commit to user
i
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERBASIS KONTEKSTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA
DI SMP NEGERI SE-KABUPATEN GROBOGAN
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
Susilawati Prihadwiyani S851102044
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
ii
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERBASIS KONTEKSTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA
DI SMP NEGERI SE-KABUPATEN GROBOGAN
TESIS
Oleh
Susilawati Prihadwiyani S851102044
Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing
Pembimbing I Dr. Mardiyana, M.Si ... ... Juli 2012 NIP 19660225 199302 1 002
Pembimbing II Dra. Mania Roswitha, M.Si ... ... Juli 2012 NIP 19520628 198303 2 001
Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal ...2012
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.
NIP 19530915 197903 1 003
commit to user
iii
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERBASIS KONTEKSTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA
DI SMP NEGERI SE-KABUPATEN GROBOGAN
TESIS Oleh
Susilawati Prihadwiyani S 851102044
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. ... ... Juli 2012
NIP 19530915 197903 1 003
Sekretaris Dr. Budi Usodo, M.Pd. ... ... Juli 2012 NIP 19680517 199303 1 002
Anggota Dr. Mardiyana, M.Si ... ... Juli 2012 Penguji NIP 19660225 199302 1 002
Dra. Mania Roswitha, M.Si ... ... Juli 2012 NIP 19520628 198303 2 001
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal ...2012
Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.
NIP 19610717 198601 1 001 NIP 19530915 197903 1 003
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul: “EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERBASIS KONTEKSTUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI SE-KABUPATEN GROBOGAN” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas dari plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010)
2. Publikas sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs- UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya atu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Matematika PPs-UNS berhak memplublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Matematika PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 19 Juli 2012 Mahasiswa,
Susilawati Prihadwiyani S851102044
commit to user
v
MOTTO
 Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
(QS.2:152)
 Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendahlah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (QS.3:160)
Kupersembahkan untuk:
Bapak dan Ibu yang telah melahirkanku, sebagai tanda bakti ananda yang tidak dapat membalas segala jasa dan kasih sayangmu. Kedua buah hatiku, sebagai motivasi bunda agar selalu berusaha, belajar, dan berdoa dalam meraih cita-cita.
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah Barokallahulakka penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun tesis ini banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Program Studi Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan dorongan dalam penulisan tesis ini.
3. Dr. Mardiyana, M.Si., Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus Pembimbing I yang telah banyak memberikan dorongan, motivasi, bimbingan, saran- saran yang bermanfaat sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
4. Dra. Mania Roswitha, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan dorongan, motivasi, bimbingan, saran-saran yang bermanfaat sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga mempermudah dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Drs. H. Karsono, M.Pd., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan yang telah memberikan ijin penelitian di beberapa SMP Negeri di Kabupaten Grobogan.
7. Kepala SMP Negeri 2 Purwodadi, Kepala SMP Negeri 2 Toroh, Kepala SMP Negeri 3 Purwodadi, dan Kepala SMP Negeri 5 Purwodadi, yang
commit to user
vii
telah memberikan ijin penelitian dan berbagai kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
8. Ning Endah, S.Pd. guru matematika SMP Negeri 2 Toroh, Sutejo Utomo, S.Pd. guru matematika SMP Negeri 3 Purwodadi, dan Purwadi, S.Pd. guru matematika SMP Negeri 5 Purwodadi, yang telah membantu menyelesaikan tesis ini.
9. Hj. Endang Ratnawati, S.Pd., M.M., Yadi Suyanto, S.Pd., dan Kasmu, S.Pd, selaku validator instrumen tes prestasi belajar matematika.
10. Suntoro, S.Pd., Drs. Suharyanto, dan Siti Lasmini. S.Pd., selaku validator instrumen angket aktivitas belajar siswa.
11. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Angkatan 2010/2011 yang telah memberi bantuan, dorongan, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
12. Bapak dan Ibu Martono, orang tua penulis yang selalu memberikan dorongan, motivasi, dan doa sehingga memudahkan penulis menyelesaikan tesis ini.
13. Siheren Wijono, S.H., suami yang selalu memberi dorongan dan motivasi dengan penuh kasih sayang dan pengertian.
14. Hasna Salsabila Mumtaz dan Hanif Haidar Mumtaz, buah hati tersayang yang telah menjadi semangat dan motivasi.
15. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Akhir kata penulis berharap tesis ini bermanfaat bagi pembaca umumnya, dan penulis khususnya. Semoga Allah SWT memberikan pahala kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Amin.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
viii
Susilawati Prihadwiyani. S851102044. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Berbasis Kontekstual Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Di SMP Negeri Se-Kabupaten Grobogan. Komisi Pembimbing I Dr. Mardiyana, M.Si.
