• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Akhir Ilmiah Utuh Sis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas Akhir Ilmiah Utuh Sis"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS INSEKTISIDA CAMPURAN EKSTRAK BUAH

Piper aduncum

L. (PIPERACEAE) DAN RANTING

Euphorbia

tirucalli

(EUPHORBIACEAE) TERHADAP LARVA

Crocidolomia pavonana

F. (LEPIDOPTERA : CRAMBIDAE)

SKRIPSI

Oleh

GITA YULIARTI 1210213107

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

AKTIVITAS INSEKTISIDA CAMPURAN EKSTRAK BUAH

Piper aduncum

L. (PIPERACEAE) DAN RANTING

Euphorbia

tirucalli

(EUPHORBIACEAE) TERHADAP LARVA

Crocidolomia

pavonana

F. (LEPIDOPTERA : CRAMBIDAE)

Oleh

GITA YULIARTI 1210213107

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

(3)
(4)
(5)

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia.

(QS. 'Ali `Imran [3] : 47)

Alhamdulillahirabbil’alamin

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas karunia

dan nikmat yang tiada taranya.

Kepada mereka yang Allah hadir kan dalam

Setiap episodenya di cerita hidup ku ini ...

Kupersembahkan karya kecil ini teruntuk orang tuaku yang sangat kucintai, Ayahanda Ambri dan Ibunda Patmawati. Terimakasih atas semua pengorbanan, dorongan, saran, arahan, semangat, dan

do’a yang tulus ikhlas yang selalu menuntun jalanku dalam menggapai semua angan-angan dan cita-citaku. Maafkan jikalau ananda banyak berbuat salah serta belum mampu memberikan yang terbaik dalam hidup ini.. Teruntuk abangku tersayang Amriko terima kasih telah memberikanku kasih sayang yang tulus dan selalu support kebaikan untukku, Adik-adikku tersayang (Suci angriva, Muhammad fauzan, Gilda Khairani) Terima kasih telah mengalah dan berkorban untukku. Rajin- rajin kuliah dan sekolah kalian, buat bangga Umak dan ayah. Terima kasih telah hadir dalam hidupku sebagai saudara. Terima kasih juga kepada keluarga besarku (nenek ku kartini, tek eni, pak sisap, tek siis, pak dedi, tek mega, tek eli, pak sias, mak unil, mai silas, ni yel, ni lisda, malik, uul, ian, daib, syifa, siddiq, yogi, alif, sandi, nanda, fadil dan fathan). Kepada bang andres Muhcsectio Sp terimakasih .maafkan jikalau ananda selalu merepotkan.

(6)

Kepada diri mereka yang ku anggap saudara sepercucuan (cucu adam) Rita SP yang sudah jadi ibu untukku, Azizah cSP yang sudah jadi ayah ke 6 di hidupku yang slalu mengingatkanku perkara agama, nengsih beautiful cSP tempat curahan hati, Novia SP si Motivator , Yeni SP yang selalu kocak dan care ke aku, yesi SP yang kadang kala seperti parasitoid , ledi cSP yang selalu dongkol, Sari cSP yang suka ubah nama, gus cSKOM suaranya merdu, Semua ini berkat dorongan dari kalian. Terima kasih juga kepada buk olin yang selalu yemangatin agar cepat sukses keluar dari jalur aman ini, buk yun yang perhatian, dan pak parno yang sudah bolehin aku berhutang ngeprint. buat teman-teman perlintan mbak cantik Hera SP, Tasya cSP, Januardi cSP, dua riza SP, mila SP, Widuri SP, dila SP, Lei SP, dan semua teman perlintan yang tak tersebutkan namanya satu persatu. Teristimewa untuk kak popo SH yang udah beri motivasi untukku.

(7)

BIODATA

Penulis dilahirkan di Kubu-Baru, Taruang-taruang, Rao Sumatera Barat pada tanggal 27 Juli 1993 sebagai anak kedua dari empat orang bersaudara, dari pasangan Amri AP dan Patmawati. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh di SD Negeri 64 Rao Kec. Rao (2000-2006). Sekolah Menengah Pertama ditempuh di SMP Negeri 2 Rao Kec. Rao (2006-2009). Sekolah Menengah Atas ditempuh di SMA Negeri 1 Rao Kec. Rao (2009-2012). Pada tahun 2012 penulis diterima di Fakultas Pertanian Universitas Andalas Program Studi Agroekoteknologi.

Padang, 20 Desember 2016

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada ALLAH Subhanahu wa

ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, nikmat beserta hidayah-Nya kepada

penulis, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Akvifitas insektisida campuran ekstrak buah Piper aduncum L. (Piperaceae) dan ranting Euphorbia tirucalli

terhadap larva Crocidolomia pavonana F. (Lepidoptera : Crambidae)” dapat diselesaikan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pembimbing Bapak Dr. Ir Ujang Khairul, MP dan Ibu Dr. Ir. Arneti, MS yang telah memberikan arahan dan masukan serta nasehat kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tak lupa kepada Ibu Dr. Eka Candra Lina, SP, MSi dan Bapak Ir. Yunisman, MP yang juga banyak memberikan arahan dan saran kepada penulis. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ketua Program Studi, Sekertaris Program Studi, Bapak dan Ibu staf pengajar beserta karyawan Program Studi Agroekoteknologi dan juga kepada teman-teman yang telah membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini memberikan informasi ilmiah terutama insektisida nabati terhadap hama C. pavonana nantinya. Selanjutnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dimasa mendatang. Aamiin.

Padang, 20 Desember 2016

GY

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTARGAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Crocidolomia pavonana ... 3

B. Insektisida Nabati ... 4

C. Piper aduncum ... 5

D. Euphorbia tirucalli ... 6

BAB III METODE PENELITIAN ... 8

A. Tempat dan Waktu ... 8

B. Bahan dan Alat ... 8

C. Metodelogi Penelitian ... 8

D. Pelaksanaan Penelitian ... 9

E. Pengamatan ... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

A. Hasil ... 15

B. Pembahasan ... 20

BAB V KESIMPULAN ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Mortalitas larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan ekstrak

buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli... ... 15 2. Mortalitas larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan esktrak

buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli pada beberapa konsentrasi... .. 16

3. Hasil analisis probit LC50 dan LC95 buah P. aduncum dan ranting

E. tirucalli... ... .... 16

4. Mortalitas larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan campuran esktrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:1), (6:1) dan (1:6) pada beberapa konsentrasi.... ... 17

5. Perbandingan LC50 dan LC95 ekstrak tunggal dan campuran ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:1), (6:1), dan (1:6)..... ... 18

6. Nilai Indeks Kombinasi campuran ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:6). ... 18

7. Aktivitas Antifeedant C. pavonana pada perlakuan campuran ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:6) pada beberapa konsentrasi... . 19

8. Lama perkembangan larva C. pavonana pada perlakuan campuran eksrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:6) pada beberapa konsentrasi ... 20

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Laju mortalitas kumulatif larva C. pavonana setelah diperlakukan

dengan beberapa konsentrasi campuran ekstrak Buah P. aduncum

dan ranting E. tirucalli (1:6).. ... 17

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ………... 31 2. Analisis Sidik Ragam ……….... 32 3. Dokumentasi Penelitian ……….... 33

(13)

AKTIVITAS INSEKTISIDA CAMPURAN EKSTRAK BUAH Piper aduncum L. (PIPERACEAE) DAN RANTING Euphorbia tirucalli (EUPHORBIACEAE) TERHADAP LARVA Crocidolomia pavonana F.

