. Pengamatan 1. Mortalitas Larva

Pengamatan mortalitas larva dilakukan setiap 24 jam dengan menghitung jumlah larva yang mati akibat perlakuan sampai terbentuknya pupa. Mortalitas larva dihitung dengan menggunakan rumus:

M = 𝒏

𝑵 × 100%

Keterangan :

M = Mortalitas larva (%) n = Jumlah larva yang mati N = Jumlah larva yang diperlakukan

2. Aktivitas Antifedaant

Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur luas daun perlakuan yang dimakan larva selama 2x24 jam setelah perlakuan. Metode yang digunakan adalah metode tanpa pilihan (Prijono, 2003). Efek antifeedant terhadap C. pavonana

akibat perlakuan diukur melalui indeks penghambatan makan yang dihitung dengan rumus :

14

AF = 𝑫𝒌−𝑫𝒑

𝑫𝒌 × 100%

Keterangan :

AF = Efek Anti makan

Dk = Luas daun kontrol yang dimakan larva (mm2) Dp = Luas daun perlakuan yang dimakan larva (mm2)

3. Lama Perkembangan Larva

Lama perkembangan larva dicatat setiap hari sampai larva tersebut mencapai instar empat. Data lama perkembangan larva dicari rata-ratanya dan Standar deviasi.

15

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A . HASIL

1 . Uji Ekstrak Tunggal a. Uji Pendahuluan i . Mortalitas larva

Hasil pengamatan mortalitas larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan beberapa konsentrasi ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Mortalitas larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan ekstrak buah

P. aduncum dan ranting E. tirucalli. Konsentrasi (%) Mortalitas (%) P. aduncum E. tirucalli 0,0 0 0 0,1 75 27 0,5 100 67

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi yang sama, ekstrak buah P. aduncum lebih banyak mematikan larva C. pavonana dibandingkan dengan ranting E. tirucalli.

b. Uji Lanjutan i. Mortalitas Larva

Hasil pengamatan terhadap mortalitas larva C. pavonana yang diperlakukan dengan beberapa konsentrasi menunjukkan hasil seperti terdapat pada Tabel 2.

16

Tabel 2. Mortalitas larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan esktrak buah

P. aduncum dan ranting E. tirucalli pada beberapa konsentrasi.

P. aduncum E. tirucalli

Konsentrasi (%) Mortalitas (%) Konsentrasi (%) Mortalitas (%)

0,00 0 0,00 0

0,05 23 0,27 29

0,07 30 0,37 47

0,11 86 0,50 64

0,16 98 0,70 75

Pada Tabel 2 terlihat bahwa ekstrak buah P. aduncum lebih banyak mematikan larva C. pavonana, meskipun konsentrasi ekstrak buah P. aduncum

yang diberikan lebih rendah dari konsentrasi ekstrak ranting E. tirucalli.

Berdasarkan analisis probit tingkat kematian larva pada taraf konsentrasi 50% dan 95% buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil analisis probit LC50 dan LC95 buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli.

Bahan LC50% LC95%

P. aduncum 0,07 0,14

E. tirucalli 0.40 1,39

Dari Tabel 3 dapat dilihat LC50 dan LC95 buah P. aduncum dan E. tirucalli. LC50 dan LC95 E. tirucalli lebih besar 6 kali dibandingkan dengan LC buah P. aduncum.

2. Uji Campuran a. Mortalitas Larva

Berdasarkan pengamatan terhadap mortalitas larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan beberapa perbandingan konsentrasi campuran ekstrak P. aduncum dan E. tirucalli (6:1), (1:1), dan (1:6) menunjukkan hasil pada Tabel 4.

17

Tabel 4. Mortalitas larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan campuran esktrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:1), (6:1) dan (1:6) pada beberapa konsentrasi.

Campuran Konsentrasi 1:1 6:1 1:6 0,140 26,66 29,66 82,66 a 0,080 20,00 22,66 57,66 b 0,052 4,00 5,33 34,66 c 0,032 0,00 0,00 29,33 c 0,020 0,00 0,00 24,00 c 0,000 0,00 0,00 0,00 d KK = 20,33

Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji LSD setelah ditransformasi (Arcsin)

Pada Tabel 4 dapat dilihat mortalitas larva pada beberapa perbandingan konsentrasi Buah P. aduncum dan E. tirucalli. Perbandingan yang menyebabkan banyak kematian larva adalah 1:6. Tingkat kematian larva C. pavonana dengan perbandingan 1:6 memiliki selisih nilai 53,33% dan 56% terhadap perbandingan 1:1 dan 6:1.

Perkembangan mortalitas kumulatif larva C. pavonana yang di perlakukan dengan campuran ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:6) dapat dilihat pada Gambar 1.

