• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur kerja

Dalam dokumen Laporan Praktikum Teknologi Produksi Tan (Halaman 100-118)

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN

PENGOLAHAN HASIL GETAH KARET

B. Prosedur kerja

1. Mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan pembagian dalam setiap rombongan

2. Alat dan bahan dipersiapkan

3. Mahasiswa ditugaskan ke lapangan untuk mengamati keadaan perkebunan dan mendengarkan materi yang disampaikan pemateri

4. Hasil pengamatan dituliskan pada kertas folio

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

(Terlampir) B. Pembahasan

PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Krumput/Kubangkangkung Banyumas memiliki pabrik pengolahan karet sheet yang memproduksi lateks asli menjadi sheet yang siap dipasarkan dan diekspor ke luar negeri. Dalam praktikum kali ini dipaparkan mengenai proses yang berlangsung dalam pemrosesan lateks hingga menjadi sheet. Pemaparan dilakukan oleh petugas PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Krumput/Kubangkangkung Banyumas, praktikan juga diajak melihat proses pembuatan sheet tersebut dan berkeliling pabrik.Adapun tahapan pengolahan hasil yang dilakukan oleh kebun karet Krumput antara lain, yaitu:

a. Penerimaan lateks dan penyaringan

Lateks hasil sadapan yang berasal dari kebun kebun karet, yang diangkut dengan berbagai cara oleh para kariawan yang kemudian diantarkan kepabrik karet. Dipabrik karet ini telah disediakan tempat atau bak penampungan untuk menampung semua hasil penyadapan yang berbentuk lateks. Sebelum di masukan ke dalam bak penampungan, pada lateks terlebih dahulu ditambahkan amonia. Proses penambahan ammonia tersebut di tambahkan untuk mencegah terjadinya proses penggumpalan oleh latex itu sendiri.

Lateks yang sudah di tambahkan amonia kemudian di tuangkan ke bak penampungan untuk dilakukan proses penyaringan terlebih dahulu. Proses penyaringan ini di lakukan untuk menyaring adanya bahan-bahan campuran seperti plastik, daun-daun, ranting-ranting kecil, karet yang menggumpal dan masih banyak lagi kandungan yang lainnya. Lateks hasil saringan ini kemudian di tampung lagi dalam sebuah wadah atau bak yang berbentuk sumur.

Pada wadah yang berbentuk sumur ini, semua karet hasil penyaringan di tampung untuk diaduk agar supaya busa dari lateks tersebut dapat diambil dan di buang. Di pabrik pengolahan hasil lateks Krumput, menyediakan dua buah wadah berbentuk sumur untuk menampung hasil dari lateks yang di kumpulkan dari kebun karet.

b. Pengenceran lateks

Pengenceran lateks atau memperlemah kadar karet adalah menurunkan kadar karet yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet yang terkandung

dalam lateks sampai diperoleh kadar karet baku sesuai dengan yang diperlukan dalam pembuatan sheet, yaitu sebesar 13%, 15%, 16%, atau20% sesuai dengan kondisi dan peralatan setempat.

c. Pengaliran cairan lateks

Pada pengolahan cairan lateks, cairan lateks yang sudah di saring dan di beri ammonia di alirkan melalui wadah panjang terbuka kurang dengan lebar kurang lebih 20 centi meter. Ciran lateks tersebut di alirkan dan kemudian di tampung dalam 40 (empat puluh) wadah atau bak yang di beri 26 (dua puluh enam) sekat yang telah di bersikan sebelumnya.