(LEPIDOPTERA : CRAMBIDAE)

Abstrak

Campuran dua atau lebih ekstrak tumbuhan yang bersinergis dapat mengefisienkan penggunaan bahan tumbuhan dan mampu menunda terjadinya resistensi terhadap serangga dibandingkan dengan penggunaan tanaman secara tunggal. Penelitian bertujuan untuk mengetahui aktivitas campuran ekstrak buah

P. aduncum (Piperaceae) dan ekstrak ranting E. tirucalli (Euphorbiaceae) terhadap larva C. pavonana. Penelitian dilakukan dalam bentuk percobaan melalui dua tahap yaitu uji ekstrak tunggal dan uji campuran dengan 3 perbandingan konsentrasi (P. aduncum : E. tirucalli (1:1), (6:1) dan (1:6)). Parameter pengamatan adalah mortalitas larva, aktivitas antifeedant dan lama perkembangan larva. Ekstrak yang diperoleh diuji terhadap larva C. pavonana instar II dengan metode celup daun. Hasil analisis probit menggunakan program Polo PC diperoleh LC50 dan LC95 pada konsentrasi 0,19% dan 1,37%. Berdasarkan nilai indeks kombinasi, campuran ekstrak P. aduncum dan E. tirucalli pada LC50 bersifat aditif dan LC95 bersifat antagonis. Campuran ekstrak P. aduncum dan E. tirucalli mempengaruhi aktivitas makan larva C. pavonana yaitu 94,43%, juga memperpanjang masa perkembangan larva 1,44 hari pada stadia larva instar II ke III, dan 2,35 hari dari stadia larva instar II ke IV jika dibandingkan dengan kontrol.

(14)

INSECTICIDE ACTIVITIES OF MIXTURE EXTRACT Piper aduncum FRUIT (PIPERACEAE) and twig of Euphorbia tirucalli

(EUPHORBIACEAE) ON Crocidolomia pavonana F. (LEPIDOPTERA: CRAMBIDAE) LARVAE

Abstract

The botanical insecticides synergistic can make plant material more efficient to use and delay the resistence occurence of botanical insectisidest aplication. The objective this study were to determine the activities of insecticide of mix fruit extract of piper aduncum (Piperaceae) and twig of Euphorbia tirucalli

(euphorbiaceae) extract againts larvae of C. pavonana. The experiment was conducted trough two phases, named single extract test and mixture extract test with 3 comparison consentration (P. aduncum : E. tirucalli (1:1), (6:1) and (1:6)). Observations were condusted on larval mortality, antifeedant activity and duration of larval development. The result of extract was tested to larvae C. Pavonana

instrar II with leaf immersion method. Probit analysis results showed that LC50 obtained at 0,19% consentration and LC95 obtained at 1,37%. Based on the combination index value, mixture extract were additive at LC50 and antagonistic at LC95. The mix extract is feeding activity larvae C. Pavonana where the value was 94,43%, and prolong larval development 1,44 day from second instar to third instar and 2,35 day from second instar to fourth instar when it was compared to controls.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Kubis (Brassicae oleracea var. capitata L.) adalah komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Dalam budidayanya terdapat berbagai macam kendala. Khususnya masalah serangan hama yang dapat menggagalkan panen. Hama utama pada tanaman kubis selain Plutella xylostella adalah

Crocidolomia pavonana. Kerusakan akibat serangan larva C. pavonana

dapat terjadi sejak tanaman muda hingga menjelang panen. Pada serangan berat tanaman akan gagal membentuk krop dan akhirnya tidak dapat dipanen (Kalshoven, 1981). Tingkat kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama tersebut antara 70-100% (Untung, 1997).

Insektisida sintetik masih menjadi pilihan sebagian besar petani dalam upaya mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman. Penggunaan insektisida sintetik yang tidak tepat dan secara terus menerus dapat menimbulkan berbagai efek samping yang merugikan, yaitu resistensi dan resurjensi serangga hama sasaran, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan, dan masalah residu pada hasil panen (Dono et al., 2010). Oleh karena itu perlu dikembangkan sarana pengendalian yang ramah lingkungan yang sesuai dengan konsep sistem pengelolaan hama terpadu (PHT).

Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan tanaman, menyatakan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan menggunakan sarana dan cara yang tidak mengganggu kesehatan atau mengancam keselamatan manusia, serta tidak menimbulkan gangguan dan kerusakan sumber daya alam atau lingkungan hidup. Sarana pengendalian hama yang memenuhi kriteria tersebut adalah insektisida nabati. Golongan insektisida tersebut mengandung bahan aktif alami dari tumbuhan yang mudah terdegradasi dan relatif aman terhadap organisme bukan sasaran sehingga lebih ramah lingkungan (Prakash dan Rao, 1997).

Tumbuhan yang berpotensi digunakan sebagai sumber insektisida nabati adalah P. aduncum L. (Piperaceae). Ekstrak heksana buah P. aduncum

(16)

2

(Hasyim, 2011). Tumbuhan lain yang aktif adalah patah tulang (E. tirucalli). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wal, (2013) menyatakan bahwa ranting

E. tirucalli mengandung senyawa tanin, steroida, flavonoid, Alkoloida dan Glikosida. Penelitian Mulya, (2015) menyatakan bahwa pemakaian ekstrak heksana E. tirucalli konsentrasi 0,5% dapat mematikan larva C. pavonana

sebesar 93%.

Insektisida nabati dapat digunakan dalam bentuk campuran dua atau lebih ekstrak bahan tumbuhan. Keunggulan campuran yang bersinergis yaitu dapat mengefisienkan penggunaan bahan tumbuhan dan mengurangi ketergantungan satu jenis tumbuhan, serta menunda terjadinya resistensi terhadap pemakaian insektisida secara tunggal (Dadang dan Prijono, 2008). Campuran ekstrak daun Tephrosia vogelii dan buah P. aduncum, bersifat sinergik kuat terhadap larva C. pavonana (Nailufar, 2011). Perry et al., (1998) dan Scott et al., (2008) menambahkan bahwa senyawa yang dihasilkan P. aduncum yaitu dilapiol memiliki gugus metilendioksifenil dalam strukturnya yang merupakan ciri-ciri berbagai senyawa sinergis yang dapat menghambat aktivitas enzim sitokrom P450. Oleh karena itu, ekstrak P. aduncum

diharapkan memiliki potensi sinergis jika dicampur dengan ranting E. tirucalli.

Berdasarkan uraian diatas, perlu diteliti lebih lanjut tentang pencampuran antara buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli untuk melihat apakah bersifat sinergis, aditif dan antagonis jika dicampur. Telah dilakukan penelitian yang berjudul “Aktifitas insektisida campuran ekstrak buah Piper aduncum L. (Piperaceae) dan ranting Euphorbia tirucalli (Euphorbiaceae) terhadap larva Crocidolomia pavonana F. (Lepidoptera : Crambidae)”.

