• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.3 Hasil Observasi

Observasi dilakukan sendiri oleh peneliti kepada sepuluh perawat yang ada di ruangan Instalasi kardiovaskuler. Observasi dilakukan ketika perawat sedang berinteraksi atau melakukan tindakan keperawatan kepada responden. Hasil darii observasi menunjukkan bahwa perilaku caring perawat pelaksana adalah baik senilai 100% dan buruk 0% dalam melakukan perilaku caring kepada pasien di instalasi kardiovaskuler. Hasil dari observasi dapat dilihat pada lampiran 5.

Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan frekuensi dan persentase pengalaman pasien tentang perilaku caring

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Persepsi Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat di Instalasi Kardiovaskuler Perilaku Caring Perawat di Instalasi

Kardiovaskuler

f %

Baik 10 100

Buruk - -

Hasil dari observasi pada tabel diatas menunjukkan bahwa perilaku caring perawat instalasi kardiovaskuler itu baik karena sudah memiliki nilai 100 %, Berdasarkan hasil observasi masing –masing dari setiap perawat memiliki nilai yang baik mulai dari 10-18 dengan nilai rata-ratanya adalah 15,2 atau 15 , sedangkan untuk perilaku caring perawat yang buruk tidak didapatkan karena berdasarkan hasil observasi yang didapat, nilai terendah dari lembar observasi adalah 12. Maka dalam hal ini perilaku caring perawat pelaksana di instalasi kardiovaskuler adalah baik.

Berdasarkan hasil dari lembar observasi maka di dapatkan ada beberapa item dari faktor karatif caring yang kontribusuinya kurang didalam pelaksanaan caring perawat pelaksana yaitu faktor karatif caring 4 yaitu tentang hubungan saling percaya dan membantu, serta faktor karatif caring 6 yaitu metode sistematis dalam pemecahan masalah. Selain itu ada juga yang memiliki nilai kontribusi perilaku caring yang baik, seperti faktor karatif 1, 5, 9, dan 10

Hasil dari lembar observasi juga mengukur perilaku caring berdasarkan morse, nilai yang kontribusinya kurang yaitu terkait dengan caring as moral

imperative, dan caring as an therapeutic intervention dan yang memiliki kontribusi yang baik terhadap perilkau caring yaitu terkait dengan caring as a human trait, caring as an affect, dan caring as an interpersonal relationship 4.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini akan diuraikan teori-teori yang terkait dengan perilaku caring perawat di instalasi kardiovaskuler yang telah dirasakan oleh pasien. Dalam uraian ini akan dijelaskan mengenai 5 tema yang telah ditemukan terhadap perilaku caring perawat pelaksana yaitu: sikap profesional, ttindakan keperawatan, perasaan pasien, dampak perilaku caring terhadap pasien, serta harapan pasien terhadap perilaku caring perawat. Tema- tema tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

a. Sikap profesional

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa sikap profesional menurut partisipan diantaranya adalah bertutur sopan (berkata lembut, tidak memotong pembicaraan pasien ketika pasien mengungkapkan perasaannya), ramah (selalu menyapa pasien, menanyakan kabar pasien), murah senyum (dalam melakukan tindakan kepada pasien juga memberikan senyuman), sabar (sabar dalam menghadapi pasien, tenang dalam memberikan pelayanan) cepat merespon keluhan pasien, tidak membeda-bedakan antar pasien. hal ini sesuai dengan Linberg (1990) yang menyatakan bahwa caring tidak hanya sekedar memberikan tindakan keperawatan. Namun sebenarnya merawat orang lain dibutuhkan suatu perasaan yang mendalam untuk menumbuhkan aktualisasi dirinya. Dimana seorang perawat bukanlah bekerja

dengan robot atau mesin yang tak bernyawa melainkan manusia yang memiliki banyak kebutuhan dan keinginan berbeda, maka pentinglah bagi seorang perawat bekerja dengan berempati saat berhubungan dengan pasien.

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu pasien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan, asuhan keperawatan harus ditunjukkan pada manusia secara utuh bukan hanya sekedar fisiknya saja (Potter & Perry, 2005).

Bersikap caring untuk pasien dan bekerja bersama dengan pasien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Hal ini sesuai dengan hasil analisa data yang ditemukan peneliti bahwa perawat pelaksana di instalasi kardiovaskuler menggunakan tutur kata yang lemah-lembut kepada paasien.

Penelitian Kamaruzzaman (2009) menyatakan bahwa perhatian yang diberikan perawat dapat dilakukan dengan memperlihatkan sikap caring terhadap pasien. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien menggunakan kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping pasien saat dibutuhkan sehingga pasien merasa puas terhadap perhatian yang diberikan perawat. Pasien yang merasa puas akan kembali lagi memanfaatkan pelayanan rumah sakit jika mereka membutuhkannya lagi.

