• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil

Dalam dokumen Laporan Praktikum Teknologi Produksi Tan (Halaman 80-89)

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN

PENYADAPAN TANAMAN KARET

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil

Hari, tanggal : Sabtu, 21 November 2015 Lokasi : PTPN IX Krumput

Waktu Pelaksanaan : 08.00 – 13.00 WIB

Penyadapan dimulai dengan pohon karet yang sudah berumur 4-5 tahun, dimulai dari sadap bawah yaitu B01,B02, selama lima tahun, sadap atas yaitu H01,H02, selama 5 tahun dan sadap bebas sebelum pohon akan ditebang. Alat yang dibutuhkan untuk penyadapan pohon karet adalah pisau sadap, talang sadap, mangkok sadap dan paku. Talang sadap dipasang 10 cm dari akhir jalur penyadapan dan mangkok sadap diletakan 5 cm di bawah talang sadap, letak mangkok sadap tidak terlalu jauh dari talang sada agar latek yang keluar tidak terkena angin. Intensitas penyadapan, dilakukan 3 hari sekali. Waktu sadap biasanya dilakukan pada pukul 04.00 – 11. 00 WIB. Pada saat penyadapan lateks di tamping dalam satu wadah, agar lateks tidak cepat beku maka digunakan ammonia agar lateks tersebut tidak cepat beku pada saat sampai pabrik.

Kesalahan sadap yang biasa terjadi adalah luka kayu karna teknik penyadapan yang salah, sudut sadapan yang kurang atau lebih dari 40 -45 dan peletakan talangᴼ ᴼ sadap yang terlalu mepet. Kesalahan ini akan berdampak pada hasil lateks baik kualitas maupun kuantitas yang akan di hasilkan. Penyakit yang sering menyerang pohon karet adalah kekeringan alur sadap. Penyakit kekeringan alur sadap mengakibatkan kekeringan alur sadap sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak mematikan tanaman

B. Pembahasan

Penyadapan merupakan sistem pengambilan lateks yang mengikuti aturan-aturan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh produksi yang tinggi secara ekonomis menggantungkan dan berkesinambungan dengan memperhatikan kesehatan tanaman (Setyamidjaja,1993). Pada dasarnya penyadapan adalah kegiatan pemutusan atau pelukaan pembuluh lateks. Pembuluh lateks yang terputus atau terluka tersebut akan pulih kembali seiring berjalannya waktu, sehingga jika dilakukan penyadapan untuk kedua kalinya tetap akan mengeluarkan lateks (Heru dan Andoko,2008). Penyadapan tanaman karet merupakan salah satu kegiatan yang amat penting dalam budidaya tanaman karet (Balai Penelitian Perkebunan Sembawa, 1982). Penyadapan adalah mata rantai pertama dalam proses produksi karet. Penyadapan yang dilaksanakan di kebun produksi menghendaki perlakuan yang sebaik-baiknya.Pada tanaman muda, penyadapan umumnya dimulai setelah tanaman mencapai umur 5-6 tahun, tergantung pada kesuburan pertumbuhan tanamannya (Setyamidjaja, 1993).

Berdasarkan cara dan arah penyadapan, maka sadapan karet dibedakan menjadi 5 macam, yaitu :

a. Sadap tusuk (Puncture Tapping)

b. Sadap ke arah bawah (Down Ward Tapping)

c. Sadap ke arah atas (Up Ward Tapping), sadap ke arah atas biasa dan sadap ke arah atas ATS (Alternate Tapping Sistem)

d. Sadap kombinasi arah atas dan bawah bersamaan e. Sadap mati/cacah runcah (CCRC)

Panjang irisan sadap berpengaruh terhadap produksi lateks, pertumbuhan tanaman, kontinuitas produksi, dan kesehatan tanaman. Panjang irisan sadap hanya setengah bidang permukaan kulit tanaman karet (1/2 S). Penyadapan dilaksanakan satu bidang terlebih dahulu, baru setelah satu bidang habis, dilanjutkan penyadapan di bidang yang lainnya. Dari awal buka sadap hingga habisnya satu bidang diusahakan dilaksanakan selama 5 tahun. Ini berkaitan dengan kemampuan kulit kayu dalam meregenerasi dan melakukan suksesi. Untuk memulihkan kulit kayu sepanjang 130 cm, tanaman keret membutuhkan waktu 5 tahun. Oleh karena itu, penyadapan satu bidang hendaknya bisa mencapai waktu 5 tahun juga.bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama dengan arah pergerakan penyadap, yaitu dari arah Timur-Barat (pada jarak antar tanaman yang pendek / 3m).

