UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS
BAWANG MERAH
(
Allium ascalonicum
)
PADA MUSIM HUJAN
SKRIPSI
Oleh
BRIAN ARISTA MELIALA
060307020/BDP-PEMULIAAN TANAMAN
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS
BAWANG MERAH
(
Allium ascalonicum
)
PADA MUSIM HUJAN
SKRIPSI
Oleh
BRIAN ARISTA MELIALA
060307020/BDP-PEMULIAAN TANAMAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Budidaya Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : Uji Adaptasi Beberapa Varietas Bawang Merah
(Allium ascalonicum) Pada Musim Hujan
Nama : Brian Arista Meliala
Nim : 060307020
Departemen : Budidaya Pertanian
Program Studi : Pemuliaan Tanaman
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir.Rosmayati, MS Ketua
Ir. Mbue Kata Bangun, MS Anggota
Mengetahui
ABSTRACT
Brian Arista Meliala: The objective of the research was to know the adaptation about some variety of shallot that was plated when rainy season. The research was done in high school of Penyuluhan Pertanian, Medan from July to September 2010.
The research was using the Randomized Block Design. However, variety was taken in five levels namely: variety of Bima (V1), variety of Katumi (V2), variety of Kuning (V3), variety of Maja (V4) and variety of Sembrani (V5). The research was using system of plating with two row for variety (double row system).
The result of the research showed that the variety was significant on the total of saplings/clump, tuber diameter, tuber height, decrease of tuber weight, but non significant on plant height, the total of leaves, dry weight/plant sample, wet weight/plant sample and production.
ABSTRAK
Brian Arista Meliala: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi beberapa varietas bawang merah yang ditanam pada musim hujan. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Medan dari bulan Juli sampai September 2010.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Adapun varietas yang digunakan adalah varietas: Bima (V1), Katumi(V2), Kuning (V3), Maja (V4), Sembrani (V5). Penanaman dengan menggunakan sistem tanam dengan dua baris untuk setiap varietas (double rows system).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap jumlah anakan, diameter umbi, tinggi umbi dan susut bobot umbi namun tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat umbi basah berat umbi kering dan produksi.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 13 Desember 1988 dari
Bapak P. Meliala dan Ibu Drg. R. Saragih. Penulis merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara.
Pendidikan yang ditempuh adalah SD Swasta St. Thomas 6 di Medan lulus
tahun 2000, SLTP Putri Cahaya di Medan lulus tahun 2003, SMA Swasta St.
Thomas 2 di Medan lulus tahun 2006. Tahun yang sama penulis lulus seleksi
masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur SPMB. Penulis memilih
program studi Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kebun Silau
Dunia PT. Perkebunan Nusantara III bulan Juli-Agustus 2010. Penulis juga aktif
di Himpunan Mahasiswa Departemen (HIMADITA), dan kegiatan UKM Basket
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul skripsi ini adalah ”Uji Adaptasi Beberapa Varietas
Bawang Merah (Allium ascalonicum) pada Musim Hujan” yang merupakan
salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof.Dr.Ir Rosmayati, MS
dan Ir.Mbue Kata Bangun, MS selaku komisi pembimbing yang telah dengan
tulus memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua tercinta
Bapak P.Sembiring Meliala dan Ibu R.Saragih Garingging yang selalu mendoakan
dan memotivasi, kepada pacar Naomi yang membantu dan memberi semangat di
saat penelitian berlangsung, juga kepada teman-teman saya Ice Cream Street Ball
terutama Rahmad, David, Junerdi, Wanda, dan David a.k.a dont touch yang
mengingatkan saya mengerjakan skripsi disaat saya mengutamakan bermain
basket dari pada menyelesaikan kuliah saya, dan kepada teman-teman BDP 2006
serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sadar skripsi masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 11
Bahan dan Alat... 11
Metode Penelitian... 11
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 13
Persiapan Bibit... 13
Penanaman Bibit ... 13
Pemupukan ... 13
Pemeliharaan Tanaman ... 14
Penyiraman ... 14
Penyulaman ... 14
Penyiangan ... 14
Pembumbunan ... 14
Panen ... 15
Pengamatan Parameter ... 15
Tinggi Tanaman ... 15
Serangan Penyakit ... 16
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman pada umur 2, 3, 4, dan 5 MST pada berba-
