• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKASI ZAKAT DAN PAJAK PADA PEREKONOM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLIKASI ZAKAT DAN PAJAK PADA PEREKONOM"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLIKASI PAJAK DAN ZAKAT PADA PEMBANGUNAN

PEREKONOMIAN DI INDONESIA

DAN KAITANNYA DENGAN PANCASILA

Katya Lindi Chandrika

Program Studi Teknik Informatika – Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5, Malang, Jawa Timur

E-mail: katyachandrika@gmail.com Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dalam perkembangannya terjadi proses-proses yang melibatkan banyak pihak. Setelah kemerdekaan Indonesia diakui oleh negara-negara lain, bangsa Indonesia pada awal tahun 1950-an memiliki keinginan untuk membangun agar bangsa Indonesia bisa maju, tidak terbelakang dan dihormati oleh bangsa lain yang sudah lebih maju dan bangsa-bangsa lain yang telah merdeka terlebih dulu. Akan tetapi, keinginan tersebut dengan realita tantangan yang ada pada saat itu terdapat kesenjangan yang besar. Terdapat perbedaan pendapat yang terjadi dalam melakukan pembangunan bangsa.

Pada tahun 1954, Sudjatmoko menyatakan keprihatinannya tentang hal ini dalam tulisannya yang berjudul Economic Development As A cultural Problem. “Partai-partai politik juga membuat kesalahan serupa. Meskipun pemimpin-pemimpin politik mereka menyatakan mendukung pikiran-pikiran tentang pembangunan ekonomi, namun tidak ada bukti bahwa mereka benar-benar memperhatikan isu-isu pokoknya. Pada kondisi sekarang manuver partai-partai demi keuntungan politik memperoleh prioritas, sedangkan pertanyaan-pertanyaan ekonomi rupanya dianggap kurang urgen”. Dari situlah di ambil kesimpulan bahwa pada saat itu, petinggi-petinggi politik Indonesia menganggap bahwa pembangunan ekonomi tidak terlalu penting padahal bangsa-bangsa mengedepankan aspek ini. Setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, pembangunan ekonomi dianggap tidak terlalu penting karena pada saat itu kondisi politik di Indonesia masih belum stabil.

(2)

pemerintah guna mencapai pembangunan yang optimal dan merata, seperti adanya penarikan pajak bagi masyarakat maupun entitas ekonomi. Diluar pemerintahan, di dalam agama Islam juga diwajibkan untuk membayar zakat. Kedua hal tersebut memang berbeda dalam berbagai aspek namun memiliki kesamaan.

Dari pembahasan-pembahasan di atas timbul suatu keraguan apakah pajak dan zakat dapat membantu meningkatkan pembangunan ekonomi di Indonesia dan apakah kedua hal tersebut berkaitan dengan ideologi bangsa Indonesia, Pancasila. Oleh karena itu, penulis mengajukan judul “Implikasi Pajak dan Zakat pada Perekonomian di Indonesia dan Kaitannya dengan Pancasila” sebagai tugas makalah matakuliah Pendidikan Pancasila.

Pembahasan

Pajak

Berdasarkan UU KUP No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Wijono (2010), pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib seorang individu atau badan kepada negara untuk keperluan negara seperti membiayai operasional negara dan digunakan untuk mengadakan maupun memperbaiki fasilitas umum. Dapat dikatakan bahwa pajak berasal dari rakyat dan untuk rakyat.

Di Indonesia pajak terbagi menjadi golongan yaitu: menurut sifat, menurut sasaran atau objek dan menurut lembaga pemungutannya. Menurut sifat, pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak yagn dikenakan kepada wajib pajak setelah terbitnya surat pemberitahuan pajak yang dikenakan berulang-ulang kali dalam jangka waktu tertentu. Contoh dari pajak langsung adalah: pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan, pajak kendaraan bermotor dan lain-lain. Sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak yang dikenakan kepada wajib pajak pada saat tertentu atau terjadi persitiwa kena pajak misalnya pajak bea balik nama kendaraan bermotor.

(3)

objektif adalah pajak yang dikenakan kepada wajib pajak secara langsung dalam hal ini adalah konsumen.

(4)

Zakat

Zakat berasal dari bahasa arab. Kata dasar zakat memiliki arti suci, berkah, tumbuh dan terpuji yang semua arti ini digunakan di dalam menerjemahkan Al Quran dan hadist. Berdasarkan terminologi, istilah zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapat syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada pihak yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu.

Tujuan dikeluarkan zakat menurut Qardhawy (1992) adalah: (a) Zakat akan membebaskan penerima dari kekurangan kebutuhan, dengan tercukupinya kebutuhan, penerima zakat akan merasa tentram dan dapat khusyu’ dalam melakukan ibadah. Dengan tercukupinya kebutuhan, maka potensi melakukan hal munkar akan semakin kecil. (b) Zakat menghilangkan rasa dengi dan benci, sifat hasad dan dengki ini akan menghancurkan keseimbangan pribadi, jasmani dan rohani seseorang.