B . Tujuan

(17)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Crocidolomia pavonana

C. pavonana adalah serangga hama yang tergolong ke dalam kelas Insekta, Ordo Lepidoptera, dan Famili Crambidae (Smede et al., 2008). Larva

C. pavonana umumnya menyerang tanaman kubis yang sedang membentuk krop dengan menggerek krop menuju titik tumbuh. Untuk tumbuhan yang belum membentuk krop, bagian yang diserang adalah daun muda dan titik tumbuh. Jika terjadi serangan berat tanaman akan mati, karena tidak mendapat kesempatan membentuk tunas (Kalshoven 1981).

Dalam perkembangannya C. pavonana mengalami perubahan bentuk yang disebut dengan metamorfosis. Metamorfosis C. pavonana adalah sempurna (Holometabola), dengan empat stadia yaitu telur, larva, pupa dan imago (Suyanto, 1994). Telur C. pavonana berwarna hijau kekuningan, diletakkan secara berkelompok pada permukaan bawah daun yang tersusun seperti atap genteng. Satu ekor betina dapat menghasilkan 11-18 kelompok telur yang masing- masing kelompok terdiri dari 30 -80 butir (Kalshoven, 1981). Telur pada satu kelompok menetas pada hari yang sama tetapi tidak selalu pada waktu yang bersamaan. Lama perkembangan C. pavonana dari telur menetas hingga menjadi pupa bervariasi dari 8 sampai 12 hari. Larva instar I berwarna kuning kehijauan dengan kepala coklat tua dan lama stadium rata-rata sekitar 2 hari. Instar II berwarna hijau muda, dengan panjang 5,5–6,1 mm dan lama stadium rata-rata sekitar 2 hari. Instar III berwarna hijau, dengan panjang 1,1–1,3 cm dan lama stadium rata-rata 1,5 hari. Larva instar IV berwarna hijau dengan tiga titik hitam dan tiga garis memanjang pada bagian dorsal serta satu lainnya di sisi lateral (Prijono dan Hassan, 1992).

(18)

4

terdapat belalai (probosis) yang menggulung dan antena seperti benang (filiform). Tungkai depan lebih pendek dibanding dengan belakang. Abdomen ngengat betina lebih besar dari ngengat jantan, tetapi ukurannya lebih pendek. Ujung abdomen ngengat jantan lebih tumpul dan banyak ditumbuhi oleh rambut-rambut halus (Kalshoven, 1981). Lama perkembangan keseluruhan dari telur hingga menjadi imago betina berkisar 23–28 hari, sedangkan untuk imago jantan berkisar 24–29 hari (Prijono dan Hassan, 1992).

B. Insektisida Nabati

Insektisida nabati secara umum diartikan sebagai suatu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuh-tumbuhan. Insektisida nabati dimasukkan ke dalam kelompok insektisida biokimia karena mengandung biotoksin. Penggunaan insektisida nabati merupakan pengendalian alternatif yang ekonomis dan aman terhadap lingkungan. Tumbuhan mengandung banyak senyawa kimia yang merupakan metabolit sekunder dan digunakan sebagai alat pertahanan diri dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya banyak mengandung senyawa bioaktif, walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifiksi, tetapi apabila sudah teridentifikasi semuanya akan dapat melebihi 400.000 jenis tumbuhan. Di Indonesia sangat banyak jenis tumbuhan penghasil insektisida nabati dan diperkirakan ada sekitar 2400 jenis tanaman yang termasuk ke dalam 235 famili (Grainge dan Ahmed, 1988 dalam Zarkani, 2008).

Kelebihan insektisida nabati adalah mengalami penguraian yang cepat oleh sinar matahari, cepat dalam menghentikan nafsu makan serangga, toksitas umumnya rendah terhadap hewan dan relatif lebih aman pada manusia, memiliki spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan bersifat selektif, dapat mengatasi OPT yang telah kebal pada insektisida sintetis, serta fitotoksisitasnya rendah (Sudarmo, 2005).

(19)

5

tersebut dapat digunakan sebagai alternatif insektisida nabati (Sa’diyah et al.,

2013).

Insektisida nabati dapat digunakan secara tunggal atau dalam bentuk campuran. Pemanfaatan insektisida nabati berbahan baku dua jenis atau lebih ekstrak tumbuhan dapat mengurangi ketergantungan pada satu jenis tumbuhan sebagai bahan baku, sehingga dapat mengatasi keterbatasan bahan baku insektisida nabati di tingkat petani, karena tumbuhan sumber insektisida nabati tidak selalu terdapat melimpah di suatu daerah (Dadang dan Prijono, 2008). Selain itu, insektisida dalam bentuk campuran dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa jenis hama sekaligus, meningkatkan efisiensi aplikasi karena insektisida dalam campuran digunakan pada dosis yang lebih rendah dibandingkan dengan dosis masing-masing komponennya secara terpisah, terutama bila campuran bersifat sinergis, menunda timbulnya resistensi hama terhadap insektisida, dan dapat mengurangi pengaruh samping terhadap organisme bukan sasaran dan lingkungan (Prijono, 2002). Berbagai jenis penelitian mengenai insektisida campuran sudah dilakukan, diantaranya Syahroni dan Prijono (2013), penelitian campuran antara ekstrak etil asetat buah P. aduncum dan ekstrak metanol Sapindus rarak (1:10) pada LC50 dan LC95 bersifat aditif dan sinergis lemah, ekstrak etil asetat buah P. aduncum dan ekstrak air S. rarak (1:10) bersifat aditif pada LC50 dan LC95.

C . Piper aduncum

Tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai insektisida nabati adalah sirih hutan (P. aduncum L.). Klasifikasi dari tanaman sirih hutan yaitu: Kingdom: Plantae: Divisi: Spermatopyta: Kelas: Dicotyledonae: Famili: Piperaceae: Genus: Piper; Spesies: aduncum dan nama Ilmiah Piper aduncum L. Daun dan buahnya memiliki potensi sebagai sumber insektisida nabati. Senyawa aktif yang terdapat pada tumbuhan Piperaceae termasuk dalam golongan piperamida seperti piperin, piperisida, piperlonguminin dan guininsin. Senyawa tersebut telah banyak dilaporkan bersifat insektisida (Parmar et al., 1997; Scott

(20)

6

Buah P. aduncum juga mengandung senyawa-senyawa seperti sianida, saponin, tanin, flavonoid, steroid, alkaloid dan minyak atsiri diduga dapat berfungsi sebagai insektisida (Aminah, 1995). Senyawa piperamidin merupakan racun kontak yang masuk ke dalam tubuh serangga melalui kulit tubuh serangga. Senyawa ini dapat juga menyebabkan gangguan pada proses metabolisme, diantaranya dapat menurunkan kemampuan serangga dalam merubah makanan yang dikonsumsinya dan mengakibatkan menurunnya laju pertumbuhan dan perkembangan serangga serta tidak dapat menyelesaikan siklus hidup. Penghambat pada metabolisme respirasi ini menyebabkan serangga mengalami kelumpuhan alat pernapasan dan mengakibatkan disfungsional pada bagian pencernaan, sehingga terjadi gejala inaktif (tidak mampu makan) serta paralisis (kelumpuhan) kemudian mati (Tarumingkeng, 1992).