Wadah atau bak pengaliran cairan lateks ini di beri lubang setiap satu meter, untuk memudahkan kariawan dalam menampung cairan lateks tersebut pada wadah tempat untuk menggumpalkan karet. Setiap anggota karyawan menggunakan potongan potongan pengalir cairan ini untuk menampungnya di wadah berikutnya. Panjang dari potongan potongan tersebut kurang lebih dua meter.

d. Proses penggumpalan

Proses penggumpalan adalah proses untuk menggumpalkan cairan lateks yang akan membentuk persegi panjang dengan panjang kurang lebih 1-1,5 meter. Sebelum digumpalkan, cairan lateks sebelumnya di alirkan dan di tampung kedalam wadah atau bak yang memiliki panjang 2-2,5 meter dan lebar 1-1,5 yang kemudian diberi 26(dua puluh enam) sekat untuk membentuk 26 (dua puluh enam) lembaran gumpalan lateks.

Lateks yang di tampung pada bak tersebut mempunyai ukuran banyaknya cairan lateks yang akan di tampung pada wadah tersebut. Wadah atau bak penampung tersebut memiliki tinggi 75 cm, sedangkan setiap wadah hanya dapat di isi kurang lebih 24 cm cairan lateks untuk digumpalkan. Setelah wadah atau bak tersebut diisi dengan ukuran tersebut, maka 1 cm nya di isi dengan asam semut. Berarti semua cairan dalam wadah tersebut memiliki tinggi 25cmyang berisi lateks dan asam semut itu sendiri, kemudian cairan dalam wadah tersebut diaduk sebanyak empat kali adukan secara bertahap. Proses pengadukan ini bertujuan untuk mengambil busa busa cairan lateks yang kemudian di buang pada tempat pembuangan yang tersalur pada penampungan limbah. Kemudian sekat-sekat tesebut dipasang dengan antara setiap sekatnya kurang lebih 20 cm.

Proses penambahan asam semut disini, bertujuan untuk mempercepat penggumpalan lateks. Setelah proses pemasangan sekat selesai, wadah tersebut ditutup dengan menggunakan terpal untuk mencegah terjadinya oksidasi oleh udara. Dengan menunggu sekitar satu jam, lateks tersebut dengan sendirinya akan

menggumpal. Kemudian lateks yang telah menggumpal pada wadah tesebut diisi air, dengan tujuan lateks tersebut tidak melekat pada wadah tersebut sehingga mudah untuk diangkat dan dikeluarkan. Dengan menunggu sekitar satu jam, barulah karet di angkat kemudian di alirkan dengan air pada tempat penggilingan.

e. Penggilingan

Proses penggilingan dilakukan setelah menunggu satu jam gumpalan karet yang didiamkan pada pengaliran menuju alat penggilingan. Setelah menunggu kurang lebih satu jam, barulah gumpalan lateks tersebut digiling sehingga membentuk lembaran-lembaran karet dengan ketebalan pada setiap lembaran karet tersebut setebal 3 cm.

Lembaran-lembaran karet hasil penggilingan tersebut kemudian dikeringkan dahulu sebelum diangkut ke proses pengasapan. Lembaran lateks yang digiling tersebut harus berbentuk lembaran panjang dan diusahakan supaya tidak terbentuk lembaran pendek. Lembaran karet tersebut tidak membentuk lembaran rata, akan tetapi lembaran terbentuk dengan lembaran berbintik-bintik yang telah dibuat pada alat penggilingan. Proses pembuatan bintik-bintik ini supaya karet tidak mudah rusak oleh jamur dan pengaruh lainya. Setelah kering, kemudian lembaran karet di angkut ke ruang pengasapan.

Gambar 13. Alat penggilingan karet f. Pengeringan/pengasapan

Proses pengasapan adalah proses yang di lakukan untuk merubah warna lembaran karet dari warna putih menjadi warna cokelat. Pada proses pengasapan ini juga dilakukan untuk mengeringkan lembaran karet. Proses pengasapan dilakukan pada sebuah ruangan yang disebut kamar asap. Proses pengasapan dilakukan sebanyak lima hari dengan bahan bakar yang digunakan adalah kayu karet 2,5 sampai dengan 3 ton setiap harinya, tergantung pada banyaknya produksi.

