• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kriteria F1 Fa Fb Fab

Warna Orange jernih Orange jernih Orange jernih Orange jernih

Bau Khas Khas Khas Khas

2. Uji pH

Uji pH bertujuan untuk mengetahui pH sediaan sehingga dapat dilihat tingkat penerimaannya saat diaplikasikan ke kulit. pH sediaan yang diinginkan adalah pada rentang pH kulit yaitu 5 – 6,5. Uji pH sediaan gel sunscreen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

ekstrak etanol temulawak dilakukan dengan menggunakan kertas indikator pH universal Marck. Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada tabel IX atau pada lampiran 9.

Tabel IX. Hasil pengukuran pH

Formula pH

1 antara 5 – 6 a antara 5 – 6 b antara 5 – 6 ab antara 5 – 6

Dari tabel IX didapat bahwa semua formula memiliki pH antara 5 – 6, namun pH optimum yang dimiliki oleh carbomer untuk memperlama kestabilan selama penyimpanan adalah lebih dari 7,7 (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006). Dalam penelitian ini, pH sediaan sunscreen yang diinginkan agar diterima oleh kulit sehingga tidak mengiritasi adalah 5 – 6,5, karena menurut Benson dan Adam (2012), kulit memiliki pH 5 – 6,5 dan sediaan yang memiliki pH di luar range tersebut dapat berpotensi menimbulkan efek iritasi pada kulit.

3. Uji daya sebar

Tujuan pengujian daya sebar sediaan gel adalah untuk mengetahui kemampuan gel untuk menyebar di tempat aksi. Menurut Garg dkk. (2002), daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas, semakin kecil viskositas sediaan semisolid, maka kemampuan menyebar pada permukaan kulit akan semakin besar dan begitu pula sebaliknya. Pengujian daya sebar dalam penelitian ini dilakukan dengan meletakkan 1 gram sediaan gel pada kaca bundar dan kemudian ditimpa dengan kaca bundar yang lainnya dengan beban

37

total 125 gram selama 1 menit. Setelah itu diukur diameter penyebaran gel pada posisi horisontal, vertikal, dan diagonal.

Tabel X. Daya sebar ( ± SD) gel sunscreen ekstrak etanol temulawak setelah 48 jam

Formula Daya sebar (cm)

1 4,850 ± 0,218 a 3,692 ± 0,213 b 5,350 ± 0,189 ab 3,817 ± 0,052

Dari tabel X diketahui bahwa daya sebar untuk formula 1, a, dan ab masuk dalam rentang daya sebar yang diinginkan yakni 3 – 5 cm, sedangkan formula b tidak.

4. Uji viskositas

Viskositas adalah tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi viskositas, maka makin tinggi tahanannya (Martin dkk., 1993). Tujuan pengujian viskositas yaitu untuk melihat profil kekentalan dari gel sunscreen

ekstrak etanol temulawak. Pengukuran viskositas dilakukan setelah 48 jam pembuatan karena dianggap pada waktu tersebut gel sudah membentuk sistem yang stabil dan tidak terpengaruh oleh pengadukan saat pembuatannya, sehingga struktur tiga dimensi gel telah tertata dengan baik. Viskositas yang dikendaki dari penelitian ini adalah 200 – 300 dPa.s. Pada tabel XI, formula 1, a, b masuk dalam rentang viskositas yang diinginkan setelah 48 jam pembuatan, sedangkan formula ab tidak.

38

Tabel XI. Viskositas ( ± SD) gel sunscreen ekstrak etanol temulawak setelah 48 jam

Formula Viskositas (dPa.s)

1 218,333 ± 7,638

a 300 ± 10

b 231,667 ± 7,638 ab 333,333 ± 15,275

I. Efek Penambahan Carbomer dan Gliserin Serta Interaksinya dalam Menentukan Sifat Fisik Gel Sunscreen Ekstrak Temulawak

Efek adalah perubahan respon yang disebabkan adanya variasi level dan faktor. Untuk mengetahui besarnya efek dari carbomer, gliserin dan interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisiknya, maka dilakukan analisis menggunakan

software R versi 3.1.0 dengan uji ANOVA dua arah pada taraf kepercayaan 95%. Nilai efek bersifat mutlak, tanda positif dan negatif menggambarkan bahwa faktor tersebut menaikkan respon (tanda positif) atau menurunkan respon (tanda negatif). Dilakukan juga analisis untuk melihat signifikansi dari tiap faktor dan interaksi dari kedua faktor dalam menimbulkan efek.

