• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemanan usaha tani Pertemanan usaha tani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pertemanan usaha tani Pertemanan usaha tani"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI DAN KELAYAKAN

USAHATANI VANILI PADA KETINGGIAN LAHAN 350-800 M DPL

DI KABUPATEN TASIKMALAYA

(Studi Kasus: Desa Cibongas, Kecamatan Pancatengah,

Kabupaten Tasikmalaya)

Disusun oleh :

Avenia Nur Aulia A14304041

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

AVENIA NUR AULIA. Analisis Pendapatan Usahatani Padi dan Kelayakan Usahatani Vanili Pada Ketinggian Lahan 350-800 mdpl di Kabupaten Tasikmalaya (Studi Kasus: Desa Cibongas, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya). Dibimbing oleh

YAYAH K. WAGIONO.

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat berperan dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal tersebut bisa dilihat dari kontribusinya terhadap PDB (produk domestik bruto), penyerapan tenaga kerja, penghasil devisa. PDB sektor pertanian, termasuk pula kehutanan dan perikanan, adalah sebesar Rp 63,8 triliun, nilai ini terus meningkat menjadi Rp 66,4 triliun pada tahun 2000. Besarnya PDB pertanian tersebut memberikan kontribusi sekitar 17 persen terhadap PDB nasional.

Sektor pertanian tidak akan pernah lepas dari fungsinya sebagai sumber utama untuk penyediaan bahan pangan. Dalam meningkatkan ketahanan pangan, tantangan besar saat ini adalah konsumsi masih bertumpu pada beras. Segala upaya telah dilakukan dalam rangka peningkatan produksi pangan terutama beras yang masih terus menjadi masalah utama. Meskipun revolusi hijau yang diiringi social engineering di bidang produksi telah berhasil mengejar tingginya pertumbuhan penduduk, namun masih belum dapat mengubah ketergantungan masyarakat terhadap beras.

Dewasa ini masalah yang timbul terkait dengan peran pertanian sebagai sektor penghasil bahan pangan utama adalah terancamnya kestabilan pangan yang diakibatkan oleh adanya krisis pangan dimana produktivitas produk pertanian semakin berkurang. Ada dua faktor yang menjadi penyebab dari adanya pengurangan produktivitas pertanian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu adanya pengaruh dari buruknya sistem ketahanan, sedangkan faktor eksternal yang merupakan fenomena yang telah melanda sejumlah negara yakni pemanasan global.

Keterkaitan antara efek rumah kaca, pemanasan global dan perubahan iklim digambarkan oleh hubungan sebab akibat dimana efek rumah kaca menyebabkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer bumi. Dengan adanya akumulasi yang berlebihan tersebut, iklim global melakukan penyesuaian. Penyesuaian yang dimaksud adalah salah satunya peningkatan temperatur bumi, kemudian disebut pemanasan global dan berubahnya iklim regional, seperti perubahan pola curah hujan, penguapan, pembentukan awan.

(3)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani padi dan kelayakan finansial usahatani vanili di Kabupaten Tasikmalaya dilihat dari aspek finansial dan lingkungan serta membandingkan keuntungan usahatani padi dan usahatani vanili di Kabupaten Tasikmalaya dilihat dari aspek finansial dan lingkungan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pencatatan dan wawancara langsung dengan para petani padi maupun vanili menggunakan kuesioner yaitu kuesioner yang meminta jawaban rinci dan lengkap dari responden tentang kegiatan usahatani yang mereka lakukan. Data sekunder berupa literatur yang dibutuhkan yang berkaitan dengan penelitian. Sebagai data penunjang digunakan data dari media massa, internet, artikel dan data statistik dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik dan Departemen Pertanian. Metode yang digunakan yaitu analisis pendapatan usahatani dan analisis kelayakan usaha.

Analisis pendapatan usahatani menunjukan bahwa usahatani padi di Desa Cibongas menguntungkan secara finansial dengan R/C ratio lebih besar dari satu yaitu 2,86 atas pendapatan tunai dan 1,62 untuk pendapatan total. Analisis kelayakan usahatani vanili di Desa Cibongas juga bersifat layak dan menguntungkan secara finansial terlihat dari nilai NPV yang positif yaitu Rp 8.593.840,85 IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (30,56>16), nilai gross B/C lebih besar dari satu (2,1>1) serta payback period yang lebih kecil dari umur proyek (5,71<10)

(4)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI DAN KELAYAKAN

USAHATANI VANILI PADA KETINGGIAN LAHAN 350-800 M DPL

DI KABUPATEN TASIKMALAYA

(Studi Kasus: Desa Cibongas, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten

Tasikmalaya)

Oleh : Avenia Nur Aulia

A14304041

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul : Analisis Pendapatan Usahatani Padi dan Kelayakan Usahatani Vanili Pada Ketinggian Lahan 350-800 m dpl di Kabupaten Tasikmalaya (Studi Kasus Desa Cibongas, Kecamatan Pancatengah, kabupaten Tasikmalaya)

Nama : Avenia Nur Aulia

NRP : A14304041

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Yayah K Wagiono, MEc NIP. 130 350 044

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI DAN KELAYAKAN USAHATANI VANILI PADA KETINGGIAN LAHAN 350-800 M DPL DI KABUPATEN TASIKMALAYA (STUDI KASUS DESA CIBONGAS, KECAMATAN PANCATENGAH, KABUPATEN TASIKMALAYA)” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.

Bogor, Juli 2008

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, pada tanggal 2 Maret 1987 sebagai anak pertama dari pasangan Endang Hermawan dan Yustiraty Rahayu. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Mandalahayu pada tahun 1998. Tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri I Salopa di Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2001. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri I Cikatomas, Kabupaten Tasikamalaya dan lulus pada tahun 2004.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat serta Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Analisis Pendapatan Usahatani Padi dan Kelayakan Usahatani Vanili Pada Ketinggian Lahan 350-800 m dpl di Kabupaten Tasikmalaya” (Studi kasus Desa Cibongas, Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) ini disusun untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Adapun topik dan judul penelitian ini berdasarkan pada minat yang tinggi dari penulis terhadap bidang Studi kelayakan proyek serta usahatani. Pengaruh adanya pemanasan global terhadap sektor pertanian terlihat dari adanya kecenderungan pergeseran tempat tanam dari dataran rendah ke dataran yang lebih tinggi, sehingga diperlukan analisis agar diketahui tanaman yang dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi baik secara finansial maupun sosial sehingga dapat direkomendasikan kepada pihak-pihak terkait yang berkepentingan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan skripsi ini. Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Bogor, Juni 2008

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Seiring dengan berakhirnya satu tahap pendidikan di Institut Pertanian Bogor, maka penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terutama dalam penulisan skripsi ini. Pihak-pihak yang telah membantu penulis diantaranya:

1. Kedua orang tua (Papap dan Mamah) Endang Hermawan, BA dan Ny. Yusty Raty Rahayu serta kedua adik tercinta (Wemphy Primadhyta dan Nizar Luthfy Pauzy), terimakasih atas cinta dan kasih sayang, suri tauladan, nasihat serta semangat, kesabaran, serta berbagai dukungan baik moril maupun materi yang telah diberikan kepada penulis.

2. Ir. Yayah K Wagino, M.Ec. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran selalu bersedia membimbing, membantu, mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi serta terimakasih atas ilmu, nasihat dan kepercayaan yang telah diberikan untuk penulis.

3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama. Terimakasih atas segala kebaikan hati, bimbingan masukan, kritik serta saran dalam penulisan skripsi ini. 4. A. Faroby Falatehan SP, M.E selaku dosen penguji wakil departemen.

Terimakasih atas segala masukan, kritik dan saran yang dapat bermanfaat bagi penulisan skripsi ini.

