• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi Tanaman Temulawak (Curcuma xantorriza Rob.)

Determinasi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tujuan dilakukannya determinasi adalah untuk memastikan kebenaran dari tanaman yang digunakan dalam penelitian ini. Determinasi dilakukan dengan mengacu pada Materia Medika Indonesia Edis III.

2. Pengumpulan dan Penyerbukan Rimpang Temulawak

Rimpang temulawak yang telah menjadi simplisia diperoleh dari BPTO Tawangmangu. Simplisia rimpang temulawak yang didapat kemudian

19

di serbuk menggunakan mesin penyerbuk. Hasil serbukan diayak menggunakan ayakan 40 mesh dan hasil ayakan dimasukkan ke dalam toples.

3. Pembuatan Ekstrak Etanol Temulawak dan Perhitungan Kadar Kurkumin

Sebanyak 30 g serbuk rimpang temulawak dimasukkan ke dalam maserator dan ditambahkan 300 mL etanol 70%, direndam selama 6 jam dan sesekali diaduk, kemudian didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, maserat dipisahkan dengan cara disaring dengan corong Bunchner dengan bantuan pompa vakum dan proses maserasi diulangi hingga 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Maserat dikumpulkan dan ditambah etanol hingga 900 mL pada labu ukur 1 L yang permukaannya telah ditutup oleh aluminium foil. Setelah itu hasil ekstrak etanol temulawak di tetapkan kadar kurkuminnya dengan metode KLT densito yang dilakukan oleh LPPT UGM.

4. Menentukan nilai SPF

Ekstrak etanol Curcuma xantorriza Rob. diambil sebanyak 0,55; 0,6; 0,65 mL dengan replikasi masing – masing 3 kali, kemudian diencerkan dengan etanol 96% (kualitas p.a) hingga 10 mL. Kemudian diukur pada serapan panjang gelombang 300 nm menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Perhitungan SPF dilakukan dengan cara sebagai berikut :

A = - log10 (

) = log10 SPF SPF = 10A

(Walters dkk., 1997).

20

5. Orientasi level faktor carbomer dan gliserin

a. Orientasi level carbomer

Orientasi level gelling agent carbomer dilakukan dengan mengembangkan carbomer sebanyak 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; dan 3 g, masing – masing dalam 75 mL air selama 24 jam. Masing – masing formula ditambahkan gliserin sebanyak 25 g dan ditambahkan pula TEA hingga pH menjadi 5 – 6,5, lalu dilakukan proses pencampuran selama 2 menit menggunakan mixer dengan skala putar satu.

Gel yang terbentuk didiamkan selama 48 jam kemudian diuji viskositasnya dengan menggunakan viscotester seri VT 04 (RION-JAPAN). Pengujian daya sebar dilakukan dengan cara menimbang 1 g gel di atas kaca bundar, selanjutnya gel ditimpa dengan beban 125 g, ditunggu satu menit, kemudian diukur diameter penyebarannya menggunakan mistar penggaris.

b. Orientsi level gliserin

Orientasi level gliserin dilakukan dengan mengembangkan masing – masing carbomer sebanyak 2 g ke dalam 5 wadah yang berisi 73 mL air selama 24 jam. Setelah 24 jam, masing – masing wadah ditambahkan gliserin sebanyak 15; 20; 25; 30; 35 g. Masing – masing formula ditambahkan TEA hingga pH 5 – 6,5, kemudian dilakukan proses pencampuran selama 2 menit menggunakan mixer dengan skala putar satu. Gel yang terbentuk didiamkan selama 48 jam kemudian diuji viskositasnya dengan menggunakan viscotester seri VT 04

21

JAPAN). Pengujian daya sebar dilakukan dengan cara menimbang 1 g gel di atas kaca bundar, selanjutnya gel ditimpa dengan beban 125 g, ditunggu satu menit, kemudian diukur diameter penyebarannya menggunakan mistar penggaris.

6. Formula Gel Sunscreen

Formula standar : Clear aqueous gel with Dimethicone (Allen dkk., 2005).