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain faktorial dengan dua faktor (carbomer dan gliserin) dan dua level (tinggi dan rendah). Pada penelitian ini, tiap formula memiliki komposisi dan jumlah bahan yang sama, kecuali untuk carbomer dan gliserin. Hal ini dilakukakan agar efek dari penambahan carbomer dan gliserin pada level yang diteliti dapat terlihat.

1. Viskositas

Pertama – tama, dilakukan uji normalitas data untuk melihat normal atau tidaknya distribusi data. Pengujian normalitas dilakukan menggunakan

Shapiro-Wilk yang tertera pada lampiran 7. Berikut hasil data yang diperoleh

39

dapat dilihat pada tabel XII. Pada tabel XII diketahui bahwa semua data viskositas masing – masing formula terdistribusi normal. Hal ini dikarenakan

p-value pada uji dengan menggunakan Shapiro-Wilky pada masing – masing formula lebih dari 0,05 (Suhartono, 2008).

Tabel XII. Uji normalitas data viskositas dan uji Levene’s Formula p-value Shapiro-Wilk p-value uji Levene’s 1 0,6369 0,5301 a 1 b 0,6369 ab 0,6369

Setelah diketahui data terdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji variansi menggunakan Levene’s Test yang bertujuan untuk melihat kesamaan variansi dari data. Pada tabel XII diketahui bahwa data daya sebar memiliki varians data yang sama. Hal ini dikarenakan p-value pada uji dengan menggunakan Levene’s test pada masing – masing formula lebih dari 0,05 (Suhartono, 2008). Setelah diketahui data daya sebar memiliki kesamaan variansi, selanjutnya data diuji untuk dilihat nilai efek faktor terhadap respon.

Tabel XIII. Nilai efek carbomer dan gliserin serta interaksinya dalam menentukan respon viskositas

Faktor Efek p-value Standard error p-value persamaan

Carbomer 91,6665 3,916 x 10-7 25,2488

2,578 x 10-6 Gliserin 23,3335 0,00516 1,3693

Interaksi 9.9995 0,14111 1,2247

Pada tabel XIII, dapat dilihat bahwa carbomer dan gliserin sama – sama signifikan dalam mempengaruhi respon viskositas gel sunscreen ekstrak etanol temulawak. Hal ini dapat ditunjukkan dari p-value carbomer dan gliserin yang lebih kecil dari 0,05. Sementara interaksi keduanya tidak

40

memberikan efek yang signifikan dalam menentukan respon viskositas karena

p-value dari interaksi keduanya lebih besar dari 0,05. Dilihat dari nilai efeknya, carbomer dan gliserin mampu menaikkan respon viskositas karena nilai efek yang ditunjukkan bernilai positif. Namun, carbomer memiliki nilai efek yang lebih besar dari gliserin. Sehingga, carbomer merupakan faktor dominan dalam meningkatkan viskositas karena diketahui interaksi dari carbomer dan gliserin tidak berpengaruh signifikan terhadap respon viskositas gel sunscreen ekstrak etanol temulawak.

Diperoleh persamaan desain faktorial pada respon viskositas karena baik faktor carbomer dan gliserin berpengaruh secara signifikan terhadap respon viskositas. P-value persamaan yang didapat telah memenuhi syarat p-value < 0,05 yaitu sebesar 2,578 x 10-6. Persamaan desain faktorial untuk

respon viskositas adalah :

Y= 172,5000 + 51,6667 (X1) + 0,3333 (X2) + 2,0000 (X1)(X2)

dengan X1 adalah faktor carbomer, X2 adalah faktor gliserin, dan X1.X2 adalah interaksi faktor carbomer dan gliserin.

2. Daya sebar

Pengolahan data respon daya sebar gel sunscreen yang diukur setelah 48 jam diawali dengan pengujian normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk

dan diperoleh bahwa tiap formula pada tabel XIV memiliki p-value > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data respon daya sebar terdistribusi normal (Suhartono, 2008).

