PENGALAMAN PASIEN TENTANG PERILAKU CARING
PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI
KARDIOVASKULER RSUP H. ADAM
MALIK MEDAN
SKRIPSI
OLEH
ANNI ASRIANI NASUTION 121121022
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Anni Asriani Nasution
NIM : 121121022
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Pengalaman Pasien
Tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kardiovaskuler RSUP H.
Adam malik Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri, kecuali jika dalam
pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan kepada
institusi manapun serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas
keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus
dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi
akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Medan, Februari 2014
Yang membuat pernyataan,
PRAKATA Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengalaman
Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kardiovaskuler
RSUP H. Adam Malik Medan”.Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi
peneliti untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Setiawan, S.Kp, MNS,
Ph.D selaku pembimbing yang banyak meluangkan waktu, pikiran, memberikan
pengarahan dan bimbingan, motivasi, serta kritik yang bermanfaat kepada penulis
serta pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan
dalam proses penyelesaian proposal ini, sebagai berikut:
1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku dosen penguji I dan Ikram, S.Kep, Ns, M. Kep selaku penguji II yang bersedia meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, petunjuk dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.
7. Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan dan kepala ruangan Instalasi
Kardiovaskuler yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
melakukan pengambilan data kepada pasien yang ada di ruangan instalasi
kardiovaskuler.
8. Teristimewa kepada keluargaku, Ayahanda Muhammad Asli Nasution,
Ibunda Risna Dewi Nasution yang selalu memberikan motivasi, dukungan
moril maupun materil serta do’a yang tiada henti bagi penulis. Adik tercinta
Muhammad Bangun Nasution, Muhammad Rizki Nasution, Muhammad
Afdillah Nasution yang telah memberikan dukungan dan motivasi.
9. Teristimewa juga kepada sahabat-sahabatku, Azzahratul Kamaliah,
Nurhalimah Lubis, Ridla Hanum dan kepada semua teman-teman ekstensi
2012 yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada peneliti dalam
penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan profesi keperawatan.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Medan, Februari 2014 Penulis
5.2Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Lampiran Informed Consent 2. Instrumen Penelitian 3. Surat Izin Penelitian
4. Surat Selesai Melakukan Penelitian di Rumah Sakit 5. Surat Etika Penelitian
6. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan
Lampiran 3 : Instrumen Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Karakter Data Demografi Partisipan ... 36
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Persepsi Pasien
Tentang Perilaku Caring Perawat di Instalasi Kardiovaskuler
Judul : Pengalaman Pasien tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kadiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan
Nama Mahasiswa : Anni Asriani Nasution
NIM : 121121022
Program : S1 Keperawatan
Tahun : 2013/2014
ABSTRAK
Caring adalah esensial dari keperawatan yang merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, dan merupakan sikap yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien yang akan mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman subjektif pasien tentang perilaku caring perawat pelaksana serta harapan pasien untuk kualitas pelayanan keperawatan. Penelitian ini menggunakan studi fenomenologi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 10 orang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Data kualitatif dianalisis dengan metode colaizzi dan data kuantitatif dengan statistik deskriptif. Hasil analisis kualitatif menunjukkan ada lima tema terkait dengan pengalaman pasien tentang caring perawat pelaksana yaitu sikap profesional perawat, tindakan keperawatan, perasaan pasien, dampak terhadap pasien serta harapan pasien. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan 100% perawat di instalasi kardiovaskuler memilki caring yang baik. Perawat perlu untuk tetap terus memperbaiki perilaku caring dengan mengikuti pelatihan terkait dengan caring agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi dalam memberikan asuhan keperawatan di instalasi kardiovaskuler kepada pasien.
Title : Patient Experience of Implementing Nurse Caring Behaviors in Installation Cardiovascular in Central General Hospital of H. Adam Malik Medan
Name of Student : Anni Asriani Nasution Student Number : 121121022
Program : Bachelor of Nursing
Year : 2013/2014
ABSTRACT
Caring is essential that nursing is an attitude of caring, respect, respect for others and an attitude that is needed between the giver and receiver of care and to improve and protect the patient that will affect ability of patient to recover. This research aimed to explore the subjective This experience of the patients expectations of nurses caring behavior and patient expectations for quality nursing care. This research used phenomenological study. Sampling technique in this study using purposive sampling with the number of participants were 10 people according to the inclusion criteria. Data was collected through interviews and observations. Qualitative data were analyzed with Colaizzi method and quantitative data with descriptive statistics. Analisis qualitatif result found five themes related to patients experience about caring behavior of nurses as well as patients expectations for of nurses caring professional nurse, nursing actions, feelings of patients, the impact on the patient and the patients expectations. Quantitative analysis of the results showed 100% of nurses in cardiovascular installation has a good caring. Nurses need to continue to mend caring behavior with training related to caring in order to provide better service in providing nursing care to patients in cardiovascular installation
Judul : Pengalaman Pasien tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kadiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan
Nama Mahasiswa : Anni Asriani Nasution
NIM : 121121022
Program : S1 Keperawatan
Tahun : 2013/2014
ABSTRAK
Caring adalah esensial dari keperawatan yang merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, dan merupakan sikap yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien yang akan mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman subjektif pasien tentang perilaku caring perawat pelaksana serta harapan pasien untuk kualitas pelayanan keperawatan. Penelitian ini menggunakan studi fenomenologi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 10 orang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Data kualitatif dianalisis dengan metode colaizzi dan data kuantitatif dengan statistik deskriptif. Hasil analisis kualitatif menunjukkan ada lima tema terkait dengan pengalaman pasien tentang caring perawat pelaksana yaitu sikap profesional perawat, tindakan keperawatan, perasaan pasien, dampak terhadap pasien serta harapan pasien. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan 100% perawat di instalasi kardiovaskuler memilki caring yang baik. Perawat perlu untuk tetap terus memperbaiki perilaku caring dengan mengikuti pelatihan terkait dengan caring agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi dalam memberikan asuhan keperawatan di instalasi kardiovaskuler kepada pasien.
Title : Patient Experience of Implementing Nurse Caring Behaviors in Installation Cardiovascular in Central General Hospital of H. Adam Malik Medan
Name of Student : Anni Asriani Nasution Student Number : 121121022
Program : Bachelor of Nursing
Year : 2013/2014
ABSTRACT
Caring is essential that nursing is an attitude of caring, respect, respect for others and an attitude that is needed between the giver and receiver of care and to improve and protect the patient that will affect ability of patient to recover. This research aimed to explore the subjective This experience of the patients expectations of nurses caring behavior and patient expectations for quality nursing care. This research used phenomenological study. Sampling technique in this study using purposive sampling with the number of participants were 10 people according to the inclusion criteria. Data was collected through interviews and observations. Qualitative data were analyzed with Colaizzi method and quantitative data with descriptive statistics. Analisis qualitatif result found five themes related to patients experience about caring behavior of nurses as well as patients expectations for of nurses caring professional nurse, nursing actions, feelings of patients, the impact on the patient and the patients expectations. Quantitative analysis of the results showed 100% of nurses in cardiovascular installation has a good caring. Nurses need to continue to mend caring behavior with training related to caring in order to provide better service in providing nursing care to patients in cardiovascular installation
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Persaingan dalam hal pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu akan
menjadi sorotan masyarakat sebagai pengguna jasa layanan kesehatan. Hal ini
dikarenakan para konsumen pelayanan kesehatan sangat memperhatikan layanan
kesehatan yang menggunakan mutu pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit
(Potter & Perry, 2005).
Pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien harus berdasarkan pada
ilmu keperawatan. Rumah sakit dinyatakan berhasil, tidak hanya pada
kelengkapan fasilitas saja melainkan juga sumber daya manusia yang salah
satunya adalah perawat yang sangat berpengaruh terhadap pelayanan yang
dihasilkan dan dipersepsikan oleh pasien. Sesuai dengan pasal 32 (d) UU No.44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasien mempunyai hak untuk memperoleh
layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
operasional prosedur (UU RS no 44 tahun 2009).
Pelayanan keperawatan yang berkualitas dapat diwujudkan melalui
pemberian asuhan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring perawat
(Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan DepKes RI, 2008). Caring secara umum
dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain,
pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta
atau menyayangi. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting
dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi
keperawatan (Wiyana, 2008).
Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan
menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada
seseorang dan bagaimana seseorang itu bertindak. Tomey& Alligood (1994)
menyatakan bahwa caring adalah komponen penting dalam keperawatan dan
merupakan inti dari praktek keperawatan karena mengandung nilai-nilai
humanistik, menghormati kebebasan manusia terhadap suatu pilihan, menekankan
pada peningkatan kemampuan dan kemandirian, peningkatan pengetahuan dan
menghargai setiap manusia. Perawat yang mempunyai nilai dan jiwa caring akan
mempunyai perilaku kerja yang sesuai dengan prinsip etik dikarenakan kepedulian
perawat yang memandang klien sebagai makhluk humanistik sehingga termotivasi
untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu tinggi.
Menurut Potter dan Perry (2005) keberhasilan pelayanan kesehatan
dipengaruhi oleh partisipasi perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
yang berkualitas kepada pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Al-Mailan
(2005) yang menemukan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi pasien
tentang pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
diberikan rumah sakit. Hubungan yang signifikan juga ditemukan antara kepuasan
pasien dengan keinginan mereka untuk berkunjung kembali ke rumah sakit.
Dengan demikian, kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat
Peluw (2007, dalam Mugianti 2009) yang menggambarkan adanya
persepsi yang negatif seperti melakukan tindakan yang kurang tepat, kurang
terampil, kurang komunikasi dengan pasien, kurang tepat menanggapi keluhan
pasien. Kesan masyarakat tentang perilaku perawat sampai saat ini masih
berkonotasi negatif seperti tidak ramah, judes, pemarah, tidak memberikan
informasi yang dibutuhkan.
Pentingnya penelitian ini dilakukan untuk menggali pengalaman pasien
tentang perilaku caring perawat pelaksana, pasien merasa puas dengan pelayanan
yang diberikan perawat di ruangan, atau malah pasien tidak puas dengan
pelayanan yang diberikan oleh perawat tersebut
Penelitian ini akan menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dipilih untuk
menggali informasi serta mengeksplorasi pengalaman pasien tentang perilaku
caring perawat selama berinteraksi dengan pasien yang dirawat di ruang
perawatan jantung. Desain penelitian ini bertujuan untuk memahami respon
seluruh manusia terhadap suatu atau sejumlah peristiwa (Dempsey & Dempsey,
2002).
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman pasien
tentang perilaku caring perawat pelaksana di instalasi kardiovaskuler RSUP H.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana pengalaman pasien tentang perilaku caring perawat pelaksana
di instalasi kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan?
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan dalam perilaku caring bagi
mahasiswa keperawatan, dimana perilaku caring tersebut dapat diaplikasikan
dalam pemberian asuhan keperawatan, serta dapat membentuk karakter perawat
yang memiliki jiwa caring pada pasien.
1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan untuk menetapkan kebijakan bagi
perawat, dan dapat juga dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap pelayanan yang
diberikan perawat kepada pasien untuk menciptakan perawat dengan pelayanan
yang lebih baik.
1.4.3 Riset
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan atau sumber data
peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dalam ruang lingkup yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Persepsi pasien merupakan pandangan ataupun penilaian pasien terhadap
apa yang pasien rasakan, dan apa yang pasien alami selama ini terkait perilaku
caring tersebut. Perilaku caring merupakan hal yang sangat penting dalam
pelayanan keperawatan karena akan memberikan kepuasaan kepada pasien yang
akan memberikanefek persepsi yang positif terkait dengan keperawatan. 2.1. Persepsi Pasien
2.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi didefenisikan sebagai suatu proses dimana individu
mengorganisasikan dan menginterpretasikan impresi sensorinya supaya dapat
memberikan arti kepada lingkungan sekitarnya, meskipun persepsi sangat
dipengaruhi oleh pengobjekan indra maka dalam proses ini dapat terjadi
penyaringan kognitif atau terjadi modifikasi data (Mangkunegara, 2002).
Menurut Kotler &Amstrong (2001), persepsi adalah proses seseorang
memilih, mengatur dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk
gambaran yang berarti mengenal dunia. Persepsi adalah proses pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu
sehingga merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu (Walgito, 2001
dalam Sunaryo, 2004).
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh
proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian
menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Sunaryo, 2004). Persepsi
adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk mengorganisasikan dan
menafsirkan stimulus lingkungan yang dialaminya (Suliswati, 2005).
Berdasarkan beberapa pengertian dari persepsi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa stimulus persepsi dapat datang dari luar, tetapi juga datang
dari dalam diri individu itu sendiri serta diterimanya dari stimulus atau rangsangan
oleh individumelalui alat indera (Walgito, 2002).
2.1.2 Macam- Macam Persepsi
Menurut Sunaryo (2004), ada dua macam bentuk persepsi yaitu:
a. External perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang
datang dari luar individu.
b. Self perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang
berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Dalam hal ini yang menjadi objek
adalah dirinya sendiri.
2.1.3 Syarat dan Proses Terjadinya Persepsi
Dengan persepsi individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang
keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang keadaan diri
individuyang bersangkutan (self perseption).Alat penghubung antara individu
dengan dunia luar adalah alat indra (Robin, 2003).
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului pengindraan, yaitu
dengan diterimanya stimulus oleh reseptor, diteruskan ke otak atau pusat saraf
yang diorganisasikan dan diinterpretasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya
Syarat terjadinya persepsi yaitu:
a. Adanya objek: Objek stimulus alat indra (reseptor)
Stimulus berasal dari luar individu (langsung mengenai alat indra/reseptor)
dan dari dalam diri individu (langsung mengenai saraf sensoris yang bekerja
sebagai reseptor).
b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi
c. Adanya alat indra sebagai reseptor penerimaan stimulus.
d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf
atau pusat kesadaraan). Dari otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat
untuk mengadakan respon.
Proses terjadinya persepsi yaitu:
a. Proses fisik (kealaman) objek stimulus resptor atau alat indra.
b. Proses fisiologis stimulus saraf sensorik otak.
c. Proses psikologis proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus
Syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada proses fisik, fisiologis dan
psikologis, secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut.
Objek stimulus reseptor
Saraf sensorik otak
saraf motorik
persepsi
(Siagian, 1995)
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:
a. Pelaku persepsi (perceiver), yaitu pelaku persepsi memandang suatu target dan
mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi
oleh karakteristik-karakteristik pribadinya. Karakteristik pribadi yang lebih
relevan mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat,
pengalaman masa lalu dan pengharapan.
b. Objek atau target yang dipersepsikan, yaitu target/objek yang dipersepsikan
juga mempunyai karakteristik-karakteristik yang dapat mempengaruhi persepsi
yaitu kedekatan, semakin besar kedekatan itu, maka semakin besar
kemungkinan individu akan cendrung mempersepsikan objek tersebut sebagai
c. Situasi yang membuat persepsi itu dilakukan, yakni unsur-unsur lingkungan
sekitar dan waktu mempengaruhi persepsi indicidu (Robbins, 2003).
