• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Teknologi Produksi Tan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Teknologi Produksi Tan "

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN

ACARA I

PENGOLAHAN LAHAN

Oleh :

Aprilliane Briantika L A1L013055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea,disebut

dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet merupakan salah

satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi

Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Upaya peningkatan produktivitas

tanaman tersebut terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca

panen. Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang

banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan

tanaman ini. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan

habitatnya maka pertumbuhan tanaman akan terhambat.

Karet merupakan salah satu sumber pendapatan, kesempatan kerja maupun devisa

negara. Kesuburan tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman karet. Oleh sebab itu kesuburan tanah pada perkebunan karet perlu dijaga

dengan pengolahan tanah yang optimal. Tanah merupakan sumberdaya alam yang dapat

diperbaharui, namun mudah mengalami kerusakan atau degradasi.

Tanah dapat mengalami kerusakan biasanya sering menimbulkan masalah yang

baru karena ternyata sumberdaya alam tersebut tidak dapat dipergunakan lagi atau tidak

dapat lagi mendukung kehidupan dan aktifitas untuk pertumbuhan tanaman selanjutnya.

Kerusakan tanah dan lahan dapat terjadi oleh kehilangan unsur hara dan bahan organik

(3)

air, dan erosi. Tanaman karet dapat tumbuh diberbagai kondisi tanah, namun hal ini

tentunya juga perlu adanya pengolahan tanah yang optimal untuk menunjang hasil

pertumbuhan tanaman karet yang dapat menghasilkan produk getah karet yang

diinginkan.

B. Tujuan

1. Mengetahui pengolahan tanah untuk tanaman karet

2. Mengetahui tipe teras yang biasa digunakan pada lahan tanaman karet

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Karet merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang mempunyai peran

cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

sumber pendapatan, dan devisa negara. Luas areal perkebunan karet Indonesia

merupakan yang terluas didunia, yaitu sekitar 3,4 juta ha, Karet merupakan komoditas

perkebunan yang peranannya sangat penting di Indonesia. Selain sebagai sumber devisa

Negara kedua setelah perkebunan kelapa sawit, karet juga mampu mendorong

pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangannya.

Produktivitas perkebunan besar Negara 1.327 kg/ha dan perkebunan besar swasta

sebesar 1.565 kg/ha. Rendahnya produktivitas tersebut disebabkan oleh usia tanaman

lebih dari 20 tahun, pemeliharaan kebun kurang baik dan sebagian tanaman

menggunakan bahan tanam biji sapuan (seedling), bukan dari klon unggul. (Direktorat

Jendral Bina Produksi Perkebunan,2010).

Tanaman karet juga telah menghidupi jutaan orang, karena sebagian besar

perkebunan karet diusahakan oleh rakyat. Luas total perkebunan karet di Indonesia telah

mencapai 3.262.291 hektar. Dari total areal tersebut, 84,5% merupakan kebun milik

rakyat, 8,4% milik swasta dan hanya 7,1% milik negara (Setiawan dan Andoko, 2010).

Dari segi luas lahan, perkebunan karet rakyat terbesar, namun produktifitasnya masih

rendah yakni 926 kg/ha jika dibandingkan produktivitas perkebunan besar swasta

sebesar 1.565 kg/ha. Selain produksi lateks, pohon karet yang telah habis masa

(5)

Penanaman karet dikenal dengan dua istilah yaitu replanting dan newplanting.

Replanting adalah usaha penanaman ulang di areal karet karena tanaman lama sudah tidak produktif lagi sedangkan newplanting adalah usaha penanaman karet di areal yang

belum pernah dipakai untuk budi daya karet. Pengolahan tanah dan persiapan tanam

kedau cara ini tidak jauh berbeda, yang berbeda hanya penebangan pohon lama dan

pohon-pohon besar atau alang-alang. Persiapan tanam sebenarnya merupakan

perencanaan sebelum penanaman. Persiapan yang teliti akan mengurangi biaya dan

pekerjaan (Yardha, dkk. 2007).

Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah yang

merupakan salah satu kegiatan sebelum tanaman karet ditanam. Pengolahan tanah

dilakukan agar tanaman karet tumbuh subur dengan baik dan unsur haranya terpenuhi

selain itu pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan

manajemen penyadapan. Selama ini usaha peningkatan produksi lateks dilaksanakan

melalui berbagai usaha antara lain melaksanakan teknis budidaya yang baik

(Rusdi,2014).

Intensitas pengolahan tanah untuk setiap lahan berbeda-beda. Pembukaan hutan

primer, pertama dilakukan penebangan pohon kemudian batang dan cabang-cabangnya

dipotong-potong agar dapat diangkut ke tempat lain dan mudah menjadi kering serta

tidak mengganggu pekerjaan selanjutnya. Pembongkaran tunggul harus dilakukan

karena, pembabadan atau penebasan semak- semak dan pembakaran sisa-sisa tumbuhan

tersebut untuk pembersihan lahan. Pelaksanaan pengolahan tanah dengan pembajakan

atau pencangkulan untuk meratakan dan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.

(6)

perkebunan karet. Pembuatan teras juga penting, baik teras individual ataupun teras

kolektif. Selain itu pembuatan jalan-jalan kebun sangat perlu untuk memperlancar

(7)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara ini adalah kamera, alat tulis,

jas almamater, perkebunan karet yang akan dikunjungi (perkebunan karet Krumput

PTPN IX).

B. Prosedur Kerja

1. Perkebunan yang akan dikunjungi ditentukan terlebih dahulu

2. Kunjungan diadakan di PTPN IX Krumput pada hari sabtu tanggal 21 November

2015

3. Kondisi perkebunan di PTPN IX Krumput diamati

4. Pengarahan tentang budidaya tanaman karet dilakukan mulai dari sistem budidaya

sampai pasca panen.

(8)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil praktikum lapangan yang dilakukan di PTPN IX Krumput adalah kondisi

lahan pada perkebunan Krumput jenis tanahnya latosol, berbukit. Kemiringan lahan 40ᴼ

- 45 . Syarat tumbuh tanaman karet pada perkebunan Krumput adalah 150ᴼ -250 m dpl. Kondisi pengolahan lahan buat penanaman karet ada beberapa yang menggunakan

teknik tradisonal atau secara manual cangkul dan ada juga yang menggunakan mesin

yaitu menggunakan traktor lahan kering. Pembuatan lubang tanam pada perkebunan

dapat menggunakan mesin dan manual dengan cangkul. Pengolahan lahan dengan

mengunakan traktor groan biasanya digunakan untuk tanah yang kering. Biasanya

pengolahan tanah dibagian pertanaman di kanan dan kiri tanaman karet dibuat lubang

untuk pemberian pupuk fungsinya untuk diisi dengan seresah daun sehingga menjadi

pupuk organik. Lahan pertanaman karet dikebun Rumput di buat rorak pembuatan

rorak ini berfungsi untuk menyimpan nutrisi pada waktu musim kemarau agar menjaga

erisi dan kelembapan tanah. Rorak dibuat dengan lebar 40 cm dan panjangnya 1 m dan

dibuat zig zag agar air tidak langsung kebawah. Teras yang digunakan pada perkebunan

(9)

B. Pembahasan

Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dengan berbagai syarat tumbuh yang

telah ditentukan. Tanaman karet yang memiliki produktivitas atau memiliki umur

panjang maka sebelumnya harus memenuhi perayaratannya salah satunya untuk

memastikan lahan yang sesuai atau tidak merupakan hal penting karena setiap tanaman

memerlukan syarat-syarat khusus untuk pertumbuhannya. Karet merupakan tanaman

tahunan, sehingga jika diketahui produktivitasnya rendah diperlukan waktu

bertahun-tahun untuk peremajaannya.

Stacking (Rumpuk Mekanis) adalah bagian dari urutan pelaksanaan pekerjaan Land Clearing (LC) setelah pekerjaan tebang dilakukan, dengan maksud mengumpulkan

, memotong, mencabut tunggul dan lain-lain dengan menggunakan alat berat Excavator,

Bulldozer atau manual atau sejenisnya. Perkebunan PTPN IX Krumput sudah dilakukan

pembabatan semak biasanya menggunakan cangkul,penebangan pohon biasanya dipilih

pohon ekonomis lebih dahulu kemudian yang lain, arah tebang memperhatikan

topografi, pembongkaran tonggak ,pembakaran seperti daun dan ranting,pengolahan

tanah,pembuatan lubang tanam, Pengendalian ilalang biasanya secara manual, mekanis,

kimia, untuk penggunaan bahan kimia sendiri biasanya menggunakan posfat untuk

mengendalikan ilalang sedangkan Turformin untuk gulma berdaun lebar aplikasinya

dengan kedua bahan kimia dicampurkan baik Posfat maupun Turformin lalu dilakukan

penyemprotan langsung pada gulma.

