• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah kunjungan sembilan spesies serangga penyerbuk pada tanaman jarak pagar bervariasi. Jumlah kunjungan tertinggi dilakukan oleh X. confusa sebanyak 20.86 + 0.01 bunga/menit, diikuti oleh A. cerana dan A. dorsata masing-masing 18.33 + 0.01 bunga/menit dan 15.07 bunga/menit. Jumlah kunjungan terendah dilakukan oleh E. tenax sebanyak 1.69 + 0.04 bunga/menit (Tabel 11). Analisis data jumlah kunjungan per menit dengan ANOVA dilanjutkan dengan uji Tukey dapat dilihat pada lampiran 10.

Tabel 11 Jumlah kunjungan per menit sembilan spesies serangga penyerbuk jarak pagar

Ket: nilai yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji ANOVA-Tukey (selang kepercayaan 95%). N = Jumlah individu yang diamati.

Lama Kunjungan per Bunga

Lama kunjungan per bunga serangga penyerbuk per bunga diamati selama 20 hari pada 11 blok waktu. Kunjungan bunga tersingkat dilakukan oleh X. confusa yaitu 2.88 + 0.59 detik, A. cerana selama 3.27 detik, dan A. dorsata yaitu 3.27 + 0.55 detik. Kunjungan terlama pada satu bunga dilakukan oeh J. orithya yaitu 35.43 + 2.2 detik/bunga diikuti oleh Prenolepis sp. yaitu 32.2 + 7.19 detik/bunga (Tabel 12).

Spesies N 11 418 X. confusa 425 A. cerana 256 A. dorsata 477 G. agamemnon 5 A. ariadne ariadne 7 J. orithya 3 E. tenax 2

Jumlah kunjungan/menit (+ standar deviasi)

Anoplolepis sp. 2.17 (+ 0.03)a Prenolepis sp. 1.86 (+ 0.12)a 20.86 (+ 0.01)b 18.33 (+ 0.01)b 15.07 (+ 0)b 3.16 (+ 0.14)a 2.95 (+ 0.02)a 1.69 (+ 0.04)a 1.89 (+ 0.04)a

Analisis data lama kunjungan per bunga dengan ANOVA dilanjutkan dengan uji Tukey dapat dilihat pada lampiran 11.

Tabel 12 Lama kunjungan per bunga sembilan spesies serangga penyerbuk jarak pagar

Ket: nilai yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji ANOVA-Tukey (selang kepercayaan 95%). N = Jumlah individu yang diamati.

Lama Total Kunjungan

Lama total kunjungan sembilan spesies serangga penyerbuk pada tanaman jarak pagar bervariasi pada 11 blok waktu selama 20 hari. Kunjungan terlama per tanaman dilakukan oleh Prenolepis sp. yaitu 1 060.99 + 104.14 detik/tanaman. Diikuti oleh A. dorsata yaitu 156 + 1.12 detik/tanaman. X. confusa mengunjungi tanaman jarak pagar selama 69 + 6.98 detik/tanaman dan A. cerana mengunjungi jarak pagar selama 60.46 + 2.19 detik/tanaman (Tabel 13). Analisis data lama kunjungan per tanaman dengan ANOVA dilanjutkan dengan uji Tukey dapat dilihat pada lampiran 12. Spesies N 11 418 X. confusa 425 A. cerana 256 A. dorsata 477 G. agamemnon 5 A. ariadne ariadne 7 J. orithya 3 E. tenax 2

Lama kunjungan/bunga (detik) (+ standar deviasi)

Anoplolepis sp. 27.69 (+ 2.04)a Prenolepis sp. 32.2 (+ 7.19)b 2.88 (+ 0.59)c 3.27 (+ 0.55)cd 3.98 (+ 0.28)d 18.92 (+ 8.51)e 20.33 (+ 0.98)e 35.43 (+ 2.2)b 31.67 (+ 2.65)ab

Tabel 13 Lama total kunjungan sembilan spesies serangga penyerbuk jarak pagar

Ket: nilai yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji ANOVA-Tukey (selang kepercayaan 95%). N Pengamatan = jumlah individu spesies yang diamati.

PEMBAHASAN

Menurut Dafni (1992); Stubbs & Drummond (2001), efektivitas serangga penyerbuk dapat diukur dari perilaku kunjungan pada bunga. Beberapa perilaku serangga penyerbuk yang dapat diukur adalah jumlah kunjungan per menit, lama kunjungan per bunga, dan lama kunjungan per tanaman.