Zakat terbagi menjadi dua bagian yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan sekali dalam setaun oleh setiap muslim untuk dirinya sendiri dan untuk setiap jiwa atau orang yang menjadi tanggungannya, bentuk dari zakat fitrah ini dapat berupa makanan sebanyak satu sha (3,5 liter/ 2,5 kg) per jiwa yang didistribusikan setelah sholat subuh sebelum sholat Idul Fitri. Sedangkan zakat mal adalah zakat penghasilan yang menurut Qardhawy (1993) adalah penghasilan bersih yang sudah dikurangi hutagn dan merupakan kelebihan dari kebutuhan pokok dan sudah sesuai nishab maka wajib membayar zakatnya sebesar 2,5% dari penghasilan bersihnya yang dibayarkan sekali dalam satu tahun.

Sesuai dengan Al-Qur’an surat At-Taubah:60 dijelaskan bahwa ada delapan golongan yang berhak untuk menerima zakat. Delapan golongan tersebut adalah:

a. Fakir, orang yang penghasilannya belum dapat menutupi separuh dari kebutuhannya

b. Miskin, adalah orang yang penghasilannya baru bisa memenuhi separuh atau lebih dari kebutuhannya, namun belum bisa memenuhi semuanya.

c. Amil zakat, adalah orang yang mendapatkan tugas dari negara, organisasi, lembaga atau yayasan untuk mengurusi zakat.

d. Muallaf, yaitu orang-orang yang masuk Islam

e. Budak

(5)

Kaitan Pajak dan Zakat dengan Pembangunan Ekonomi Indonesia

Pembangunan ekonomi adalah proses pembentukan struktur ekonomi secara bertahap guna menciptakan perekonomian yang dapat memenuhi kebutuhan seluruh penduduk baik secara makro maupun mikro (Boediono, 1992). Pembangunan ini dilakukan secara bertahap hal ini dikarenakan pembangunan ekonomi meliputi seluruh aspek penunjang kesejahteraan masyarakat. Dalam pembangunan ekonomi harus dilakukan hal-hal berikut ini: (a) penguatan pendapatan bangsa Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh oleh Badan Pusat Statistik tertanggal 18 Juli 2016, jumlah penduduk miskin pada Maret 2016 di Indonesia mencapai 28,01 juta jiwa, dalam presentase jumlah penduduk miskin mencapai 10,86% dari total jumlah penduduk di Indonesia. Secara presentase, penduduk miskin meningkat.

Selain masalah perekonomian di Indonesia, kemiskinan juga merupakan salah satu masalah pembangunan kesejahteraan sosial yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya, hal ini ditandai oleh adanya pengangguran, keterbelakangan dan ketidak-berdayaan. Sehingga kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan menjadi prioritas utama. Ada beberapa program atau kegiatan penanggulangan kemiskinan yang dicanangkan oleh pemerintah yaitu: (a) penyediaan akses kesempatan kerja dan berusaha, pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar. (b) penyediaan akses perumahan dan pemukiman. (c) penyediaan akses pelatihan, modal usaha dan pemasaran hasil usaha melalui pendampingan dan lembaga pembiayaan. Dengan adanya program-program yang diberikan atau dibuat oleh pemerintah, rakyat Indonesia yang masuk ke dalam golongan miskin dapat menerima manfaat dan hidup lebih sejahtera.

Tentu saja pengadaan program atau fasilitas tersebut membutuhkan anggaran. Dana anggaran ini tidak semata-mata ada begitu saja, dana ini didapat dari pendapatan negara. Sebagai contoh, pendapatan negara dari penerimaan perpajakan seperti pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan, bea masuk, pajak ekspor, penerimaan sumber daya alam seperti migas, laba badan usaha milik negara dan lainnya.

(6)

dirasakan secara langsung. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan pajak, kesejahteraan masyarakat masih belum terangkat.

Berdasarkan manfaatnya, pajak memberikan manfaat secara makro atau dapat dikatakan bahwa pajak memberikan manfaat berupa fasilitas umum yang dapat menunjang aktivitas masyarakat seperti tersedianya pelayanan publik, pendidikan dll. Pajak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat berupa fasilitas penunjang namun tidak memberikan manfaat secara nyata, dalam konteks ini berupa peningkatan ekonomi masyarakat. Dari permasalahan tersebut maka dibutuhkanlah suatu solusi yang dapat menunjang pereknomian Indonesia yang memberikan manfaat secara makro.