dan Pembimbing II Dra. Mania Roswitha, M.Si.. Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) Manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis kontekstual, model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan model pembelajaran konvensional yang dapat menghasilkan prestasi belajar matematika siswa lebih baik pada materi Bangun Ruang Sisi Datar. (2) Apakah siswa dengan aktivitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang atau rendah, dan untuk mengetahui apakah siswa dengan aktivitas belajar sedang mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. (3a) Pada masing-masing model pembelajaran (model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis kontekstual, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional), manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik, siswa dengan aktivitas belajar tinggi, sedang ataukah rendah. (3b) Pada masing-masing tingkat aktivitas (tinggi, sedang dan rendah), manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis kontekstual, model pembelajaran kooperatif STAD, ataukah model pembelajaran konvensional.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental semu dengan desain faktorial 3 x 3. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Juli 2012 dengan populasi siswa kelas VIII SMP Negeri Se-Kabupaten Grobogan semester genap tahun pelajaran 2011/2012.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes, metode angket dan metode dokumentasi. Sebelum soal tes prestasi digunakan, dilakukan uji validitas isi, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya beda. Sebelum instrumen angket aktivitas belajar digunakan, dilakukan uji validitas isi, uji reliabilitas, dan uji konsistensi internal. Uji keseimbangan terhadap kemampuan awal kelompok eksperimen I (model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis kontekstual), kelompok eksperimen II (model pembelajaran kooperatif tipe STAD), dan kelompok kontrol (model pembelajaran konvensional) dengan menggunakan analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama. Hasil uji keseimbangan menunjukkan ketiga kelompok mempunyai kemampuan awal yang seimbang. Uji hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan tingkat signifikan 0,05.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Prestasi belajar matematika siswa pada materi bangun ruang sisi datar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis kontekstual lebih baik daripada prestasi belajar
commit to user
ix
matematika siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun model pembelajaran konvensional. Prestasi belajar matematika siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa menggunakan model pembelajaran konvensional; (2) Prestasi belajar matematika siswa dengan aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa dengan aktivitas belajar sedang maupun rendah. Prestasi belajar matematika siswa dengan aktivitas belajar sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa dengan aktivitas belajar rendah; (3a) Pada masing-masing model pembelajaran (model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis kontekstual, model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan model pembelajaran konvensional) prestasi belajar matematika siswa dengan aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa dengan aktivitas belajar sedang maupun rendah. Prestasi belajar matematika siswa dengan aktivitas belajar sedang lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan aktivitas belajar rendah. (3b) Pada masing-masing aktivitas belajar (aktivitas belajar tinggi, aktivitas belajar sedang, dan aktivitas belajar rendah) prestasi belajar matematika siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis kontekstual lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun model pembelajaran konvensional. Prestasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran tipe STAD lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa menggunakan model pembelajaran konvensional.
Kata kunci: STAD, kontekstual, aktivitas belajar, prestasi belajar
commit to user
x
Susilawati Prihadwiyani. S851102044. The Experimentation of Cooperative Learning Model Student Teams Achievement Division (STAD) type in Contextual Based Learning of Mathematics Achievement of The Polyhedral Seen from The Student Activities of State Junior High Schools in Grobogan . The First Consultant is Dr. Mardiyana, M.Si. The Second Consultant is Dra.
Mania Roswitha, M.Si. Thesis. Surakarta: Study Program of Mathematics Education Postgraduate Program Sebelas Maret University Surakarta.
ABSTRACT
This research aims to know: (1) Which one is a better mathematics learning achievement between models of STAD type of cooperative learning in contextual based, STAD type of cooperative learning and conventional type on polyhedral chapter. (2) Do students with high learning activity have a better learning achievement than students with medium or low one, and to determine whether students with learning activities are having a better learning achievement than students with low learning activity. (3a) At each of the learning model (STAD type of cooperative learning in contextual based, STAD type of cooperative learning and conventional type), which one is a better mathematics learning achievement, learning activities of students with high, medium or low.
(3b) At each level of activity (high, medium and low), which is better in producing mathematics learning achievement, STAD type of cooperative learning model in contextual based, STAD type of cooperative learning , or conventional one.
The research used in this study was quasi experimental with 3 x 3 factorial design. The research was held from November 2011 to July 2012 with a population of students in grade VIII of State Junior High School in Grobogan of even semester in the akademic year of 2011/2012. The data collection was obtained by multiple choice test and questionnaire. Prior to the achievement test, there was a preliminary test of validation of content, trial test, reliability test, level of difficulty test and items analysis. Prior to the questionnaire instrument, there was a preliminary test of validation of content, trial test, reliability test, internal consistency test. The balancing test was done for the experimental group I (STAD type of cooperative learning in contextual based), experimental group II (STAD type of cooperative learning), and the control group (conventional learning models) by using one way of variance analysis with difference cell. The balancing test results show the three groups have the balance ability. The hypothesis test used two way of variance analysis in difference cell with a significant level of 0.05.
The conclusions of this research are: (1) On the polyhedral chapter, mathematics achievement of students who use STAD type of cooperative learning in contextual based is better than STAD type and conventional learning models.
Mathematics achievement of students who use STAD type of cooperative learning is better than mathematics achievement of students using conventional teaching models, (2) Mathematics learning achievement of students with high learning activity is better than mathematics achievement of students with medium and low
commit to user
xi
learning activities. Mathematics learning achievement of students with medium learning activities is better than mathematics achievement of students with low learning activities, (3a) In each of the learning model (STAD type of cooperative learning in contextual based, STAD type and conventional learning models), mathematics achievement of students with high learning activity is better than mathematics achievement of students with medium and low activities.
Mathematics learning achievement of students with medium learning activities are better than the learning achievement of students with low learning activity. (3b) In each of the learning activity (high, medium, and low activities), mathematics achievement of students using cooperative learning model of STAD type in contextual based is better than mathematics achievement of students using cooperative learning model of STAD type and conventional learning one. Student achievement of learning using STAD type is better than mathematics achievement of students using conventional teaching models.