Berdasarkan perilaku kunjungan sembilan spesies serangga penyerbuk yang diamati dalam penelitian ini, jumlah kunjungan tiga spesies lebah yaitu, X. confusa (20.86 + 0.01 bunga/menit), A. cerana (18.33 + 0.01 bunga/menit), dan A. dorsata 915.07 bunga/menit0 paling tinggi. Jumlah kunjungan enam spesies serangga penyerbuk lainnya relatif rendah (Tabel 11). Berbeda dengan jumlah kunjungan serangga penyerbuk per menit, lamanya kunjungan per bunga dan per tanaman paling tinggi pada Prenolepis sp. berturut-turut 32.2 + 7.19 detik/bunga dan 1060.99 + 104.14 detik/tanaman. Kunjungan A. dorsata per bunga (3.98 + 0.28 detik/bunga) lebih lama dibandingkan A. cerana (3.27+ 0.55 detik/bunga) dan X. confusa (2.88 + 0.59 detik/bunga) (Tabel 12). Kunjungan A. dorsata paling lama diantara famili Apidae. Kunjungan per tanaman A. dorsata adalah 156 + 1.22 detik/tanaman, diikuti

Spesies N 11 418 X. confusa 425 A. cerana 256 A. dorsata 477 G. agamemnon 5 A. ariadne ariadne 7 J. orithya 3 E. tenax 2

Lama kunjungan/tanaman (detik) (+ standar deviasi)

Anoplolepis sp. 22.22 (+ 45.92)a Prenolepis sp. 1060.99 (+ 104.14)b 69 (+ 6.98)a 60.46 (+ 2.19)a 156 (+ 1.12)c 9.46 (+ 11.47)a 14.23 (+ 13.73)a 6.96 (+ 22.01)a 13.55 (+ 24.25)a

oleh X. confusa (69 + 6.98 detik/tanaman), dan A. cerana (60.46 + 2.19 detik/tanaman). (Tabel 13).

Jumlah kunjungan A. cerana (18.33 + 0.01 bunga/menit) dan A. dorsata (15.07 bunga/menit) yang cukup tinggi, lama kunjungan per bunga yang singkat (A. cerana (3.27+ 0.55 detik/bunga), dan A. dorsata (3.98+ 0.28 detik/bunga)), serta kunjungan per tanaman yang relatif lama pada A. cerana (60.46 + 2.19 detik/tanaman) dan A. dorsata (156 + 1.22 detik/tanaman), maka tipe bunga jarak pagar sesuai kedua lebah tersebut. Lebah A. cerana dan A. dorsata merupakan lebah sosial dengan jumlah individu yang cukup banyak dalam koloni sehingga memerlukan kebutuhan pakan yang tinggi. Pencarian pakan yang dilakukan oleh kedua lebah ini secara intensif dengan mengunjungi lebih banyak bunga. Lama kunjungan lebah per bunga dan per tanaman tergantung dari jumlah ketersediaan pakan pada tanaman tersebut. Pakan berbentuk serbuksari dikumpulkan dalam bentuk padatan dan disimpan dalam corbicula di tungkai belakang lebah madu, sedangkan nektar dikumpulkan melalui probosis mereka (Triplehorn & Johnson 2005).

Pada penelitian ini, A. cerana dan A. dorsata cenderung lebih memilih tanaman jarak pagar dibandingkan dengan tanaman lainnya yang berada disekitar lokasi penelitian seperti, jenis rerumputan, pepaya, dan pisang. Partap et al. (2000) melaporkan A cerana lebih tertarik mengunjungi tanaman kembang kol dibandingkan dengan tanaman lobak. Sedangkan A. dorsata cenderung tertarik mengunjungi Callistemon citrinus, leci, jeruk sitrus, dan Cucurbita pepa L. Tanaman bawang, lobak dan mentimun tidak pernah dikunjungi oleh A. dorsata (Neupane et al. 2006). Kunjungan A. cerana per bunga jarak pagar (3.27+ 0.55 detik/bunga) lebih lama jika dibandingkan dengan lama kunjungan A. cerana pada pertanaman caisin (3.08 detik/bunga) (Atmowidi 2008). Kunjungan A. dorsata per bunga jarak pagar (3.98+ 0.28 detik/bunga) juga lebih lama dibandingkan dengan lama kunjungan pada bunga leci (2.9 + 1 detik/bunga) dan lebih singkat dibandingkan kunjungan pada bunga Callistemon citrinus (5.2 + 2 detik/bunga), bunga jeruk Citrus sp. (10.4 + 4

detik/bunga), dan bunga Cucurbita pepa L. (35.6 + 3 detik/bunga) (Neupane et al. 2006).