5. Muhammad Asyhar Agmalaro, terimakasih atas kesabaran, semangat, serta dukungannya.

6. Teman-teman satu perjuangan Idhoet, Rissa, Irna, Uci, Wulan, Vina, Cita, Teteh Fitri, Emil, Juventy N, Jimmy, Merika, Mail, Kevin, Yudi, Devi, Lingga, Deli, Nana, Pipih, serta teman-teman kelas semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

(10)

DAFTAR ISI

1.2 Perumusan Masalah... 10

1.3 Tujuan Penelitian... 14

1.4 Manfaat Penelitian……….. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vanili dan Budidaya Vanili... 15

2.2 Padi dan Budidaya padi ... 18

2.3 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 19

2.3.1. Penelitian Usahatani... 19

2.3.2. Penelitian Analisis Kelayakan Usahatani ... 21

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 24

3.1.1 Pendapatan Usahatani ... 24

3.1.2 Konsep Usahatani ... .. 24

3.1.3 Studi Kelayakan Proyek ... .. 27

3.2 Kerangka Berpikir Operasional ……….. .. 40

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 44

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 44

4.3 Teknik Pengambilan sampling... 44

4.4 Metode Analisis Data ... 45

4.4.1 Analisis Pendapatan Usahatani ... 45

4.4.2Analisis Kriteria Kelayakan Usaha... 46

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi geografis ……… 51

5.1.1 Letak Geografis dan Wilayah……….. 51

5.1.2 Topografi ………... 51

5.1.3. Hidrologi dan Klimatologi………. 53

5.2 Penggunaan Lahan dan Kawasan Budidaya... 54

5.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur Ekonomi... 54

5.3.1 Pertumbuhan Ekonomi……….. 54

5.3.2 Struktur Ekonomi ………... 56

(11)

BAB VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI DAN KELAYAKAN USAHATANI VANILI

6.1 Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah …….….. 64

6.1.1 Penerimaan Usahatani ………. 65

6.1.2 Biaya Usahatani………. 67

6.1.3 Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi……. 69

6.2 Analisis Kelayakan Usahatani Vanili……….. 73

6.2.1 Nilai Arus Tunai Usaha……… 73

6.2.2 Analisis Kelayakan Finansial ……….... 74

6.2.3 Analisis Sensitivitas ……..……… 75

6.2.4 Analisis Nilai Pengganti……….… 77

BAB VII PERBANDINGAN KEUNTUNGAN USAHATANI PADI DAN VANILI 7.1 Aspek Finansial……….. 79

7.1.1 Pendapatan Usahatani Padi ………... 79

7.1.2 Pendapatan Usahatani Vanili…………..………. 79

7.2 Aspek Lingkungan ……… 80

7.2.1 Aspek Lingkungan Usahatani Padi ………….. 80

7.2.2 Aspek Lingkungan Usahatani Vanili………….. 83

7.3 Dampak Isu Pemanasan Global ……….... 86

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ……… 88

8.2 Saran ……….. 89

DAFTAR PUSTAKA……… 90

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Ekspor Vanili Indonesia Tahun 2002-2006... 7 2. Luas Lahan Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2002-2006……… 9

3. Produksi Vanili Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2002 – 2006... 9

4 Luas Areal dan Produksi Perkebunan Vanili Rakyat

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 200... 10 5. Rekapitulasi Luas Areal, Produksi dan Produktivitas

Perkebunan Rakyat Tanaman Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya Menurut Keadaan Tanam Tahun 2002-2006………. 12 6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya dan Propinsi

Jawa Barat Tahun 2001-2005 (dalam persen)…………..……... 54 7. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tasikmalaya per sektor

Usaha Tahun 2004-2005 (dalam persen)... 55 8. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Tasikmalaya dan

Propinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2005 (dalam persen) ... 57 9. Penduduk Kabupaten Tasikmalaya Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2001-2005………..……….….... 58 10. Karakteristik Responden Petani Padi dan Petani Vanili di Desa

Cibongas, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya…….. 60 11. Rata-rata Pendapatan Petani Responden Per Hektar di Desa Cibongas,

Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya ... 66 12 Hasil Perbandingan antara Usahatani Permusim dengan

Perubahan Output maupun Input... 70 13. Emisi Metana dan Hasil Gabah Beberapa

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Cashflow Usahatani Vanili per Hektar………... 93

2. Analisis Sensitivitas Usaha Vanili

(Kenaikkan Harga Pupuk Sebesar 10 Persen)... 94 3. Analisis SensitivitasUsaha Vanili

(Kenaikkan Harga Upah Tenaga Kerja sebesar 10 persen)……... 94 4. Analisis Sensitivitas Usaha Vanili

(Penurunan Harga Jual sebesar 10 persen)………..…. 95 5. Analisis Sensitivitas Usaha Vanili

(Penurunan Volume Produksi sebesar 5 persen)……….. 94 6. Nilai Pengganti (switching Value) Usaha Vanili

dengan Kenaikkan Biaya ………. 96 7. Nilai pengganti (switching Value) Usaha Vanili

dengan Penurunan Penerimaan ………... 97 8. Tabel Rata-rata Produksi Vanili Responden ……….... 98 9. Tabel Rata-rata Biaya Usahatani Vanili Responden... 99

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat berperan dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja, dan penghasil devisa. PDB sektor pertanian termasuk pula kehutanan dan perikanan adalah sebesar Rp 63,8 triliun pada tahun 1996, nilai ini terus meningkat menjadi Rp 66,4 triliun pada tahun 2000. Besarnya PDB pertanian tersebut memberikan kontribusi sekitar 17 persen terhadap PDB nasional.1

Sektor pertanian berikut sistem agribisnisnya sangat dominan perannya dalam penyerapan tenaga kerja. Sektor tersebut mampu menyerap 45 persen dari total penyerapan tenaga kerja nasional atau menempati urutan pertama dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2005 struktur kesempatan kerja pedesaan secara agregat menunjukkan bahwa 59 persen dari total kesempatan kerja pedesaan berasal dari sektor pertanian, yang secara absolut besarnya 58 juta orang. Peran sektor pertanian di luar Jawa juga lebih besar yaitu sebesar 67 persen dibandingkan dengan di Jawa yang besarnya 51 persen. Sebaliknya, sektor non-pertanian di Jawa hanya menyumbang 49 persen dan di luar Jawa menyumbang 33 persen kesempatan kerja, yang pada umumnya berupa jasa perdagangan, jasa kemasyarakatan, bangunan, dan jasa pengangkutan. Keadaan ini menunjukkan masih tetap dominannya peran sektor pertanian dalam perekonomian rumah tangga pedesaan, baik di Jawa maupun di luar Jawa.

1

Kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional:Sektor Pertanian Sebagai “Prime Mover”Pembangunan

(15)

Sektor pertanian tidak akan pernah lepas dari fungsinya sebagai sumber utama untuk penyediaan bahan pangan. Dalam meningkatkan ketahanan pangan, tantangan besar saat ini adalah konsumsi masih bertumpu pada beras. Segala upaya telah dilakukan dalam rangka peningkatan produksi pangan terutama beras yang masih terus menjadi masalah utama. Meskipun revolusi hijau di bidang produksi telah berhasil mengejar tingginya pertumbuhan penduduk, namun masih belum dapat mengubah ketergantungan masyarakat terhadap beras.

Dewasa ini masalah yang timbul terkait dengan peran pertanian sebagai sektor penghasil bahan pangan utama adalah terancamnya kestabilan pangan yang diakibatkan oleh adanya krisis pangan dimana produktivitas produk pertanian semakin berkurang. Ada dua faktor yang menjadi penyebab dari adanya pengurangan produktivitas pertanian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu adanya pengaruh dari buruknya sistem ketahanan pangan, sedangkan faktor eksternal yang merupakan fenomena yang telah melanda sejumlah negara yakni pemanasan global.2

Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer. Pemanasan akan diikuti dengan perubahan iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi sedangkan di belahan bumi lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikkan suhu. Pemanasan global dan perubahan iklim terjadi akibat aktivitas manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil dan pertanian. Kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan perubahan komposisi alami atmosfer, yaitu peningkatan jumlah gas rumah kaca secara global.

2

(16)

Keterkaitan antara efek rumah kaca, pemanasan global dan perubahan iklim digambarkan oleh hubungan sebab akibat dimana efek rumah kaca menyebabkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer bumi. Adanya akumulasi yang berlebihan tersebut, iklim global melakukan penyesuaian. Penyesuaian yang dimaksud adalah salah satunya peningkatan temperatur bumi, kemudian disebut pemanasan global dan berubahnya iklim regional, seperti perubahan pola curah hujan, penguapan, pembentukan awan.