gai varietas... 19
2. Tabel 2. Rataan Jumlah Daun pada umur 2, 3, 4, dan 5 MST pada berbagai varietas ... 20
3. Tabel 3. Rataan Anakan per Rumpun pada berbagai varietas ... 21
4. Tabel 4. Rataan Diameter Umbi pada berbagai varietas ... 22
5. Tabel 5. Rataan Tinggi Umbi pada berbagai varietas ... 23
6. Tabel 6. Rataan Berat Umbi Basah per rumpun pada berbagai varietas ... 24
7. Tabel 7. Rataan Berat Umbi Kering per rumpun pada berbagai varietas ... 24
8. Tabel 8. Rataan Susut Bobot Umbi pada berbagai varietas... 25
9. Tabel 9. data umur panen (hari) ... 26
10. Tabel 10. Rataan Produksi pada berbagai varietas ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal.
12.Lampiran 1 data tinggi tanaman 2 minggu setelah tanam ... 40
13.Lampiran 2 daftar sidik ragam tinggi tanaman 2 minggu setelah tanam .. 40
14.Lampiran 3 data tinggi tanaman 3 minggu setelah tanam ... 40
15.Lampiran 4 daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 minggu setelah tanam .. 41
16.Lampiran 5 data tinggi tanaman 4 minggu setelah tanam ... 41
17.Lampiran 6 daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 minggu setelah tanam .. 41
18.Lampiran 7 data tinggi tanaman 5 minggu setelah tanam ... 42
19.Lampiran 8 daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 minggu setelah tanam .. 42
20.Lampiran 9 data jumlah daun 2 minggu setelah tanam ... 42
21.Lampiran 10 daftar sidik ragam jumlah daun 2 minggu setelah tanam .... 43
22.Lampiran 11 data jumlah daun 3 minggu setelah tanam ... 43
23.Lampiran 12 daftar sidik ragam jumlah daun 3 minggu setelah tanam .... 43
24.Lampiran 13 data jumlah daun 4 minggu setelah tanam ... 44
25.Lampiran 14 daftar sidik ragam jumlah daun 4 minggu setelah tanam .... 44
26.Lampiran 15 data jumlah daun 5 minggu setelah tanam ... 44
27.Lampiran 16 daftar sidik ragam jumlah daun 5 minggu setelah tanam .... 45
28.Lampiran 17 data jumlah anakan per rumpun ... 45
29.Lampiran 18 daftar sidik ragam jumlah anakan per rumpun ... 45
30.Lampiran 19 data diameter umbi ... 46
31.Lampiran 20 daftar sidik ragam diameter umbi ... 46
34.Lampiran 23 data berat umbi basah ... 47
35.Lampiran 24 daftar sidik ragam berat umbi basah ... 47
36.Lampiran 25 data berat umbi kering ... 48
37.Lampiran 26 daftar sidik ragam berat umbi kering ... 48
38.Lampiran 27 data susut bobot umbi ... 48
39.Lampiran 28 data sidik ragam susut bobot umbi ... 49
40.Lampiran 29 data umur panen (hari) ... 49
41.Lampiran 30 data sidik ragam umur panen (hari) ... 49
42.Lampiran 31 data bentuk daun ... 50
43.Lampiran 32 data warna daun ... 50
44.Lampiran 33 data kepekaan penyakit ... 50
45.Lampiran 34 data bentuk umbi ... 51
46.Lampiran 35 data warna umbi ... 51
47.Lampiran 36 data produksi ... 51
48.Lampiran 37 daftar sidik ragam produksi ... 52
49.Lampiran 38 Analisa Data Serangan Penyakit ... 52
50.Lampiran 39 foto bawang merah (blok) ... 53
51.Lampiran 40 foto sampel ... 54
52.Lampiran 41 foto tanaman terinfeksi penyakit ... 56
53.Lampiran 42 deskripsi tanaman bawang merah ... 58
54.Lampiran 43 bagan lahan pertanian ... 61
55.Lampiran 44 jadwal kegiatan penelitian ... 62
56.Lampiran 45 data Curah Hujan BMG ... 63
ABSTRACT
Brian Arista Meliala: The objective of the research was to know the adaptation about some variety of shallot that was plated when rainy season. The research was done in high school of Penyuluhan Pertanian, Medan from July to September 2010.
The research was using the Randomized Block Design. However, variety was taken in five levels namely: variety of Bima (V1), variety of Katumi (V2), variety of Kuning (V3), variety of Maja (V4) and variety of Sembrani (V5). The research was using system of plating with two row for variety (double row system).
The result of the research showed that the variety was significant on the total of saplings/clump, tuber diameter, tuber height, decrease of tuber weight, but non significant on plant height, the total of leaves, dry weight/plant sample, wet weight/plant sample and production.
ABSTRAK
Brian Arista Meliala: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi beberapa varietas bawang merah yang ditanam pada musim hujan. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Medan dari bulan Juli sampai September 2010.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Adapun varietas yang digunakan adalah varietas: Bima (V1), Katumi(V2), Kuning (V3), Maja (V4), Sembrani (V5). Penanaman dengan menggunakan sistem tanam dengan dua baris untuk setiap varietas (double rows system).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap jumlah anakan, diameter umbi, tinggi umbi dan susut bobot umbi namun tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat umbi basah berat umbi kering dan produksi.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang
sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini juga
me-rupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi
yang cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Pengusahaan
bu-didaya bawang merah telah menyebar di hampir semua provinsi di Indonesia,
ka-rena memiliki ekonomi yang tinggi. Meskipun minat petani terhadap bawang
merah cukup kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih ditemui beberapa
kendala (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni
sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat dikatakan sudah
dikenal oleh masyarakat sejak ribuan tahun yang lalu. Pada zaman Mesir kuno
sudah banyak orang menggunakan bawang merah untuk pengobatan
(Tim Bina Karya Tani, 2008).