Key words: STAD, contextual, learning activities, learning achievement
commit to user
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... .i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...iv
LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...v
KATA PENGANTAR ...vi
ABSTRAK ...viii
ABSTRACT... x
DAFTAR ISI ...xii
DAFTAR TABEL ...xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pemilihan Masalah ... 6
D. Pembatasan Masalah ... 6
E. Perumusan Masalah ... 7
F. Tujuan Penelitian ... 7
G. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ...10
A. Tinjauan Pustaka ...10
1. Pengertian Belajar ...10
2. Pengertian Prestasi Belajar ...11
3. Model Pembelajaran ...13
a. Pembelajaran Kooperatif ...14
b. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...17
c. Pembelajaran Kontekstual ... 21
d. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Kontekstual ...24
commit to user
xiii
e. Pembelajaran Konvensional...25
4. Aktivitas Belajar Siswa ...28
5. Tinjauan Materi pembelajaran Matematika ...32
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ...33
C. Kerangka Berfikir ...35
D. Hipotesis ...40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ... 42
B. Jenis Penelitian... ...43
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampel ...44
1. Populasi ...44
2. Sampel ...44
3. Teknik Sampling ...44
D. Variabel Penelitian ...45
E. Metode Pengumpulan Data...47
F. Instrumen Penelitian ...49
G. Teknik Analisis Data ...53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...66
A. Hasil Uji Coba Instrumen ...66
B. Deskripsi Data ...69
C. Hasil Analisis Data ...71
D. Pembahasan Hasil Penelitian ...77
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ...85
A. Kesimpulan Penelitian ...85
B. Implikasi ...86
1. Implikasi Teoritas ...86
2. Implikasi Praktis ...86
C. Saran ...87
DAFTAR PUSTAKA ...89
LAMPIRAN ...92
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Presentase Pencapaian Penguasaan Materi Soal Matematika ... 2
2.1 Perbandingan Pembelajaran Tradisional dan Kontekstual ... 22
2.2 Sintaks Model Pembelajaran Langsung ... 25
2.3 Persamaan dan Perbedaan Variabel Penelitian ... 34
3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ...42
3.2 Kriteria Penilaian Angket ...47
3.3 Notasi dan Tata Letak Data Pada Anava Satu Jalan ...55
3.4 Rangkuman Analisis Data ...56
3.5 Tata Letak Data Pada Analisis Variansi Dua Jalan ...58
3.6 Rangkuman Uji ...61
4.1 Rangkuman Perhitungan Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Uji Coba Tes Prestasi ... 66
4.2 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Model Pembelajaran ...69
4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar matematika Berdasarkan Aktivitas Belajar ...69
4.4 Rangkuman Analisis Variansi Kemampuan Awal ... 71
4.5 Rangkuman Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika ... 73
4.6 Rangkuman Analisis Variansi ...74
4.7 Rataan Masing-masing Sel ddan Rataan Marginal ...75
4.8 Rangkuman Komparasi Ganda ... 79
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Biodata ...93
2. Nilai Rata-Rata Ujian Nasional Mata Pelajaran Matematika ...94
3. Persentase Pencapaian Penguasaan Materi Soal Matematika ...96
4. Pembagian Sekolah Kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah berdasarkan Nilai Rata-Rata Ujian Nasional Mata Pelajaran Matematika ...99
5. Lembar Validasi Uji Coba Tes Prestasi Belajar ...100
6. Lembar Validasi Uji Coba Angket Aktivitas Belajar Siswa ...106
7. Uji Reliabilitas Soal Uji Coba Tes Prestasi...112
8. Uji Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Tes Prestasi...114
9. Kisi-Kisi Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar...116
10. Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar...118
11. Kunci Jawaban Uji Coba Tes Prestasi...126
12. Uji Eksistensi Internal dan Reliabilitas Uji Coba Angket Aktivitas...127
13. Kisi-Kisi Angket Aktivitas Belajar Siswa Berdasarkan Indikator ...130
14. Uji Coba Angket Aktivititas Belajar Matematika...131
15. Lembar Jawab...141
16. Data Kemampuan Awal (Nilai UASBN)...142
17. Uji Normalitas Kemampuan Awal...147
18. Uji Homogenitas Kemampuan Awal...159
19. Uji Keseimbangan ...161
20. Data Aktivitas Dan Prestasi Kelompok Eksperimen I...167
21. Data Aktivitas Dan Prestasi Belajar Kekompok Eksperimen II...171
22. Data Aktivitas Dan Prestasi Belajar Kekompok Kontrol...174
23. Data Aktivitas Tinggi Dan Prestasi Belajar...177
24. Data Aktivitas Sedang Dan Prestasi Belajar...180
25. Data Aktivitas Rendah Dan Prestasi Belajar...184
26. Deskripsi Data Kemampuan Awal...187
27. Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika...188
commit to user
xvi
28. Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Kelas Eksperimen I...189
29. Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Kelas Eksperimen II...193
30. Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Kelas Kontrol...197
31. Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Aktivitas Tinggi...201
32. Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Aktivitas Sedang ...205
33. Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Aktivitas Rendah...209
34. Uji Homogenitas Model Pembelajaran...213
35. Uji Homogenitas Aktivitas Belajar...216
36. Uji Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama...218
37. Uji Lanjut Pasca Anava Komparasi Ganda Antar Baris...222
38. Uji Lanjut Anava Komparasi Ganda Antar Kolom...224
39. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Matematika SMP Kelas VIII Semester Genap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Kontekstual ...226
40. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Matematika SMP Kelas VIII Semester Genap Model Pembelajaran Koopertif Tipe STAD ....248
41. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Matematika SMP Kelas VIII Semester Genap Model Pembelajaran Konvensional ...268
42. Lembar Kerja Siswa ...282
43. Tes Prestasi Belajar Matematika...291
44. Angket Aktivitas Belajar Matematika...297
45. Tabel Distribusi Normal Baku ...305
46. Tabel Nilai Chi Kuadrat ...306
47. Tabel Nilai F ...307
