• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kardiovaskuler RSUP H.Adam Malik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengalaman Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kardiovaskuler RSUP H.Adam Malik"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENGALAMAN PASIEN TENTANG PERILAKU CARING

PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI

KARDIOVASKULER RSUP H. ADAM

MALIK MEDAN

SKRIPSI

OLEH

ANNI ASRIANI NASUTION 121121022

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Anni Asriani Nasution

NIM : 121121022

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Pengalaman Pasien

Tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kardiovaskuler RSUP H.

Adam malik Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri, kecuali jika dalam

pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan kepada

institusi manapun serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas

keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus

dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya

tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi

akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, Februari 2014

Yang membuat pernyataan,

(4)

PRAKATA Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengalaman

Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kardiovaskuler

RSUP H. Adam Malik Medan”.Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi

peneliti untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Setiawan, S.Kp, MNS,

Ph.D selaku pembimbing yang banyak meluangkan waktu, pikiran, memberikan

pengarahan dan bimbingan, motivasi, serta kritik yang bermanfaat kepada penulis

serta pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan

dalam proses penyelesaian proposal ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku dosen penguji I dan Ikram, S.Kep, Ns, M. Kep selaku penguji II yang bersedia meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, petunjuk dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.

(5)

7. Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan dan kepala ruangan Instalasi

Kardiovaskuler yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk

melakukan pengambilan data kepada pasien yang ada di ruangan instalasi

kardiovaskuler.

8. Teristimewa kepada keluargaku, Ayahanda Muhammad Asli Nasution,

Ibunda Risna Dewi Nasution yang selalu memberikan motivasi, dukungan

moril maupun materil serta do’a yang tiada henti bagi penulis. Adik tercinta

Muhammad Bangun Nasution, Muhammad Rizki Nasution, Muhammad

Afdillah Nasution yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

9. Teristimewa juga kepada sahabat-sahabatku, Azzahratul Kamaliah,

Nurhalimah Lubis, Ridla Hanum dan kepada semua teman-teman ekstensi

2012 yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada peneliti dalam

penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan profesi keperawatan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Medan, Februari 2014 Penulis

(6)
(7)

5.2Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lampiran Informed Consent 2. Instrumen Penelitian 3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Selesai Melakukan Penelitian di Rumah Sakit 5. Surat Etika Penelitian

6. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 3 : Instrumen Penelitian

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakter Data Demografi Partisipan ... 36

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Persepsi Pasien

Tentang Perilaku Caring Perawat di Instalasi Kardiovaskuler

(9)

Judul : Pengalaman Pasien tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kadiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Anni Asriani Nasution

NIM : 121121022

Program : S1 Keperawatan

Tahun : 2013/2014

ABSTRAK

Caring adalah esensial dari keperawatan yang merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, dan merupakan sikap yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien yang akan mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman subjektif pasien tentang perilaku caring perawat pelaksana serta harapan pasien untuk kualitas pelayanan keperawatan. Penelitian ini menggunakan studi fenomenologi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 10 orang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Data kualitatif dianalisis dengan metode colaizzi dan data kuantitatif dengan statistik deskriptif. Hasil analisis kualitatif menunjukkan ada lima tema terkait dengan pengalaman pasien tentang caring perawat pelaksana yaitu sikap profesional perawat, tindakan keperawatan, perasaan pasien, dampak terhadap pasien serta harapan pasien. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan 100% perawat di instalasi kardiovaskuler memilki caring yang baik. Perawat perlu untuk tetap terus memperbaiki perilaku caring dengan mengikuti pelatihan terkait dengan caring agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi dalam memberikan asuhan keperawatan di instalasi kardiovaskuler kepada pasien.

(10)

Title : Patient Experience of Implementing Nurse Caring Behaviors in Installation Cardiovascular in Central General Hospital of H. Adam Malik Medan

Name of Student : Anni Asriani Nasution Student Number : 121121022

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2013/2014

ABSTRACT

Caring is essential that nursing is an attitude of caring, respect, respect for others and an attitude that is needed between the giver and receiver of care and to improve and protect the patient that will affect ability of patient to recover. This research aimed to explore the subjective This experience of the patients expectations of nurses caring behavior and patient expectations for quality nursing care. This research used phenomenological study. Sampling technique in this study using purposive sampling with the number of participants were 10 people according to the inclusion criteria. Data was collected through interviews and observations. Qualitative data were analyzed with Colaizzi method and quantitative data with descriptive statistics. Analisis qualitatif result found five themes related to patients experience about caring behavior of nurses as well as patients expectations for of nurses caring professional nurse, nursing actions, feelings of patients, the impact on the patient and the patients expectations. Quantitative analysis of the results showed 100% of nurses in cardiovascular installation has a good caring. Nurses need to continue to mend caring behavior with training related to caring in order to provide better service in providing nursing care to patients in cardiovascular installation

(11)

Judul : Pengalaman Pasien tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kadiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Anni Asriani Nasution

NIM : 121121022

Program : S1 Keperawatan

Tahun : 2013/2014

ABSTRAK

Caring adalah esensial dari keperawatan yang merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, dan merupakan sikap yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien yang akan mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman subjektif pasien tentang perilaku caring perawat pelaksana serta harapan pasien untuk kualitas pelayanan keperawatan. Penelitian ini menggunakan studi fenomenologi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 10 orang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Data kualitatif dianalisis dengan metode colaizzi dan data kuantitatif dengan statistik deskriptif. Hasil analisis kualitatif menunjukkan ada lima tema terkait dengan pengalaman pasien tentang caring perawat pelaksana yaitu sikap profesional perawat, tindakan keperawatan, perasaan pasien, dampak terhadap pasien serta harapan pasien. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan 100% perawat di instalasi kardiovaskuler memilki caring yang baik. Perawat perlu untuk tetap terus memperbaiki perilaku caring dengan mengikuti pelatihan terkait dengan caring agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi dalam memberikan asuhan keperawatan di instalasi kardiovaskuler kepada pasien.

(12)

Title : Patient Experience of Implementing Nurse Caring Behaviors in Installation Cardiovascular in Central General Hospital of H. Adam Malik Medan

Name of Student : Anni Asriani Nasution Student Number : 121121022

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2013/2014

ABSTRACT

Caring is essential that nursing is an attitude of caring, respect, respect for others and an attitude that is needed between the giver and receiver of care and to improve and protect the patient that will affect ability of patient to recover. This research aimed to explore the subjective This experience of the patients expectations of nurses caring behavior and patient expectations for quality nursing care. This research used phenomenological study. Sampling technique in this study using purposive sampling with the number of participants were 10 people according to the inclusion criteria. Data was collected through interviews and observations. Qualitative data were analyzed with Colaizzi method and quantitative data with descriptive statistics. Analisis qualitatif result found five themes related to patients experience about caring behavior of nurses as well as patients expectations for of nurses caring professional nurse, nursing actions, feelings of patients, the impact on the patient and the patients expectations. Quantitative analysis of the results showed 100% of nurses in cardiovascular installation has a good caring. Nurses need to continue to mend caring behavior with training related to caring in order to provide better service in providing nursing care to patients in cardiovascular installation

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Persaingan dalam hal pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu akan

menjadi sorotan masyarakat sebagai pengguna jasa layanan kesehatan. Hal ini

dikarenakan para konsumen pelayanan kesehatan sangat memperhatikan layanan

kesehatan yang menggunakan mutu pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit

(Potter & Perry, 2005).

Pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien harus berdasarkan pada

ilmu keperawatan. Rumah sakit dinyatakan berhasil, tidak hanya pada

kelengkapan fasilitas saja melainkan juga sumber daya manusia yang salah

satunya adalah perawat yang sangat berpengaruh terhadap pelayanan yang

dihasilkan dan dipersepsikan oleh pasien. Sesuai dengan pasal 32 (d) UU No.44

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasien mempunyai hak untuk memperoleh

layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar

operasional prosedur (UU RS no 44 tahun 2009).