Bawang merah pada umumnya ditanam pada musim kemarau, tetapi tidak
tertutup kemungkinan untuk menanamnya pada musim hujan. Menanam bawang
merah di luar musim tanam banyak gangguannya. Ini disebabkan keadaan cuaca
pada musim hujan kurang menguntungkan untuk pertumbuhan bawang merah
(Rahayu dan Berlian, 1999).
Menanam bawang merah di luar musim tanam bawang adalah salah satu
idaman bagi para petani bawang. Harga bawang merah pada musim hujan itu
umumnya tinggi. Dapat mencapai 4-5 kali harga bawang di musim panen, tetapi
musim hujan tersebut adalah melimpahnya air yang dapat menyebabkan unsur
hara tercuci dengan cepat dan banyaknya serangan penyakit (Wibowo, 1995).
Penanaman bawang merah di Jawa Tengah pada umumnya dari bulan
Februari sampai bulan Juli yaitu akhir musim kemarau. Pada musim hujan
biasa-nya dilakukan penanaman padi yaitu dari awal bulan Agustus sampai akhir bulan
Januari. Jika dilakukan penanaman bawang di musim hujan ini yaitu pada bulan
Agustus sampai akhir Januari, maka keuntungan dapat diraih lebih besar dari pada
penjualan penanaman di musim kemarau. Hal ini dikarenakan sedikitnya saingan
menjual bawang di pasaran.
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian
pe-nanaman bawang merah pada musim hujan dengan banyak kendala seperti
melim-pah air dan penyakit serta mengetahui bagaimana daya adaptasi beberapa varietas
tanaman bawang asal Jawa.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui varietas bawang merah asal
Jawa yang cocok ditanam pada musim hujan pada dataran rendah di Medan.
Hipotesis Penelitian
Adanya perbedaan pertumbuhan dan produksi bawang merah asal Jawa
yang ditanam pada musim hujan.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi yang
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Tjitrosoepomo (1993) klasifikasi dari tanaman bawang merah
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Liliaceae
Family : Liliales
Genus : Allium
Species : Allium ascalonicum L.
Bawang merah merupakan tanaman semusim berbentuk rumput yang
tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 15-50 cm dan membentuk rumpun.
Akarnya berbentuk akar serabut yang tidak panjang, karena sifat perakaran inilah
bawang merah tidak tahan kering (Rahayu dan Berlian, 1999).
Bentuk daun tanaman bawang merah seperti pipa, yakni bulat kecil
memanjang antara 50-70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna
hijau muda sampai hijau tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya
relatif pendek (Rukmana, 1994).
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang
bertangkai dengan 50-200 kuatum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai
berku-bang di dalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang mencapai 30-50 cm.
Kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek antara 0,2-0,6 cm (Wibowo, 1995).
Tajuk dan umbi bawang merah serupa dengan bawang Bombay, tetapi
ukurannya kecil. Perbedaan yang lainnya adalah umbinya yang berbentuk seperti
buah jambu air, berkulit coklat kemerahan, berkembang secara berkelompok di
pangkal tanaman. kelompok ini dapat terdiri dari beberapa hingga 15 umbi
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman bawang merah memiliki 2 fase tumbuh, yaitu fase vegetatif dan
fase generatif. Tanaman bawang merah mulai memasuki fase vegetatif setelah
berumur 11-35 hari setelah tanam (HST), dan fase generatif terjadi pada saat
tanaman berumur 36 hari setelah tanam (HST). Pada fase generatif, ada yang
disebut fase pembentukan umbi (36-50 hst) dan fase pematangan umbi (51-56 hst)
Syarat Tumbuh
Iklim
Bawang Merah cocok di daerah yang beriklim kering dengan suhu agak
panas dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat
tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (0-900 m dpl) dengan curah
hujan 300 – 2500 mm/thn dan suhunya 25 derajat celcius – 32 derajat celcius.
Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol,
latosol, dan aluvial, dengan pH 5.5–7
Tanaman bawang merah lebih optimum tumbuh di daerah beriklim kering.
Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang
mak-simal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-32 °C dan kelembapan nisbi
50-70 % (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Penanaman bawang merah sebaiknya ditanaman pada suhu agak panas dan
pada suhu yang rendah memang kurang baik. Pada suhu 22o C memang masih
mudah untuk membentuk umbi, tetapi hasilnya tidak sebaik jika ditanam di
dataran rendah yang bersuhu panas. Di bawah 22o C bawang merah sulit untuk
berumbi atau bahkan tidak dapat membentuk umbi. Sebaiknya ditanam di dataran
rendah yang bersuhu antara 25 - 32 o C dengan iklim kering, dan yang paling baik
jika suhu rata-rata tahunnya adalah 30o C (Wibowo, 1995).