0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 Morta li tas lar va (% ) Hari Pengamatan 0 0,02 0,032 0,053 0,08 0,14

18

Gambar 1. Laju mortalitas kumulatif larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan beberapa konsentrasi campuran ekstrak Buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:6).

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa hari pertama perlakuan melihatkan sudah terjadi kematian larva. Persentase kematian larva meningkat pada hari kedua pengamatan. Setelah hari ke 2 tingkat kematian larva cenderung mendatar.

Berdasarkan hasil analisis Probit LC ekstrak tunggal dan campuran ekstrak P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:1), (6:1) dan (1:6) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan LC50 dan LC95 ekstrak tunggal dan campuran ekstrak buah

P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:1), (6:1), dan (1:6).

Ekstrak Perbandingan LC50 LC95 P. aduncum 0,07 0,14 E. tirucalli 0,40 1,39 P. aduncum + E. tirucalli 1:1 6:1 0,20 0,67 0,81 2,62 1:6 0,19 1,37

Dari Tabel 5 dapat dilihat perbandingan antara nilai LC50 ekstrak buah P aduncum, eksrak ranting E. tirucalli dan ekstrak campurannya terhadap larva. Nilai LC ekstrak tunggal secara umum lebih rendah dibandingkan dengan nilai LC dari campuran ekstrak.

Berdasarkan hasil analisis probit nilai indeks kombinasi campuran ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai Indeks Kombinasi campuran ekstrak buah P. aduncum dan ranting

E. tirucalli (1:6)

Taraf Nilai IK Kriteria

LC50 0.94 Aditif

19

Dari Tabel 6 terlihat bahwa campuran ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli dengan perbandingan konsentrasi 1:6, bersifat aditif pada LC50 dan antagonis pada LC95.

b. Aktivitas Antifeedant

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas antifeedant C. pavonana yang diperlakukan dengan beberapa konsentrasi campuran ekstrak buah P. aduncum

dan E. tirucalli (1:6) dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Aktivitas Antifeedant C. pavonana pada perlakuan campuran ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:6) pada beberapa konsentrasi.

Konsentrasi (%) Rata-rata luas daun yang dimakan (mm)2 Efek antifeedant (%) 0,000 89,44 0,00 0,020 70,15 38,48 0,032 61,05 53,41 0,052 52,26 65,86 0,080 31,17 87,84 0,140 21,22 94,43

Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi ekstrak campuran P. aduncum dan E. tirucalli (1:6) mempengaruhi aktivitas

antifeedant terhadap larva C. pavonana. Aktivitas antifeedant dengan konsentrasi 0,14% yaitu 94,43%, pada konsentrasi 0,080% yaitu 87,84% dan pada konsentrasi terendah 0,020% yaitu 38,48%. Berdasarkan pengamatan aktivitas antifeedant menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi perlakuan maka semakin sedikit luas daun yang dimakan oleh larva C. pavonana.

Persentase aktivitas antifeedant memperlihatkan semakin tinggi konsentrasi perlakuan maka semakin tinggi persentase aktivitas antifeedant.

c. Lama perkembangan larva

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap lama perkembangan larva C. pavonana setelah diberi perlakuan dengan beberapa konsentrasi campuran ekstrak buah P. aduncum dan E. tirucalli (1:6), menunjukkan adanya

20

perpanjangan masa perkembangan larva yang bertahan hidup jika dibandingkan dengan kontrol. Perkembangan larva C. pavonana semakin lama seiring dengan peningkatan konsentrasi. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Lama perkembangan larva C. pavonana pada perlakuan campuran eksrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:6) pada beberapa konsentrasi.

Konsentrasi (%)

Lama perkembangan (hari) (X ± SD) Instar 2-3 Instar 2-4 0,000 2,00±0,00 4,00±0,00 0,020 2,18±0,38 4,26±0,44 0,032 2,75±0,79 4,42±0,56 0,052 3,04±0,80 4,52±0,74 0,080 3,43±0,51 5,03±0,79 0,140 3,44±0,53 6,35±0,74

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pemberian campuran ekstrak buah P. aduncum dan E. tirucalli, memberikan pengaruh yang menyebabkan perkembangan stadia larva C. pavonana lebih lama, dibanding dengan stadia larva tanpa perlakuan. Konsentrasi tertinggi (0,14%), stadia larva instar 2 ke 3 lebih lama 1,44 hari dibandingkan kontrol dan stadia larva instar 2 ke 4 lebih lama 2,35 hari dibandingkan kontrol. Perkembangan larva instar 2 ke 3 konsentrasi terendah 0,02% lebih lama 0,18 hari dibanding kontrol, lama perkembangan instar 2 ke 4 lebih lama 0,26 hari. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka semakin lama perkembangan larva.

21

Dalam dokumen Tugas Akhir Ilmiah Utuh Sis (Halaman 26-35)

Dokumen terkait