Dampak-dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim terutama bagi sektor pertanian diantaranya adalah meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana, kenaikkan permukaan laut, permukaan tanah turun dan kesuburan tanah pertanian berkurang. Dampak-dampak tersebut berpengaruh terhadap produktivitas produk pertanian termasuk tanaman pangan dalam hal ini adalah padi. Sebagai gambaran, dalam rentang tahun 1995 sampai 2005 total padi yang terendam banjir seluas 1.926.636 ha, dari jumlah tersebut sebagian diantaranya puso yaitu sebesar 471.711 ha, sedangkan untuk lahan yang kekeringan seluas 2.131.579 ha serta sebagian diantaranya mengalami gagal panen yaitu seluas 328.447 ha. Pada tahun 2005 luas padi yang mengalami gagal panen akibat kekeringan dan banjir mencapai 189.773 ha dari total luas lahan 577.046 ha. Pada tahun 2006 gabah yang hilang mencapai 872.955 ton dengan rata-rata produksi 4,6 ton per ha. Adapun tahun 2007, luas lahan yang mengalami gagal panen adalah 189.773 ha, dari luas total 577.046 ha, dengan rata-rata produksi 5 ton gabah per ha, dan gabah yang terbuang mencapai 948.865 ton.3

Penurunan produktivitas yang terjadi akibat pengaruh pemanasan global tidak hanya terjadi di negara kita, tetapi juga menimpa sejumlah negara termasuk Cina yang

3

(17)

mengalami banjir dan Filipina yang mengalami perubahan iklim. Hal ini semakin menyebabkan persediaan beras dunia semakin berkurang, karena harus diperebutkan oleh negara-negara konsumen lainnya. Berdasarkan data produksi beras Departemen Pertanian Amerika Serikat, persediaan akhir beras dunia per juli 2007 diproyeksikan sebesar 71,99 juta ton, lebih rendah dibandingkan dengan pada tahun 2006/2007, serta tahun 2005/2006 sebesar 77,26 juta ton. Meskipun produksi beras dunia per juli 2007/2008 sebesar 420,81 juta ton lebih tinggi sebesar 4,44 juta ton dari tahun sebelumnya, akan tetapi kebutuhan dunia pun ikut meningkat 6,36 juta ton dibandingkan periode sebelumnya.4

Penurunan persediaan beras dunia yang terjadi menyebabkan harga beras di pasar Internasional meningkat, harga beras di pasar Internasional kini berada diatas 300 dollar AS per ton, sebelumnya harga rata-rata beras dunia tersebut hanya 220 dollar AS per ton. Peningkatan harga beras ini mempunyai dampak positif maupun negatif yang akan ditimbulkan, dampak positif peningkatan harga akibat pengurangan persediaan beras tersebut akan memacu para petani untuk meningkatkan produksinya demi memenuhi kebutuhan mereka sendiri maupun untuk kebutuhan komersil yang pada akhirnya akan dapat memenuhi persediaan beras nasional, sehingga negara kita tidak terlalu terpengaruh dengan adanya pembatasan kuota ekspor oleh negara-negara produsen beras. Selain itu, dengan adanya pengadaan persediaan beras dalam negeri yang terus meningkat akan mampu mengurangi angka ketergantungan beras dari luar negeri sehingga dapat mendukung kebijakan pengurangan kuota impor. Kuota impor yang diizinkan pada tahun 2007 yang sesuai dengan izin Menteri Perindustrian dan Perdagangan adalah sebesar 1,5 juta ton dan baru terealisasi 700 ribu ton.

(18)

Selain dampak positif kenaikkan harga beras dunia juga menimbulkan dampak negatif terkait dengan upaya pengadaan persediaan beras dalam negeri dengan meningkatkan produktivitas padi tentu memerlukan adanya perluasan lahan sawah, oleh karena itu dilakukan pembukaan lahan sawah yang baru. Lahan dataran rendah yang biasanya digunakan sebagai lahan sawah sudah berkurang akibat naiknya permukaan laut yang dapat menenggelamkan lahan pertanian produktif serta berkurangnya tingkat kesuburan lahan dataran rendah, oleh karena itu para petani akan memutuskan untuk mengalihkan tempat olahannya ke dataran yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan terancamnya mutu serta jumlah suplai air.5 Selain itu lahan perkebunan yang biasanya terdapat di dataran tinggi akan terdesak, sehingga menyebabkan adanya persaingan tempat tanam antara tanaman dataran rendah dan tanaman dataran tinggi.

Adanya persaingan lahan antara tanaman dataran rendah dan dataran tinggi tersebut dapat menjadi masalah baru bagi para petani dalam menentukan keputusan penggunaan lahannya. Para petani cenderung lebih mengutamakan keuntungan finansial dalam menggunakan lahan pertaniannya dengan melihat komoditi yang lebih besar memberikan keuntungan tunai. Disamping pertimbangan melalui aspek finansial, aspek lain yang lebih penting untuk diperhatikan adalah aspek lingkungan yang merupakan faktor penting dalam mewujudkan pertanian yang berkelanjutan yang mampu menjaga kesinambungan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Komoditi yang akan ditinjau dalam hal ini adalah komoditi padi dan komoditi vanili. Komoditi padi dipilih karena komoditi ini merupakan sumber makanan pokok paling utama bagi penduduk negara kita sehingga terkait dengan kepentingan sebagian besar penduduk Indonesia, terlihat dari banyaknya petani Indonesia yang sebagian besar

5

(19)

merupakan petani padi. Selain itu, sifatnya yang rentan terhadap adanya pengaruh pemanasan global sehingga menyebabkan adanya kecenderungan perubahan tempat tanam dari dataran rendah ke dataran tinggi yang sengaja dilakukan oleh para petani untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi akibat adanya pengaruh pemanasan global tersebut, seperti banjir, kekeringan ataupun lahan yang kurang subur.

Vanili dipilih sebagai pembanding karena merupakan tanaman perkebunan yang masih mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan, melihat kebutuhan vanili dunia diperkirakan mencapai 2.000-2.500 ton per tahun, sementara produksi nasional baru mencapai 1.300 ton per tahun, dengan demikian masih kurang 700-1.200 ton per tahun. Vanili juga merupakan komoditi ekspor andalan Indonesia terutama pada tahun 2002-2004 dimana harga vanili basah pada tahun 2002 mencapai rata-rata Rp 250.000 per kg, bahkan pada tahun 2003 mencapai Rp 400.000 per kg kemudian pada tahun 2004 harga vanili basah mulai mengalami penurunan mencapai rata-rata Rp 50.000 per kg hingga tiga tahun terakhir terus mengalami penurunan bahkan mencapai Rp 6.500 per kg hingga Rp 9.000 per kg. Berikut ini adalah Tabel perkembangan ekspor vanili Indonesia tahun 2002 sampai 2006.

Tabel 1. Perkembangan Ekspor Vanili Indonesia Tahun 2002-2006

Tahun Nilai ($) Kuantitas (kg)

2002 38.320.725 7.196.882

2003 38.529.337 12.724.840

2004 33.003.382 1.481.918

2005 10.693.224 555.300

2006 11.783.396 998.076

Sumber : United Nations Commodity Trade (COMTRADE) Statistic Database, 2007 (diolah)6

6

(20)

Alasan lain pemilihan vanili sebagai tanaman pembanding karena vanili merupakan komoditi perkebunan yang secara tidak langsung akan terpengaruh oleh adanya pemanasan global. Pengaruhnya pemanasan global tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan tanaman-tanaman dataran tinggi dalam hal ini tanaman perkebunan yaitu tanaman vanili akan terdesak oleh tanaman dataran rendah yang telah beralih tempat tanam ke dataran yang lebih tinggi sehingga tersaingi oleh adanya tanaman dataran rendah dalam hal ini adalah padi.

Penelitian ini akan menganalisis perbandingan pendapatan antara komoditi padi dan komoditi vanili dengan melihat dua aspek yang dipertimbangan, yaitu aspek finansial yang akan membandingkan jumlah pendapatan yang diterima petani dari kedua komoditi tersebut, sedangkan aspek lain yang akan dijadikan bahan pertimbangan adalah aspek lingkungan yang akan membandingkan kemampuan dari kedua komoditi tersebut dalam mendukung program pertanian yang ramah lingkungan, sehingga dapat mengurangi pengaruh adanya pemanasan global.

(21)

Wilayah Kabupaten Tasikmalaya dikatakan cocok untuk budidaya komoditi padi. Indikator yang dapat dilihat diantaranya adalah produktivitas, luasan lahan tanam, serta produksi dari komoditi tersebut. Produktivitas padi di Kabupaten Tasikmalaya selalu mengalami peningkatan, begitu pula dengan produksi dan luas lahan tanam yang sama-sama meningkat dari tahun ke tahun seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Lahan Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2002-2006

Tahun Tanam (Ha) Panen (Ha) Produktivitas (Kw/ha)

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya, 2007

Lain halnya dengan produktivitas padi yang senderung terus meningkat, produktivitas komoditi vanili di Kabupaten Tasikmalaya cenderung lebih fluktuatif. Produksi mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2004, walaupun mulai mengalami penurunan pada tahun 2005 dan 2006, namun meskipun mengalami penurunan produksi vanili tahun 2005 dan 2006 masih lebih besar dibandingkan dengan tahun 2002. Produktivitas komoditi vanili Kabupaten Tasikmalaya tahun 2002 sampai tahun 2006 dapat dilihat dari Tabel 3 dibawah ini.