Pelayanan keperawatan yang berkualitas dapat diwujudkan melalui

pemberian asuhan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring perawat

(Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan DepKes RI, 2008). Caring secara umum

dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain,

pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta

atau menyayangi. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting

(14)

dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi

keperawatan (Wiyana, 2008).

Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan

menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada

seseorang dan bagaimana seseorang itu bertindak. Tomey& Alligood (1994)

menyatakan bahwa caring adalah komponen penting dalam keperawatan dan

merupakan inti dari praktek keperawatan karena mengandung nilai-nilai

humanistik, menghormati kebebasan manusia terhadap suatu pilihan, menekankan

pada peningkatan kemampuan dan kemandirian, peningkatan pengetahuan dan

menghargai setiap manusia. Perawat yang mempunyai nilai dan jiwa caring akan

mempunyai perilaku kerja yang sesuai dengan prinsip etik dikarenakan kepedulian

perawat yang memandang klien sebagai makhluk humanistik sehingga termotivasi

untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu tinggi.

Menurut Potter dan Perry (2005) keberhasilan pelayanan kesehatan

dipengaruhi oleh partisipasi perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan

yang berkualitas kepada pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Al-Mailan

(2005) yang menemukan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi pasien

tentang pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang

diberikan rumah sakit. Hubungan yang signifikan juga ditemukan antara kepuasan

pasien dengan keinginan mereka untuk berkunjung kembali ke rumah sakit.

Dengan demikian, kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat

(15)

Peluw (2007, dalam Mugianti 2009) yang menggambarkan adanya

persepsi yang negatif seperti melakukan tindakan yang kurang tepat, kurang

terampil, kurang komunikasi dengan pasien, kurang tepat menanggapi keluhan

pasien. Kesan masyarakat tentang perilaku perawat sampai saat ini masih

berkonotasi negatif seperti tidak ramah, judes, pemarah, tidak memberikan

informasi yang dibutuhkan.

Pentingnya penelitian ini dilakukan untuk menggali pengalaman pasien

tentang perilaku caring perawat pelaksana, pasien merasa puas dengan pelayanan

yang diberikan perawat di ruangan, atau malah pasien tidak puas dengan

pelayanan yang diberikan oleh perawat tersebut

Penelitian ini akan menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dipilih untuk

menggali informasi serta mengeksplorasi pengalaman pasien tentang perilaku

caring perawat selama berinteraksi dengan pasien yang dirawat di ruang

perawatan jantung. Desain penelitian ini bertujuan untuk memahami respon

seluruh manusia terhadap suatu atau sejumlah peristiwa (Dempsey & Dempsey,

2002).

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman pasien

tentang perilaku caring perawat pelaksana di instalasi kardiovaskuler RSUP H.

(16)

1.3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengalaman pasien tentang perilaku caring perawat pelaksana

di instalasi kardiovaskuler RSUP H. Adam Malik Medan?

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan dalam perilaku caring bagi

mahasiswa keperawatan, dimana perilaku caring tersebut dapat diaplikasikan

dalam pemberian asuhan keperawatan, serta dapat membentuk karakter perawat

yang memiliki jiwa caring pada pasien.

1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan untuk menetapkan kebijakan bagi

perawat, dan dapat juga dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap pelayanan yang

diberikan perawat kepada pasien untuk menciptakan perawat dengan pelayanan

yang lebih baik.

1.4.3 Riset

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan atau sumber data

peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dalam ruang lingkup yang

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Persepsi pasien merupakan pandangan ataupun penilaian pasien terhadap

apa yang pasien rasakan, dan apa yang pasien alami selama ini terkait perilaku

caring tersebut. Perilaku caring merupakan hal yang sangat penting dalam

pelayanan keperawatan karena akan memberikan kepuasaan kepada pasien yang

akan memberikanefek persepsi yang positif terkait dengan keperawatan. 2.1. Persepsi Pasien

2.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi didefenisikan sebagai suatu proses dimana individu

mengorganisasikan dan menginterpretasikan impresi sensorinya supaya dapat

memberikan arti kepada lingkungan sekitarnya, meskipun persepsi sangat

dipengaruhi oleh pengobjekan indra maka dalam proses ini dapat terjadi

penyaringan kognitif atau terjadi modifikasi data (Mangkunegara, 2002).

Menurut Kotler &Amstrong (2001), persepsi adalah proses seseorang

memilih, mengatur dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk

gambaran yang berarti mengenal dunia. Persepsi adalah proses pengorganisasian,

penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu

sehingga merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu (Walgito, 2001

dalam Sunaryo, 2004).

Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh

proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian

(18)

menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Sunaryo, 2004). Persepsi

adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk mengorganisasikan dan

menafsirkan stimulus lingkungan yang dialaminya (Suliswati, 2005).

Berdasarkan beberapa pengertian dari persepsi di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa stimulus persepsi dapat datang dari luar, tetapi juga datang

dari dalam diri individu itu sendiri serta diterimanya dari stimulus atau rangsangan

oleh individumelalui alat indera (Walgito, 2002).

2.1.2 Macam- Macam Persepsi

Menurut Sunaryo (2004), ada dua macam bentuk persepsi yaitu:

a. External perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang

datang dari luar individu.

b. Self perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang

berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Dalam hal ini yang menjadi objek

adalah dirinya sendiri.

2.1.3 Syarat dan Proses Terjadinya Persepsi

Dengan persepsi individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang

keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang keadaan diri

individuyang bersangkutan (self perseption).Alat penghubung antara individu

dengan dunia luar adalah alat indra (Robin, 2003).

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului pengindraan, yaitu

dengan diterimanya stimulus oleh reseptor, diteruskan ke otak atau pusat saraf

yang diorganisasikan dan diinterpretasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya

(19)

Syarat terjadinya persepsi yaitu:

a. Adanya objek: Objek stimulus alat indra (reseptor)

Stimulus berasal dari luar individu (langsung mengenai alat indra/reseptor)

dan dari dalam diri individu (langsung mengenai saraf sensoris yang bekerja

sebagai reseptor).

b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi

c. Adanya alat indra sebagai reseptor penerimaan stimulus.

d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf

atau pusat kesadaraan). Dari otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat

untuk mengadakan respon.

Proses terjadinya persepsi yaitu:

a. Proses fisik (kealaman) objek stimulus resptor atau alat indra.

b. Proses fisiologis stimulus saraf sensorik otak.

c. Proses psikologis proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus

(20)

Syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada proses fisik, fisiologis dan

psikologis, secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut.

Objek stimulus reseptor

Saraf sensorik otak

saraf motorik

persepsi

(Siagian, 1995)

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:

a. Pelaku persepsi (perceiver), yaitu pelaku persepsi memandang suatu target dan

mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi

oleh karakteristik-karakteristik pribadinya. Karakteristik pribadi yang lebih

relevan mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat,

pengalaman masa lalu dan pengharapan.

b. Objek atau target yang dipersepsikan, yaitu target/objek yang dipersepsikan

juga mempunyai karakteristik-karakteristik yang dapat mempengaruhi persepsi

yaitu kedekatan, semakin besar kedekatan itu, maka semakin besar

kemungkinan individu akan cendrung mempersepsikan objek tersebut sebagai

(21)

c. Situasi yang membuat persepsi itu dilakukan, yakni unsur-unsur lingkungan

sekitar dan waktu mempengaruhi persepsi indicidu (Robbins, 2003).

