commit to user
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Pengendalian Mutu
Pelaksanaan pengendalian mutu dan kegiatan produksi harus dilaksanakan
secara terus-menerus untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan
dari rencana standar agar dapat segera diperbaiki. Secara garis besar,
pengendalian mutu menurut Prawirosentono (2004) dapat diklasifikasikan
menjadi (1) pengendalian mutu bahan baku, (2) pengendalian dalam proses
pengolahan dan (3) pengendalian mutu produk akhir.
Menurut Feigenbaum dalam Tenner (1992), Pengendalian mutu adalah
pengukuran kinerja produk, membandingkan dengan standar dan spesifikasi
produk, serta melakukan tindakan koreksi bila ada penyimpangan. Tiga langkah
utama dalam pengendalian mutu adalah : (1) menetapkan standar (2) menilai
kesesuaian (mengukur dan membandingkan dengan standar), dan (3) melakukan
tindakan koreksi bila diperlukan
1.
Pengendalian mutu bahan baku (daging ayam)
a.
Evaluasi pengendalian mutu
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan abon adalah daging
ayam. Daging ayam yang digunakan dalam produksi abon berasal dari
daerah Kampung Sewu, Solo. Pembelian bahan baku daging ayam
dilakukan dengan cara pemesanan yang kemudian akan diantar oleh pihak
supplier
. Didalam sebuah pengolahan abon, untuk menghasilkan produk
yang berkualitas dan memenuhi syarat mutu yang telah ditentukan, maka
diperlukan pula bahan baku yang berkualitas dan memenuhi syarat mutu
yang telah ditentukan. Untuk mengevaluasi mutu daging ayam, maka
akan dibandingkan dengan standar mutu (Suryani dkk, 2007)
terhadap
bahan baku daging ayam yang dapat dilihat pada
Tabel 4.1
.
commit to user
Tabel 4.1
Hasil Pengujian Organoleptik Daging Ayam
No.
Uji
organolpetik
Hasil uji
Persyaratan (Suryani dkk, 2007)
1.
Warna
Permukaan kulit
berwarna putih
Permukaan kulit ayam putih
kekuningan
2.
Bau
Berbau
agak
amis
Bau khas dari agak amis sampai
tidak berbau
3.
Konsistensi
Bagian
otot
dada
agak
kenyal
Konsistensi bagian otot dada dan
paha agak kenyal
4.
Kebersihan
Ada sisa darah
Tidak ada sisa darah pada
pembuluh darah di bagian leher
dan sayap.
Sumber : Hasil Uji Organoleptik
Didalam pengolahan suatu produk makanan, bahan baku menjadi faktor
yang sangat penting untuk diperhatikan karena akan mempengaruhi mutu
produk akhir. Maka perlu dilakukan pengendalian mutu pada bahan baku
yaitu dengan melakukan uji organoleptik daging ayam . Berdasarkan
Tabel
4.1
maka dapat diketahui bahwa daging ayam dari
supplier
sudah cukup
memenuhi syarat mutu yang ditentukan, hanya saja dalam kategori
kebersihan pada daging ayam masih ditemukan sisa darah.
commit to user
b.
Konsep pengendalian mutu untuk perbaikan
Pengendalian mutu yang dilakukan untuk perbaikan mutu daging
ayam yaitu dengan melakukan penyortiran bahan baku. Daging ayam yang
dipilih adalah yang berwarna putih sampai kekuningan, berbau agak amis
sampai tidak berbau, mempunyai konsistensi yang agak kenyal dan tidak
ada sisa darah pada pembuluh darah. Jika daging ayam tidak memenuhi
persyaratan mutu yang telah ditentukan maka perlu dilakukan suatu
tindakan sebagai langkah untuk perbaikan. Konsep pengawasan mutu
untuk bahan baku daging ayam dapat dilihat pada
Tabel 4.2
.
Tabel 4.2
Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Daging Ayam
Bahan
Parameter
Batas kritis
Prosedur
Pemantauan
Tindakan
Pengendalian
Daging
ayam
Keadaan
umum
-
Permukaan kulit
gelap dan
kusam
-
Bau sangat amis
-
Daging lembek
Pengecekan
secara visual
Dilakukan
penyamplingan
dan sortasi
Kebersihan
Banyak terdapat
sisa darah
Pengecekan
secara visual
Dilakukan
pencucian
sampai bersih
Di UKM ini tidak terdapat penyimpanan sementara bahan baku,
setiap bahan baku yang datang langsung diproses menjadi abon melalui
proses pendahuluan terlebih dahulu. Pada proses perlakuan pendahuluan
terhadap daging ayam ini dilakukan pengawasan mutu yang meliputi
keadaan umum dan kebersihan. Kedua kriteria tersebut meliputi batas
kritis, prosedur pemantauan dan tindakan pengendalian masing masing
parameter.
commit to user
2.
Pengendalian mutu bahan tambahan
Pada proses pembuatan abon ayam ini memerlukan beberapa bahan
tambahan yang mempunyai fungsi masing-masing. Penggunaan bahan
tambahan pada produk makanan perlu mendapatkan pengawasan mutu. Hal
ini karena bahan tambahan yang digunakan juga berpengaruh terhadap mutu
produk akhir. Beberapa bahan lain yang digunakan dalam pembuatan abon
ayam adalah santan kelapa, minyak goreng, air, gula pasir, garam, bawang
putih, bawang merah, ketumbar dan penyedap rasa.
a.
Santan kelapa
1.
Evaluasi pengendalian mutu
Santan kelapa yang digunakan dalam pembuatan abon ini adalah
santan yang dibuat sendiri dari pihak UKM sebelum mengolah abon
ayam. Santan (
Gambar 4.2
) diperoleh dari hasil pemerasan kelapa
tua. UKM NTH ini menyuplai kelapa tua dari pasar tradisional. Kelapa
tua tersebut dikupas dan dibuang airnya, kemudian daging buah
diparut menggunakan mesin parut. Hasil parutan tersebut akan diperas
menggunakan tangan. Santan yang keluar disaring menggunakan
saringan agar tidak tercampur oleh partikel hasil pemarutan. Santan
yang digunakan di UKM ini tidak terdapat kotoran sama sekali karena,
kelapa yang akan diparut sebelumnya sudah dikupas bagian kulit
arinya yang berwarna cokelat. Sehingga tidak terdapat kotoran pada
santan.
commit to user
Gambar 4.2
Santan Kelapa
Pengawasan mutu terhadap santan kelapa dapat dilihat pada
Tabel
4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Organoleptik Santan Kelapa
No.