(22)

Tahun Produksi

Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat7

Selain produktivitas indikator lain yang dapat dilihat adalah luas lahan yang ditempati, dan rata-rata produksi. Data yang digunakan untuk melihat keseluruhan indikator tersebut digunakan data tahun terakhir yaitu data untuk tahun 2007 seperti ditunjukkan oleh Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Vanili Rakyat Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2007

Variabel Jumlah

Luas areal tanam (ha) 204,58

Produksi (ton) 142,39

Produktivitas (Kw/ha) 6,96

Jumlah petani pemilik 981

Jumlah kelompok tani 14

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya, 2007

Desa Cibongas yang terletak di Kecamatan Pancatengah merupakan salah satu desa yang terdapat di Kabupaten Tasikmalaya. Kondisi topografi di daerah penelitian cocok untuk masing-masing komoditi, selain itu desa ini merupakan desa yang mempunyai tren pertanian komoditi padi dan vanili dengan ketinggian lahan rata-rata 370 m dpl, serta karakteristik pertanian yang masih menjadikan padi sebagai tanaman utama dengan vanili sebagai tanaman investasinya.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan penduduk meningkat pesat. Seiring dengan adanya peningkatan penduduk, terjadi pula peningkatan

7

(23)

aktivitas manusia yang dapat menjadi faktor penyebab timbulnya pemanasan global. Gejala-gejala adanya pemanasan global dapat dilihat dari perubahan iklim yang tidak menentu, naiknya permukaan laut dan lain-lain. Salah satu gejala pemanasan global seperti naiknya permukaan laut menjadi masalah dasar yang dapat menggangu stabilitas lahan pertanian yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan di negara Indonesia. Mekanisme peningkatan permukaan air laut menyebabkan terjadinya pergeseran lahan tanam pertanian dari lahan dataran rendah dialihkan ke dataran tinggi. Akibat adanya pergeseran lahan pertanian dari dataran rendah ke dataran tinggi menyebabkan persaingan antara tanaman untuk lahan dataran rendah dan tanaman lahan dataran tinggi. Hal ini tentu saja dapat menjadi masalah bagi para petani dalam memanfaatkan lahan mereka yang terbatas, sementara lahan pertanian mereka harus dimanfaatkan agar dapat memberikan keuntungan yang optimal, baik secara finansial maupun sosial.

(24)

Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah yang memiliki tren pertanian dengan dua komoditas padi dan vanili. Komoditi padi merupakan tanaman pokok bagi masyarakat Kabupaten Tasikmalaya, sehingga tanaman ini tetap dipertahankan karena selain dijual, dapat juga mereka gunakan untuk pemenuhan kebutuhan pokok mereka sehari-hari (subsisten). Dilain hal, komoditi vanili tetap dipertahankan para petani atas dasar spekulasi mereka sendiri yang masih berkeyakinan bahwa harga vanili yang fluktuatif sewaktu-waktu dapat kembali tinggi.

Adanya pemanasan global tampaknya sudah mulai berpengaruh di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, diperkirakan telah terjadi persaingan lahan antara komoditi padi dan vanili. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan produktivitas serta penggunaan lahan dari salah satu komoditi, yaitu padi sementara pada komoditi vanili cenderung menurun, seperti yang terlihat pada Tabel 5. Oleh karena itu, wilayah ini dipilih sebagai daerah penelitian karena dengan adanya persaingan penggunaan lahan tersebut semakin lama akan semakin membuat petani kesulitan dalam menentukan komoditi yang akan ditanam diantara kedua komoditi tersebut sehingga perlu perlu dianalisis komoditi mana yang lebih menguntungkan para petani baik secara finansial maupun lingkungan.

Tabel 5. Rekapitulasi Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Padi dan Vanili Rakyat Kabupaten Tasikmalaya Menurut Keadaan Tanaman Tahun 2002-2006

Luas Areal (Ha) Produktivitas (Kw/ha)

Produksi (Ton) Tahun

Padi Vanili Padi Vanili Padi Vanili 2002 115.851 93 46,02 7,10 533.167 66 2003 114.410 93 44,48 7,10 508.872 66 2004 127.463 65 47,87 15,54 610.178 101 2005 131.526 131 50,65 21,45 666.152 281

2006 109.031 151 54,23 9,74 591.241 147

(25)

2. Dinas Perkebunan Jawa Barat8

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari kedua komoditi tersebut adalah analisis pendapatan usahatani yang digunakan untuk menghitung tingkat pendapatan yang diperoleh para petani padi serta analisis kelayakan usahatani yang digunakan untuk menghitung tingkat kelayakan dari usahatani tersebut. Alat analisis yang digunakan berbeda antara komoditi padi dan vanili dikarenakan ada perbedaan jangka waktu dalam kemampuan produktivitasnya. Padi sebagai tanaman dengan umur panen lebih pendek dari vanili, sedangkan vanili mempunyai umur panen yang jauh lebih lama dari padi sehingga vanili dikatakan sebagai tanaman investasi.

Hasil dari analisis diharapkan dapat dijadikan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait terutama para petani itu sendiri sehingga dapat membantu mereka dalam menentukan komoditi yang akan mereka tanam agar mereka dapat mengusahakan lahan pertanian mereka secara efisien karena lahan yang mereka punya cenderung berskala kecil. Selain itu, pertimbangan lain yang harus diperhatikan terkait dengan lingkungan. Oleh karena itu, analisis perlu dilakukan untuk mengetahui komoditi yang memberikan keuntungan yang lebih besar bagi para petani di Kabupaten Tasikmalaya ditinjau dari aspek finansial maupun lingkungan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan finansial maupun sosial para petani itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pendapatan usahatani dari komoditi padi dan kelayakan finansial usahatani vanili di Kabupaten Tasikmalaya?

8

(26)

2. Bagaimana perbandingan keuntungan usahatani padi dan usahatani vanili dilihat dari aspek finansial dan lingkungan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Menganalisis pendapatan usahatani padi dan kelayakan finansial usahatani vanili di Kabupaten Tasikmalaya.

2. Membandingkan keuntungan usahatani padi dan usahatani vanili di Kabupaten Tasikmalaya dilihat dari aspek finansial dan lingkungan.

1.4. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai :

1. Salah satu pertimbangan bagi pemerintah dalam mengevaluasi kebijakan pada komoditi vanili dan padi

2. Masukan bagi para petani dalam mengambil keputusan.

3. Wacana bagi masyarakat serta dapat menjadi sumber literatur bagi siapapun yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian hanya dilakukan pada satu desa sehingga memiliki batasan hanya menganalisis pendapatan usahatani padi dan kelayakan usahatani vanili di satu desa saja

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Vanili dan Budidaya Vanili Vanili (Vanila planifolia andreas)

Tanaman vanili termasuk famili orchidaceae (angrek-anggrekan), yang merupakan famili terbesar dalam tanaman bunga. Vanili mempunyai 700 genus dan 20.000 spesies (Purseglove et al,1981). Dari sekian banyak jenis, jenis yang mempunyai nilai ekonomi yaitu vanilla planifoka, v. pompana, dan v. tahinensis. diantara ketiga tersebut, v. planifoka atau dikenal pula dengan v. fragnans salisha. Mempunyai produksi yang lebih tinggi dan lebih bermutu karena kadar vanili yang lebih tinggi. V. planifola juga paling banyak dijumpai di Indonesia (Hadisutrisno, 2005). Kedudukan tanaman ini dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Famili : Orchydaceae Genus : Vanilla Species : Vanili sp

(28)

menjadi kekuning-kuningan, biji buahnya banyak, berwarna hitam dan berukuran rata-rata 0,2 mm (Rismunandar dan Sukma, 2003).

Budidaya Vanili

Keadaan iklim yang diperlukan oleh tanaman vanili adalah suhu udara 25-38ºC, kelembaban udara sekitar 80 persen dan intensitas hujan berulang – ulang tetapi tidak banyak. Keasaman (pH) tanah yang dikehendaki 6 – 7 dengan keadaan drainase yang baik. Di wilayah Indonesia dengan curah hujan antara 2000 – 3000 mm per tahun pada ketinggian 350 – 800 mdpl, tanaman vanili akan bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik.

Dalam menanam tanaman vanili yang perlu diperhatikan yaitu keadaan iklim, tipe tanah dan kesuburan tanah. Lahan datar yang memungkinkan air tergenang di sekitar perakaran vanili, dan lahan yang terlalu curam kurang baik untuk vanili. Perakaran vanili relatif dangkal, karena itu sebaiknya vanili ditanam di lahan yang lapisan humusnya tebal. Di lahan dengan kandungan humus tinggi, perkembangan akarnya 85 persen lebih baik daripada bila ditanam di daerah biasa dan mengakibatkan pertumbuhan batang barunya lebih baik.