2.2 Caring

2.2.1 Konsep Caring secara umum

Caring merupakan konsep sentral atau inti bagi keperawatan akan tetapi

caring tidak bisa dianggap sebagai paradigma yang unik bagi profesi keperawatan

karena profesi kesehatan lain juga menganggap caring sebagai bagian integral

dari kemampuannya yang terdiri atas kemampuannya yang terdiri atas

pengetahuan dan keterampilan. Caring adalah bagian dari kehidupan manusia

yang merupakan hasil dari budaya, nilai dan hubungan dengan manusia lain.

(Indarstuti, 2010).

Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara

seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang

lain. Memberikan asuhan caring secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan

emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring merupakan kepedulian

untuk mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku caring bertujuan dan

berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap

orang yang berbeda pada satu tempat (Dwidiyanti, 2007), maka kinerja perawat

khususnya pada perilaku caring menjadi sangat dalam mempengaruhi kualitas

pelayanan dan kepuasan pasien terutama di rumah sakit, dimana kualitas

pelayanan menjadi penentu citra instituti pelayanan yang nantinya akan dapat

(22)

Caring dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam filosofi dan

persepsi etik, artinya bukan hanya perawat saja yang berperilaku caring tetapi

sebagai manusia kita juga harus mampu memperhatikan manusia lain (Watson,

2004).

Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari

berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan. Dalam memberikan asuhan,

perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan,

memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap caring sebagai

media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs,

1999).

2.2.2 Definisi Caring

Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara

seseorang berfikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama (Potter &

Perry, 2007) .Caring juga merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai

orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan – kesukaan

seseorang dan bagaimana seseorang berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan

caring secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku

sederhana, karena caring merupakan kepedulian untuk mencapai perawatan yang

lebih baik, perilaku caring bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial,

pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yang berbeda pada satu tempat

(Dwidiyanti, 2007).

Leininger dalam Farland, (2002) mengemukakan juga bahwa caring

(23)

adalah penyembuhan, caring adalah jantung dan jiwa keperawatan, caring adalah

kekuatan, caring adalah ciri-ciri istimewa dari keperawatan sebagai suatu profesi

atau disiplin.

Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care,

mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan

antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien

sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk

sembuh .

Leinenger mendeskripsikan caring dari dimensi budaya. Caring menurut

Leinenger (1991, dalam Indarstuti, 2010) adalah suatu pengetahuan dan

pemahaman tentang manusia dalam kondisi sebenarnya dan bersama seorang

untuk membantu, membimbing atau melakukan cara untuk membantu mereka

mencapai tujuan tertentu, meningkatkan atau memperbaiki kondisi kesehatannya

dalam menghadapi ketidakmampuan atau membantu untuk menghadapi kematian.

Selain itu terdapat juga pernyataan dari Morse, Bottorf, Neader dan

Solberg”s (1991 dalam Watson 2009) menyatakan bahwa caring digambarkan

dalam 5 hal yaitu caring as a human trait (kondisi natural manusia), caring as a

moral imperative (caring sebagai moral imperative nilai individu), caring as an

affect (caring sebagai sikap pada diri sendiri, pasien dan pekerjaan), caring as an

interpersonal relationship (caring sebagai interaksi interpersonal), dan caring as

a therapeutic intervention dan (caring sebagai intervensi terapetik)

(24)

2.2.3 Teori Caring

Beberapa teori dalam keperawatan telah dikembangkan berbagai sudut

pandang untuk mejelaskan dan mendeskripsikan tentang caring seperti:

a. Teori Caring Menurut Leinenger

Leinenger (1988) mendeskripsikan caring sebagai aktivitas perawat yang

penuh dengan keterampilan, dan membantu pasien dalam dalam hal yang

berkaitandengan nilai dan tuhjuan yang ingin dicapai individu ataupun kelompok.

Karakteristik Caring terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Profesional caring, yaitu sebagai perwujudan kemampuan kognitif. Perawat

dalam bertindak terhadap respon yang ditunjukkan pasien berdasarkan ilmu,

sikap dan keterampilan profesional sehingga dapat memberikan bantuan

terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan, masalah dan tujuan yang ditetapkan

perawat dan pasien.

2. Scientifik caring, segala keputusan dan tindakan dalam memberikan asuhan

keperawatanberdasarkan pengetahuan yang dimiliki perawat.

3. Humanistik caring, proses bantuan kepada orang lain yang bersifat kreatif,

intuitif, atau kognitif yang didasarkan pada filosofis, fenomenologik, perasaan

objektif dan subjektif.

b. Teori Caring Menurut Swanson

Swanson mendefinisikan caring sebagai cara perawat memelihara

hubungan yang bernilai dengan pasien agar mereka merasakan komitmen dan

tanggung jawab terhadap dirinya sendirinya. Hal ini dilakukan melalui lima

(25)

melakukan (doing for), memampukan (enabling), dan mempertahankan

kepercayaan (maintaining belief) (Swanson, 1991 dalam Watson, 2005).

1. Mengetahui (Knowing)

Knowing berarti berusaha untuk memahami arti suatu kejadian dalam

kehidupan pasien, mencegah adanya asumsi, berfokus pada perawatan untuk

pasien, mencari tanda-tanda, melakukan pengkajian secara cermat dan melibatkan

diri dengan pasien. Perawat yang memahami peristiwa yang dialami pasien dan

arti dari peristiwa tersebut bagi pasien akan mampu menciptakan lingkungan yang

aman dan positif bagi pasien (Swanson, 1992 dalam Tomey & Alligood, 2006).

2. Kehadiran atau Keberadaan (Being with).

Kehadiran berarti menghadirkan emosi saat bersama pasien. Hal ini berarti

hadir secara fisik, menyampaikan keberadaan dan berbagi perasaan dengan pasien

tanpa membebani pasien (Swanson,1992 dalam Tomey & Alligood, 2006).

3. Melakukan (Doing For)

Melakukan pelayanan keperawatan untuk membantu pasien dalam

perawatan total atau mendukung pasien untuk melakukan perawatan mandiri. Sub

kategori perilaku yang termasuk hal ini adalah mengantisipasi kebutuhan pasien,

memberikan kenyamanan, memberikan pelayanan keperawatan secara kompeten

dan terampil, dan melindungi martabat pasien selama perawatan ( Swanson, 1992

dalam Tomey & Alligood, 2006).

d. Memungkinkan (Enabling)

Enabling berarti membantu pasien dan memfasilitasi pasien agar dapat

(26)

masa transisi dalam kehidupan atau melalui peristiwa yang tidak biasa dengan

cara berfokus pada kejadian tersebut, menginformasikan, menjelaskan,

mendukung, dan memberiakn feedback (Swanson, 1992 dalam Tomey &

Alligood, 2006).

e. Mempertahankan Kepercayaan (Maintaining Belief).

Proses ini merupakan fondasi caring dan ditunjukkan pada keyakinan

terhadap kapasitas seseorang melalui bekerja bersama-sama dan mengenali arti

suatu kejadian atau kondisi bagi pasien. Sub kategori yang ada dalam proses ini

perawat harus mempercayai pasien, membantu pasien memaknai arti kehidupan

(Swanson, 1999 dalam Kavanaugh, Moro, Savage & Mehendale, 2006).

c. Teori Caring Menurut Watson

Watson (2004), mendasarkan teorinya untuk praktik keperawatan dalam

beberapa faktor kuratif. Beberapa faktor karatif itu adalah:

1. Pembentukan nilai-nilai sistem humanistik dan altuiristik.

Humanistik altruistik adalah sikap yang didasari pada nilai-nilai

kemanusiaan yaitu menghormati otonomi atau kebebasan klien terhadap pilihan

yang terbaik menurutnya serta mementingkan orang lain. Perilaku caring perawat

pelaksana yang mencerminkan pembentukan sistem nilai humanistik yaitu dengan

menghargai atau menghormati pasien sebagai individu (manusia). Perilaku caring

perawat pelaksana yang mencerminkan pembentukan nilai altruistik yaitu dengan

mendahulukan kepentingan pasien daripada kepentingan pribadi. (Watson, 1979

(27)

2. Menanamkan harapan kepercayaan

Faktor ini menggabungkan nilai humanistik-altruistik memfasilitasi

pemberian pelayanan asuhan keperawatan yang holistik dan kesehatan positif

kepada pasien. Perawat memberikan motivasi kepeda pasien untuk menghadapi

penyakitnya, memberi informasi kepada pasien tentang tindakan keperawatan dan

pengobatan yang akan diberikan (Nurachmah, 2001 dalam Indarstuti, 2010).

3. Menanamkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.

Perawat harus belajar untuk mengembangkan sifat sensitif dan peka

terhadap perasaan pasien sehingga dapat lebih sensitif dalam memberikan asuhan

keperawatan (Watson, 1079 dalam Tomey & Alligood, 2005).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan

asuhan keperawatan adalah tetap sabar ketika pasien bersikap kasar terhadap

perawat, mendampingi dan menenangkan pasien ketika menghadapi permasalahan

dan menawarkan bantuan terhadap masalah yang dihadapi pasien (Nurachmah,

2001)

4. Pengembangan hubungan percaya dan membantu

Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien merupakan hal yang

penting dalam pemberian asuhan keperawatan. Hubungan ini akan meningkatkan

penerimaan terhadap perasaan positif dan negatif antara perawat dan pasien

(Watson, 1979 dalam Tomey & Alligood, 2006).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan

asuhan keperawatan adalah mengucapkan salam ketika berinteraksi dengan

(28)

dengan suara yang lembut, menjelaskan prosedur tindakan setiap akan melakukan

tindakan (Maridi, 2005 dalam Nurachmah, 2001)

5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif

Perawat harus mempersiapkan diri dalam menghadapi ekspresi perasaan

positif dan negatif pasien dengan cara memahami ekspresi pasien secara

emosional maupun intelektual dalam situasi yang berbeda (Watson, 1979 dalam

Tomey & Alligood, 2006).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan

asuhan keperawatan adalah memberikan kesempatan kepada pasien untuk

mengekspresikan perasaan yang dialaminya, mendorong pasien untuk

mengungkapkan harapan terhadap kondisi saat ini, menjadi pendengar yang aktif

dalam setiap keluhan pasien yang suka ataupun duka (Nurachmah, 2001)

6. Menggunakan metode sistematis dalam menyelesaikan masalah caring untuk

pengambilan keputusan.

Perawat menggunakan proses keperawatan untuk memecahkan masalah

yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan, dan mengambil keputusan

secara sistematis. Proses keperawatan merupakan pendekatan yang digunakan

dalam memecahkan masalah secara sistematis dan terorganisir, sehingga dapat

menghilangkan pandangan lama bahwa perawat adalah asisten dokter (Watson,

2005).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini adalah memberikan

asuhan keperawatan seperti mengkaji, mendiagosa, merencanaka, melaksanakan

(29)

keinginan pasien yang tidak bertentangan dengan kesehatannya, melibatkan

pasien dan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan (Nurachmah, 2001).

7. Meningkatkan pembelajaran dan pengajaran dalam hubungan interpersonal

Faktor ini memungkinkan pasien memperoleh pengetahuan dan

bertanggung jawab terhadap kondisi sehat-sakitnya. Meleui proses pembelajaran

ini diharapkan pasien dapat melakukan perawatan mandiri, menentukan

kebuutuhan diri sendiri (Watson, 2005).

Perilaku caring perawat dalam faktor ini yaitu memberikan pendidikan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien, menjelaskan keluhan

pasien secara rasional dan ilmiah sesuai dengan tingkat pemahaman pasien dan

cara mengatasinya (Nurachmah, 2001).

8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual yang suportif dan

protektif

Perawat harus memahami lingkungan eksternal dan internal yang

berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit individu. Lingkungna internal

meliputi kesejahteraan mental dan spiritual serta keyakinan sosial budaya

individu, sedangkan lingkungna eksternal meliputi kenyamanan, privacy,

keamanan dan kebersihan serta keindahan (Watson, 1979 dalam Toney &

Alligood, 2006).

Perilaku perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan asuhan

keperwatan adalah menyetujui keinginan pasien untuk bertemu dengan pemuka

agama, memfasilitasi atau menediakan keperluan pasien ketika akan berdoa

(30)

9. Memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh penghargaan dalam rangka

mempertahankan keutuhan dan martabat manusia

Kebutuhan dasar pasien harus terpenuhi dahulu sebelum berusaha

mencapai kebutuhan yang berada di atasnya. Makanan, udara, eliminasi

merupakan contoh kebutuhan biofisikalpada tingkatan bawah dengan aktivitas,

istirahat, dan kebutuhan seksual adalah kebutuhan psikofisikal padsa tingkatan

paling bawah. Pencapaian dan afiliasi adalah kebutuhan psikososial yang lebih

tinggi sedangkan aktualisasi diri adalah kebutuhan intrapersonal dan interpersonal

yang lebih tinggi (Watson, 1979 dalam Tomey & Alligood, 2006).

Perilaku caring perawat yang mencerminkan faktor ini dalam memberikan

asuhan keperawatan adalah menghargai pasien dan privasi pasien ketika sedang

memenuhi kebutuhannya, menunjukkan pada pasien bahwa pasien adalah orang

yang pantas untuk dihormatidan dihargai (Nurachmah, 2001).

10. Menghargai kekuatan eksistensial- phenomenologikal

Perawat perlu menghargai adanya kekuatan eksistensial dan

fenomenologikal yang diyakini pasien. Fenomenologi digambarkan sebagai suatu

data yang dapat membantu individu memahami fenomena. Psikologi eksistensial

adalah ilmu eksistensi manusia yang dijelaskan menggunakan fenomenologikal

(Ardiana, 2010). Watson menyatakan sulit menjelaskan faktor ini. Inti dari faktor

ini adalah menghargai pengalaman yang merangsang pemikiran untuk

memfasilitasi pemahaman yang lebih baik bagi diri sendiri dan orang lain

(31)

2.2.4 Perilaku Caring

2.2.4.1 Pengertian Perilaku Caring

Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan

menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada

seseorang dan bagaimana seseorang itu bertindak. Karena perilaku caring

merupakan perpaduan perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat

kesehatan dalam membantu pasien yang sakit. Perilaku caring sangat penting

untuk mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup

manusia. Perilaku caring sangat penting dalam layanan keperawatan karena akan

memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat akan lebih memahami konsep

caring, khususnya perilaku caring dan mengaplikasikan dalam pelayanan

keperawatan. Seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan

orang lain, keterampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin

dalam perilaku caring atau kasih sayang (Dwiyanti, 2007).

Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus

pemersatu untuk praktek keperawatan. Perilaku caring juga sangat penting untuk

tumbuh kembang, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup

manusia (Blais, 2007).

Perilaku caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar.

Caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, atau

membolehkan individu (kelompok) melalui antisipasi bantuan untuk

meningkatkan kondisi individu atau kehidupan (Leininger, 1979 dalam George,

(32)

Maka kinerja perawat khususnya pada perilaku caring menjadi sangat

penting dalam mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama

di rumah sakit, dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi

pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu

pelayanan (Potter & Perry, 2005).

2.2.4.2 Tahap Perkembangan Caring

Menurut (Rothrock, 2000) tahap perkembangan hubungan caring ini

dibagi menjadi empat tingkat yang progresif dan serial, yaitu :

1. Attachment (pertalian)

Empat tugas yang menandai pertalian yaitu:

a. Rekognisi adalah menyadari kehadiran orang lain dan menerima orang lain

b. Membuka diri adalah informasi yang beresiko rendah atau tidak mengancam.

c. Validasi adalah memberikan persetujuan pada informasi yang dibagikan atau

perilaku yang diperhatikan.

d. Potensi adalah kehendak dan kekuatan untuk memajukan hubungan.

