• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to 21 user BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "commit to 21 user BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum KBH Salaman

1. Sejarah KBH Salaman

Kebun Benih Hortikultura Salaman didirikan berdasarkan kebijakan pemerintah dalam bidang pertanian, khususnya dalam pembentukan balai benih induk (BBI). Kebijakan tersebut merupakan hasil dari rapat teknis perbenihan yang diselengarakan di Grand Park Cisarua pada tanggal 12-14 Maret 1980, yang memutuskan Institusi Pertanian disetiap provinsi digabungkan menjadi tiga balai benih. Adapun ketiga balai benih itu adalah BBI yang berada diwilayah provinsi, BBI pembantu yang berada di wilayah kabupaten dan BBI yang berada di wilayah karesidenan. Kemudian diperkuat lagi dari hasil rapat pada tanggal 29 Juni -1 Juli 1980 di Grand Park Cisarua yang memutuskan bahwa setiap provinsi memiliki tiga buah BBI yang meliputi BBI hortikultura, BBI Palawija dan BBI Padi. Setiap eks karesidenan memiliki tiga balai benih utama (BBU) yang meliputi BBU Hotrikultura, BBU Palawija dan BBU Padi. Provinsi Jawa Tengah mempunyai tiga BBI yaitu BBI Hortikultura Salaman, BBI Palawija di Jepara dan BBI Padi di Tegalrejo. KBH Salaman merupakan perubahan nama dan status dari Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Salaman.

BBIH Salaman sebelumnya merupakan Balai Benih Padi yang bernama ‘’Karya Bantala’’. Pada tanggal 1 Maret 1982 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Dati 1 Jawa Tengah menetapkan berdirinya BBIH Salaman. BBIH Salaman memulai melaksanakan tugasnya pada tanggal 1 September 1982. Berdasarkan Keputusan Gubernur No. 061.1/22/1985 tertanggal 15 April 1985, BBIH Salaman berada dipengawasan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas.

(2)

2. Kondisi Geografis KBH Salaman a. Lokasi

Kebun Benih Hortikultura Salaman terletak dibagian timur kota Salaman tepatnya di Dukuh Alun-alun Dusun Margorejo Desa Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah dan berada pada KM 16 Jalan Raya Purworejo-Magelang. Jarak lokasi dari Kabupaten Magelang 15 km, dari Kota Madya Magelang 17 km, dari Karisidenan Kedu 17 km, dan dari Ibukota Provinsi Jawa Tengah sejauh 92 km. KBH Salaman berbatasan langsung dengan,

Sebelah Utara : Rumah penduduk

Sebelah Selatan : Jalan Purworejo-Magelang Sebelah Timur : Jalan ke kampung Soca Sebelah Barat : Jalan ke kampung Brengkel b. Iklim

Berdasarkan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson daerah Salaman mempunyai iklim D atau sedang suhu rata-rata 26-29ºC dan rata-rata curah hujan 3000 mm/thn.

c. Ketinggian Tempat

KBH Salaman terletak di daerah dengan ketinggian 270 m dpl, jenis tanahnya Latosol dengan pH 6-6,5. Tanahanya coklat dan banyak mengandung unsur Besi (Fe) karena merupakan lahan bekas sawah atau persawahan sehingga banyak mengalami kerusakan dan apabila musim penghujan air banyak yang menggenang sedangakan pada musim kemarau lahan kekurangan air dan tanahnya pecah-pecah sehingga sukar diolah. Pengairan di KBH Salaman ini menggunakan sistem irigasi setengah teknis, sumur air dalam air sungai dipompa. Apabila debit air yang masuk ke lahan kurang, terutama ada saat musim kemarau maka diadakan pergiliran yaitu satu minggu sekali, untuk membantu masalah

(3)

mengoperasikan air, pipa-pipa pembagi dan bak-bak penampung yang ada di sekitar lahan.

d. Areal Wilayah

Luas areal keseluruhan KBH Salaman sekitar 8,363 Ha. Areal tersebut diguakan untuk:

a. Bangunan kantor, gudang, gedung lain dan jalan berada diatas tanah seluas 1,863 Ha

b. Koleksi Pohon Induk seluas 1,560 Ha

c. Pohon Induk yang ada di KBH Salaman antara lain: Pohon Induk Rambutan, Durian, dan Kelengkeng.

d. Tanah Produktif untuk perbenihan seluas 4,00 Ha Kebun Percontohan Pisang raja bulu seluas 1 Ha

3. Visi, Misi, Motto, Janji Layanan dan Etika Pelayanan KBH Salaman

Acuan dan ruh bekerja dalam pelayanan masyarakat melalui perbenihan hortikultura tersarikan dalam visi, misi, motto dan janji layanan. Hal ini tertuang dalam Pedoman Mutu SMM ISO 9001 : 2008 No. PM-KBHS-01 sebagai berikut:

a. Visi : Penyedia Benih Hortikultura Bermutu Varietas Unggul Sebagai Wujud Pelayanan Kepada Masyarakat.

b. Misi :

1) Mengembangkan Teknologi Perbenihan Hortikultura Melalui Pengetahuan dan Adopsi Teknologi.

2) Melaksanakan Perbanyakan Benih Hortikultura Berbagai Komoditi Varietas Unggul.

3) Memberikan Pelayanan Informasi Teknologi Perbenihan Hortikultura Melalui Pelatihan dan Pembelajaran.

4) Menjalin Kemitraan Dibidang Perbenihan Hortikultura c. Motto : Kepuasan Anda Kebanggaan Kami

(4)

e. Etika Pelayanan : 1) Jujur

2) Ikhlas 3) Komunikatif 4) Santun

5) Ramah dan Murah Senyum 6) Cepat dan Tanggap

7) Profesional

4. Tugas Pokok dan Fungsi KBH Salaman

Tugas pokok dan fungsi KBH Salaman mengacu pada tugas pokok dan fungsi B2TPH Wilayah Surakarta sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Tengah No 35 Tahun 2008.

a. Tugas Pokok

1) Melaksanakan sebagian tugas Balai Benih Tanaman Pangan Dan Hortikultura (B2TPH) Wilayah Surakarta.