Tanah
Tanaman bawang merah cocok ditanam pada tanah gembur subur dengan
drainase baik. Tanah berpasir memperbaiki perkembangan umbinya. PH tanah
yang sesuai sekitar netral, yaitu 5,5 hingga 6,5 (Ashari, 1995).
Jenis tanah yang paling baik untuk ditanami adalah tanah lempung yang
berpasir atau berdebu karena sifat tanah yang demikian ini mempunyai aerasi
yang bagus dan drainasenya pun baik. Tanah yang demikian ini mempunyai
perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir, dan debu (Wibowo, 1995).
Tanah-tanah yang masam atau basa kurang atau bahkan tidak baik untuk
pertumbuhan bawang merah. Jika tanahnya terlalu masam dengan pH di bawah
5,5, garan alumiunium yang terlarut dalam tanah akan bersifat racun sehingga
tumbuhnya tanaman akan menjadi kerdil. Kalau terlalu basa dengan pH di atas 7
atau di atas 6,5, garam mangan tidak dapat diserap oleh tanaman, akibatnya
umbinya menjadi kecil dan hasilnya rendah. Kalau tanahnya berupa tanah gambut
besar-besar. Yang paling baik untuk lahan bawang merah adalah tanah yang mempunyai
keasaman sedikit agak asam sampai normal, yaitu pH-nya antara 6,0-6,8.
Keasaman dengan pH antara 5,5 – 7.0 masih termasuk kisaran keasaman yang
dapat digunakan untuk lahan bawang merah, tetapi yang paling baik adalah antara
6,0 – 6,8 (Wibowo, 1995).
Adaptasi Varietas
Suatu organisme akan mengadakan reaksi terhadap perubahan alam
lingkungan yang diterimanya. Usaha untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan
lingkungan disebut adaptasi. Dengan demikian berarti adaptasi adalah suatu
perubahan dalam populasi akibat kegiatan masing-masing individu yang
menyu-sunnya, untuk menyesuaikan diri terhadap setiap penambahan dan perubahan
ling-kungan yang diberikan (Ismail, 2001).
Adaptasi bertujuan untuk mengembangkan jenis tanaman introduksi pada
daerah yang baru. Pada akhirnya adaptasi diharapkan menghasilkan produksi yang
lebih baik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan jenis tanaman
tertentu ( Allard, 2005).
Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab
kera-gaman penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada
ber-bagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang
mengha-silkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat
perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang
digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).
Lingkungan yang sering mempengaruhi tanaman adalah lingkungan yang
tergantung dari gen tanaman menerima respon dari lingkungan tersebut. Gen dari
tanaman tidak dapat menyebabkan berkembangnya suatu karakter terkecuali bila
mereka berada dalam kondisi yang sesuai. Jika mereka berada dalam kondisi
yang tidak sesuai maka tidak ada pengaruh gen terhadap berkembangnya
karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan (Allard, 2005).
Varietas
Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh
setiap sifat (morfologi, fisiologi, sitologi, kimia, dan lain-lain) yang nyata untuk
usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang
dapat dibedakan dari yang lainnya (Mangoendidjojo, 2003).
Varietas Bima memiliki umur 60 hari dengan tinggi tanaman 34,5 cm.
Bentuk daun silindris berlubang, warna daun hijau, dan banyak daun 14-50 helai.
Bentuk bunga seperti payung, bewarna putih, banyak bunga 120-160/tangkai.
Bentuk biji bulat, gepeng berkeriput, bewarna hitam. Bentuk umbi lonjong
bercincin kecil, bewarna merah muda dan memiliki produksi 9,9 ton/ha
(Lampiran Keputusan Menteri Pertanian, 2007).
Varietas Kuning memiliki umur panen 56-66 hari, tinggi tanaman 35,3 cm
(33,7-36,9 cm), jumlah anakan 7-12 umbi per rumpun. Bentuk daun silindris
seperti pipa, warna daun hijau kekuning-kuningan, jumlah daun per rumpun 34-37
helai. Bentuk bunga seperti payung, warna bunga putih, jumlah bunga 100-142.
Jumlah buah/tangkai 70-96 (rata-rata 83). Bentuk biji bulat, gepeng, keriput,
warna biji hitam. Bentuk umbi bulat, ujung meruncing, warna umbi merah gelap,
berat umbi 5-15 g/umbi, potensi produksi umbi 6,00-21,39 ton/ha, susut bobot
Varietas Maja memiliki umur 60 hari dengan tinggi tanaman 34,1 cm.
Bentuk daun silindris berlubang, warna daun hijau tua, dan banyak daun 16-49
helai. Bentuk bunga seperti payung, bewarna putih, banyak bunga
100-130/tangkai. Bentuk biji bulat, gepeng berkeriput, bewarna hitam. Bentuk umbi
bulat, bewarna merah tua dan memiliki produksi 10,9 ton/ha
(Lampiran Keputusan Menteri Pertanian, 2007).