2.2 Caring
2.2.1 Konsep Caring secara umum
Caring merupakan konsep sentral atau inti bagi keperawatan akan tetapi
caring tidak bisa dianggap sebagai paradigma yang unik bagi profesi keperawatan
karena profesi kesehatan lain juga menganggap caring sebagai bagian integral
dari kemampuannya yang terdiri atas kemampuannya yang terdiri atas
pengetahuan dan keterampilan. Caring adalah bagian dari kehidupan manusia
yang merupakan hasil dari budaya, nilai dan hubungan dengan manusia lain.
(Indarstuti, 2010).
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara
seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang
lain. Memberikan asuhan caring secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan
emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring merupakan kepedulian
untuk mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku caring bertujuan dan
berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap
orang yang berbeda pada satu tempat (Dwidiyanti, 2007), maka kinerja perawat
khususnya pada perilaku caring menjadi sangat dalam mempengaruhi kualitas
pelayanan dan kepuasan pasien terutama di rumah sakit, dimana kualitas
pelayanan menjadi penentu citra instituti pelayanan yang nantinya akan dapat
Caring dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam filosofi dan
persepsi etik, artinya bukan hanya perawat saja yang berperilaku caring tetapi
sebagai manusia kita juga harus mampu memperhatikan manusia lain (Watson,
2004).
Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari
berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan. Dalam memberikan asuhan,
perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan,
memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap caring sebagai
media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs,
1999).
2.2.2 Definisi Caring
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara
seseorang berfikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama (Potter &
Perry, 2007) .Caring juga merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai
orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan – kesukaan
seseorang dan bagaimana seseorang berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan
caring secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku
sederhana, karena caring merupakan kepedulian untuk mencapai perawatan yang
lebih baik, perilaku caring bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial,
pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yang berbeda pada satu tempat
(Dwidiyanti, 2007).
Leininger dalam Farland, (2002) mengemukakan juga bahwa caring
adalah penyembuhan, caring adalah jantung dan jiwa keperawatan, caring adalah
kekuatan, caring adalah ciri-ciri istimewa dari keperawatan sebagai suatu profesi
atau disiplin.
Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care,
mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan
antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien
sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk
sembuh .
Leinenger mendeskripsikan caring dari dimensi budaya. Caring menurut
Leinenger (1991, dalam Indarstuti, 2010) adalah suatu pengetahuan dan
pemahaman tentang manusia dalam kondisi sebenarnya dan bersama seorang
untuk membantu, membimbing atau melakukan cara untuk membantu mereka
mencapai tujuan tertentu, meningkatkan atau memperbaiki kondisi kesehatannya
dalam menghadapi ketidakmampuan atau membantu untuk menghadapi kematian.
Selain itu terdapat juga pernyataan dari Morse, Bottorf, Neader dan
Solberg”s (1991 dalam Watson 2009) menyatakan bahwa caring digambarkan
dalam 5 hal yaitu caring as a human trait (kondisi natural manusia), caring as a
moral imperative (caring sebagai moral imperative nilai individu), caring as an
affect (caring sebagai sikap pada diri sendiri, pasien dan pekerjaan), caring as an
interpersonal relationship (caring sebagai interaksi interpersonal), dan caring as
a therapeutic intervention dan (caring sebagai intervensi terapetik)
2.2.3 Teori Caring
Beberapa teori dalam keperawatan telah dikembangkan berbagai sudut
pandang untuk mejelaskan dan mendeskripsikan tentang caring seperti:
a. Teori Caring Menurut Leinenger
Leinenger (1988) mendeskripsikan caring sebagai aktivitas perawat yang
penuh dengan keterampilan, dan membantu pasien dalam dalam hal yang
berkaitandengan nilai dan tuhjuan yang ingin dicapai individu ataupun kelompok.
Karakteristik Caring terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Profesional caring, yaitu sebagai perwujudan kemampuan kognitif. Perawat
dalam bertindak terhadap respon yang ditunjukkan pasien berdasarkan ilmu,
sikap dan keterampilan profesional sehingga dapat memberikan bantuan
terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan, masalah dan tujuan yang ditetapkan
perawat dan pasien.
2. Scientifik caring, segala keputusan dan tindakan dalam memberikan asuhan
keperawatanberdasarkan pengetahuan yang dimiliki perawat.
3. Humanistik caring, proses bantuan kepada orang lain yang bersifat kreatif,
intuitif, atau kognitif yang didasarkan pada filosofis, fenomenologik, perasaan
objektif dan subjektif.
b. Teori Caring Menurut Swanson
Swanson mendefinisikan caring sebagai cara perawat memelihara
hubungan yang bernilai dengan pasien agar mereka merasakan komitmen dan
tanggung jawab terhadap dirinya sendirinya. Hal ini dilakukan melalui lima
melakukan (doing for), memampukan (enabling), dan mempertahankan
kepercayaan (maintaining belief) (Swanson, 1991 dalam Watson, 2005).
1. Mengetahui (Knowing)
Knowing berarti berusaha untuk memahami arti suatu kejadian dalam
kehidupan pasien, mencegah adanya asumsi, berfokus pada perawatan untuk
pasien, mencari tanda-tanda, melakukan pengkajian secara cermat dan melibatkan
diri dengan pasien. Perawat yang memahami peristiwa yang dialami pasien dan
arti dari peristiwa tersebut bagi pasien akan mampu menciptakan lingkungan yang
aman dan positif bagi pasien (Swanson, 1992 dalam Tomey & Alligood, 2006).
2. Kehadiran atau Keberadaan (Being with).
Kehadiran berarti menghadirkan emosi saat bersama pasien. Hal ini berarti
hadir secara fisik, menyampaikan keberadaan dan berbagi perasaan dengan pasien
tanpa membebani pasien (Swanson,1992 dalam Tomey & Alligood, 2006).
3. Melakukan (Doing For)
Melakukan pelayanan keperawatan untuk membantu pasien dalam
perawatan total atau mendukung pasien untuk melakukan perawatan mandiri. Sub
kategori perilaku yang termasuk hal ini adalah mengantisipasi kebutuhan pasien,
memberikan kenyamanan, memberikan pelayanan keperawatan secara kompeten
dan terampil, dan melindungi martabat pasien selama perawatan ( Swanson, 1992
dalam Tomey & Alligood, 2006).
d. Memungkinkan (Enabling)
Enabling berarti membantu pasien dan memfasilitasi pasien agar dapat
masa transisi dalam kehidupan atau melalui peristiwa yang tidak biasa dengan
cara berfokus pada kejadian tersebut, menginformasikan, menjelaskan,
mendukung, dan memberiakn feedback (Swanson, 1992 dalam Tomey &
Alligood, 2006).
e. Mempertahankan Kepercayaan (Maintaining Belief).