48. Tabel Nilai Kritik Uji Liliefors ...308
49. Surat-surat ...309
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa Pendidikan Nasional mempunyai visi yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Oleh karena itu pemerintah juga berupaya meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan termasuk di daerah terpencil. Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pembaharuan kurikulum sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan zaman dan tahapan pembangunan, serta penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Pendidikan yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan sedini mungkin merupakan tanggungjawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, peran aktif masyarakat dalam semua jalur dan jenjang pendidikan perlu didorong dan ditingkatkan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2010 Tentang Pelaksananaan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional Pada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, dan Sekolah Menengah Kejuruan Tahun Pelajaran 2010/2011 pasal 9 (g) bahwa, Mata Pelajaran UN SMP/MTs, dan SMPLB meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Bahkan Matematika tidak hanya merupakan mata pelajaran Ujian Nasional Tingkat SMP saja, tetapi merupakan mata pelajaran tingkat SD, SMP dan SMA.
Berdasarkan Nilai Akhir Ujian SMP Negeri Se-Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh data bahwa persentase pencapaian penguasaan materi soal matematika pada beberapa kemampuan yang diujikan
1
commit to user
masih rendah. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan lima kemampuan yang diujikan dengan presentase pencapaian penguasaan materi soal matematika terendah.
Tabel 1.1
Presentase Pencapaian Penguasaan Materi Soal Matematika
NO KEMAMPUAN YANG DIUJI Kab Prop Nas
1 Menyelesaikan soal dengan menggunakan konsep kongruensi
26,89 25,67 35,12 2 Menentukan gradien, persamaan garis dan grafiknya 38,81 50,13 60,72 3 Menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar
dan sisi lengkung
48,30 31,98 38,93 4 Menentukan unsur-unsur pada kubus atau balok 49,35 55,50 62,36 5 Menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar
dan sisi lengkung
57,33 51,45 66,27
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tiga di antara lima kemampuan yang diujikan terdapat pada materi Bangun Ruang. Presentase pencapaian penguasaan materi Bangun Ruang baik di Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah dan secara Nasional masih rendah. Meskipun presentase pencapaian penguasaan materi soal matematika pada materi Bangun Ruang di Kabupaten Grobogan tidak berbeda jauh dari pencapaian tingkat propinsi dan nasional, tetapi hasil ini masih di bawah kriteria ketuntasan minimal kompetensi dasar yang ditetapkan oleh sekolah. Sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkan penguasaan materi Bangun Ruang. Nilai Akhir Ujian SMP Negeri Se-Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2010/2011 secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2. Sedangkan presentase pencapaian indikator soal dapat dilihat pada Lampiran 3.
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan khususnya matematika telah sering dilakukan pemerintah, baik melalui penataran/pelatihan guru matematika, diklat, revitalisasi organisasi profesi guru seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), bahkan dalam dua tahun terakhir ini pemerintah pengadakan program Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU).
commit to user
Di sekolah banyak siswa yang tampaknya menjadi tidak tertarik pada pelajaran matematika. Karakteristik matematika yang abstrak membuat matematika termasuk mata pelajaran yang kurang disenangi oleh siswa. Tidak dapat dipungkiri, menciptakan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang menarik di kelas masih menjadi masalah bagi hampir sebagian besar guru. Berbagai upaya dalam rangka menjawab permasalahan ini telah dirumuskan oleh berbagai pihak tidak terkecuali guru yang mengajar di kelas. Gaya siswa masa kini yang ‘cuek dan santai’ seolah-olah terlalu kuat untuk diimbangi oleh guru, sehingga menarik perhatian siswa untuk terlibat dalam pembelajaran di kelas menjadi hal yang sulit dilakukan. Mendapatkan kesan menarik untuk mengikuti KBM oleh siswa adalah langkah awal yang penting dan menentukan bagi pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Guru mempunyai peranan penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Rachmadi Widdiharto (2008: 9) cara guru dalam memilih metode, pendekatan, dan strategi pembelajaran akan berpengaruh terhadap kemudahan atau kesulitan belajar siswa. Masih banyak guru matematika yang menggunakan model pembelajaran konvensional atau tradisional. Menurut Blanchard dalam Agus Suprijono (2010:83) model pembelajaran konvensional memiliki pola: menyandarkan pada hafalan, berfokus pada satu bidang (disiplin), nilai informasi tergantung pada guru, memberikan informasi kepada siswa sampai pada saatnya dibutuhkan, dan penilaian hanya untuk akademik formal berupa ujian. Ini berarti bahwa pembelajaran berpusat pada guru, siswa pasif hanya menerima materi, sehingga menimbulkan kebosanan, kurang menarik, monoton dan tidak dapat memberikan pengalaman belajar siswa, sehingga siswa mudah melupakan materi pelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Agus Suprijono (2010: 58) model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1) “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti, fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup
commit to user
serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan ketrampilan diakui oleh mereka yang berkonpeten menilai.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zahara Aziz dan Anowar Hossain (2010: 62) yang berjudul “A comparison of cooperative learning and conventional teaching on students’ achievement in secondary mathematics” menunjukkan bahwa dampak pembelajaran kooperatif signifikan terhadap prestasi belajar matematika antara siswa belajar kooperatif dengan siswa belajar konvensional.