(29)

Sebelum vanili ditanam perlu disiapkan tanaman penegak atau pelindung terlebih dahulu. Penanaman tanaman penegak atau pelindung ini dilakukan 6 – 12 bulan sebelum stek vanili ditanam karena tanaman penegak berfungsi sebagai penunjang (panjatan) dan juga sebagai naungan. Tanaman penegak atau pelindung memiliki lingkar batang yang tidak besar, kuat sebagai penyangga, mudah diperbanyak dengan stek, tidak mengalami pengguguran daun, daunnya relatif kecil, dan pertumbuhannya cepat. Percabangannya hendaknya diatur pada ketinggian 1,5 – 2 m, sehingga sulur vanili mudah menggantung, dan mudah dicapai oleh pekerja pada waktu mengawinkan bunga.

Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman penegak atau pelindung adalah 1,5 × 1,25 m × 2 × 1 m (jarak 1,5 m dan 2 m adalah jarak antar barisan). Banyaknya naungan yang diperlukan tergantung pada tinggi tempat/lokasi penanaman dari permukaan laut. Semakin tinggi tempat maka akan semakin sedikit diperlukan naungan. Jenis tanaman yang baik untuk digunakan sebagai penegak atau pelindung adalah tanaman leguminosa (bunga kupu – kupu), karena tanaman tersebut dapat memperbaiki kesuburan tanah melaui peningkatan N dari udara. Tanaman penegak atau pelindung sebaiknya dijaga agar pada ketinggian 1,5 × 2 m sudah bercabang.

2.2. Padi dan Budidaya Padi Padi (Oryza sativa L.)

(30)

Batang padi berbuku dan berongga, dari buku batang ini tumbuh anakan dan daun, bunga atau malai muncul dari buku terakhir pada tiap anakan . Akar padi adalah akar serabut yang sangat efektif dalam penyerapan hara, tetapi peka terhadap kekeringan. Akar padi terkonsentrasi pada kedalaman antara 10-20 cm.

Budidaya Padi 1. Padi Sawah

Ciri khusus padi sawah adalah adanya penggenangan selama pertumbuhan tanaman. Budidaya padi sawah dilakukan pada tanah yang berstruktur lumpur. Oleh sebab itu, tanah yang ideal untuk sawah harus memiliki kandungan liat minimal 20 persen. Waktu pengolahan tanah yang baik tidak kurang dari 4 minggu sebelum penanaman. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, garu, dan perataan. Sebelum diolah lahan digenangi air terlebih dahulu sekitar 7 hari. Kemudian untuk benih disarankan menggunakan benih bersertifikat atau berlabel biru dan pada setiap musim tanam perlu adanya pergiliran varietas benih yang digunakan memperhatikan ketahanan terhadap serangan wereng dan tungro.

2. Padi Gogo

(31)

sebaiknya dilakukan pengapuran dengan kapur pertanian atau dolomit untuk menaikkan pH dan memperbaiki kesuburan tanah

Kebutuhan benih untuk padi gogo lebih banyak daripada padi sawah, yaitu sekitar 50 kg per ha. Hal ini disebabkan karena persentase pertumbuhan padi gogo lebih kecil. Meskipun demikian, padi gogo memiliki kalebihan yaitu tidak perlu disemai terlebih dahulu, benih dapat langsung ditanam dalam lubang atau diperlakukan seperti pada padi sawah.

2.3. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu 2.3.1 Penelitian Usahatani

Penelitian mengenai pendapatan usahatani padi hibrida telah dilakukan oleh Basuki (2008). Kesimpulan yang dapat diperoleh dari analisis diatas yaitu usahatani padi hibrida yang dilaksanakan oleh petani padi, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada musim rendeng 2006/2007 memberikan pendapatan yang lebih kecil dari usahatani padi hibrida pada waktu dan tempat yang sama. Pendapatan atas biaya yang dibayarkan usahatani padi inbrida dan padi hibrida adalah Rp 6.152.080,57 dan Rp 4.384.536,55. R/C usahatani padi inbrida lebih besar dari R/C usahatani padi hibrida menandakan bahwa usahatani padi inbrida lebih efisien daripada usahatani padi hibrida. R/C atas biaya tunai pada usahatani inbrida adalah 2,10 dan R/C atas biaya tunai pada usahatani padi hibrida adalah 1,62.

(32)

benih padi hibrida di tempat penelitian, yaitu luas lahan, status lahan, rasio pendapatan usahatani terhadap pendapatan total, dan umur.

Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani padi sawah juga dilakukan oleh Tiku (2008) dengan membedakan sistem usahatani padi menjadi dua yaitu sistem mina padi dan non mina padi. Pendapatan usahatani padi sawah dengan metode minapadi di Desa Tapos I dan Tapos II secara umum hampir sama dengan sistem mina Padi di daerah lain, terutama di Jawa Barat, namun usahatani mina padi didaerah lain ini masih tergolong ke mina padi pembibitan karena usahatani mina padi ini cenderung dijadikan bibit bagi usaha perikanan lain di daerah penelitian. Jika irigasi tersedia melimpah, maka petani mengusahakan padi sawah minimal satu kali penanaman dalam setahun, selain menurut petani untuk kebutuhan konsumsi dan dinilai menguntungkan. Hal tersebut dapat menjaga keseimbangan dan kesuburan tanah dan jika air bukan hanya melimpah, namun stabil ketersediaannya. Maka petani akan berusaha memelihara ikan di sawah.

(33)

dibandingkan dengan non mina padi yaitu 2,18 dan 1,65. Dari penelitian ini dapat dikaji bahwa bertambahnya faktor resiko yang muncul harus ditanggung petani yang mengusahakan sistem mina padi, khususnya jika penyakit yang muncul tidak dapat diatasi oleh ikan. Jika ikan tidak dapat mengatasi hama dan penyakit di sawah, ikan-ikan menjadi penghalang petani untuk melakukan penyemprotan. Dalam kondisi tersebut, petani harus memilih lahan sawah alternatif usaha antara ikan atau padi.

Penelitian mengenai usahatani vanili telah dilakukan oleh Salim (1993) dan menyatakan bahwa pendapatan dari usahatani vanili memang besar tetapi biaya yang diperlukan sebelum tanaman vanili berproduksi juga cukup besar. karena itu petani vanili pemula, diperlukan bantuan pembiayaan dari lembaga keuangan seperti Bank berupa kredit, untuk mengatasi permodalan awal

2.3.2. Penelitian Analisis Kelayakan Usahatani

(34)

sebesar 22 persen, penurunan harga jual sebesar 26 persen menyebabkan usahatani tidak layak. Analisis switching value yang dilakukan didapat nilai toleransi penurunan harga dan produksi lada sebesar 15,22 persen dan 6,83 persen. Kenaikan biaya operasional yang dapat ditolerir adalah sebesar 19,93 persen dan dan 6,83 persen untuk tingkat diskonto 16 dan 18 persen.

Aisyah (2002) menganalisis kelayakan usaha florist di pusat promosi dan pemasaran bunga/tanaman hias. Analisis switching value dilakukan untuk melihat sejauh mana perubahan yang terjadi dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek untuk usaha florist skala besar (lima unit florist), pada penurunan harga output 25 persen, dan kenaikan harga input 35 persen. Aspek finansial untuk usaha florist skala besar layak dan menguntungkan untuk dijalankan, sedangkan usaha florist kecil tidak. Analisis sensitivitas menunjukkan usaha florist skala besar sangat sensitif terhadap perubahan harga output dan input.

(35)

Produsen yang berproduksi dengan skala besar, nilai tambah ini diperoleh pada tingkat 21,21 persen dari total inputnya dan keuntungan perusahaan sebesar 71,95 persen. Hasil analisis terhadap nilai tambah ini menyimpulkan bahwa dengan semakin besar nilai tambah yang diperoleh dan semakin efisien produsen dalam usaha.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena penelitian ini berusaha menganalisis antara dua komoditi yaitu komoditi vanili dan komoditi padi dengan melihat besar pendapatan yang diperoleh dari masing-masing komoditi serta mengidentifikasi kelayakan usaha dari masing-masing komoditi menggunakan analisis pendapatan usahatani untuk komoditi padi dan analisis kelayakan usaha untuk komoditi vanili dalam rangka peningkatan kesejateraan petani dengan introduksi aspek lingkungan sebagai pertimbangan bagi para petani dan pihak terkait. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengembangkan Kabupaten Tasikmalaya sebagai kabupaten dengan tingkat kesejahteraan tinggi di Jawa Barat.