2) Melaksanakan kebijakan teknis operasional perbenihan hortikultura b. Fungsi

1) Memproduksi benih hortikultura unggul dan bersertifikat. 2) Tempat pengujian dan percobaan benih hortikultura 3) Tempat koleksi pohon induk buah – buahan

4) Memproduksi benih unggul bermutu dengan menggunakan teknologi kultur jaringan

5) Tempat pelayanan dan informasi benih hortikultura

6) Tempat pelatihan, magang dan kunjungan dibidang perbenihan hortikultura.

(5)

5. Struktus Organaisasi

BBTPH Provinsi Jawa Tengah terdiri dari tiga wilayah yaitu BBTPH wilayah Banyumas, BBTPH wilayah Surakarta dan BBTPH wilayah Semarang. BBTPH membawahi kebun-kebun benih yang tersebar di wilayah Jawa Tengah. BBTPH wilayah Surakarta terletak dijalan Slamet Riyadi, Solo dengan wilayah kerja meliputi 17 Kebun benih yang tersebar di 8 kabupaten atau kota. Kebun benih tersebut antara lain KBP Tegalgondo, KBP Banyudono, KBP Tohudan, KBP Sonobijo, KBP Lawu I, KPB Masaran, KBP Tawangmanggu, KBH Tejomantri, KBH Pendem, KB Sidoharjo, KPP Soropadan, KBH Payaman, KBH Salaman, KBP Sriwidodo, KBH Kaloran, KBH Srimakarti, dan KBH Kledung.

Status KBH Salaman dapat digambarkan pada struktur organisasi berdasarkan Peraturan Daerah Gubernur Jawa Tengah No 35 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut:

DINPERTAN TPH PROV JATENG

BIDANG - BIDANG UPT

(B2TPH WIL SKA)

SATKER (KBH SALAMAN)

(6)

Dalam rangka pembagian tugas di KBH Salaman dibuat struktur organisasi yang tertuang dalam Pedoman Mutu SMM ISO 9001 : 2008 No. PM-KBHS-01. Struktur organisasi KBH Salaman dipimpin oleh Ir. Farida Suci Rochmani yang membawahi manajemen representatif, tim audit internal, tim sekretariat ISO, tata usaha, bagian laboratorium, bagian produksi dan bagian pemasaran. Struktur KBH Salaman dapat dilihat pada Gambar 4.2.

PIMPINAN KBH SALAMAN Ir. FARIDA SUCI ROHMANI

TATA USAHA TEGUH BUDIHARJO, BSc KOORDINATOR 1. MARIA MRAJAK 2. TATI ASMARAWATI PEMASARAN ACHMAD ROMADHON KOORDINATOR 1. TUGIYO MANAJEMEN REPRESENTATIF SUKARDI, SP

TIM SEKRETARIAT ISO 1. ACHMAD ROMADHON 2. TATI ASMARAWATI 3. WARDOYO

TIM AUDIT INTERNAL KETUA : TEGUH BUDIHARJO, BSc SEKRETARIS : NANY PARWATI ANGGOTA 1. MARIA MRAJAK 2. ACHMAD ROMADHON 3. WARDOYO LABORATORIUM NANY PARWATI KOORDINATOR 1. WARDOYO PRODUKSI SUKARDI, SP KOORDINATOR 1. YEKTI GANEFI EP, SP 2. MUNZAMIL

3. MAHFUDHON 4. TUSMIN

(7)

6. Keadaan Personalia

Kebun Benih Hortikultura Salaman memiliki 12 karyawan berstatus PNS dan 1 orang petugas penjaga kantor yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Sedangkan untuk mendukung rutinitas pekerjaan lapangan dibantu oleh tenaga musiman yang jumlahnya disesuaikan dengan volume pekerjaan. Tabel 4.1 Daftar Sumber Daya Manusia di KBH Salaman

NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN KET

1. Ir. Farida Suci R Pimpinan KBH Sarj. Pertanian PNS 2. Teguh Budiharjo, BSc Koord. Bag TU Sarmud Ekonomi PNS 3. Maria Mrajak Staf Bag TU SMEA PNS 4. Yekti Ganefi EP, SP Staf Bag Prod Sarj. Pertanian PNS 5. Sukardi, SP Koord.Bag

Produksi

Sarj. Pertanian PNS

6. Tati Asmarawati Staf Bag TU SMEA PNS 7. Achmad Romadhon Koord. Bag

Pemasaran

SMPS PNS

8. Nany Parwati Koord. Bag Lab SPMA PNS 9. Munzamil Staf Bag Prod SPP PNS 10. Wardoyo Staf Bag Lab SMA PNS 11. Mahfudhon Staf Produksi MAN PNS

12. Tusmin Staf Bag Prod SD PNS

13. Tugiyo Staf Bag Pemasaran

SD PNS

14. Walijo Penjaga Kantor SD Sumber: Data Personalia KBH Salaman Tahun 2011

(8)

7. Sarana dan Prasarana a. Gedung dan Bangunan

Sarana gedung dan bangunan di KBH Salaman dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini :

Tabel 4.2 Gedung dan Bangunan

NO JENIS BANGUNAN JUMLAH LUAS M2

1. Bangunan Kantor 1 200

2. Lab. Kultur Jaringan 1 100 3. Rumah Kaca (Green House) 1 100

4. Screen House 5 500

5. Rumah Lindung (Persemaian) 1 200 6. Gudang Benih / Saprodi 1 150

7. Gudang Alsintan 1 100 8. Lantai Jemur 1 180 9. Sumur Dalam 2 - 10. Rumah Dinas 3 60, 70, 90 11. Ruang Pertemuan 1 100 12. Rumah Aklimatisasi 1 100