Setiap harinya proses pengasapan di lakukan dengan kamar asap yang mempunyai suhu yang berbeda beda. Suhu kamar sesuai hari lembaran karet dalam kamar asap sebagai berikut :

a. Hari pertama suhu yang digunakan adalah 40 derajat celcius b. Hari kedua suhu yang digunakan adalah 45 derajat celcius c. Hari ketiga suhu yang digunakan adalah 50 derajat celcius, d. Hari keempat suhu yang digunakan adalah 55 derajat celcius

e. Hari kelima atau hari terakhir suhu yang digunakan adalah 60 derajat celcius Setiap kamar asap, suhu tidak boleh kurang atau lebih. Jika suhu kurang atau melebihi suhu yang di tentukan, maka akan sangat berpengaruh pada hasil yang

didapatkan. Setelah lima hari berada di dalam kamar asap, kemudian lembaran lembaran karet di angkut keruang sortasi dengan warna lembaran karet yang sudah ditentukan dan layak masuk kedalam ruang sortasi.

Pengeringan bertujuan untuk mengawetkan sheet supaya tahan lama saat disimpan karena dengan menggunakan asap yang mengandung fenol akan dapat mencegah tumbuhnya mikroorganisme dalam sheet, untuk mengeringkan sheet supaya tida mudah diserang mikroorganisme, untuk memberikan warna coklat muda dengan asap sehingga mutunya meningkat. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan kayu bakar dan panas. Perlu pengaturan sirkulasi udara dan jumah asap untuk mendapatkan hasil pengeringan yang baik.Lembaran-lembaran yang telah dihasilkan dari mesin penggiling selanjutnya akan dikeringkan dengan cara dijemur pada selayan-selayan di pabrik. Salah satu alasan kenapa di pabrik selalu tinggi bertujuan sebagai penjemuran lembaran sheet. Lembaran lembaran yang telah dihasilkan dari mesin penggiling selanjutnya akan dikeringkan dengan cara dijemur pada selayan selayan di pabrik. Salah satu alasan kenapa di pabrik selalu tinggi bertujuan sebagai penjemuran lembaran sheet (Williams, 1975).

g. Sortasi dan pembungkusan

Sortasi adalah proses pengumpulan lembaran lembaran karet sebelum pengepakan. Pada ruang sortasi ini lembaran lembaran karet akan dipisahkan sesuai warna dari karet yang disebut Riber Smoked Sheat dan di singkat dengan RSS. Dalam proses sortasi, lembaran karet di bedakan dengan empat RSS yaitu RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan RSS 4.

Proses cutting juga dilakukan di dalam ruang sortasi. Proses cutting, dilakukan pemeriksaan terhadap karet karet yang rusak. Kerusakan pada karet dapat dilihat dengan adanya warna putih pada lembaran lembaran karet dengan menggunakan lampu neon warna putih, kemudian lembaran karet yang mempunyai warna bintik- bintik putih di dalamnya akan digunting. Lembaran karet yang bersih dari bintik bintik berwarna putih disimpan sesuai warna RSS masing masing dan lembaran karet yang memiliki warna bintik bintik putih di simpan untuk didaur ulang.

Gambar 15. Proses sortasi. h. Pengepakan

Proses pengepakan dilakukan di dalam ruang sortasi. Pengepakan di lakukan dengan melakukan penimbangan terlebih dahulu. Untuk RSS yang utuh berat yang

harus ditimbang untuk pengepakan adalah 113/ ball, sedangkan untuk cutting 116/ ball. Namun setiap pengepakan tidak semuanya mempunyai berat seperti yang ditentukan di atas. Berat dari pengepakan dapat disesuaikan dengan pesanan pemasok. Sebelum dilakukan pengepakan, lembaran karet tersebut dipress terlebih dahulu dan kemudian dilakukan pengepakan setelah itu lembaran karet tersebut dibungkus yang dinamakan pembungkusan ball dan diberi merk.