Informasi aktivitas tumbuhan P. aduncum sudah dilaporkan, antara lain terhadap Ostrinia nubilalis, Aedes aegypti, Cerotoma tingomarianus dan

Sithopilus zeamais. (Bernard et al., 1995 ; Fazolin et al., 2005 ; Estrela et al,. tumbuhan yang berasal dari Famili Euphorbiaceae. Klasifikasi dari tanaman patah tulang yaitu; Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatopyta; Kelas: Dicotyledonae; Famili: Euphorbiaceae; Genus:Euphorbia; Spesies: Tirucalli

(21)

7

langtolangan, kayu tabar (Madura), Patah tulang (Sumatera), kayu potong

(Kangean). Tanaman E. tirucalli menyukai tempat terbuka dan membutuhkan sinar matahari langsung. Tanaman E. tirucalli di Indonesia biasanya banyak ditanam di halaman rumah, di pot atau sebagai tanaman pagar (Setiorini et al., 2014). Tanaman E. tirucalli berbentuk perdu yang tumbuh tegak, mempunyai tinggi 2 sampai 6 meter dengan pangkal berkayu, bercabang banyak, dan bergetah yang menyerupai susu yang bersifat toksik terhadap kulit, mata, dan beberapa serangga. Tanaman E. tirucalli mempunyai ranting yang bulat silindris berbentuk pensil, beralur halus membujur dan berwarna hijau. Ranting

E. tirucalli setelah tumbuh sekitar satu jengkal akan segera bercabang dua yang letaknya melintang demikian seterusnya, sehingga tampak seperti percabangan yang terpatah-patah (Dalimartha, 2007).

Fitokimia dari semua bagian tanaman E. tirucalli telah diuji dalam berbagai penelitian. Tanaman E. tirucalli merupakan sumber triterpenoida dan steroida (Wal et al., 2013). Getahnya mengandung lebih banyak triterpenoida, sedangkan rantingnya mengandung steroida. Menurut Absor (2006), tanaman

E. tirucalli memiliki 2 bagian tanamannya yang sangat bermanfaat, yaitu getah dan ranting. Didalam getahnya terdapat senyawa Taraksasterol, Euphol, Phorbol, ester Ingenol, dan ester Euphorbin. Dalam rantingnya terdapat Glikosida, Sapogenin, dan Asam elagat (Dalimartha, 2007). Getah tanaman E. tirucalli yang mengandung asam, mengandung senyawa tambahan seperti senyawa damar, zat karet dan zat pahit. Pada pengujian dengan pelarut metanol dan aseton didapatkan hasil senyawa alkaloida, steroida, flavonoida, triterpenoida, saponin dan hidroquinon. Ekstrak heksana ranting E. tirucalli

(22)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Bioekologi Serangga Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang, dari bulan April sampai Juni 2016 (Lampiran 1).

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah ranting patah tulang (E. tirucalli), buah sirih hutan (P. aduncum), daun brokoli (Brassica oleracea L var. sakata), heksana, akuades, agristik, metanol, aseton, serbuk gergaji, madu, kertas saring, tissue, kertas label, dan kapas.

Alat yang digunakan pada penelitian adalah kotak plastik ukuran 30 cm x 20 cm x 7 cm, kurungan serangga ukuran 50 cm x 30 cm x 40 cm, nampan, timbangan analitik, blender, ayakan, cawan petri, gelas piala, gelas ukur, kuas, erlenmeyer, kaca pembesar, rotary evaporator, botol film, mikro pipet, kain kassa, gunting, pipet tetes, pinset, batang pengaduk, kamera digital, dan alat tulis lainnya.

C. Metodologi Penelitian

(23)

9

0,032%, 0,020% dan 0.000%. Perbandingan konsentrasi yang digunakan adalah (1:1), (6:1) dan (1:6) (P. aduncum : E. tirucalli).

Satuan percobaan terdiri dari cawan petri yang berisi 15 ekor larva C. pavonana instar II. Kategori dari sifat campuran tersebut dihitung dengan menggunakan program software POLO PC untuk mengetahui nilai kematian pada taraf LC50 dan LC95. Selanjutnya data mortalitas larva dianalisis dengan software Statistik 8 dan dilanjutkan dengan uji LSD (Least significant different).

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Penyedian Tanaman Sebagai Sumber Ekstrak

Bahan tanaman yang digunakan yaitu ranting patah tulang dan buah sirih hutan. Ranting patah tulang diambil di jalan Simpang Malintang, Kota Padang. Ranting patah tulang dipotong kecil ukuran 1 cm, dikeringanginkan selama 15 hari. Setelah ranting kering kemudian dihancurkan dengan blender hingga menjadi serbuk, kemudian serbuk diayak menggunakan pengayak. Buah sirih hutan diambil dari jalan raya Bukit Lampu, Kota Padang. Buah dikeringanginkan selama 10 hari kemudian buah kering dihancurkan dengan blender hingga menjadi serbuk. Serbuk diayak menggunakan pengayak.

2. Pengadaan Pakan Larva

(24)

10

3. Pengadaan Serangga Percobaan

Larva C. pavonana yang diperoleh dari pertanaman brokoli di Nagari Batu Palano, Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam dibawa ke Laboratorium dan kemudian dipelihara dalam kotak pemeliharaan yang berukuran 30 cm x 20 cm x 7 cm. Bagian atas dari kotak tersebut diberi celah yang ditutupi kain kassa. Larva uji diberi makan dengan menggunakan daun brokoli yang masih segar sesuai kebutuhan, dan makanan larva diganti setiap hari. Saat larva memasuki prapupa (ditandai dengan tidak aktifnya larva makan dan bergerak), larva tersebut dipindahkan ke kotak pemeliharaan lain yang telah diisi dengan serbuk gergaji sebagai media larva menjadi pupa. Setelah semua larva menjadi pupa, serbuk gergaji yang berisi pupa dipindahkan ke dalam kurungan dengan ukuran 50 cm x 30 cm x 40 cm. Imago yang muncul diberi makan dengan larutan madu yang diserapkan pada kapas dengan konsentrasi 10%, dan di dalam kurungan telah diletakkan daun brokoli yang dimasukkan ke dalam botol film guna sebagai peletakan telur. Telur pada daun dipindahkan ke cawan petri. Setelah telur menetas, larva dipindahkan ke kotak pemeliharaan. Larva C. pavonana instar II digunakan untuk percobaan.

4. Ekstraksi P. aduncum dan E. tirucalli.

(25)

11

5. Uji Ekstrak Tunggal

Uji ekstrak tunggal digunakan dalam uji pendahuluan dan uji lanjutan. Uji pendahuluan dilakukan dengan 3 perlakuan yaitu konsetrasi 0,1 %, 0,5% , 0,0% (kontrol) dengan 3 ulangan, Pada tiap ulangan digunakan 15 ekor larva C. pavonana instar II. Semua perlakuan menggunakan metode celup daun. Potongan daun brokoli segar dan bebas pestisida (4 cm x 4 cm) dicelup satu per satu dalam larutan ekstrak dengan konsentrasi tertentu (ditambahkan larutan induk metanol:aseton:agristik 1:3:0,2) sampai basah merata lalu dikering udarakan. Daun kontrol dicelup dalam larutan kontrol yang sesuai. Setiap potong daun perlakuan dan daun kontrol dimasukkan ke cawan petri (diameter 9 cm) yang dialasi tisu yang ukurannya melebihi diameter cawan. Cawan petri diletakkan pada posisi terbalik. Alas tisu diletakkan pada bagian tutup cawan, sedangkan bagian dasar cawan ditutupkan di atas tisu. Dengan demikian, bagian tutup dan dasar cawan tersekat tisu sehingga larva uji tidak dapat keluar dari dalam cawan. Sebanyak 15 ekor larva instar II C. pavonana

yang baru ganti kulit dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian diberikan daun kontrol atau daun perlakuan yang sesuai. Larva tersebut dibiarkan makan selama 24 jam. Setelah 24 jam diganti daun perlakuan atau daun kontrol secukupnya. Dua puluh empat jam berikutnya, daun perlakuan diganti dengan daun tanpa perlakuan. Jumlah larva yang mati diamati dan dicatat setiap hari sampai larva membentuk pupa.