Sebelum perlakuan (treatment) siswa belajar kooperatif (kelas eksperimen) dan siswa belajar konvensional (kelas kontrol) mempunyai prestasi belajar yang setara (sama rendah). Setelah perlakuan, prestasi belajar matematika siswa belajar kooperatif mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan siswa belajar konvensional
Menurut Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2010:58) untuk mencapai hasil yang maksimum lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Kelima unsur tersebut adalah: (1) positive interdependence (saling ketergantungan positif); (2) personal responsibility (tanggung jawab perseorangan); (3) face to face promotive interaction (interaksi promotif); (4) interpersonal skill (komunikasi antar anggota); (5) group processing (pemrosesan kelompok).
Pembelajaran matematika seharusnya diciptakan semirip mungkin dengan situasi “dunia nyata”, pembelajaran yang dimaksudkan adalah pembelajaran kontekstual. Ada beberapa pendapat tentang pembelajaran kontekstual, di antaranya menurut Agus Suprijono (2010:79-80) berikut ini.
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya mempelajari materi yang berupa konsep, teorema, rumus-rumus dan soal-soal tetapi juga mengaitkan materi bahan ajar dengan kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan siswa
commit to user
diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika siswa belajar.
Menurut Trianto (2007: 105-106) pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama yaitu: konstruktivisme (constructivisme), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik ( authentic assesment).
Menurut Djamanah (2008: 38) belajar bukanlah berproses dalam kehampaan. Tidak pernah sepi dari berbagai aktivitas. Oleh karena itu keberhasilan pelaksanaan model pembelajaran mungkin juga dipengaruhi oleh tingkat aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa merupakan sikap dan tingkah laku siswa tampak, dapat diamati dan diukur oleh siapapun yang terlibat dalam pembelajaran. Aktivitas belajar siswa mungkin juga membantu siswa memperoleh prestasi belajar yang diharapkan. Siswa dengan aktivitas belajar tinggi dimungkinkan mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah. Tetapi pada kenyataannya tidak sedikit siswa dengan aktivitas rendah memiliki hasil belajar yang lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar yang tinggi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukan di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.
1. Ada kemungkinan kurang optimalnya prestasi belajar matematika siswa karena model pembelajaran kurang tepat, sehingga perlu penelitian untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa.
2. Ada kemungkinan aktivitas belajar siswa mempengaruhi prestasi belajar siswa, sehingga perlu penelitian untuk mengetahui pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
3. Rendahnya aktivitas belajar siswa dimungkinkan dipengaruhi oleh kurang adanya penghargaan bagi siswa yang mempunyai aktivitas dan prestasi belajar yang tinggi, sehingga perlu merancang pembelajaran yang
commit to user
memberikan penghargaan bagi siswa yang mempunyai aktivitas belajar dan prestasi belajarnya tinggi.
4. Ada kemungkinan kurang optimalnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh anggapan siswa bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang abstrak, sulit, monoton dan membosankan, sehingga perlu merancang pembelajaran yang lebih menarik, menyenangkan dan melibatkan keaktifan semua siswa.
C. Pemilihan Masalah
Dari keempat masalah yang diidentifikasi di atas, peneliti hanya melakukan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang pertama dan permasalahan yang kedua, yaitu tentang pengaruh penggunaan model pembelajaran dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar. Peneliti ingin mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis kontekstual lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional. Serta ingin mengetahui apakah aktivitas belajar siswa akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas agar penelitian yang dikaji lebih mendalam dan terarah, maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut.
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis kontekstual, model pembelajaran tipe STAD, dan model pembelajaran konvensional.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis kontekstual adalah pembelajaran menggunakan tahap-tahap STAD, materi yang dipelajari dikaitkan dengan situasi dunia nyata, tahap presentasi siswa dilaksanakan dengan pembelajaran kontekstual.
3. Aktivitas belajar siswa yang dimaksud adalah aktivitas belajar siswa dalam belajar matematika yang meliputi persiapan dan partisipasi dalam mengikuti pelajaran matematika, mendengarkan, bertanya, mengeluarkan
commit to user
pendapat, menulis atau mencatat, membaca, mempelajari kembali, dan latihan.
4. Prestasi belajar matematika siswa yang dimaksud adalah hasil belajar siswa pada akhir penelitian yang dicapai setelah siswa melaksanakan proses pembelajaran matematika pada materi Bangun Ruang Sisi Datar.
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas, perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis kontekstual, model pembelajaran kooperatif STAD dan model pembelajaran konvensional, yang dapat menghasilkan prestasi belajar lebih baik pada materi Bangun Ruang Sisi Datar?
