• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Dari hasil pengolahan data, diperoleh bahwa varietas yang diuji berbeda nyata terhadap jumlah anakan, diameter umbi, tinggi umbi dan susut bobot umbi. Tetapi tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat umbi basah, berat umbi kering dan produksi (ton/ha).

Tinggi Tanaman (cm)

Data tinggi tanaman bawang merah umur 2,3,4, dan 5 masa setelah tanam dapat dilihat pada lampiran 1,3,5 dan 7 sedangkan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 2,4,6, dan 8.

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas yang diuji tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah pada 2, 3, 4, dan 5 masa setelah tanam.

Rataan tinggi tanaman pada varietas yang diuji umur 2,3,4 dan 5 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada umur 2,3,4 dan 5 minggu setelah tanam (MST). Varietas 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST V1=Bima 21,23 29,42 37,83 40,82 V2=Katumi 21,46 31,08 41,70 41,78 V3=Kuning 23,01 30,48 38,70 40,83 V4=Maja 24,93 34,53 43,75 46,44 V5=Sembrani 20,1 33,83 46,31 50,27

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tertinggi pada 5 MST terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan yaitu 50,27 cm dan tinggi tanaman terendah terdapat pada varietas Bima dengan rataan yaitu 40,82 cm. Jumlah Daun (helai)

Berdasarkan data pengamatan jumlah daun tanaman bawang merah dapat dilihat pada lampiran 9,11,13, dan 15 dan sidik ragamnya dapat dilihat di lampiran 10, 12, 14, dan 16.

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas yang diuji tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun pada umur 2, 3, 4, dan 5 minggu setelah tanam.

Rataan jumlah daun pada varietas yang diuji umur 2,3,4 dan 5 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai) pada umur 2,3,4 dan 5 minggu setelah tanam (MST). Varietas 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST V1=Bima 9,4 14,2 16,7 14,3 V2=Katumi 9,4 13,9 16,2 15,9 V3=Kuning 10,6 15,7 18,1 16,8 V4=Maja 10,3 14,9 17,2 11,9 V5=Sembrani 10,2 16,2 18,8 16,9

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah daun terbesar pada 5 MST terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan yaitu 16,9 helai dan jumlah daun terkecil terdapat pada varietas Maja dengan rataan yaitu 11,9 helai.

Jumlah Anakan per Rumpun (umbi)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam jumlah anakan per rumpun (lampiran 17 dan 18) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji berbeda nyata terhadap jumlah anakan per rumpun. Rataan jumlah anakan per rumpun pada berbagai varietas yang diuji dapat dilihat di tabel 3.

Tabel 3.Rataan Jumlah Anakan per Rumpun (umbi) pada berbagai varietas

Varietas Rataan V1=Bima 5,4 a V2=Katumi 6,3 a V3=Kuning 6,2 a V4=Maja 5,2 a V5=Sembrani 3,0 b

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD).

Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa jumlah anakan per rumpun tertinggi terdapat pada varietas Katumi dengan rataan yaitu sejumlah 6,3 anakan yang berbeda nyata terhadap varietas Sembrani tetapi tidak berbeda nyata terhadap varietas Bima, Kuning dan Maja. Jumlah anakan terendah terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan sejumlah 3,0 anakan.

Diameter Umbi (cm)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diameter umbi (lampiran 19 dan 20) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji berbeda nyata terhadap diameter umbi.

Rataan diameter umbi per tanaman sampel pada berbagai varietas yang diuji dapat dilihat di tabel 4.

Tabel 4.Rataan diameter umbi (cm) pada berbagai varietas Varietas Rataan V1=Bima 2,02 cd V2=Katumi 2,22 b V3=Kuning 1,95 d V4=Maja 2,12 bc V5=Sembrani 2,73 a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD).

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa diameter umbi terbesar terdapat pada varietas Sembrani yaitu 2,73 cm yang berbeda nyata terhadap varietas Bima, Katumi, Kuning dan Maja. Diameter umbi yang terkecil terdapat pada varietas Kuning yaitu 1,95 cm.

Tinggi Umbi (cm)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam tinggi umbi (lampiran 21 dan 22) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji berbeda nyata terhadap tinggi umbi. Rataan tinggi umbi pada varietas yang diuji dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan tinggi umbi (cm) pada berbagai varietas Varietas Rataan V1=Bima 2,18 d V2=Katumi 2,63 b V3=Kuning 2,35 c V4=Maja 2,27 cd V5=Sembrani 3,45 a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD).