Proses ini merupakan fondasi caring dan ditunjukkan pada keyakinan
terhadap kapasitas seseorang melalui bekerja bersama-sama dan mengenali arti
suatu kejadian atau kondisi bagi pasien. Sub kategori yang ada dalam proses ini
perawat harus mempercayai pasien, membantu pasien memaknai arti kehidupan
(Swanson, 1999 dalam Kavanaugh, Moro, Savage & Mehendale, 2006).
c. Teori Caring Menurut Watson
Watson (2004), mendasarkan teorinya untuk praktik keperawatan dalam
beberapa faktor kuratif. Beberapa faktor karatif itu adalah:
1. Pembentukan nilai-nilai sistem humanistik dan altuiristik.
Humanistik altruistik adalah sikap yang didasari pada nilai-nilai
kemanusiaan yaitu menghormati otonomi atau kebebasan klien terhadap pilihan
yang terbaik menurutnya serta mementingkan orang lain. Perilaku caring perawat
pelaksana yang mencerminkan pembentukan sistem nilai humanistik yaitu dengan
menghargai atau menghormati pasien sebagai individu (manusia). Perilaku caring
perawat pelaksana yang mencerminkan pembentukan nilai altruistik yaitu dengan
mendahulukan kepentingan pasien daripada kepentingan pribadi. (Watson, 1979
2. Menanamkan harapan kepercayaan
Faktor ini menggabungkan nilai humanistik-altruistik memfasilitasi
pemberian pelayanan asuhan keperawatan yang holistik dan kesehatan positif
kepada pasien. Perawat memberikan motivasi kepeda pasien untuk menghadapi
penyakitnya, memberi informasi kepada pasien tentang tindakan keperawatan dan
pengobatan yang akan diberikan (Nurachmah, 2001 dalam Indarstuti, 2010).
3. Menanamkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
Perawat harus belajar untuk mengembangkan sifat sensitif dan peka
terhadap perasaan pasien sehingga dapat lebih sensitif dalam memberikan asuhan
keperawatan (Watson, 1079 dalam Tomey & Alligood, 2005).
Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan
asuhan keperawatan adalah tetap sabar ketika pasien bersikap kasar terhadap
perawat, mendampingi dan menenangkan pasien ketika menghadapi permasalahan
dan menawarkan bantuan terhadap masalah yang dihadapi pasien (Nurachmah,
2001)
4. Pengembangan hubungan percaya dan membantu
Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien merupakan hal yang
penting dalam pemberian asuhan keperawatan. Hubungan ini akan meningkatkan
penerimaan terhadap perasaan positif dan negatif antara perawat dan pasien
(Watson, 1979 dalam Tomey & Alligood, 2006).
Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan
asuhan keperawatan adalah mengucapkan salam ketika berinteraksi dengan
dengan suara yang lembut, menjelaskan prosedur tindakan setiap akan melakukan
tindakan (Maridi, 2005 dalam Nurachmah, 2001)
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif
Perawat harus mempersiapkan diri dalam menghadapi ekspresi perasaan
positif dan negatif pasien dengan cara memahami ekspresi pasien secara
emosional maupun intelektual dalam situasi yang berbeda (Watson, 1979 dalam
Tomey & Alligood, 2006).
Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan
asuhan keperawatan adalah memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengekspresikan perasaan yang dialaminya, mendorong pasien untuk
mengungkapkan harapan terhadap kondisi saat ini, menjadi pendengar yang aktif
dalam setiap keluhan pasien yang suka ataupun duka (Nurachmah, 2001)
6. Menggunakan metode sistematis dalam menyelesaikan masalah caring untuk
pengambilan keputusan.
Perawat menggunakan proses keperawatan untuk memecahkan masalah
yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan, dan mengambil keputusan
secara sistematis. Proses keperawatan merupakan pendekatan yang digunakan
dalam memecahkan masalah secara sistematis dan terorganisir, sehingga dapat
menghilangkan pandangan lama bahwa perawat adalah asisten dokter (Watson,
2005).
Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini adalah memberikan
asuhan keperawatan seperti mengkaji, mendiagosa, merencanaka, melaksanakan
keinginan pasien yang tidak bertentangan dengan kesehatannya, melibatkan
pasien dan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan (Nurachmah, 2001).
7. Meningkatkan pembelajaran dan pengajaran dalam hubungan interpersonal
Faktor ini memungkinkan pasien memperoleh pengetahuan dan
bertanggung jawab terhadap kondisi sehat-sakitnya. Meleui proses pembelajaran
ini diharapkan pasien dapat melakukan perawatan mandiri, menentukan
kebuutuhan diri sendiri (Watson, 2005).
Perilaku caring perawat dalam faktor ini yaitu memberikan pendidikan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien, menjelaskan keluhan
pasien secara rasional dan ilmiah sesuai dengan tingkat pemahaman pasien dan
cara mengatasinya (Nurachmah, 2001).
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual yang suportif dan
protektif
Perawat harus memahami lingkungan eksternal dan internal yang
berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit individu. Lingkungna internal
meliputi kesejahteraan mental dan spiritual serta keyakinan sosial budaya
individu, sedangkan lingkungna eksternal meliputi kenyamanan, privacy,
keamanan dan kebersihan serta keindahan (Watson, 1979 dalam Toney &
Alligood, 2006).
Perilaku perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan asuhan
keperwatan adalah menyetujui keinginan pasien untuk bertemu dengan pemuka
agama, memfasilitasi atau menediakan keperluan pasien ketika akan berdoa
9. Memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh penghargaan dalam rangka
mempertahankan keutuhan dan martabat manusia
Kebutuhan dasar pasien harus terpenuhi dahulu sebelum berusaha
mencapai kebutuhan yang berada di atasnya. Makanan, udara, eliminasi
merupakan contoh kebutuhan biofisikalpada tingkatan bawah dengan aktivitas,
istirahat, dan kebutuhan seksual adalah kebutuhan psikofisikal padsa tingkatan
paling bawah. Pencapaian dan afiliasi adalah kebutuhan psikososial yang lebih
tinggi sedangkan aktualisasi diri adalah kebutuhan intrapersonal dan interpersonal
yang lebih tinggi (Watson, 1979 dalam Tomey & Alligood, 2006).
Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan
asuhan keperawatan adalah menghargai pasien dan privasi pasien ketika sedang
memenuhi kebutuhannya, menunjukkan pada pasien bahwa pasien adalah orang
yang pantas untuk dihormatidan dihargai (Nurachmah, 2001).
10. Menghargai kekuatan eksistensial- phenomenologikal
Perawat perlu menghargai adanya kekuatan eksistensial dan
fenomenologikal yang diyakini pasien. Fenomenologi digambarkan sebagai suatu
data yang dapat membantu individu memahami fenomena. Psikologi eksistensial
adalah ilmu eksistensi manusia yang dijelaskan menggunakan fenomenologikal
(Ardiana, 2010). Watson menyatakan sulit menjelaskan faktor ini. Inti dari faktor
ini adalah menghargai pengalaman yang merangsang pemikiran untuk
memfasilitasi pemahaman yang lebih baik bagi diri sendiri dan orang lain
2.2.4 Perilaku Caring
2.2.4.1 Pengertian Perilaku Caring
Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan
menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada
seseorang dan bagaimana seseorang itu bertindak. Karena perilaku caring
merupakan perpaduan perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat
kesehatan dalam membantu pasien yang sakit. Perilaku caring sangat penting
untuk mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup
manusia. Perilaku caring sangat penting dalam layanan keperawatan karena akan
memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat akan lebih memahami konsep
caring, khususnya perilaku caring dan mengaplikasikan dalam pelayanan
keperawatan. Seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan
orang lain, keterampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin
dalam perilaku caring atau kasih sayang (Dwiyanti, 2007).
Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus
pemersatu untuk praktek keperawatan. Perilaku caring juga sangat penting untuk
tumbuh kembang, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup
manusia (Blais, 2007).
Perilaku caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar.
Caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, atau
membolehkan individu (kelompok) melalui antisipasi bantuan untuk
meningkatkan kondisi individu atau kehidupan (Leininger, 1979 dalam George,
Maka kinerja perawat khususnya pada perilaku caring menjadi sangat
penting dalam mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama
di rumah sakit, dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi
pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu
pelayanan (Potter & Perry, 2005).