Uji
organolpetik
Hasil uji
Persyaratan
1
2
Warna
Bau
Putih bersih
Normal
Putih bersih
Normal
3
Kotoran
Tidak ada
Tidak ada
Sumber :Hasil Uji Organoleptik
2.
Konsep pengendalian mutu untuk perbaikan
Pengendalian mutu bahan baku santan adalah pemilihan jenis
kelapa dan kesegaran santan. Kelapa untuk santan harus dipilih dari
jenis kelapa tua, dan belum busuk. Kelapa yang telah dipecah harus
segera diparut dan diperas agar tidak menjadi busuk. Alat pengupas,
pemarut serta pengepres juga harus bersih dan tidak berkarat. Tempat
penyimpanan juga harus bersih dan tidak lembab.
Untuk pengendalian mutu perbaikan santan karena belum terdapat
standar mutu tertentu, maka ditetapkan standar mutu yang baik untuk
membandingkan santan yang diproduksi di UKM NTH.
commit to user
Tabel 4.4
Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Bahan Tambahan
Santan
Bahan
Parameter
Batas Kritis
Prosedur
Pemantauan
Tindakan
Pengendalian
Santan
Kenampakan
Bau
Kotoran
Putih bersih
Berbau
Tidak ada
Dipantau secara
visual saat
santan akan
digunakan
untuk proses
produksi.
Dipastikan
kebersihan dari
santan ketika
akan digunakan
Dilakukan
pengecekan
terhadap
kenampakan dan
bau dari santan.
Dilakukan
pengecekan
kebersihan santan
b.
Minyak goreng
1.
Evaluasi pengendalian mutu
Minyak goreng yang digunakan di UKM NTH ini adalah minyak
goreng curah. Minyak goreng yang digunakan dalam pembuatan abon
ayam belum memenuhi standar yang telah ditentukan karena minyak
goreng yang digunakan adalah minyak goreng hasil dari pengepresan
minyak setelah penggorengan abon, jadi tidak menggunakan minyak
baru. Sehingga warnanya sudah keruh, dan tidak mempunyai bau dan
rasa yang normal.
Tabel 4.5
Hasil Uji Organoleptik Minyak Goreng
No.
Uji
Organoleptik
Hasil Uji
Persyaratan
(SNI 01-3741-1995)
1.
2.
3.
Warna
Bau
Rasa
Keruh
Berbau tengik
Tidak ada
Normal
Normal
Tidak mempunyai rasa
Sumber :
Hasil Uji Organoleptik
Jika dilihat dari
Tabel 4.5
maka dapat diketahui bahwa minyak
goreng yang digunakan belum memenuhi standar mutu SNI minyak
commit to user
goreng yang telah ditentukan. Dalam hal ini perlu ada pengendalian
mutu untuk perbaikan agar tidak terjadi penurunan mutu produk akhir.
2.
Konsep pengendalian mutu dan perbaikan
Tabel 4.6
Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Bahan Tambahan
Minyak Goreng
Bahan
Parameter
Batas Kritis
Prosedur
Pemantauan
Tindakan
Pengendalian
Minyak
Goreng
Kenampakan
Bau
Bening
Tidak berbau
Dipantau secara
visual saat
minyak akan
digunakan
untuk proses
produksi.
Dilakukan
penggantian
minyak secara
berkala dengan
minyak yang
baru.
Tindakan pengendalian yang dilakukan untuk perbaikan mutu
minyak goreng adalah apabila minyak sudah terlihat keruh dan sudah
maksimal 2 kali pemakiaan serta berbau maka dilakukan penggantian
minyak secara berkala dengan minyak yang baru. Untuk mencegah
terjadinya kontaminasi silang maka minyak harus disimpan pada
wadah yang tertutup dan ditempat yang kering serta tidak langsung
terkena sinar matahari.
c.
Air
1.
Evaluasi pengendalian mutu
Air yang digunakan untuk proses produksi di UKM NTH adalah
air sumur. Dalam proses pembuatan abon ayam air digunakan untuk
proses pencucian dan perebusan daging ayam. Air perlu mendapatkan
pengawasan mutu karena berpengaruh terhadap kualitas produk air.
Hasil uji organoleptik pada air dapat dilihat pada
Tabel 4.7.
commit to user
Tabel 4.7
Hasil Uji Organolpetik Air Sumur
No.
Uji Organoleptik
Hasil Uji
Persyaratan
(SNI-01-3553-1994)
1.
2.
3.
Warna
Bau
Rasa
Jernih
Tidak berbau
Tidak ada
Tidak berwarna, jernih
Tidak berbau
Tidak mempunyai rasa
Sumber : Hasil Uji Organoleptik
Air yang digunakan untuk proses pencucian dan perebusan daging
ayam telah memenuhi standar yaitu berwarna jernih, tidak berbau dan
tidak berasa.
2.
Konsep pengendalian mutu dan perbaikan
Tabel 4.8
Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Bahan Tambahan Air
Sumur
Bahan
Parameter
Batas Kritis
Prosedur
Pemantauan
Tindakan
Pengendalian
Air
sumur
-
Keadaan
umum
-
Warna
-
Rasa
-
Bau
Bersih
Tidak
berwarna
Tidakberasa
(netral)
Tidak berbau
Dipantau
secara visual
saat air akan
digunakan
untuk proses
produksi.
Lubang sumur
ditutup dengan
kayu.
Penggunaan air untuk proses produksi abon ayam perlu dilakukan
pengawasan dan perhatian. Hal ini berfungsi untuk memastikan atau
melakukan pengendalian tentang kualitas air yang digunakan sudah
memenuhi syarat yang telah ditentukan atau belum. Tindakan
pengendalian yang dilakukan untuk menjaga kualitas air agar selalu
baik adalah dengan melakukan pemantauan secara visual terhadap air
yang akan digunakan untuk proses produksi dan karena sumber air
berasal dari sumur maka sebaiknya lubang pada sumur diberikan
penutup agar tidak tercemar benda asing.
commit to user
d.