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat tinggi umbi tertinggi terdapat pada varietas Sembrani yaitu 3,45 cm yang berbeda nyata terhadap varietas Bima, Katumi, Kuning dan Maja. Tinggi umbi yang terendah terdapat pada varietas Bima yaitu 2,18 cm.

Berat Umbi Basah (gr)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam berat umbi basah per umbi (lampiran 23 dan 24) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji tidak berbeda nyata terhadap berat umbi basah per rumpun. Rataan berat umbi basah per rumpun pada varietas yang diuji dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rataan berat umbi basah (gr) per rumpun pada berbagai varietas

Varietas Rataan V1=Bima 27,36 V2=Katumi 32,03 V3=Kuning 34,71 V4=Maja 27,90 V5=Sembrani 25,26

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa berat umbi basah terbesar terdapat pada varietas Kuning dengan rataan yaitu 34,71 gr dan berat umbi basah terendah terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan yaitu 25,26 gr.

Berat Umbi Kering (gr)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam berat umbi kering per rumpun (lampiran 25 dan 26) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji tidak berbeda nyata terhadap berat umbi kering. Rataan berat umbi kering per rumpun pada varietas yang diuji dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7.Rataan berat umbi kering (gr) per rumpun pada berbagai varietas

Varietas Rataan V1=Bima 22,75 V2=Katumi 24,52 V3=Kuning 28,51 V4=Maja 22,26 V5=Sembrani 20,05

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa berat umbi kering terbesar terdapat pada varietas Kuning dengan rataan yaitu 28,51 gr dan berat umbi kering terendah terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan yaitu 20,05 gr.

Susut Bobot Umbi (%)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam susut bobot umbi (lampiran 27 dan 28) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji berbeda nyata terhadap susut bobot umbi. Rataan susut bobot umbi pada varietas yang diuji dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8.Rataan susut bobot umbi (%) pada berbagai varietas Varietas Rataan V1=Bima 16,86 e V2=Katumi 23,38 a V3=Kuning 17,88 d V4=Maja 20,14 bc V5=Sembrani 20,69 b

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD).

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa susut bobot umbi terbesar terdapat pada varietas Katumi yaitu 23,38 % yang berbeda nyata terhadap varietas Bima, Kuning, Maja dan Sembrani. Susut bobot umbi terendah terdapat pada varietas Bima yaitu 16,86 %.

Umur Mulai Panen (hari)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam umur mulai panen (lampiran 29 dan 30) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji tidak berbeda nyata

terhadap umur mulai panen. Rataan umur mulai panen pada varietas yang diuji dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9.Rataan umur mulai panen (hari) pada berbagai varietas Varietas Rataan V1=Bima 60.33 V2=Katumi 56.00 V3=Kuning 61.67 V4=Maja 60.33 V5=Sembrani 59.33

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa umur mulai panen terbesar terdapat pada varietas Kuning dengan rataan 61,67 hari dan umur mulai panen terendah terdapat pada varietas Katumi dengan rataan 56,00 hari.

Bentuk Daun

Bentuk daun pada setiap varietas bawang merah berbeda-beda bentuknya. Bentuk daun setiap varietas dapat dilihat pada lampiran 31. Untuk varietas Bima memiliki bentuk daun silindiris berlubang. Untuk varietas Katumi memiliki bentuk daun silindiris pipa. Untuk varietas Kuning memiliki bentuk daun silindiris pipa. Untuk varietas Maja memiliki bentuk daun silindiris berlubang. Untuk varietas Sembrani memiliki bentuk daun silindiris pipih.

Warna Daun

Warna daun pada setiap varietas bawang merah berbeda-beda. Warna daun setiap varietas dapat dilihat pada lampiran 32. Untuk varietas Bima memiliki warna daun hijau. Untuk varietas Katumi memiliki warna daun hijau muda. Untuk

varietas Kuning memiliki warna daun hijau kekuningan. Untuk varietas Maja memiliki warna daun hijau tua. Untuk varietas Sembrani memiliki warna daun hijau muda.