2.2.4.2 Tahap Perkembangan Caring
Menurut (Rothrock, 2000) tahap perkembangan hubungan caring ini
dibagi menjadi empat tingkat yang progresif dan serial, yaitu :
1. Attachment (pertalian)
Empat tugas yang menandai pertalian yaitu:
a. Rekognisi adalah menyadari kehadiran orang lain dan menerima orang lain
b. Membuka diri adalah informasi yang beresiko rendah atau tidak mengancam.
c. Validasi adalah memberikan persetujuan pada informasi yang dibagikan atau
perilaku yang diperhatikan.
d. Potensi adalah kehendak dan kekuatan untuk memajukan hubungan.
2. Assiduity (perilaku selalu penuh perhatian)
Selama tahap ini pergatian yang diteleitidiberikan pada kerja menjalin
hubungan kepedulian. Kejujuran diperlukan agar hubungan menjadi terbuka,
kejujuran dapat berupa mengatakan kebenaran atau keinginan untuk tidak
membahas sesuatu. Membuka diri dalam dua tahap yaitu rasa tangguang jawab
3. Intimasi (melibatkan berbagi diri)
Tugas dalam hal ini memerlukan ketulusan (integritas, kepercayaan),
membuka diri (menempatkan seseorang dalam posisi yang terbuka, wawasan
(memiliki pandangan yang cepat terhadap orang lain), perlibatan (orang lain dapat
dilibatkan dalam hubungan tanpa ancaman).
4.Konfirmasi
Validasi personal menghasilkan perasaan positif tentang kesadaran dan
pertumbuhan. Argumentasi memungkinkan untuk memperbesar, memperkuat dan
lebih mempermudah hubungan memperhatikan, karena kemampuan untuk peduli
dengan dasar yang luas
2.2.4.3 Pengukuran Caring
Secara rinci alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku dan
kompetensi caring perawat dijelaskan sebagai berikut (Watson, 2005).
a. Caring Behavior Assestment Tool
Caring Behavior Assestment Tool (CBA) adalah alat ukur yang paling
awal dikembangkan untuk mengukur perilaku caring dengan menggunakan teori
watson dan 10 faktor karatif watson. Alat ukur ini dikembangkan oleh Cronin dan
Horison pada tahun 1988 untuk mengidentifikasi perilaku caring perawat yang
dipersepsikan oleh pasien. Jawaban pernyataan menggunakan sklala likert yang
menggambarkan tingkatan masing-masing perawat dalam merefleksikan perilaku
caring. CBA pertama kali digunakan dengan sampel 22 pasien. Pengukuran
perilaku perawat di instalasi jantung direncanakan menggunakan Caring Behavior
yang dibutuhkan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan (Indrastuti,
2010).
b. Caring Efficacy Scale
Caring Efficacy Scale dikembangkan oleh Dr. Carolie Coates (1995) untuk
mengkaji kepercayaan diri tentang kemampuan dan kompetensi perawat dalam
menunjukkan pengenalan caring dan membangun hubungan yang caring dengan
pasien. Konsep dasar pengembangan alat ukur ini dengan menggunakan teori self
efficacy dan transpersonal human caring serta 10 faktor karatif milik Watson.
CES pada mulanya terdiri atas 45 item pertanyaan dengan menggunakan skala
likert yang dengan pengembangan CES berubah menjaid 30 item pertanyaan.
c. Caring Behavior Inventory
Caring Behavior Inventory (CBI) dikembangkan oleh Wolf (1986) dengan
menggunakan konsep dasar caring secara umum dan teori transpersonal caring
Watson. Versi pertama alat ini terdiri atas 75 item pertanyaan dan kemudian
mengecil menjadi 42 item dengan altenatif jawaban menggunakan skala likert 4
point. Yaitu 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= setuju, 4= sangat setuju.
3. Studi Fenomenologi
Fenomenologi dikembangkan oleh Husserl dan Heidegger yang bersumber
dari sebuah tradisi filsafat yang merupakan sebuah pendekatan mengenai
pengalaman hidup manusia. Seorang fenomenolog memiliki keyakinan bahwa
kebenaran utama tentang realitas didasarkan pada pengalaman hidup seseorang
Pendekatan fenomenologi digunakan ketika sedikit sekali definisi atau
konsep terhadap suatu fenomena yang akan diteliti (Polit, Beck & Hungler, 2001).
penelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa
dan kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Tujuan
penelitian fenomenologi sepenuhnya adalah untuk menggambarkan pengalaman
hidup dan persepsi yang muncul (Polit & Hungler, 1997).
Perbincangan yang cukup dalam (in-depth interview) antara peneliti dan
partisipan dimana peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan
pengalaman hidupnya tanpa adanya suatu diskusi (Polit, Beck, & Hungler, 2001).
Melalui perbincangan yang cukup dalam peneliti berusaha untuk menggali
informasi sebanyak mungkin dari partisipan.
Dalam studi fenomenologi, jumlah partisipan yang terlibat tidaklah banyak.
Jumlah partisipan dari penelitian ini adalah 10 orang atau lebih sedikit (Polit,
Beck, & Hungler, 2001). Partisipan yang terlibat dalam penelitian akan dipilih
dengan menggunakan teknik purposive sampling (Polit, Beck, & Hungler, 2001).
Dalam hal ini, partisipan harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan
oleh peneliti. Hasil penelitian dalam studi fenomenologi diperoleh melalui proses
analisis data. Colaizzi (1978) dalam Polit, Beck, Loiselle & Mcgrath (2004).
menyatakan bahwa ada tujuh langkah yang harus dilalui unuk menganalisa data.
Proses analisa tersebut meliputi:
a. Membaca semua protokol untuk mendapatkan perasaan mereka
b. Meninjau setiap protokol dan menarik pernyataan yang signifikan
d. Mengatur makna yang dirumuskan ke dalam kelompok tema dengan merujuk
kelompok-kelompok kembali ke protokol asli untuk memvalidasi tema,
mencatat perbedaan antara berbagai kelompok, menghindari godaan
mengabaikan data atau tema yang tidak sesuai
e. Mengitegrasikan hasil dalam deskripsi lengkap fenomena yang diteliti
f. Memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai
identifikasi pernyataan setegas mungkin
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi untuk menggali
bagaimana pengalaman subjektif dari pasien mengenai perilaku perawat pelaksana
di ruangan unit perawatan jantung tersebut. Desain penelitian ini bertujuan untuk
menyelidiki pengalaman pasien secara mendalam terhadap suatu atau sejumlah
peristiwa (Dempsey & Dempsey, 2002). Selain itu desain penelitian ini ingin
mengungkap perilaku caring perawat pelaksana berdasarkan pengalaman pasien.
Mengenai hal ini Strauss dan Corbin (1990) telah menjelaskan bahwa metode
kualitatif dapat memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit
diungkapkan oleh metode kuantitatif.
3.2 Partisipan
Jumlah partisipan dari penelitian ini sebanyak 10 orang. Jumlah pasti dari
partisipan ditentukan dari saturasi data yang diperoleh. Saturasi data didapatkan
apabila peneliti tidak lagi memperoleh informasi baru dari partisipan (Polit &
Hungler, 1997).