Gula
1.
Evaluasi pengendalian mutu
Dalam pengolahan bahan makanan gula mempunyai beberapa
fungsi yaitu sebagai penambah cita rasa manis. Pada pembuatan abon,
selain berfungsi sebagai penambah cita rasa manis, gula juga berfungsi
sebagai bahan pengawet atau dapat memperpanjang umur simpan
abon. Penggunaan gula pasir dalam pembuatan abon ayam perlu
diperhatikan pengendalian mutunya. Pengawasan mutu terhadap gula
pasir dapat dilihat pada
Tabel 4.9
.
Tabel 4.9
Hasil Uji Organoleptik Gula Pasir
No. UjiOrganoleptik
Hasil Uji
Persyaratan
(Menik, 2009)
1.
Warna
Putih
Putih/terang
2.
Bentuk
Tidak
menggumpal
Butiran tidak menggumpal
3.
Keadaan
Kering
Kering
4.
Rasa
Manis
Manis
5.
Cemaran benda
asing
Tidak ada
Bebas dari kotoran
Sumber : Hasil Analisis Organoleptikcommit to user
Berdasarkan
Tabel 4.9
maka dapat dilihat bahwa gula pasir yang
digunakan untuk pengolahan abon ayam di UKM NTH sudah
memenuhi standar mutu yang telah ditentukan, mulai dari warna,
bentuk, kedaan, rasa dan ada tidaknya cemaran benda asing.
2.
Konsep pengendalian mutu dan perbaikan
Gula mempunyai sifat yang higroskopis, yaitu kemampuan untuk
menyerap air. Sehingga penambahan gula pada produk pangan dapat
memperpanjang umur simpan. Menurut Tien (1997), kemampuan gula
sebagai bahan pengawet alami bertujuan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri, penggunaan gula pasir minimal 3% atau
30gram/kg bahan. Selain itu gula juga berfungsi sebagai cita rasa.
Rasa manis dari abon ayam salah satunya didapat dari penambahan
gula. Rasa yang dihasilkan dari produk pangan sangat berpengaruh
terhadap penerimaan konsumen.Spesifikasi dan pengendalian mutu
gula pasir untuk perbaikan dapat dilihat pada
Tabel 4.10.
Tabel 4.10
Spesifikasidan Pengendalian MutuGula Pasir
Bahan
Parameter
Batas Kritis
Prosedur
Pemantauan
Tindakan
Pengendalian
Gula
pasir
-
Warna
-
Bentuk
-
Keadaan
-
Rasa
-
Cemaran
benda asing
-
Putih/terang
-
Tidak
menggumpal
-
Manis
-
Bebas
dari
kotoran
Dipantau
secara visual
saat gula
akan
digunakan
untuk proses
produksi.
-
Dilakukan
sortasi kembali
-Menyimpan di
tempat kering,
bebas cemaran
dan dalam
keadaan
tertutup rapat
e.
Garam
1.
Evaluasi pengendalian mutu
Garam mempunyai peranan penting dalam bahan pangan.
Beberapa fungsi garam adalah untuk memberikan cita rasa (
flavor
enhancer
), sebagai bahan pengawet, menghambat pertumbuhan
commit to user
stabilitas bahan pangan (Anonim
3, 2013). Pengawasan mutu pada
garam dapat dilihat pada
Tabel 4.11.
Gambar 4.4
Garam
Tabel 4.11
Hasil Pengujian Organoleptik Garam
No.
Uji
Organoleptik
Hasil Uji
Persyaratan
(SNI 01-3556-2000)
1.
2.
3.
4.
Warna
Rasa
Aroma
Kotoran
Putih
Asin
Khas garam
Tidak ada
Putih kristal
Asin
Normal
Tidak ada
Sumber : Hasil Analisis OrganoleptikJika dilihat pada
Tabel 4.11
maka garam yang digunakan pada
UKM NTH telah memenuhi standar mutu berdasarkan SNI
01-3556-2000. Tidak terjadi penyimpangan mutu antara mutu garam yang
dugunakan di UKM NTH dengan standar mutu yang telah ditetapkan.
Karakteristik garam berwarna putih, mempunyai rasa asin,
mempunyai aroma khas garam dan tidak terdapat kontaminasi
kotoran.
commit to user
2.
Konsep pengendalian mutu dan perbaikan
Tabel 4.12
Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Bahan Tambahan Garam
Bahan
Parameter
Batas Kritis
Prosedur
Pemantauan
Tindakan
Pengendalian
Garam
Warna
Rasa
Bau
Kotoran
-
Putih kristal
-
Asin
-
Aroma khas
garam
-
Tidak
ada
kotoran
Pemilihan
dan
penanganan
secara tepat
Dilakukan sortasi
kembali
Menyimpan di
tempat kering, bebas
cemaran dan dalam
keadaan tertutup
rapat
Pemakaian garam pada proses pembuatan abon ayam di UKM
NTH sudah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Tetapi akan lebih
baik lagi apabila apabila dilakukan prosedur pemantauan dengan cara
melakukan pemilihan dan penanganan bahan secara tepat. Tindakan
pengendalian yang dilakukan untuk menjaga kualitas garam yang
digunakan agar selalu baik adalah dengan melakukan sortasi kembali
pada garam, dan menyimpan dalam tempat yang kering, dan dalam
keadaan tertutup agar terbebas dari cemaran benda asing.
f.
Bawang putih
1.
Evaluasi pengendalian mutu
Bawang putih adalah umbi dari tanaman bawang putih (
Allium
sativum L
.) yang terdiri dari siung-siung bernas, kompak dan masih
terbungkus oleh kulit luar, bersih dan tidak berjamur (SNI-1992).
Bawang putih digunakan dalam pembuatan abon ayam sebagai
penambah citarasa yang khas pada abon. Selain sebagai penambah
rasa, bawang putih juga berfungsi untuk memperpanjang umur simpan
produk abon atau sebagai bahan pengawet alami. Pengawasan mutu
bawang putih di UKM NTH dapat dilihat pada
Tabel 4.13
.
commit to user
Tabel 4.13
Hasil Pengujian Organoleptik Bawang Putih
No.
Uji organoleptik
Hasil uji
Persyaratan
(SNI
01-3160-1992)
1
Kesamaan sifat
varietas
Seragam
Seragam
2
Tingkat ketuaan
Tua
Tua
3
Kekompakan
siung
Seragam
Kompak
4
Kekeringan
Kering
Kering simpan
5
Kulit luar
pembungkus ubi
Sempurna
Sempurna menutup
umbi
6
Kerusakan, %
(b/b) maks.
-
5
7
Busuk, % (b/b)
maks.
-
1
8
Kotoran
Tidak ada
Tidak ada
Sumber : Hasil Analisis Organoleptik
Gambar 4.5
Bawang Putih
Berdasarkan
Tabel 4.13
maka dapat diketahui bahwa bawang
putih yang digunakan di UKM NTH sudah memenuhi persyaratan
sebagaimana yang telah ditentukan.
commit to user
2.
Konsep pengendalian mutu dan perbaikan
Untuk mendapatkan produk abon ayam dengan kualitas yang baik
maka juga diperlukan bahan-bahan pembuatan yang bermutu baik pula
termasuk bawang putih. Dalam pemakaian bawang putih diperlukan
pengawasan mutunya untuk memastikan baik buruknya kualitas dari
bawang putih yang digunakan. Sehingga akan diketahui tindakan
pengendalian yang harus dilakukan untuk penanganan bawang putih.
Pengendalian mutu dan perbaikan bawang putih dapat dilihat pada
Tabel 4.14.
Tabel 4.14
Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Bahan Tambahan Bawang Putih
Bahan
Parameter
Batas Kritis
Prosedur
Pemantauan
Tindakan
Pengendalian
Bawang
putih
-
Kesamaan
sifat varietas
-
Tingkat
ketuaan
-
Kekompakan
siung
-
Kekeringan
-
Kulit luar
pembungkus
ubi
-
Kerusakan, %
(b/b) maks.
-
Busuk, %
(b/b) maks.
-
Kotoran
-
Seragam
-
Tua
-
Seragam
- kering
- sempurna
-
0 %
-0%
-tidak ada
Pemilihan
dan
penanganan
secara tepat
Dilakukan sortasi
kembali secara teliti
Menyimpan di
tempat kering, bebas
cemaran dan dalam
keadaan tertutup
rapat
commit to user
g.
Bawang merah
1.
Evaluasi pengendalian mutu
Menurut SNI 01-3159-1989, Bawang merah adalah umbi lapis
tanaman bawang merah (
Allium ascalonicum L
.) yang terdiri dari
siung-siung bernas, utuh, segar dan bersih. Penambahan bawang
merah pada pembuatan abon dapat menambah citarasa gurih pada
abon. Sehingga akan dihasilkan abon yang memiliki rasa yang khas
karena menggunakan berbagai macam rempah-rempah.
Tabel 4.15 Hasil Uji Organoleptik Bawang Merah
No.
Uji organoleptik
Hasil uji
Persyaratan
(SNI 01-3159-1992)
1
Kesamaan sifat
dan varietas
Seragam
Seragam
2
Ketuaan
Tua
Tua
3
Kekerasan
Keras
Keras
4
Kekeringan
Kering
Kering simpan
5
Kerusakan %
(b/b) maks.
-
5
6
Busuk % (b/b)
maks.
-
1
7
Kotoran % (b/b)
maks.
Tidak ada
Tidak ada
Sumber : Hasil Uji Organoleptik
commit to user
Berdasarkan
Tabel 4.15
diatas maka dapat disimpulkan bahwa
bawang merah yang digunakan di UKM NTH telah menemenuhi
syarat mutu yang telah ditentukan, sehingga penggunaan bawang
merah sudah bisa dikatakan layak.
2.
Konsep pengendalian mutu dan perbaikan
Pemakaian bawang merah pada pembuatan abon ayam perlu
mendapatkan pengawasan mutu. Tindakan pengendalian yang
dilakukan adalah dengan melakukan sortai secara teliti setiap kali akan
menggunakan bawang merah untuk proses produksi abon ayam.
Pemilihan bawang merah dilihat dari beberapa parameter yaitu tingkat
kesamaan varietas, tingkat ketuaan, kekerasan, kekeringan, kerusakan,
kebusukan dan ada tidaknya kotoran. Untuk spesifikasi dan tindakan
pengendalian bawang putih tersaji pada
Tabel 4.16.
Tabel 4.16
Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Bahan Tambahan Bawang Merah
Bahan
Parameter
Batas Kritis
Prosedur
Pemantauan
Tindakan
Pengendalian
Bawang
putih
-
Kesamaan
sifat varietas
-
Tingkat
ketuaan
-
Kekerasan
-
Kekeringan
-
Kerusakan %
(b/b) maks
-
Busuk, %
(b/b) maks.
-
Kotoran
-
Seragam
-
Tua
-
Seragam
-
Keras
-
Kering
-
0%
--
0%
tidak ada
Pemilihan
dan
penanganan
secara tepat
Dilakukan sortasi
kembali secara teliti
Menyimpan di
tempat kering, bebas
cemaran dan dalam
keadaan tertutup
rapat
commit to user
h.
Ketumbar
1. Evaluasi pengendalian mutu
Pada pembuatan abon ayam ditambahkan dengan ketumbar.
Penambahan ketumbar bertujuan untuk menambah citarasa gurih yang
khas pada abon. Pengawasan mutu penggunaan ketumbar pada
pembuatan abon di UKM NTH dapat dilihat pada
Tabel 4.17.
Tabel 4.17
Hasil Uji Organoleptik Ketumbar
No.
Uji
Organoleptik
Hasil Uji
Persyaratan
(Fany Nely, 2007)
1.
2.
3.
4.
Bentuk
Warna
Ukuran
Kotoran
Biji kecil
Cokelat muda
1 mm
Tidak ada
Biji-biji
kecil,
berongga
Cokelat muda-tua
1-2 mm
Tidak ada
Sumber : Hasil Uji Organoleptik
Gambar 4.7
Bubuk Ketumbar
Jika dilihat pada
Tabel4.17
, ketumbar yang digunakan di UKM
NTH sudah memenuhi syarat yang telah ditentukan mulai dari kategori
bentuk, warna, dan ukuran.
commit to user
2. Konsep pengendalian mutu dan perbaikan
Tabel 4.18
Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Bahan Tambahan Ketumbar
Bahan
Parameter
Batas Kritis
Prosedur
Pemantauan
Tindakan
Pengendalian
Ketumbar
Bentuk
Warna
Ukuran
Kotoran
-
Biji kecil
-
Cokelat
muda- tua
-
1-2 mm
-
Tidak ada
kotoran
Pemilihan
dan
penanganan
secara tepat
Dilakukan sortasi
kembali
Menyimpan di
tempat kering, bebas
cemaran dan dalam
keadaan tertutup
rapat
Tindakan pengendalian yang dilakukan untuk menjaga kualitas
ketumbar agar selalu dalam keadaan baik adalah dengan cara
melakukan sortasi terlebih dahulu sebelum pemakaian. Dan untuk
menjaga agar ketumbar tidak mengalami penurunan mutu adalah
dengan cara menyimpan ketumbar ditempat yang kering, dalam
keadaan tertutup agar tidak terkontaminasi oleh benda asing.
i.
Penyedap rasa
1. Evaluasi pengendalian mutu
Bumbu penyedap rasa telah banyak digunakan pada proses
pemasakan, telah menjadi bagian dari gaya hidup saat ini yang
menuntut kepraktisan dalam memasak. Bumbu penyedap rasa ini dapat
memperkaya rasa suatu makanan sehingga nilai penerimaan makanan
dapat menjadi lebih baik (Eritha, 2006). Penyedap rasa yang digunakan
di UKM NTH adalah micin. Pengawasan mutu pada penggunaan
penyedap rasa di UKM dapat dilihat pada
Tabel 4.19.
commit to user
Gambar 4.8
Penyedap Rasa
Tabel 4.19.
Hasil Uji Organoleptik Penyedap Rasa
No.
Uji
Organoleptik
Hasil Uji
Persyaratan
(Eritha, 2006)1.
2.
3.
4.
Bau
Rasa
Bentuk
Warna
Tidak berbau
Gurih
Kristal
Putih
Tidak berbau
Nyata, gurih
Kristal
Putih
Sumber : Hasil Uji Organoleptik
2. Konsep pengendalian mutu dan perbaikan
Tabel 4.20
Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Bahan Tambahan
Penyedap Rasa
Bahan
Parameter
Batas Kritis
Prosedur
Pemantauan
Tindakan
Pengendalian
MSG
Warna
Rasa
Bau
Bentuk
-
Putih
-
Gurih
-
Tidak berbau
-
Kristal
Pemilihan
dan
penanganan
secara tepat
Dilakukan sortasi
kembali
Menyimpan di
tempat kering, bebas
cemaran dan dalam
keadaan tertutup
rapat
Penggunaan MSG pada pembuatan abon ayam diperlukan
pengendalian mutu perbaikan agar didapatkan mutu penyedap rasa
yang memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Mono Sodium Glutamat
commit to user
glutamat dan merupakan senyawa citarasa. MSG murni tidak berbau
tetapi memiliki rasa yang nyata yaitu campuran rasa manis dan asin.
Bentuk MSG adalah bubuk kristal berwarna putih, bersifat sebagai
flavour enhancer
bila ditambahkan kedalam bahan makanan. MSG
dapat diperoleh dari pati, gula bit, atau gula tebu
.
MSG menstimulasi
reseptor glutamat pada lidah sehingga diperolehrasa gurih (seperti
daging) (Anonim :2006 dalam Eritha : 2006).
3.
Pengendalian mutu proses
Pengendalian mutu proses mempunyai tujuan yaitu untuk melakukan
evaluasi proses pembuatan abon ayam dan melakukan tindakan perbaikan.
Pengendalian mutu dilakukan pada setiap tahapan proses pembuatan abon
ayam. Keseluruhan tahapan proses pembuatan abon ayam dapat dilihat pada
Gambar 4.22
.
Tabel 4.21.
Hasil Evaluasi Mutu Proses Pembuatan Abon Ayam
No.
Uraian
Hasil pengamatan
Persyaratan
(Sutaryo
dan
Sri
Mulyani : 2004)
1
Pencucian
-
Tidak ada kotoran
pada air
-
Tidak terjadi
kerusakan dan
kebusukan pada
daging ayam
-
Dilakukan
pemisahan lemak
dari daging
-
Air tidak mengandung
bahan berbahaya
-
Daging bebas dari
kotoran
-
Daging tidak rusak
dan tidak busuk
-
Daging bebas dari
lemak yang menempel
2
Perebusan
-
Kondisi alat bersih
-
Kondisi tempat
kurang bersih
-
Lama perebusan 1
jam
-
Nyala bara api selalu
dijaga
-
Kondisi alat dan
tempat yang bersih
-
Tingkat kematangan
-
Waktu perebusan ±1
jam
-
Nyala api yang
konstan/tetap
3
Pencabikan
-
Daging
dicabik/disuwir
berdasarkan seratnya
-
Tekstur daging
memisah sesuai
seratnya
commit to user
-
Daging dipisahkan
dari tulang muda dan
tulang keras
-
Daging bebas dari
tulang muda dan
tulang keras
-
Kondisi alat
penumbuk yang bersih
-
Tangan pekerja dalam
kondisi higienis
4
Pencampuran
bumbu
-
Dilakukan
penimbangan untuk
ketepatan formulasi
bumbu
-
Ketepatan formulasi
bumbu
-
Pemerataan dan
peresapan pada semua
bagian daging
5
Penggorengan
-
Minyak goreng
dipakai
berulang-ulang
-
Lama penggorengan
1 jam
-
Penggorengan
dihentikan ketika
matang dan warna
berubah menjadi
cokelat keemasan
-
Minyak goreng yang
digunakan maksimal 3
kali pemakaian
-
Kematangan daging
setelah menjadi abon
-
Warna coklat
keemasan yang merata
-
Lama penggorengan
±1 jam
6
Pengepresan
Alat dalam keadaan
bersih
Kondisi alat
pengepres dalam
kedaan bersih
7
Penguraian
Alat dalam keadaan
bersih
Kondisi alat pengurai
abon dalam keadaan
bersih
8
Pengemasan
-
Pengemasan abon
ketika sudah dingin
-
Abon dikemas
dengan rapat
-
Pengemasan
dilakukan ketika abon
dalam keadaan dingin
-
Kemasan harus rapat
dan tidak ada yang
terbuka
commit to user
a.
Pencucian
1.
Evaluasi pengendalian mutu
Proses pencucian daging ayam dilakukan dengan cara meletakkan
daging ayam pada sebuah ember kemudian diisi dengan air sampai
penuh untuk mencuci. Ketika proses pencucian, dilakukan
penggantian air sampai 3 kali, hal ini dilakukan untuk mendapatkan
tingkat kebersihan daging ayam yang maksimal. Hal penting lainnya
yang dilakukan ketika proses pencucian yaitu pemisahan lemak yang
menempel pada daging ayam. Hal ini dilakukan karena apabila lemak
tidak dipisahkan dari daging maka dapat berpengaruh pada hasil
akhirnya tidak mendapatkan hasil yang bagus yaitu akan terdapat
gumpalan-gumpalan lemak yang menempel pada daging ketika masuk
pada proses perebusan. Proses pencucian daging ayam dapat dilihat
ada
Gambar4.9
.
Gambar 4.9
Proses Pencucian Daging Ayam
Tujuan pencucian adalah untuk menghilangkan sisa darah dan
kotoran yang masih menempel pada daging. Pada proses pencucian
daging ayam juga dipisahkan dari tulang-tulang yang masih terikut.
commit to user
2.
Konsep pengendalian mutu dan perbaikan
Didalam pengendalian mutu proses pencucian harus dilakukan
dengan menggunakan air yang bersih dan mengalir, wadah pencucian
yang bersih. Wadah pencucian selalu dicuci dan dibersihan ketika
sebelum dan sesudah dipakai. Air bekas cucian sebaiknya segera
dibuang pada saluran pembuangan agar tidak menggenang ditempat
pencucian yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas bahan
baku karena air kotor (bekas cucian) akan mempercepat tumbuhnya
mikroba dan bakteri patogen. Konsep pengendalian mutu dan
perbaikan yang harus dilakukan yaitu dengan melihat kondisi bahan
baku jika terjadi kebusukan. Apabila terjadi kebusukan pada daging
ketika daging datang dari
supplier
sebaiknya daging dikembalikan dan
memilih daging lain yang masih segar (
fresh
).
b.
Perebusan
1.
Evaluasi pengendalian mutu
Proses perebusan dilakukan dengan cara meletakkan daging
ayam yang telah dicuci bersih dalam sebuah panci besar yang telah
diisi dengan air. Jumlah air yang digunakan untuk proses
perebusan adalah sampai daging ayam semuanya tercelup pada air
didalam panci. Air yang digunakan untuk perebusan ditambahkan
dengan daun salam untuk mendapatkan aroma yang khas sedap.
Tujuan dilakukan proses perebusan adalah untuk mendapatkan
tekstur daging yang matang dan empuk agar mempermudah ketika
proses pencabikan/ penyuwiran daging.
commit to user
Gambar 4.10
Perebusan Daging Ayam
Gambar 4.11
Hasil Perebusan Daging Ayam
Proses perebusan dilakukan selama ± 1 jam atau sampai
kira-kira daging telah matang dan empuk teksturnya. Setelah proses
perebusan selesai, kemudian daging ayam ditiriskan untuk
selanjutnya masuk ke proses pencabikan. Sumber panas yang
digunakan untuk memanaskan air ketika proses perebusan adalah
arang panas. Penggunaan arang dalam proses perebusan ini dapat
menghasilkan abu yang dapat mengontaminasi daging ayam ketika
dilakukan proses perebusan. Abu yang dihasilkan dari proses
pembakaran juga cenderung membuat ruang tempat perebusan
commit to user
menjadi kotor oleh abu dari arang. Kondisi ruang tempat
perebusan dapat dilihat pada
Gambar 4. 12
.
Gambar 4.12
Ruang Tempat Perebusan
2.
Konsep pengendalian mutu dan perbaikan
Dilihat dari kondisi tempat perebusan daging ayam di UKM
NTH terlihat agak kotor oleh debu-debu yang dihasilkan dari
pembakaran arang. Untuk mengantisipasi terjadinya kontaminasi
debu terhadap daging ayam maka sebaiknya dilakukan
penggantian sumber energi panas dengan gas elpiji. Penggantian
sumber energi menggunakan gas elpiji tidak menimbulkan adanya
polusi seperti debu yang dihasilkan dari pembakaran arang.
Sehingga tempat perebusan daging ayam menjadi bersih dan bebas
dari kontaminan debu arang.
c.
Pencabikan
1.
Evaluasi pengendalian mutu
Setelah ditiriskan, daging ayam yang telah direbus kemudian
dilakukan pencabikan/penyuwiran. Proses pencabikan dilakukan
dua kali yaitu pertama menggunakan alat tumbuk dan yang kedua
adalah secara manual dengan menggunakan tangan. Penumbukan
daging ayam yang telah direbus dilakukan dengan tujuan agar
commit to user
mempermudah proses pencabikan dengan menggunakan tangan.
Tujuan dilakukan proses pencabikan adalah untuk mendapatkan
serat-serat halus dan seragam sehingga ketika dilakukan proses
pembumbuan dapat tersebar merata dan meresap kedalam daging.
Gambar 4.13
Penumbukan Daging Ayam
Gambar 4.14
Proses Pencabikan Daging Ayam
Ketika dilakukan proses pencabikan, juga dilakukan proses
pemisahan daging dari tulang keras dan tulang lunak yang masih
terikut. Setelah proses pencabikan selesai maka daging ayam yang
telah disuwir siap untuk dilakukan proses penggorengan.
commit to user
2.
Konsep pengendalian mutu dan perbaikan
Proses pencabikan daging ayam terdapat dua tahap yaitu tahap
pertama menggunakan alat penumbuk dan yang kedua secara
manual menggunakan tangan manusia. Dapat dilihat pada
Gambar 4.14
bahwa proses pencabikan daging ayam dengan
menggunakan tangan tanpa memakai sarung tangan. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya kontaminasi silang bakteri dari tangan ke
daging ayam. Tindakan yang dilakukan untuk mencegah dan
menghilangkan adanya kontaminasi adalah dengan memberikan
sarung tangan kepada para pekerja dan memberikan pengetahuan
lebih kepada para pekerja akan pentingnya kebersihan dalam
mengolah produk makanan, agar dihasilkan produk makanan yang
aman, sehat dan bergizi untuk dikonsumsi para konsumen.
d.
Proses pembumbuan
1.
Evaluasi pengendalian mutu
Bumbu-bumbu yang digunakan untuk pembuatan abon ayam
yaitu gula sebanyak 30 gr, garam 30 gr, ketumbar 110 gr, bawang
merah 125 gr, bawang putih 125 gr dan penyedap rasa 3 gr untuk
daging ayam sebanyak 10 kg. Proses pembumbuan dimaksudkan
untuk menambah citarasa pada abon sehingga dapat menarik minat
atau selera konsumen. Sebelum dicampurkan dengan daging ayam
yang telah dicabik/disuwir, terlebih dahulu bumbu dihaluskan
semua. Penghalusan bumbu bertujuan agar ketika dilakukan proses
pencampuran, bumbu dapat tersebar merata kedalam daging.
commit to user
Gambar 4.15
Formulasi Bumbu
2.
Konsep pengendalian mutu dan perbaikan
Pada proses pencampuran bumbu, hal paling penting untuk
ditekankan adalah ketepatan formulasi bumbu yang digunakan dan
pemerataan pada daging ketika bumbu-bumbu sudah dicampurkan
agar meresap kedalam daging. Tindakan pengendalian yang
dilakukan adalah dengan melakukan penimbangan formulasi
bumbu yang akan digunakan secara tepat. Pencampuran bumbu
dengan daging dilakukan pada sebuah ember kemudian diaduk
merata. Pencampuran bumbu tidak dilakukan pada wajan ketika
akan dilakukan penggorengan.
e.
Penambahan santan dan penggorengan
1.
Evaluasi pengendalian mutu
Penambahan santan dilakukan ketika proses penggorengan akan
dimulai. Suwiran daging ayam yang telah dicampur dengan bumbu
dimasukkan
kedalam
wajan
yang
telah
terisi
oleh
minyak.Kemudian ditambahkan santan kedalam wajan tersebut.
Penambahan santan akan menambah citarasa gurih pada abon
ayam. Sumber panas yang digunakan untuk proses penggorengan
adalah arang yang dibakar.
commit to user
Proses penggorengan dapat menurunkan kadar air karena panas
yang disalurkan oleh minyak dapat menguapkan air yang
terkandung pada daging ayam. Jadi, proses penggorengan dapat
disebut juga sebagai langkah untuk proses pengeringan. Proses
penggorengan dapat meningkatkan aroma yang dihasilkan.
Gambar 4.16
Proses Penggorengan
Ketika proses penggorengan berlangsung api dari bara arang
harus tetap dikontrol, karena bersifat tidak stabil. Sehingga
sewaktu-waktu apabila tidak dikontrol api bisa membesar atau
bahkan api mati maka hasil yang didapatkan dari proses
penggorengan tidak maksimal. Apabila api yang digunakan terlalu
besar maka akan terjadi kegosongan. Lama waktu penggorengan
juga perlu untuk diperhatikan, yaitu ± 1jam. Jika terlalu lama maka
commit to user
akan terjadi kegosongan, tetapi sebaliknya apabila waktu
penggorengan terlalu sebentar maka abon yang dihasilkan terlalu
lembek. Dalam proses penggorengan, abon harus terus menerus
diaduk untuk menghasilkan warna dan kering yang merata serta
agar tidak gosong. Penggorengan dapat dihentikan atau selesai
yaitu ketika warna pada abon sudah kuning keemasan.
Penggunaan minyak goreng pada proses penggorengan abon
juga perlu diperhatikan. Idealnya, minyak yang digunakan adalah
minyak baru yang masih bening atau maksimal 2 kali pemakaian.
Pada UKM NTH minyak yang dipakai untuk proses penggorengan
adalah minyak dari sisa pengepresan yang dipakai terus menerus
sehingga mempunyai warna yang agak keruh. Sehingga hal
tersebut memerlukan tindakan perbaikan.
2.
Konsep pengendalian mutu dan perbaikan
Minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng abon pada
UKM NTH adalah minyak goreng sisa dari hasil pengepresan. Hal
ini dapat menurunkan mutu hasil produk akhir karena
kemungkinan besar minyak yang digunakan adalah minyak yang
sudah mengalami ketengikan karena sudah digunakan untuk
menggoreng berulang kali. Minyak juga berwarna keruh, hal ini
mengindikasikan pada minyak terdapat residu-residu ada sisa-sisa
hasil penggorengan sebelumnya.
Penggunaan minyak bekas dan keruh akan memberikan warna
yang tidak cerah atau terlalu cokelat pada abon, selain itu rasa
yang dihasilkan juga tidak normal karena terpengaruh rasa tengik
dari minyak goreng yang digunakan. Tindakan perbaikan yang
dilakukan adalah penggantian minyak goreng yang digunakan
dengan minyak baru ketika dilakukan proses penggorengan,
commit to user
sehingga produk yang dihasilkan mempunyai mutu yang tinggi dan
aman dari zat-zat yang berbahaya.
f.
Pengepresan
1.
Evaluasi pengendalian mutu
Setelah selesai dari proses penggorengan, abon akan dipress
pada sebuah alat pengepress. Dengan dilakukan proses
pengepressan abon maka minyak goreng yang masih terikut akan
keluar. Tujuan pengeluaran minyak goreng dari sisa penggorengan
adalah untuk menjaga kualitas abon agar tidak cepat tengik.
Kandungan
minyak
goreng
yang
terlalu
banyak
dapat
mempercepat terjadinya proses ketengikan sehingga pada akhirnya
mempunyai umur simpan yang pendek.
Pengepresan dilakukan dengan cara memasukkan abon yang
telah digoreng kedalam kain yang ujungya terdapat tali. Setelah
produk dimasukkan dan talinya telah dikencangkan, selanjutnya
dimasukkan kedalam alat pengepres. Alat pres akan bekerja
dengan menekan tumpukan abon dalam kain kebawah, maka
minyak akan keluar.
commit to user
Gambar 4.17
Proses Pengepresan
2.
Konsep pengendalian mutu dan perbaikan
Pengepresan dilakukan dengan cara memasukkan daging ayam
yang telah digoreng pada sebuah kain. Kain yang digunakan
memiliki kenampakan yang kurang bersih karena penggantian kain
dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat
memungkinkan terjadinya kontaminasi dari kain terhadap abon,
karena kain yang digunakan tidak selalu dalam keadaan
bersih.Tindakan perbaikan yang perlu dilakukan adalah dengan
menggunakan kain yang baru atau kain yang bersih ketika
dilakukan pengepresan. Sehingga produk yang dihasilkan tidak
tercemar kotoran dari kain yang kurang bersih.
g.
Penguraian
1.
Evaluasi pengendalian mutu
Proses penguraian dilakukan untuk menguraikan abon yang
padat dan kempal akibat hasil dari proses pengepresan
commit to user
sebelumnya. Proses penguraian dilakukan untuk memudahkan
proses pengemasan abon. Setelah proses pengepresan selesai, kain
yang berisi abon diambil, dan isinya dituangkan pada loyang besar.
Alat yang digunakan untuk penguraian abon berbentuk seperti
sikat dari besi, dan centhong kayu besar. Untuk mendapatkan
tekstur yang halus seragam proses penguraian dilakukan
menggunakan alat mulai dari bagian pinggir secara perlahan. Pada
UKM NTH dilakukan dua kali penguraian. Pertama menggunakan
alat, yang kedua menggunakan tangan manusia. Hal ini dilakukan
untuk memaksimalkan hasil penguraian agar didapatkan bentuk
serat abon yang seragam.
commit to user
Gambar 4.19
Penguraian Abon oleh Pekerja
2.
Konsep pengendalian mutu dan perbaikan
Proses penguraian dilakukan melalui dua tahap. Pertama kali
dengan menggunakan alat yaitu centhong kayu besar dan sikat dari
besi. Proses penguraian pada tahap kedua menggunakan tangan
manusia. Penggunaan sikat dari besi beresiko terjadi karat pada
sikat besi yang digunakan sehingga kebersihan dari alat-alat yang
digunakan sangat penting untuk diperhatikan agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat mempengaruhi kualitas
produk akhir. Idealnya, apabila alat pengurai sudah mengalami
pengkaratan maka sebaiknya diganti dengan alat yang baru. Akan
lebih baik lagi apabila alat pengurai berbahan dasar
stainless steel
,
sehingga tidak mudah mengalami pengkaratan. Penguraian abon
ayam dengan menggunakan tangan manusia juga beresiko
terjadinya kontaminasi dari tangan para pekerja pada produk.
Tindakan perbaikan yang dilakukan adalah dengan mengenakan
sarung tangan agar tidak terjadi kontaminasi silang.
commit to user
h. Pengemasan
1. Evaluasi pengendalian mutu
Pengemasan dilakukan untuk melindungi produk dari kerusakan
selama penyimpanan, masuknya oksigen dari luar, kontaminasi
benda asing, dan tentunya mempertahankan kualitas dari produk
abon. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan kantong plastik
jenis PP (Polipropilen) dengan ketebalan 0,08 mm yang di
sealer
.
Pengemasan abon dilakukan ketika abon dalam kedaan dingin.
Apabila abon dikemas dalam keadaan yang masih panas maka akan
menimbulkan uap air didalam kemasan yang akan mendorong
tumbuhnya bakteri dan kapang. Sehingga pengemasan dilakukan
dengan menungggu abon sampai dingin terlebih dahulu.
commit to user
Gambar 4.21
Abon yang Telah Dikemas
Kemasan pada dasarnya adalah segala material yang digunakan
untuk mengemas suatu benda/produk agar dapat diterima oleh
konsumen dalam kedaan baik. Fungsi yang paling mendasar dari
kemasan adalah mempertahankan dan melindungi isi produk. Di sisi
lain kemasan adalah representasi dari sebuah produk yang ada
didalamnya. Oleh karena itu, kemasan harus didesain agar mampu
mendeskripsikan isi, baik fungsi, besaran, keunggulan dan bahkan
juga spesifikasinya.Tidak saja melindungi produk, kemasan modern
juga harus berfungsi sebagai bagian dari daya saing pasar dan
perdagangan eceran yang semakin meningkat kuat (Lakoro, 2012).
2. Konsep pengendalian mutu dan perbaikan
Dalam proses pengemasan ini sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan sarung tangan plastik agar tidak terkontaminasi. Jenis
kemasan yang digunakan untuk pengemasan produk abon sudah
memenuhi persyaratan. Hal ini sesuai dengan pendapat Syarief
et al
commit to user
bahan pengemas polietilen (PE) tidak cocok untuk mengemas
produk-produk
yang
berlemak
atau
mengandung
minyak.
Polipropilen (PP) lebih cocok karena mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut : tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak, tahan terhadap
suhu tinggi, permeabilitas terhadap uap air rendah, permeabilitas
terhadap gas sedang, tidak baik untuk makanan yang peka terhadap
oksigen.
commit to user
Gambar 4.22
Diagram Alir Pembuatan Abon Ayam
Dicuci dan dihilangkan lemaknya
Direbus selama ± 1 jam
Ditumbuk dan disuwir Daun salam 2
lembar
Dicampur dengan bumbu 30 gr gula, 30 gr garam, 30 gr penyedap rasa, 125 gr bawang putih, 125 gr bawang merah, 110 gr ketumbar Digoreng ± 1 jam 5 liter Santan
Diangkat dari wajan
Dipres dalam mesin pengepres
Diuraikan dalam loyang besar Daging ayam 10 kg
Dikemas Abon