Serangan Penyakit

Serangan penyakit dari setiap varietas bawang dapat dilihat pada daun tanaman yaitu sebelum panen dan pada setiap anakan umbi setelah panen. Banyaknya sampel yang terkena penyakit di setiap jenis varietas bawang dapat dilihat pada lampiran 33. Untuk varietas Bima memiliki jenis penyakit layu fusarium yang terbanyak didapati pada daun dengan jumlah 15 tanaman sampel dan 35 busuk leher batang pada anakan umbi. Untuk varietas Katumi memiliki jenis penyakit layu fusarium yang terbanyak didapati pada daun dengan jumlah 13 tanaman sampel dan 36 busuk leher batang pada anakan umbi. Untuk varietas Kuning memiliki jenis penyakit layu fusarium yang terbanyak didapati pada daun dengan jumlah 11 tanaman sampel dan 55 busuk leher batang pada anakan umbi. Untuk varietas Maja memiliki jenis penyakit layu fusarium yang terbanyak didapati pada daun dengan jumlah 10 tanaman sampel dan 33 busuk umbi pada anakan umbi. Untuk varietas Sembrani memiliki jenis penyakit embun tepung yang terbanyak didapati pada daun dengan jumlah 8 tanaman sampel dan 43 busuk leher batang pada anakan umbi.

Dari lampiran 38 dapat dilihat analisis data serangan penyakit. Dari data dapat dilihat bahwa tingkat atau urutan penyakit yang menyerang varietas bawang merah. Didapat bahwa nilai H2 lebih kecil dari nilai x2 .05. Hal ini berarti setiap varietas tidak memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Semua varietas peka terhadap penyakit tersebut.

Umur Berbunga

Dilihat secara pengamatan visual, tanaman sampel tidak ada yang mengeluarkan bunga, tetapi dilihat dari populasi tanaman bawang keseluruhan hanya 2 varietas tanaman bawang merah yang mengeluarkan bunga. Kedua varietas tersebut adalah varietas Katumi dan varietas Sembrani.

Bentuk Umbi

Bentuk umbi pada setiap varietas bawang merah berbeda-beda bentuknya. Bentuk umbi setiap varietas dapat dilihat pada lampiran 33. Untuk varietas Bima memiliki bentuk umbi bulat. Untuk varietas Katumi memiliki bentuk umbi bulat melonjong. Untuk varietas Kuning memiliki bentuk umbi bulat meruncing. Untuk varietas Maja memiliki bentuk umbi bulat. Untuk varietas Sembrani memiliki bentuk umbi bulat.

Warna Umbi

Warna umbi pada setiap varietas bawang merah berbeda-beda. Warna umbi setiap varietas dapat dilihat pada lampiran 34. Untuk varietas Bima memiliki warna umbi merah gelap terbanyak yaitu 19 umbi dan lainnya 5 umbi merah. Untuk varietas Katumi memiliki warna umbi merah terbanyak yaitu 22 umbi dan lainnya 2 umbi merah muda. Untuk varietas Kuning memiliki warna umbi merah gelap terbanyak yaitu 22 umbi dan lainnya 2 umbi merah. Untuk varietas Maja memiliki warna umbi merah gelap terbanyak yaitu 19 dan lainnya 5 umbi merah. Untuk varietas Sembrani memiliki warna umbi merah muda.

Produksi (ton/ha)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam produksi (ton/ha) (lampiran 36 dan 37) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji tidak berbeda nyata terhadap

produksi (ton/ha). Rataan produksi (ton/ha) pada varietas yang diuji dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10.Rataan produksi (ton/ha) pada berbagai varietas Varietas Rataan V1=Bima 5,69 V2=Katumi 6,13 V3=Kuning 7,13 V4=Maja 5,56 V5=Sembrani 5,01

Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa produksi terbesar terdapat pada varietas Kuning dengan rataan yaitu 7,13 ton/ha dan produksi terendah terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan yaitu 50,01 ton/ha.