Varietas Katumi memiliki umur panen 53-56 hari, tinggi tanaman 40,48
cm (35-46,2 cm), jumlah anakan 9-11 umbi per rumpun. Bentuk daun silindris
seperti pipa, warna daun hijau muda, jumlah daun per rumpun 53-66 helai, jumlah
daun per umbi 5- 6 helai. Kemampuan berbunga agak sukar, umur bunga 29-40
HST, bentuk bunga seperti payung, warna bunga putih, jumlah bunga/tangkai
105-290 (rata-rata 179,9). Jumlah buah/tangkai 65-85. Bentuk biji bulat, gepeng,
keriput, warna biji hitam, berat 1000 biji 3,6 gr. Bentuk umbi bulat, bagian leher
batang kecil, warna umbi merah, berat umbi rata-rata 5-20 gr, diameter umbi 2-2,5
cm, tinggi umbi 2,51-2,83 cm, potensi produksi umbi 24,1 ton/ha, susut berat
30,85 (Berita Resmi PVT, 2008).
Sembrani memiliki umur panen 54-56 hari, tinggi tanaman 47,72 cm
(44,3-56,2 cm), jumlah anakan 4-5 umbi per rumpun. Bentuk daun silindris agak
pipih ditengah, warna daun hijau muda, jumlah daun per rumpun 24-32 helai,
jumlah daun per umbi 6-7 helai. Kemampuan berbunga agak sukar, umur bunga
28-37 HST, bentuk bunga seperti payung, warna bunga putih, jumlah bunga
120-290 (rata-rata 205). Jumlah buah/tangkai 70-80. Bentuk biji bulat, gepeng, keriput,
warna biji hitam, berat 1000 biji 3,8 gr. Umbi: bentuk umbi bulat, bagian leher
2-3,5 cm, tinggi umbi 3,28-3,77 cm, potensi produksi umbi 24,4 ton/ha, susut
berat 25,45 (Berita Resmi PVT, 2008).
Heritabilitas
Fehr (1987) menyebutkan bahwa heritabilitas adalah salah satu alat ukur
dalam sistem seleksi yang dapat menggambarkan efektivitas seleksi genotipe
berdasarkan penampilan fenotipenya. Antar karakter fenotipe diperlukan dalam
seleksi tanaman, untuk mengetahui karakter yang dijadikan petunjuk seleksi
terhadap produktivitas yang tinggi (Suharsono et al., 2006; Wirnas et al., 2006).
Fungsi penting dari heritabilitas adalah bersifat prediktif pada generasi
berikutnya. Nilainya dapat memperlihatkan nilai fenotipe yang pada akhirnya
dapat digunakan sebagai breeding value (Hadie, L, E., 2000).
Proporsi variasi merupakan sumber yang penting dalam program
pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini diharapkan terjadi kombinasi
genetik yang baru. Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil
kombinasi genotipe dan pengaruh lingkungan. Nilai heritabilitas secara teoritis
berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan
oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila seluruh variasi disebabkan oleh
faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas akan terletak antara kedua nilai
ekstrim tersebut (Welsh, 2005).
Variasi genetik akan membantu dalam mengefisienkan kegiatan seleksi.
Apabila variasi genetik dalam suatu populasi besar, ini menunjukkan individu
dalam populasi beragam sehingga peluang untuk memperoleh genotip yang
diharapkan akan besar. Pendugaan nilai heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan lingkungan. Untuk itu informasi sifat tersebut lebih
diperankan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan, sehingga dapat diketahui
sejauh mana sifat tersebut dapat diturunkan pada generasi berikutnya
(Bahar dan Zein, 1993).