2. Assiduity (perilaku selalu penuh perhatian)

Selama tahap ini pergatian yang diteleitidiberikan pada kerja menjalin

hubungan kepedulian. Kejujuran diperlukan agar hubungan menjadi terbuka,

kejujuran dapat berupa mengatakan kebenaran atau keinginan untuk tidak

membahas sesuatu. Membuka diri dalam dua tahap yaitu rasa tangguang jawab

(33)

3. Intimasi (melibatkan berbagi diri)

Tugas dalam hal ini memerlukan ketulusan (integritas, kepercayaan),

membuka diri (menempatkan seseorang dalam posisi yang terbuka, wawasan

(memiliki pandangan yang cepat terhadap orang lain), perlibatan (orang lain dapat

dilibatkan dalam hubungan tanpa ancaman).

4.Konfirmasi

Validasi personal menghasilkan perasaan positif tentang kesadaran dan

pertumbuhan. Argumentasi memungkinkan untuk memperbesar, memperkuat dan

lebih mempermudah hubungan memperhatikan, karena kemampuan untuk peduli

dengan dasar yang luas

2.2.4.3 Pengukuran Caring

Secara rinci alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku dan

kompetensi caring perawat dijelaskan sebagai berikut (Watson, 2005).

a. Caring Behavior Assestment Tool

Caring Behavior Assestment Tool (CBA) adalah alat ukur yang paling

awal dikembangkan untuk mengukur perilaku caring dengan menggunakan teori

watson dan 10 faktor karatif watson. Alat ukur ini dikembangkan oleh Cronin dan

Horison pada tahun 1988 untuk mengidentifikasi perilaku caring perawat yang

dipersepsikan oleh pasien. Jawaban pernyataan menggunakan sklala likert yang

menggambarkan tingkatan masing-masing perawat dalam merefleksikan perilaku

caring. CBA pertama kali digunakan dengan sampel 22 pasien. Pengukuran

perilaku perawat di instalasi jantung direncanakan menggunakan Caring Behavior

(34)

yang dibutuhkan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan (Indrastuti,

2010).

b. Caring Efficacy Scale

Caring Efficacy Scale dikembangkan oleh Dr. Carolie Coates (1995) untuk

mengkaji kepercayaan diri tentang kemampuan dan kompetensi perawat dalam

menunjukkan pengenalan caring dan membangun hubungan yang caring dengan

pasien. Konsep dasar pengembangan alat ukur ini dengan menggunakan teori self

efficacy dan transpersonal human caring serta 10 faktor karatif milik Watson.

CES pada mulanya terdiri atas 45 item pertanyaan dengan menggunakan skala

likert yang dengan pengembangan CES berubah menjaid 30 item pertanyaan.

c. Caring Behavior Inventory

Caring Behavior Inventory (CBI) dikembangkan oleh Wolf (1986) dengan

menggunakan konsep dasar caring secara umum dan teori transpersonal caring

Watson. Versi pertama alat ini terdiri atas 75 item pertanyaan dan kemudian

mengecil menjadi 42 item dengan altenatif jawaban menggunakan skala likert 4

point. Yaitu 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= setuju, 4= sangat setuju.

3. Studi Fenomenologi

Fenomenologi dikembangkan oleh Husserl dan Heidegger yang bersumber

dari sebuah tradisi filsafat yang merupakan sebuah pendekatan mengenai

pengalaman hidup manusia. Seorang fenomenolog memiliki keyakinan bahwa

kebenaran utama tentang realitas didasarkan pada pengalaman hidup seseorang

(35)

Pendekatan fenomenologi digunakan ketika sedikit sekali definisi atau

konsep terhadap suatu fenomena yang akan diteliti (Polit, Beck & Hungler, 2001).

penelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa

dan kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Tujuan

penelitian fenomenologi sepenuhnya adalah untuk menggambarkan pengalaman

hidup dan persepsi yang muncul (Polit & Hungler, 1997).

Perbincangan yang cukup dalam (in-depth interview) antara peneliti dan

partisipan dimana peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan

pengalaman hidupnya tanpa adanya suatu diskusi (Polit, Beck, & Hungler, 2001).

Melalui perbincangan yang cukup dalam peneliti berusaha untuk menggali

informasi sebanyak mungkin dari partisipan.

Dalam studi fenomenologi, jumlah partisipan yang terlibat tidaklah banyak.

Jumlah partisipan dari penelitian ini adalah 10 orang atau lebih sedikit (Polit,

Beck, & Hungler, 2001). Partisipan yang terlibat dalam penelitian akan dipilih

dengan menggunakan teknik purposive sampling (Polit, Beck, & Hungler, 2001).

Dalam hal ini, partisipan harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan

oleh peneliti. Hasil penelitian dalam studi fenomenologi diperoleh melalui proses

analisis data. Colaizzi (1978) dalam Polit, Beck, Loiselle & Mcgrath (2004).

menyatakan bahwa ada tujuh langkah yang harus dilalui unuk menganalisa data.

Proses analisa tersebut meliputi:

a. Membaca semua protokol untuk mendapatkan perasaan mereka

b. Meninjau setiap protokol dan menarik pernyataan yang signifikan

(36)

d. Mengatur makna yang dirumuskan ke dalam kelompok tema dengan merujuk

kelompok-kelompok kembali ke protokol asli untuk memvalidasi tema,

mencatat perbedaan antara berbagai kelompok, menghindari godaan

mengabaikan data atau tema yang tidak sesuai

e. Mengitegrasikan hasil dalam deskripsi lengkap fenomena yang diteliti

f. Memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai

identifikasi pernyataan setegas mungkin

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi untuk menggali

bagaimana pengalaman subjektif dari pasien mengenai perilaku perawat pelaksana

di ruangan unit perawatan jantung tersebut. Desain penelitian ini bertujuan untuk

menyelidiki pengalaman pasien secara mendalam terhadap suatu atau sejumlah

peristiwa (Dempsey & Dempsey, 2002). Selain itu desain penelitian ini ingin

mengungkap perilaku caring perawat pelaksana berdasarkan pengalaman pasien.

Mengenai hal ini Strauss dan Corbin (1990) telah menjelaskan bahwa metode

kualitatif dapat memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit

diungkapkan oleh metode kuantitatif.

3.2 Partisipan

Jumlah partisipan dari penelitian ini sebanyak 10 orang. Jumlah pasti dari

partisipan ditentukan dari saturasi data yang diperoleh. Saturasi data didapatkan

apabila peneliti tidak lagi memperoleh informasi baru dari partisipan (Polit &

Hungler, 1997).

Pemilihan pertisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling (Polit, Beck & Hungler, 2001). Partisipan yang dipilih harus memenuhi

kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Partisipan tersebut dianggap dapat

memberikan informasi yang diinginkan oleh peneliti. Partisipan yang dipilih

(38)

hari, kondisi stabil, dapat berkomunikasi dengan baik, tingkat kesadaran baik,

dapat membaca dan menulis dan bersedia menjadi responden

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dengan

pertimbangan bahwa rumah sakit merupakan salah satu rumah sakit pendidikan

yang digunakan USU untuk program pendidikan profesi. Ruangan instalasi

kardiovaskuler memiliki jumlah perawat pelaksana sebanyak 18 orang dan ada 8

ruangan yang terdiri dari ruang kelas 3 pria sebanyak 8 tempat tidur, kelas 2 pria

sebanyak 6 tempat tidur, kelas 1 pria sebanyak 4 tempat tidur. Jumlah ruangan

untuk wanita terdiri dari kelas 3 wanita ada 8 tempat tidur, kelas 2 wanita ada 6

tempat tidur, dan kelas 1 wanita ada 4 tempat tidur, dan VIP ada 2 tempat tidur.