Heritabilitas

Dari hasil yang diperoleh, heritabilitas dari setiap varietas per parameter menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Dimana nilai dari heritabilitas dapat dideskripsikan yaitu 0<H2<1. Nilai heritabilitas dari setiap parameter per varietas dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Nilai Heritabilitas setiap Varietas. Parameter V1 V2 V3 V4 V5 Tinggi Tanaman 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 0,71 0,71 0,74 0,57 0,58 0,77 0,79 0,77 0,50 0,46 0,40 0,28 0,60 0,70 0,77 0,59 0,73 0,70 0,66 0,45 Jumlah Daun 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 0,75 0,76 0,78 0,75 0,80 0,77 0,78 0,75 0,71 0,71 0,71 0,62 0,77 0,74 0,74 0,70 0,81 0,88 0,88 0,83 Jumlah Anakan 0,86 0,90 0,85 0,80 0,72 Diameter Umbi 0,95 0,49 0,91 0,95 0,98 Tinggi Umbi 0,94 0,60 0,72 0,94 0,98

Berat Umbi Basah 0,84 0,82 0,90 0,80 0,75

Berat Umbi Kering 0,85 0,80 0,90 0,80 0,74

Susut Bobot Umbi 0,60 0,79 0,89 0,85 0,91

Produksi 0,09 0,28 0,77 0,57 0,66

Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat nilai heritabilitas tertinggi setiap peubah terdapat pada varietas yang berbeda-beda. Varietas Kuning memiliki nilai heritabilitas tertinggi pada peubah tinggi tanaman (0,79) dan jumlah anakan (0,90). Varietas Sembrani memiliki nilai heritabilitas tertinggi pada peubah jumlah daun (0,88), diameter umbi (0,98), tinggi umbi (0,98), dan susut bobot umbi (0,91). Varietas Maja memiliki nilai heritabilitas tertinggi pada peubah berat umbi basah (0,90), berat umbi kering (0,90), dan produksi (0,77).

Pembahasan

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam diperoleh bahwa varietas yang diuji berbeda nyata terhadap parameter jumlah anakan yang terbesar terdapat pada Katumi dengan rataan 6,3 anakan, diameter umbi yang terbesar terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan 2,73 cm, tinggi umbi yang tertinggi terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan 3,45 cm dan susut bobot umbi yang terbesar terdapat pada varietas Katumi dengan rataan 23,38 %.

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam diperoleh bahwa varietas yang diuji tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan 50,27 cm, jumlah daun yang terbesar terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan 16,9 helai, berat umbi basah yang terbesar terdapat pada varietas Kuning dengan rataan 34,71 gr dan berat umbi kering yang terbesar terdapat pada varietas Kuning dengan rataan 28,51 gr.

Dilihat dari hasil sidik ragam, rataan tinggi tanaman dan jumlah daun yang terbesar terdapat pada varietas Sembrani. Untuk parameter tinggi tanaman yaitu 50,27 cm dan parameter jumlah daun yaitu 16,9 helai. Dari data deskripsi yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran Brebes, tertera bahwa tinggi tanaman dan jumlah daun varietas Sembrani memiliki kisaran tertinggi dibandingkan dengan varietas lain.

Dari hasil sidik ragam yang diperoleh, rataan jumlah anakan yang terbesar terdapat pada varietas Katumi yaitu 6,3 anakan dan terendah terdapat pada varietas Sembrani yaitu 3,0 anakan. Dari data deskripsi yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Sayuran Lembang, tertera bahwa jumlah anakan varietas Katumi

memiliki kisaran tertinggi yaitu 9-11 umbi dibandingkan dengan varietas lain. Jumlah anakan yang didapat dari hasil analisis belum mencapai kisaran jumlah anakan pada deskripsi. Hal ini dikarenakan tanaman kekurangan ketersediaan unsur hara khususnya unsur nitrogen pada masa awal generatif yaitu masa pembentukan anakan. Hal ini sesuai dengan Sipayung (2010) yang menyatakan bahwa meningkatnya pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah akibat pemberian nitrogen berkaitan dengan pernanan nitrogen yang dapat mempercepat laju pertumbuhan tanaman. Unsur hara tercuci akibat hujan yang lebat pada awal masa generatif 5 minggu setelah tanam yaitu pada bulan Agustus 2010. Dilihat dari lampiran data Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (2009), tertera bahwa curah hujan bulan Agustus 2010 memiliki rataan 20,12 mm yang dikatakan hujan lebat.

Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa diameter umbi terbesar terdapat pada varietas Sembrani yaitu 2,73 cm dan yang terkecil pada varietas Kuning yaitu 1,95 cm. Dilihat dari data deskripsi yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Sayuran Lembang, tertera bahwa diameter umbi varietas Sembrani memiliki diameter yang terbesar diantara varietas lainnya yaitu mencapai 2-3,5 cm.

Dari hasil sidik ragam yang diperoleh, tinggi umbi tertinggi terdapat pada varietas Sembrani yaitu 3,45 cm dan yang terendah pada varietas Bima yaitu 2,18 cm. Dilihat dari data deskripsi yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Sayuran Lembang, tertera bahwa tinggi umbi varietas Sembrani memiliki umbi yang tertinggi dengan kisaran 3,3-3,8 cm dibandingkan varietas lainnya yang hanya memiliki rata-rata tinggi hanya 2-3 cm.

Dilihat dari sidik ragam yang diperoleh, berat umbi basah dan berat umbi kering terbesar terdapat pada varietas Kuning. Jika dibandingkan dengan deskripsi, berat umbi basah yang diperoleh berada dibawah nilai minimum deskripsi. Hal ini dikarenakan varietas ini lebih dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga penampakan gennya dilihat dari produksi tidak mencapai rataan produksi yang optimum. Hal ini sesuai dengan Allard (2005) yang menyatakan gen dari tanaman tidak dapat menyebabkan berkembangnya suatu karakter terkecuali bila mereka berada dalam kondisi yang sesuai. Jika mereka berada dalam kondisi yang tidak sesuai maka tidak ada pengaruh gen terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan

Dilihat dari hasil sidik ragam yang diperoleh, susut bobot umbi yang terbesar terdapat pada varietas Katumi sebesar 23,38 %. Susut bobot yang diperoleh terlalu besar jika dibandingkan besar susut bobot umbi sampai umbi benar-benar kering. Hal ini sesuai dengan Wibowo (1995) yang menyatakan bahwa biasanya pengeringan sudah dianggap cukup dan bawang merah sudah cukup kering kalau beratnya sudah susut sampai 15 – 20 %. Hal ini disebabkan karena musim hujan yang membuat air berkelebihan sehingga besar susut bobot umbi melebihi dari susut bobot umbi biasanya.

Jika dilihat data heritabilitas, peubah dari varietas Sembrani memiliki nilai heritabilitas lebih tinggi dan mendekati satu dibandingkan varietas lainnya, seperti jumlah daun (0,88), diameter umbi (0,98), tinggi umbi (0,98) dan susut bobot umbi (0,91). Varietas Sembrani memiliki nilai heritabilitas yang tinggi mendekati 1. Faktor genetik berpengaruh besar terhadap varietas Sembrani dan kurang dipengaruhi lingkungan. Hal ini sesuai dengan Bahar (1993) yang menyatakan

bahwa apabila variasi genetik dalam suatu populasi besar, ini menunjukkan individu dalam populasi beragam sehingga peluang untuk memperoleh genotip yang diharapkan akan besar. Pendugaan nilai heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor pengaruh genetik lebih besar terhadap penampilan fenotip bila dibandingkan dengan lingkungan.

Jika dilihat data serangan penyakit secara visual, jenis penyakit dapat dilihat pada daun dan umbi bawang. Jenis penyakit yang paling banyak menyerang daun adalah layu fusarium yang menyerang 40 tanaman sampel. Penyakit ini sangat banyak menyerang umbi karena penularannya melalui akar, sehingga jika terjadi kontak akan memperbanyak jumlah anakan yang terinfeksi dan cepat. Hal ini sesuai dengan Rahayu dan Berlian (1999) yang menyatakan infeksi layu fusarium dimulai dari akar atau luka pada umbi. Jenis penyakit yang paling banyak menyerang umbi bawang adalah busuk leher batang yang menyerang 166 anakan tanaman sampel. Penyakit busuk leher batang dapat menyerang bawang di areal pertanaman dan sewaktu disimpan, sehingga penularan lebih besar menyerang banyak umbi. Hal ini sesuai dengan Rahayu dan Berlian (1999) yang menyatakan bahwa leher batang atau pangkal batang tampak bewarna kelabu, lunak, kebasahan dan melekuk kedalam. Penyakit ini dapat menjalar ke bagian umbi. Serangan dapat terjadi di lahan pertanaman, selain itu juga di tempat penyimpanan.

Dokumen terkait