Uji lanjutan ekstrak P. aduncum dan ranting E. tirucalli masing-masing diuji pada empat taraf konsentrasi dan kontrol yang diharapkan dapat mengakibatkan kematian serangga uji antara 15% dan 95%. Taraf konsentrasi

P. aduncum adalah 0,16%, 0,11%, 0,07%, 0,05%, 0,00% dan E. tirucalli

(26)

12

6. Uji Campuran

Ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli yang akan diuji dalam bentuk campuran diberi pada lima taraf konsentrasi 0,140%, 0,080%, 0,052%, 0,032% ,0,020% dan 0,000%. Perbandingan konsentrasi yaitu (1:1), (6:1), dan (1:6) yang diharapkan dapat mengakibatkan kematian serangga uji antara 15% dan 95%. Cara perlakuan dan pengamatan pada uji campuran sama seperti pada uji ekstrak tunggal.

Sifat aktivitas campuran ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli dianalisis berdasarkan model kerja bersama berbeda dengan menghitung indeks kombinasi pada taraf LC50 dan LC95. Indeks kombinasi (IK) pada taraf LCx tersebut dihitung dengan rumus berikut (Chou & Talalay 1984):

Keterangan :

IK = Indeks kombinasi

LCx1 = Letal konsentrasibahan 1 (buah P. aduncum) LCx2 = Letal konsentrasibahan 2 (ranting E. tirucalli)

LCx1 (cm) = Letal konsentrasicampuran 1

LCx2(cm) = Letal konsentrasicampuran 2

LCx 1 dan LCx 2 masing-masing merupakan LCx ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli pada pengujian terpisah LCx 1(cm) dan LCx 2(cm) masing-masing LCx ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli dalam campuran yang mengakibatkan mortalitas x (misal 50% dan 95%). Nilai LCx tersebut diperoleh dengan cara mengalikan LCx campuran dengan proporsi konsentrasi ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli

(27)

13

pada konsentrasi mana dari larutan yang diujikan dapat mematikan 50% serangga uji atau nilai LC50. Setelah diketahui LC50 dari masing-masing ekstrak, maka konsentrasi tersebut yang akan dicampur. Angka dari indeks kombinasi campuran ekstrak tersebut akan memberikan hasil apakah campuran tersebut bersifat aditif, sinergis atau antagonis.

Kategori sifat interaksi campuran adalah sebagai berikut: Gisi, (1996) ; Kosman dan Cohen, (1996) :

(1) bila IK < 0.5, komponen campuran bersifat sinergistik kuat;

(2) bila 0.5 ≤IK ≤0.77, komponen campuran bersifat sinergistik lemah; (3) bila 0.77 < IK ≤1.43, komponen campuran bersifat aditif;

(4) bila IK > 1.43, komponen campuran bersifat antagonistik.

E. Pengamatan 1. Mortalitas Larva

Pengamatan mortalitas larva dilakukan setiap 24 jam dengan menghitung jumlah larva yang mati akibat perlakuan sampai terbentuknya pupa. Mortalitas larva dihitung dengan menggunakan rumus:

M = 𝒏

𝑵 × 100%

Keterangan :

M = Mortalitas larva (%) n = Jumlah larva yang mati N = Jumlah larva yang diperlakukan

2. Aktivitas Antifedaant

Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur luas daun perlakuan yang dimakan larva selama 2x24 jam setelah perlakuan. Metode yang digunakan adalah metode tanpa pilihan (Prijono, 2003). Efek antifeedant terhadap C. pavonana

(28)

14

AF = 𝑫𝒌−𝑫𝒑

𝑫𝒌 × 100%

Keterangan :

AF = Efek Anti makan

Dk = Luas daun kontrol yang dimakan larva (mm2) Dp = Luas daun perlakuan yang dimakan larva (mm2)

3. Lama Perkembangan Larva

(29)

15

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A . HASIL

1 . Uji Ekstrak Tunggal a. Uji Pendahuluan i . Mortalitas larva

Hasil pengamatan mortalitas larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan beberapa konsentrasi ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Mortalitas larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan ekstrak buah

P. aduncum dan ranting E. tirucalli.

Konsentrasi (%)

Mortalitas (%)

P. aduncum E. tirucalli

0,0 0 0

0,1 75 27

0,5 100 67

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi yang sama, ekstrak buah P. aduncum lebih banyak mematikan larva C. pavonana dibandingkan dengan ranting E. tirucalli.

b. Uji Lanjutan i. Mortalitas Larva

(30)

16

Tabel 2. Mortalitas larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan esktrak buah

P. aduncum dan ranting E. tirucalli pada beberapa konsentrasi.

P. aduncum E. tirucalli

Konsentrasi (%) Mortalitas (%) Konsentrasi (%) Mortalitas (%)

0,00 0 0,00 0

0,05 23 0,27 29

0,07 30 0,37 47

0,11 86 0,50 64

0,16 98 0,70 75

Pada Tabel 2 terlihat bahwa ekstrak buah P. aduncum lebih banyak mematikan larva C. pavonana, meskipun konsentrasi ekstrak buah P. aduncum

yang diberikan lebih rendah dari konsentrasi ekstrak ranting E. tirucalli.

Berdasarkan analisis probit tingkat kematian larva pada taraf konsentrasi 50% dan 95% buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil analisis probit LC50 dan LC95 buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli.

Bahan LC50% LC95%

P. aduncum 0,07 0,14

E. tirucalli 0.40 1,39

Dari Tabel 3 dapat dilihat LC50 dan LC95 buah P. aduncum dan E. tirucalli. LC50 dan LC95 E. tirucalli lebih besar 6 kali dibandingkan dengan LC buah P.

aduncum.

2. Uji Campuran a. Mortalitas Larva

(31)

17

Tabel 4. Mortalitas larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan campuran esktrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:1), (6:1) dan (1:6) konsentrasi Buah P. aduncum dan E. tirucalli. Perbandingan yang menyebabkan banyak kematian larva adalah 1:6. Tingkat kematian larva C. pavonana dengan perbandingan 1:6 memiliki selisih nilai 53,33% dan 56% terhadap perbandingan 1:1 dan 6:1.

(32)

18

Gambar 1. Laju mortalitas kumulatif larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan beberapa konsentrasi campuran ekstrak Buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:6).

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa hari pertama perlakuan melihatkan sudah terjadi kematian larva. Persentase kematian larva meningkat pada hari kedua pengamatan. Setelah hari ke 2 tingkat kematian larva cenderung mendatar.

Berdasarkan hasil analisis Probit LC ekstrak tunggal dan campuran ekstrak P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:1), (6:1) dan (1:6) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan LC50 dan LC95 ekstrak tunggal dan campuran ekstrak buah

P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:1), (6:1), dan (1:6).