Dari segi pemuliaan pengujian genotipe pada suatu lingkungan tertentu
sangat diperlukan informasi genetik. Keberhasilan seleksi ditentukan oleh nilai
duga heritabilitas dan variabilitas. Menurut Pinaria et al. (1995), pemilihan/seleksi
pada suatu lingkungan akan berhasil bila karakter yang diamati menunjukkan
nilai duga heritabilitas yang tinggi 328 dan variabilitas yang luas. Pada karakter
yang mempunyai nilai duga heritabilitas yang tinggi, menunjukkan bahwa
pengaruh genetik lebih berperan dibanding pengaruh lingkungan. Selain hal
tersebut informasi keeratan (korelasi) antara karakter komponen hasil dengan
hasil juga diperlukan. Semakin tinggi nilai koefisien korelasi, semakin erat
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
(STPP) Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut, yang
dimulai pada bulan Juli 2010 hingga bulan September 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit varietas Bima,
Kuning, Katumi, Maja dan Sembrani yang merupakan varietas yang
dikembangkan pada daerah dataran tinggi, Jawa Barat. Pupuk kandang sapi
sebagai pupuk dasar, pupuk Urea, ZA, KCl, TSP sebagai pupuk susulan,
insektisida untuk mengatasi hama, fungisida untuk mengatasi penyakit, serta
bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mempersiapkan lahan, pacak
sampel, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, timbangan untuk
menimbang pupuk dan bobot tanaman, tali plastik untuk membatasi lahan,
kamera digital untuk mendokumentasikan penelitian, alat tulis, serta alat lain yang
mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok
(RAK) non faktorial. Adapun varietas yang digunakan adalah varietas: Bima
(V1), Katumi(V2), Kuning (V3), Maja (V4), Sembrani (V5). Penanaman dengan
menggunakan sistem tanam dengan dua baris untuk setiap varietas (double rows
Jumlah blok/ulangan : 3 blok
Jarak tanam : 20 cm x 20 cm
Jumlah baris/blok : 10 baris
Jumlah tan/barisan/varietas : 40 tanaman
Jumlah sampel/baris : 4 sampel
Jumlah sampel seluruhnya : 120 sampel
Jumlah tanaman/blok : 400 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 1200 tanaman
Jarak antar blok : 50 cm
Ukuran plot : 220 cm x 820 c m
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan sidik ragam Rancangan Acak
Kelompok (RAK) non faktorial yaitu sebagai berikut:
Yij = µ + αi + βj + εij
i=1,2,3 j=1,2,3,4,5
Dimana:
Yij = hasil pengamatan pada blok ke-i terhadap varietas ke-j.
µ = nilai tengah rata-rata.
αi = efek blok ke-i.
βj = efek varietas ke-j.
εij = efek galat percobaan pada blok ke-i terhadap varietas ke-j.
Jika dari hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka
dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Areal penanaman yang akan digunakan terlebih dahulu diukur sesuai
dengan kebutuhan dengan membuat 3 plot dimana ukurannya 220 cm x 820 cm.
Dibuat parit dengan kedalaman 50 cm dan jarak dengan plot 50 cm. Lalu
dibersihkan dari gulma-gulma yang ada hingga benar-benar bersih.
Persiapan Bibit
Umbi diseleksi yang memilliki terasa padat yang berasal dari tanaman
yang dipanen cukup tua, kemudian dikeringkan. Umbi yang akan ditanam
dipotong ⅓ bagian atasnya secara melintang dua hari sebelum penanaman setelah
itu diberikan zat pemancing (berupa zpt) dalam kadar rendah agar
pertumbuhannya cepat.
Penanaman Bibit
Areal tanam yang telah dibersihkan, dibuat lubang tanam dengan jarak
20cm x 20cm. Lubang tanam yang telah dibuat kemudian dimasukkan bibit dan
ditutup kompos setengah dari bagian umbi bawang.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu sebelum penanaman sebagai
pupuk dasar dan sesudah penanaman sebagai pupuk susulan. Untuk pupuk dasar
digunakan kotoran sapi sebanyak 1,5 kg per plot dengan pemberian 3 minggu
sebelum penanaman. Untuk pupuk susulan sesuai taraf normal dengan dosis Urea
5 gr/m, TSP 3 gr/m, ZA 2,5 gr/m dan KCl 2 gr/m secara larikan dengan
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman
tetap dilakukan pagi atau sore hari jika tidak terjadi hujan.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila terdapat bibit yang tidak tumbuh atau
pertumbuhannya tidak baik. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 2
MST dengan menggunakan tanaman cadangan.
Penyiangan
Untuk menghindari persaingan antara gulma dengan tanaman, maka
dilakukan penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau dengan
menggunakan cangkul kemudian dibersihkan gulma yang ada di dalam maupun di
luar plot penelitian. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan untuk menjaga agar tanaman tidak mudah rebah
dam untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Pembumbunan dilakukan
bersamaan dengan penyiangan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida
sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida
dengan konsentrasi 2cc/liter air. Kemudian disemprotkan pada tanaman yang
Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman dengan
mekanis. Pemanenan dilakukan setelah bawang merah benar-benar telah cukup
tua. Kriteria panen yaitu masa panen ± 80 hari (tergantung varietas), sekitar 60-70
% dari seluruh tanaman daun-daunnya menguning atau mengering dan batang
leher umbi terkulai. Jangan sampai batangnya putus dan umbinya tertinggal dalam
tanah. Terkadang juga tampak umbi di permukaan tanah yang telah mengalami
pembesaran. Pemanenan dilakukan setelah tanah betul-betul kering atau setelah
terik matahari di siang hari. Agar umbi yang dipanen tidak basah. Teknik
pemanenan dengan cara mencabut daun tanaman bawang dengan cara
menyamping agar daun tidak putus dan umbi tidak tinggal dalam tanah.
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur dari leher umbi sampai ujung tanaman tertinggi.
Pengukuran tinggi tanaman mulai dilakukan saat tanaman berumur 2 MST hingga
memasuki fase generatif, yang dilakukan dengan interval 1 minggu sekali.