Sumber: Data KBH Salaman Tahun 2011

Bangunan kantor KBH Salaman terdiri atas ruang pimpinan, ruang teknisi, ruang komputer, mushola, perpustakaan, dan kamar mandi. KBH Salaman mempunyai gedung alsintan dan benih dapat dilihat pada Gambar 4.3, gedung alsintan dan benih ini digunakan untuk menyimpan peralatan produksi dan benih yang akan digunakan baik untuk budidaya tanaman mapun untuk perbanyakan benih. Screen house (Gambar 4.4) yang dimiliki KBH Salaman sebanyak 5 bangunan. 1 screen house digunakan untuk budidaya Blok Fondation tanaman Jeruk, 3 screen house untuk budidaya Blok Penggandaan Mata Tempel dan 1 screen house digunakan untuk

(9)

budidaya tanaman hias anggrek. Laboraturium kultur jaringan digunakan untuk produksi bibit pisang berbagai varietas dengan cara kultur jaringan. Kegiatan yang dilakuan di laboraturium ini meliputi pembuatan media kultur jaringan, penanaman eksplan, perawatan ekspalan sampai pemindahan bibit ke tempat aklimatisasi. Bangunan laboraturium tampak dari luar dapat dilihat pada Gambar 4.5. Rumah kaca seperti pada Gambar 4.6 merupakan tempat pembesaran bibit pisang hingga siap jual. KBH Salaman mempunyai gedung pertemuan yang digunakan untuk berbagai acara seperti penerimaan kunjungan dari dinas lain, pertemuan untuk acara koperasi, studi banding dan lain sebagainya. Gedung pertemuan KBH salaman dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.3 Gudang Alsin Dan Benih

Gambar 4.5 Laboratorium Kuljar

Gambar 4.4 Screen House

(10)

b. Alat Transportasi

Sarana transportasi kebun dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4. 3 Sarana Transportasi

NO JENIS PERALATAN JUMLAH TAHUN

PENGADAAN

1. Sepeda Motor 3 buah 1989

1995 1997

2. Sepeda Motor Roda 3 1 buah 2009 Sumber : Data KBH Salaman Tahun 2011

(11)

c. Sarana Produksi

Peralatan produksi yang dimiliki KBH Salaman sebagai penunjang kegiatan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Sarana Produksi

NO JENIS PERALATAN JUMLAH TAHUN

PENGADAAN

1. Mini Traktor 2 buah 1985

1987

2. Hand Traktor 2 buah 1994

3. Hand sprayer 3 buah 2005

4. Mist blower 1 buah 1987

5. Gerobak dorong 3 buah 2009 6. Peralatan Kultur Jaringan 1 unit - Sumber: Data KBH Salaman Tahun 2011

B. Prosedur Persediaan Bahan Tanam

1. BF dan BPMT

Blok Fondasi merupakan lahan yang terisolasi dari serangga vektor dengan luasan tertentu yang ditanami Pohon Induk Jeruk dimana batang bawahnya berasal dari biji/seedling bebas penyakit dan mata tempelnya berasal dari pemulia tanaman yang berfungsi sebagai sumber mata tempel untuk Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT). Lokasi Blok Fondasi terisolir dari tanaman terinfeksi penyakit tular vektor. Untuk menjamin tanaman di Blok Fondasi tidak terjangkau oleh serangga vektor (Diaphorina citri dan

Toxoptera citricidus) maka tanaman Blok Fondasi ditanam di screen house

(Soelarso, 1996).

Tanaman jeruk yang dijadikan tanaman induk BF di KBH Salaman sebanyak 39 batang. Jenis tanaman jeruk tersebut antara lain jeruk siam

(12)

Banjar sebanyak 10 batang, jeruk siam Pontianak 10 batang, jeruk keprok Grabak 9 batang, dan keprok Tawangmanggu sebanyak 10 batang. Tanaman jeruk BF tersebut ditanam dalam 1 screen house seluas 10 m x 7 m dengan jarak tanam 1 m x 1 m. Umur tanaman induk BF di KBH Salaman sudah 5 tahun.

Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) adalah lahan yang terisolasi dari serangga vektor yang ditanamai tanaman jeruk dimana batang bawahnya berasal dari biji/seedling bebas penyakit dan mata tempet berasal dari Blok Fondasi yang berfungsi sebagai sumber mata tempel bagi penagkar bibit. Tanaman jeruk dalam BPMT ini hanya dapat dipanen selama 3 tahun, hal ini berkaitan dengan masalah sanitasi dan teknis (Soelarso, 1996). Mata tempel generasi 1 dari BPMT dapat digunakan untuk mengembangkan BPMT lain tapi hanya dapat dipanen selama 3 tahun. Setelah umur tanaman mencapai 3 tahun maka dapat di lakukan penanaman tanaman induk BPMT yang baru untuk menghindari terserang hama dan terjangkitnya penyakit terutama CVPD dan Tristeza.

Di KBH Salaman terdapat 3 screen house dimana masing-masing screen

house seluas 24 m x 7 m terdiri dari 4 baris yang digunakan untuk BPMT

dengan jarak tanam 50 cm x 100 cm. 1 baris mempunyai luas 24 m x 1 m yang terdiri dari 48 batang tanaman induk BPMT. Diantara baris terdapat saluran air selebar 1 m yang ditengahnya terdapat pijakan untuk mempermudah dalam pemanenan ranting mata tempel. Jumlah keseluruhan BPMT yang terdapat dalam screen house tersebut sekitar 500 batang tanaman jeruk antara lain jeruk keprok Tawangmanggu, keprok Grabak, siam Banjar dan siam Pontianak. Usia tanaman jeruk BPMT pada screen house sekitar 5 tahun dengan dilakukan cek laboratorium setiap tahunnya. Selama ini belum ada penyakit serius yang menyerang BPMT di KBH Salaman. Apabila tanaman jeruk dalan BPMT ini terserang hama penyakit maka dilakukan

(13)

pengendalian secepat mungkin agar tidak menyebar luas ke tanaman lain. Keadaan BPMT di KBH Salaman dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Blok Pengandaan Mata Tempel

2. Pemeliharaan BPMT

BPMT (Blok Penggandaan Mata Tempel) bertujuan untuk mencegah serangan hama penyakit yang dapat menurunkan mutu dan kualitas bibit jeruk. BPMT yang ada di KBH Salaman berumur 5 tahun dengan pengecekan rutin tahunan untuk mengidentifikasi hama dan penyakit yang menyerang. Pemeliharaan BPMT tanaman jeruk meliputi penggemburan, penyiangan, penyiraman, pemupukan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).