41

Tabel XIV. Uji normalitas data daya sebar dan uji Levene’s Formula p-value Shapiro-Wilk p-value uji Levene’s (1) 0,2196 0,199 a 0,3386 b 0,7804 ab 0,4633

Setelah data diketahui memiliki distribusi normal, pengujian data dilanjutkan dengan pengujian kesamaan variansi dengan menggunakan uji Levene’s dan diperoleh hasil p-value > dari 0,05 yaitu 0,199. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data respon daya sebar memiliki kesamaan variansi (Suhartono, 2008). Setelah data diketahui memiliki variansi yang sama, maka dilanjutkan dengan pengujian nilai efek.

Tabel XV. Nilai efek carbomer dan gliserin serta interaksinya dalam menentukan respon daya sebar

Faktor Efek p-value Standard error p-value persamaan

Carbomer -1,3455 1,249 x 10-6 0,43086

8,271 x 10-6 Gliserin 0,3125 0,01732 0,02337

Interaksi -0,1875 0,11052 0,02090

Pada tabel XV, dapat dilihat bahwa carbomer dan gliserin sama – sama signifikan dalam mempengaruhi respon daya sebar gel sunscreen ekstrak etanol temulawak. Hal ini dapat ditunjukkan dari p-value carbomer dan gliserin yang lebih kecil dari 0,05. Sementara interaksi keduanya tidak memberikan efek yang signifikan dalam menentukan respon daya sebar karena

p-value dari interaksi keduanya lebih besar dari 0,05. Dilihat dari nilai efeknya, carbomer mampu menurunkan respon daya sebar karena nilai efek yang ditunjukkan bernilai negatif dan gliserin mampu menaikkan respon daya sebar karena nilai efek yang ditunjukkan bernilai positif. Namun, carbomer

42

memiliki nilai efek yang lebih besar dari gliserin. Sehingga, carbomer merupakan faktor dominan dalam menurunkan respon daya sebar karena diketahui interaksi dari carbomer dan gliserin tidak berpengaruh signifikan terhadap respon daya sebar gel sunscreen ekstrak etanol temulawak.

Diperoleh persamaan desain faktorial pada respon daya sebar karena baik faktor carbomer dan gliserin berpengaruh secara signifikan terhadap respon viskositas. P-value persamaan yang didapat telah memenuhi syarat p-value < 0,05 yaitu sebesar 8,271 x 10-6. Persamaan desain faktorial untuk

respon daya sebar adalah :

Y= 4,39792 – 0,59583 (X1) + 0,06875 (X2) – 0,03750 (X1)(X2)

dengan X1 adalah carbomer, X2 gliserin, dan X1.X2 adalah interaksi carbomer dan gliserin.

J. Stabilitas Gel Sunscreen Ekstak Etanol Temulawak

Stabilitas fisik gel sunscreen dapat menunjang kemampuan suatu sediaan dalam menjaga sifat fisiknya. Stabilitas fisik dapat dilihat dari nilai pergeseran viskositasnya. Semakin besar nilai pergeseran viskositas maka gel akan semakin tidak stabil. Kestabilan sediaan gel sunscreen selama penyimpanan dilakukakan dengan membandingkan viskositas gel sunscreen setelah 48 jam pembuatan dan viskositas sediaan gel sunscreen setelah penyimpanan selama 1 bulan. Persentase pergeseran viskositas yang diinginkan adalah < 10% (Yuliani, 2010).

43

Tabel XVI. Pergeseran viskositas ( ± SD) gel sunscreen ekstrak etanol temulawak setelah 1 bulan

Formula Viskositas 48 jam (dPa.s) Viskositas 1 bulan (dPa.s) Pergeseran viskositas (%) 1 218,333 210 3,843 ± 1,408 a 300 283,333 5,560 ± 1,942 b 231,667 223,333 3,579 ± 1,178 ab 333,333 320 3,957 ± 1,523

Dari tabel XVI, semua formula memiliki pergeseran viskositas kurang dari 10% dan sesuai dengan yang diinginkan, sehingga dapat dikatakan bahwa gel yang dibuat memiliki stabilitas yang baik. Pergeseran viskositas untuk tiap minggunya pun dapat dilihat pada gambar 8. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa penyimpanan menyebabkan perubahan viskositas dari minggu ke 0 (48 jam) hingga minggu ke 4.