Dibandingkan dengan lebah sosial, lebah sub sosial X. confusa mengunjungi bunga jarak pagar dengan frekuensi paling tinggi (20.86 + 0.01 bunga/menit). Lama kunjungan per bunga terendah 2.88 + 0.59 detik/bunga dan lama kunjungan per tanaman diantara A. dorsata dan A. cerana (69 + 6.98 detik/tanaman). Walaupun ukuran bunga jarak pagar kecil (+ 4 mm) dibandingkan ukuran tubuh X. confusa (+ 22.45 mm), namun X. confusa banyak mengunjungi bunga tersebut. X. confusa mencari pakan pada bunga jarak pagar dengan cara terbang tegak lurus menghadap bunga. Saat akan menghisap nektar atau mengumpulkan serbuksari, lebah terbang dekat dengan bunga, sedikit menyentuh bunga, namun tidak dalam keadaan beristirahat (karena sayap masih bergetar). Perilaku ini tidak merusak struktur bunga jarak pagar. Lebah berukuran tubuh besar umumnya mempunyai jumlah kunjungan yang relatif tinggi. Dari ketiga spesies lebah yang diamati, X. confusa memiliki ukuran tubuh terbesar, diikuti A. dorsata, dan A. cerana. Namun penelitian menunjukkan A. dorsata mengunjungi tanaman jarak pagar dengan frekuensi paling rendah diantara ketiganya. Penelitian juga menunjukkan A. cerana mengunjungi tanaman jarak pagar paling singkat dibandingkan dua lebah lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Raw (2000), bahwa lebah dengan ukuran kecil cenderung berkunjung lebih cepat dibandingkan dengan lebah berukuran tubuh besar.

Perilaku menghindari persaingan antar jenis dalam mencari pakan ditunjukkan dalam penelitian ini, yaitu oleh kehadiran A. cerana dan A. dorsata yang tidak bersamaan. Pada saat populasi A. cerana tinggi tidak ditemukan A. dorsata pada daerah tersebut, demikian juga sebaliknya. Sedangkan kehadiran X. confusa tidak dipengaruhi oleh A. cerana dan A. dorsata. Hal ini diduga terjadi karena letak sarang X. confusa yang sangat dekat dengan lokasi penelitian. Perilaku pencarian pakan juga dipengaruhi oleh jarak tanaman dengan lokasi sarang (Gojmerac 1980). Tiga lebah yang diamati (X. confusa, A. dorsata, dan A. cerana) bersarang disekitar kebun penelitian. Sarang X. confusa terletak + 10 m dari lokasi penelitian, sarang A. cerana

terletak + 100 m dari lokasi penelitian, dan A. dorsata terletak di dalam hutan. Menurut Delaplane & Mayer (2000), serangga penyerbuk mencari pakan secara efisien untuk mendapatkan pakan secara maksimal dari usaha yang dilakukan. Saat serbuksari dan nektar melimpah, lebah akan mengunjungi bunga lebih banyak dibandingkan saat serbuksari dan nektar dalam jumlah sedikit.

Formicidae memiliki lama kunjungan per bunga dan per tanaman yang lama (Tabel 10; Tabel 11) dengan jumlah kunjungan per menit yang rendah (Anoplolepis sp. 2.17 + 0.03 kunjungan/menit dan Prenolepis sp. sebanyak 1.86 + 0.12 kunjungan/ menit). Berdasarkan penelitian, Anoplolepis sp. dan Prenolepis sp. dapat menyebabkan penyerbukan secara geitonogami (penyerbukan di satu tanaman yang sama). Pada anggrek (Epidendrum denticulatum; Orchidaceae) kunjungan semut Camponotus sericeiventris yang lama digunakan sebagai predator hama dan penghisap embun madu (Almeida & Figueiredo 2003). Dua spesies Formicidae yang ditemukan dalam penelitian ini tidak efektif sebagai serangga penyerbuk jarak pagar.