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pendapatan Usahatani

(36)

produksi dengan penerimaan. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan dan tindakan. Bentuk dan jumlah pendapatan ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu memenuhi keperluan sehari-hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan kegiatannya. Pendapatan ini juga digunakan untuk mencapai keinginan-keinginan dan memenuhi kewajiban-kewajibannya.

3.1.2. Konsep Usahatani

Menurut Tjakrawiralaksana dan Soeriatmadja dalam Hantari (2007), usahatani adalah suatu organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga tani, unsur modal yang beraneka ragam jenisnya dan unsur pengelolaan atau manajemen yang perannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan mencari keuntungan atau laba. Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal, waktu, dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya (Soekartawi, 1986).

(37)

(2) kurangnya modal, (3) pengetahuan petani yang masih terbatas serta kurang dinamis, dan (4) masih rendahnya tingkat pendapatan petani.

Kegiatan usahatani berdasarkan coraknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu usahatani subsisten bertujuan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, sedangkan usahatani komersil adalah usahatani dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Dari segi petani, pengelolaan usahatani pada dasarnya terdiri dari pemilihan antara berbagai alternatif penggunaan sumberdaya yang terbatas yang terdiri dari lahan, tenaga kerja, modal, waktu, dan pengelolaan. Hal ini dilakukan agar ia dapat mencapai tujuan sebaik-baiknya dalam lingkungan yang penuh resiko dan kesukaran-kesukaran lain yang dihadapi dalam melaksanakan usahataninya.

Beberapa faktor kendala yang mempengaruhi produksi usahatani yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor kendala intern terdiri dari kualitas dan kuantitas unsur-unsur produksi seperti lahan, tenaga kerja, dan modal. Faktor ekstern meliputi adanya pasar bagi produksi yang dihasilkan, tingkat harga sarana produksi dan hasil, termasuk tenaga kerja buruh dan sumber kredit, tersedianya informasi dan teknologi yang mutakhir dan kebijaksanaan yang menunjang (Tjakrawiralaksana dan Soeriatmadja, 1983 dalam Dewi, 2007). Tingkat produksi dan produktivitas usahatani dipengaruhi oleh teknik budidaya, yang meliputi varietas yang digunakan, pola tanam, pemeliharaan dan penyiangan. Pemupukan serta penanganan pasca panen. Ketersediaan berbagai macam sarana produksi di lingkungan petani mendukung teknik budidaya. Berbagai sarana produksi yang perlu diperhatikan yaitu bibit, pupuk, obat-obatan serta tenaga kerja.

(38)

berdasarkan biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahatani. Pendapatan ini dianggap sebagai balas jasa untuk faktor-faktor produksi yang digunakan.

Penerimaan usahatani merupakan nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan pengeluaran usahatani adalah nilai semua input yang habis terpakai dalam proses produksi tetapi tidak termasuk biaya tenaga kerja keluarga. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran yang harus dibayar dengan uang, seperti pembelian sarana produksi, biaya untuk membayar tenaga kerja. Sedangkan pengeluaran yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani apabila bunga modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Selisih antara penerimaan dan pengeluaran usahatani disebut pendapatan usahatani (net farm income). Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi. Oleh karena itu pendapatan usahatani merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan keragaan beberapa usahatani.

3.1.3 Studi Kelayakan Proyek

(39)

keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Pengertian lainnya yang diungkapkan oleh Husnan & Suwarsono (2004), proyek ialah suatu usaha yang direncanakan sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan dilaksanakan dalam waktu yang tertentu pula, atau suatu pendirian usaha baru kedalam suatu bauran produk yang sudah ada dengan menginvestasikan sumberdaya yang dapat dinilai secara independen.

Analisis kelayakan usaha atau juga dapat disebut studi kelayakan proyek perlu dilakukan untuk melihat apakah suatu proyek dapat memberikan manfaat atas invetasi yang telah ditanamkan. Definisi studi kelayakan proyek menurut Husnan dan Suwarsono (2000) studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil. Proyek yang dimaksudkan disini biasanya merupakan proyek investasi.

(40)

Dalam studi kelayakan hal-hal yang perlu diketahui adalah :

a. Ruang lingkup kegiatan proyek, untuk menentukan pada bidang-bidang apa proyek akan beroperasi.

b. Cara kegiatan proyek dilakukan, untuk menentukan apakah proyek akan ditangani sendiri atau diserahkan pada pihak lain.

c. Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya seluruh proyek, untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilan usaha.

d. Sarana yang diperlukan oleh proyek, menyangkut kebutuhan proyek dan fasilitas-fasilitas pendukung.

e. Hasil kegiatan proyek serta biaya-biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh hasil tersebut.

f. Akibat-akibat yang bermanfaat maupun tidak bermanfaat akibat dari adanya proyek tersebut (manfaat dan pengorbanan ekonomis dan sosial).

g. Langkah-langkah rencana mendirikan proyek.

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), lembaga-lembaga yang memerlukan studi kelayakan adalah :

1. Investor

Pihak yang akan menanamkan modal dalam suatu usaha akan lebih memperhatikan proyek tersebut. Prospek disini adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut beserta resikonya. Semakin tinggi resiko investasi, tingkat keuntungan yang diminta oleh investor tersebut juga tinggi.

(41)

Para kreditur (Bank) akan lebih memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan mereka. Dengan demiklian mereka mengharapkan agar bunga plus angsuran pokok pinjaman bisa dilakukan tepat pada waktunya, dengan memperhatikan pola aliran kas selama jangka waktu pinjaman tersebut.

3. Pemerintah

Pemerintah berkepentingan dengan manfaat proyek tersebut bagi perekonomian nasional. Manfaat ini terutama dikaitkan dengan penanggulangan masalah-masalah yang sering dihadapi oleh negara tersebut.

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), tahap-tahap untuk melakukan proyek investasi adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut.

2. Perumusan merupakan tahap untuk menerjemahkan kesempatan investasi kedalam suatu rencana proyek yang kongkrit, dengan faktor-faktor yang penting dijelaskan secara garis besar.

3. Penilaian dilakukan dengan cara analisa dan menilai aspek pasar, teknik, keuangan dan perekonomian.

4. Pemilihan dilakukan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang akan dicapai.

5. Implementasi yaitu menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap berpegang pada anggaran.

(42)

Untuk menjalankan suatu proyek terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa yang akan dipelajari. Aspek-aspek studi kelayakan usaha yang biasanya dianalisis antara lain menyangkut aspek pasar, teknis, keuangan, hukum dan ekonomi. Menurut kadariah et al (1978) menyatakan bahwa proyek dapat dievaluasi dari aspek teknis, aspek manajerial administratif, aspek organisasi, aspek komersil, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Dilain pihak, Gitingger (1986) menyebutkan proyek penelitian memiliki enam aspek yaitu aspek teknis, aspek institusional manajerial, aspek komersil, aspek sosial, aspek finansial, dan aspek ekonomi.

Aspek Pasar

Menurut Husnan dan Suwarsuono (2000), aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang :

1. Permintaan, baik secara total maupun diperinci dan proyeksi permintaan dimasa mendatang

2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun impor. Perkembanganm di masa lalu dan yang akan datang, jenis barang yang menyaingi, dan sebagainya.

3. Harga, perbandingan dengan barang-barang impor dan produksi dalam negeri lainnya, serta pola perubahan harganya.

4. Program pemasaran, mencakup stategi pemasaran yang akan dipergunakan, marketing mix, identifikasi siklus kehidupan produk, dan pada tahap apa produk akan dibuat. 5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai

oleh perusahaan

(43)

bertujuan menjual barang/jasa yang diproduksi perusahaan ke pasar. Oleh karena itu, aspek ini bertanggung jawab dalam menentukan ciri-ciri pasar yang akan dipilih.

Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran, deskripsi produk atau diferensiasi produk, syarat-syarat masuk dan sebagainya. Kohls (1998) mengklasifikasikan pasar menjadi dua macam berdasar sifat bentuknya, yaitu pasar bersaing sempurna dan pasar bersaing tidak sempurna. Asumsi yang harus dipenuhi pada pasar bersaing sempurna antara lain: (1) Banyak pembeli dan penjual, (2) pembeli dan penjual hanya menguasai sebagian kecil dari barang atau jasa yang dipasarkan (sebagai price taker), (3) barang dan jasa yang dipasarkan bersifat homogen (tidak ada diferensiasi produk), (4) pembeli maupun penjual bebas keluar masuk pasar, dan (5) informasi pasar yang sempurna.