Jumlah Daun per Rumpun
Jumlah daun per rumpun yaitu dengan cara menghitung jumlah seluruh
daun yang muncul pada anakan untuk setiap rumpunnya. Dimulai dari umur
tanaman 2 MST hingga memasuki fase generatif.
Jumlah Anakan per Rumpun
Jumlah anakan per rumpun dihitung saat tanaman berumur 2 MST hingga
Umur Panen
Umur panen dihitung pada setiap varietas. Umur panen dihitung setelah
bawang merah benar-benar cukup tua, untuk mendapatkan umbi untuk bibit.
Dengan pertanda daunnya menguning dan umbinya padat/mengeras.
Bentuk Daun
Bentuk dan dilihat dengan cara memotong daun secara melintang
kemudian dilihat bentuk penampang pada daun. Dilihat 5 minggu setelah tanam
sewaktu memasuki masa generatif.
Warna Daun
Warna daun dilihat 5 minggu setelah tanam yaitu pada masa puncak masa
vegetatif. Warna daun dilihat berdasarkan tiap varietasnya.
Serangan Penyakit
Pengamatan dilakukan setiap minggunya setelah 2 MST yaitu bagian daun
dan setelah panen yaitu bagian cakram (batang pokok rudimenter) dan bagian
umbi. Dilihat tanaman yang terkena penyakit dan diindentifikasi jenis penyakit.
Bentuk Umbi
Bentuk umbi diamati setelah umbi dipanen dan dikeringkan. Bentuk umbi
yang dilihat pada masing-masing sampel dari setiap varietas.
Warna Umbi
Sama halnya dengan bentuk umbi, warna umbi diamati setelah umbi
Diameter Umbi
Diameter umbi diukur dengan menggunakan jangka sorong setelah umbi
dipanen dan dikeringkan. Pengukuran diameter dilakukan pada bagian tengah
umbi dalam satu tanaman.
Tinggi Umbi
Tinggi umbi diukur dengan menggunakan penggaris setelah umbi dipanen
dan dikeringkan. Pengukuran tinggi umbi dimulai dari batang rudimenter sampai
ke ujung umbi tempat tumbuhnya tunas daun.
Umur Mulai Berbunga
Umur mulai berbunga dihitung mulai dari pucuk daun bawang yang telah
memiliki bunga muda yang berbentuk seperti mahkota padat.
Berat Umbi Basah
Berat umbi dihitung setiap sampel dalam setiap varietas. Berat per umbi
dihitung setelah umbi dikeringkan ± 1 minggu setelah panen.
Berat Umbi Kering per Rumpun
Umbi yang telah dipanen dan dikeringkan selama ± 2 minggu, kemudian
dipisahkan berdasarkan varietasnya. Tiap rumpun, dipisahkan anakan umbinya
kemudian dihitung berat umbinya.
Susut Bobot Umbi
Bobot umbi setiap varietas ditimbang setelah umbi dipanen dan dijemur
selama seminggu tanpa langsung terkena cahaya matahari. Dengan syarat umbi
bersih dari tanah serta daun telah dipotong lebih kurang 1 cm dari umbi dan
Dihitung dengan rumus:
Produksi (ton/ha)
Produksi (ton/ha) diperoleh setelah umbi dikeringkan dan didapati berat
umbi kering per rumpun. Kemudian dicari populasi tanaman bawang dalam 1 Ha
dengan rumus:
Populasi/Ha = 10.000�
2
����������
Setelah populasi didapat kemudian produksi (ton/ha) setiap varietas dihitung
dengan rumus:
Produksi/Ha =� Bobot Kering × Populasi/Ha
Susut bobot (%) = Berat umbi sebelum dijemur – berat umbi setelah dijemur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil pengolahan data, diperoleh bahwa varietas yang diuji berbeda
nyata terhadap jumlah anakan, diameter umbi, tinggi umbi dan susut bobot umbi.
Tetapi tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat umbi
basah, berat umbi kering dan produksi (ton/ha).
Tinggi Tanaman (cm)
Data tinggi tanaman bawang merah umur 2,3,4, dan 5 masa setelah tanam
dapat dilihat pada lampiran 1,3,5 dan 7 sedangkan sidik ragamnya dapat dilihat
pada lampiran 2,4,6, dan 8.
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas
yang diuji tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah pada 2, 3,
4, dan 5 masa setelah tanam.
Rataan tinggi tanaman pada varietas yang diuji umur 2,3,4 dan 5 minggu
setelah tanam (MST) dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada umur 2,3,4 dan 5 minggu setelah tanam (MST).
Varietas 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
V1=Bima 21,23 29,42 37,83 40,82
V2=Katumi 21,46 31,08 41,70 41,78
V3=Kuning 23,01 30,48 38,70 40,83
V4=Maja 24,93 34,53 43,75 46,44
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tertinggi pada 5
MST terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan yaitu 50,27 cm dan tinggi
tanaman terendah terdapat pada varietas Bima dengan rataan yaitu 40,82 cm.