Tiga spesies Lepidoptera dan satu spesies Syrphidae tidak efektif sebagai penyerbuk tanaman jarak pagar. Berdasarkan perilaku yang diamati, ketiga spesies Lepidoptera dan Syrphidae yang dengan jumlah kunjungan yang rendah, kunjungan per bunga lama (tertinggi pada J. orithya dengan waktu 35.43 + 2.2 detik/bunga) dan kunjungan per tanaman sangat singkat (Tabel 9; Tabel 10; Tabel 11). Lama kunjungan Lepidoptera dan Syrphidae yang panjang per bunga namun singkat per tanaman diduga berhubungan dengan ketersediaan pakan. Lepidoptera dan Syrphidae menghisap nektar dengan probosis (Ramana et al. 2003). Kupu G. agamemnon pada penelitian ini dengan kunjungan 3.16 + 0.14 kunjungan/menit, 18.92 + 8.51 detik/bunga, dan 9.46 + 11.47 detik/tanaman. Pada tanaman Polyalthia longifolia (Annonaceae), G. agamemnon mengunjungi bunga 12-35 kunjungan/menit dan lama kunjungan 1-3.2 detik/bunga (Ramana et al. 2003).

Penelitian ini menunjukkan X. confusa, A. cerana dan A. dorsata paling efektif sebagai penyerbuk pada bunga jarak pagar. Hal ini didukung dengan kelimpahan individu, jumlah kunjungan dan lama kunjungan baik per bunga maupun per

tanaman. Spesies lain, seperti Anoplolepis sp. dan Penolepis sp. lebih banyak membantu dalam penyerbukan secara geitonogami. Lepidoptera dan Syrphidae tidak efektif sebagai penyerbuk jarak pagar karena rendahnya jumlah kunjungan serta lama kunjungan per tanaman.

SIMPULAN

Perilaku kunjungan sembilan spesies serangga penyerbuk pada tanaman jarak pagar bervariasi. Jumlah kunjungan per menit spesies X. confusa, A. cerana, dan A. dorsata paling tinggi dibandingkan spesies lainnya, namun untuk lama kunjungan per bunga paling rendah. Kunjungan per tanaman dari yang paling lama sampai yang paling singkat adalah Prenolepis sp., A. dorsata, X. confusa, A. cerana, Anoplolepis sp., A. ariadne ariadne, E. tenax, G. Agamemnon, dan J. orithya. Berdasarkan perilaku pencarian pakan yang diamati, X. confusa, A. cerana, dan A. dorsata merupakan serangga penyerbuk yang berpotensi dan efektif pada tanaman jarak pagar.

Serangga penyerbuk pada tanaman jarak pagar diamati sembilan spesies

yaitu, Anoplolepis sp., Prenolepis sp., X. confusa, A. cerana, A. dorsata, G.

agamemnon, A. ariadne ariadne, J. orithya, dan E. tenax. Kesembilan spesies ini diketahui membantu penyerbukan secara geitonogami dan xenogami (X. confusa, A. cerana, A. dorsata, G. agamemnon, A. ariadne ariadne, J. orithya, dan E. tenax). Semut (Anoplolepis sp., dan Prenolepis sp.) cenderung untuk membantu proses penyerbukan secara geitonogami karena berpotensi untuk berpindah dari satu bunga ke bunga lainnya dalam satu tanaman. Sedangkan ketujuh spesies lainnya berpotensi untuk melakukan geitonogami maupun xenogami (berpindah dari satu bunga ke bunga lainnya pada tanaman yang berbeda) (Raju & Ezradanam 2002). Selain sembilan spesies yang berperan sebagai penyerbuk (Hymenoptera, Lepidoptera, dan Diptera), terdapat ordo lainnya yang mengunjungi tanaman jarak pagar dan tidak berperan sebagai penyerbuk. Beberapa ordo pengunjung ini adalah Odonata, Mantodea, Homoptera, Orthoptera, Coleoptera, Thysanoptera, dan Homoptera. Pengelompokan serangga penyerbuk dan serangga pengunjung ini dilakukan berdasarkan perilaku berkunjung, kemampuan berpindah dari satu bunga ke bunga yang lain pada tanaman yang sama maupun berbeda, serta struktur tubuh serangga yang sesuai untuk melakukan penyerbukan bunga jarak pagar (ukuran tubuh sesuai, probosis panjang, memiliki rambut atau struktur pembawa polen).

