• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

Dalam dokumen Pertemanan usaha tani Pertemanan usaha tani (Halaman 31-35)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pendapatan usahatani padi hibrida telah dilakukan oleh Basuki (2008). Kesimpulan yang dapat diperoleh dari analisis diatas yaitu usahatani padi hibrida yang dilaksanakan oleh petani padi, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada musim rendeng 2006/2007 memberikan pendapatan yang lebih kecil dari usahatani padi hibrida pada waktu dan tempat yang sama. Pendapatan atas biaya yang dibayarkan usahatani padi inbrida dan padi hibrida adalah Rp 6.152.080,57 dan Rp 4.384.536,55. R/C usahatani padi inbrida lebih besar dari R/C usahatani padi hibrida menandakan bahwa usahatani padi inbrida lebih efisien daripada usahatani padi hibrida. R/C atas biaya tunai pada usahatani inbrida adalah 2,10 dan R/C atas biaya tunai pada usahatani padi hibrida adalah 1,62.

Selain menganalisis efisiensi usahatani padi hibrida, Basuki juga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi benih padi hibrida. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada empat variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penerapan

benih padi hibrida di tempat penelitian, yaitu luas lahan, status lahan, rasio pendapatan usahatani terhadap pendapatan total, dan umur.

Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani padi sawah juga dilakukan oleh Tiku (2008) dengan membedakan sistem usahatani padi menjadi dua yaitu sistem mina padi dan non mina padi. Pendapatan usahatani padi sawah dengan metode minapadi di Desa Tapos I dan Tapos II secara umum hampir sama dengan sistem mina Padi di daerah lain, terutama di Jawa Barat, namun usahatani mina padi didaerah lain ini masih tergolong ke mina padi pembibitan karena usahatani mina padi ini cenderung dijadikan bibit bagi usaha perikanan lain di daerah penelitian. Jika irigasi tersedia melimpah, maka petani mengusahakan padi sawah minimal satu kali penanaman dalam setahun, selain menurut petani untuk kebutuhan konsumsi dan dinilai menguntungkan. Hal tersebut dapat menjaga keseimbangan dan kesuburan tanah dan jika air bukan hanya melimpah, namun stabil ketersediaannya. Maka petani akan berusaha memelihara ikan di sawah.

Hasil analisis pendapatan usahatani dapat diketahui bahwa pada sistem mina padi pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya tidak tunainya lebih besar dari sistem non mina padi jika tidak terserang penyakit, sedangkan jika terserang penyakit yang terjadi justru sebaliknya. Dari hasil analisis dengan rata-rata lahan yang sama, sistem mina padi menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari sistem non mina padi. Pada saat tidak terserang penyakit, nilai R/C petani sistem mina padi atas biaya tunai dan biaya tidak tunai 3,64 dan 2,12 lebih besar dari nilai R/C sistem non mina padi atas biaya tunai dan tidak tunai yakni 3,19 dan 1,98. Namun, pada saat terserang penyakit nilai R/C atas biaya tunai dan tidak tunai sistem mina padi 1,94 dan 1,24. Nilai tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan non mina padi yaitu 2,18 dan 1,65. Dari penelitian ini dapat dikaji bahwa bertambahnya faktor resiko yang muncul harus ditanggung petani yang mengusahakan sistem mina padi, khususnya jika penyakit yang muncul tidak dapat diatasi oleh ikan. Jika ikan tidak dapat mengatasi hama dan penyakit di sawah, ikan-ikan menjadi penghalang petani untuk melakukan penyemprotan. Dalam kondisi tersebut, petani harus memilih lahan sawah alternatif usaha antara ikan atau padi.