Pengolahan tanah PTPN IX Krumput secara manual menggunakan cangkul untuk

(10)

tanam untuk pemberian pupuk agar unsur haranya terpenuhi didalam tanah tetapi

sekarang dengan alat berat seperti traktor lebih efisien dimulai dengan pemberian

tanda, yaitu patok-patok berikut tanda pengenal untuk membantu operator dalam

mengerjakan pengolahan tanah, terutama untuk lahan miring yang akan sekaligus

membuat alur teras dan barisan tanam. Traktor yang digunakan traktor lahan kering

mempermudah proses pengolahan tanah dan lebih cepat atau efisien. Menggunakan

cangkul atau traktor gunanya meratakan atau memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia

tanah.Pembuatan saluran-saluran air untuk drainase sangat penting,selain itu pembuatan

teras baik teras individual maupun teras kolektif dan pembuatan jalan-jalan kebun

sangat perlu untuk memperlancar berbagai macam pekerjaan yang akan dilaksakan

dikebun

Pengolahan lahan perlu diperhatikan, supaya tidak terjadi pembalikan tanah yaitu

lapisan top soil yang subur tergusur sehingga tinggal lapisan subsoil. Terbaliknya

lapisan tanah ini dapat dihindari dengan cara menumpuk dan menyimpan untuk

sementara lapisan top soil ditempat tertentu. Setelah pekerjaan semua selesai, maka

bagian tanah atas dikembalikan kembali proses membolak balikkan tanah ini berfungsi

untuk mengurangi hama yang menaruh telur-telurnya dibawah tanah akan mati dan

patogen penyebab penyakit seperti jamur akar sehingga akan lebih menguntungkan pada

saat awal penanaman, maka dari itu selain pengolahan tanah perlu juga pembersihan

lahan.

Tanaman karet tumbuh didaerah tropis,ketinggian tempat yang baik untuk

pertanaman karet didataran rendah optimal 200 m dpl sedangkan jika ketinggian tempat

(11)

daerah dengan curah hujan antara 1.500 – 4.000mm pertahun dan merata sepanjang

tahun yang terbaik antara 2.500 – 4.000 mm dengan 100 – 150 hari hujan. Angin yang

terlalu kencang dapat mengakibatkan kerusakkan pada tanaman karet yang bersal dari

klon – klon tertentu yang peka terhadap angin kencang. Tanah yang baik untuk

pertanaman karet yaitu tanah vulkanis sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet

adalah solumnya cukup dalam, sampai 100cm tidak terdapat bebatuan,aerasi dan

dranase baik,tanahnya remah,porus dapat menahan air,tekstur terdiri atas 35% liat dan

30% pasir,tidak bergambut,kandungan unsur hara N,P,K tercukupi, pH 4,5 – 6,5,

kemiringan tidak lebih dari 16%,permukaan air tanah tidak lebih kurang dari 100 cm

(djoehana,1993). Syarat tumbuh tanaman karet pada perkebunan Krumput adalah

150-250 m dpl dan jenis tanahnya latosol, berbukit dengan kemiringan lahan 40 - 45 .ᴼ ᴼ Kondisi perkebunan di PTPN IX Krumput, tanaman belum menghasilkan di lahan

4 luas lahannya 42 hektar,okulasinya 6666 perhektar, jarak tanam 3m x 5 m. Di lahan

tanam belum menghasilkan ditanam PB 260 Klon atas. Di TBM ini dilakukan

pengelolaan tanah atau lahan untuk pertanaman tanaman karet. Pengolahan lahan

dengan mengunakan traktor groan biasanya digunakan untuk tanah yang kering. Secara

manual menggunakan cangkul ini dapat mempercepat proses pengolahan tanah yang

ada dilahan perkebunan karet. Biasanya pengolahan tanah dibagian pertanaman di

kanan dan kiri tanaman karet dibuat lubang untuk pemberian pupuk fungsinya untuk

diisi dengan seresah daun sehingga menjadi pupuk organik. Lahan pertanaman karet

dikebun Rumput di buat rorak pembuatan rorak ini berfungsi untuk menyimpan nutrisi

(12)

dengan lebar 40 cm dan panjangnya 1 m dan dibuat zig zag agar air tidak langsung

kebawah.

Tanah yang landai biasanya hanya dibuatkan rorak. Galian yang dibuat di sebelah

pokok tanaman untuk drainasi, menampung erosi dan menempatkan bahan/pupuk

organik. Rorak ini berguna sebagai pencegahan erosi dan sebagai saluran air yang perlu

diperhatikan bahwa rorak dan saluran air ini jangn sampai memiliki kemiringan aliran

yang tajam karena kan menyebabkan tanah mengalami erosi atau longsor ( Tim

penululis PS,1992).

Kondisi perkebunan di PTPN IX Krumput lubang tanam yang baik dalam

pertanaman perkebunan yang ada di Rumput menggunakan lubang tanam dengan

kedalaman 60 cm,lebar 60 cm,panjangnya 60 cm. Menurut Djoehana ,1993 lubang

tanam di buat 2 – 6 bulan sebelum saat tanam tiba. Selama menggu saat tanam, tanah

galian akan mengalami perbaikkan sifat –sifat fisik dan kimia sebagai hasil adanya

pengaruh iklim. Pembutan lubang tanam hendaknya menggunakan ukuran lubang yang

sesuai dan optimal dengan sifat tanah dan jenis bibit yang akan ditanam. Ukuran lubang

tanam yang umum digunakan 60cm x 60 cm x 60 cm atau 80 cm x 80 cm x 80 cm.

Bentuk tanah diperkebunan biasanya tidak semuanya mendatar ada juga yang

berbukit-bukit.Tanah yang memiliki kemiringan memiliki kemiringan 10 hendaknya

dibuat teras dengan lebar teras minimal 1,5 m. Jarak antara teras yang satu dengan yang

lain 7 m untuk jarak tanam (7 x 3) biasanya agar jarak tanamnya merata menggunakan

waterpas. Kemiringan yang sama dibuat satu teras tetapi jika terasnya semakin melebar sebaiknya dibuat teras anakan dengan jarak tidak lebih dari setengah lebar teras.

(13)

galian diurukdibagian bawahnya hingga terbentuk teras. Pembuatan teras dimaksudkan

agar tanah tidak mudah tererosi (Tim penulis PS,1992).

Ada beberapa macam teras yang digunakan diperkebunan PTPN IX Krumput

yaitu sebagai berikut :

a. Teras individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada masing – masing individu pohon

sehingga jumlah per hektar bergantung pada jumlah populasi pohon. Sistem teras ini

umunya digunakan pada komoditas perkebunan berupa pohon. Teras ini dibuat

disekeliling pohon, dengan memotong kemiringan lahan sampai datar atau agak miring

ke arah kedalam atau berlawanan arah dengan kemiringan. Teras individu berguna untuk

mengurangi erosi, meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman, memfasilitasi

pemeliharaan seperti penyiangan gulma dan pemupukan. Teras individu dipelihara

setiap pelaksanaan pengoretan gulma dan pemupukan. Teras individu yang

dikombinasikan dengan tanaman penutup tanah tergolong efektif dalam mengendalikan

erosi.

(14)

Teras kontur adalah teras yang dibuat mengikuti garis kontur sebagai jalur barisan

tanaman, dan semua aktivitas pengelolaan kebun seperti pemanenan, jalan panen, dan

jalan pemeliharaan. Teras kontur dibuat pada saat penyiapan lahan perkebunan yang

mempunyai kemiringan 26 – 36%.

c. Teras Bangku

Teras bangku atau teras tangga (bench terrace) adalah teras yang dibuat dengan

cara memotong kelerengan dan menimbulkan serta menguatkan tanah ke bagian

bawahnya sehingga membentuk deretan bangunan seperti tangga dibuat sedikit miring

ke dalam agar air lebih banyak meresap. Tebing teras ditanami rumput, bibir tebing

ditanami tanaman penguat teras. Fungsi utama teras bangku adalah untuk

memperlambat aliran permukaan sehingga menekan erosi, menampung dan

menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak tanah,

meningkatkan laju infiltrasi air, mempermudah pengolahan tanah dan pengolahan

(15)

Lahan pertanaman karet mengunakan teras secara umum ada beberapa fungsi teras

yaitu sebagai berikut :

a. Mengurangi aliran permukaan air (Run-off) yang akan mengurangi bahaya erosi.

b. Memperbesar daya infiltrasi dan penyimpanan air tanah (meningkatkan

efektivitas pemupukan).

c. Memudahkan pemeliharaan tanaman.

d. Sebagai tempat penaburan pupuk

Pembukaan ulangan atau konservasi perlu dilakukan diperkebunan PTPN IX

Krumput di bagian TM ( Tanaman menghasilkan) karena belum adanya LCC disekitar

tanaman karet. Perlunya LCC di bagian TM untuk menghindari terjadinya erosi dan

perlunya pembersihan lahan agar tidak terlalu lembab tanahnya jadi tanaman tidak

terserang jamur. Selain itu jarak tanam penanaman 1 m dari pertanaman karet di tanami

(16)

mengahsilkan) sudah menggunakan LCC Mucuna. Mucuna sendiri memiliki kelebihan

sebagai tanaman LCC yaitu subur,tahan panas,sangat bisa menjaga kelembapan tanah.