Odonata dan Mantodea merupakan serangga karnivora yang bertubuh besar, umumnya mencari pakan berupa serangga kecil yang ada di batang dan daun. Orthoptera dan Coleoptera merupakan herbivora yang juga bertubuh besar. Umumnya kedua ordo ini ditemukan di batang, dedaunan (daun muda), dan buah (bersifat hama bagi tanaman). Thrips ( Thripidae; Thysanoptera) dilaporkan oleh Sakai (2001); Moog et al. (2002); Terry (2003) sebagai serangga penyerbuk pada beberapa tanaman. Namun berdasarkan penelitian ini kemungkinan thrips sebagai penyerbuk pada jarak pagar sangat kecil, thrips yang ditemukan pada tanaman jarak pagar berfungsi utama sebagai hama (sebagai vektor Tospovirus dan merusak tanaman). Homoptera juga termasuk herbivora yang menyebabkan keriput daun. Berdasarkan pengamatan, Homoptera banyak berperan sebagai

hama utama pada jarak pagar.

Serangga penyerbuk yang dominan pada pertanaman jarak pagar termasuk dalam ordo Hymenoptera. Semut memiliki kelimpahan yang tinggi (Anoplolepis sp.: 11 individu, Prenolepis sp.:4409 individu). Kelimpahan yang tinggi ini dapat disebabkan banyaknya Homoptera dan Thysanoptera yang menjadi sumber pakan bagi semut. Semut juga menghisap nektar sebagai sumber gula dan karbohidrat bagi metabolismenya (Lester & Tavite 2004). Tiga spesies Hymenotera lainnya adalah X. confusa, A. cerana, dan A. dorsata. Ketiga spesies ini berpotensi sebagai serangga penyerbuk pada tanaman jarak pagar (Raju & Ezradanam 2002; Bhattacharya et al. 2005; Banjo et al. 2006; Atmowidi et al. 2008). Atmowidi et al. (2007) melaporkan X. confusa sebagai salah satu penyerbuk tanaman caisin (Brassica rapa; Brassicaceae). Selain Hymenoptera, ditemukan juga ordo Lepidoptera dan Diptera (Syrphidae) sebagai penyerbuk tanaman jarak pagar. Kedua ordo ini memiliki kelimpahan yang rendah (Tabel 2). Walaupun beberapa peneliti melaporkan bahwa Lepidoptera dan Syrphidae merupakan serangga penyerbuk yang potensial (Zoller et al. 2002; Ramana et al. 2003; Blancafort & Gomez 2005; Ambrosino et al. 2006; Rossi et al. 2006; Krsteska 2008).

Keragaman serangga penyerbuk dalam suatu habitat sangat berhubungan dengan fenologi bunga (bentuk, ukuran, warna, aroma, nektar, dan masa pembungaan), parameter lingkungan, dan perilaku serangga. Faheem et al. (2004) melaporkan jumlah bunga mekar, ukuran, warna, bentuk bunga, serta parameter lingkungan mempengaruhi keragaman serangga penyerbuk. Warna kuning terang dengan bentuk malai mudah untuk dikenali oleh lebah dan lalat. Berdasarkan penelitian keragaman dan kelimpahan serangga penyerbuk tinggi di pagi dan sore hari. Hal ini dipengaruhi oleh volume nektar dan faktor lingkungan yang sesuai bagi serangga penyerbuk. Volume nektar pada bunga jantan dan betina tinggi di pagi hari dan terus menurun hingga sore. Suhu udara hangat (31.98 OC), kelembaban udara sedang (67.08 %), intensitas cahaya sedang 24 840 lux, dan kecepatan angin rendah (0.81 m/s). Sebagai penyebab tingginya keragaman serangga di pagi hari. Terdapat korelasi positif antara jumlah spesies dan individu dengan kelembaban udara, kecepatan angin, dan volume nektar, sedangkan

jumlah spesies dan individu dengan suhu udara dan intensitas cahaya berkorelasi negatif.

Penelitian ini menunjukkan tanaman jarak pagar memerlukan serangga sebagai penyerbuk. Angin tampaknya kurang berpotensi sebagai penyerbuk jarak pagar karena serbuksari yang lengket. Waktu pembungaan yang berbeda antara bunga jantan dan betina, dalam setiap malai, serta posisi letak bunga jantan dan betina menyebabkan serangga berperan dalam penyerbukan. Melendez-Ramirez et al. (2004) melaporkan penyerbukan pada palem (Cocos nucifera L.; Arecaceae) lebih efektif dengan bantuan serangga dibandingkan dengan bantuan angin.