Ekstrak Perbandingan LC50 LC95

P. aduncum 0,07 0,14

Dari Tabel 5 dapat dilihat perbandingan antara nilai LC50 ekstrak buah P aduncum, eksrak ranting E. tirucalli dan ekstrak campurannya terhadap larva. Nilai LC ekstrak tunggal secara umum lebih rendah dibandingkan dengan nilai LC dari campuran ekstrak.

Berdasarkan hasil analisis probit nilai indeks kombinasi campuran ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Indeks Kombinasi campuran ekstrak buah P. aduncum dan ranting

E. tirucalli (1:6)

Taraf Nilai IK Kriteria

LC50 0.94 Aditif

(33)

19

Dari Tabel 6 terlihat bahwa campuran ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli dengan perbandingan konsentrasi 1:6, bersifat aditif pada LC50 dan antagonis pada LC95.

b. Aktivitas Antifeedant

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas antifeedant C. pavonana yang diperlakukan dengan beberapa konsentrasi campuran ekstrak buah P. aduncum

dan E. tirucalli (1:6) dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Aktivitas Antifeedant C. pavonana pada perlakuan campuran ekstrak

Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi ekstrak campuran P. aduncum dan E. tirucalli (1:6) mempengaruhi aktivitas

antifeedant terhadap larva C. pavonana. Aktivitas antifeedant dengan konsentrasi 0,14% yaitu 94,43%, pada konsentrasi 0,080% yaitu 87,84% dan pada konsentrasi terendah 0,020% yaitu 38,48%. Berdasarkan pengamatan aktivitas antifeedant menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi perlakuan maka semakin sedikit luas daun yang dimakan oleh larva C. pavonana.

Persentase aktivitas antifeedant memperlihatkan semakin tinggi konsentrasi perlakuan maka semakin tinggi persentase aktivitas antifeedant.

c. Lama perkembangan larva

(34)

20

perpanjangan masa perkembangan larva yang bertahan hidup jika dibandingkan dengan kontrol. Perkembangan larva C. pavonana semakin lama seiring dengan peningkatan konsentrasi. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Lama perkembangan larva C. pavonana pada perlakuan campuran eksrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:6) pada beberapa konsentrasi.

Konsentrasi (%)

Lama perkembangan (hari)

(X ± SD)

Instar 2-3 Instar 2-4

0,000 2,00±0,00 4,00±0,00

0,020 2,18±0,38 4,26±0,44

0,032 2,75±0,79 4,42±0,56

0,052 3,04±0,80 4,52±0,74

0,080 3,43±0,51 5,03±0,79

0,140 3,44±0,53 6,35±0,74

(35)

21

B . Pembahasan

Berdasarkan uji pendahuluan menunjukkan bahwa P. aduncum lebih aktif mematikan serangga dibanding E. tirucalli. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan kandungan senyawa aktif di antara buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli yang diuji. Perbedaan senyawa aktif dapat disebabkan oleh perbedaan sifat genetik tanaman, umur tanaman, sifat fisiologi biji, kondisi tanah, jenis vegetasi, dan iklim di lokasi tempat tumbuh tanaman (Kaufman et al., 2006). Uji ekstrak tunggal menunjukkan bahwa tingkat kematian meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi yang diberikan. Buah P. aduncum aktif dalam mematikan larva. Senyawa yang dikandung dalam buah P. aduncum seperti sianida, saponin, tanin, flavonoid, steroid, alkaloid dapat mengendalikan larva dan cocok dijadikan sebagai insektisida nabati. Ekstrak ranting E. tirucalli mematikan larva lebih sedikit dibanding buah P. aduncum. Dilihat pada LC masing-masing ektrak. LC50 dan LC95 buah

P. aduncum lebih rendah dibandingkan dengan ranting E. tirucalli. Prijono (1999) menyatakan bahwa ekstrak yang diperoleh dengan pelarut organik dengan konsentrasi tertinggi yaitu 0,5% dikatakan efektif, apabila perlakuan dengan ekstrak tersebut dapat mengakibatkan tingkat kematian besar dari 90%. Tingginya konsentrasi E. tirucalli pada LC50 dan LC95 disebabkan karena senyawa yang terdapat di dalam ranting E. tirucalli mungkin kurang aktif, atau senyawa tersebut aktif tetapi kandungannya rendah.

(36)

22

Aktivitas senyawa yang terdapat pada campuran eksrak P. aduncum

dan E. tirucalli (1:6) mulai terlihat sejak hari pertama perlakuan. Hari pertama perlakuan mengalami mortalitas Larva. Pada konsentrasi tertinggi tingkat kematian lebih sedikit dibanding dengan konsentrasi dibawahnya. Pengamatan hari ke kedua merupakan hari tertinggi kematian larva, baik pada konsentrasi tertinggi maupun konsentrasi terendah. Setelah daun perlakuan diganti dengan daun tanpa perlakuan, larva mati tidak bertambah secara signifikan (Gambar 1). Kematian larva disebabkan oleh adanya senyawa yang terkandung dalam campuran ekstrak buah P. aduncum dan E. tirucalli yang dapat cepat mematikan larva. (Van damme, 2010) mengungkapkan bahwa getah yang dikandung oleh ranting E. tirucalli dapat membunuh dengan cepat, dalam jangka waktu 12 jam mematikan larva nyamuk Anopheles sebanyak 80%. Senyawa aktif piperamidin seperti guaninsis, piperlonguminin, piperaduncin, dan piperisida yang berasal dari genus piper telah dilaporkan memiliki aktivitas sebagai racun kontak dan racun syaraf terhadap hama sasaran, sehingga jika diaplikasikan maka aktivitas insektisidanya menjadi lebih tinggi karena banyak senyawa aktif yang masuk kedalam tubuh serangga dan mengganggu aliran impuls syaraf pada akson (Miyako et al., 1989 dalam Zarkani, 2008).

Pengujian campuran ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli

(1:1), (6:1) dan (1:6) menunjukkan aktivitas mortalitas larva C. pavonana.

(37)

23

oleh senyawa aktif P. aduncum, akibatnya senyawa lain yang berasal dari E. tirucalli dapat diuraikan oleh enzim tersebut. Hal ini dirujuk dari hasil penelitian Santoso (2011), dengan mencampur antara P. aduncum dan Annona squamosa 10:1 bersifat antagonis pada LC95. Sifat antagonis terjadi akibat senyawa dilapiol ataupun senyawa lain yang dikandung oleh P. aduncum dapat merangsang kerja enzim sitokrom P450, sehingga banyak senyawa aktif A. squamosa yang dapat diuraikan oleh enzim detoksifikasi.

Aplikasi campuran dua atau lebih insektisida nabati dapat meningkatkan efisiensi aplikasi insektisida, apabila campuran bersifat sinergis (Prijono, 1992), namun pada penelitian aktifitas insektisida campuran Buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:6) pada LC50 dan LC95 bersifat aditif dan antagonistik. Insektisida buah P. aduncum dan E. tirucalli lebih baik digunakan dalam bentuk tunggal dibandingkan dengan dicampur.