Tanaman penutup tanah berperan: (1) menahan atau mengurangi daya perusak

butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, (2) menambah bahan

organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3) melakukan

transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah

tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah

serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah,

sehingga mengurangi erosi (Simanjuntak, 2011).

Pembongkaran tanaman-tanaman tua pemotongan batang dan cabang,pembakaran

bagian-bagian tanaman yang tidak dimanfaatkan,perbaikan teras yang sudah ada

perbaikkan tanah jala-jalan kebun dan saluran drainase. Pembongkaran tanaman tua

untuk lahan yang luas dapat mengunakan alat-alat mekaniskarena akan lebih cepat

pelaksanaan lahan baru. Bentuk pembukaan lahan yang baik harus dibuat teras -teras

dan harus membuat pencegahan agar tidak terjadi erosi. Caranya yaitu penanaman

menurut kontur,pembuatan teras yang baik misal untuk pembuatan teras harus diatur

agar dapat dibuat teras yang lebarnya antara 1,5 – 2,5 m dan penanaman tanaman

(17)
(18)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Syarat tumbuh dari tanaman karet ialah berdasarkan iklim didataran rendah

optimal 200 m dpl sedangkan jika ketinggian tempat lebih dari 600 m dpl tidak cocok

untuk pertnaman karet. Pertanaman karet menghendaki daerah dengan curah hujan

antara 1.500 – 4.000 mm pertahun dan merata sepanjang tahun yang terbaik antara

2.500 – 4.000 mm dengan 100 – 150 hari hujan. Syarat tumbuh tanaman karet pada

perkebunan Krumput adalah 150-250 m dpl dan jenis tanahnya latosol, berbukit dengan

kemiringan lahan 40 - 45 . Pengolahan tanah penting untuk perkebunan tanaman karetᴼ ᴼ untuk membuat tanah lebih baik dan pemberian pupuk sangat penting setelah

dilakukannya pengolahan tanah agar tanah memeliki unsur hara yang baik dan

tercukupi.Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran

permukaan (run off) dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan tanah

berkurang. Teras terdiri dari dua macam, yaitu teras individu dan teras kontur.

B. Saran

Praktikum Budidaya Tanaman Tahunan ini sebaiknya lebih lama diperkebunan

Krumput karena belum sampai proses pengolahan latek sudah langsung pulang. Agar

(19)

DAFATAR PUSTAKA

Andrian, dkk. 2014. Pengaruh ketinggian tempat dan kemiringan lereng terhadap produksi karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di kebun Hapeson PTPN III Tapanuli Selatan. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol.2, No.3 : 981 – 989.

Djoehana setyamidjaja, 1993. Budidaya dan Pengolahan Karet. Kanisius. Yogyakarta

Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2010. Statistik Perkebunan Indonesia Tahun 2009-2011, Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan,Jakarta.

Mokhatar, S, J, Daud, N, W. (2011). Performance of Hevea brasiliensis on Haplic Acrisol Soil as Affected by Different Source of Fertilizer. Department of Crop Science, Faculty of Agriculture University Putra Malaysia, (1) 1: 50

Rusdi evizal. 2014. Dasar – dasar produksi perkebunan. Graha ilmu. Yogyakarta. Hal 209

Setiawan, D, H dan A, Andoko, 2010. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet, Agromedia Pustaka,Jakarta.

Simanjuntak, D dan J. matanari. 2004. Manfaat cover crops terhadap erosi dan kesuburan tanah. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. Vol 2. No 2

Tim penulis PS,1992.Budidaya dan Pengolahan, Strategi Pemasaran.Penebar swadaya.Jakarta.

(20)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN

ACARA II

PEMBIBITAN TANAMAN KARET

Oleh :

Aprilliane Briantika Louise A1L013055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan salah satu komoditas perkebunan

yang penting baik untuk lingkup Indonesia maupun bagi internasional. Indonesia pernah

menguasai produksi karet dunia dengan mengungguli produksi negara-negara lain.

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi

cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia. Tanaman karet

memiliki prospek yang sangat cerah sehingga upaya peningkatan produktivitas usaha

tani karet terus dilakukan, terutama dalam bidang teknologi budidaya. Sumber devisa

ini tentunya harus dikembangkan melalui peningkatan efisiensi pengolahan dan

optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, tenaga, modal, dan teknologi yang tersedia

tentang karet.

Perbaikan teknologi budidaya juga dapat menjadi salah satu usaha dalam

meningkatkan produksi karet di Indonesia. Persiapan pembibitan merupakan aspek

budidaya yang sangat penting dilakukan sebelum tanaman menghasilkan menjadi tua

dan kurang produktif atau umur ekonomisnya habis. Perbanyakan vegetatif mempunyai

peranan yang penting dalam budidaya tanaman perkebunan karena akan menghasilkan

tanaman yang secara genetik sama dengan induknya sehingga memiliki sifat-sifat yang

hampir seragam serta memiliki kemampuan produksi yang merata. Penyediaan bibit

tanaman karet umumnya dilakukan melalui perbanyakan vegetatif terutama

menggunakan teknik okulasi. Kendala yang terdapat dalam teknik okulasi tanaman

(22)

yang belum sesuai. Oleh karena itu pengamatan aspek-aspek yang mempengaruhi

keberhasilan okulasi perlu dilakukan.

Perusahaan Terbuka Perkebunan Nasional (PTPN) IX Krumput, Banyumas

merupakan perusahaan perkebunan yang mengusahakan tanaman karet sebagai

komoditas utamanya. Perusahaan ini memiliki beberapa teknik pembibitan dalam

budidaya karet. Berdasarkan hal tersebut perlu diadakannya praktikum pembibitan

tanaman karet di PTPN IX Krumput, Banyumas untuk mengetahui cara melakukan

pembibitan tanaman karet yang tepat dan dapat mempraktekkan secara langsung.

Produktivitas dan pertumbuhan tanaman karet dipengaruhi oleh faktor keadaan

tanaman pada awal pembibitan yaitu klon entres yang unggul dan murni, bibit batang

bawah yang prima, lingkungan tumbuh yang berhubungan dengan kondisi kesuburan,

manajemen pemeliharaan tanaman dan sistem sadapan yang disiapkan. Faktor dasar

itulah yang akan mempengaruhi dan menentukan produktifitas tanaman karet, ada

faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam budidaya tanaman karet yaitu sifat fisik

dan sifat kimia tanah, sifat mikro dan makro iklim dan keberadaan hama dan penyakit.

Rendahnya tingkat adopsi terhadap penggunaan klon unggul pada umumnya petani

belum banyak mendapatkan informasi teknologi budidaya karet,akibatnya penyebaran

klon-klon unggul tidak sesuai dengan anjuran. Salah satu usahauntuk meningkatkan

produktivitas tanaman karet dapat dilakukan dengan perbaikan genetik, yaitu

(23)

B. Tujuan

1. Mengetahui cara pembibitan tanaman karet di PTPN IX Krumput, Banyumas

2. Mampu mempraktekkan cara pembibitan tanaman karet dengan teknik okulasi.

3. Mengetahui hasil pembibitan tanamn karet di PTPN IX Krumput

4. Mengetahui pemeliharan yang tepat pada pembibitan tanaman karet.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) berasal dari Brazil. Tanaman karet

berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 m dengan diameter batang cukup besar.

Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan percabangan di bagian atas.

Batang mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Tanaman ini merupakan

sumber utama bahan karet alam dunia. Ada 2 jenis karet yaitu karet alam dan karet

sintesis. Setiap jenis karet ini memiliki karakteristik yang berbeda sehingga

keberadaannya saling melengkapi. Kelemahan karet alam bisa diperbaiki oleh karet

sintesis dan sebaliknya, sehingga kedua jenis karet tersebut tetap dibutuhkan. Karet

alam berasal dari alam yang terbuat dari getah tanaman karet. Sifat dan kelebihan karet

alam yaitu daya elastis atau daya lenting yang sempurna, tidak mudah panas, tidak

mudah retak, dan sangat plastis, sehingga mudah diolah (Setiawan, 2008).