2. Apakah siswa dengan aktivitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang maupun rendah, dan apakah siswa dengan aktivitas belajar sedang mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah?
3.a. Pada masing-masing model pembelajaran (kooperatif tipe STAD berbasis kontekstual, kooperatif tipe STAD dan konvensional), apakah prestasi belajar siswa dengan aktivitas tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang maupun rendah, prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan aktivitas rendah?
b. Pada masing-masing kategori aktivitas belajar (tinggi, sedang dan rendah), apakah prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis kontekstual lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun model pembelajaran konvensional, prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran tipe STAD lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional?
commit to user F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang diuraikan di atas, tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis kontekstual, model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan model pembelajaran konvensional yang dapat menghasilkan prestasi belajar matematika siswa lebih baik pada materi Bangun Ruang Sisi Datar.
2. Untuk mengetahui apakah siswa dengan aktivitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang atau rendah, dan untuk mengetahui apakah siswa dengan aktivitas belajar sedang mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah.
3.a. Untuk mengetahui pada masing-masing model pembelajaran (kooperatif tipe STAD berbasis kontekstual, kooperatif tipe STAD dan konvensional), apakah prestasi belajar siswa dengan aktivitas tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang maupun rendah, prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan aktivitas rendah.
b. Untuk mengetahui pada masing-masing kategori aktivitas belajar (tinggi, sedang dan rendah), apakah prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis kontekstual lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun model pembelajaran konvensional, prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran tipe STAD lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah.
commit to user
Sedangkan manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi peneliti penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang efektivitas model pembelajaran dan pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
2. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan semangat dalam belajar matematika sehingga prestasi belajar dapat meningkat dengan signifikan.
3. Bagi guru penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagaimana memilih model pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi, mengetahui tingkat aktivitas siswa sehingga ada upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Bagi sekolah tempat penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga kualitas pendidikan di sekolah tersebut menjadi meningkat.
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar
Banyak para ahli yang berpendapat berbeda-beda tentang pengertian belajar. Hal ini karena setiap ahli mempunyai cara pandang yang berbeda. Namun mengandung pengertian dan tujuan yang sama. Beberapa pendapat ahli ini untuk mendapatkan pengertian belajar yang tepat.
Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008: 24) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud belajar adalah berusaha mengetahui sesuatu, berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, ketrampilan). Sedangkan menurut Ausubel, Novak, dan Hanesian dalam Paul Suparno (1997: 53) belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Paul Suparno (1997: 61).
Belajar berarti membentuk makna. Belajar merupakan suatu proses aktif siswa mengkonstruksi arti teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain.
Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta.
Siswa harus mendapatkan pengalaman berhipotesis dan memprediksi, memanipulasi objek, mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, berimajinasi, meneliti dan menemukan, dalam upaya mengembangkan konstruk-konstruk baru.
Dari pendapat tersebut, jelas diperlukan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, dengan model konstruksional yang aktif. Siswa harus membangun pengetahuannya secara aktif dan guru berperan sebagai fasilitaor yang kreatif.
10
commit to user
Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.
Dalam pandangan konstruktivisme, belajar adalah proses perubahan konsepsi. Oleh karena itu belajar dipandang sebagai suatu kegiatan yang rasional.
Belajar hanya akan terjadi apabila seseorang mengubah atau berkeinginan mengubah pikirannya. Dalam perubahan konsepsi, siswa dipandang sebagai pemroses informasi dan pemroses pengalaman. Bukan hanya sebagai tempat penampung pengalaman dan informasi. Ini berarti, kemampuan siswa untuk belajar dan apa yang dipelajari siswa bergantung pada konsepsi yang terdapat dalam pengalaman tersebut. Gagasan yang baru tidak begitu saja ditambahkan pada gagasan yang telah ada, tetapi mereka saling berinteraksi yang kadang- kadang memerlukan perubahan (http://pembelajaranguru.wordpress.com/ 2008 /05/31/ konstruktivisme-perubahan-konsepsi/)
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha untuk memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, ketrampilan). Belajar berpusat pada siswa, siswa secara aktif mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa harus dibiasakan untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Muray dalam Sunarto (2009: 3) mendefinisikan prestasi sebagai berikut :
“To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible”. Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin (http://www.scribd.com/doc/23735462/Pengertian-Prestasi).
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002: 895) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian dari prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan). Gagne dalam Agus Suprijono
commit to user
(2010: 5) menyatakan bahwa hasil belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu:
informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap. Sedangkan menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2010: 5) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Kecakapan atau hasil kongkrit tersebut dapat berupa informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, afektif, dan ketrampilan psikomotorik.
Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002: 895 ) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Winkel dalam Sunarto (2009: 3) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso dalam Sunarto (2009: 3)mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar (http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/).
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Saifudin Anwar dalam Sunarto (2009: 3) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes
commit to user
formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi (http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/ pengertian-prestasi-belajar/).
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan.
Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.
3. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Menurut Soekamto dalam Trianto (2007: 5) model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Menurut Trianto (2007: 8) model pembelajaran memiliki ciri sebagai berikut:
a. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;
commit to user
b. Landasan tentang pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai);
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil;
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Menurut Arends dalam Agus Suprijono ( 2010: 46) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Lebih lanjut Arends menyeleksi enam model pembelajaran yang sering digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas. Tetapi tidak ada satupun model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajar materi pelajaran tertentu.