Gambar 8. Grafik viskositas dari waktu ke waktu selama penyimpanan

Tabel XVII. Nilai efek carbomer dan gliserin serta interaksinya dalam menentukan pergeseran viskositas

Faktor Efek p-value Standard error p-value persamaan Carbomer 1,0475 0,2720 3,66130 0,4323 Gliserin -0,9335 0,3235 0,19856 Interaksi -0,6695 0,4721 0,17760 200 250 300 350 400

48 jam minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

Vi sko si tas d Pa. s Waktu Penyimpanan formula 1 formula a formula b formula ab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Secara statistik, tidak ada faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap pergeseran viskositas karena p-value ANOVA faktor carbomer, gliserin, dan interaksinya > 0,05.

K. Optimasi Formula

Optimasi formula bertujuan untuk mencari komposisi optimum dari faktor carbomer dan faktor gliserin agar menghasilkan gel sunscreen sesuai dengan kriteria sifat fisik yang diinginkan. Untuk dapat mengetahui area optimum, maka setiap pengujian sifat fisik (viskositas dan daya sebar) gel

sunscreen dibuat ke dalam suatu grafik contour plot, kemudian contour plot dari setiap pengujian sifat fisik digabungkan menjadi contour plot superimposed.

1. Contour plot viskositas

Gambar 9. Contour plot respon viskositas sediaan gel

Dari perhitungan ANOVA pada respon viskositas didapat persamaan Y= 172,5000 + 51,6667 (X1) + 0,3333 (X2) + 2,0000 (X1)(X2) 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 0.5 1 1.5 Gi ser in ( g ram ) Carbomer (gram) viskositas 200 dPa.s viskositas 250 dPa.s viskositas 300 dPa.s viskositas 350 dPa.s

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

dengan Y adalah respon viskositas, X1 adalah carbomer, X2 gliserin, dan X1.X2 adalah interaksi carbomer dan gliserin. Persamaan tersebut menghasilkan contour plot seperti pada gambar 9.

2. Contour plot daya sebar

Dari perhitungan ANOVA pada respon daya sebar didapat persamaan Y= 4,39792 – 0,59583 (X1) + 0,06875 (X2) – 0,03750 (X1)(X2)

dengan Y adalah respon daya sebar, X1 adalah carbomer, X2 gliserin, dan X1.X2 adalah interaksi carbomer dan gliserin. Persamaan tersebut menghasilkan contour plot seperti pada gambar 10.

Gambar 10. Contour plot respon daya sebar sediaan gel

3. Contour plot superimposed

Contour plot viskositas dan contour plot daya sebar kemudian digabungkan ke dalam suatu grafik contour plot superimposed sebagai berikut: 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 0.5 1 1.5 Gl iser in (gr am ) Carbomer (gram) daya sebar 3 cm daya sebar 3.5 cm daya sebar 4 cm daya sebar 4.5 cm daya sebar 5 cm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Gambar 11. Contour plotsuperimposed sediaan gel

Pada gambar 11, area yang diarsir diperkirakan merupakan area optimal untuk mendapatkan gel sunscreen dengan respon sifat fisik yang dikendaki pada penelitian ini. Viskositas yang dikehendaki yaitu 200 – 300 dPa.s dan daya sebar 3 – 5 cm.

L. Validasi Superimposed Contour Plot Gel Sunscreen Ekstrak Etanol Temulawak

Setelah didapat area yang diarsir, maka dilakukakan validasi untuk memastikan bahwa Superimposed Contour Plot valid dengan memiliki sifat fisik yang diharapkan yaitu, viskositas 200 – 300 dPa.s dan daya sebar 3 – 5 cm. Validasi dilakukan dengan mencuplik satu titik secara acak pada area yang diarsir, hasil cuplikan didapat komposisi carbomer sebanyak 0,8 g dan gliserin sebanyak 22 g yang dapat dilihat pada gambar 12. Hasil pengujian sifat fisik yang meliputi pengujian viskositas dan daya sebar kemudian dibandingkan dengan perhitungan teoritis yang didapat dari persamaan Y=

47

172,5000 + 51,6667 (X1) + 0,3333 (X2) + 2,0000 (X1)(X2) (persamaan viskositas) dan Y= 4,39792 – 0,59583 (X1) + 0,06875 (X2) – 0,03750 (X1)(X2) (persamaan daya sebar). Dengan X1 adalah faktor carbomer dan X2 adalah faktor gliserin.