Pemilihan pertisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling (Polit, Beck & Hungler, 2001). Partisipan yang dipilih harus memenuhi
kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Partisipan tersebut dianggap dapat
memberikan informasi yang diinginkan oleh peneliti. Partisipan yang dipilih
hari, kondisi stabil, dapat berkomunikasi dengan baik, tingkat kesadaran baik,
dapat membaca dan menulis dan bersedia menjadi responden
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dengan
pertimbangan bahwa rumah sakit merupakan salah satu rumah sakit pendidikan
yang digunakan USU untuk program pendidikan profesi. Ruangan instalasi
kardiovaskuler memiliki jumlah perawat pelaksana sebanyak 18 orang dan ada 8
ruangan yang terdiri dari ruang kelas 3 pria sebanyak 8 tempat tidur, kelas 2 pria
sebanyak 6 tempat tidur, kelas 1 pria sebanyak 4 tempat tidur. Jumlah ruangan
untuk wanita terdiri dari kelas 3 wanita ada 8 tempat tidur, kelas 2 wanita ada 6
tempat tidur, dan kelas 1 wanita ada 4 tempat tidur, dan VIP ada 2 tempat tidur.
Penelitian ini dilakukan mulai November - Desember 2013.
3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Instrumen Penelitian
Proses penelitian ini, peneliti merupakan instrumen kunci dalam
penelitian, dimana peneliti harus bisa memahami tentang kondisi lingkungan dan
dapat menyesuaikan diri pada keadaan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
membuat partisipan lebih terbuka dan bebas untuk mengemukakan pendapatnya
dan pengalamannya terutama yamg berkaitan dengan informasi penelitian
(Hamidi, 2005).
Selain itu untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan tiga instrumen
penelitian yaitu kuesioner data demografi, panduan wawancara, dan lembar
Kuesioner data demografi tersebut mencakup inisial, umur, jenis kelamin,
jenjang pendidikan, pekerjaan dan lama rawatan. Peneliti juga menggunakan
panduan wawancara selama proses pengumpulan data. Panduan wawancara
tersebut berisi pertanyaan yang akan diajukan kepada pertisipan, dimana
pertanyaan tersebut dibuat sendiri oleh peneliti, panduan wawancara dapat dilihat
pada Lampiran 4. Pertanyaan dalam panduan wawancara adalah pengalaman
pasien selama dirawat terkait dengan perilaku caring perawat pelaksana yang ada
di isnstalasi kardiovaskuler. Daftar pertanyaan dalam panduan wawancara telah
diverifikasi oleh pembimbing.
Penelitian ini ini juga menggunakan lembar observasi. Lembar observasi
terdiri dari 18 pernyataan yang diadopsi dan dimodifikasi dari caring behavior
assestment tool, lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran 4. . Lembar
observasi tersebut akan diuji dengan uji validitas isi oleh salah satu dosen yang
ahli dibidang perilaku caring dalam keperawatan. Dalam hal ini uji validitas
tersebut dilakukan sendiri oleh salah satu dosen Fakultas Keperawatan USU yang
mengajarkan tentang caring keperawatan, hasil validitas dapat dilihat pada
lampiran 5 dan hasil dari validitas mendapatkan nilai 1, yang artinya pernyataan
sangat relevan.
3.4.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti sendiri dengan metode
a) Wawancara
Pada metode ini peneliti dan responden jumpa secara langsung untuk
mendapatkan informasi secara jelas dengan tujuan medapatkan data yang dapat
menjelaskan permasalahan penelitian. Sesuai dengan jenisnya, peneliti
menggunakan wawancara tidak berstruktur yaitu wawancara dengan mengajukan
beberapa pertanyaan secara lebih luas tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang
telah dipersiapkan sebelumnya, biasanya pertanyaan muncul dengan spontan
sesuai dengan situasi dan kondisi. Dengan teknik ini diharapkan terjadi
komunikasi langsung yang terbuka sehingga informasi serta data yang dibutuhkan
didapat lebih banyak. Wawancara yang dilakukan selama 30 menit untuk setiap
partisipan dan pertemuan dilakukan sebanyak 2 kali.
2) Observasi
Observasi dilakukan sebagai penguat data sebelumnya dan untuk
memperbanyak informasi yang akan didapatkan. Lembar observasi diadopsi dari
Caring Behavior Assestment Tool yang dikembangkan oleh Duffy (1990). Caring
Behavior Assestment Tool menggunakan teori Watson dan 10 faktor karatif
Watson. Peneliti melakukan beberapa perubahan pada caring assestment tool,
dimana hanya item yang dianggap relevan saja yang dipakai karena disesuaikan
dengan kondisi dan menggunakan bahasa yang dapat dengan mudah dimengerti
3.4.3. Prosedur Pengumpulan Data a. Tahap Persiapan Pengumpulan Data
Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus surat izin
penelitian kepada pihak-pihak terkait seperti pihak fakulatas, pihak komite etik
serta pihak rumah sakit. Selanjutnya mengadakan pertemuan dengan partisipan
untuk menjelaskan tujuan penelitian dan kriteria partisipan yang dipilih.
Selain itu peneliti juga akan melakukan pilot study yang merupakan
wawancara mendalam kepada responden yang juga masih dalam masa rawatan
namun tidak termasuk sebagai pertisipan. Dalam hal ini pilot study merupakan
latihan awal sebelum peneliti melakukan wawancara yang sesungguhnya, hal ini
dilakukan agar peneliti mengetahui apakah responden dapat memahami serta
menjawab pertanyaan dari peneliti.
b. Tahap Penatalaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara bertahap, yaitu pertama telah
dilakukan uji validitas untuk uji coba pedoman wawancara. Kedua, melakukan
adaptasi pada ruangan ataupun lingkungan penelitian dan mencoba untuk
membina hubungan kepada calon partisipan, partisipan sendiri dipilih ataupun
diseleksi berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti. Setelah
itu, peneliti bertanya kepada calon partisipan untuk bersedia diwawancarai dengan
terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari penelitian yang dilakukan serta
menjelaskan kepada partisipan bahwa selama proses wawancara berlangsung
peneliti akan merekam semua hasil pembicaraan tersebut . Jika calon partisipan
3.5 Analisa Data
a. Analisa Data Kualitatif
Analisa data akan dilakukan segera setelah selesai setiap satu proses
wawancara, yaitu bersamaan dengan dibuatnya transkrip wawancara. Setelah itu
akan dilakukan seleksi data satu persatu. Peneliti akan menggunakan metode
Colaizzi (1978) dalam Polit, Beck, Loiselle & Mcgrath (2004) untuk menganalisa
data. Proses analisanya meliputi:
a. membaca semua transkrip wawancara untuk mendapatkan perasaan mereka
b. meninjau setiap transkrip dan menarik pernyataan yang signifikan
c. menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan
d mengelompokkan makna-makna tersebut kedalam kelompok-kelompok tema
e. mengintegrasikan hasil kedalam bentuk deskripsi
f memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai
identifikasi pernyataan setegas mungkin
g. memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap validasi
akhir b. Analisa data Kuantitatif
Analisa data kuantitatif diambil dari lembar observasi yang ada pada
Lampiran 4. Lembar observasi terdiri dari 18 pernyataan dengan menggunakan
pilihan jawaban “dilakukan dan tidak dilakukan”, yaitu: Untuk kategori penilaian,
menggunakan rumus �= �������������−������������
����������������� (Sudjana, 2002). Dimana P
adalah panjang kelas (interval) dalam menentukan kategori penilaian. Lembar
skala goodman dengan 2 pilihan jawaban yang memiliki skor tertinggi adalah 1
sedangkan skor terendah adalah 0 dan kategori penilaian adalah 2, maka:
� =�� − �
� =�
Jadi panjang interval untuk kriteria penilaian adalah 6, sehingga
a. Jika skor 0-9, maka pengalaman pasien tentang perilaku caring perawat
pelaksana buruk.
b. Jika skor 10-18, maka pengalaman pasien tentang perilaku caring perawat
pelaksanan bernilai baik
Kriteria penilaian untuk pernyataan yang positif memiliki nilai 1 untuk
pilihan jawaban “ dilakukan” dan nilai 0 untuk pilihan jawaban “tidak dilakukan”.