Penelitian ini dilakukan mulai November - Desember 2013.

3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Instrumen Penelitian

Proses penelitian ini, peneliti merupakan instrumen kunci dalam

penelitian, dimana peneliti harus bisa memahami tentang kondisi lingkungan dan

dapat menyesuaikan diri pada keadaan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk

membuat partisipan lebih terbuka dan bebas untuk mengemukakan pendapatnya

dan pengalamannya terutama yamg berkaitan dengan informasi penelitian

(Hamidi, 2005).

Selain itu untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan tiga instrumen

penelitian yaitu kuesioner data demografi, panduan wawancara, dan lembar

(39)

Kuesioner data demografi tersebut mencakup inisial, umur, jenis kelamin,

jenjang pendidikan, pekerjaan dan lama rawatan. Peneliti juga menggunakan

panduan wawancara selama proses pengumpulan data. Panduan wawancara

tersebut berisi pertanyaan yang akan diajukan kepada pertisipan, dimana

pertanyaan tersebut dibuat sendiri oleh peneliti, panduan wawancara dapat dilihat

pada Lampiran 4. Pertanyaan dalam panduan wawancara adalah pengalaman

pasien selama dirawat terkait dengan perilaku caring perawat pelaksana yang ada

di isnstalasi kardiovaskuler. Daftar pertanyaan dalam panduan wawancara telah

diverifikasi oleh pembimbing.

Penelitian ini ini juga menggunakan lembar observasi. Lembar observasi

terdiri dari 18 pernyataan yang diadopsi dan dimodifikasi dari caring behavior

assestment tool, lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran 4. . Lembar

observasi tersebut akan diuji dengan uji validitas isi oleh salah satu dosen yang

ahli dibidang perilaku caring dalam keperawatan. Dalam hal ini uji validitas

tersebut dilakukan sendiri oleh salah satu dosen Fakultas Keperawatan USU yang

mengajarkan tentang caring keperawatan, hasil validitas dapat dilihat pada

lampiran 5 dan hasil dari validitas mendapatkan nilai 1, yang artinya pernyataan

sangat relevan.

3.4.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti sendiri dengan metode

(40)

a) Wawancara

Pada metode ini peneliti dan responden jumpa secara langsung untuk

mendapatkan informasi secara jelas dengan tujuan medapatkan data yang dapat

menjelaskan permasalahan penelitian. Sesuai dengan jenisnya, peneliti

menggunakan wawancara tidak berstruktur yaitu wawancara dengan mengajukan

beberapa pertanyaan secara lebih luas tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang

telah dipersiapkan sebelumnya, biasanya pertanyaan muncul dengan spontan

sesuai dengan situasi dan kondisi. Dengan teknik ini diharapkan terjadi

komunikasi langsung yang terbuka sehingga informasi serta data yang dibutuhkan

didapat lebih banyak. Wawancara yang dilakukan selama 30 menit untuk setiap

partisipan dan pertemuan dilakukan sebanyak 2 kali.

2) Observasi

Observasi dilakukan sebagai penguat data sebelumnya dan untuk

memperbanyak informasi yang akan didapatkan. Lembar observasi diadopsi dari

Caring Behavior Assestment Tool yang dikembangkan oleh Duffy (1990). Caring

Behavior Assestment Tool menggunakan teori Watson dan 10 faktor karatif

Watson. Peneliti melakukan beberapa perubahan pada caring assestment tool,

dimana hanya item yang dianggap relevan saja yang dipakai karena disesuaikan

dengan kondisi dan menggunakan bahasa yang dapat dengan mudah dimengerti

(41)

3.4.3. Prosedur Pengumpulan Data a. Tahap Persiapan Pengumpulan Data

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus surat izin

penelitian kepada pihak-pihak terkait seperti pihak fakulatas, pihak komite etik

serta pihak rumah sakit. Selanjutnya mengadakan pertemuan dengan partisipan

untuk menjelaskan tujuan penelitian dan kriteria partisipan yang dipilih.

Selain itu peneliti juga akan melakukan pilot study yang merupakan

wawancara mendalam kepada responden yang juga masih dalam masa rawatan

namun tidak termasuk sebagai pertisipan. Dalam hal ini pilot study merupakan

latihan awal sebelum peneliti melakukan wawancara yang sesungguhnya, hal ini

dilakukan agar peneliti mengetahui apakah responden dapat memahami serta

menjawab pertanyaan dari peneliti.

b. Tahap Penatalaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara bertahap, yaitu pertama telah

dilakukan uji validitas untuk uji coba pedoman wawancara. Kedua, melakukan

adaptasi pada ruangan ataupun lingkungan penelitian dan mencoba untuk

membina hubungan kepada calon partisipan, partisipan sendiri dipilih ataupun

diseleksi berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti. Setelah

itu, peneliti bertanya kepada calon partisipan untuk bersedia diwawancarai dengan

terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari penelitian yang dilakukan serta

menjelaskan kepada partisipan bahwa selama proses wawancara berlangsung

peneliti akan merekam semua hasil pembicaraan tersebut . Jika calon partisipan

(42)

3.5 Analisa Data

a. Analisa Data Kualitatif

Analisa data akan dilakukan segera setelah selesai setiap satu proses

wawancara, yaitu bersamaan dengan dibuatnya transkrip wawancara. Setelah itu

akan dilakukan seleksi data satu persatu. Peneliti akan menggunakan metode

Colaizzi (1978) dalam Polit, Beck, Loiselle & Mcgrath (2004) untuk menganalisa

data. Proses analisanya meliputi:

a. membaca semua transkrip wawancara untuk mendapatkan perasaan mereka

b. meninjau setiap transkrip dan menarik pernyataan yang signifikan

c. menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan

d mengelompokkan makna-makna tersebut kedalam kelompok-kelompok tema

e. mengintegrasikan hasil kedalam bentuk deskripsi

f memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai

identifikasi pernyataan setegas mungkin

g. memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap validasi

akhir b. Analisa data Kuantitatif

Analisa data kuantitatif diambil dari lembar observasi yang ada pada

Lampiran 4. Lembar observasi terdiri dari 18 pernyataan dengan menggunakan

pilihan jawaban “dilakukan dan tidak dilakukan”, yaitu: Untuk kategori penilaian,

menggunakan rumus �= �������������−������������

����������������� (Sudjana, 2002). Dimana P

adalah panjang kelas (interval) dalam menentukan kategori penilaian. Lembar

(43)

skala goodman dengan 2 pilihan jawaban yang memiliki skor tertinggi adalah 1

sedangkan skor terendah adalah 0 dan kategori penilaian adalah 2, maka:

� =�� − �

� =�

Jadi panjang interval untuk kriteria penilaian adalah 6, sehingga

a. Jika skor 0-9, maka pengalaman pasien tentang perilaku caring perawat

pelaksana buruk.

b. Jika skor 10-18, maka pengalaman pasien tentang perilaku caring perawat

pelaksanan bernilai baik

Kriteria penilaian untuk pernyataan yang positif memiliki nilai 1 untuk

pilihan jawaban “ dilakukan” dan nilai 0 untuk pilihan jawaban “tidak dilakukan”.