Teknik lain terakait penyadapan adalah Double Cutting. Double Cutting adalah sistem sadap yang dilaksanakan secara bersamaaan antara Sadap Arah Atas dengan Sadap Arah Bawah pada satu bidang. Double Cutting juga dilakukan ½ S, artinya satu bidang terlebih dahulu baru setelah 5 tahun berganti ke bidang yang lain. Pisau yang digunakan untuk untuk Sadap Arah Atas berbeda dengan pisau untuk Sadap Arah Bawah. Sadap Arah Atas menggunakan pisau sadap dorong, sedangkan Sadap Arah Bawah menggunakan pisau sadap tarik.

Perkebunan PTPN IX Krumput menggunakan system sadap atas dan tipe sadap bawah dan tipe sadap atas.Hal ini dilakukan untuk menghasikan produksi lateks secara optimal pada setiap pohon karet.Penyadapan pada bidang sadap atas dilakukan setelah bidang sadap bawah disadap hingga mencapai pertautan okulasi.Penyadapan pada bidang sadap atas menggunakan pisau sadap khusus dengan arah sadapan ke atas dan

dengan kemiringan tertentu sehingga mampu memotong pembuluh lateks secara optimal.Pada beberapa pohon yang telah mencapai umur lanjut maka diberlakukan system sadap mati atau cacah runcah pada bagian yang diperkirakan masih mampu menghasilkan lateks. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan produksi lateks pada pohon sebelum akhirnya diremajakan. Keunggulan dari system sadap atas maupun bidang sadap bawah akan diperoleh hasil lateks dalam jumlah yang lebih optimal dibandingkan dengan system sadap lainnya. Menggunakan system setengah spiral pembuluh lateks akan terpotong secara tepat sehingga cairan lateks mampu dikeluarkan sebanyak mungkin dari sarung pembuluh lateks.

Kriteria bidang sadap tanaman karet merupakan penggambaran bidang sadap pada kebun yang sudah mencapai matang sadap. Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45 cm diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun.Semakin bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya. Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 26 tahun produksinya akan menurun. Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum kambium).

Sadapan dilakukan dengan memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari horizontal dengan menggunakan pisau sadap yang berbentuk V. Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan perlu dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke bawah.. Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1- 2 jam. Sesudah itu lateks akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok aluminium yang digantungkan pada bagian bawah bidang sadap.Sesudah dilakukan sadapan, lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang ditampung dengan wadah (Anwar, 2001).

Karet yang bisa disadap yaitu tanaman ketika karet yang berada dalam suatu hamparan lahan harus sudah matang sadap pohon dan matang sadap kebun. Matang sadap pohon adalah suatu kondisi di mana tanaman karet akan memberikan hasil lateks maksimal ketika disadap tanpa menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan kesehatan pohon karet tersebut (Setyamidjaja,1999). Dengan perawatan yang baik, matang sadap pohon umumnya bisa dicapai pada saat tanaman karet berusia 4-5 tahun. Ciri utama tanaman karet yang sudah matang sadap pohon adalah lilit batang yang sudah mencapai 45 cm pada ketinggian 100 cm dari pertautan okulasi (kaki gajah). Matang sadap kebun adalah jumlah tanaman yang sudah matang sadap pohon dalam suatu areal pertanaman karet sudah mencapai 60–70 % ketika berusia 4-5 tahun. Pada saat matang sadap pohon, diharapkan ketebalan kulit kayu sudah mencapai 6-7 mm.

Menurut Harahap (2001), terdapat banyak hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil (produktivitas) lateks yang diperoleh. Di samping manajemen tenaga kerja dan pengorganisasian karyawan yang tepat, teknik dan cara penyadapan

yang benar juga akan sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Kedalaman sadap berpengaruh pada banyaknya kulit yang disadap pada saat penyadapan dan berpengaruh pada jumlah berkas pembuluh lateks yang terpotong.Semakin dalam kedalaman sadap maka semakin banyak berkas pembuluh lateks yang terpotong.Pada kedalaman kulit 0.5 mm dari lapisan kambium memiliki jumlah pembuluh lateks terbanyak, yaitu kurang lebih 80 lingkaran pembuluh lateks.Kedalaman irisan yang dianjurkan adalah 1 mm – 1.5 mm dari lapisan kambium.Bagian ini harus disisakan untuk menutupi lapisan kambium agar kulit pulihan yang terbentuk nantinya tidak rusak sehingga produksi lateks tetap seimbang (Balai Penelitian Karet Sembawa, 2003).