Menurut Muhibbin Syah (2010: 187) dalam sebuah model pengajaran biasanya terdapat tahapan-tahapan atau langkah-langkah (syntax) yang relatif tetap dan pasti untuk menyajikan materi pelajaran secara keseluruhan.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah cara yang digunakan sebagai pedoman perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan pembelajaran di kelas dengan langkah-langkah yang sistematis.
a. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah yang kompleks. Setiap siswa mempunyai peran dan saling bekerja sama demi kesuksesan kelompok belajar tersebut.
commit to user
Menurut Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2007: 42) pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa dan memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimipinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan siswa yang berbeda latar belakangnya.
Shaw dalam Agus Supijono (2010: 57) berpendapat bahwa kelompok pada pembelajaran kooperatif bukan semata-mata sekumpulan orang, kumpulan orang disebut kelompok apabila ada interaksi, mempunyai tujuan, berstuktur dan satu kesatuan (groupness).
Menurut Johnson et al., dalam Keyser (2000: 36) cooperative learning is the “instructional use of small groups to that students work together to maximize their own and each other’s learning. Every Student in a cooperative learning group should have a role or part to play in order to accomplish the task”.
Ini berarti pada pembelajaran kooperatif pembentukan kelompok kecil harus disesuaikan agar kerjasama kelompok maksimal. Setiap anggota kelompok harus memiliki peran atau bagian dalam menyelesaikan tugas.
Ghaith (2001: 290) menyatakan bahwa “Cooperative Learning includes a variety of strategies and structures that utilize students’ collaboration to enhance learning and maximize interaction among students according to the principles of positive interdependence, individual accountability, heterogeneous grouping, and equal opportunities for class participation, and improvement”.
Ini berarti bahwa saling ketergantungan dengan perasaan positif di antara anggota kelompok dan bersama-sama memberikan dukungan dalam kelompok yang heterogen. Perasaan dan dukungan tersebut dapat diwujudkan melalui semangat membangun tim, bekerja sama dalam menyelesaikan lembar kerja. Setiap siswa dalam pembelajaran kooperatif mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi karena setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.
Gillies dan Ashman dalam Gillies (2004: 199) berpendapat bahwa
“When children work cooperatively together they develop an intuitive sense of
commit to user
each other’s need and will often provide help when they perceive it is necessary”. Bantuan ini dapat berupa pemberian penjelasan, memberikan arahan, menunjukkan kesalahan, atau bahkan bahan yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas. Ini berarti bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa
dilatih untuk mengembangkan kepekaan dan kesetiakawan.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berpusat pada kerjasama siswa, setiap siswa dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2010: 58) berpendapat bahwa untuk mendapatkan hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:
1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif);
2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan);
3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif);
4) Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota);
5) Group processing (pemrosesan kelompok).
Agus Suprijono (2010: 65) berpendapat bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat enam fase, yaitu:
1) Fase pertama, present goals and set. Guru mengklarifikasi maksud pembelajaran agar peserta didik memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran.
2) Fase kedua, present information. Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik.
3) Fase ketiga, organize student into learning teams. Guru mengorganisir peserta didik dalam tim-tim belajar, memberikan penjelasan bahwa setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok dan setiap individu mempunyai tanggung jawab untuk mencapai keberhasilan kelompok , tanpa ada individu yang bergantung kepada individu lain.
commit to user
4) Fase keempat, assist team work and study. Guru membantu kerja tim dapat berupa petunjuk serta pengarahan, dan mengingatkan waktu yang dialokasikan.
5) Fase kelima, test on the materials. Guru mengevaluasi dengan menggunakan stategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran.
6) Fase keenam, provide recognition. Guru memberikan pengakuan dan penghargaan atas usaha dan prestasi individu maupun kelompok.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan tentang keuntungan pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Menimbulkan suasana yang berbeda dengan pembelajaran konvensional.
2) Mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis, kreatif dan reflektif.
3) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
4) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan informasi, perilaku sosial dan pandangan-pandangan.
5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
6) Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat, berani dikritik maupun menghargai pendapat orang lain.
7) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perpektif.
b. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah STAD (Student Teams Achievement Divisions). Metode STAD merupakan tipe yang paling sederhana dalam pembelajaran kooperatif, karena dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain.
Menurut Widyantini (2008: 7) langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
commit to user
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai;
2) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa;
3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender;
4) Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antar anggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai;
5) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu;
6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari;
7) Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya.
Langkah-langkah tersebut di atas sesuai dengan pendapat Ghazi Ghaith (2001: 294).
“Each lesson began with a teacher presentation to introduce and discuss the material under study. Then the participants worked in their team to complete worksheet, making sure to help each other and that all team numbers have understood the material and agreed to the answers of the worksheet”. Setiap tim diberikan satu lembar kerja (worksheet) untuk diselesaikan, dan setiap anggota tim diminta untuk menandatangi lembar kerja tersebut dalam rangka untuk menjamin konsensus dan ketergantungan yang positif. Selanjutnya setiap peserta mengerjakan kuis individu dan tidak diijinkan saling membantu dalam
commit to user
rangka memastikan akuntabilitas individu dan kesempatan untuk menunjukkan pembelajaran sendiri. Hasil kuis dikoreksi oleh siswa koreksi sendiri berdasarkan kunci jawaban yang diberikan guru. Nilai kuis digunakan untuk menentukan poin-poin kemajuan masing-masing siswa dengan membandingkan nilai kuis pada skor awal.