Pemupukan BPMT dilakukan 3 bulan sekali menggunakan pupuk kandang dan pupuk NPK dimana satu baris membutuhkan pupuk kandang 40 kg dan 2 kg pupuk NPK. Pengendalian hama penyakit yang dilakukan KBH salaman antara lain melakukan penyemprotan desis pada bulan kering untuk mengantisipasi hama kutu hitam, sedangkan untuk bulan basah dilakukan penyemprotan menggunakan curacron dan daconil 2 minggu sekali supaya tanaman terbebas dari jamur. Penggemburan dan penyiangan gulma di KBH Salaman dilakukan bersamaan dengan pemupukan yakni 3 bulan sekali. Pada musim hujan penyiraman dilakukan sekali yaitu pada pagi hari sedangkan pada musim kemarau penyiraman dilakukan sesuai dengan keadaan media

(14)

dalam screen house. Penyiraman dilakuakan dengan teknik sprinkel yang terdapat pada bagian atas dan diletakkan antar baris BPMT seperti pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Tehnik Penyiraman BPMT

3. Mata Tempel

Mata tempel tanaman jeruk yang digunakan untuk okulasi diambil dari ranting yang berbentuk bulat, biasanya dari ranting yang terletak dibawah pucuk baru. Ranting mata tempel dapat juga diperoleh dari bagian bawah pucuk baru yang sudah sempurna dimana bagian atas ranting tersebut masih berbentuk sedikit pipih. Panjang ranting mata tempel yang siap dipanen ± 30 cm dengan diameter 0,3 – 0,5 cm dan ranting mempunyai warna hijau tua atau hijau keabu-abuan. Pemotongan ranting ± 10 cm dari percabangan ranting atau masih disisakan 4-5 helai daun seperti terlihat pada Gambar 4.10 dimana hasil pemotongan ranting dapat dilihat pada Gambar 4.11. Pada Gambar 4.12 dapat dilihat hasil irisan mata tempel yang siap digunakan untuk okulasi. Bekas potongan mata tempel pada ranting mata tempel (Gambar 4.13).

(15)

Ga mbar 4.10 Pengambilan Ranting Mata Tempel Ga mbar 4.11 Ranting Mata Tempel

Ga mbar 4.12 Mata Tempel Ga mbar 4.13 Pemotongan Mata Te mpel

4. Batang bawah

Batang bawah yang digunakan di KBH Salaman adalah Japaneche citroen (JC) dengan alasan sebagai berikut :

a. Cepat tumbuh sebagai semai b. Tahan terhadap kekeringan

c. Menghasilkan okulasi yang cepat tumbuh d. Perakaran yang dalam (perakaran kuat) e. Tahan tehadap serangan hama penyakit.

(16)

Karakteristik morfologi tanaman Japanese Citroen adalah sebagai berikut:

a. Batang tanman kekar (kokoh) dan secara alami dapat mencapai ketinggian 4-6 m.

b. Jumlah percabangan banyak, menyebar dan merunduk, dengan duri kecil dan sedikit.

c. Tunas baru tumbuh berwarna ungu, jika sudah terbentuk daun berubah menjadi hijau gelap.

d. Bunga berukuran kecil dengan putik dan kelopak berwarna ungu tua. e. Kulit buah yang masuk berwarna kuning sampai jingga.

f. Buah membentuk biji yang kecil dan banyak, biasanya berisi antara 8-10 butir biji.

Kebutuhan batang bawah di KBH Salaman sesuai dengan target produksi tahunan atau sesuai dengan pesanan akan bibit jeruk. Untuk Tahun 2012 KBH Salaman mendapatkan pesanan bibit sebanyak 1000 batang, jadi batang bawah yang dibutuhkan minimal ada 1000 batang. Cara memperoleh batang bawah di KBH Salaman dengan melakukan penyemaian benih sendiri. Penyemaian benih dilakukan untuk menekan biaya produksi. Benih yang digunakan adalah benih yang diperoleh dari penangkar benih jeruk di Kutoharjo. Penyemaian yang dilakukan di KBH Salaman untuk memperoleh batang bawah ada 2 cara yaitu:

a. Penyemaian dengan polybag

Media yang digunakan dalam penyemaian polybag ini adalah tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 :1, dimana sudah dilakukan penyaringan terlebih dahulu agar mendapatkan ukuran media yang sama. Polybag yang digunakan untuk persemaian yaitu polybag dengan ukuran 12 x 18 cm. Benih yang disemaikan dalam setiap poybag sebanyak 2 biji untuk mengantisipasi kegagalan persemaian benih. Posisi

(17)

bertujuan untuk mendapatkan sistem perakaran yang baik pada semaian tersebut. Setelah 18 hari dapat diketahui pertumbuhan benih. Jika kedua benih dalam polybag tumbuh semua maka dilakukan disortasi untuk memilih benih yang baik.