Pada pernyataan yang negatif berlaku kebalikan yaitu nilai 1 untuk pilihan

jawaban “ tidak dilakukan” dan nilai 0 untuk pilihan jawaban “ dilakukan”

Lembar observasi ini mengukur perilaku caring perawat berdasarkan 10

faktor karatif Watson. Faktor karatif 1 (sistem nilai humanistik dan altruistik)

terdiri dari dua pernyataan positif (no.1, 2). Faktor karatif 2 (kepercayaan dan

harapan) terdiri dari dua pernyataan positif (no.3, 4). Faktor karatif 3 (kepekaan

terhadap diri sendiri dan orang lain) terdiri dari dua pernyataan yaitu pernyataan

positif (no.5), dan pernyataan negatif (no.6). Faktor karatif 4 (hubungan saling

percaya dan membantu) terdiri dari dua pernyataan yaitu pernyataan positif (no.7)

dan pernyataan negatif (no.8). Faktor karatif 5 (ungkapan perasaan positif dan

(44)

karatif 6 (metode sistematis dalam pemecahan masalah) terdiri dari pernyataan

positif (no. 11, 12). Faktor karatif 7 (pembelajaran dan pengajaran dalam

hubungan interpersonal) terdiri dari dua pernyataan yaitu pernyataan positif

(no.13) dan pernyataan negatif (no. 14). Faktor karatif 8 (lingkungan fisik, mental,

sosial dan spiritual yang suportif dan protektif) terdiri dari satu pernyataan yaitu

pernyataan negatif (no.15). Faktor karatif 9 (pemenuhan dasar kebutuhan dasar

manusia) terdiri dari dua peryataan positif (no.16 dan 17). Faktor karatif 10

(kekuatan eksistensial dan fenomenologikal) terdiri dari satu pernyataan positif

(no.18).

Lembar observasi ini juga mengukur perilaku caring berdasarkan Morse,

yaitu caring as a human trait (pernyataan 1, 8, 16), caring as a moral imperative

(pernyataan 2, 3, 17), caring as an affect (pernyataan no 5, 16, 13, 20) caring as

an interpersonal relationship (pernyataan no 4, 9, 10, 11), caring as an

therapueutic intervention (pernyataan 7, 12, 14, 18)

Peneliti memilih Caring Behavior Assestment Tool sebagai alat ukur yang

digunakan untuk meneliti perilaku caring menurut pengalaman pasien

dikarenakan beberapa alasan. Caring Behavior Assesment Tools menggunakan

teori Watson dan mengukur 10 faktor karatif. Pernyataan dalam alat ukur ini

sangat sederhana dan sangat tepat digunakan untuk melihat persepsi pasien

terhadap perilaku caring.

3.6 Tingkat Keabsahan Data (Trustworthiness)

Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data

(45)

dependability, dan confirmability (Lincoln & Guba, 1985). Credibility

dipertahankan peneliti melalui teknik prolonged engagement yaitu mengadakan

pertemuan dengan partisipan berulang kali sebanyak 20 kali pertemuan, dalam hal

ini telah dilakukan dengan berada di rumah sakit tepatnya di ruangan instalasi

kardiovaskuler selama 1 bulan sehingga antara peneliti dan partisipan memiliki

keterkaitan yang lama sehingga akan semakin akrab, semakin terbuka, dan saling

mempercayai. Dengan demikian, informasi yang akan diperoleh akan lebih

lengkap. Peneliti juga akan melakukan member checking yaitu melakukan

pengecekan data yang peneliti peroleh kepada partisipan dan hasil dari

pengecekan tersebut disebut tema. Pengecekan tersebut langsung dilakukan apada

saat wawancara dengan cara peneliti mengkonfirmasi perkataan dari partisipan

secara berulang sehingga antara peneliti dan partisipan memiliki pemahaman yang

sama terhadap perkataan partisipan

Transferability dilakukan dengan cara menguraikan secara rinci hasil

temuan yang akan didapat. Kemudian dibuat penjelasan tentang hasil wawancara

dalam bentuk naratif atau dibuat dalam bentuk transkrip wawancara dari semua

partisipan, yang menceritakan rekaman wawancara dan catatan lapangan

kemudian dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian menggunakan literatur

yang sesuai dengan topik penelitian.

Dependability dilaksanakan dengan cara peneliti akan selalu

mengkonsultasikan hasil dari setiap wawancara dan tema yang didapat kepada

dosen pembimbing agar data yang di peroleh dari hasil penelitian dapat lebih

(46)

3.7 Pertimbangan Etik

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari bagian

pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, mendapat izin

etichal clearence dari komisi etik kedoteran, pihak RSUP H. Adam Malik Medan.

Setelah mendapatkan izin, selanjutnya peneliti akan mencari partisipan yang

sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Setelah terbina hubungan saling

percaya antara peneliti dan partisipan, peneliti akan menjelaskan tujuan dari

penelitian dan memberikan kuesioner data demografi serta informed concent. Jika

partisipan setuju maka partisipan akan menandatangani lembar persetujuan,

namun jika partisipan tidak setuju, partisipan berhak untuk mengundurkan diri

karena dalam penelitian ini partisipan bersifat suka rela dan tidak dipaksa. Peneliti

juga tidak akan mencantumkan nama partisipan (anonymity). Nama partisipan

akan diganti dengan inisial untuk menjaga kerahasiaan. Selain itu, identitas

partisipan juga akan dirahasiakan (confidentiality), hanya informasi yang

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian kualitatif dengan menggunakan desain fenomonologi ini

bertujuan untuk menggali bagaimana pengalaman subjektif dari partisipan

mengenai perilaku perawat pelaksana yang berada di ruangan instalasi

kardiovaskuler RSUP H Adam Malik Medan. Jumlah partisipan yang dipilih

yaitu sebanyak sepuluh orang. Kesepuluh partisipan tersebut merupakan pasien

yang menderita penyakit jantung yang kondisinya sudah membaik serta lama

rawatnnya lebih dari tiga hari.. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan

dua cara yaitu dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi.

Pengambilan data dilakukan mulai pada tanggal 29 November sampai 29

Desember

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan ini bertujuan untuk menggali dan

mendeskripsikan tentang pengalaman pasien selama dirawat serta menjelaskan

karakteristik partisipan yang didapat dari data demografi. Penelitian ini juga

menjelaskan tentang pengalaman pasien terhadap perilaku caring perawat

pelaksana selama menjalani rawat inap di instalasi kardiovaskuler yang meliputi

pengalaman pasien tentang perilaku caring perawat pelaksana yang dirasakan oleh

responden dan juga harapan dari responden terhadap peningkatan perilaku caring

(48)

4.1.1 Karakteristik Responden

Kesepuluh partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah

partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta mau

menandatangani perjanjian sebelum wawancara di mulai. Para partisipan adalah

pasien dengan penyakit jantung yang sedang menjalani masa rawatan di instalasi

kardiovaskuler di RSUP H. Adam Malik Medan. Kesepuluh partisipan berkisar

antara 41- 60 tahun. Rata-rata umur partisipan adalah 49,6 (50 tahun). Partisipan

yang menjalani rawat inap di ruangan ini terdiri dari 3 orang perempuan dan 7

orang laki-laki. Kesepuluh orang partisipan memiliki pendidikan 3 orang SLTP, 4

orang SLTA, dan 3 orang sarjana. 3 orang partisipan bekerja sebagai ibu rumah

tangga, 1 orang bekerja PNS, 4 orang bekerja sebagai wiraswasta, 1 orang

pensiunan, dan 1 orang bertani.

Tabel 4.1 Karakter Data Demografi Partisipan

(49)

4.1.2 Pengalaman Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Instalasi Kardiovaskuler

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam wawancara yang telah

dilakukan kepada para partisipan yang sedang menjalani perawatan di instalasi

kardiovaskuler, peneliti mengidentifikasi pengalaman pasien tentang perilaku

caring perawat yang meliputi sikap profesional perawat, pengetahuan klinis

perawat serta terkait dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan selain itu

tema pendukungnya adalah terkait dengan perasaan, dampak dan harapan

Partisipan menyatakan bahwa perilaku caring yang dirasakan oleh

partisipan selama di rawat di bagian instalasi kardiovaskuler ada 5 tema yang

dapat diambil dari hasil wawancara terkait dengan pengalaman responden yaitu:

sikap profesional, tindakan keperawatan, perasaan, dampak, serta harapan.