Gambar 12. Titik validasi pada area optimum

Tabel XIII. Validasi contour plot superimposed

Perhitungan Viskositas (dPa.s) Daya sebar (cm)

Teoritis 235,5704 – 277,1616 4,418996 – 5,128516

Hasil validasi 250 4,741667

Berdasarkan tabel XIII, gel yang dibuat memiliki sifat fisik yang diinginkan dan hasil yang didapat ketika validasi sama dengan range hasil pada perhitungan teoritisnya. Range hasil teoritis didapat dari Y ± 1,96 x

residual standard error. Residual standard error diperoleh dari data perhitungan efek pada lampiran 7.

48

M. Keterbatasan Penelitian

Penelitiaan ini memiliki keterbatasan yaitu, penggunaan viscotester

analog untuk mengukur viskositas sediaan yang memiliki pembacaan terhadap skala yang sangat subjektif, sehingga data yang diperoleh merupakan data perkiraan berdasarkan skala yang ditunjuk pada alat dan bukan viskositas sebenarnya. Pada penelitian ini juga belum dilakukan evaluasi terhadap kemasan untuk sediaan gel sunscreen ekstrak etanol temulawak. Evaluasi kemasan dilakukan agar diperoleh kemasan yang cocok untuk sediaan gel sunscreen dan untuk meningkatkan stabilitas produk. Oleh karena itu, evaluasi terhadap

extrudability gel sunscreen belum dilakukan. Uji extrudability merupakan uji untuk mengetahui kemudahan sediaan keluar dari kemasan dan untuk mengukur kekuatan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan sediaan dari wadahnya.

Pada bagian validasi area optimum, validasi yang dilakukan hanya pada satu titik sehingga, belum dapat menggambarkan hasil sifat fisik yang diharapkan pada area optimum secara keseluruhan. Sebaiknya, pengambilan cuplikan sampel validasi dilakukan hingga mencakup daerah – daerah kritis pada area optimum. Keterbatasan lainnya yaitu penggunaan jumlah TEA (trietanolamin) yang bervariasi untuk setiap formula. Hal tersebut dapat mengakibatkan adanya faktor baru yang mempengaruhi sifat fisik dari sediaan.

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Gliserin berpengaruh terhadap respon sifat fisik sediaan gel sunscreen ekstrak etanol temulawak, namun carbomer merupakan faktor yang dominan dalam menentukan respon sifat fisik (viskositas dan daya sebar) sediaan gel sunscreen ekstrak etanol temulawak.

2. Ditemukan area optimum pada contour plot superimposed terhadap level carbomer dan gliserin yang dapat menghasilkan respon sifat fisik yang baik.

B. Saran

1. Perlu dilakukan uji efektivitas SPF terhadap sediaan sunscreen ekstrak etanol temulawak secara in vivo.

2. Perlu dilakukan uji stabilitas terhadap kadar kurkumin selama masa penyimpanan gel sunscreen ekstrak etanol temulawak.

3. Perlu dilakukan uji extrudability terhadap gel sunscreen ekstrak etanol temulawak.

50

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L.V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, 2nd Edition, American Pharmaceutical Association, Washington, D.C., pp. 302.

Allen, L.V., Popovich, N.G., Ansel, H.C., 2005, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery System, 8th Edition, Lippincott Williams and Willkins, USA, pp. 424.

Anonim, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 67-70.

Anonim, 1999, Rule and Regulations, 27679, http://www.fda.gov/downloads/drugs/developmentapprovalprocess/devel opmentresources/over-thecounterotcdrugs/statusofotcrulemakings/ ucm090244.pdf., diakses tanggal 29 April 2014.

Anonim, 2013, Ultraviolet Radiation, Australian Radiation Protection and Nuclear Safety Agency, http://www.arpansa.gov.au/AboutUs/ index.cfm, diakses pada tanggal 27 Februari 2014.

Anonim, 2014, The Known Health Effects of UV, World Health Organization, http://www.who.int/uv/faq/uvhealtfac/en/#content, diakses pada tanggal 27 Februari 2014.

Armstrong, N.A. dan James, K.C., 1996, Pharmaceutical Experimental Design amd Interpretation : Factorial Design of Experiment, Taylor and Francis, USA, pp. 143.

Badan POM RI, 2004, Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, BPOM RI, Volume 1, Jakarta, pp.114-116.