Karet merupakan komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi didalam

upaya peningkatan devisa Indonesia. Tanaman ini diperbanyak melalui okulasi,

sehingga untuk menghasilkan bibit yang baik perlu mempersiapkan adanya batang

bawah dan batang atas. Batang bawah berupa tanaman semaian dari biji – biji klon karet

yang di anjurkan, sedangkan tanaman batang bawah berasal dari mata klon anjuran

(25)

Tanaman karet akan tumbuh baik jika ditanam di daerah yang memiliki ketinggian

antara 200–400 mdpl, kemiringan maksimum 45o dengan kualitas tanah yang baik.

Ketinggian >600 mdpl tidak cocok untuk tanaman karet karena berpengaruh terhadap

pertumbuhannya. Suhu optimal untuk tanaman karet antara 25oC - 35oC. Tanaman karet

dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan antara 1.500–4.000 mm tahun-1 dan merata

sepanjang tahun, akan tetapi tanaman karet akan tumbuh lebih baik di daerah dengan

curah hujan antara 2.500–4.000 mm tahun-1 dengan 100–150 hari hujan tahun-1

(Anwar, 2001).

Tanaman karet mempunyai masa produksi efektif selama 30 tahun setelah itu

memasuki fase menua yang ditandai dengan menurunnya produksi lateks. Jika tetap

dipelihara dan disadap maka hasil yang diperoleh tidak akan menguntungkan secara

ekonomis sehingga diperlukan peremajaaan. Proses peremajaan tanaman karet

disiapkan dalam proses pembibitan, oleh karena itu pembibitan merupakan salah satu

bagian terpenting dalam budidaya tanaman karet (Setiawan, 2008).

Pembibitan merupakan tempat penyiapan dan penyediaan bahan tanam (bibit), baik

yang berasal dari hasil perbanyakan generatif (benih) maupun vegetatif (klonal). Ada

beberapa tahapan dalam kegiatan pembibitan karet, yaitu mulai dari pengadaan biji,

persemaian biji, persemaian bibit rootstock, okulasi, pembuatan bibit polibag dan

penanaman. Pembibitan sangat diperlukan untuk penyiapan dan penyediaan bibit

tanaman perkebunan untuk memenuhi kebutuhan areal pertanaman dalam skala luas dan

hanya satu kali dalam setiap satu siklus umur ekonomis tanaman (20–25 tahun).Bibit

(26)

harus berasal dari klon unggul yang terpilih, pertumbuhan bibit dalam kondisi prima

dan terhindar dari hama dan penyakit(Amy, 2006).

Bibit tanaman karet yang akan dibudidayakan adalah hasil dari perbanyakakan

vegetatif, bibit harus berasal dari klon unggul yang terpilih, pertumbuhan bibit dalam

kondisi prima dan terhindar dari hama dan penyakit. Tanaman karet diperbanyak

melalui okulasi, sehingga untuk menghasilkan bibit yang baik perlu mempersiapkan

adanya batang bawah dan batang atas. Batang bawah berupa tanaman semaian dari

biji-biji klon anjuran, sedangkan tanaman batang bawah berasal dari mata klon anjuran

(Purwanta, 2008).

Pembibitan batang bawah berfungsi untuk menyediakan tanaman karet yang akan

digunakan untuk kebutuhan batang bawah pada teknis perbanyakan okulasi. Tanaman

untuk batang bawah harus memiliki perakaran yang kuat dan daya serap air dan hara

yang baik karena pertumbuhan suatu klon hasil okulasi tidak hanya dipengaruhi oleh

sifat fisik dan keadaan lingkungan tempat tumbuhnya, tetapi juga dipengaruhi oleh

batang bawah yang berfungsi untuk menyerap air dan hara tanah untuk kepentingan

metabolisme tanaman. Kegiatan teknis penyiapan batang bawah meliputi persiapan

lahan, penanganan benih, persemaian, dan pemeliharaan tanaman di pembibitan

(Boerhendhy, 2012).

Kriteria lahan untuk pembibitan yaitu lahan yang relatif datar, mudah dijangkau,

dekat dengan sumber air, dan bebas penyakit jamur akar putih. Hal yang harus

diperhatikan adalah lahan harus bebas dari sisa-sisa akar dan kayu untuk mencegah

penyebaran penyakit terutama jamur akar putih. Lahan diolah dengan cara dibajak dan

(27)

dengan fosfat alam (Rock phosphat) dengan dosis 600-1 200 kg ha-1 hingga siap untuk

ditanami (Boerhendhy, 2012).

Persemaian adalah pengecambahan benih karet dengan tujuan untuk memperoleh

batang bawah yang seragam dengan cara memisahkan (seleksi) bibit yang

pertumbuhannya cepat dan baik dari bibit yang pertumbuhannya lambat dan kurang

baik. Pengecambahan benih karet sebaiknya dilakukan setelah pengolahan tanah

dikerjakan, hal ini untuk menghindari tidak tertanamnya kecambah di lapang. Benih

yang akan dijadikan benih harus memenuhi persyaratan ukuran benih seragam, kulit

benih segar, jernih, mengkilat, dan memantul bila dijatuhkan serta tidak berbunyi bila

diguncang. Benih yang baik mempunyai endosperm yang berwarna putih (Supijatno dan

Iskandar, 1998).

Perkebunan karet dalam suatu unit area atau sebagai perkebunan besar harus selalu

mengadakan peremajaan atau penanaman baru setiap tahun untuk keberlanjutan

produksi. Proses ini mengharuskan suatu perkebutan karet memiliki kebun entres yang

sesuai dengan program penanaman tersebut. Kebun entres merupakan kebun untuk

mendapatkan bahan tanaman yang unggul dan terjamin kemurniannya sebagai bahan

okulasi untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif (Robbyana, 2002).

Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan

menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman lain yang sejenis dengan tujuan

mendapatkan sifat unggul dan dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet

unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polybag, atau stum tinggi.

Teknik okulasi yang biasa dilakukan yaitu okulasi dini (pre green budding), okulasi

(28)

okulasi tersebut relatif sama, perbedaannya hanya terletak pada umur batang bawah dan

batang atasnya. Keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

kompatibilitas kambium batang bawah dan perisai mata okulasi, kondisi batang bawah

yang kering, pekerja serta peralatan dalam keadaan bersih, pisau okulasi harus tajam

dan pekerja harus teliti dan sabar (Setiawan, 2008).

Okulasi dapat dimulai apabila batang bawah yang dipersiapkan di pembibitan sudah

mempunyai kriteria matang okulasi. Kriteria matang okulasi yaitu diameter batang

bawah >2 cm, lilit batang tanaman berkisar 5–7 cm pada ketinggian 5 cm dari

permukaan tanah, mempunyai minimal 3 payung daun yang sehat, dan keadaan tunas

ujung dalam keadaan dorman sehingga kulit tidak lengket (Amy, 2006).

Pengambilan mata okulasi dari kayu entres dapat dilakukan dengan membuat

jendela pada kayu entres sebagaimana membuat jendela pada batang bawah. Perisai

mata okulasi dibuat lebih kecil dari jendela batang bawah. Mata okulasi yang terbaik

untuk calon perisai adalah mata prima yang berada di atas bekas tangkai daun.

Penyayatan perisai mata okulasi dilakukan dengan mengikutsertakan sedikit bagian

kayu. Kemudian perisai mata okulasi ditempelkan dengan cara diselipkan pada batang

bawah sesaat setelah jendela okulasi dibuka. Jendela okulasi ditekan dan diusahakan

perisai mata okulasi tidak bergerak. Jendela okulasi ditutup dan siap untuk dibalut.

Proses pembalutan bertujuan agar perisai mata okulasi benar-benar menempel pada

batang bawah serta terlindung dari air dan kotoran. Pembalutan sistem tata genteng

dengan menggunakan pita plastik transparan berukuran panjang 40 cm dan lebar 2.0–

2.5 cm. untuk bukaan dari atas, pembalutan dimulai dari atas, demikian juga sebaliknya.

(29)

sepagi mungkin jika embun pada permukaan batang yang akan diokulasi sudah kering.

Okulasi biasanya dilakukan pukul 07.00 sampai pukul 10.00 WIB (Setiawan, 2008).

Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara membuat cungkilan pada perisai

mata okulasi diluar matanya. Apabila perisai mata okulasi berwarna hijau berarti okulasi

dinyatakan berhasil dan jika perisai mata okulasi berwarna hitam berarti okulasi

dinyatakan mati. Pembukaan okulasi (Kontrol 1) dilaksanakan 21 hari setelah okulasi,

yang hidup diberi tanda plastik dan yang mati diberi tanda, kemudian dihitung baik

jumlah yang hidup maupun yang mati. (Kontrol 2) dilaksanakan 10 hari setelah kontrol

1 (31 hari setelah okulasi), yang mati tanda tali plastiknya dibuka sedangkan yang hidup

diberi tali plastik, kemudian dihitung jumlah okulasi yang hidup maupun yang mati.

(Kontrol 3) dilaksankan 10 hari setelah kontrol 2 (41 hari setelah okulasi), yang hidup

diberi tanda plastik sedangkan yang mati tali plastiknya dibuka. Untuk memudahkan

pengenalan masing-masing klon, maka sambil menghitung okulasi yang hidup pada

kontrol 3 perlu dilakukan pemberian tanda sebagai cirri klon. Okulasi dilakukan

kembali di belakang jendela okulasi yang mati pada kontol 3 (Robbyana, 2002).

Pemotongan bibit dilakukaan pada ketinggian 5–7 cm di atas jendela okulasi dengan

sudut miring 30o–45o membelakangi jendela okulasi. Penampang bekas potongan

ditutup dengan paraffin supaya luka bekas potongan tertutup dan mengurangi

penguapan. Pada musim kemarau dilakukan penyiraman setelah pemotongan untuk

mempercepat pertumbuhan tunas. Pemotongan bibit dilebihkan 5% untuk cadangan

(30)

Menurut prakiraan bahwa potensi produksi karet dapat ditingkatkan mencapai

5.000-7.000 kg/ha/th. Klon-klon karet unggul yang dihasilkansampai saat ini, mampu

mencapai potensi produksi dengan rata-rataproduksi selama 15 tahun sadap berkisar

1.500-1.800 kg/ha/th dalampenanaman skala komersial. Usaha untuk mendapatkan

klon-klon yang lebihunggul terus diupayakan melalui program pemuliaan dan seleksi,

untukmenghasilkan klon-klon unggul modern dengan produktivitas mencapailebih dari

2.500 kg/ha/th pada tahun 2005 (Anwar, 2001).

Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkanklon-klon karet

unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. PadaLokakarya Nasional

Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telahdirekomendasikan klon-klon unggul baru

generasi-4 untuk periode tahun2006–2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42,

IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan

pelepasannyasedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon

tersebutmenunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi,tetapi

memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya.Oleh karena itu

pengguna harus memilih dengan cermat klon-klonyangsesuai agroekologi wilayah.

Tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima

tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri

pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet

lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya

mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi

(31)

Hutan krumput mempunyai bentuk permukaan tanah yang berbukit-bukit, sehingga

mempunyai relief perbukitan dengan ketinggian antara 50-300 m dan relief pegunungan

dengan ketinggian 730 m. daerah ini tersusun dari bahan induk vulkanik intermediet.

Bahan induk dari batuan beku dicirikan dengan tidak mempunyai kandungan fosil,

teksturnya mampat,padat, serta berstruktur homogen dengan bidang permukaan yang

sama ke semua arah dan sesuai dengan proses pembentukannya. Batuan beku vulkanik

intermediet merupakan batuan yang mencapai permukaan bumi dalam keadan cair, dan

proses pembekuannya berlangsung di atas permukaan bumi dengan kadar SiO2 antara

(32)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang digunakan dalam acara pembibitan tanaman karet adalah

mata tunas tanaman karet. Alat yang digunakan, yaitu alat tulis, lembar pengamatan,

dan gunting, pisau steril, plastik, tali rafia

B. Prosedur Kerja

1. Mahasiswa dibagi dalam beberapa rombongan dan masing-masing rombongan di

bagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 mahasiswa.

2. Praktikan berangkat menuju PT Perkebunan Nusantara IX Krumput, Banyumas,

dengan didampingi asisten dan dosen pengampu mata kuliah Budidaya Tanaman

Tahunan.

3. Praktikan mendengarkan penjelasan dari petugas perkebunan mengenai pembibitan

sampai prosesing karet.

4. Mencatat penjelasan yang diberikan oleh petugas lapang.

(33)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hari, tanggal :Sabtu, 21 November 2015

Lokasi :PTPN IX Krumput

Waktu Pelaksanaan : 08.00 – 13.00 WIB

Pembibitan di PTPN IX Krumput melalui beberapa tahapan yang berbeda tempat.

Untuk menyiapkan batang bawah pembibitan dilakukan di kebun bibit batang bawah

(rootstock), untuk kebun batang atas dilakukan di kebun entres, dan pembibitan polibag

untuk bibit yang tekah di okulasi. Tanaman yang berada pada kebun entres dapat

diambil mata tunasnya maksimal 10 kali pengambilan.

Pada praktikum di perkebunan krumput, untuk pembibitan dilakukan dengan

okulasi. Kayu okulasi yang juga sering disebut dengan batang atas merupakan tunas

atau dahan muda yang memiliki beberapa mata tunas sebagai bahan utama kegiatan

okulasi. Kayu okulasi bisa diambil dari pohon induk atau tanaman karet ditanam secara

khusus untuk menghasilkan kayu okulasi. Karena hanya dijadikan sebagai sumber

batang atas, jarak tanam di lahan khusus ini bisa dibuat rapat, yakni 50 x 100 cm atau

100 x 100 cm.

Batang atas yang diambil dari kebun khusus ini bisa dikirimkan kekebun-kebun

pembibitan yang tidak memiliki kebun batang atas. Caranya, batang atas dipotong

sepanjang 100 cm dan kedua ujungnya diolesi paraffin agar tidak terjadi

penguapan.Setiap batangdimasukan kedalam pelepah pisang untuk menjaga

(34)

Mata tunas adalah bagian tanaman batang atas yang akan diokulasikan dengan

batang bawah. Mata tunas ini setelah menyatu dengan batang bawah akan tumbuh

menjadi batang tanaman karet. Mata tunas ini terdapat di sepanjang kayu okulasi,

semakin muda kayu okulasi tersebut, semakin terlihat jelas mata tunas nya. Ada 3 jenis

mata tunas pada tanaman karet, yaitu mata daun, mata sisik, dan mata bunga.Saat

terbaik melakukan okulasi adalah pada musim hujan karena saat itu kelembaban tinggi.

Tidak dianjurkan melakukan okulasi pada pertengahan musim kemarau kerena risiko

kegagalannya sangat tinggi akibat udara kering dan panas. Sebaiknya kegiatan okulasi

dilakukan pukul 07.00-10.00, saat matahari belum bersinar terik.

Proses Pelaksanaan Pembibitan yaitu:

a. Pembibitan batang bawah: Tanah diolah dengan pencangkulan dalam (minimum 60

cm), sambil dibentuk bedeng untuk tanaman batang bawah dengan lebar 320 cm,

panjang menyesuaikan kondisi lahan dengan arah timur barat (untuk 6 baris

tanaman dengan jarak 60 cm), bedengan diratakan kemudian ditaburi pupuk dasar

yang telah dicampur dengan bubuk belerang 20 %, lahan siap ditanami.

b. Pendederan biji, biji diseleksi dengan cara direndam dalam air, biji ditanam ke

media yang telah dibuat dengan cara disusun melintang pada bedengan satu per satu,

disiram pagi dan sore secara rutin, dan ditutup dengan karung.

c. Pembibitan okulasi, dilakukan pada batang bawah yang dibersihkan dengan menggunakan kain lap dan dibuat jendela mata okulasi dengan lebar 2 cm panjang

10 cm, diambil mata okulasi dari batang entres yang telah disiapkan, kayu batang

entres dikupas lalu ditempelkan pada jendela okulasi yang telah disiapkan, dibalut

(35)

kendor agar tidak kena air saat hujan. Setelah 21 hari pembalut plastik dibuka

kemudian lakukan pemeriksaan pertama, setelah 15 hari dari pemeriksaan pertama

dilakukan pemeriksaan kedua untuk mengecek mati dan tidaknya, 15 hari setelah

pemeriksaan kedua, lakukanlah pemeriksaan ketiga atau penanaman di polibag

(pembibitan lapangan II) untuk mengetahui tumbuh tidaknya tanaman yang hasil

okulasi.

d. Pembibitan Lapangan II: bibit yang sudah dinyatakan hidup pada pembibitan lapangan I kemudian di potong batang atasnya setelah diadakan pemotongan 4-10

hari atau mata sudah meletis atau membenjol maka bibit siap untuk didongkel

dengan hati-hati agar mata tunas tidak rusak dengan panjang akar minimal 50 cm

akar tunggang, bibit yang telah didongkel, akar tunggangnya di potong setinggi

media tanam yang ada di polibag, akar serabut dibersihkan di potong dan disisakan

3-4 cm dari pangkal akar, bibit siap ditanam dalam polibag setelah ditugal terlebih

dahulu agar tidak ada akar serabut yang terlipat dan kulit akar tunggang tidak luka

(36)

B. Pembahasan

Salah satu aspek penting dalam pembudidayaan tanaman karet yaitu pembibitan.