Pemberian skor kemajuan dapat mengikuti kriteria berikut ini sesuai yang disarankan Slavin (2010: 159).
Skor kuis Skor kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10 – 1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30
Menurut Slavin (2010: 143) STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu:
1) Presentasi kelas. Materi diperkenalkan dalam kelas yang dipimpin guru dengan berfokus pada unit STAD, para siswa harus memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan membantu mereka mengerjakan kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim.
2) Tim. Setiap tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas.
3) Kuis. Para siswa tidak diperkenankan bekerja sama dalam mengerjakan kuis karena setiap siswa bertanggung jawab secara individu dalam memahami materi.
4) Skor kemajuan individual. Tujuan pemberian skor kemajuan individu adalah siswa berusaha dengan giat untuk mendapatkan meningkatkan kinerja agar lebih baik dari sebelumnya, karena poin diberikan jika ada peningkatan dari skor sebelumnya.
5) Rekognisi Tim. Tim akan mendapatkan sertifikat dalam bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.
commit to user
Menurut Rai dalam Gul Nazir Khan (2011) “STAD is one of the many strategies in cooperative learning, which helps promote collaboration and self-regulating learning skills. The reason for the selection of STAD is good interaction among student, improve positive attitude towards subject, better self-esteem, increased interpersonal skills”.
Lebih lanjut Rai mengatakan bahwa STAD juga menambah sumber belajar karena beberapa siswa dengan prestasi tinggi bertindak sebagai tutor dalam kelompok.
Keberhasilan sebuah pembelajaran juga dipengaruhi oleh lancarnya proses pembelajaran. Agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai yang diharapkan, maka diperlukan persiapan yang baik. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memerlukan beberapa persiapan diantaranya:
1) Materi
Materi dapat disusun guru berdasarkan buku teks atau sumber- sumber yang lain. Materi yang harus dipersiapkan adalah sebuah lembar kegiatan, lembar jawaban dan sebuah kuis untuk setiap unit yang akan diajarkan.
2) Membagi para siswa ke dalam Tim
Tim-tim STAD mewakili seluruh bagian di dalam kelas.
Anggota setiap tim heterogen baik dari segi kemampuan akademik, budaya, suku, maupun gender. Guru harus membagi kelas menjadi tim- tim, jangan membiarkan siswa sendiri yang menentukan anggota tim karena siswa cenderung memilih siswa lain yang setara.
3) Skor awal pertama
Skor awal mewakili skor rata-rata pada kuis-kuis sebelumnya.
Misalkan sebelumnya diadakan kuis sebanyak tiga kali, skor awal adalah rata-rata dari ketiga skor kuis tersebut. Skor awal juga dapat diambilkan dari nilai akhir siswa pada semester yang lalu.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa keunggulan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut.
commit to user
1) Memberikan keuntungan kepada siswa yang pandai maupun tidak pandai dalam kemampuan akademik.
2) Siswa belajar untuk saling menghargai sekalipun berbeda latar belakangnya.
3) Mengajarkan kepada siswa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi.
4) Materi yang dipelajari akan lebih melekat pada diri siswa.
Adapun beberapa kelemahan dari STAD adalah sebagai berikut.
1) Membutuhkan banyak waktu untuk persiapan pembelajaran.
2) Membutuhkan biaya lebih banyak.
3) Guru dan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
c. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya (http://www.m-edukasi.web.id/2011/12/pengertian-pembelajaran-kontekstual- ctl.html).
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Agus Suprijono, 2010: 79).
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
commit to user
Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator.
Blanchard dalam Agus Suprijono (2010: 83) membandingkan pola pembelajaran tradisional dengan pembelajaran kontekstual sebagai berikut.
Tabel 2.1 Perbandingan pembelajaran tradisional dan kontekstual
PEMBELAJARAN TRADISIONAL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Menyandarkan pada hafalan Menyandarkan pada memori spasial Berfokus pada suatu bidang (disiplin) Mengintegrasikan pada berbagai
bidang (disiplin) atau multidisiplin Nilai informasi bergantung pada guru Nilai informasi berdasarkan kebutuhan
peserta didik Memberikan informasi kepada peserta
didik sampai pada saatnya dibutuhkan
Menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik
Penilaian hanya untuk akademik formal berupa ujian
Penilaian autentik melalui penerapan praktis pemecahan problem nyata
Menurut Johnson (2007: 65) terdapat delapan komponen dalam pembelajaran kontekstual, yaitu:
1) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna.
2) Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berarti.
3) Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri.
4) Bekerja sama.
5) Berpikir kritis dan kreatif.
6) Membangun individu untuk tumbuh dan berkembang.
7) Mencapai standar yang tinggi.
8) Menggunakan penilaian yang autentik.
Menurut Agus Suprijono ( 2010: 80-81) prinsip pembelajaran kontekstual adalah:
1) Ketergantungan
Prinsip saling ketergantungan merumuskan bahwa dalam kehidupan ini merupakan suatu sistem.Lingkungan belajar merupakan suatu sitem yang mengintregasikan berbagai komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling mempengaruhi secara fungsional.