Barel, A. O., Paye, M., Maibach, H.I., 2009, Handbook of Cosmetic Science and Technology, 3rd Edition, Informa Healthcare USA, Inc., United Sate of America, pp. 362.

Barel, A. O., Marc P., Howard I. M., 2001, Handbook of Cosmetic Science and Technology, 1st Edition, Marcel Dekker, Inc., New York, pp. 453-455. Benson, H.A.E. dan Watkinson, A. C., 2012, Transdermal and Topical Drug

Delivery Principles and Practice, A John Wiley & Sons,Inc., Publication, New Jersey, pp.281.

Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd edition, Marcel Dekker Inc., New York, pp. 308-313.

51

Cahyono, B., Muhammad D.K.H, dan Leenawaty L., 2011, Pengaruh Proses Pengeringan Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.),

Reaktor, Vol. 13 No.3, pp. 165-171.

Cho, B. 2007, UV Radiation, University of California San Francisco http://www.dermatology.ucsf.edu/skincancer/General/prevention/UV_Ra diation.aspx#Radiation, diakses pada tanggal 27 February 2014.

Craft, N., Fox, L.P., Goldsmith, L.A., Papier, A., Birnbaum, R., Mercurio, M.G., 2011, VisualDx : Eddential Adult Dermatology, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp. 65.

Depkes RI, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 5-26.

Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta, pp. 7 – 8. Fitriana, E.N., 2007, Formulasi Sediaan Sunscreen Ekstrak Rimpang Kunir Putih

(Curcuma mangga Val.) Dengan Carbopol® 940 Sebagai Gelling Agent

dan Sorbitol Sebagai Humectant, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Garg, A., Anggarwal, D., Garg, S., dan Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid Formulation : An Update, Pharmaceutical Technology, September 2002, 84-102, www.pharmtech.com, diakses tanggal 25 Maret 2014.

Gad, S.C., 1999, Product safety evaluation handbook. 2nd Edition, Marcel Dekker, Inc., USA, pp.94.

Hayani, E., 2006, Analisis kandungan Rimpang Temulawak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor, pp. 309 – 312.

Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A., 1993, Farmasi Fisik Dasar –

Dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetik, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, pp.1077.

Mitsui, T., 1997, New Cosmetic Science, First Edition, Elsevier, Netherlans, pp.32-33.

Mus, C., 2012, Temulawak, http://www.plantamor.com/index.php?plant=427, diakses pada tanggal 1 September 2013.

Rowe, R. C., Sheskey, P.J., Owen, S. C., 2006, Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5th Edition, Pharmaceutical Press, London, pp.113.

Rowe, R. C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th Edition, Pharmaceutical Press, London, pp. 110 – 113, 283 – 286, 592 – 594.

52

Setyani, C.A., 2013, SPF Tinggi Tak Menjamin Kulit Terlindungi, http://female.kompas.com/read/2013/03/14/14554217/SPF.Tinggi.Tak.Me njamin.Kulit.Terlindungi, diakses tanggal 10 Januari 2014.

Stanfield, J. W., 2003, Sun Protectants: Enhancing Product Functionality with Sunscreens, in Schueller, R. and Romanowski, P., Multifunctional Cosmetics, Marcel Dekker Inc., New York, pp. 145-150

Suhartono, 2008, Analisis Data Statistik Dengan R, Lab, Statistik Komputasi, ITS, Surabaya, pp. 91, 122.

Susanti, W. D., 2008, Optimasi Formula Gel Sunscreen Eksrak Etanol Kunir Putih (Curcuma mangga Val.) : Tinjauan Terhadap Gliserol dan Propilenglikol,

Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tranggono,R.I. dan Latifah F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Gramedia, Jakarta, pp. 81.

Vaishali, A., Chintale A. G., Deshmukh K. P., Nalwad D. N., 2013, Cosmeceuticals an Emerging Concept: a Comprehensive Review,

International Journal of Research in Pharmacy and Chemistry, pp. 309-210.

Vogel, H.G., 2006, Drug Discovery and Evaluation : Safety and Pharmacokinetic Assays, Springer, German, pp:794-795.

Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soewandhi, S. N. dan Widianto, M. B., Gadjah Mada University Press, Yogyakarta., pp. 141 – 145, 316-434.