Hasil panen dari tanaman jarak terbuka lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tertutup. Pada tanaman jarak pagar yang terbuka, terjadi penigkatan jumlah buah per malai sebesar 239%, jumlah buah per tanaman sebesar 241%, jumlah biji per tanaman sebesar 250%, dan bobot biji per tanamaan sebesar 389%. Bobot biji hasil 10 tanaman jarak pagar yang terbuka (129.39 g/tanaman) juga lebih besar dibandingkan dengan bobot biji hasil dari 10 tanaman kurungan (26.41 g/tanaman). Apabila dikonversi dalam 1 ha pertanian jarak pagar terbuka dengan jarak tanam 1 m2, maka akan dihasilkan biji sebanyak 28 300 biji/ha/panen (129.39 kg/ha/panen). Hal ini memberikan keuntungan yang besar dibandingkan dengan hasil tanaman tanpa bantuan serangga penyerbuk (8 300 biji/ha/panen, 26.41 kg/ha/panen). Peningkatan hasil buah dan biji pada tanaman jarak pagar dapat meningkatkan ketersedian sumber biodiesel yang berasal dari tanaman ini. Selain hasil perkebunan yang tinggi, aplikasi lebah penyerbuk memberikan hasil peternakan berupa madu atau lilin. Penggunaan lebah madu sebagai penyerbuk tanaman jarak pagar dapat menjadi nilai tambah bagi para pekerja dan pemilik perkebunan jarak pagar.

Lebah X. confusa, A. cerana, dan A. dorsata sangat berpotensi sebagai penyerbuk utama jarak pagar. Hal ini diduga karena ketiga spesies ini memiliki jumlah kunjungan yang relatif tinggi, durasi kunjungan per bunga, dan per tanaman yang singkat. Berdasarkan perilaku kunjungan yang dilakukan, jumlah kunjungan X. confusa (20.86 + 0.01 bunga/menit), A. cerana (18.33 + 0.01 bunga/ menit), dan A. dorsata (15.07 + 0 bunga/menit) lebih tinggi dibandingkan

kesembilan spesies serangga penyerbuk (Tabel 11).

Semut memiliki jumlah kunjungan yang singkat dan total kunjungan yang relatif panjang. Semut (Anoplolepis sp., dan Prenolepis sp.) tidak efektif sebagai serangga penyerbuk karena kemampuannya yang hanya memindahkan serbuksari dari satu bunga ke bunga lain dalam satu tanaman, sehingga kemungkinan kurang memaksimalkan hasil penyerbukan. Lepidoptera dan Syrphidae memiliki jumlah kunjungan yang rendah dan durasi kunjungan yang singkat. Hal ini juga menyebabkan Lepidoptera dan Syrphidae tidak efektif sebagai penyerbuk pada tanaman jarak pagar.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, spesies serangga penyerbuk cukup beragam dan dipengaruhi oleh jumlah bunga, volume nektar, waktu pengamatan, dan faktor lingkungan berupa intensitas cahaya. Hal ini sesuai dengan hipotesis pertama yang menyatakan keragaman serangga penyerbuk pada tanaman jarak pagar bervariasi dan dipengaruhi oleh jumlah bunga, volume nektar, waktu pengamatan, dan faktor lingkungan. Hipotesis kedua juga dapat diterima karena penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan produksi buah dan biji dari tanaman yang dibantu penyerbukannya oleh serangga penyerbuk. Tingkah laku serangga penyerbuk bervariasi dalam hal jumlah kunjungan per menit, lama kunjungan per bunga, dan lama kunjungan per tanaman. Sehingga hipotesis ketiga dapat diterima karena adanya perbedaan perilaku kunjungan pada masing-masing spesies.

Penelitian ini menunjukkan peranan serangga penyerbuk (terutama Hymenoptera) yang penting dalam meningkatkan hasil panen dalam suatu perkebunan. Hal ini dapat menjadi nilai tambah dalam usaha intensifikasi pertanian, selain melalui teknik pengolahan lahan, pengaturan irigasi, pemupukan, pemberantasan hama, dan penggunaan bibit unggul (Atmowidi 2008). Kehadiran lebah dan semut juga dapat menjadi bioindikator terhadap perusakan lingkungan.

Dokumen terkait