Lembaran karet di bedakan dengan empat RSS yaitu RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan RSS 4. Setiap RSS di bedakan dengan warna dari lembaran karet tersebut. RSS 1,2,3, dan 4 mempunyai warna sama yaitu warna cokelat tetapi ada perbedaan di setiap RSS seperti contoh RSS1 lebih cokelat di bandingkan RSS4 yang mempunyai warna cokelat kehitaman, begitu juga pada RSS2 dan RSS3 dimana keempatnya mempunyai warna mirip namun berbeda.

Gambar 17. Pengepakan karet. Gambar 16. Pengepresan karet.

Menurut Djumarti (2011)dasar penentuan mutu RSS secara visual dan organoleptik adalah sebagai berikut:

a. Jumlah kapang b. Keseragaman warna

c. Noda oleh benda asing (kebersihan) d. Gelembung udara

e. Kekeringan

f. Berat antara 1-1,5 kg per lembar

g. Tebal sheet 2,5-3,5 mm dan lebarnya 4,5 mm

Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, sebagai berikut:

1. Faktor dari kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain).

2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau keadaan lateks tidak stabil).

3. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik terbuat dari aluminium atau baja tahan karat).

4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu). 5. Kualitas air dalam pengolahan.

6. Bahan-bahan kimia yang digunakan. 7. Komposisi lateks.

Karet alam yang berasal dari lateks Hevea brasiliensis, terutama poli-cis-isoprena mengandung jejak kotoran seperti protein, kotoran dll. Karet alam adalah polimer isoprene (C5H8) yang mempunyai bobot molekul yang besar. Susunannya adalah –CH–

C(CH3)=CH–CH2– . Karet Hevea yang diperoleh dari pohon Hevea brasiliensis adalah bentuk alamiah dari 1,4–polyisoprene. Karet jenis ini memiliki ikatan ganda lebih dari 98% dalam konfigurasi cisnya yang penting bagi kelenturan atau elastisitas polyisoprene. Lebih dari 90% cis –1,4 polyisoprene digunakan dalam industri karet Hevea. Meskipun bersifat sangat baik dalam hal kinerja mekanik, namun karet alam sering kalah dengan karet sintetis tertentu, terutama yang berkaitan dengan stabilitas termal dan kompatibilitas dengan produk minyak bumi. Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah:

1. Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna,

2. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah, 3. Mempunyai daya aus yang tinggi,

4. Tidak mudah panas, dan

5. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan.

Karet sintetis dibuat dengan polimerisasi berbagai pre-kursor berbasis minyak bumi yang disebut dengan monomer. Jenis karet sintetis yang paling umum adalah stirena-butadiena (SBR) yang berasal dari kopolimerisasi stirena dan 1,3 butadiena. Karet sintetis lainnya dibuat dari isoprene (2 metil dan 1,3 butadiena), Chlorophene (2 Kloro dan 1,3 butadiena), dan isobutilena (metal prophene). Monomer ini dapat dicampur dalam berbagai proporsi untuk dikopolimerisasikan guna menghasilkan produk dengan berbagai sifat fisik, mekanik, dan kimia. Monomer dapat diproduksi murni, penambahan additif dapat dikontrol guna memberikan sifat yang optimal.

Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam

usaha industri seperti mesin-mesin penggerak.Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang), sepeda karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.

Manfaat hasil olahan karet a. Manfaat karet alam

Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Barang yang dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kenderaan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang) sepatu karet, sabuk, penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator dan bahan-bahan pembungkus logam. Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran, misalnya, shockabsorber’s(Nopianto,2009).

Karet juga bisa dgunakan untuk tahanan dudukan mesin. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil dan pada alat- alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getar serta tidak tembus air. Dalam pembuatan jembatan sebagai penahan getaran juga digunakan karet. Bahan karet yang diperkuat dengan

Gambar 19. Karet sintetis. Gambar 18. Karet alam.

benang-benang sehingga cukup kuat, elastis dan tidak menimbulkan suara yang berisik dapat dipakai sebagai tali kipas mesin. Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara dan macam-macam oil seals banyak juga yang menggunakan bahan baku karet, walau kini ada yang menggunakan bahan plastik. Bagian-bagian ruang atau peralatan-peralatan yang terdapat dalam bagunan-bangunan besar banyak yang dibuat dari bahan karet, seperti alas lantai dari karet yang dapat dibentuk dengan bermacam-macam warna dan desain yang menarik(Nopianto,2009).

Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem, perekat barang, selang air, kasur busa serta peralatan menulis juga menggunakan karet sebagai bahan pembuatnya. Peralatan dan kenderaan perang juga banyak yang bagian- bagiannya dibuat dari karet, misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja, truk-truk besar, dan jeep. Sebagai pencegah lecet atau rusaknya kulit dan kuku ternak karena lantai semen yang keras, maka alas lantai yang dibuat dari karet banyak dipergunakan di peternakan peternakan besar. Alas lantai dari karet ini mudah dibersihkan dan cukup meyehatkan bagi ternak seperti sapi dan kerbau(Nopianto,2009).

b. Manfaat karet sintetis

Karet sintetis memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh karetalam, maka dalam pembuatan beberapa jenis bahan banyak digunakan bahan baku karet sintetis. Jenis NBR yang memilki ketahanan tinggi terhadap minyak biasa digunakan dalam pembuatan pipa karet untuk bensin dan minyak, membran seal, gask et serta barang lain yang banyak dipakai untuk peralatan kenderaan bermotor atau industri gas.

Jenis CR yang tahan terhadap nyala api banyak digunakan dalam pembuatan pipa karet, pembungkus kabel. Seal, gasket dan sabuk pengangkut. Perekat kadang- kadang dibuat dengan menggunakan jenis CR tertentu. Sifat kedap terhadap gas yang dimiliki oleh jenis IIR dapat dimanfaatkan untuk pembuatan ban kenderaan bermotor, juga pembalut kawat listrik, serta pelapis bagian dalam tangki penyimpan lemak atau minyak. Jenis EPR juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kabel listrik(Nopianto,2009).

Sebenarnya manfaat karet bagi kehidupan manusia jauh lebih banyak daripada yang telah diuraikan diatas. Karet memiliki pengaruh besar terhadap bidang transportasi, komunikasi, industri, pendidikan, kesehatan, hiburan dan banyak bidang kehidupan lain yang vital bagi kehidupan manusia. Manfaat secara tak langsung pun banyak yang dapat diperoleh dari barang yang dibuat dari bahan karet.Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran. Misalnya shockabsorbers. Karet bisa juga dipakai untuk tahanan dudukan mesin. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air. Dalam pembuatan jembatan sebagai penahan getaran juga digunakan karet. Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran. Karet juga bisa dipakai untuk tahanan dudukan mesin serta dipasang pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lainnya.

Selama lebih dari tiga dekade (1970-2005), areal perkebunan karet di Indonesia meningkat sekitar 1,27% per tahun. Namun, pertumbuhan ini hanya terjadi pada areal

karet rakyat (± 1,6% per tahun), sedangkan pada perkebunan besar negara dan swasta cenderung menurun. Dengan luasan sekitar 3,3 juta ha pada tahun 2005, mayoritas (85%) perkebunan karet di Indonesia adalah perkebunan rakyat, yang menjadi tumpuan mata pencaharian lebih dari 15 juta jiwa. Dari keseluruhan areal perkebunan rakyat tersebut, sebagian besar (± 91%) dikembangkan secara swadaya murni, dan sebagian kecil lainnya yaitu sekitar 288.039 ha (± 9%) dibangun melalui proyek PIR, PRPTE, UPP Berbantuan, Partial, dan Swadaya Berbantuan.