Walters, C., Keeney, A., Wigal, C. T., Johnston, C. R., and Cornellius, R. D., 1997, The Spectrophotometric Analysis and Modeling of Sunscreen, in J. of Chem. Education, Annville,Lebanon Valley College,Vol 74, January, 99– 102.

Yuliani, S. H., 2010, Optimasi Komposisi Campuran Sorbitol, Gliserol, dan Propilenglikol Dalam Gel Sunscreen Ekstrak Etanol Curcuma Mangga,Majalah Farmasi Indonesia, 21(2), pp. 83 – 89.

Zats, J.L., dan Kushla, G.P., 1996, Gels, in Lieberman, H.A., Lachman, L.,and Schwatz, J.B., Pharmaceutical Dosage Forms: Dispers System, Vol. 2, 2nd edition, Marcel Dekker Inc., New York, pp. 399-405, 408-409, 415.

53

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi dan Hasil Determinasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Perbandingan Hasil Pengamatan Makroskopis dan MikroskopisTemulawak Sebagai Bahan Penelitian Dengan Standar MMI Jilid III

1. Tabel hasil perbandingan makroskopis

Pengamatan

Organoleptik Hasil Pengamatan Standar MMI

Bau Khas aromatik Aromatik

Rasa Agak pahit dan tajam Tajam dan pahit Warna serbuk Kuning coklat Coklat kuning

2. Tebel hasil perbandingan mikroskopis

Temulawak Gambar Keterangan

Hasil Pengamatan

Butir pati perbesaran 10 x

 Butir pati berbentuk lonjong gemuk dengan ujing berbentuk

runcing

 Ada juga butir pati dengan bentuk lonjong panjang dengan ujung runcin

Fragmen berkas pembuluh perbesaran 4x

 Berbentuk spiral panjang

 Serabut sklerenkim perbesaran 4x

55

Berkas pembuluh koleteral perbesaran 4x

 Pembuluh berisi zat warna kuning coklat Sel minyak perbesaran 4x

 Sel minyak berwarna kuning

Standar MMI III

A. Penampang melintang rimpang temulawak

Keterangan gambar : 1. Rambut penutup 2. Epidermis 3. Hipodermis 4. Periderm

5. Berkas pembuluh koleteral 6. Sklerenkim

7. Parenkim korteks 8. Butir pati

9. Endodermis

10.Parenkim silinder pusat

56

B. Serbuk rimpang temulawak

Keterangan gambar :

1. Fragmen berkas pembuluh 2. Fragmen parenkim korteks 3. Serabut sklerenkim

4. Butir pati

5. Fragmen jaringan gabus poligonal 6. Rabut penutup

57

Lampiran 2. Surat Penetapan Kadar Kurkumin Pada Temulawak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Lampiran 3. Orientasi Level Kedua Faktor Penelitian

1. Variasi konsentrasi carbomer terhadap sifat fisik sediaan Konsentrasi carbomer (g) Viskositas (dPa.s) Daya sebar (cm) 0,5 130 5,165 1 180 4,63 1,5 300 3,958 2 350 3,39 2,5 400 3,175 3 433,3 3 0 100 200 300 400 500 0 1 2 3 4 Vi sko si tas (d Pa. s) Carbomer (g)

Profil Kurva Variasi Konsentrasi Carbomer Terhadap Viskositas 0 2 4 6 0 1 2 3 4 D ay a seb ar ( cm ) Carbomer (g)

Profil Kurva Variasi Konsentrasi Carbomer Terhadap Daya sebar

59

2. Variasi konsentrasi gliserin terhadap sifat fisik sediaan Konsentrasi gliserin (g) Viskositas (dPa.s) Daya sebar (cm) 15 350 3,4 20 370 3,425 25 390 3,45 30 400 3,417 35 450 3,49

3. Formula desain faktorial Formula Carbomer (g) Gliserin (g) (1) 0,5 15 a 1,5 15 b 0,5 25 ab 1,5 25 300 350 400 450 500 10 15 20 25 30 35 40 Vi sko si tas (d Pa. s) Gliserin (g)

Profil Kurva Variasi Konsentrasi Gliserin Terhadap Viskositas 3.38 3.4 3.42 3.44 3.46 3.48 3.5 10 15 20 25 30 35 40 D ay a seb ar ( cm ) Gliserin (g)

Profil Kurva Variasi Konsentrasi Carbomer Terhadap Daya sebar

Dokumen terkait