Campuran ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:6) mempunyai efek antifeedant. Efek antifeedant ikut menyumbang terhadap kematian larva C. pavonana. Efek antifeedant meningkat sejalan dengan meningkatnya konsentrasi, semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka semakin tinggi efek antifeedant yang ditimbulkan. Pengamatan memperlihatkan gejala menurunnya aktifitas makan larva C. pavonana

sehingga larva menjadi lemah, tidak dapat bergerak aktif dan akhirnya mati. Larva yang mati tubuhnya mengerut, berwarna coklat kemudian berubah menjadi hitam dan kaku (Lampiran 3). Larva yang mati disebabkan oleh efek racun yang terdapat pada daun perlakuan ekstrak campuran buah P. aduncum

dan ranting E. tirucalli yang dimakan oleh larva C. pavonana. Scott et al,.

(2004) menjelaskan bahwa senyawa sekunder yang berasal dari spesies

(38)

24

dijelaskan bahwa senyawa terpenoid yang terdapat pada tanaman berfungsi sebagai zat penolak, akibat adanya senyawa penghambat makan, akan mempengaruhi lama perkembangan serangga (Prijono, 2003).

(39)

BAB V KESIMPULAN

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa; ekstrak buah P. aduncum secara tunggal lebih besar pengaruhnya terhadap mortalitas larva dibandingkan dengan ekstrak ranting E. tirucalli, ketika dicampur, proporsi P. aduncum diambil lebih sedikit untuk mencapai mortalitas larva yang lebih tinggi. Campuran ekstrak buah P. aduncum dan ranting E. tirucalli (1:6) bersifat aditif pada LC50 dan bersifat antagonis pada LC95. Campuran ekstrak

P. aduncum dan E. tirucalli memiliki antifedaant. Dengan efek antifedaant

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Abizar M., D. Prijono. 2010. Aktivitas insektisida ekstrak daun dan biji Tephrosia vogelii J.D. Hooker (Leguminosae) dan ekstrak buah Piper cubeba L. (Piperaceae) terhadap larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae). Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika 10:1-12.

Absor, U. 2006. Aktivitas Antibakteri Tanaman Patah Tulang (Euphorbia tirucalli. L). [Skripsi]. IPB. Bogor.

Aminah, S.N. 1995. Evaluasi Tiga Jenis Tumbuhan Sebagai Insektisida dan Ripelen Terhadap Nyamuk di Laboratorium. [Abstrak]. IPB

Arneti., A. Santoni., E.C. Lina. 2009. Produksi insektisida botani ramah lingkungan berbahan baku tumbuhan lokal untuk pengendalian hama pada pertanian organik di Sumatera Barat. Laporan Penelitian Hibah Strategis Nasional. Fakultas Pertanian Univ. Andalas. Padang

Bernard C.B, H.G. Krishnamurty., D.Chauret., T. Durst., B.J.R. Philogene, et al. 1995. Insecticidal defenses of Piperaceae from the Neotropics.J Chem Ecol 21:801-814.

Dadang, dan D. Prijono. 2008. Insektisida Nabati: Prinsip, Pemanfaatan, dan Pengembangan. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor.

Dalimartha, S. 2003. Atlas tanaman obat Indonesia. Jilid I. Jakarta: Trubus Agriwidya. Hal 130-132.

Dono, D., S. Ismayana., Idar., D. Prijono., dan I. Muslikha. 2010. Status dan Mekanisme Resistensi Biokimia Crocidolomia Pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae) Terhadap Insektisida Organofosfat Serta Kepekaannya Terhadap Insektisida Botani Ekstrak Biji Barringtonia asiatica. Jurnal Entomologi Indonesia 7(1): 9-27.

Dono, D. Dan Rismanto. 2008. Aktivitas Residu Ekstrak Biji Barringtonia Asiatica L. Kurz Terhadap Larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae). Jurnal Agrikultura . 19(3)

Estrela J.L.V., M. Fazolin, V. Catani, M.R. Alécio., E.M.S. Lima. 2006. Toxicidade De Oleos Essenciais De Piper aduncum e Piper hispidinervum em Sitophilus zeamais. Pesq. Agropec. bras., Brasília. 41(2):217-222.

Grainge, M. dan S. Ahmed. 1988. Handbook of Plants With Pest Control properties. Wiley Interscience. New York

(41)

27

tingomarianus Bechyné (Coleoptera: Chrysomelidae). Neotrop Entomol 34:485-489.

Prakash A,. J. Rao. 1997. Botanical pesticides in Agriculture. Boca raton: CRC Press.

Gisi U. 1996. Synergistic interaction of fungicides in mixtures. Phytopathology 86:1273-1279.

Hasyim D.M,. 2011. Potensi buah sirih hutan (Piper aduncum L) sebagai insektisida botani terhadap larva Crocidolomia pavonana [tesis]. IPB. Bogor.

Kalshoven, L.G.E,. 1981. The Pest Of Crops In Indonesia. Van Der Laan PA, penerjemah. Jakarta: PT Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari:

Deplagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

Kaufman P.B., A. Kirakosyan, M. McKenzie, P Dayanandan, J.E. Hoyt, C. Li,. 2006. The uses of plant natural products by humans and risks associated with their use. Di dalam: L.J Cseke, A. Kirakosyan, P.B. Kaufman., S.L. Warber., J.A. Duke., H.L. Breilman., editor. Natural Products from Plants. Boca Raton: CRC Press. Hal 441-473.

Kosman E., dan Y. Cohen . 1996. Produceres for calculating ad differentiating synergism and antagonism in action of fungicide mixtures. Phytopthology. 86:1255-1264.

Untung, K. 1997. Pengantar Pengelolaan hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

LeOra Software. 1987. POLO-PC User’s Guide. Petaluma (CA): LeOra Software.

Misni N., S. Sulaiman., H. Othman. 2008. The Repellent Activity of Piper aduncum L (Lepidoptera : Crambidae) Essential Oil against Aedes aegypti Using Human Volunteers. J Trop Med Parasitol. 31:63-9.

Mulya, A. 2015. Aktivitas Ekstrak Tanaman Patah Tulang Euphorbia tirucalli L. (Euphorbiaceae) terhadap Larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera:Crambidae). [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang. 34 Hal.

Nailufar N. 2011. Aktivitas Insektisida Ekstrak Daun Tephrosia vogelii

(Leguminosae) dan Buah Piper aduncum (Piperaceae) terhadap Larva

Crocidolomia pavonana. [Skripsi]. IPB. Bogor.

(42)

28

Parmar V.S., S.C. Jain., K.S. Bisht., R. Jain., P. Tanaje, A. Jha., O.D. Tyagi., A.K. Prasad., J. Wengel., C.E. Olsens and P.M. Boll. 1997 . Phytocemistry Of The Genus Piper. Phytochemisrry. 46(4): 591-673.

Perry AS, I.Yamamoto , I.Ishaaya., R.Y. Perry . 1998. Insecticides in Agriculture and Environment: Retrospects and Prospects. Berlin: Springer-Verlag.

Prakash A. dan Rao. J. 1997. Botanical Pesticides in Agriculture. New York.: Lewis Publisher.

Prijono D,. dan E. Hassan . 1992. Life Cycle And Demography Of Crocidolomia pavonana Zeller (Lepidoptera: Crambidae) on broccoli in the laboratory.

Indon J Trop Agric 4: 18-24.

Prijono D., dan E.S. Cuk. 2002. Gangguan Biologi pada Crocidolomia pavonana

(Lepidoptera:Crambidae) akibat perlakuan biji Algaria odoratissima

Blume (Meliaceae). Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan tropika. 2(2): 35-41.