Pada pernyataan yang negatif berlaku kebalikan yaitu nilai 1 untuk pilihan
jawaban “ tidak dilakukan” dan nilai 0 untuk pilihan jawaban “ dilakukan”
Lembar observasi ini mengukur perilaku caring perawat berdasarkan 10
faktor karatif Watson. Faktor karatif 1 (sistem nilai humanistik dan altruistik)
terdiri dari dua pernyataan positif (no.1, 2). Faktor karatif 2 (kepercayaan dan
harapan) terdiri dari dua pernyataan positif (no.3, 4). Faktor karatif 3 (kepekaan
terhadap diri sendiri dan orang lain) terdiri dari dua pernyataan yaitu pernyataan
positif (no.5), dan pernyataan negatif (no.6). Faktor karatif 4 (hubungan saling
percaya dan membantu) terdiri dari dua pernyataan yaitu pernyataan positif (no.7)
dan pernyataan negatif (no.8). Faktor karatif 5 (ungkapan perasaan positif dan
karatif 6 (metode sistematis dalam pemecahan masalah) terdiri dari pernyataan
positif (no. 11, 12). Faktor karatif 7 (pembelajaran dan pengajaran dalam
hubungan interpersonal) terdiri dari dua pernyataan yaitu pernyataan positif
(no.13) dan pernyataan negatif (no. 14). Faktor karatif 8 (lingkungan fisik, mental,
sosial dan spiritual yang suportif dan protektif) terdiri dari satu pernyataan yaitu
pernyataan negatif (no.15). Faktor karatif 9 (pemenuhan dasar kebutuhan dasar
manusia) terdiri dari dua peryataan positif (no.16 dan 17). Faktor karatif 10
(kekuatan eksistensial dan fenomenologikal) terdiri dari satu pernyataan positif
(no.18).
Lembar observasi ini juga mengukur perilaku caring berdasarkan Morse,
yaitu caring as a human trait (pernyataan 1, 8, 16), caring as a moral imperative
(pernyataan 2, 3, 17), caring as an affect (pernyataan no 5, 16, 13, 20) caring as
an interpersonal relationship (pernyataan no 4, 9, 10, 11), caring as an
therapueutic intervention (pernyataan 7, 12, 14, 18)
Peneliti memilih Caring Behavior Assestment Tool sebagai alat ukur yang
digunakan untuk meneliti perilaku caring menurut pengalaman pasien
dikarenakan beberapa alasan. Caring Behavior Assesment Tools menggunakan
teori Watson dan mengukur 10 faktor karatif. Pernyataan dalam alat ukur ini
sangat sederhana dan sangat tepat digunakan untuk melihat persepsi pasien
terhadap perilaku caring.
3.6 Tingkat Keabsahan Data (Trustworthiness)
Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data
dependability, dan confirmability (Lincoln & Guba, 1985). Credibility
dipertahankan peneliti melalui teknik prolonged engagement yaitu mengadakan
pertemuan dengan partisipan berulang kali sebanyak 20 kali pertemuan, dalam hal
ini telah dilakukan dengan berada di rumah sakit tepatnya di ruangan instalasi
kardiovaskuler selama 1 bulan sehingga antara peneliti dan partisipan memiliki
keterkaitan yang lama sehingga akan semakin akrab, semakin terbuka, dan saling
mempercayai. Dengan demikian, informasi yang akan diperoleh akan lebih
lengkap. Peneliti juga akan melakukan member checking yaitu melakukan
pengecekan data yang peneliti peroleh kepada partisipan dan hasil dari
pengecekan tersebut disebut tema. Pengecekan tersebut langsung dilakukan apada
saat wawancara dengan cara peneliti mengkonfirmasi perkataan dari partisipan
secara berulang sehingga antara peneliti dan partisipan memiliki pemahaman yang
sama terhadap perkataan partisipan
Transferability dilakukan dengan cara menguraikan secara rinci hasil
temuan yang akan didapat. Kemudian dibuat penjelasan tentang hasil wawancara
dalam bentuk naratif atau dibuat dalam bentuk transkrip wawancara dari semua
partisipan, yang menceritakan rekaman wawancara dan catatan lapangan
kemudian dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian menggunakan literatur
yang sesuai dengan topik penelitian.
Dependability dilaksanakan dengan cara peneliti akan selalu
mengkonsultasikan hasil dari setiap wawancara dan tema yang didapat kepada
dosen pembimbing agar data yang di peroleh dari hasil penelitian dapat lebih
3.7 Pertimbangan Etik
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari bagian
pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, mendapat izin
etichal clearence dari komisi etik kedoteran, pihak RSUP H. Adam Malik Medan.
Setelah mendapatkan izin, selanjutnya peneliti akan mencari partisipan yang
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Setelah terbina hubungan saling
percaya antara peneliti dan partisipan, peneliti akan menjelaskan tujuan dari
penelitian dan memberikan kuesioner data demografi serta informed concent. Jika
partisipan setuju maka partisipan akan menandatangani lembar persetujuan,
namun jika partisipan tidak setuju, partisipan berhak untuk mengundurkan diri
karena dalam penelitian ini partisipan bersifat suka rela dan tidak dipaksa. Peneliti
juga tidak akan mencantumkan nama partisipan (anonymity). Nama partisipan
akan diganti dengan inisial untuk menjaga kerahasiaan. Selain itu, identitas
partisipan juga akan dirahasiakan (confidentiality), hanya informasi yang
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian kualitatif dengan menggunakan desain fenomonologi ini
bertujuan untuk menggali bagaimana pengalaman subjektif dari partisipan
mengenai perilaku perawat pelaksana yang berada di ruangan instalasi
kardiovaskuler RSUP H Adam Malik Medan. Jumlah partisipan yang dipilih
yaitu sebanyak sepuluh orang. Kesepuluh partisipan tersebut merupakan pasien
yang menderita penyakit jantung yang kondisinya sudah membaik serta lama
rawatnnya lebih dari tiga hari.. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan
dua cara yaitu dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi.
Pengambilan data dilakukan mulai pada tanggal 29 November sampai 29
Desember
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan ini bertujuan untuk menggali dan
mendeskripsikan tentang pengalaman pasien selama dirawat serta menjelaskan
karakteristik partisipan yang didapat dari data demografi. Penelitian ini juga
menjelaskan tentang pengalaman pasien terhadap perilaku caring perawat
pelaksana selama menjalani rawat inap di instalasi kardiovaskuler yang meliputi
pengalaman pasien tentang perilaku caring perawat pelaksana yang dirasakan oleh
responden dan juga harapan dari responden terhadap peningkatan perilaku caring
4.1.1 Karakteristik Responden
Kesepuluh partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta mau
menandatangani perjanjian sebelum wawancara di mulai. Para partisipan adalah
pasien dengan penyakit jantung yang sedang menjalani masa rawatan di instalasi
kardiovaskuler di RSUP H. Adam Malik Medan. Kesepuluh partisipan berkisar
antara 41- 60 tahun. Rata-rata umur partisipan adalah 49,6 (50 tahun). Partisipan
yang menjalani rawat inap di ruangan ini terdiri dari 3 orang perempuan dan 7
orang laki-laki. Kesepuluh orang partisipan memiliki pendidikan 3 orang SLTP, 4
orang SLTA, dan 3 orang sarjana. 3 orang partisipan bekerja sebagai ibu rumah
tangga, 1 orang bekerja PNS, 4 orang bekerja sebagai wiraswasta, 1 orang
pensiunan, dan 1 orang bertani.