Peran zakat dalam membantu perekonomian Indonesia sangat besar, karena sebagian besar penduduk di Indonesia merupakan penduduk muslim. Berdasarkan kondisi tersebut, zakat dapat digunakan sebagai alat atau instrument dalam ekonomi Indonesia. Berbeda dengan pajak yang memberikan manfaat secara makro, zakat memberikan manfaat secara mikro, dalam artian manfaat zakat dapat langsung dirasakan oleh penerimanya, sehingga pihak penerima dapat menggunakan zakat tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kaitan Pajak dan Zakat dengan Pancasila

Seperti yang telah dijelaskan di atas, pajak adalah utang anggota masyarakat kepada masyarakat itu sendiri. Di Indonesia pajak yang dipungut oleh pemerintah harus berdasarkan undang-undang dan dalam hal ini dilaksanakan berdasarkan sumber hokum formal pajak yang terdapat pada pasal 23 ayat (2) UUD 1945 Republik Indonesia yang menyatakan bahwa “Segala pajak untuk kegunaan kas negara berdasarkan undang-undang” dan juga cerminan dari sila ke empat Pancasila.

Dalam pajak juga ada pengecualian, hal ini berdasarkan pada sila kelima Pancasila yang menyatakan “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, sehingga pengenaan pajak harus berdasarkan pada rasa keadilan, sehingga anak-anak, wanita dan tidak mempunyai penghasilan atau pendapatannya berada dibawah pendapatan rata-rata yang ditentukan oleh PPh maka tidak dikenakan pajak, Dan bagi mereka diluar dari hal tersebut haruslah wajib membayar pajak yang mana hal ini sebenarnya hampir sama dengan zakat.

Pajak dapat dipaksakan dan bersanksi denda dan atau sita sedangkan sanksi zakat berupa dosa yang akan diperhitungkan saat kita di akhirat bagi mereka yang percaya akan Tuhan dan cerminan dari sila kesatu Pancasila. Karena sifat pajak yang dapat dipaksakan maka agar kemanusiaan yang adil dan beradab yang merupakan cerminan dari sila kedua Pancasila maka undang-undang yang merupakan payung hukum dari pajak haruslah dirancang dan disusun secara hati-hati, adil dan lain-lain.

(7)

Berdasarkan pada sila kelima Pancasila yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, jadi pajak harus mengacu terhadap sila-sila yang berlaku di negeri ini, agar supaya masyarakat Indonesia bisa merasakan kesejahteraan di Indonesia. Pembayaran pajak dan kewajiban seorang muslim untuk membayar zakat memang harus dilakukan agar dapat meningkatkan kesejahteraan umun masyarakat Indonesia, khususnya dalam bidang ekonomi. Pajak dan zakat juga memberikan peluang bagi pemerintah untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang berdasar kepada produktifitas masyarakat. Dengan demikian, Indonesia akan menjadi mandiri dalam mengelola sumber daya yang ada.

Diharapkan masyarakat di Indonesia lebih sadar akan pentingnya melakukan pembayaran pajak kepada negara dan zakat bagi umat muslim di Indonesia. Karena seharusnya sebagai bangsa Indonesia, harus memegang teguh Pancasila sebagai dasar negara.

Daftar Pustaka

Al-Qardawi, Y. (1992). Fiqhuz Zakat. Jakarta: Litera AntarNusa

Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit BPFE

Kian Gie, Kwik. 2011. Tinjauan Perekonomian Indonesia Khususnya Koperasi dan UKM. http://kwikkiangie.com/v1/2011/03/tinjauan-perekonomian-indonesia-khususnya-koperasi-dan-ukm/. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2016.

Michael, P.,T. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mubyarto. 1988. Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES. Wijono, W.W. 2010. Sumber-Sumber Pendapatan Ekonomi, Jurnal

Referensi

Dokumen terkait

.RPLWPHQ 1HJDUD 5HSXEOLN ,QGRQHVLD XQWXN PHQJKRUPDWL GDQ PHQMXQMXQJ WLQJJL +DN $VDVL 0DQXVLDGLDWXUGDODP8QGDQJ8QGDQJ'DVDU1HJDUD5HSXEOLN,QGRQHVLD7DKXQ6DODKVDWX KDN NRQVWLWXVLRQDO

Karakteristik lovebird jantan dan betina spesies Agapornis fischeri varian hijau standar tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap bentuk tubuh,

Menimbang, bahwa setelah membaca, meneliti dan mempelajari dengan seksama berkas perkara dan surat-surat yang berhubungan dengan perkara ini, turunan resmi putusan Pengadilan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Hipotesis pertama ditolak yang berarti tidak ditemukannya pengaruh CSR terhadap nilai

Hasil analisis laju pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa setelah pemekaran (Tahun 2008) laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Labuhanbatu Utara terus meningkat yakni sebesar

Cara alami agar kulit putih dalam 1 hari pada prinsipnya adalah menghilangkan lapisan kulit bagian luar dimana terdapat sel – sel mati yang dapat menghambat pertumbuhan sel kulit

4342 penelitian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan. Budaya organisasi menjadi hal yang sangat penting

Keterkaitan dengan masa studi mahasiswa ini adalah semua mahasiswa yang telah menyelesaikan stduinya dengan tepat waktu akan mendapatkan balasan yang baik pula seperti halnya