Prijono D. 2003. Teknik Ekstraksi, Uji Hayati, Dan Aplikasi Senyawa Bioaktif Tumbuhan. Panduan bagi Pelaksana PHT Perkebunan Rakyat. Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan IPB . Bogor.

Prijono D. 1999. Pemanfatan Insektisida Botani di Tingkat Petani. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu. IPB. Bogor.

Putri N.K, Arneti., U. Khairul. 2016. Aktifitas Ekstrak Heksan Tumbuhan Patah Tulang Euphorbi tirucalli (Euphorbiaceae) Terhadap Telur Crocidolomia Pavonana (Lepidoptera : Crambidae). Prosseding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. 2(1): 1-6

Rafael M.S., W.J. Hereira-Rojas., J.J. Roper, S.M. Nunomura and W.P. Tadei. 2008. Potential Control Of Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) with Piper aduncum L. (Piperaceae) Extracts Demonstrated By Chromosomal Biomarkers and Toxic Effects On Interphase Nuclei. 7(3): 772-78.

Santoso, G.B. 2011. Aktivitas Insektisida Ekstrak Biji Srikaya (Annona squamosa

L. ) dari Lokasi Berbeda dan Sinergismenya dengan Ekstrak Buah Sirih Hutan (Piper aduncum L.) terhadap larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae). [Tesis]. IPB. Bogor.

(43)

29

Scott I.M., H. Jensen., B.J.R. Philogene., J.T. Arnason. 2008. A review of Piper spp. (Piperaceae) phytochemistry, insecticidal activity and mode of action. Phytochem Rev . 7 : 65-75.

Setiorini M.S. 2014. Potensi Antimikrobia Krim Ekstrak Ranting Patah Tulang (Euphorbia tirucalli L.) Terhadap Propionibacterium acnes ATCC 11827 dan Candida albicans ATCC 24433. [Skripsi]. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta.

Smede M., M.J. Furlong., S. Asgari. 2008. Effects of Heliothis virescens

ascovirus (HvAV-3e) on a novel host, Crocidolomia pavonana

(Lepidoptera: Crambidae). J Invertebr Pathol. 99: 281-285.

Sudarmo. S. 2005. Pestisida Nabati, Pembuatan Dan Pemanfaatannya. Yogyakarta : Kanisius.

Suyanto dan Agus. 1994. Hama Sayur dan Buah . PT. Soeroengan. Jakarta. 116 Hal.

Syahroni Y.Y dan D. Prijono. 2013. Aktivitas insektisida ekstrak buah Piper aduncum L. (Piperaceae) dan Sapindus rarak DC. (Sapindaceae) serta campurannya terhadap larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae). Jurnal Entomologi Indonesia. 10(1): 39-50

Tarumingkeng, R.C. 1992. Insektisida: sifat, Mekanisme kerja, dan dampak penggunaannya. Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta

Van damme P., F. Jumba,. and J. Mwine. 2010. Evaluation of larvicidal properties of the latex of Euphorbia tirucalli L. (Euphorbiaceae) against larvae of Anopheles mosquitoes. Faculty of Bioscience Engineering, Tropical and subtropical laboratory of Agronomy and Ethnobotany, University of Ghent. Belgium. 4(19): 1954-1959.

Veterinary, D. And F. adminisration,. 2003. Cimbined Action and interaction of Chemicals in Mixtures “The Toxicological Effects of Exporsure to Mixtures of Industrial and Enviromental Chemicals. Danish Ministy of Agriculture, Fod and Fisheries. 158 Hal.

Wal P., N. Gupta . 2013. Medicinal Value of Euphorbia tirucalli. International Journal of Pharmaceutical & Biological Archives . 4(1):31- 40

Watuguly, T. 2003. Uji Toksisitas Ekstrak biji Kota Dewa ( Phaeleria papuana.

(44)

30

Wina E. 2012. The use of plant bioaktive compounds to mitigate enteric methna in ruminants and its application in Indonesia. Wartazoa 22:24-34

Yunia, N. 2006. Aktivitas Insektisida Campuran Ekstrak Empat Jenis TumbuhanTerhadap Larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: crambidae). Program studi Hama dan Penyakit Tumbuhan. [Skripsi]. IPB. Bogor.

Zarkani A. 2008. Aktivitas insektisida ekstrak Piper retrofractum Vahl. dan

(45)

31

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal kegiatan penelitian pada bulan April - Juni 2016

No

. Kegiatan

Bulan / Minggu Ke-

April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengadaan pakan larva

2 Pengadaan larva C.

pavonana

3 Persiapan dan pembuatan ekstrak heksana

P. aducum dan E. tirucalli

4

Pemberian perlakuan

5 Pengamatan

(46)

32

Lampiran 2. Analisis Sidik ragam

1. Mortalitas larva C. pavonana pada campuran ekstrak (1:6)

SK Db JK KT F hit F tabel

Perlakuan 5 212,567 42,5133 41,8* 2,62

Sisa 24 24,400 1.0167

Total 29 236,9967

(47)

33

Lampiran 3. Dokumentasi penelitian

(A) . Tanaman E. tirucalli. (B).Tanaman P. aduncum

AA

(C). Larva Instar IV mati akibat Perlakuan, (D) i. Larva instar IV normal dan ii. larva instar IV Abnormal setelah aplikasi perlakuan.

C D

A B

i

Gambar

Tabel 1. Mortalitas larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan ekstrak buah
Tabel 2. Mortalitas larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan esktrak buah P. aduncum dan ranting E
Tabel 4. Mortalitas larva C. pavonana setelah diperlakukan dengan campuran esktrak  buah P
Tabel 5. Perbandingan LC50 dan LC95 ekstrak tunggal dan campuran ekstrak buah
+3

Referensi

Dokumen terkait

oleh search engines (Google, Live Search/Bing), jumlah eksternal link yang unik atau tautan link ( backlink ) yang diterima oleh domain web perguruan tinggi ( inlinks ) yang

Bagaimana merancang tata ruang luar dan tata ruang dalam Gedung Pusat Gitar yang dapat mewadahi kegiatan para musisi, seniman, penikmat dan pencinta gitar, yang sesuai

Saat ini Fakultas Kedokteran terdiri dari Program Studi Pendidikan Dokter, Program Studi Ilmu Keperawatan, Program Studi Ilmu Gizi, Program Studi Kedokteran Gigi, Program Studi

Hasil penelitian ini jika dibandingan dengan beberapa penelitian terdahulu tidak mengalami perbedaan yang signifikan, Robert (2006) yang menyatakan bahwa volume

Faktor pendukung yang berasal dari eksternal dalam upaya pengembangan promosi dalam menarik kunjungan wisatawan pada Taman Rekreasi Kota Malang yakni salah satunya

Dalam skripsi ini membahas mengenai sifat-sifat komplemen graf fuzzy yaitu dua graf fuzzy isomorfik jika dan hanya jika komplemennya isomorfik dan jika ada

Menurut Usman dan Setyowati (1993:22), ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah dengan

Ulama lain mendefinisikan al-jarh wa al Ta'dil dengan: &#34; Ilmu yang membahas tentang para perawi hadis dari segi yang dapat menunjukan keadaan mereka, baik yang dapat