Struktur pasar yang kedua adalah pasar bersaing tidak sempurna yang dapat dilihat dari sisi pembeli dan penjual. Berdasarkan sisi pembeli terdapat pasar persaingan monopsonistik, oligopsoni ,dan monopsoni. Apabila dilihat dari sisi penjual terdiri dari pasar persaingan monopolistik, oligopoli, dan monopoli.

Aspek Teknis

(44)

Kuntjoro (2002) menyebutkan bahwa aspek teknis menyangkut berbagai hal berkaitan dengan proses produksi yasng dijalankan, seperti teknologi yang digunakan dan skala produksi yang dipilih, fasilitas lokasi dan produksi, dan pemilihan proses produksi mencakup teknologi, perlengkapan dan alat-alat, bahan, tenaga kerja dan pengawasan kualitas.

Aspek Manajemen

Aspek manajemen menurut Gittinger (1986) berkisar diantara penetapan institusi, organisasi dan manajerial yang tepat dan tidak tumpang tindih, yang secara jelas memiliki pengaruh yang penting terhadap pelaksanaan proyek. Kuntjoro (2002) menyatakan bahwa aspek manajemen merupakan manajemen dalam pelaksanaan proyek, penjadwalan penyelesaian proyek, serta struktur organisasi dalam manajemen operasional, seperti deskripsi jabatan.

Aspek Ekonomi dan Sosial

Kuntjoro (2002) menyatakan adanya keterkaitan aspek ekonomi dan sosial, sehingga dalam pelaksanaan suatu proyek, harus memperhatikan manfaat proyek tersebut bagi masyarakat, penambahan atau pengurangan devisa, penambahan kesempatan kerja, dan pengaruh terhadap perkembangan industri lain. Aspek sosial dapat dilihat manfaatnya pada lingkungan sekitar, dapat berupa manfaat maupun pengorbanan yang dirasakan.

(45)

mempertimbangkan pola dan kebiasaan dari pihak yang dilayani oleh proyek, karena pertimbangan ini berhubungan langsung dengan kelangsungan suatu proyek.

Aspek Finansial

Kadariah et, al. (1978) menyatakan bahwa analisis finansial dimulai dengan analisis biaya dan manfaat suatu proyek. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan revenue earning dari suatu proyek, apakah proyek akan menjamin atas dana yang diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut, dan apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri.

Kuntjoro (2002) menyebutkan bahwa biaya yang diperlukan untuk proyek terdiri dari biaya modal, biaya operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya bersifat jangka panjang, contohnya tanah, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin, biaya pendahuluan sebelum operasi seperti biaya penelitian. Biaya operasional disebut sebagai biaya modal kerja karena biaya ini dikeluarkan untuk menutupi kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan dan didasarkan pada situasi produksi, biasanya dibutuhkan sesuai dengan tahap operasi contohnya biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja, biaya perlengkapan penunjang. Biaya lain yang dikeluarkan proyek diantaranya pajak, bunga pinjaman, dan asuransi.

(46)

perubahan dalam waktu penjualan. Perubahan dalam bentuk produksi, pengurangan biaya melalui mekanisasi, pengurangan biaya pengangkutan, penghindaran kerugian dan manfaat tidak langsung proyek.

Kadariah et al (1978) mengungkapkan bahwa benefit dari proyek terbagi menjadi direct benefit, indirect benefit dan itangible benefit. Direct benefit disebutkan sebagai peningkatan output produksi ataupun penurunan biaya. Indirect benefit merupakan keuntungan sampingan akibat adanya proyek, sedangkan itangible benefit merupakan keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang seperti perbaikan lingkungan hidup dan sebagainya

(47)

Nilai waktu uang adalah adalah suatu konsep dimana sejumlah uang tertentu pada masa yang akan datang memiliki manfaat yang lebih kecil jika dibandingkan pada waktu sekarang dengan nilai nominal yang sama, sehingga dalam penilaian kriteria investasi akan lebih baik jika digunakan konsep nilai waktu uang yang diwujudkan dengan perhitungan present value dari suatu anggaran tertentu. Kuntjoro (2002) menyebutkan alasan penggunaan present value yaitu karena adanya ketidakpastian dari hasil, harga dan biaya yang ditetapkan sepanjang proyek berjalan, serta jika dipikirkan secara logis, nilai uang yang sama jumlahnya yang diterima atau dikeluarkan sekarang, akan lebih berharga dari pada nilai uang itu pada masa yang akan datang.

Menurut Kadariah et. al,1999 dalam menentukan umur suatu proyek terdapat beberapa pedoman yang dapat dijadikan sebagai acuan, antara lain:

1. Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode yang kira-kira sama dengan umur proyek secara ekonomis yaitu umur ekonomis suatu aset berupa jumlah tahun selama pemakaian aset dapat meminimumkan biaya tahunnya.

2. Proyek-proyek dengan investasi modal yang sangat besar, umur proyek yang digunakan berdasarkan unsur-unsur pokok investasi adalah umur teknis yang lama dengan umur ekonomis yang dapat lebih pendek akibat obsolescence (ketinggalan zaman karena penemuan teknologi baru yang efisien menggantikan teknologi lama). 3. Proyek dengan umur diatas 25 tahun dapat diambil 25 tahun, karena nilai-nilai

sesudah itu, jika di-discount dengan discount rate sebesar 10 persen keatas maka present value-nya sudah sangat kecil.

(48)

modal tetap dan modal kerja, sumber dana, proyeksi keuangan dan besaran dana yang diperlukan dalam proyek, dan menghitung biaya dan manfaat finansial melalui analisis kelayakan investasi seperti Net Present Value, Payback Period, dan Internal Rate Return

Metode penilaian yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi dan menganalisis kelayakan finansialnya, yaitu:

™ Net Present Value

Net Present Value yaitu selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan dengan tingkat bunga yang relevan. Sedangkan NPV dari suatu proyek merupakan nilai bersih sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal.

Suatu proyek dikatakan layak atau bermanfaat untuk dilaksanakan jika NPV proyek tersebut lebih besar atau sama dengan nol (NPV ≥0). Jika nilai NPV sama dengan nol, berarti proyek tidak untung tetapi juga tidak rugi (hanya mampu menutupi biaya yang dikeluarkan). Jika nilai NPV lebih kecil dari nol, maka proyek tidak layak untuk dijalankan karena tidak menghasilkan senilai biaya yang keluarkan. Oleh karena itu, sumberdaya yang digunakan dalam proyek tersebut sebaiknya dialokasikan pada kegiatan atau proyek lain yang lebih menguntungkan.

™ Internal Rate of Return (IRR)

(49)

Suatu proyek dikatakan layak jika nilai IRR yang diperoleh oleh proyek tersebut lebih besar dari tingkat diskonto. Sedangkan jika nilai IRR yang diperoleh lebih kecil dari tingkat diskonto, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Penerapannya lebih sulit bila dibandingkan dengan NPV, karena dalam hal tertentu terdapat kemungkinan dihasilkannya nilai IRR yang lebih dari satu yang dapat membuat NPV sama dengan nol.

™ Net B/C Ratio

Net B/C Ratio merupakan angka perbandingan antara nilai kini dan arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Untuk pemilihan ukuran B/C Ratio dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai B/C Ratio sebesar satu atau lebih jika arus biaya dan manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunitas kapital (Gittinger, 1986).

Suatu proyek dinyatakan layak jika nilai Net B/C lebih besar atau sama dengan satu, hal ini berarti proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Sedangkan jika nilai Net B/C lebih kecil dari satu, maka proyek menghasilkan manfaat lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan yang artinya tidak layak untuk dilaksanakan.

™ Payback Period (PP)

(50)

™ Analisis Switching Value

Analisis switching value (nilai pengganti) digunakan dalam rangka menganalisis sampai pada tingkat mana perubahan-perubahan yang terjadi masih dapat ditolerir sehingga suatu proyek masih dapat dikatakan layak atau terus diusahakan. Dalam analisis ini dicoba melihat kondisi kelayakan yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan biaya dan manfaat.

Pada analisis switching value dicari berapa nilai pengganti pada komponen biaya dan penurunan manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol, IRR sama dengan tingkat diskonto yang digunakan, dan nilai Net B/C sama dengan satu (cateris paribus).

™ Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis kembali untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Dalam analisis sensitivitas perubahan nilai yang dipilih dianalisis terhadap masalah yang dianggap penting pada analisis proyek dan akan menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek.