Tabel II. Formula Standar

Aquadest 59,8% Carbomer 934 0,5% Trietanolamin 1,2 Gliserol 34,2 Propilen glikol 2 Dimethicone copolyol 2,3

Dalam penelitian ini dilakukan modifikasi formula sebagai berikut :

Tabel III. Formula Modifikasi

7. Pembuatan Gel Sunscreen

Carbomer dikembangkan selama 24 jam dengan cara menaburkannya di atas 60 g aquades (campuran 1). Metil paraben dilarutkan ke dalam campuran 13 g air hangat dan gliserin (campuran 2). Selanjutnya, campuran 2 dimasukkan ke dalam campuran 1 dan ditambahkan TEA hingga pH 5 – 6,5,

Bahan Formula (1) a b ab Ekstrak temulawak 4,98 g 4,98 g 4,98 g 4,98 g Carbomer 0,5 g 1,5g 0,5 g 1,5 g Gliserin 25 g 25 g 15 g 15 g Aquadest 73 g 73 g 73 g 73 g Metil paraben 0,1 g 0,1 g 0,1 g 0,1 g Trietanolamin 1,47 g 2,93 g 1,47 g 2,93 g

22

lalu dilakukan proses pencampuran selama 2 menit menggunakan mixer

dengan skala putar satu.

Ekstrak etanol temulawak ditambahkan sebanyak 6 mL (6 mL ekstrak etanol temulawak setara dengan 4,98 g ekstrak etanol temulawak) ke masing – masing formula dan dilakukan proses pencampuran selama 2 menit menggunakan mixer dengan skala putar satu.

8. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Gel Sunscreen Ekstrak Etanol Temulawak

Uji sifat fisik gel dilakukan dengan menguji daya sebar dan viskositas, untuk uji stabilitas dilakukan dengan menguji viskositas gel setelah penyimpanan selama 1 bulan sedangkan untuk uji iritasi primer dilakukan dengan metode Draize.

Uji sifat fisik yang dilakukan yaitu: a. Uji daya sebar

Uji daya sebar sediaan gel sunscreen ekstrak etanol temulawak dilakukan 48 jam setelah dibuat. Cara ujinya yaitu dengan menimbang gel sebanyak 1 g, diletakkan ditengah kaca bulat berskala. Diatas gel diletakkan kaca bulat lain dan pemberat dengan berat total 125 gram, didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya pada posisi horisontal, vertikal dan diagonal (Garg dkk., 2002).

b. Uji Viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alat viscotester. Cara pengujiannya yaitu gel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester.

23

Viskositas gel diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Pengukuran viskositas gel dilakukan 48 jam setelah formulasi. c. Uji Pergeseran Viskositas

Pergeseran viskositas gel ekstrak etanol temulawak diketahui dengan menghitung persentase perubahan viskositas gel setelah penyimpanan selama 1 bulan. Viskositas gel setelah penyimpanan 1 bulan diukur menggunakan alat viscotester. Cara pengujiannya yaitu gel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas gel setelah 1 bulan diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas.

9. Uji Iritasi Primer dengan Metode Draize

Evaluasi iritasi primer dilakukan dengan menggunakan hewan uji kelinci albino sebanyak 2 ekor. Pertama – tama bagian punggung kelinci dicukur untuk menghilangkan bulu dan dibuat area dengan ukuran 1 inci2,

didiamkan selama 24 jam sebelum pengaplikasian sampel. Kemudian dioleskan 0,5 gram sampel gel sunscreen tiap area dan ditutup dengan kasa steril. Sedangkan untuk kontrol dibiarkan kosong tanpa perlakuan sebagai pembanding. Pengamatan dilakukan pada jam ke 24, 48, dan 72 dengan melihat eritema dan edema yang timbul dengan pemberian skor berdasar tabel IV dan kriteria iritasi berdasarkan tabel V.

24

Tabel IV. Evaluasi Reaksi Iritasi Kulit (Vogel, 2006)

Jenis Iritasi Skor

Eritema Tanpa eritema 0

Eritema hampir tidak tampak 1

Eritema berbatas jelas 2

Eritema moderat sampai berat 3 Eritema berat (merah bit) sampai sedikit

membentuk kerak

4

Edema Tanpa edema 0

Edema hampir tidak tampak 1

Edema berbatas jelas 2

Edema moderat (tepi naik ±1 cm) 3 Edema berat (tepi naik lebih dari 1 mm dan

meluas keluar daerah pejanan)

4

Indeks iritasi primer untuk sediaan juga dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Indeks iritasi primer =

Tabel V. Kriteria Iritasi (Gad, 1999)

Indeks Iritasi Kriteria Iritasi Senyawa Kimia

0 Tidak mengiritasi

> 0,0 - 0,5 Iritasi dapat diabaikan > 0,5 - 2,5 Iritasi ringan > 2,5 - 5,0 Iritasi moderat > 5,0 - 8,0 Iritasi berat

Dokumen terkait