Hasil persemaian benih di polybag diletakkan pada tempat yang teduh agar tidak terkena cahaya matahari dan air hujan secara langsung. Pemeliharaan calon batang bawah ini meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan sesuai dengan keadaan media pada polybag. Pemupukan yang dilakukan setelah usia semaian 1 bulan menggunakan NPK dan ZA dengan konsentrasi 2 g/L dan dosis 200 ml untuk setiap polybag diberikan setiap 2 minggu sekali secara bergantian bergantian. Benih bisa diokulasi setelah 8-9 bulan setelah penyemaian.

b. Penyemaian di lahan

Penyemaian dilahan dilakukan pada lahan yang teduh dengan luas 80cm x 100 cm. Gulma yang berada dilahan dibersihkan agar tidak mengganggu proses persemaian benih di lahan. Setelah lahan bersih dari gulma dilakukan pengolahan lahan dengan pembentukan bedengan setinggi 20 cm. Media yang digunakan adalah campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Pada media campuran yang siap digunakan ditaburkan pasir dan diberi alur untuk pertumbuhan benih dengan jarak masing-masing baris 5-7 cm. Setelah benih disemaikan, pasir ditaburkan kembali pada media semai. Media semai ditutup dengan jerami. 3 minggu setelah penyemaian jerami dibuka. Benih dibiarkan pada semaian selama 3-5 bulan dengan memperhatikan kelembaban dan kebutuhan air untuk benih. Pada umur 6-7 bulan benih siap dipindahkan ke polybag dan siap di okulasi pada umur 8-9 bulan setelah persemaian.

(18)

sehingga kebutuhan akan air dapat dipenuhi. Keuntungan dari penyemaian polybag akar tanaman jeruk tumbuh dengan kuat karena tidak dilakukan pemindahan tanaman sehingga akar tanaman tidak rusak. Benih yang disemai mudah dipindahkan karena ringan. Akan tetapi penyemaian polybag mempunyai kekurang yaitu banyak tenaga yang digunakan untuk penyemaian serta kelembaban media di polybag yang kurang lembab sehingga membutuhkan penyiraman yang lebih intensif. Penyemaian dilahan dilakukan pada musim hujan dan dalam jumlah yang relatif banyak sehingga kelembaban tetap terjaga tanpa dilakuakan penyiraman ekstra. Kelemahan dari penyemaian lahan adalah adanya kemungkinan terjadi kerusakan akar sehingga akan mengganggu pertumbuhan benih dan perakaran akan kurang kuat.

C. Tehnik Okulasi Tanaman Jeruk Siam Banjar

Pelaksanan okulasi di KBH Slaman dilaksanakan setelah semaian 8-9 bulan dengan tinggi 40-60 cm. Tehnik okulasi yang digunakan di KBH Salaman adalah model irisan (Chip Budding). Jaringan mata kayu tempel dan batang bawah diiris dan saling bertaut. Cara ini sesuai dengan umur batang bawah yang relatif muda, selain itu dapat memberikan pertumbuhan bibit yang lebih cepat.

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengokulasian tanaman Jeruk di KBH Salaman antara lain:

a. Bibit batang bawah dari persemaian generatif digunakan varietas JC (Japansche citroen).

b. Mata tempel (batang atas) yang diambil dari varietas Jeruk siam Bajar c. Gunting pohon untuk mengambil batang mata tempel (Gambar 4.14) d. Pisau okulasi yang tipis untuk mengerat batang bawah dan mengambil

mata tempel (Gambar 4.15)

(19)

Gambar 4.14 Gunting okulas i Gambar 4.15 Piasau okulasi

Gambar 4.16 Plastik 0,3mm

Tahapan pelaksanaan okulasi adalah:

a. Memilih batang bawah yang berumur 8 – 9 bulan (tinggi 40- 60 cm) dengan diameter (10 mm).

b. Menyayat kulitnya sepanjang 2 - 3 cm, lebar 0,8 cm dan dilepaskan dari batangnya sesuai model okulasi irisan yaitu jaringan kayu mata tempel maupun semai batang bawahnya diiris dan saling bertaut seperti pada Gambar 4.17.

c. Mengiris mata tempel dari batang atas yang telah dipilih sesuai model okulasi irisan dapat dilihat pada Gambar 4.18. Pengambilan cabang mata tempel kira-kira seumur atau sebesar batang bawah yang berbentuk bulat, licin, warnanya sedikit kelabu kecoklatan. Untuk pengambilan mata

(20)

tempel tidak dalam kaadaan yang masih bersudut karena kulit sukar dikupas.

d. Mata tempel dimasukkan pada batang bawah yang disayat (Gambar 4.19). Mata tempel disisipkan dibawah kulit batang bawah dengan hati-hati, penyisipan mata tempel merupakan langkah yang sangat menentukan keberhasilan okulasi.

e. Mengikat dengan tali plastik dimulai dari bawah keatas seperti Gambar 4.20. Hal ini dimaksudkan apabila turun hujan atau dilakukan penyiraman air tidak masuk sehingga tidak terjadi pembusukan pada mata tempel. Hasil pengikatan dapat dilihat pada Gambar 4.21.

Gambar 4.17 Pemotongan dan Hasil Pemotongan Batang Bawah

Gambar 4.18 Pemotongan Mata Tempel

Gambar 4.19 Penemepelan Mata Tempel dengan Batang Bawah

(21)

Gambar 4.20 Penalian Hasil Okulasi Gamabar 4.21 Hasil Okulas i

Di KBH Salaman pelaksanaan okulasi dilakukan pada bulan Juli-Agustus dimana pada bulan tersebut merupakan pancaroba akhir musim kemarau yang akan memasuki musim penghujan dimana suhu tidak terlalu tinggi sehingga dapat mengurangi penguapan dan kadar air hujan juga belum terlalu tinggi sehingga tidak terjadi kelebihan air yang akan menyebabkan kegagalan okulasi. Okulasi yang dilakukan pada musim hujan akan mengakibatkan mata tempel mudah busuk. Waktu yang baik untuk melakukan okulasi adalah pada saat kulit batang bawah maupun batang atas mudah dikelupas dari kayunya. Batang bawah siap di okulasi saat berumur 8-9 bulan dimana panjang batang ± 30 cm sedangkan untuk mata tempel yang siap untuk okulasi dapat diperoleh dari ranting mata tempel umur 3-4 bulan setelah pemangkasan sebelumnya yang berbentuk bulat dengan warna hijau tua atau hijau keabu-abuan.