Proyek-proyek pertanian umumnya sensitif terhadap terhadap perubahan-perubahan 4 variabel berkut ini:

1. Harga jual output yang akan berpengaruh terhadap manfaat, manfaat sekarang netto, dan tingkat pengembalian secara finansial maupun ekonomi

(51)

3. Kenaikan biaya 4. Produk yang dihasilkan

Adapun kelemahan yang dimiliki analisis sensitivitas, antara lain :

1. Analisis ini tidak dipakai dalam pemilihan proyek karena merupakan analisis parsial dan hanya mengubah satu parameter masa suatu saat tertentu

2. Analisis ini hanya mengidentifikasi apa yang akan terjadi bila terdapat perubahan biaya atau manfaat bukan menentukan kelayakan suatu proyek

3.2. Kerangka Berpikir Operasional

Sektor pertanian merupakan sektor sentral yang mempunyai peran sangat penting bagi perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu yang memberikan kontribusi cukup besar yaitu sekitar 17 persen terhadap PDB (produk domestik bruto) nasional, begitu pula di Kabupaten Tasikmalaya sektor pertanian memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB yaitu sekitar 34,91 persen pada akhir tahun 2005 (BPS, 2006). Oleh karena itu sektor pertanian haruslah mendapat perhatian yang lebih besar dan perlu terus dikembangkan.

(52)

Pemanasan global merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Pemanasan global diakibatkan oleh adanya efek rumah kaca menyebabkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer bumi. Dengan adanya akumulasi yang berlebihan tersebut, iklim global kemudian melakukan penyesuaian. Penyesuaian yang dimaksud salah satunya adalah peningkatan temperatur bumi, disebut pemanasan global dan berubahnya iklim regional, seperti perubahan pola curah hujan, penguapan, pembentukan awan. Dampak-dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim terutama bagi sektor pertanian diantaranya adalah meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana, kenaikkan permukaan laut, permukaan tanah turun dan kesuburan tanah pertanian berkurang. Akibat lain yang akan ditimbulkan dengan adanya pemanasan global tersebut terkait dengan perubahan tempat tanam dari tanaman dataran rendah ke tempat yang lebih tinggi sehingga tanaman dataran tinggi terdesak dan terjadi persaingan dalam penggunaan lahan antara tanaman dataran rendah dan tanaman dataran tinggi.

(53)

Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis keuntungan yang dihasilkan oleh kedua komoditi tersebut dilihat dari aspek finansial maupun lingkungan.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan yang akan digunakan untuk menghitung pendapatan yang dihasilkan petani dari komoditi padi, sedangkan untuk menghitung pendapatan yang dihasilkan vanili digunakan analisis kelayakan usaha. Analisis yang digunakan untuk kedua komoditi tersebut berbeda karena adanya perbedaan sistem tanam, tanaman padi lebih pendek masa tanamnya sehingga dalam setahun tanaman ini sudah mengalami dua kali masa panen, sedangkan untuk komoditi vanili merupakan tanaman tahunan yang mempunyai umur proyek biasanya sepuluh tahun dan baru menghasilkan pada tahun tanam ke tiga. Selain itu, dilakukan juga identifikasi mengenai aspek lingkungan dari masing-masing komoditi untuk mengetahui komoditi yang lebih ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi pengaruh pemanasan global.

(54)

Adanya pemanasan global yang dapat menurunkan produktivitas pertanian

Adanya persaingan antar tanaman dataran rendah dan tanaman dataran tinggi

Produktivitas padi meningkat dan vanili di Tasikmalaya cenderung

fluktuatif

Analisis untuk mengidentifikasi komoditi yang mempunyai tingkat

keuntungan lebih tinggi

REKOMENDASI Tanaman dataran

rendah PADI

Aspek finansial Aspek lingkungan Aspek lingkungan

Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis Kelayakan Usaha

Aspek finansial Tanaman dataran

(55)

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Operasional

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Cibongas, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya pada bulan Maret-April 2008. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan :

1) Kabupaten Tasikmalaya mempunyai letak topografi yang sesuai untuk penanaman padi dan vanili

2) Vanili merupakan komoditas tren di Desa Cibongas, Kecamatan pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data hasil wawancara dan panduan kuesioner terhadap petani mengenai data output dan input, Sedangkan data sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait yaitu Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian Kabupaten Tasikmalaya, Dinas Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya .

4.3 Teknik Pengambilan Sampling

(56)

4.4 Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan usahatani dan analisis kelayakan usahatani. Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk menghitung nilai kuantitatif suatu usaha berupa pendapatan, nilai R/C rasio. Dalam penggunaan analisis pendapatan usahatani, data yang dipakai adalah data dari komoditi padi karena merupakan komoditi pokok yang memiliki syarat kuantitatif untuk penghitungan nilai pendapatan dan nilai R/C rasio. Analisis kedua yaitu analisis kelayakan investasi untuk menghitung kriteria investasi seperti NPV, IRR, Net B/C, payback period dan analisis switching value. Data yang dipakai untuk analisis ini adalah data dari komoditi vanili yang memiliki kriteria sebagai suatu proyek atau usaha dengan sifat investasi atau memberi manfaat berjangka dalam suatu periode waktu tertentu.

4.4.1. Analisis Pendapatan Usahatani

(57)

dikurangi dengan penerimaan diperhitungkan yang merupakan penerimaan atas nilai produksi dari jumlah fisik produk yang dikonsumsi sendiri. Ketiga pendapatan tersebut dirumuskan sebagai berikut (Hantari, 2007):

biaya tunai Ptotal Btunai

π

= −

biaya total Ptotal Btunai Bdiperhitungkan

π = − −

tunai Ptunai Btunai Bdiperhitungkan

π = − −

4.4.2. Analisis Kriteria Kelayakan Usaha

Kelayakan suatu usaha untuk terus dilakukan atau dikembangkan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria investasi antara lain :

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) ialah nilai bersih manfaat yang dihasilkan oleh suatu proyek selama umur proyek. Dengan kata lain Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara nilai sekarang dari penerimaan yang diperoleh dari penjualan yang dilakukan dengan nilai sekarang dari pengeluaran yang dilakukan untuk memproduksi produk yang dihasilkan pada tingkat bunga tertentu. Rumus untuk mendapatkan NPV ialah (Gittinger, 1986) :

(58)

Dimana :

Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun n = jumlah tahun

i = tingkat bunga (diskonto)

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV yaitu :

a) NPV > 0, berarti manfaat yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, sehingga suatu proyek dapat dikatakan layak untuk dilanjutkan atau dikembangkan.

b) NPV < 0, berarti manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan, sehingga dapat dikatakan proyek tidak layak untuk dikembangkan atau dilanjutkan.

c) NPV = 0, berarti suatu proyek sangat sulit untuk diteruskan atau dikembangkan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

2. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan tingkat pengembalian dari investasi yang dilakukan terhadap suatu proyek. IRR juga mengandung pengertian bahwa tingkat suku bunga (discount rate) yang membuat besarnya net present value (NPV) suatu usaha atau proyek sama dengan nol. Nilai Internal Rate of Return (IRR) diperoleh dengan menggunakan rumus (Kadariah et.al, 1999) sebagai berikut :

(

)

i = discount rate yang menghasilkan NPV positif 2

i = discount rate yang menghasilkan NPV negatif 1

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Ekspor Vanili Indonesia Tahun 2002-2006
Tabel 2. Luas Lahan Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi
Tabel 4. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Vanili Rakyat Kabupaten
Tabel 5. Rekapitulasi Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Padi dan Vanili
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsep Musik jazz yang diterapkan pada Sekolah Musik Jazz Bandung memberikan identitas interior yang membuat para pengguna nyaman, dengan suasana yang membuat para

Justeru itu, kajian yang akan dijalankan ini adalah bagi mengenalpasti tahap kesediaan guru-guru PKPG Kemahiran Hidup dari aspek minat, sikap serta penguasaan dalam

i) menerangkan penggunaan pelbagai jenis garisan untuk menghasilkan corak secara terancang. menghasilkan corak geomatri melalui teknik garisan dan

1) Pembangunan Postur Pertahanan Negaradengan prinsip defensif aktif dalam rangka menjamin kepentingan nasional baik pertahanan militer, meliputi pembangunan

Tidak terdapat perbedaan sindroma perimenopause, keluhan psikologis, somatovegetatif, dan urogenital yang bermakna pada akseptor kontrasepsi kombinasi, progesteron only, dan

Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan umpan alami tidak berbeda nyata dengan umpan buatan pada pancing layang-layang untuk menangkap ikan cendro di perairan Selat

Pada penelitian keduaMulyafip lebih cenderung kepada implementasi akad Rahn sedangkan penelitian Penulis lebih cenderung ke pelaksanaan gadai emas dan permasalahannya,