Tabel 4.1 Karakter Data Demografi Partisipan
4.1.2 Pengalaman Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kardiovaskuler
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam wawancara yang telah
dilakukan kepada para partisipan yang sedang menjalani perawatan di instalasi
kardiovaskuler, peneliti mengidentifikasi pengalaman pasien tentang perilaku
caring perawat yang meliputi sikap profesional perawat, pengetahuan klinis
perawat serta terkait dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan selain itu
tema pendukungnya adalah terkait dengan perasaan, dampak dan harapan
Partisipan menyatakan bahwa perilaku caring yang dirasakan oleh
partisipan selama di rawat di bagian instalasi kardiovaskuler ada 5 tema yang
dapat diambil dari hasil wawancara terkait dengan pengalaman responden yaitu:
sikap profesional, tindakan keperawatan, perasaan, dampak, serta harapan.
Kategori tersebut akan diuraikan sebagai berikut
a. Sikap profesional
Berdasarkan analisis data didapatkan bahwa sikap profesional menurut
partisipan adalah menunjukkan sikap yang sesuai dengan perawat yang
profesional yang terdiri dari bertutur sopan (berkata lembut, tidak memotong
pembicaraan pasien ketika pasien mengungkapkan perasaannya), ramah (selalu
menyapa pasien, menanyakan kabar pasien), murah senyum (dalam melakukan
tindakan kepada pasien juga memberikan senyuman), sabar (sabar dalam
menghadapi pasien, tenang dalam memberikan pelayanan) cepat merespon
keluhan pasien, tidak membeda-bedakan antar pasien. Hal ini sesuai dengan
“perawatnya lembut, sopan, ramah lagi , enggak cerewet” (P1 L20)
“Bagusnya itu seperti baik ramah ya, murah senyum juga, kalo cerewet
sepanjang yang saya alami enggak ada ya cerewet perawatnya, semuanya
baik-baik, sopan juga sama saya” (P3 L19)
“saya nampak wajah yang tersenyum dalam melayani pasien”(P10 L58)
“Ramah-ramah, baik-baik perawat disini ya, sabar juga perawatnya” (P4
L17)
“setiap pagi selalu di sapa ditanya bagaimana kabar saya” (P5 L
“terus ditanya juga kabar saya, setiap ganti shift juga seperti itu”(P2 L41)
“misalkan kayak saya merasakan sakit pada daerah dada saya dan sesak
saya rasa, keluarga saya langsung melapor sama perawatnya, di
ceritakan keluarga saya tentang kondisi saya, disitu perawatnya cepat
merespon dan langsung memeriksa keadaan saya, dan memberikan
pengobatan sesuai dengan apa yang saya rasakan. Perawatnya enggak
“perawat disini baik- baik semua , enggak ada saya lihat pasiennya
dibeda-bedakan sama semua pelayanannya”(P1 L58)
”perawatnya enggak pernah memotong pembicaraan saya ketika saya
sedang mengungkapkan keluhan saya, perawat mendengarkannya, tanpa
ada menunjukkan wajah kesal”( P5 L96)
“setiap tindakan yang mau di buat ke saya selalu minta izin saya dulu,
kayak misalkan mau suntik saya,mau pasang infus” (P6 L58)
“perawatnya juga sabar-sabar loh” (P4 L25)
“perawatnya tenang ya nak dalam menghadapi masalah” (P9 L20)
b. Tindakan Keperawatan
Hasil analisis data didapatkan bahwa tindakan keperawatan menurut
partisipan adalah memberikan informasi tentang penjelasan prosedur tindakan
keperawatan dan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien serta cekatan
dalam melakukan prosedur tindakan keperawatan. Hal ini sesuai dengan
“maaf pak saya ekg dulu ya, terus dijelaskan tujuannya untuk melihat
bagaimana kondisi jantung saya , gitu-gitu lah dek, terus pernah juga kan
infus saya macet lalu, perawatnya bilang infusnya kita pindahkan ya pak
posisinya, karena kalau kita biarkan nanti tangan bapak bengkak dan
bapak bisa demam”(P3 L29)
“ni saja saya baru lepas kateter selama ini saya selalu pakek kateter ini
baru di lepas tadsi waktu dilepas saya di suruh tarik nafas biar
mengurangi rasa sakit katanya seperti itu nak,” (P7 L88)
“Kalau mereka mau melakukan tindakan sama saya, kayak mau nensi,
mau nyuntik, mau ekg, apalagi ya, mau infus cepat dek dan menurut saya
terampil gitu, jadi enggak ngulang-ngulang” (P7 L43)
c. Perasaan Pasien
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, didapatkan juga
tentang perasaan pasien, perasaan pasien yang dimaksudkan meliputi perasaan
nyaman (mendapatkan dukungan berupa motivasi dari perawat, perawat selalu
siap siaga kapanpun dibutuhkan), senang dan puas atas tindakan yang sudah
dilakukan oleh perawat kepada pasien. Hal ini sesuai dengan pernytaan berikut:
“Ya untuk sekarang saya senang bisa dirawat sama perawat seperti ini”
“ saya puas dengan pelayanan disini, jadinya nyaman kalau ada disini
karena perawatnya 24 jam selalu siaga.”( P2 L19)
“saya juga dikasi dukungan seperti semangt ya pak, bapak harus
sembuh, Bapak pasti bisa sembuh” (P7 L95)
“setiap tindakan yang dilakukan enak kita pun nyaman kan”(P4 L72)
d. Dampak Perilaku Caring Terhadap Pasien
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, didapatkan juga
tentang dampak perilaku caring yang diterima oleh pasien, dampak tersebut
meliputi proses penyembuhan yang lebih cepat, dan pasien bisa mengungkapkan
perasaannya yang ada dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut ini:
“Kalo perawatnya seperti ini kan bisa mempercepat proses
penyembuhan, jadi enggak lama di rawatnya” (P4 L89)
“enggak takut kalau ada sesuatu yang mengganjal di hati langsung saya
tanyakan kepada perawatnya, perawatnya pun enak dia ajak ngobrol gitu
kan” (P5 L98)
e. Harapan Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat
Harapan yang didapatkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan yaitu
sudah berjalan, meningkatkan perilaku caring yang sudah ada, semakin baik
dalam memberikan pelayanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan sebagai berikut:
“semoga aja bisa seperti ini terus ya dek, tapi alangkah lebih baiknya
kalau bisa di tingkatkan untuk ke depan biar semakin baik pelayanan
keperawatan yang diberikan.”(P6 L116).
”Semoga ke depan perawatnya bisa semakin baik dalam memberikan
pelayanan”. (P2 L76)
“Tapi kalo bisa di tingkatkan agar pasien juga merasa nyaman dan tidak
takut kalo di rawat di sini, semoga ke depan perawat semakin baik dan
dapat melayani kami sebagai pasien dengan lebih baik”(P4 L87)
4.1.3 Hasil Observasi
Observasi dilakukan sendiri oleh peneliti kepada sepuluh perawat yang ada
di ruangan Instalasi kardiovaskuler. Observasi dilakukan ketika perawat sedang
berinteraksi atau melakukan tindakan keperawatan kepada responden. Hasil darii
observasi menunjukkan bahwa perilaku caring perawat pelaksana adalah baik
senilai 100% dan buruk 0% dalam melakukan perilaku caring kepada pasien di