Pembibitan merupakan tempat penyiapan dan penyediaan bahan tanam (bibit), baik

yang berasal dari hasil perbanyakan generatif (benih) maupun vegetatif (klonal).

Tahapan dalam kegiatan pembibitan karet yaitu mulai dari pengadaan biji, persemaian

biji, persemaian bibit rootstock, okulasi, pembuatan bibit polibag dan penanaman.

Pembibitan diperlukan untuk penyiapan dan penyediaan bibit tanaman perkebunan

untuk memenuhi kebutuhan areal pertanaman dalam skala luas dan hanya satu kali

dalam setiap satu siklus umur ekonomis tanaman (20–25 tahun) (Purwanta, 2008).

Bibit tanaman karet yang dibudidayakan di PTPN IX adalah hasil dari

perbanyakakan vegetative. Bibit harus berasal dari klon unggul yang terpilih,

pertumbuhan bibit dalam kondisi prima dan terhindar dari hama dan penyakit. Tanaman

karet diperbanyak melalui okulasi, sehingga untuk menghasilkan bibit yang baik perlu

mempersiapkan adanya batang bawah dan batang atas. Batang bawah berupa tanaman

semaian dari biji-biji klon anjuran, sedangkan tanaman batang bawah berasal dari mata

klon anjuran (Purwanta, 2008).

Keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya keterampilan

pekerja, kebersihan, kecepatan mengokulasi, pemilihan entres atau kayu okulasi dengan

mata tunas yang masih dorman dan keadaan iklim.Hal ini sesuai dengan pendapat

Setiawan (2008) yang menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan okulasi yaitu kompatibilitas kambium batang bawah dan perisai mata

okulasi, kondisi batang bawah yang kering, pekerja serta peralatan dalam keadaan

(37)

Mata okulasi yang telah siap dipindah tanamkan ke lapangan adalah yang telah

berpayung satu atau yang telah berumur lebih kurang 13 MST. Faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan stum meliputi kompatibelitas antara batang atas dengan

batang bawah, ukuran lilit batang bawah yang digunakan, umur entris (scion) yang

sesuai dengan batang bawah (Lasminingsih, 2006).

Kondisi iklim yang paling baik untuk dilakukannya okulasi yaitu pada awal dan

akhir musim penghujan. Pada musim kemarau tanaman karet mengalami gugur daun,

kurang baik untuk pengokulasian karena adanya gangguan fisiologis. Sedangkan pada

musim penghujan, air hujan dapat meresap pada luka okulasi yang dapat mengakibatkan

busuk. Kelembaban tinggi baik untuk perkembangan jasad renik pada sisa-sisa latex

dari luka okulasi ini dapat dapat menyebabkan kegagalan pengokulasian.

Pembibitan tanaman karet di PTPN IX Krumput, Banyumas dilakukan dengan

beberapa tahap, yaitu:

1. Penyiapan Batang Bawah

Pembibitan batang bawah berfungsi untuk menyediakan tanaman karet yang akan

digunakan untuk kebutuhan batang bawah pada teknis perbanyakan okulasi. Tanaman

untuk batang bawah harus memiliki perakaran yang kuat dan daya serap air dan hara

yang baik karena pertumbuhan suatu klon hasil okulasi tidak hanya dipengaruhi oleh

sifat fisik dan keadaan lingkungan tempat tumbuhnya, tetapi juga dipengaruhi oleh

batang bawah yang berfungsi untuk menyerap air dan hara tanah untuk kepentingan

metabolisme tanaman. Kegiatan teknis penyiapan batang bawah meliputi persiapan

(38)

a. Persiapan lahan. Kriteria lahan untuk pembibitan yaitu lahan yang relatif datar,

mudah dijangkau, dekat dengan sumber air, dan bebas penyakit jamur akar putih.

Hal yang harus diperhatikan adalah lahan harus bebas dari sisa-sisa akar dan kayu

untuk mencegah penyebaran penyakit terutama jamur akar putih. Lahan diolah

dengan cara dibajak dan digaru menggunakan cara manual atau dengan traktor serta

dilakukan pemupukan dengan fosfat alam (Rock phosphat) dengan dosis 600-1200

kg ha-1 hingga siap untuk ditanami (Boerhendhy, 2012).

b. Penanganan Benih. Benih yang digunakan hendaknya berupa benih karet yang

minimal salah satu induknya diketahui atau lebih baik lagi jika kedua induknya

diketahui, sementara itu benih sapuan atau tidak diketahui kedua tetuanya tidak baik

untuk dijadikan batang bawah. Klon-klon yang dianjurkan sebagai batang bawah

adalah klon IRR 112, IRR 118, PB 260, PB 340. Tanaman untuk batang bawah

ditanam 1.0–1.5 tahun sebelum diokulasi. Jumlah bibit per hektar berkisar antara

65.000–73.000 populasi tanaman. Kebutuhan benih untuk jumlah tersebut sekitar

100.000–120 juta butir benih (Balai Penelitian Sembawa, 2010).

c. Persemaian. Persemaian adalah pengecambahan benih karet dengan tujuan untuk

memperoleh batang bawah yang seragam dengan cara memisahkan (seleksi) bibit

yang pertumbuhannya cepat dan baik dari bibit yang pertumbuhannya lambat dan

kurang baik. Pengecambahan benih karet sebaiknya dilakukan setelah pengolahan

tanah dikerjakan, hal ini untuk menghindari tidak tertanamnya kecambah di lapang.

Benih yang akan dijadikan benih harus memenuhi persyaratan ukuran benih

(39)

tidak berbunyi bila diguncang. Benih yang baik mempunyai endosperm yang

berwarna putih (Supijatno dan Iskandar, 1998).

2. Penyiapan Batang Atas atau Kebun Entres

Perkebunan karet dalam suatu unit area atau sebagai perkebunan besar harus selalu

mengadakan peremajaan atau penanaman baru setiap tahun untuk keberlanjutan

produksi. Proses ini mengharuskan suatu perkebutan karet memiliki kebun entres yang

sesuai dengan program penanaman tersebut. Kebun entres merupakan kebun untuk

mendapatkan bahan tanaman yang unggul dan terjamin kemurniannya sebagai bahan

okulasi untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif (Robbyana, 2002).

3. Okulasi

Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan

menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman lain yang sejenis dengan tujuan

mendapatkan sifat unggul dan dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet

unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polybag, atau stum tinggi.

a. Kesiapan batang bawah. Okulasi dapat dimulai apabila batang bawah yang dipersiapkan di pembibitan sudah mempunyai kriteria matang okulasi. Kriteria

matang okulasi yaitu diameter batang bawah > 2 cm, lilit batang tanaman berkisar

5–7 cm pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah, mempunyai minimal 3 payung

daun yang sehat, dan keadaan tunas ujung dalam keadaan dorman sehingga kulit

tidak lengket (Amy, 2012).

b. Penempelan perisai okulasi. Okulasi diawali dengan menoreh batang bawah

sebanyak 10 batang setelah dibersihkan dengan kain lap bersih. Torehan dilakukan

(40)

tinggi jendela bagian bawah 5 cm dari permukaan tanah. Pengambilan mata okulasi

dari kayu entres dapat dilakukan dengan membuat jendela pada kayu entres

sebagaimana membuat jendela pada batang bawah. Perisai mata okulasi dibuat lebih

kecil dari jendela batang bawah. Mata okulasi yang terbaik untuk calon perisai

adalah mata prima yang berada di atas bekas tangkai daun. Penyayatan perisai mata

okulasi dilakukan dengan mengikutsertakan sedikit bagian kayu. Kemudian perisai

mata okulasi ditempelkan dengan cara diselipkan pada batang bawah sesaat setelah

jendela okulasi dibuka. Jendela okulasi ditekan dan diusahakan perisai mata okulasi

tidak bergerak. Jendela okulasi ditutup dan siap untuk dibalut.