Okulasi pada tanaman jeruk bisa dilakukan kapan saja baik pagi, siang atau sore, hal ini dikarenakan tanaman jeruk yang termasuk tanaman tahan dan kuat bahkan ranting mata tempel tanaman jeruk dapat bertahan selama 2 hari. Walaupun dapat dilakukan di berbagai waktu tetapi biasanya dilakukan pada pagi dan sore hari dimana matahari tidak terlalu terik, hal ini dikarenakan agar pelaksana okulasi tidak terlalu merasakan sengatan matahari. Setelah dilakukan

(22)

agar tidak terkena air hujan atau terjadi penguapan berlebih untuk memperkecil tingkat kegagalan okulasi serta dapat beradaptasi dengan lingkungan terbuka. Setelah ± 3 hari dimana kondisi tanaman jeruk benar-benar sehat maka tanaman dapat dipindahkan pada kondisi lingkungan terbuka. Perawatan yang dilakukan setelah proses okulasi hanya penyiraman dan pengendalian hama penyakit apabila diperlukan.

Gunakan pisau yang tajam dan selalu bersihkan silet/pisau sehabis dipakai dengan cara dicelupkan ke dalam air bersih (atau larutan alkohol) dan langsung dikeringkan dengan lap kain bersih agar getah yang menempel hilang. Pisau dengan getah yang menempel akan membuat bidang sayatan menjadi tidak rata dan berserat sehingga mengurangi bidang sentuh antara entres dengan batang bawah yang akhirnya akan mengurangi tingkat penyatuan (kompatibilitas) saat penyambungan berlangsung (Anonim , 2012). Pada pelaksanaan okulasi di KBH Salaman pisau yang digunakan tidak dilakukan sterilisasi dengan alkohol terlebih dahulu, hal tersebut dikarenakan tanaman jeruk yang kuat dan tahan serta mampu bertahan dari hama dan penyakit. Kemungkinan tingkat keberhasilan dengan pisau yang diseterilkan terlebih dahulu sebesar 90% sedangkan untuk pisau tanpa dilakukan seterilisai tingkat keberhasilan 80%. Tingkat keberhasilan okulasi tanpa dilakukan sterilisasi terlebih dahulu lebih rendah karena pisau yang tidak steril akan membawa bakteri masuk dan bakteri tersebut akan menjadi pengganggu pada saat melakukan pembelahan sel yang mengakibatkan pembusukan mata tempel karena sifat bakteri yang parasit.

Kayu dari batang bawah tidak boleh tersayat karena akan menguarangi kambium. Kambium yang semacam lendir licin yang menempel pada kayu induk tak boleh hilang atau berkurang karena kambium berfungsi untuk lalu-lintas makanan dari daun ke tubuh tanaman. Kalau kambium hilang suplai makanan ke mata tempel tidak ada sehingga tunas baru pun tidak akan tumbuh. Tak boleh ada kayu yang tertinggal di kulit mata tempel. Supaya mudah dalam membuat

(23)

sayatan, potong cabang yang akan diambil mata tempelnya. Terlebih dulu mata tempel dari cabang atas disiapkan, baru kemudian dilakukan penyayatan pada pohon induk. Tujuannya agar kambium tidak kering. Pemakaian pisau yang tajam dan steril membuat hasil sayatannya rapi dan higienis (Anonim ᵏ, 2008). Okulasi yang dilakuakan di KBH Salaman dilakukan dengan menyayat pohon induk terlebih dahulu baru kemudian dilakukan penyayatan pada mata tempel.

Pelepasan ikatan okulasi dapat dilakukan 2-3 minggu setelah okulasi. Indikator keberhasilan oklasi dapat diketahui dari warna mata tempel yang masih hijau segar dan sudah melekat dengan batang bawah. Batang bawah yang berhasil diokulasi kemudian dipotong 2/3 bagian kemudian dilengkungkan pada bagian atas tempelan ± 5 cm untuk memacu pertumbuhan tunas mata tempel. Penyiangan dilakukan terhadap gulma yang tumbuh di polybag dan melakukan wiwilan dengan menghilangkan tunas-tunas yang tidak dikehendaki pertumbuhannya. Setelah mata tunas baru muncul dilakukan pemberian pupuk ZA dengan konsentrasi 2 g/L dan dosis 200 ml setiap polybag. Pada saat mata tunas baru telah mempunyai cabang primer batang bawah yang dilengkungkan dipotong karena tunas baru sudah mampu menyerap nutrisi dengan baik. Bibit siap di sertifikasi dan di beri label setelah 1 tahun dan bibit siap dipasarkan.

Pelaksanan okulasi di KBH Salaman dilakukan oleh tenaga lapangan sendiri akan tetapi apabila ada pesanan dalam jumlah banyak okulasi dilakukan oleh tanaga ahli dari luar KBH Salaman. Pada tahun 2011 KBH Salaman menghasilkan 2000 bibit blok perbanyakan benih (BPB) dan pada tahun 2012 menghasilkan 1000 bibit blok pengandaan mata tempel (BPMT). Persentase keberhasilan okulasi yang dilakukan KBH Salaman mencapai 80%. Keberhasilan okulasi sangat ditentukan oleh ketrampilan yang dimiliki seseorang. Ketrampilan okulasi diperoleh dari pengalaman mengokulasi tanaman. Semakin banyak volume kegiatan okulasi maka semakin terampil dalam mengokulasi tanaman sehingga persentase keberhasilan okulasi semakin tinggi. Selain ketrampilan hal

(24)

a. Kesesuaian antara mata tempel dan batang bawah.

b. Pengikatan mata tempel harus rapat agar air tidak mudah masuk sehingga mata tempel tidak mudah busuk.