Tabel5.Luas areal perkebunan karet

Deskripsi Areal(‘000 ha)

1970 2005

Perkebunan rakyat 1.613 (78) 224 (10)

Perkebunan negara 281(12) 2.767 (85)

Perkebunan swasta 238(7) 275 (8)

Total 2.318 (100) 3.280 (100)

Keterangan : angka dalam kurung adalah persentase

Berbeda dengan tingkat pertumbuhan areal yang relatif rendah, pertumbuhan produksi karet nasional selama kurun waktu 1970-2005 relatif tinggi yaitu sekitar 3,89% per tahun. Hal ini disebabkan terjadi peningkatan areal perkebunan karet rakyat yang menggunakan klon unggul yang produktivitasnya cukup tinggi. Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan pertumbuhan produksi tertinggi terjadi pada perkebunan rakyat (4,33% per tahun), sedangkan pertumbuhan produksi perkebunan besar swasta dan negara masing-masing hanya sekitar 3,88% dan 1,77% per tahun.

Tabel6. Produksi karet

Deskripsi Areal(‘000 ha)

1970 2005

Perkebunan rakyat 571 (73) 118 (15)

Perkebunan Negara 96 (12) 1.839 (81)

Perkebunan swasta 210 (9) 222 (10)

Total 785 (100) 2.271 (100)

Namun demikian secara umum produktivitas karet rakyat masih relatif rendah (796 kg/ha/th) bila dibandingkan dengan produktivitas perkebunan besar negara (1.039 kg/ha/th) maupun swasta (1.202 kg/ha/th). Hal ini, antara lain, disebabkan sebagian besar (>60%) tanaman karet petani masih menggunakan bahan tanam asal biji (seedling) tanpa pemeliharaan yang baik, dan tingginya proporsi areal tanaman karet yang telah tua, rusak atau tidak produktif (± 13% dari total areal). Pada saat ini sekitar 400 ribu ha areal karet tidak produktif karena dalam kondisi tua dan rusak. Selain itu sekitar 2-3% dari areal tanaman menghasilkan (TM) yang ada setiap tahun akan memerlukan peremajaan. Dengan kondisi demikian, sebagian besar kebun karet rakyat masih menyerupai hutan karet.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Proses produksi karet terdiri dari beberapa urutan proses yaitu penerimaan lateks, pengenceran lateks, pengaliran cairan lateks, proses penggumpalan, penggilingan, penagasapan, sortasi, dan pengepakan.

2. Lembaran karet di bedakan dengan empat RSS yaitu RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan RSS 4.

3. Areal perkebunan karet di Indonesia meningkat sekitar 1,27% per tahun. Perkebunan rakyat 224ha, perkebunan Negara 2.767ha, dan perkebunan swasta 275ha. Sedangkan produksi karet pada perkebunan rakyat 118ha, perkebunan Negara 1.839ha, dan perkebunan swasta 222ha (tahun 2005).

B. Saran

Sebaiknya dalam praktikum pengolahan lebih dipandu lagi agar mahasiswa lebih mengerti proses pengolahan karet.

DAFTAR PUSTAKA

Djumarti. 2011. Diktat Kuliah Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula, dan Lateks. FTP UJ.Jember

Goutara, B. Djatmiko, W. Tjiptadi. 1985. Dasar Pengolahan Karet. IPB. Bogor

Habibie.2009. MengenalTanaman Karet (On-

Line).http://habibiezone.wordpress.comdiakses tanggal 19 Desember 2013.

Siregar,Rudi.2009.Morfologi Tanaman Karet (On-Line). http://rudisiregar .blogspot.comdiakses tanggal 19 Desember 2013.

Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya Dan Pengolahan. Kanisius. Jakarta. Suseno,RS. Suwarti. 1989. Pedoman Teknis Pengolahan Karet Sheet yang Diasap.

Balai Penelitian Perkebunan Bogor, Bogor.

Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea.BalaiPenelitianTeknologi Karet Bogor. Bogor

Williams, C. N., 1975. The Agronomy of the Major Tropical Crops. OxfordUniversityPress. New York.

Dalam dokumen Laporan Praktikum Teknologi Produksi Tan (Halaman 100-118)

Dokumen terkait