Kehadiran, kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, sikap mau mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan perawat kepada klien akan membentuk suasana keterbukaan dan saling mengerti, serta perlakuan yang ramah dan cekatan atau lugas ketika melaksanakan prosedur keperawatan akan memberikan rasa aman pada pasien (Potter & Perry, 2009).

Menurut Potter & Perry (2009) menyatakan bahwa caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien. Kepedulian , empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih sayang perawat terhadap pasien akan membentuk hubungan perawat–klien yang terapeutik. Dengan demikian pasien merasa nyaman, aman dan rasa stress akibat penyakit yang diderita menjadi berkurang sehingga kepuasan pasien dapat diwujudkan, namun kenyataan dalam praktik masih banyak ditemukan perawat kurang beperilaku caring terhadap pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian Anjaryani (2002) yang menyatakan bahwa motivasi dari perawat dapat menurunkan kecemasan dengan memberikan dukungan-dukungan emosional berupa kesabaran, perhatian, motivasi supaya pasien akan sembuh lebih cepat.

Menurut Dwidiyanti (2007) dalam teori perilaku caring terdiri dari verbal dan non verbal. Perilaku verbal meliputi memberikan tanggapan dengan kata – kata terhadap keluhan pasien, memberikan penjelasan kepada klien sebelum melakukan tindakan, menanyakan klien tentang keadaan fisiknya untuk lebih absah, memberi keyakinan secara verbal kepada klien selama perawatan.

b. Tindakan Keperawatan

Perawat yang diinginkan oleh pasien adalah perawat yang dalam melakukan tindakan itu cepat, ligat namun tetap memperhatikan kebutuhan pasien. Pasin juga menginkan perawat yang tanggap dengan setiap keluhan yang diungkapkan oleh pasien , hal ini akan membuat pasien merasa di perhatikan atas setiap kebutuhannya, membuat pasien merasa di hargai dan itu akan dapat mempercepat hasil penyembuhannya. Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan perawat yang ada di ruangan kardiovaskuler itu memiliki ketanggapan dalam bekerja, cepat dan ligat dalam bekerja, tidak membuat pasien menunggu lama untuk pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, pasien merasa puas dan nyaman dengan seperti itu, bahkan ada beberapa pasien mengatakan dengan tindakan perawat yang seperti itu pasien merasa dilindungi.

Menurut teori yang dikemukakan Potter & Perry (2009) bahwa caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien. Perawat bekerja dengan sepenuh hati dalam memberikan kepedulian dan rasa kasih sayang perawat terhadap pasien akan membentuk hubungan perawat–klien yang terapeutik. Dengan demikian pasien merasa nyaman, aman dan rasa stress akibat penyakit yang diderita menjadi berkurang sehingga kepuasan pasien dapat diwujudkan, namun kenyataan dalam praktik masih banyak ditemukan perawat kurang beperilaku caring terhadap pasien.sehingga beberapa pasien mengaharapkan bahwa perilaku ini mampu diaplikasikan perawat dalam perilaku caringnya.

Pada penelitian yang dilakukan Rahmulyono (2008) menyatakan bahwa dimensi ketanggapan perawat memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan pasien. Kemampuan memberikan pelayanan dengan tanggap dan peduli terhadap kebutuhan sehari-hari pasien merupakan bagian dari ketanggapan perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Apabila perawat tidak tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut maka pasien merasa terabaikan dan tidak puas dengan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Hal ini sesuai dengan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana dimana hasil yang didapatkan itu perawat dalam melakukan tindakan itu tanggap dalam bekerja, cepat dan ligat dalam bekerja, tidak membuat pasien menunggu lama untuk pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

Menurut Tarigan (2009), respon perawat yang tanggap terhadap setiap keluhan dan keinginan pasien dengan cepat dan sesuai standar pelayanan yang ditetapkan, akan meningkatkan rasa puas kepada pasien yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat loyalitas pasien di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

Perawat menggunakan proses keperawatan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan, dan mengambil keputusan secara sistematis. Proses keperawatan merupakan pendekatan yang digunakan dalam memecahkan masalah secara sistematis dan terorganisir, sehingga dapat menghilangkan pandangan lama bahwa perawat adalah asisten dokter (Watson, 2005).

Pengetahuan yang kurang akan memberikan dampak yang negatif terhadap klien maupun terhadap perawat, hal ini dapat menyebabkan pelayanan yang diterima kurang bermutu, memperberat kondisi sakit klien karena pelayanan yang diperoleh tidak sesuai dengan kebutuhan klien. Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan keperawatan yang profesional sangat dibutuhkan pengetahuan yang baik dari perawat (Amiyati, 2005).