Faktor yang mempengaruhi hasil sadapan karet secara kualitas maupun kuantitas yaitu:

1. Jenis Klon yang digunakan sebagai mata entres. Hal ini akan berpengaruh pada jumlah lateks yang dihasilkan karena setiap klon memiliki sifat yang berbeda dalam menghasilkan lateks. Sebaiknya klon yang digunakan merupakan klon unggul yang menghasilkan lateks dalam jumlah besar.

2. Tipe Sadap yang digunakan akan berpengaruh pada seberapa besar pembuluh lateks akan terpotong secara tepat sehingga mampu mengeluarkan lateks dalam jumlah optimal. Jika system sadap yang digunakan tidak mampou memotong pembuluh lateks maka kuantitas lateks akan menurun

3. Keterampilan penyadapa akan sangat menentukan jumlah lateks yang akan diperoleh. Penyadap yang terampil akan mampu memotong pembuluh lateks dengan baik dan tepat sehingga jimlah lateks optimal. Selain itu keterampilan

penyadap sangat berpengaruh terhadap umur produksi lateks. Jika penyadap kurang terampil maka akan terjadi kesalahan dalam penyadapan yang mengakibatkan kerusakan pada kulit tanaman karet

4. Hujan Pagi (Iklim) akan berpengaruh terhadap kualitas lateks yang disadap. Adanya hujan pagi akan menurunkan kualitas hasil sadapan dalam mangkuk penampung.

5. Adanya penyakit pada bidang sadap mampu menurunkan produksi lateks, misalnya penyakit kering alur sadap sehingga penyadapan tidak optimal karena alur sadap mudah kering akibat penggumpalan

6. Waktu penyadapan, waktu terbaik untuk melalukan penyadapan adalah pagi hari sehingga alur sadap tidak mudah kering sehingga lateks akan maksimal

Penyadapan hendaknya dilaksanakan sepagi mungkin, antara pukul 04.00 hingga 07.30. pada pagi hari, tekanan turgor sel tanaman maksimal sehingga jumlah lateks dan aliran lateks yang keluar juga maksimal. Selain itu, belum terbitnya matahari juga meminimalkan menggumpalnya lateks sebelum mencapai mangkuk sadap akibat panas yang ditimbulkan cahaya matahari. Pada dua tahun pertama setelah buka sadap, penyadapan dilaksanakan 3 hari sekali (d/3). Untuk tahun-tahun selanjutnya, penyadapan bisa dilaksanakan 2 hari sekali (d/2).

Bagian tanaman karet yang menghasilkan lateks adalah sarung pembuluh lateks yang terletak di antara cambium dan xylem.Pembuluh memiliki bentuk spiral dengan kemiringan tertentu. Untuk mencapai lokasi pembuluh lateks pada bagian irisan batang terdapat epidermis, lapisan batu yang keras, kemudian pembu;luh lateks. Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan terlalu dalam dapat membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat kesembuhan luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum cambium (Aidi dan Daslin, 1995).

Penyakit pada bidang sadap yang ditemui di Perkebunan PTPN IX Krumput yaitu penyakit Kekeringan Alur Sadap (Tapping Panel Dryness, Brown Bast). Penyakit kekeringan alur sadap mengakibatkan kekeringan alur sadap sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak mematikan tanaman.Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering, terlebih jika disertai dengan penggunaan bahan perangsang lateks ethepon. Adanya kekeringan alur sadap mula-mula ditandai dengan tidak mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap. Kemudian dalam beberapa minggu saja kese-luruhan alur sadap ini kering tidak me-ngeluarkan lateks. Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat karena pada bagian ini terbentuk gum (blendok). Kekeringan kulit tersebut dapat meluas ke kulit lainnya yang seumur, tetapi tidak meluas dari kulit perawan ke kulit pulihan atau sebaliknya. Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini adalah terjadinya pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman (Budiman, dkk. 2009)

Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian Ethepon terutama pada klon yang rentan terhadap kering alur sadap yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100. Bila terjadi penurunan kadar karet kering yang terus menerus pada lateks yang dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap sampai 10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan intensitasnya dari 1/2S d/2 menjadi 1/2S d/3 atau 1/2S d/4, dan penggunaan Ethepon dikurangi atau dihentikan untuk mencegah agar pohon-pohon lainnya tidak mengalami kering alur sadap. Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3-4 mm dari kambium dengan memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F-96 sekali satu bulan dengan 3 ulangan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida Matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerek. Penyadapan dapat dilanjutkan di bawah kulit yang kering atau di panel lainnya yang sehat dengan intensitas rendah (1/2S d/3 atau 1/2S d/4).Hindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap.Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit (Aidi dan Daslin, 1995).

V. PENUTUP

Dalam dokumen Laporan Praktikum Teknologi Produksi Tan (Halaman 80-89)

Dokumen terkait