Penelitian mengenai usahatani vanili telah dilakukan oleh Salim (1993) dan menyatakan bahwa pendapatan dari usahatani vanili memang besar tetapi biaya yang diperlukan sebelum tanaman vanili berproduksi juga cukup besar. karena itu petani vanili pemula, diperlukan bantuan pembiayaan dari lembaga keuangan seperti Bank berupa kredit, untuk mengatasi permodalan awal

2.3.2. Penelitian Analisis Kelayakan Usahatani

Studi kelayakan finansial dan pemasaran komoditi lada telah dilakukan oleh Wuriyanto (2002) dengan menggunakan metode studi kasus dengan melakukan metode survei dan observasi langsung. Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis keragaan usahatani lada dan aspek pemasaran lada. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui kelayakan usahatani lada dengan menggunakan kriteria NPV, Payback Period, Net B/C dan IRR, serta mengetahui keragaan pasar lada dengan menghitung marjin pemasaran dengan tingkat keterpaduan pasar menggunakan metode autoregresi. Hasil analisis kelayakan finansial menggunakan menunjukkan usahatani lada layak diusahakan pada tingkat diskonto 16 dan 18 persen. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan skenario kenaikkan biaya operasional sebesar 16 persen, penurunan produksi

sebesar 22 persen, penurunan harga jual sebesar 26 persen menyebabkan usahatani tidak layak. Analisis switching value yang dilakukan didapat nilai toleransi penurunan harga dan produksi lada sebesar 15,22 persen dan 6,83 persen. Kenaikan biaya operasional yang dapat ditolerir adalah sebesar 19,93 persen dan dan 6,83 persen untuk tingkat diskonto 16 dan 18 persen.

Aisyah (2002) menganalisis kelayakan usaha florist di pusat promosi dan pemasaran bunga/tanaman hias. Analisis switching value dilakukan untuk melihat sejauh mana perubahan yang terjadi dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek untuk usaha florist skala besar (lima unit florist), pada penurunan harga output 25 persen, dan kenaikan harga input 35 persen. Aspek finansial untuk usaha florist skala besar layak dan menguntungkan untuk dijalankan, sedangkan usaha florist kecil tidak. Analisis sensitivitas menunjukkan usaha florist skala besar sangat sensitif terhadap perubahan harga output dan input.

Pada tahun 2003, Apriyadi melakukan penelitian tentang analisis kelayakan usaha dan nilai tambah pengolahan ikan pada industri kerupuk udang/ikan di Indramayu. Sistem produksi yang digunakan bukan berdasarkan skala ekonomi namun berdasarkan focused facilities, yang membuat kapasitas pabrik tidak digunakan seluruhnya. Total penerimaan produsen yang berproduksi dalam skala kecil pada industri ini adalah Rp 871.983.150 dengan total output yang dijual sebesar 113.900 Kg sehingga keuntungannya sebesar Rp108.623.250. Penerimaan produsen yang berproduksi pada skala besar adalah Rp 2.982.292.300 dengan total output sebesar 382.600 Kg. Nilai tambah pada produsen yang berproduksi pada skala kecil adalah Rp 5.055 dicapai pada tingkat 18,40 persen dari total inputnya dan keuntungan perusahaan sebesar 65,21 persen.

Produsen yang berproduksi dengan skala besar, nilai tambah ini diperoleh pada tingkat 21,21 persen dari total inputnya dan keuntungan perusahaan sebesar 71,95 persen. Hasil analisis terhadap nilai tambah ini menyimpulkan bahwa dengan semakin besar nilai tambah yang diperoleh dan semakin efisien produsen dalam usaha.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena penelitian ini berusaha menganalisis antara dua komoditi yaitu komoditi vanili dan komoditi padi dengan melihat besar pendapatan yang diperoleh dari masing-masing komoditi serta mengidentifikasi kelayakan usaha dari masing-masing komoditi menggunakan analisis pendapatan usahatani untuk komoditi padi dan analisis kelayakan usaha untuk komoditi vanili dalam rangka peningkatan kesejateraan petani dengan introduksi aspek lingkungan sebagai pertimbangan bagi para petani dan pihak terkait. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengembangkan Kabupaten Tasikmalaya sebagai kabupaten dengan tingkat kesejahteraan tinggi di Jawa Barat.

Dalam dokumen Pertemanan usaha tani Pertemanan usaha tani (Halaman 31-35)

Dokumen terkait