Dalam penelitian Green (2004) mengenai persepsi perawat terhadap perilaku caring bahwa salah satu perilaku caring yang harus dimiliki seorang perawat adalah Perawat bekerja dengan professional, bekerja dengan pengetahuan dan terampil dalam tindakan ( Glembocki & Dunn, 2010).

Ciri-ciri caring pada perawat yang dikemukakan Morison dan Burnard (2009) bahwa salah satu cirinya adalah berpengetahuan. Perawat diharapkan memiliki pengetahuan memadai tentang kondisi penyakit pasien sehingga perawat tersebut mampu mengatasi setiap keluhan yang dialami oleh pasien.

Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa perawat pelaksana yang ada di ruang kardiovaskuler memiliki pengetahuan yang baik, hal ini akan membuat pasien nyaman karena pasien selalu mendapatkan informasi apapun yang pasien inginkan, hal ini akan dapat mengurangi kecemasan pasien terhadap kondisi kesehatannya.

Berdasarkan 12 standar yang telah dibuat oleh Douglas et al yang terkait penelitian ini adalah standart 8 yang menyatakan bahwa sebagai seorang perawat sudah seharusnya memberikan education and training yaitu pendidikan kesehatan atau menjelaskan informasi terkait kebutuhan kesehatan klien, dalam

hal ini seharusnya perawat memberikan informasi semua hal terkait penjelasan penyakit jantung yang diderita pasien. Begitu pula dengan standart yang ke 12 yang menyatakan bahwa sebagai seorang perawat sudah seharusnya kita bertindak sesuai evidence based practice and research yaitu bekrja secara professional dalam setiap tindakan asuhan keperawatan yang secara holistik. Hal-hal ini yang perlu mendapatkan dorongan untuk pasien agar lebih mudah beradaptasi terhadap kondisi yang sedang dialami oleh pasien. Sehingga pasien mengharapkan perilaku caring perawat itu mampu memberikan informasi terkait kesehatan dan penyakit pasien untuk menambah pengetahuan pasien terhadap sakitnya. Koswara (2002) menemukan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap caring perawat, dengan pengetahuan yang tinggi maka akan menunjukkan perilaku caring yang lebih baik.

c. Perasaan Pasien

Terkait dengan perasaan pasien, berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di temukan bahwa pasien merasa nyaman dengan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan oleh perawat, sikap caring tersebut membuatt pasien merasakan lebih cepat sembuh. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Azis (2012) yang menyatakan bahwa kepuasan pasien adalah perasaan senang dan kecewa pasien sebagai hasil perbandingan antara prestasi yang dirasakan dengan harapan. Pasien akan puas apabila layanan yang didapatkannya sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pasien. Sedangkan ketidakpuasan akan timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan pasien. Hal ini menjelaskan bahwa salah satu komponen caring adalah memberikan rasa nyaman , aman, ataupun meliputi

kebutuhan aktivitas kepada pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan pasien bahwa salah satu perilaku caring yang telah dirasakan adalah memberikan rasa nyaman. Sikap profesional yang ditunjukkan oleh perawat salah satunya adalah memberikan rasa nyaman kepada pasien,

Berdasarkan hasil analisa yang didapatkan pasien merasa puas atas pelayanan yang diberikan perawat, pasien menganggap apa yang mereka butuhkan dapat mereka dapatkan Hal ini sesuai dengan pernyataan Wagner & Bear (2008) yang menyatakan bahwa kepuasan pasien merupakan kesesuaian antara harapan pasien dengan kenyataan pelayanan yang selama ini diterimanya, jika pelayanan yang diberikan sesuai dengan harapan maka yang timbul adalah perasaan puas, namun sebaliknya jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan maka yang timbul adalah kekecewaan ataupun ketidakpuasaan atas pelayanan, kepuasan ini dipengaruhi oleh harapan pasien, pengalaman sebagai penerima pelayanan keperawatan, lama hari rawat

Salah satu bentuk pelayanan yang paling mempengaruhi tingkat kepuasan pasien di rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Penelitian Otani dkk. dari tahun 2005 hingga tahun 2007 di lima rumah sakit di daerah metropolitan St. Louis mid-Missouri dan bagian selatan Illinois Amerika Serikat menunjukkan kenyataan tersebut. Ada enam unsur pelayanan yang dinilai dalam penelitian tersebut; proses registrasi, pelayanan keperawatan, pelayanan dokter, pelayanan 3 staf, pelayanan makanan, dan pelayanan ruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh staf dan perawat adalah faktor yang paling mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dibandingkan faktor lainnya. (Azis 2012).