Kategori tersebut akan diuraikan sebagai berikut

a. Sikap profesional

Berdasarkan analisis data didapatkan bahwa sikap profesional menurut

partisipan adalah menunjukkan sikap yang sesuai dengan perawat yang

profesional yang terdiri dari bertutur sopan (berkata lembut, tidak memotong

pembicaraan pasien ketika pasien mengungkapkan perasaannya), ramah (selalu

menyapa pasien, menanyakan kabar pasien), murah senyum (dalam melakukan

tindakan kepada pasien juga memberikan senyuman), sabar (sabar dalam

menghadapi pasien, tenang dalam memberikan pelayanan) cepat merespon

keluhan pasien, tidak membeda-bedakan antar pasien. Hal ini sesuai dengan

(50)

“perawatnya lembut, sopan, ramah lagi , enggak cerewet” (P1 L20)

“Bagusnya itu seperti baik ramah ya, murah senyum juga, kalo cerewet

sepanjang yang saya alami enggak ada ya cerewet perawatnya, semuanya

baik-baik, sopan juga sama saya” (P3 L19)

“saya nampak wajah yang tersenyum dalam melayani pasien”(P10 L58)

“Ramah-ramah, baik-baik perawat disini ya, sabar juga perawatnya” (P4

L17)

“setiap pagi selalu di sapa ditanya bagaimana kabar saya” (P5 L

“terus ditanya juga kabar saya, setiap ganti shift juga seperti itu”(P2 L41)

“misalkan kayak saya merasakan sakit pada daerah dada saya dan sesak

saya rasa, keluarga saya langsung melapor sama perawatnya, di

ceritakan keluarga saya tentang kondisi saya, disitu perawatnya cepat

merespon dan langsung memeriksa keadaan saya, dan memberikan

pengobatan sesuai dengan apa yang saya rasakan. Perawatnya enggak

(51)

“perawat disini baik- baik semua , enggak ada saya lihat pasiennya

dibeda-bedakan sama semua pelayanannya”(P1 L58)

”perawatnya enggak pernah memotong pembicaraan saya ketika saya

sedang mengungkapkan keluhan saya, perawat mendengarkannya, tanpa

ada menunjukkan wajah kesal”( P5 L96)

“setiap tindakan yang mau di buat ke saya selalu minta izin saya dulu,

kayak misalkan mau suntik saya,mau pasang infus” (P6 L58)

“perawatnya juga sabar-sabar loh” (P4 L25)

“perawatnya tenang ya nak dalam menghadapi masalah” (P9 L20)

b. Tindakan Keperawatan

Hasil analisis data didapatkan bahwa tindakan keperawatan menurut

partisipan adalah memberikan informasi tentang penjelasan prosedur tindakan

keperawatan dan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien serta cekatan

dalam melakukan prosedur tindakan keperawatan. Hal ini sesuai dengan

(52)

“maaf pak saya ekg dulu ya, terus dijelaskan tujuannya untuk melihat

bagaimana kondisi jantung saya , gitu-gitu lah dek, terus pernah juga kan

infus saya macet lalu, perawatnya bilang infusnya kita pindahkan ya pak

posisinya, karena kalau kita biarkan nanti tangan bapak bengkak dan

bapak bisa demam”(P3 L29)

“ni saja saya baru lepas kateter selama ini saya selalu pakek kateter ini

baru di lepas tadsi waktu dilepas saya di suruh tarik nafas biar

mengurangi rasa sakit katanya seperti itu nak,” (P7 L88)

“Kalau mereka mau melakukan tindakan sama saya, kayak mau nensi,

mau nyuntik, mau ekg, apalagi ya, mau infus cepat dek dan menurut saya

terampil gitu, jadi enggak ngulang-ngulang” (P7 L43)

c. Perasaan Pasien

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, didapatkan juga

tentang perasaan pasien, perasaan pasien yang dimaksudkan meliputi perasaan

nyaman (mendapatkan dukungan berupa motivasi dari perawat, perawat selalu

siap siaga kapanpun dibutuhkan), senang dan puas atas tindakan yang sudah

dilakukan oleh perawat kepada pasien. Hal ini sesuai dengan pernytaan berikut:

“Ya untuk sekarang saya senang bisa dirawat sama perawat seperti ini”

(53)

“ saya puas dengan pelayanan disini, jadinya nyaman kalau ada disini

karena perawatnya 24 jam selalu siaga.”( P2 L19)

“saya juga dikasi dukungan seperti semangt ya pak, bapak harus

sembuh, Bapak pasti bisa sembuh” (P7 L95)

“setiap tindakan yang dilakukan enak kita pun nyaman kan”(P4 L72)

d. Dampak Perilaku Caring Terhadap Pasien

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, didapatkan juga

tentang dampak perilaku caring yang diterima oleh pasien, dampak tersebut

meliputi proses penyembuhan yang lebih cepat, dan pasien bisa mengungkapkan

perasaannya yang ada dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut ini:

“Kalo perawatnya seperti ini kan bisa mempercepat proses

penyembuhan, jadi enggak lama di rawatnya” (P4 L89)

“enggak takut kalau ada sesuatu yang mengganjal di hati langsung saya

tanyakan kepada perawatnya, perawatnya pun enak dia ajak ngobrol gitu

kan” (P5 L98)

e. Harapan Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat

Harapan yang didapatkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan yaitu

(54)

sudah berjalan, meningkatkan perilaku caring yang sudah ada, semakin baik

dalam memberikan pelayanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan sebagai berikut:

“semoga aja bisa seperti ini terus ya dek, tapi alangkah lebih baiknya

kalau bisa di tingkatkan untuk ke depan biar semakin baik pelayanan

keperawatan yang diberikan.”(P6 L116).

”Semoga ke depan perawatnya bisa semakin baik dalam memberikan

pelayanan”. (P2 L76)

“Tapi kalo bisa di tingkatkan agar pasien juga merasa nyaman dan tidak

takut kalo di rawat di sini, semoga ke depan perawat semakin baik dan

dapat melayani kami sebagai pasien dengan lebih baik”(P4 L87)

4.1.3 Hasil Observasi

Observasi dilakukan sendiri oleh peneliti kepada sepuluh perawat yang ada

di ruangan Instalasi kardiovaskuler. Observasi dilakukan ketika perawat sedang

berinteraksi atau melakukan tindakan keperawatan kepada responden. Hasil darii

observasi menunjukkan bahwa perilaku caring perawat pelaksana adalah baik

senilai 100% dan buruk 0% dalam melakukan perilaku caring kepada pasien di

Gambar

Tabel 4.1 Karakter Data Demografi Partisipan

Referensi

Dokumen terkait

Aji Sujatman , 201310225086, Fakultas Teknik Program Studi Teknik Informatika Universitas Bhayangkara Jakarta R aya, judul skripsi “ Sistem Pendukung Keputusan

Untuk mengetahui Efisiensi Perputaran Modal Kerja dilihat dari Rasio Likuiditas pada Koperasi Serba Usaha Maranti Makmur Pangkalbuluh Bangka Selatan.. Untuk mengetahui

Perubahan indikator ekonomi dalam bentuk penurunan pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, harga minyak berdampak p kepada p postur p APBN 2009, , khususnya y. penurunan

Stadia sungai dan stadia daerah pada satuan geomorfologi ini adalah stadia dewasa hingga tua (Nugroho, 2004) yang dicirikan dengan tidak adanya

Hal ini dapat ditempuh dengan menerapkan model pembelajaran CTL dimana model ini berupaya membawa pemikiran peserta didik untuk lebih memahami makna dari suatu

Penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut: melakukan sosialiasi terhadap pihak-pihak yang terkait dalam penggunaan lapangan penumpukan container yaitu

Kothari (2004:33) says that dependent and independent variable is a concept which can take on different quantitative values is called a variable. At this point, Dependent

[r]