c. Pembungkusan. Proses pembalutan bertujuan agar perisai mata okulasi benar-benar menempel pada batang bawah serta terlindung dari air dan kotoran. Pembalutan

sistem tata genteng dengan menggunakan pita plastik transparan berukuran panjang

40 cm dan lebar 2.0–2.5 cm. untuk bukaan dari atas, pembalutan dimulai dari atas,

demikian juga sebaliknya. Penggunaan alat pada proses okulasi harus selalu bersih

dan okulasi harus dilakukan sepagi mungkin jika embun pada permukaan batang

yang akan diokulasi sudah kering. Okulasi biasanya dilakukan pada pukul 07.00

sampai pukul 10.00 WIB (Setiawan, 2008).

d. Pemeriksaan Okulasi. Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara membuat

cungkilan pada perisai mata okulasi di luar matanya. Apabila perisai mata okulasi

berwarna hijau berarti okulasi dinyatakan berhasil dan jika perisai mata okulasi

berwarna hitam berarti okulasi dinyatakan mati. Pembukaan okulasi (Kontrol 1)

dilaksanakan 21 hari setelah okulasi, yang hidup diberi tanda plastik dan yang mati

(41)

(Kontrol 2) dilaksanakan 15 hari setelah kontrol 1 (36 hari setelah okulasi), yang

mati tanda tali plastiknya dibuka sedangkan yang hidup diberi tali plastik, kemudian

dihitung jumlah okulasi yang hidup maupun yang mati. (Kontrol 3) dilaksankan 15

hari setelah kontrol 2 (51 hari setelah okulasi), yang hidup diberi tanda plastik

sedangkan yang mati tali plastiknya dibuka. Untuk memudahkan pengenalan

masing-masing klon, maka sambil menghitung okulasi yang hidup pada kontrol 3

perlu dilakukan pemberian tanda sebagai cirri klon. Okulasi dilakukan kembali di

belakang jendela okulasi yang mati pada kontol 3 (Robbyana, 2002).

e. Pemotongan bibit. Pemotongan bibit dilakukaan pada ketinggian 5–7 cm di atas jendela okulasi dengan sudut miring 30°–45° membelakangi jendela okulasi.

Penampang bekas potongan ditutup dengan paraffin supaya luka bekas potongan

tertutup dan mengurangi penguapan. Pada musim kemarau dilakukan penyiraman

setelah pemotongan untuk mempercepat pertumbuhan tunas. Pemotongan bibit

dilebihkan 5% untuk cadangan dalam persiapan penanaman ke polibag.

Jenis klon yang digunakan oleh PTPN IX Krumput ini adalah klon IRR 112, IRR

118, PB 260, PB 340.Semua klon yang di gunakan di PTPN IX Krumput adalah klon

unggulan. Klon pilihan ini mempunyai berberapa sifat :

1. Pertumbuhan

a. Pertumbuhan sangat baik, dan mulai bisa disadap pada umur 5 tahun.

b. Mempunyai kemampuan untuk bersaing dengan pertumbuhan semak belukar

dilingkungan RAS 1.

(42)

d. Mempunyai keseimbangan dalam hal percabangan yang berguna untuk

ketahanan atas kerusakan oleh angin yang kuat.

2. Produksi

a. Mempunyai produksi getah yang tinggi.

b. Ketahanan terhadap cara penyadapan yang tidak sesuai dengan ketentuan

(misalnya frekuensi penyadapan terlalu intensif, cara penyadapan yang kasar,

luka kulit, dan lain sebagainya).

c. Mempunyai toleransi yang baik terhadap luka kayu.

d. Ketebalan kulit sedang dan regenerasi kulit yang cepat.

e. Mempunyai ketahanan terhadap penyakit di bidang sadap, seperti penyakit

phytopthora (atau garis hitam).

f. Bisa beradaptasi dengan sistem penyadapan D2, yang biasa dilakukan di

perkebunan rakyat.

g. Kemungkinan penyadapan dengan sistem D3 atau D4 dapat dirangsang.

Keunggulan dan kekurangan masing-masing klon tersebut sesuai dengan literatur

yang didapatkan, yaitu:

1. IRR 112

Keunggulan yang dimiliki oleh klon IRR 112 yaitu sebagai klon unggul baru

penghasil Lateks-Kayu. Rata-rata laju pertumbuhan lilit batang disaat TBM yaitu 13

cm/tahun dan 6 cm/tahun disaat TM. Pertumbuhan lilit batang klon IRR 112 cukup

jagur. Penyadapan dapat dilakukan pada umur 3,5 tahun, kulitnya relatif tebal, cukup

resisten terhadap Corynespora dan Colletotrichum. Potensi produksi rata-rata 2546

(43)

2. IRR 118

Keunggulan IRR 118 matang sadap umur 3,5 tahun, tapi dengan pemupukan

intensif, pengolahan tanah yang bagus. Kemampuan produksi bisa mencapai 500

kg/ha/tahun, IRR 118 ini berupa karet kering (Siagian, 2006).

3. PB 260

Keunggulan dari klon PB 260 pertumbuhan sangat baik, berproduksi tinggi,sangat

baik untuk naungan ketika besar,bertahan lama terhadap Colletotrichum.Tidak selalu

memerlukan obat perangsang.Cocok di sadap oleh pola D3 atau D4 bilaingin

menghemat tenaga kerja. Kekurangan dari klon ini yaitu lemah terhadap Corynespora

dan penyakit bidang sadap. Klon ini lebih cocok dengan pola sadap D3 atau D4 yang

tidak biasa dilakukan di perkebunan rakyat. Sangat peka terhadap penyadapan yang

berlebihan (Purwanta, 2008).

4. PB 340

Pemulia tanaman karet telah banyak menghasilkan klon-klon anjuran yang

berpotensi hasil tinggi. Klon anjuran itu adalah klon-klon yang sudah terpilih. Klon PB

340 merupakan klon terpilih yang memiliki produksi lateks yang sangat tinggi.

Kekurangan dari klon ini yaitu produksi kayu relatif rendah-sedang (Direktorat Jenderal

Perkebunan, 2013).

Mata tunas yang baik berasal dari kebun entres yang sehat (bebas dari hama dan

penyakit), segar, umurnya hampir sama dengan umur bibit batang bawah dan jenis mata

untuk okulasi coklat (umur batang bawah ≥ 7 bulan dan berwarna coklat) adalah mata

ketiak daun. Menurut Siagian (2006) mata tunas yang baik adalah:

(44)

2. Umur kayu okulasi setelah penyerongan kurang dari 3 hari dan jaringan masih segar.

3. Berasal dari klon anjuran komersial dengan kemurnian 100%.

4. Mata tunas yang berasal dari ketiak daun digunakan untuk okulasi coklat (umur

batang bawah ≥ 7 bulan dan berwarna coklat) dan mata sisik yang berasal dari daun

yang rudimenter digunakan untuk okulasi tanaman muda (3-4 bulan).

Terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh PTPN IX Krumput dalam

pelaksanaan pembibitan tanaman karet diantaranya yaitu:

1. Keterlambatan dalam pengendalian hama dan penyakit, sehingga terjadi banyak

kegagalan dalam proses pembibitan.

2. Kondisi iklim yang kurang mendukung. Kondisi iklim saat dilakukan observasi di

kebun karet PTPN IX Krumput merupakan musim penghujan, sehingga berpotensi

menggagalkan hasil okulasi yang telah dilakukan dengan rawannya mata okulasi

terkena penyakit.

3. Seleksi biji prima kurang optimal. Hal ini mengakibatkan calon batang bawah

kurang unggul. Biji yang dikatakan prima dapat di uji melalui proses lentingan atau

dengan direndam. Biji yang direndam kemudian masuk air 80% biji tersebut

dikatakan baik. Biji yang baik apabila dilentingkan maksimal tinggi lentingan

adalah 40 cm.

4. Kurangnya tenaga ahli yang khusus menangani pembibitan tanaman karet.

Pelaksaan program peremajaan atau penanaman areal baru dianjurkan menggunakan

bibit okulasi. Okulasi merupakan penempelan mata tunas dari tanaman batang atas ke

tanaman batang bawah yang keduanya bersifat unggul. Dengan cara ini akan terjadi

(45)

memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama okulasi adalah agar

produksi karet bisa tinggi. Dibandingkan dengan biji, bibit yang dihasilkan dari okulasi

mempunyai beberapa keuntungan yaitu: 1) pertumbuhannya seragam, 2) variasi antar

individu sangat kecil, 3) perbanyakannya mudah dan 5) bibitnya bagus karena berasal

dari hasil seleksi (Lasminingsih, 2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan stum meliputi, faktor kompatibel

antara batang atas dengan batang bawah, ukuran lilit batang bawah yang digunakan,

umur entris (scion) yang sesuai dengan batang bawah. Untuk mengukur keberhasilan

suatu stum yang telah siap dipindah tanamkan ke lapangan adalah yang telah berpayung

satu atau yang telah berumur lebih kurang 13 MST (Lasminingsih, 2006).