d. Dampak Perilaku Caring Perawat Terhadap Pasien

Perilaku caring perawat pelaksana dapat memberikan dampak yang besar kepada pasien menurut yang salah satunya adalah pasien merasa seperti dirawat oleh keluarga sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Potter & Perry (2009) bahwa caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien. Perawat bekerja dengan sepenuh hati dalam memberikan kepedulian dan rasa kasih sayang perawat terhadap pasien akan membentuk hubungan perawat–klien yang terapeutik. Hal ini akan menyebabkan pasien akan merasa seperti dirawat oleh keluarga sendiri, pasien juga akan merasa bahwa perilaku caring yang diberikan akan mempercepat proses penyembuhannya, dan pasien ekan lebih terbuka kepada perawat terkait masalah yang dihadapinya. Hal ini sesuai dengan Wolf, Miller, dan Devine (2003) yanh mengidentifikasi adanya hubungan yang positif antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien

Selain itu dampak dari perilaku caring perawat pelaksana yang dirasakan oleh pasien yaitu pasien dapat mengungkapkan perasaan yang ada dalam dirinya. Begitu juga dengan hasil penelitian Yuliawati (2012) yang menyatakan bahwa keterampilan dan perilaku yang ditampilkan oleh seorang perawat dapat menimbulkan kepercayaan pada pasien untuk menerima pelayanan keperawatan. Keterbukaan dan perhatian yang diberikan oleh perawat dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien untuk menjalin hubungan yang baik dalam rangka meningkatkan kesembuhannya.

Berdasarkan hasil analisa data dampak caring perawat pelaksana yang lain yang dirasakan pasien yaitu pasien merasakan perilaku perawat tersebut

mempercepat proses penyembuhan pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan Watson (2005) yang menyatakan bahwa perilaku caring yang didapatkan pasien dari perawat memiliki dampak terhadap kesejahteraan untuk pasien yang terdiri dari kesejahteraan emosional, spiritual, kontrol diri, martabat pasien, peningkatan kesembuhan fisik, memberikan keamanan, memberikan lebih banyak energi bagi pasien, mengurangi biaya perawatan karena caring perawat dapat mempercepat proses penyembuhan pasien, serta saling percaya antara perawat dengan pasien, menumbuhkan hubungan kekeluargaan.

e. Harapan pasien

Berdasarkan hasil analisa data harapan pasien terkait denga perilaku caring perawat pelaksana yaittu terkait dengan mempertahankan perilaku caring yang sedang berjalan, meningkatkan perilaku caring yang sudah ada dan semakin baik dalam memberikan pelayanan. Hal ini ssesuai juga dengan hasil penelitian Tanjung (2012) sebanyak 94,3% pasien yang memiliki harapan tinggi akan perilaku caring perawat memperlihatkan bahwa perilaku caring perawat menjadi keinginan pasien ketika perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, sehingga pasien memiliki harapan yang tinggi terhadap caring yang menjadi kebutuhan pasien. Begitu juga dengan Felgen (2003 dalam Simarmata, 2010) yang menyatakan bahwa pasien/ konsumen dari pusat pelayanan kesehatan mengharapkan perawat memiliki perilaku caring dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, pasien memiliki harapan akan perilaku caring perawat yang semakin baik untuk masa akan datang, hal ini

memperlihatkan bahwa perilaku caring perawat menjadi keinginan pasien ketika perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, sehingga pasien memiliki harapan yang tinggi terhadap caring yang menjadi kebutuhan pasien. Sependapat dengan Wolf, et al, (2003 dalam Simarmata, 2010) yang menyatakan di dalam penelitiannya bahwa harapan pasien akan asuhan keperawatan yang mencakup perilaku caring di dalamnya. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan melalui wawancara ada beberapa partisipan mengungkapkan harapan mereka terkait dengan pelayanan keperawatan yang dirasakan bahwa harapan itu muncul karena dipengaruhi oleh pelayanan caring yang diberikan oleh perawat pada masa lalu. Pengalaman pasien terhadap perilaku caring didapatkan pada masa lalu membuat pasien menginginkan peningkatan perilaku caring agar pasien merasa nyaman ketika di rawat oleh pasien. Begitu juga dengan Anjaswarni, Keliat, Sabri (2002) yang juga menjelaskan di dalam penelitiannya bahwa pengalaman pasien terhadap pelayanan keperawatan yang pernah diterima atau informasi yang pernah diperoleh sebelumnya tentang pelayanan keperawatan dapat membentuk harapan pasien menjadi kompleks terhadap pelayanan keperawatan tersebut.

Harapan yang dikemukakan oleh pasien terhadap perilaku caring perawat adalah bahwa perawat hendaknya memiliki sikap sabar,, menunjukkan sikap simpati dan sensitif terhadap pasien, menggunakan pendekatan dengan lembut dan tenang, menjawab pertanyaan anggota keluarga dengan jujur, dan mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang nyaman (Yuliawati, 2012 dalam Potter & Perry, 2010).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait