• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user i

OKULASI TANAMAN DURIAN “Durio zibethinus Murr.” DENGAN ASAL TUNAS BATANG ATAS DAN

CARA PEMOTONGAN BATANG BAWAH

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Agronomi

Disusun Oleh:

Ferdinandus Raditya Aryono Putra H 1107027

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

(2)

commit to user ii

OKULASI TANAMAN DURIAN “Durio zibethinus Murr.” DENGAN ASAL TUNAS BATANG ATAS DAN

CARA PEMOTONGAN BATANG BAWAH

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Ferdinandus Raditya Aryono Putra H 1107027

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Pada tanggal: Juli 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji Ketua

Prof. Dr. Ir. H. Djoko Purnomo, MP NIP.19480426.197609.1.001

Anggota I

Dr. Ir. Pardono, MS NIP. 19550806.198303.1.003

Anggota II

Ir. Panut Sahari, MP NIP.19490521.198003.1.001

Surakarta, Juli 2011 Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225.198601.1.001

(3)

commit to user iii

HALAMAN MOTTO

v Hadapi semua dengan kesabaran dan yakinlah semua akan indah pada waktunya (Penulis).

v Lebih baik pulang daripada ragu-ragu dalam latihan (MENWA UNS) v Disiplin adalah nafas ku, putus asa berarti mati, berfikir berbuat yang

terbaik (MENWA UNS)

(4)

commit to user iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

ü Ayah dan ibu tersayang yang selalu memberikan dukungan dalam segala hal

ü Kakak, Abang dan Lina yang selalu memberikan doa dan dukungan ü Teman-teman Agronomi, NonReg 2007 yang selalu memberikan

keceriaan

(5)

commit to user v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rangkaian penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Okulasi Tanaman Durian “Durio zibethinus Murr.” Dengan Asal Tunas Batang Atas dan Cara Pemotongan Batang Bawah” dengan optimal.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan baik dan lancar karena adanya pengarahan, bimbingan, dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. H. Djoko Purnomo, MP selaku Dosen Pembimbing Utama dan Dosen Pembimbing Akademik

3. Dr. Ir. Pardono, MS selaku Dosen Pembimbing Pendamping. 4. Ir. Panut Sahari, MP selaku Dosen Pembahas.

5. Bapak Kodri Kasi Pemasaran KBH Salaman.

6. Semua pihak yang telah membantu demi kelancaran penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2011 Penulis

(6)

commit to user vi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN MOTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN... x RINGKASAN ... xi SUMMARY ... xii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah ... 2 C. Tujuan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Durian... 4

B. Pengertian Okulasi... 6

C. Tahap Okulasi... 8

D. Entres Untuk Okulasi ... 10

E. Pemotongan Batang Bawah... 11

F. Hipotesis... 12

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

B. Bahan dan Alat Penelitian... 13

C. Rancangan Penelitian... 14

D. Tata Laksana Penelitian ... 14

(7)

commit to user vii

F. Analisis Data ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persentase Okulasi Jadi... 20

B. Waktu Pecah Tunas... 22

C. Saat Kemunculan Daun Pertama... 24

D. Panjang Tunas Okulasi... 26

E. Jumlah Daun... 27

F. Keberhasilan Okulasi Tumbuh... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 32

B. Saran... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN

(8)

commit to user viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap

(9)

commit to user ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Hal

1. Okulasi jadi (kiri) dan gagal (kanan)... 21

2. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-rata Saat Pecah Tunas (Hari)... 23

3. Mata entres (mata tunas) yang sudah pecah dan mulai membentuk kuncup daun... 24

4. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-rata kemunculan daun pertama (hari)... 25

5. Kemunculan daun pertama... 25

6. Panjang Tunas Okulasi per Minggu (setelah pembukaan okulasi)... 26

7. Jumlah Daun (helai)... 28

8. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-rata keberhasilan okulasi tumbuh (%)... 30

(10)

commit to user x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Rekapan Rata-rata data variabel penelitian pada 120 HST... 37

2. Rekapan Data Keberhasilan Okulasi Jadi (%)... 37

3. Rekapan Data Rata-rata Waktu Pecah Tunas (hari)... 38

4. Rekapan Data Rata-rata Panjang Tunas (cm)... 38

5. Rekapan Data Saat Kemunculan Daun Pertama (hari)... 39

6. Rekapan Data Jumlah Daun (helai) ... 40

7. Rekapan Data Keberhasilan Okulasi Tumbuh (%)... 40

8. Rekapan Data Jumlah Daun (helai) Per minggu... 41

9. Rekapan data tinggi tanaman per minggu... 42

(11)

commit to user xi

OKULASI TANAMAN DURIAN “Durio zibethinus Murr.” DENGAN ASAL TUNAS BATANG ATAS DAN

CARA PEMOTONGAN BATANG BAWAH Ferdinandus Raditya Aryono Putra

H 1107027

RINGKASAN

Durian memiliki prospek ekonomi yang bagus sebab pemasaran meningkat dari tahun ke tahun, akan tetapi ketersediaan benih bermutu masih terbatas. Penyediaan benih bermutu perlu dilakukan dengan cara gabungan (vegetatif dan generatif) salah satunya adalah okulasi. Pertumbuhan okulasi dipengaruhi oleh asal tunas yang menunjukkan tingkat ketuaan batang dan pemotongan batang bawah yang akan menekan pertumbuhan tunas lateral, sehingga perlu dilakukan pemotongan dengan ukuran yang tepat. Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari asal tunas dan mendapatkan panjang pemotongan batang bawah yang tepat untuk mempercepat pertumbuhan tunas okulasi serta mendapatkan kesesuaian antara asal tunas batang atas dengan pemotongan batang bawah terhadap pertumbuhan tunas okulasi.

Penelitian dilaksanakan bulan Januari sampai Mei 2011 berdasarkan percobaan faktorial dengan rancangan acak lengkap, diulang empat kali, yang terdiri atas dua faktor yaitu asal entres (ujung, tengah, pangkal) dan pemotongan batang bawah (dipotong ½ batang, 10 cm dari ujung, 15 cm dan 5 cm di atas okulasi), sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan. Variabel pengamatan meliputi jumlah keberhasilan okulasi, saat pecah mata entres, saat kemunculan daun pertama, tinggi tunas okulasi, jumlah daun, keberhasilan okulasi tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan entres ujung diawal pertumbuhan tumbuh lebih cepat dibandingkan yang lain meskipun selanjutnya entres tengah memberikan pertumbuhan yang lebih baik. Panjang pemotongan batang bawah yang tepat adalah 10 cm dari ujung batang bawah. Secara keseluruhan perbanyakan vegetatif dengan okulasi menggunakan entres tengah dan pemotongan batang bawah 10 cm dari ujung menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik.

(12)

commit to user xii

DURIAN “ Durio zibethinus Murr. PLANT BUDDING BY ENTRES ORIGIN AND ROOTSTOCK CUTTING METHOD

Ferdinandus Raditya Aryono Putra H1107027

SUMMARY

Good economic prospect for durian seen from the increasing rate of marketing year by year but the available of qualified planting material (seed) still limited. The qualified seed can be improved by budding method which combines vegetative and genetative propagation. The growth of the budding plant depends on the maturity of branch wher the shoot growth and length of rootstok cutting. The suitable leght of cutting is nesessary for faster growth of the budding shoot. So the interaction of rootstok cutting and where the bud from have to find out.

The research was conducted from January untill May 2011 by experimen method with randomized complete design (RCD). The factor treatments are kinds of entres (apex, middle, and based) and length rootstok cutting (half of rootstock, 10 cm from apex, 15 and 5 cm upper of the budding). So the are 12 combination treatments, each of them replicated 4 times. The observation variables are number of budding succesion, time of bud broken, emergene of the frist leave, number of leaves, and growth of budding.

The result of research show that the apex entres at the early growth, faster than others, but at the following time the middle entries better. The best of rootstock cutting is 10 cm from the apex. Over all, vegetative propagation of durian by budding method better with middle entres and the length of rootstock 10 cm from apex.

(13)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu buah yang paling populer pada masyarakat Asia Tenggara termasuk Indonesia sehingga durian di Indonesia disebut sebagai "Raja Buah" (Santoso et al., 2009). Durian memiliki prospek ekonomi yang bagus sebab pemasaran dari tahun ke tahun terus meningkat, karena buah durian semakin digemari masyarakat, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Dari segi lingkungan pohon durian digunakan dalam konservasi lingkungan karena dapat mencegah erosi, kulit buah digunakan sebagai campuran media tanam, selain itu akar, daun, dan kulit buah dapat digunakan sebagai obat (Irawan et al., 2007).

Dalam pengembangan agribisnis durian, ketersediaan benih bermutu sangat diperlukan. Kenyataan menunjukkan bahwa ketersediaan benih bermutu masih terbatas. Benih bermutu varietas unggul hanya dapat diperoleh melalui perbanyakan sistem klonal, yaitu perbayakan dengan cara vegetatif yang berasal dari satu pohon induk (PIT: Pohon Induk Tunggal). Bibit unggul merupakan syarat utama untuk menunjang pengembangan tanaman durian. Cara memperoleh bibit unggul tersebut dapat dilakukan dengan perbanyakan secara vegetatif seperti okulasi, sambung, susuan, dan cangkok.

Berdasarkan permasalahan di atas perbanyakan benih durian dengan cara gabungan (generatif dan vegetatif) merupakan pengembangan efektif. Perbanyakan benih generatif dan vegetatif untuk menggabungkan bahan tanam yang terdiri atas batang bawah (root stock) dan batang atas (entres). Cara ini akan mempersatukan sifat-sifat unggul tanaman asal batang bawah dan tanaman asal batang atas. Di samping itu, penyediaan benih bermutu dalam jumlah yang banyak masih menjadi masalah.

Diantara metode tersebut, perbanyakan bibit durian yang efektif dan efisien adalah dengan okulasi karena dapat menghasilkan bibit lebih banyak dan berkualitas, menghemat biaya, tenaga, dan bahan dibanding cara lain. Perbanyakan benih gabungan yang umum dilakukan pada tanaman durian

(14)

commit to user

adalah teknik okulasi, sering juga disebut menempel (budding). Bahan okulasi yang baik adalah kompatibel antara batang bawah dengan batang atas. Keberhasilan okulasi ditandai dengan terbentuk pertautan yang sempurna antara batang bawah dan batang atas serta laju pertumbuhan benih hasil sambungan (Sudjijo, 2009).

B. Perumusan Masalah

Pertumbuhan mata tunas batang atas sangat dipengarui oleh asal tunas yang menunjukkan tingkat ketuaan batang dalam satu ranting. Tunas dalam satu ranting dibedakan menjadi tiga bagian yaitu pucuk, tengah, dan pangkal. Tiap tunas berkembang pada laju tumbuh yang berbeda. Perbedaan laju pertumbuhan batang bawah setelah okulasi juga penyatuan (pembentukan kalus) dengan batang atas saling mempengaruhi pertumbuhan mata tunas. Pemotongan batang bawah diharapkan menekan pertumbuhan tunas lateral, sehingga akan memacu pertumbuhan mata tunas batang atas. Cara pemotongan batang bawah dibedakan menjadi 4, yaitu pemotongan ½ batang 15 cm di atas okulasi kemudian batang bawah dilengkungkan, pemotongan 15 cm di atas okulasi, pemotongan 5 cm di atas okulasi, pemotongan 10 dari ujung tanaman. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Asal tunas manakah yang memiliki kemampuan pertumbuhan paling baik saat dilakukan okulasi?

2. Perlu dikaji manakah perlakuan pemotongan batang bawah yang tepat untuk pertumbuhan tunas batang atas?

3. Adakah kesesuaian diantara asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap pertumbuhan tunas okulasi?

(15)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mempelajari asal tunas yang tepat untuk meningkatkan keberhasilan okulasi.

2) Mendapatkan panjang pemotongan batang bawah yang tepat untuk mempercepat pertumbuhan tunas okulasi.

3) Mendapatkan kesesuaian diantara asal tunas batang atas dengan pemotongan batang bawah.

(16)

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Durian

Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman asli Asia Tenggara yang beriklim tropik basah, khususnya di Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Di Indonesia pusat keragaman genetik terutama di Kalimantan (27 spesies) kemudian Sumatera (11 spesies) (Sumarsono et al., 2002). Tinggi pohon durian dapat mencapai 30 meter, batang memiliki diameter 100 cm dengan warna kayu makin dalam semakin kemerah-merahan, berserat kasar, ringan, dan tidak berbau. Daun tanaman durian berbentuk elips sampai lonjong. Panjang daun antara 10-15 cm dan lebarnya 3-4,5 cm. Bunga bergantung pada cabang atau batang yang sudah tua. Bunga muncul secara bergerombol 3-30 bunga, panjang tangkai bunga antara 5-7 cm, panjang bunga 5-6 cm dengan diameter 2cm. Kelopak bunga berwarna putih atau hijau keputihan, mahkota bunga berjumlah 5 helai. Bunga akan mekar sempurna pada sore hari. Kebanyakan durian bersifat menyerbuk silang (Ashari, 1995).

Bentuk buah bundar atau bulat lonjong. Panjang buah dapat mencapai 25 cm dengan diameter 20 cm. Warna kulit buah hijau, kuning, hingga kecoklatan, yang dikelilingi dengan duri tajam berbentuk kerucut. Panjang biji dapat mencapai 4 cm yang tertutup oleh daging buah yang halus dan rasa manis, berwarna putih atau putih kekuningan tergantung jenis durian (Ashari, 1995).

Varietas durian yang banyak dibudidayakan dan termasuk durian unggul ada enam jenis, yaitu Petruk, Sukun, Sunan, Si Tokong, Kani, dan Otong. Sebetulnya tidak mudah mencari kekhasan setiap durian unggul dari bibit. Tetapi bila dilakukan pengamatan dengan teliti akan diketahui perbedaan yang mencirikan masing-masing.

Durian petruk berasal dari desa Randusari, Tahunan, Kabupaten Jepara. Daun pohon ini tampak melebar dengan ujung meruncing, panjang daun berkisar 3,5 kali lebar. Warna permukaan atas daun hijau, sedangkan warna

(17)

commit to user

bagian bawah coklat kemerahan. Kedudukan daun mendatar, pinggir daun selalu melengkung ke atas. Batang kecoklatan, percabangan rapat, dan ujung cabang selalu merunduk atau terkulai (seperti layu).

Durian sukun yang telah banyak dikembangkan adalah durian sukun dari dusun Gempolan, Karanganyar. Durian ini dicirikan dengan daun yang melebar, ujung rucing agak memanjang, panjang daun berkisar 2,5 kali lebar. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau sedangkan bagian bawah berwarna kekuningan. Kedudukan daun mendatar dengan ujung melengkung ke bawah. Batang berwarna kecoklatan.

Durian sunan memiliki daun yang memanjang, ujung tumpul, dan melengkung ke atas. Panjang daun berkisar 3 kali lebar. Permukaan atas daun berwarna hijau tua sedangkan bagian bawah berwarna krem. Kedudukan daun mendatar, tetapi ujung daun condong ke bawah.

Durian sitokong memiliki daun yang tampak membulat dengan ujung runcing. Panjang daun berkisar 3,5 kali lebar. Permukan atas daun berwarna hijau, sedangkan permukaan bawah berwarna krem. Kedudukan daun mendatar, tetapi ujung daun melengkung ke bawah. Batang tanaman agak bulat dan berwarna kecoklatan. Letak cabang condong ke atas, sehingga penampilan pohon lebih tegap.

Durian kani memiliki daun memanjang, panjang daun 3 kali lebar, dengan bagian ujung meruncing. Warna daun permukaan atas hijau tua dan warna bagian bawah kekuningan. Permukaan daun muda berwarna hijau muda dan kurang mengkilap dengan belahan simetris. Kedudukan daun sejajar sampai menggantung. Bentuk batang membulat, tetapi bila sudah tua terlihat seperti melintir. Batang agak kasar berwarna coklat. Bila sudah bercabang, kedudukan daun agak condong ke atas.

Durian otong memiliki daun yang mirip dengan durian kani hanya saja memiliki ukuran yang lebih panjang dan besar. Panjang daun 3 kali lebar, dengan ujung meruncing. Permukaan atas daun berwarna hijau dan warna bagian bawah krem. Bagian urat daun agak bergelombang dan belahan daun melengkung ke atas. Batang berbentuk bulat, berwarna kecoklatan dan agak

(18)

commit to user

halus. Bila sudah bercabang kedudukan cabang mendatar dengan ujung condong ke atas.

Tanaman durian tumbuh optimum dengan produksi buah memuaskan apabila ditanam di dataran rendah dengan ketinggian dibawah 1000 mdpl, curah hujan 1500 mm atau lebih per tahun, dengan keadaan tanah yang gembur, mengandung pasir, dan drainase yang baik (Ashari, 1995). Tanaman durian klasifikasi botani sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Classis : Dicotiledoneae

Ordo : Malvales

Familia : Malvaceae

Genus : Durio

Spesies : Durio zibethinus Murr.

(Anonim, 2010).

B. Pengertian Okulasi

Okulasi juga disebut menempel, budding (Inggris). Menurut Prastowo (2006), okulasi adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautan. Ada banyak jenis okulasi tetapi yang paling umum digunakan adalah T budding dan chip budding. Pembiakan tanaman dengan cara okulasi mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan stek dan cangkok dimana hasil okulasi mempunyai kualitas lebih baik daripada tanaman induk (Williamson, 1994).

Prinsip okulasi adalah penggabungan batang bawah dan batang atas, dengan keunggulan tertentu. Batang bawah dan batang atas berasal dari tanaman berbeda umur sehingga perlu teknik tersendiri untuk mencapai keberhasilan. Keunggulan dari batang bawah secara umum adalah sifat

(19)

commit to user

perakaran yang baik, sedang batang atas adalah produksi yang tinggi. Bibit hasil okulasi ini dinamakan tanaman okulasi (Simanjuntak, 2010).

Sama halnya dengan penyambungan okulasi menggunakan batang bawah dan batang atas tanaman satu spesies yang berasal dari satu varietas. Okulasi antar spesies tanaman biasa mengalami kesulitan, karena antara batang atas dan batang bawah seringkali terjadi perbedaan fisiologis. Sesuai dengan penjelasan Hartman dan Kester (1983) dalam Suprianto et.al., (2000) bahwa pada okulasi terdapat proses pertautan antara batang atas dengan batang bawah meliputi: pembelahan sel yang diikuti dengan pembentukan kalus, differensiasi kambium kulit mata tempel, jaringan kulit mata tempel dan jaringan kulit batang bawah, kemudian diikuti proses lignifikasi kalus.

Proses pertautan batang atas dan batang bawah menurut Utari (2005) akan terjadi melalui empat tahap, yaitu pembesaran dan pembelahan sel kambium baru yang menghubungkan kambium batang atas dan batang bawah, pembentukan jaringan vaskuler yang mengalirkan nutrisi dan air dari batang bawah ke batang atas, sel kambium baru dan vaskuler baru ke dalam membentuk xilem dan ke luar membentuk floem.

Saat untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit pohon mudah dikelupas dari kayu. Kulit mudah dikelupas dari kayu ini terjadi pada waktu pembelahan sel, saat kambium berjalan aktif. Setiap jenis tanaman mempunyai waktu pembelahan sel yang berbeda, ada yang aktif pada musim kemarau ada pula yang aktif pada musim penghujan .

Menurut Lukman (2004) keberhasilan penyambungan bibit ditentukan oleh kondisi tanaman (umur, besar, kesegaran, dan pertumbuhan) batang bawah dan batang atas (entres) serta curah hujan dan kelembaban di sekitar pembibitan. Lama penyimpanan dan media penyimpanan batang atas sebelum dilakukan penyambungan juga berpengaruh dalam keberhasilan, selain itu tingkat ketrampilan teknisi juga menentukan keberhasilan.

(20)

commit to user

C. Tahap Okulasi

1. Persiapan Batang Bawah

Umur batang bawah sebagai bahan okulasi sangat beragam tergantung kepada jenis tanaman. Sebagian dapat diokulasi saat berumur 9 bulan, yang lain berumur lebih dari 4 tahun, tetapi pada umumnya tanaman dapat diokulasi lebih kurang berumur 1 tahun atau cabang sudah mencapai sebesar ibu jari (Wudianto, 2001).

Menurut Darjanto (1975), pertautan antara batang atas dan batang bawah akan lebih mudah terjadi pada batang bawah yang lebih muda, karena dengan menggunakan batang bawah yang lebih muda (4-10 bulan) keadaan tanaman masih aktif dalam pertumbuhan, sel-sel kambium aktif dalam pembelahan dan akan segera membentuk kalus bila dilakukan okulasi.

Tanaman yang dijadikan sebagai batang bawah pada umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Sistem perakaran cukup kuat, serta mampu beradaptasi pada keadaan tanah yang kurang mendukung serta tahan terhadap penyakit akar dan batang.

b. Berkecepatan tumbuh sesuai dengan batang atas yang digunakan, sehingga dapat hidup bersama secara ideal dan dalam waktu tertentu. c. Pertumbuhan kuat dan sehat serta dapat tumbuh serasi dengan batang

atas (compatible).

d. Batang dan akar cukup kuat sehingga mampu menahan batang atas terutama pada jenis tanaman berbuah lebat.

e. Tidak mengurangi kuantitas maupun kualitas buah pada tanaman yang berbentuk sebagai hasil sambungan.

(Barus dan Syukri, 2008).

Supaya okulasi berhasil dengan baik dicari tanaman yang memiliki kulit mudah dikupas dari kayu, yaitu tanaman yang masih aktif dalam pertumbuhannya sel-sel kambium aktif dalam pembelahan diri dan akan

(21)

commit to user

segera membentuk jaringan baru bila kulit diambil dari kayunya (Pracaya, 2009).

Bentuk irisan batang bawah bergantung pada cara okulasi yang kita pilih. Irisan ini di buat pada bagian kulit yang halus. Sekitar 20 cm di atas permukaan tanah. Irisan tidak boleh terlalu dalam, yang baik adalah setebal kulit batang. Jika irisan terlalu dalam dan melukai bagian kayu dapat mengakibatkan kegagalan okulasi (Wudianto, 2001).

2. Pengambilan Mata Tunas

Batang atas berupa potongan ranting muda tanaman dengan tunas dorman yang akan berkembang menjadi tajuk (Hartmann et al., 1997). Untuk mata tunas harus diambil dari ranting pohon yang sudah terpilih dan memenuhi beberapa persyaratan. Ranting yang diambil tidak menunjukkan gejala-gejala menguning dan mutasi. Mengambil tidak diwaktu siang hari, sebab keadaan ranting kurang baik (Joesoef, 1993).

3. Penyisipan Mata Tunas

Langkah ini harus dilakukan secara hati-hati. Keberhasilan okulasi ditentukan oleh saat menyisipkan mata tunas. Mata tunas yang diperoleh disisipkan di bawah kulit batang pokok yang telah diiris. Dalam penyisipan atau penempelan mata tunas, kambium diusahakan bersih, karena bila kotor mengganggu penyatuan penempelan (Wudianto, 2001).

4. Pengikatan Tempelan

Untuk mengikat tempelan menggunakan pita plastik polivinil klorida, panjang 20 cm, lebar 1,5 cm, dan tebalnya 1 mm. Cara pengikatan tempelan diikat dari bawah ke atas (sistem genting). Pengikatan pada bagian mata tempel jika terlalu arat dapat mengakibatkan kerusakan pada mata tempel. Mata tunas dapat tidak diikat, tetapi berisiko bila kena hujan akan membusuk (Wudianto, 2001).

5. Pembukaan Plastik Okulasi

Setelah 3 minggu okulasi, tiba saatnya diperiksa berhasil atau tidak pengokulasian. Ikatan dibuka, lalu mata tempel diperiksa, warna mata tempel telah menjadi hijau kemerahan atau hitam berarti okulasi tidak

(22)

commit to user

berhasil atau mata tempel tidak timbul. Tetapi jika mata tempel masih kelihatan hijau segar dan sudah melekat dengan batang pokok, berarti pertanda okulasi berhasil. Semua pekerjaan tersebut di atas harus dilakukan dalam waktu yang cepat. Sebab jika tidak mata tempel dan batang bawah yang sudah dikelupas kulitnya akan menjadi kering dan tempelan itu akan gagal pula atau tidak jadi.

D. Entres Untuk Okulasi

Batang atas (entres) dari bibit okulasi berupa ranting dengan mata tunas dari tanaman yang kita kehendaki. Agar okulasi memuaskan tentu saja entres harus diambil dari pohon induk yang subur dan dari cabang yang tidak terserang hama-penyakit. Sebab penyakit dapat ditularkan oleh entres yang ditempel. Bentuk mata tunas pada entres yang baik adalah bulat dan besar. Mata tunas demikian dapat diperoleh dari cabang yang telah berumur 1 tahun. Jika cabang yang diambil mata tunas masih terlalu muda maka mata sulit untuk dilepas. Tanda cabang yang memenuhi syarat adalah berwarna hijau kelabu atau kecoklatan.

Tanaman yang digunakan sebagai batang atas harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

a. Berasal dari pohon yang sehat, terutama bebas dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus.

b. Berasal dari pohon yang sifat-sifatnya sesuai dengan sifat yang diinginkan. c. Tidak mengurangi kualitas batang bawah, pada tanaman yang terbentuk

sebagai hasil sambungan. (Barus dan Syukri, 2008).

Batang atas diambil dari durian varietas petruk, yang memiliki keunggulan dibanding varitas durian lain. Bentuk buah bulat telur terbalik dengan kulit buah tipis (sekitar 3 mm) berwarna hijau kekuningan. Duri berbentuk kerucut, kecil, dan rapat. Daging buah berwarna kuning, berserat halus, agak lembek, dengan rasa manis. Namun, memiliki aroma yang tidak begitu tajam dan menyengat. Jumlah biji (pongge) per buah antara 5-10 dengan biji sempurna 5-10. Ukuran biji kecil dan berbentuk lonjong. Berat

(23)

commit to user

rata-rata buah antara 1-1,5 kg. Produksi buah berkisar dari 50-150 buah per pohon per tahun. Durian ini relatif tahan penyakit busuk akar dan hama penggerek buah.

E. Pemotongan Batang Bawah

Pemotongan batang bawah bertujuan untuk menghentikan

pertumbuhan tunas apikal dan memacu pertumbuhan tunas lateral, sehingga pada proses okulasi pemotongan batang bawah akan sangat berperan terhadap pertumbuhan tunas okulasi. Pemotongan batang bawah menurut Wudianto, (2001), ada tiga cara, yaitu:

a. Batang pokok langsung dipotong 1 cm di atas mata tempel, dengan bentuk potongan miring ke belakang sehingga air hujan atau air siraman dapat jatuh ke bawah dan tidak akan berhenti pada mata tempelan.

b. Batang pokok dipotong 10 cm di atas mata tempelan, dengan tujuan agar apabila tunas telah tumbuh tinggi dapat dipergunakan untuk mengikat batang agar dapat tumbuh tegak lurus. Apabila tunas telah tumbuh sampai 30 cm, maka batang pokok ini akan kita potong dengan ketinggian 1 cm di atas mata tempelan.

c. Pada pemotongan ke tiga tidak dilakukan sekaligus. Kedalaman pemotongan cukup setengah dari diameter batang pokok, kemudian batang pokok direbahkan.

Hasil Penelitian di Malaysia menunjukan kematian tunas okulasi lebih sedikit pada tunas okulasi lebih jagur (seragam) pada tanaman yang diserong lebih tinggi yaitu di atas 20-25 cm di atas pertautan okulasi. Hasil penelitian Pusat Penelitian Perkebunan Sungai Puteh Medan penyerongan batang bawah pada berbagai ketinggian yang dicoba, yaitu 5 cm, 12 cm dan 20 cm di atas pertautan okulasi tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan okulasi (Siagian et al., 1990).

(24)

commit to user

F. Hipotesis

1. Kemampuan pertumbuhan tunas okulasi paling baik terjadi pada penggunaan asal tunas pucuk sebagai batang atas.

2. Pemotongan batang bawah dengan cara dipotong 10 cm dari pucuk tanaman akan mempercepat pertumbuhan tunas okulasi.

3. Akan terjadi kesesuaian antara asal tunas batang atas dengan pemotongan batang bawah yang saling mendorong pertumbuhan tunas okulasi.

(25)
(26)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai bulan Mei 2011 di Dukuh Tanggul Kalang Jantiharjo Karanganyar, dengan letak geografis 70 Lintang Utara 1100 Bujur Timur dan ketinggian tempat 350 mdpl.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Bibit durian dari biji sebagai batang bawah (Root stock) b. Mata tunas batang atas (Entres) (Durian Petruk)

c. Media tanam (tanah, pasir) d. Pupuk kandang kotoran kambing

e. Pupuk NPK (15-15-15) (2 gram atau 5 butir NPK)

f. Pestisida (Fungisida Decis 2,5 EC dan Insektisida Dithane M-45) dosis 3 cc per liter.

g. Lilin 2. Alat

Alat yang digunakan antara lain: a. Polibag ukuran 15x25 cm b. Cangkul c. Gunting pangkas d. Pisau okulasi e. Plastik okulasi 0,3 mm f. Penggaris g. Alat tulis h. Cutter i. Sprayer

(27)

commit to user

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial terdiri atas dua faktor perlakuan sebagai berikut: a. Faktor pertama adalah asal tunas okulasi yang terdiri atas 3 macam, yaitu:

E0 : Dari Ranting Ujung (entres muda, 5 cm dari pucuk) E1 : Dari Ranting Tengah (entres agak tua, 10 cm dari pucuk) E2 : Dari Ranting Pangkal (entres tua, 20 cm dari pucuk).

b. Faktor ke dua adalah pemotongan batang bawah setelah pembukan plastik okulasi, yang terdiri atas 4 macam, yaitu:

B0 : Dipotong ½ batang, 15 cm di atas okulasi, kemudian batang bawah dilengkungkan.

B1 : Dipotong 15 cm di atas okulasi B2 : Dipotong 5 cm di atas okulasi B3 : Dipotong 10 cm dari ujung tunas

Dari kedua faktor tersebut, diperoleh 12 kombinasi perlakuan sebagai berikut:

E0B0 E1B0 E2B0

E0B1 E1B1 E2B1

E0B2 E1B2 E2B2

E0B3 E1B3 E2B3

Setiap kombinasi perlakuan tersebut diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 48 satuan percobaan.

D. Tata Laksana Penelitian

Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Batang Bawah

Batang bawah okulasi durian adalah tanaman yang tumbuh dari biji sapuan (ilegetim) yaitu biji yang pohon induk tidak diketahui dengan jelas. Biji durian sebagai batang bawah adalah biji yang sehat dan tua, dari tanaman induk yang sehat dan subur, sistem perakaran bagus dan produktif. Biji yang dipilih dikeringkan pada tempat terbuka, tidak terkena

(28)

commit to user

sinar matahari langsung kemudian disemaikan. Biji yang ditumbuhkan, dipilih yang pertumbuhannya sempurna. Setelah umur 1 tahun, dan tanaman sudah sebesar pensil maka tanaman dapat diokulasi.

b. Media

Media yang digunakan dalam okulasi durian adalah tanah, pasir halus dan pupuk kandang (kambing) dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Penggantian media dan polibag dilakukan 2 minggu sebelum okulasi agar nutrisi tanaman terpenuhi dan pertumbuhan tanaman tidak terganggu. c. Batang Atas

Batang atas (entres) diambil dari pohon induk yang baik. Pohon induk adalah pohon asal entres sebagai batang atas dalam sebuah proses perbanyakan. Pemilihan entres yang baik adalah:

1) Mapak pupus (daun tua).

2) Warna cabang mengkilat dan berisi.

3) Cabang yang diambil berukuran sebesar pensil.

Dalam penelitian ini menggunakan mata tempel berkayu, dengan membandingkan hasil pertumbuhan asal mata tunas ranting pucuk, tengah, dan pangkal. Entres yang digunakan adalah jenis durian petruk diambil dari KBH Salaman Magelang. Entres yang diambil berasal dari ranting pohon induk yang sehat dengan ketinggian 5 meter dari permukan tanah. Diameter batang pohon induk 30 cm dengan ketinggian 10 meter, dan telah berumur 12 tahun.

d. Pelaksanan Okulasi

1) Membuat jendela okulasi

Jendela okulasi dibentuk persegi panjang dengan panjang 5 cm dan lebar 1 cm, dibuat dengan mengiris kulit batang bawah. Irisan ini dibuat pada bagian kulit yang halus, irisan tidak terlalu dalam (kedalaman yang baik adalah setebal kulit batang) sebab bila irisan terlalu dalam akan melukai bagian kayu sehingga mengakibatkan kegagalan okulasi.

(29)

commit to user

matahari yaitu membelakangi arah sinar matahari. Hal ini untuk memaksimalkan agar tempelan tidak terkena sinar matahari secara langsung.

2) Pengambilan mata tunas batang atas

Mata tunas batang atas diambil beserta kayu, dengan cara memotong ranting untuk batang atas dengan satu mata tunas. Batang atas bagian bawah dipotong secara miring dengan kemiringan 45 derajad, sedangkan bagian atas dipotong secara horisontal. Dengan demikian dapat diperoleh tunas okulasi yang memiliki kandungan karbohidrat lebih banyak sehingga akan memperbesar kemungkinan keberhasilan okulasi.

3) Penyisipan mata tunas

Mata tunas yang diperoleh kemudian disisipkan pada jendela okulasi yang telah dibuat pada batang bawah. Penyisipan ini harus dilakukan secara hati-hati, sehingga tidak merusak kambium. Pada saat penempelan mata tunas, kotoran yang menempel pada kambium harus dibersihkan karena dapat mengganggu bersatunya penempelan.

4) Mengikat tempelan

Tempelan diikat dengan plastik polivenil khlorida, panjang 20 cm, lebar 1,5 cm, dan tebal 0,3 mm. Cara mengikat tempelan dari bawah ke atas atau sering disebut dengan sistim genting. Pengikatan mata tunas ini tidak boleh terlalu erat, untuk menghindari kerusakan mata tunas.

5) Pembukaan ikatan

Setelah 3 minggu pelaksanaan okulasi, ikatan dibuka kemudian mata tempel diperiksa. Bila mata tempel masih kelihatan hijau segar dan sudah melekat dengan batang bawah pertanda okulasi ini berhasil. Bila mata tempel berwarna hijau kemerahan atau hitam maka okulasi ini gagal.

6) Pemotong batang bawah

(30)

commit to user

pembukaan plastik okulasi dan okulasi sudah dipastikan hidup. Pemotongan batang bawah dilakukan untuk menghilangkan dominansi pertumbuhan pucuk batang bawah yang sangat cepat karena memproduksi auksin dalam jumlah besar. Menurut Sanjaya (1993) dalam Septyarini (2007), menyatakan bahwa pemotongan batang bawah di atas penempelan satu minggu, dua minggu, dan tiga minggu setelah okulasi dapat mempercepat petumbuhan mata tunas okulasi pada okulasi mawar. Pemotongan ini dapat dilakukan dengan empat cara yaitu:

a) Batang bawah tidak dipotongan langsung sekaligus yaitu batang bawah cukup dipotong ½ batang 15 cm di atas okulasi. Kemudian batang bawah di lengkungkan. Hal ini dimaksudkan agar peredaran makanan masih berlangsung sehingga pertumbuhan tunas lebih cepat dan kuat. Setelah tunas okulasi sudah cukup kuat, batang bawah baru dipotong seluruhnya.

b) Batang bawah langsung dipotong 15 cm di atas okulasi, dengan tujuan apabila tunas sudah tumbuh tinggi dapat digunakan untuk mengikat tunas, agar tunas dapat tumbuh tegak lurus.

c) Batang bawah langsung dipotong 5 cm di atas okulasi dengan bentuk potongan miring ke belakang, sehingga air hujan atau air siraman dapat jatuh dan tidak mengenai tempelan.

d) Batang bawah dipotong 10 cm dari pucuk tanaman. Hal ini dimaksudkan untuk menghentikan pertumbuhan tunas ke atas sehingga pertumbuhan tunas okulasi lebih optimal. Tanaman tetap melakukan fotosintesis dan hasil fotosintesis akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan tunas okulasi.

Untuk menghindari terjadinya infeksi maka luka bekas potongan segera ditutup. Penutupan ini dapat dilakukan dengan menggunakan lilin untuk menjaga agar pertumbuhan tunas okulasi dapat tegak lurus.

(31)

commit to user 7) Perompesan tunas batang bawah

Hal ini sesuai pernyataan Septyarini (2007) bahwa pertumbuhan mata tunas okulasi seringkali tertekan oleh tunas lateral batang bawah, karena harus berkompetisi dalam menggunakan hasil asimilat. Oleh kerena itu tunas batang bawah harus segera di buang agar pertumbuhan tunas okulasi menjadi lebih terpacu.

e. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara:

1) Penyiraman tanaman yang dilakukan satu hari dua kali yaitu pagi dan sore.

2) Pemupukan dilakukan Setelah penggantian polibag dan media. Pemupukan menggunakan NPK masing-masing 2 gram (5 butir NPK). Pupuk tersebut diberikan tiap 2 minggu dengan cara dibenamkan di pinggir polibag.

3) Penyemprotan pestisida (Decis 2,5 EC) untuk mencegah serangan hama dan fungisida (Dithane M-45) untuk mencegah serangan jamur, dengan dosis 3 cc per liter. Penyemprotan pestisida dilakukan satu minggu sekali.

4) Pencabutan gulma dilakukan satu minggu sekali. f. Pengamatan

Pengamatan terhadap keberhasilan dan pertumbuhan tanaman durian okulasi dilakukan setiap satu minggu sekali dimulai setelah pembukaan ikatan hingga bibit berumur 90 hari setelah okulasi.

E. Variabel Penelitian

a. Persentase okulasi jadi (%)

Pengamatan dilakukan setelah umur okulasi tiga minggu dan plastik okulasi dilepas kemudian menghitung jumlah tanaman yang berhasil. Okulasi dinyatakan berhasil bila mata okulasi masih berwarna hijau. b. Saat pecah mata entres (hari)

Kriteria pecah mata entres adalah pada saat kuncup mata entres okulasi yang tadinya ditutupi oleh dua kelopak berwarna kecoklatan telah

(32)

commit to user

membuka. Saat pecah mata entres dapat diperoleh dengan menghitung hari mulai saat okulasi sampai pada saat mata entres pecah.

c. Saat kemunculan daun pertama (hari)

Saat kemunculan daun pertama dihitung dari hari saat pelaksanaan okulasi sampai muncul daun pertama pada tunas okulasi yaitu pada saat daun terbuka dan terbentuk sehelai daun.

d. Panjang tunas okulasi (cm)

Pengukuran panjang tunas okulasi dimulai dari pangkal tunas okulasi (dari perisai okulasi) sampai pangkal daun terakhir, pengamatan dilakukan satu minggu sekali sampai umur 90 hari setelah okulasi.

e. Jumlah daun (helai)

Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian (90 hari setelah okulasi) dengan cara menghitung jumlah daun pada tanaman hasil okulasi.

f. Persentase okulasi tumbuh (%)

Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian (90 hari setelah okulasi) dengan cara menghitung persentase jumlah bibit yang hidup.

F. Analisis Data

Sehubungan dengan data yang diperoleh tidak memungkinkan untuk dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 5%, dikarenakan tingkat keberhasilan kurang dari 20% sehingga data yang diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif.

(33)

commit to user

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembiakan vegetatif dengan cara okulasi diawali dengan pertautan antara batang atas dan batang bawah yang tergantung pada kesesuaian (kompatibilitas) batang bawah dan mata tunas sebagai batang atas (entres). Okulasi berhasil bila tunas tetap hidup menyatu dengan batang bawah (terbentuk kalus), kemudian muncul tunas, terbentuk daun sehingga tunas terus tumbuh.

A. Persentase Okulasi Jadi

Keberhasilan okulasi diketahui setelah membuka ikatan okulasi, secara visual tampak pada mata tempel yang berwarna hijau dan segar. Okulasi antara batang bawah yang dipotong ½ batang, 15 cm, 5 cm, dan 10 cm dengan tunas yang berasal dari bagian ujung, tengah, dan pangkal semua jadi (100%) (Tabel 1). Penentuan okulasi jadi tercapai pada minggu ke tiga (20 hari) setelah okulasi. Hal itu tampak mata entres menempel (menyatu) dengan batang bawah dan tampak segar dibanding dengan mata entres yang tidak jadi dengan entres berwarna coklat (Gambar 1). Bhusal (2001) menyatakan bahwa pembentukan kalus terjadi 45 hari setelah okulasi bahkan ada yang mencapai tiga bulan, hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian okulasi bibit durian ini yang mana pembentukan kalus sudah terjadi pada umur 20 hari (3 minggu) setelah okulasi. Namun demikian okulasi jadi belum tentu menjamin bahwa akan menjadi tanaman baru seperti pendapat Mobiyanto (1997) bahwa kegagalan okulasi tampak pada entres yang berwarna coklat dan kering karena tidak menerima air dari batang bawah. Keberhasilan okulasi (penempelan) menurut Supriyanto et. al., (1995) memerlukan kompatibilitas antara batang atas dan batang bawah serta kemampuan batang atas (mata tempel) itu sendiri untuk pecah dan tumbuh.

(34)

commit to user

Tabel 1. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata- rata keberhasilan okulasi jadi (%)

Asal Tunas Pemotongan Batang Bawah Okulasi Jadi (%)

Ujung Ujung Ujung Ujung Tengah Tengah Tengah Tengah Pangkal Pangkal Pangkal Pangkal Dipotong ½ batang Dipotong 15 cm Dipotong 5 cm

Dipotong 10 cm dari ujung tunas Dipotong ½ batang

Dipotong 15 cm Dipotong 5 cm

Dipotong 10 cm dari ujung tunas Dipotong ½ batang

Dipotong 15 cm Dipotong 5 cm

Dipotong 10 cm dari ujung tunas

100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Gambar 1. Okulasi jadi (kiri) dan gagal (kanan)

Okulasi pada tanaman durian dengan keberhasilan tinggi ini karena keadaan mata entres yang semula dalam keadaan dorman, kemudian tumbuh (mata tunas pecah). Mata entres yang dorman adalah mata entres dalam keadaan istirahat, belum pecah, dan akan segera tumbuh karena mendapatkan nutrisi dari hasil fotosintesis tanaman induk. Ini terjadi karena kondisi ideal (suhu dan kelembaban relatif tinggi), hormon tumbuh yang semula inaktif menjadi aktif, tersedia karbohidrat sehingga respirasi berjalan, maka tersedia energi.

Demikian pula batang bawah dalam suasana kelembaban tinggi, terjadi difusi air ke dalam sel batang sehingga proses respirasi berlangsung. Saat pembentukan kalus peranan hormon tumbuh (auksin dan sitokinin)

Okulasi

(35)

commit to user

sangat besar karena saat itu pembelahan, pembesaran, pemanjangan sel terjadi. Pada kondisi demikian kandungan protein bahan vegetatif sangat menentukan. Keberhasilan ini juga tidak terlepas dari peran pemeliharaan selama okulasi. Selain perawatan, keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh keserasian batang atas dan bawah, umur, kemampuan mata tempel untuk pecah dan tumbuh, iklim, dan ketrampilan okulator (Supriyanto et. al., 1995; Suryana, 2000). Keserasian batang atas dan bawah adalah mekanisme kompatibilitas misalnya fisiologi, biokimia, dan sistem anatomi secara simultan (Mansyah et. al., 1998).

B. Waktu Pecah Tunas

Okulasi jadi diikuti dengan pecah tunas kemudian tumbuh sampai menjadi tanaman baru. Saat pecah tunas atau saat tunas muncul (Gambar 3) merupakan salah satu variabel pengamatan yang menunjukkan pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap pertumbuhan tunas pertama kali. Waktu pecah tunas okulasi ditandai dengan ukuran mata tunas membesar dan selaput berwarna coklat yang membungkus mata tunas pecah kemudian diikuti pertumbuhan entres (tunas) sehingga lebih panjang.

Okulasi menggunakan entres bagian ujung, tengah, dan pangkal serta perlakuan batang bawah dipotong ½ batang, 15 cm, 5 cm, dan 10 cm menunjukkan bahwa terdapat ketidak seragaman waktu pecah tunas (gambar 2). Dilihat dari rata-rata waktu pecah tunas dapat diketahui bahwa perlakuan entres tengah dan pemotongan batang bawah 10 cm memiliki waktu pecah tunas paling cepat (2-3 hari lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan yang lain). Entres ujung memiliki rata-rata pertumbuhan paling cepat karena kandungan hormon tumbuh (sitokinin dan auksin) yang cukup tinggi sehingga mampu memacu pembelahan dan diferensiasi sel lebih cepat. Makin tinggi konsentrasi hormon sampai dengan batas tertentu, laju pertumbuhan tunas makin meningkat, tetapi pada konsentrasi yang lebih tinggi laju pertumbuhan tunas melambat. Hal ini berhubungan dengan ketidak seimbangan hormon, khususnya pada sel-sel kambium sebab batang bawah

(36)

commit to user

makin keras, sel-sel kambium makin kurang aktif, sehingga pertumbuhan tunas juga makin melambat.

Pemotongan batang bawah 10 cm dari ujung tunas batang bawah akan meningkatkan suplai hasil fotosintesis ke entres sebab pada batang bawah masih terdapat beberapa daun yang masih produktif. Perkembangbiakan dengan okulasi dipengaruhi oleh batang bawah dalam menentukan pertumbuhan batang atas. Batang bawah lebih berperan dalam membentuk kalus yang sangat dipengaruhi oleh umur tanaman. Proses pembentukan kalus ini sangat dipengaruhi oleh kandungan protein, lemak, dan karbohidrat yang terdapat pada jaringan parenkim karena senyawa-senyawa tersebut merupakan sumber energi dalam membentuk kalus.

Gambar 2. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-rata Saat Pecah Tunas (Hari)

(37)

commit to user

Gambar 3. Mata entres (mata tunas) yang sudah pecah

dan mulai membentuk kuncup daun

Laju pertumbuhan entres ditentukan oleh aktivitas kambium yang dipengaruhi oleh keseimbangan hormonal pada tempat penempelan tunas. Selain itu laju pertumbuhan entres juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu adalah keadaan dorman, yaitu entres tidak menunjukkan pertumbuhan akan tetapi masih tetap hijau. Seperti yang dijelaskan Purbiati (2002), keadaan dorman tersebut terjadi karena diferensiasi tunas tidak terjadi sehingga berakibat tumbuh tunas batang bawah dari bekas luka irisan batang. Dugaan lain penyebab keadaan dorman pada entres menurut Hidayat (2005), bahwa entres kekurangan salah satu dari beberapa senyawa yang ditranslokasikan oleh akar ke tunas, seperti : air, garam mineral, dan zat tumbuh.

C. Saat Kemunculan Daun Pertama

Pertumbuhan entres akan diikuti pembentukan kuncup-kuncup daun dan diikuti berkembang daun menjadi organ tanaman yang berperan dalam proses fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Daun merupakan organ tanaman tempat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan makanan. Daun memiliki klorofil yang berperan dalam melakukan fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk melakukan fotosintesis lebih banyak dan produk yang dihasilkan juga besar. Kemunculan daun pertama ditandai dengan satu helaian daun membuka (Gambar 5).

Entres yang sudah pecah

(38)

commit to user

Gambar 4. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-rata kemunculan daun pertama (hari)

Gambar 5. Kemunculan daun pertama

Pengamatan saat kemunculan daun pertama pada bibit durian nampak pada Gambar 4 yang menunjukkan bahwa entres ujung dan pemotongan batang bawah 10 cm dan 5 cm muncul 1 hari lebih cepat dibandingkan perlakuan yang lain. Hal ini dapat dijelaskan bahwa hormon auksin dan sitokinin lebih besar sebab tunas ujung merupakan tempat hormon tersebut diproduksi. Oleh karena itu hormon tersebut memacu pembelahan dan pemanjangan sel sebagai

Satu lembar daun membuka

(39)

commit to user

pendukung tunas tumbuh (Rubio, 1994) dan memacu kemunculan daun pertama. Pada pemotongan batang bawah 10 cm dan 5 cm terjadi penghentian pertumbuhan tunas apikal sehingga memacu pertumbuhan entres yang mengakibatkan kemunculan daun pertama menjadi lebih cepat.

D. Panjang Tunas Okulasi

Tanaman setiap waktu terus tumbuh yang menunjukkan telah terjadi pembelahan dan pembesaran sel. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisiologi, dan genetik tanaman. Pertumbuhan dapat diukur dari kenaikan panjang tunas suatu tanaman atau bagian tanaman lain. Sedangkan peningkatan jumlah sel dan ukuran sel terjadi pada jaringan meristem misalnya meristem ujung, meristem interkalar, dan meristem lateral. Pertumbuhan pada meristem ujung menghasilkan sel-sel baru di ujung sehingga mengakibatkan bertambah tinggi atau panjang. Pertumbuhan panjang tunas okulasi bibit okulasi tersebut dijadikan salah satu parameter pertumbuhan tanaman.

Gambar.6 Panjang Tunas Okulasi per Minggu (setelah pembukaan okulasi)

Variabel panjang tunas, sangat berhubungan dengan waktu pecah tunas. Pertumbuhan tunas paling panjang ditunjukkan pada entres pangkal dengan pemotongan batang bawah 10 cm. Entres pangkal menghasilkan rata-rata panjang tunas yang lebih tinggi, bermula saat pertumbuhan awal dari

(40)

commit to user

pemecahan mata entres hingga pembentukan daun, pertumbuhan entres masih berjalan lambat, kendati pertumbuhan berlangsung cepat setelah umur bibit dua bulan. Gambar 6 menunjukkan entres pangkal memiliki panjang tunas okulasi yang lebih baik dibandingkan perlakuan lain. Mata tunas yang cepat pecah, akan segera tumbuh dan memanjang jika unsur-unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan terpenuhi.

Pemotongan batang bawah berpengaruh terhadap panjang tunas okulasi (Gambar 6). Batang bawah yang masih terdapat beberapa helai daun mampu melakukan fotosintesis sehingga hasil fotosintesis dapat digunakan untuk pertumbuhan entres. Daun batang bawah juga mampu mempercepat pertautan yang memacu pertumbuhan tunas. Apabila ketersediaan karbohidrat semakin tinggi, maka laju pertumbuhan entres (yang dipengaruhi oleh ketersediaan karbohidrat) akan semakin cepat. Seperti yang dinyatakan oleh Suprijadji (1997) keberadaan daun pada batang bawah merupakan salah satu faktor penting agar diperoleh persentase keberhasilan okulasi. Daun yang telah terbentuk akan segera melakukan fungsi untuk fotosintesis. Dari sini akan dihasilkan karbohidrat dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Karbohidrat maupun ZPT (auksin dan sitokinin) ditransfer dengan perantara molekul air menuju daerah meristematis, diantaranya ujung tunas. Sel-sel pada daerah tersebut akan memperbanyak diri dan memperpanjang ukuran sehingga mengakibatkan pemanjangan tunas. Panjang tunas merupakan ukuran yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan mengukur pengaruh lingkungan oleh perlakuan yang diterapkan. Panjang tunas merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Karintus, 2011).

E. Jumlah Daun

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Letak pertumbuhan ada di dalam meristem ujung, lateral, interkalar, dan batang tumbuh (buku-buku). Tonjolan pada sisi meristem apikal semula dikenal sebagai penyangga daun, yang kemudian memanjang, menebal dan membentuk prokambium dan kemudian jaringan pengangkut.

(41)

commit to user

Pertama-tama ia melengkung ke dalam. Sementara masih dalam kuncup, pada sisi-sisi poros daun meristem tepi menjadi aktif untuk membentuk helaian daun. Menjelang waktu daun membuka, terjadi pengembangan ke samping, pemanjangan helaian daun secara cepat, dan pemanjangan pangkal poros daun untuk membentuk tangkai daun. Daun memegang peranan penting bagi pertumbuhan tanaman yang merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis, respirasi, dan transpirasi.

Gambar 7. Jumlah daun (helai)

Daun merupakan pabrik karbohidrat bagi tanaman. Daun diperlukan untuk mengubah CO2 dan H2O menjadi cadangan makanan melalui proses fotosintesis dengan energi cahaya matahari. Jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan (Karintus, 2010). Lingkungan yang mendukung pertumbuhan secara otomatis juga mampu mendorong pertambahan jumlah serta ukuran daun. Rata-rata jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan entres ujung dan pemotongan batang bawah 10 cm. Entres ujung memiliki kemampuan pertumbuhan awal yang lebih baik dibandingkan yang lain, sebab entres ujung memiliki hormon tumbuh yang lebih banyak sehingga mampu memacu pertumbuhan. Batang yang dipotong 10 cm masih memiliki daun sehingga dapat digunakan untuk fotosintesis.

(42)

commit to user

Semakin cepat daun terbentuk sempurna, klorofil yang dihasilkan daun semakin bertambah. Klorofil berfungsi menangkap cahaya matahari yang digunakan dalam proses fotosentesis. Dengan jumlah daun semakin banyak maka cahaya matahari yang diterima semakin besar yang digunakan untuk menghasilkan cadangan makanan. Cadangan makanan ini yang digunakan untuk pembentukan tunas selanjutnya. Pertumbuhan awal yang baik

cenderung akan mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya termasuk

pertumbuhan daun, batang, tunas dan organ lain.

Mata tunas yang disambungkan pada batang bawah setelah mengalami proses diferensiasi dan membentuk kambium baru akan berfungsi sebagai meristem ujung (lateral) sehingga pecah dan membentuk daun baru (Purbiati et. al., 2002). Penambahan jumlah daun sejalan dengan penambahan panjang tunas, semakin panjang tunas maka akan menghasilkan pertambahan nodus-nodus yang berfungsi sebagai tempat tumbuh daun. Perbedaan jumlah daun akan menimbulkan perbedaan pertumbuhan pada tanaman, karena di dalam daun terdapat klorofil dan sebagai tempat terjadinya sintesis fotosintat yang dibutuhkan oleh semua bagian tanaman.

F. Persentase Okulasi Tumbuh

Bibit okulasi yang tumbuh atau hidup merupakan bibit yang jadi setelah dilakukan pembukaan plastik okulasi dan mampu bertahan untuk tetap tumbuh sampai akhir penelitian (90 hari setelah okulasi) (Gambar 9). Bibit okulasi tumbuh ini, telah siap dipindah tanamkan pada umur 3 bulan (90 hari). Bibit yang jadi dan mampu tumbuh setelah okulasi berasal dari mata entres yang mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi. Keberhasilan penempelan ini, memerlukan kompatibilitas antara batang bawah dan mata tempel serta kemampuan mata tempel tersebut untuk pecah dan tumbuh.

(43)

commit to user

Gambar 8. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-rata keberhasilan okulasi tumbuh (%)

Gambar 9. Bibit okulasi siap pindah tanam

Persentase okulasi tumbuh terbesar terdapat pada entres pangkal dan tengah yaitu 100% (Gambar 8). Entres pangkal memberikan persentase bibit hidup paling tinggi, hal ini karena dalam entres pangkal memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi daripada entres ujung, sehingga dapat memacu pertumbuhan entres. Pembentukan sel-sel tanaman dalam entres pangkal juga

(44)

commit to user

telah sempurna, sehingga memiliki kemampuan untuk tumbuh lebih baik menjadi tanaman baru yang diharapkan mempunyai sifat-sifat unggul. Sedangkan pada entres ujung dimungkinkan memiliki kandungan air yang terlalu tinggi sehingga mengalami transpirasi yang terlalu tinggi yang mengakibatkan kelembaban entres menurun sehingga mengakibatkan entres layu dan kering. Suhu tinggi mampu mempercepat respirasi dan menurunkan kelembaban relatif ruang maupun tunas okulasi sehingga berakibat matinya entres (Suprijadji, 1997).

Pemotongan batang bawah ½ dan pemotongan 15 cm menunjukkan persentase terbaik untuk okulasi tumbuh, yaitu sebesar 100% dan untuk persentase terendah terdapat pada pemotongan batang bawah 5 cm dari okulasi. Pemotongan batang bawah dilakukan agar tanaman batang bawah yang tidak memproduksi auksin sehingga dominansi apikal tidak terjadi. Dan juga bertujuan agar hasil fotosintesis disuplai menuju entres, dengan demikian, akan mendorong pertumbuhan entres tersebut. Angka kegagalan okulasi pada penelitian ini yang tinggi disebabkan oleh suhu tinggi pada siang hari (330 C), dan akibat peletakan bibit okulasi tidak pada tanah (mester) sehingga mempengaruhi peningkatan suhu pada sekitar bibit okulasi.

(45)

commit to user

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Entres ujung diawal pertumbuhan, tumbuh lebih cepat dibandingkan entres tengah dan entres pangkal.

2. Entres tengah memberikan pertumbuhan yang lebih baik, dibandingkan entres ujung dan entres pangkal terhadap saat pecah tunas, kemunculan daun pertama, tinggi tunas okulasi, jumlah daun, dan jumlah okulasi tumbuh.

3. Panjang pemotongan batang bawah yang tepat untuk mempercepat pertumbuhan tunas okulasi adalah pemotongan 10 cm dari ujung batang bawah.

4. Secara keseluruhan perbanyakan vegetatif dengan okulasi menggunakan entres tengah dan pemotongan batang bawah 10 cm dari ujung menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Perbanyakan vegetatif secara okulasi akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dengan menggunakan entres tengah dan pemotongan batang bawah 10 cm dari ujung.

2. Bila pertumbuhan bibit okulasi kurang baik dapat menggunakan alternatif kedua yaitu menggunakan entres ujung dan pemotongan batang bawah 10 cm dari ujung, dengan menambah waktu pembukaan plastik okulasi (30 hari setelah okulasi).

Gambar

Tabel 1. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata-   rata keberhasilan okulasi jadi (%)
Gambar 2. Pengaruh asal tunas dan pemotongan batang bawah terhadap rata- rata-rata Saat Pecah Tunas (Hari)
Gambar  4.  Pengaruh  asal  tunas  dan  pemotongan  batang  bawah  terhadap  rata- rata-rata kemunculan daun pertama (hari)
Gambar 7. Jumlah daun (helai)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pemodelan turbin angin secara keseluruhan disimulasikan menggunakan Matlab dengan masukan angin bervariasi mulai dari 2 m/s hingga 5 m/s untuk diketahui karakteristik

Pada inkontinensia urin, inervasi tidak terjadi dengan baik menyebabkan uretra tidak dapat menutup dengan baik sehingga urin dapat keluar, yang dapat

Akan tetapi, teori ini kurang cocok diterapkan dalam permasalahan efektifitas kegiatan CSR perusahaan yang berfokus kepada perilaku suportif community, karena pada dasarnya teori

Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian Alali dan Foote (2012) yang menunjukkan bahwa informasi akuntansi yang dihasilkan dalam periode setelah adopsi IFRS

Acuan Proporsi dan Siluet Acuan proporsi untuk tokoh Kumba berdasarkan tridimensional karakter menggambarkan visual proporsi sosok raksasa, penulis mencari acuan/referensi tokoh

Praktek kerja magang merupakan salah satu mata kuliah pada semester tujuh di Universitas Multimedia Nusantara UMN Ucapan syukur dan terima kasih penulis diberikan kepada

Manusia diusir dari taman Eden di mana mereka ditempatkan (Kej.1-2). Manusia tidak dapat lagi berhubungan langsung dengan Allah seperti pada mula diciptakan. Akibat ketidak