Menurut (Indraty, 1990) Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi,

menurut faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penempelan dapat dibagi menjadi 3

golongan :

1. Faktor lingkungan

a. Waktu penempelan

Pada umumnya penempelan dilakukan pada waktu cuaca yang cerah, tidak

hujan, dan tidak di bawah terik matahari.

b. Temperatur dan kelembaban

Temperatur dan kelembaban yang optimal akan mempertinggi pembentukan

jaringan halus, yang sangat diperlukan untuk berhasilnya suatu tempelan.

Temperatur yang diperlukan dalam penempelan berkisar antara 27°C-32°C, bila

temperatur kurang dari 27°C pembentukan kalus akan lambat. Bila lebih dari

(46)

sambungan. Temperatur optimum pada penyambungan adalah 25°C-30°C.

Penempelan memerlukan kelembaban yang tinggi, bila kelembaban rendah akan

mengalami kekeringan, dan menghambat atau menghalangi pembentukan kalus

pada sambungan karena banyak sel-sel pada sambungan mati.

c. Cahaya

Cahaya matahari berpengaruh pada waktu pelaksanaan penempelan berlangsung.

Oleh karena itu penyambungan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore

hari pada saat matahari kurang kuat memancar dan sinarnya. Cahaya yang

terlalu panas akan mengurangi daya tahan batang atas terhadap kekeringan, dan

dapat merusak kambium pada daerah sambungan.

2. Faktor tanaman

a. Kompatibilitas dan inkompatibilitas

Pada umumnya batang atas dan batang bawah dari varietas sama akan

menghasilkan tempelan yang kompatibel, dan biasanya gabungan tanaman atau

hasil tempelan yang dihasilkan akan hidup lama, produktif dan kuat. Sedangkan

inkompatibilitas, salah satunya adalah terjadi penghambatan tumbuh pada

tanaman hasil sambungan (tanaman menjadi kerdil).

b. Keadaan fisiologi tanaman

Beberapa tanaman mengalami kesukaran untuk ditempelkan ke tanaman lain,

karena jenis tanaman tersebut sulit membentuk kalus.

(47)

Pengelupasan kulit kayu sangat berpengaruh pada okulasi. Bila kulit kayu

mudah mengelupas, kerusakan kambium pada batang atas dan batang bawah

yang akan diokulasi dapat dihindari.

d. Penyatuan kambium

Agar persentuhan kambium batang atas dan batang bawah lebih banyak terjadi,

maka diperlukan ukuran batang bawah dan batang atas dipilih yang hampir

sama.

3. Faktor pelaksana

a. Keahlian.

Kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling baik terhadap infeksi

penyakit dan kerusakan pada kambium.

b. Kesempurnaan alat.

Dalam penyambungan diperlukan ketajaman dan kebersihan alat, tali pengikat

(48)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pembibitan merupakan tempat penyiapan dan penyediaan bahan tanam (bibit), baik

yang berasal dari hasil perbanyakan generatif (benih) maupun vegetatif (klonal).

2. Pembibitan tanaman karet di PTPN IX Krumput, Banyumas dilakukan dengan

beberapa tahap pembibitan untuk menghasilkan bibit yang bermutu dan berproduksi

tinggi. Tahapannya yaitu penyiapan batang bawa, penyiapan batang atas atau entris

dan okulasi.

3. Jenis klon yang digunakan di perkebunan karet PTPN IX Krumput, Banyumas yaitu

IRR 112, IRR 118, PB 260 dan PB 340

B. Saran

1. Pendamping dari PTPN IX Krumput pada saat praktikum sangat sedikit sehingga

ketika penjelasan di lapang tidak terlalu jelas karena satu pendamping di ikuti oleh

banyak praktikan, mohon untuk selanjutnya di tambah pendamping dari PTPN IX

Krumput.

2. Saat pelaksaan praktikum di kebun ataupun di pabrik praktikan dibagi-bagi setiap

kelompok ada sebagian yang dikebun entres, ada yang di kebum TBM, ada yang di

kebun TM dan yang yang di pabrik agar saat penjelasan praktikan benera-benar

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Amy. 2006. Okulasi Bahan Tanam. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa dalam Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Sumatera Selatan.

Anwar C. 2001. Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet, Medan

Anwar C. 2007. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pelatihan Tekno Ekonomi Agribisnis Karet. Jakarta.

Balai Penelitian Sembawa. 2010. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. Palembang.

Boerhendhy. 2010. Optimalisasi Produktivitas Karet melalui Penggunaan Bahan Tanaman, Pemeliharaan, Sistem Eksploitasi dan Peremajaan Tanaman. J. Litbang Pert. 30(2):23-30.

Boerhendhy. 2012. Pembangunan Batang Bawah. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Balai Penelitian Karet Sembawa. Sumatera Selatan.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Produksi, Luas Areal dan Produktivitas Perkebunan di Indonesia. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

Indraty, S.I. 1990. Pemindahan Kecambah Karet Stadia Berdaun.Pusat Penelitian Perkebunan Karet. Palembang.

Lasminingsih.2006. Deskripsi Klon Karet Anjuran pada Tanaman Muda. Balai Penelitian Sembawa. Palembang.

Purwanta. 2008. Teknologi Budidaya Karet. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Robbyana. 2002. Pembibitan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muall. Arg) di Kebun Batulawang PTPN VII (Persero) Ciamis, Jawa Barat. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Setiawan. 2008. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Siagian. 2006. Pembibitandan Pengadaan Bahan Tanaman Karet Unggul. Balai Penelitian Karet Sungei Putih. Medan.

(50)
(51)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN

ACARA III

PEMELIHARAAN TBM DAN TM

Oleh :

Aprilliane Briantika Louise A1L013055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(52)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk

Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia, karet merupakan salah satu hasil

pertanian yang banyak menunjang perekonomian Negara. Hasil devisa yang diperoleh

dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia

dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri

yaitu di daratan Amerika Selatan.

Karet merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, khususnya Brasil.

Karenanya, nama ilmiahnya Herea brasiliensis. Sebelum dipopulerkan sebagai tanaman

budidaya yang dikebunkan secara besar-besaran, penduduk asli Amerika Selatan,

Afrika, dan Asia sebenarnya telah memanfaatkan beberapa jenis tanaman penghasilan

getah.

Karena lebih dari 80% dikelola oleh rakyat, perkebunan juga merupakan sumber

mata pencaharian dan pendapatan sebagian besar penduduk Indonesia. Sebagai sumber

pertumbuhan bahan baku industri, lapangan kerja, pendapatan, devisa, maupun

pelestarian alam, perkebunan masih akan tetap memegang peranan penting, oleh karena

itu, pemeliharaan tanaman karet dilakukan untuk menjaga kualitas hasilnya.

Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi

pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman. Areal

pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah

(53)

dan Mikania micrantha, eupatorium (Eupatorium sp), sehingga tanaman dapat tumbuh

dengan baik.

Tata cara budidaya tanaman karet menjadi penting karena dapat secara langsung

berdampak pada produktivitas dan hasil karet. Konsep budidaya dari pratanam hingga

pascapanen merupakan konsep-konsep esensial yang harus diterapkan secara baik dan

benar. Salah satu cara yang menjadi prioritas untuk diperhatikan adalah dalam kaitannya

dengan pemeliharaan karet.

Pemeliharaan karet tidak hanya terbatas pada pemupukan dan pengairan,

pengendalian hama dan patogen penyebab penyakit serta gulma, melainkan juga

penanaman Legume Cover Crop (LCC). Kegiatan-kegiatan tersebut sangan berperan

bagi produktivitas dan hasil daripada karet. Berkiut adalah kajian mengenai

pemeliharaan karet di PT. Perkebunan Nasional IX Krumput, Banyumas.

B. Tujuan

Tujuan praktikum pemeliharaan TBM dan TM karet ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui secara langsung kondisi, organisasi dan kegiatan utama pada

perkebunan karet PTPN IX Krumput.

2. Mengetahui dan memahami secara langsung teknik pemeliharaan TBM dan TM

Gambar

Gambar 10. Proses pengolahan karet.
Gambar 11. Proses penyaringan lateks
Gambar 12. Wadah-wadah pengaliran cairan lateks
Gambar 13. Alat penggilingan karet
+5

Referensi

Dokumen terkait