c. Faktor alam

D. Sertifikasi dan Labelisasi Bibit Jeruk

Sertifikasi dan labelisasi bibit jeruk merupakan satu cara proses pemberian sertifikasi atas cara perbanyakan, produksi dan penyaluran bibit yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia. Bibit sertifikasi merupakan bibit yang ditetapkan cara-cara persyaratan tertentu dalam proses produksinya. Produksi bibit bersertifikasi berada dibawah Balai Pengawasan Sertifikasi Benih (BPSB). Pengawasan bertujuan untuk mengetahui asal usul bibit yang akan diproduksi. Tahapan sertifikasi atau pelabelan bibit jeruk yang diperbanyak dengan okulasi di KBH Salaman adalah:

a. Pihak KBH Salaman melaporkan bahwa akan melakukan okulasi kepada BPSB wilayah Jawa Tengah. Laporan tersebut meliputi jumlah tanaman jeruk yang akan diokulasi, hari dan tanggal pelaksanaan okulasi, dan varietas yang akan diokulasi.

b. BPSB yang telah mendapatkan laporan dari KBH Salaman melakukan peninjauan pada hari dan tanggal pelaksanaan okulasi yang dilakukan KBH Salaman. Peninjauan meliputi kondisi batang bawah yang digunakan, kondisi mata tempel, peralatan dan kondisi lingkungan okulasi.

c. Pihak KBH Salaman melakukan laporan atas okulasi yang telah dilakukan kepada BPSB. Persentasi keberhasilan okulasi biasanya mencapai 80%. Bibit yang berhasil diokulasi kemudian diberi sertifikat dan label oleh BPSB setelah semua persyaratan sertifikasi dan labelisasi terpenuhi.

(25)

Setelah proses sertifikasi selesai dan dinyatakan lulus, maka dilakukan labelisasi. Label dipasang pada tiap individu bibit berisi: nomor seri label, nama produsen, alamat produsen, asal benih, varietas batang atas, varietas batang bawah, bulan okulasi, tanggal pasang label, masa berlakunya label. Pemasangan label ini menunjukkan bahwa bibit siap untuk dipasarkan dan hanya berlaku selama 3 bulan. Apabila bibit belum semuanya tersalurkan tetapi masa berlakunya label telah habis maka dapat dilakukan pemeriksaan ulang untuk diterbitkan label baru, formulir dari pelabelan ulang ini meliputi: nama pemohon atau pemilik bibit, alamat pemohon, keterangan bibit yang akan dilabel ulang (asal bibit, jenis atau varietas, nomor induk lapangan dan jumlah bibit) serta keterangan mutu (jenis perbanyakan, batang atas, batang bawah dan tanggal pemasangan label). Warna label untuk bibit BPMT adalah ungu dan untuk bibit BPB dengan label berwarna biru.

E. Pemasaran Bibit Jeruk Siam Banjar

1. Produk (Product)

Produk yang ditawarkan KBH Salaman adalah bibit jeruk BPMT dan bibit jeruk BPB yang bersertifikat. Pada tahun 2012 KBH Salaman memproduksi 1000 bibit jeruk BPMT.

2. Harga (Price)

Harga yang ditawarkan pada konsumen untuk mendapatkan 1 batang bibit jeruk BPMT sebesar Rp 20.000,00. Bibit jeruk BPB seharga Rp 5.000,00/batang kepada konsumen dan Rp 4.500,00/batang untuk pedagang pengecer.

3. Promosi (Promotion)

Promosi yang di lakukan KBH Salaman yaitu kerjasama dengan dinas pertanian lain. Kerjasama ini akan memudahkan KBH Salaman mempromosikan bibit jeruk yang diproduksi, selain itu biaya yang dibutuhkan untuk promosi ini tidak membutuhkan biaya yang banyak. Selain kerjasama,

(26)

internet yaitu blog. Blog akan memudahkan KBH Salaman mengenalkan bibit jeruk terutama untuk konsumen individu.

4. Tempat (Place)

a. KBH Salaman à Konsumen Terakhir

Jalur pemasaran diatas adalah konsumen membeli langsung bibit ke KBH Salaman tanpa ada perantara, pembeli biasanya merupakan kantor dinas pertanian daerah lain yang kemudian akan menyalurkan bibit jeruk tersebut kepada petani – petani agar bisa mencukupi permintaan jeruk yang ada pasar. Selain itu, ada konsumen individu yang datang langsung ke KBH Salaman untuk membeli bibit jeruk. Jumlah bibit yang di salurkan menggunakan distribusi ini mencapai 70 % dari jumlah keseluruhan pemasaran.

Konsumen individu dalam jumlah kecil biasanya langsung saja membeli bibit jeruk walaupun bibit tersebut belum mendapatkan sertifikat. Hal tersebut dikarenakan konsumen tersebut ingin dengan segera mendapatkan bibit jeruk, selain itu tingkat kesadaran konsumen yang rendah akan sertifikasi bibit juga berpengaruh pada pembelian bibit tanpa sertifikat. Sertifikat pada bibit sangat penting untuk konsumen karena dengan label tersebut konsumen dapat mengajukan komplain apabila bibit yang diterima tidak sesuai dengan yang ditawarkan KBH Salaman. Penjualan bibit tanpa sertifikat juga tidak sesuai dengan fungsi KBH Salaman yaitu memproduksi benih hortikultura unggul dan bersertifikat. b. KBH Salaman à Perantara à Pedagang pengecer à Konsumen terakhir.

Perantara pembeli bibit jeruk dalam jumlah besar dari KBH Salaman tidak untuk konsumsi sendiri melainkan untuk dijual lagi kepada pedagang pengecer dengan harga yang lebih tinggi, dari pedagang pengecer kemudian dijual kepada konsumen akhir dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan harga asli dari KBH Salaman. Jumlah bibit yang

(27)

disalurkan menggunakan distribusi ini hanya 30% dari jumlah keseluruhan bibit jeruk yang dipasarkan.

(28)

F. Analisis Usaha

Tabel 4.5 Analisis Usaha dalam 1 Tahun Masa Produksi Bibit Jeruk Siam Banjar di KBH Salaman

No Keterangan Jumlah Harga

1. Biaya Variabel

a. Bahan Baku

- Pisau Okulasi 4 buah @ Rp 35.000,00

- Pupuk kandang 72,5 Kg @Rp 1.000,00 - Pupuk ZA 4,2 Kg @Rp 2.000,00 - Pupuk NPK 4,4 Kg @Rp 2.500,00 - Curacron 480 ml @Rp 21.000,00/100ml - Decis 480 ml @Rp 19.800,00/100ml - Daconil 630 ml @Rp 24.000,00/100ml - Biji jeruk 1 Kg @Rp 400.000,00 b. Sarana produksi - Plastik polybag 4 Kg @Rp 19.800,00

- Plastik okulasi 2 Roll @Rp 20.000,00

- Gunting pangkas 4 buah @Rp 35.000,00

- Depresiasi gunting pangkas 4 buah

- Gerobak dorong 3 buah @ Rp 400.000,00

- Depresiasi gerobak dorong 3 buah

Rp 140.000,00 Rp 72.500,00 Rp 8.400,00 Rp 11.000,00 Rp 100.800,00 Rp 95.040,00 Rp 151.200,00 Rp 400.000,00 Rp 79.200.00 Rp 40.000,00 Rp 140.000,00 (Rp 140.000,00) Rp 1.200.00,00 (Rp 240.000,00) 2. Biaya tetap - Pengolahan tanah 15 HKP @Rp 35.000,00 - Pemupukan 15 HKP @Rp 35.000,00 - Penyemaian 4 HKP @Rp 35.000,00 - Penyiangan 7 HKP @Rp 35.000,00 - Penyemprotan 4 HKP @Rp 35.000,00 - Pelaksanaan okulasi 10 HKP @Rp 35.000,00 - Sertifikasi 1000 bibit @Rp 300,00 - Biaya lain-lain Rp 525.000,00 Rp 525.000,00 Rp 140.000,00 Rp 245.000,00 Rp 140.000,00 Rp 350.000,00 Rp 300.000,00 Rp 250.000,00 Total Biaya Rp 4.608.740,00

(29)

Penerimaan = Harga Bibit x Jumlah Bibit = Rp 20.000,00 x 1000 = Rp 20.000.000,00

Keuntungan = Penerimaan – Total Biaya

= Rp 20.000.000,00 – Rp 4.608.740,00 = Rp 15.391.260,00

a. Revenue Cost Ratio (R/C)

Revenue Cost Ratio (R/C) adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. R/C menunjukkan tingkat efisien usaha yang dilakukan perusahaan.

R/C

=

=

= = 4,3

Usaha perbanyakan jeruk siam Banjar di KBH Salaman mempunyai R/C sebesar 4,3 yang artinya setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 maka penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 4,3.

b. Benefit Cost Ratio (B/C)

Benefit Cost Ratio (B/C) adalah perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. B/C menunjukkan tingkat keuntunagan yang di peroleh suatu perusahaan.

B/C

=

=

(30)

B/C yang diperoleh KBH Salaman dalam perbanyakan bibit jeruk siam Banjar sebesar 3,3 yang artinya setiap pengeluaran biaya Rp 1,00 akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 3,3. Suatu usaha dikatakan layak dijalankan apabila bila R/C dan B/C > 1

c. Break Even Point (BEP)

BEP (Break Event Point) merupakan titik impas usaha, nilai BEP dapat dengan diketahui pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha tidak memberi keuntungan dan tidak mengalami kerugian.

BEP Produksi bibit BPMT

=

=

= 230,4 = 230

BEP Harga bibit BPMT

=

=

= 4608,74= 4609

Dari perhitungan diketahui bahwa BEP Produksi bibit BPMT 230 batang. Produksi bibit BPMT di KBH Salaman lebih dari BEP Produksi yaitu 1000 batang, hal itu berarti KBH Salaman mendapatkan keuntungan. BEP harga bibit BPMT sebesar Rp 4.609,00. Harga jual 1 batang bibit BPMT Rp 20.000,00 dimana melebihi BEP harga, berarti KBH Salaman mendapatkan keuntungan dengan menjual Rp 20.000,00/batang.

Gambar

Tabel 4.2 Gedung dan Bangunan
Gambar 4.3 Gudang Alsin Dan Benih
Tabel 4.4 Sarana Produksi
Gambar 4.8 Blok Pengandaan Mata Tempel  2.  Pemeliharaan BPMT
+6

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada warga yang pernah atau sedang menderita Tuberkulosis Paru di Kelurahan Jaraksari, Wonosobo, Jawa Tengah termasuk dalam kategori

Pada teks mengenai Prabowo Subianto terdapat dua jenis struktur mood yaitu proposisi dan proposal; terdapat dua jenis sistem klausa yaitu deklaratif, dan interogatif;

fenomena yang terjadi di mana telah terjadi pergeseran fungsi cafe dari yang awalnya hanya menjadi tempat makan saja menjadi tempat berkumpul dan bersosialisasi,

Jika pada algoritma SLIQ nilai gini index dihitung dari jumlah rekod pada suatu atribut yang berasosiasi dengan kelas tertentu, maka pada pohon keputusan fuzzy berbasis gini ,

Hasil peringkat skor tingkat kepercayaan yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa rasa jamu enak dan dapat menyembuhkan dengan cepat adalah atribut jamu yang paling

Pada tahap perencanaan lebih menekankan kepada; penentukan nilai karakter yang akan diterapkan di madrasah bersangkutan, merancang kurikulum karakter terintegratif dengan

Di mana dirumuskan bahwa tujuan Sosialisme Indonesia sebagai pancaran Pancasila hendaknya selalu menjiwai penyusunan Undan-undang Hukum Warisan Nasional, dengan

Pengertian matematis piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkis sila-sila Pancasila merupakan rangkaian tingkat dalam urutan luas (kuantitas) dan