Jumlah Daun (helai)
Berdasarkan data pengamatan jumlah daun tanaman bawang merah dapat
dilihat pada lampiran 9,11,13, dan 15 dan sidik ragamnya dapat dilihat di lampiran
10, 12, 14, dan 16.
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas
yang diuji tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun pada umur 2, 3, 4, dan 5
minggu setelah tanam.
Rataan jumlah daun pada varietas yang diuji umur 2,3,4 dan 5 minggu
setelah tanam (MST) dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai) pada umur 2,3,4 dan 5 minggu setelah tanam (MST).
Varietas 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
V1=Bima 9,4 14,2 16,7 14,3
V2=Katumi 9,4 13,9 16,2 15,9
V3=Kuning 10,6 15,7 18,1 16,8
V4=Maja 10,3 14,9 17,2 11,9
V5=Sembrani 10,2 16,2 18,8 16,9
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah daun terbesar pada 5 MST
terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan yaitu 16,9 helai dan jumlah daun
Jumlah Anakan per Rumpun (umbi)
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam jumlah anakan per rumpun
(lampiran 17 dan 18) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji berbeda nyata
terhadap jumlah anakan per rumpun. Rataan jumlah anakan per rumpun pada
berbagai varietas yang diuji dapat dilihat di tabel 3.
Tabel 3.Rataan Jumlah Anakan per Rumpun (umbi) pada berbagai varietas
Varietas Rataan
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD).
Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa jumlah anakan per rumpun tertinggi
terdapat pada varietas Katumi dengan rataan yaitu sejumlah 6,3 anakan yang
berbeda nyata terhadap varietas Sembrani tetapi tidak berbeda nyata terhadap
varietas Bima, Kuning dan Maja. Jumlah anakan terendah terdapat pada varietas
Sembrani dengan rataan sejumlah 3,0 anakan.
Diameter Umbi (cm)
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diameter umbi (lampiran 19
dan 20) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji berbeda nyata terhadap diameter
Rataan diameter umbi per tanaman sampel pada berbagai varietas yang
diuji dapat dilihat di tabel 4.
Tabel 4.Rataan diameter umbi (cm) pada berbagai varietas
Varietas Rataan
V1=Bima 2,02 cd
V2=Katumi 2,22 b
V3=Kuning 1,95 d
V4=Maja 2,12 bc
V5=Sembrani 2,73 a
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD).
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa diameter umbi terbesar terdapat
pada varietas Sembrani yaitu 2,73 cm yang berbeda nyata terhadap varietas Bima,
Katumi, Kuning dan Maja. Diameter umbi yang terkecil terdapat pada varietas
Kuning yaitu 1,95 cm.
Tinggi Umbi (cm)
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam tinggi umbi (lampiran 21
dan 22) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji berbeda nyata terhadap tinggi
Tabel 5. Rataan tinggi umbi (cm) pada berbagai varietas
Varietas Rataan
V1=Bima 2,18 d
V2=Katumi 2,63 b
V3=Kuning 2,35 c
V4=Maja 2,27 cd
V5=Sembrani 3,45 a
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD).
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat tinggi umbi tertinggi terdapat pada
varietas Sembrani yaitu 3,45 cm yang berbeda nyata terhadap varietas Bima,
Katumi, Kuning dan Maja. Tinggi umbi yang terendah terdapat pada varietas
Bima yaitu 2,18 cm.
Berat Umbi Basah (gr)
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam berat umbi basah per umbi
(lampiran 23 dan 24) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji tidak berbeda nyata
terhadap berat umbi basah per rumpun. Rataan berat umbi basah per rumpun pada
Tabel 6. Rataan berat umbi basah (gr) per rumpun
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa berat umbi basah terbesar terdapat
pada varietas Kuning dengan rataan yaitu 34,71 gr dan berat umbi basah terendah
terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan yaitu 25,26 gr.
Berat Umbi Kering (gr)
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam berat umbi kering per
rumpun (lampiran 25 dan 26) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji tidak
berbeda nyata terhadap berat umbi kering. Rataan berat umbi kering per rumpun
pada varietas yang diuji dapat dilihat pada tabel 7.
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa berat umbi kering terbesar
terdapat pada varietas Kuning dengan rataan yaitu 28,51 gr dan berat umbi kering
terendah terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan yaitu 20,05 gr.
Susut Bobot Umbi (%)
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam susut bobot umbi (lampiran
27 dan 28) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji berbeda nyata terhadap susut
bobot umbi. Rataan susut bobot umbi pada varietas yang diuji dapat dilihat pada
tabel 8.
Tabel 8.Rataan susut bobot umbi (%) pada berbagai varietas
V5=Sembrani 20,69 b
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD).
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa susut bobot umbi terbesar terdapat
pada varietas Katumi yaitu 23,38 % yang berbeda nyata terhadap varietas Bima,
Kuning, Maja dan Sembrani. Susut bobot umbi terendah terdapat pada varietas
Bima yaitu 16,86 %.
Umur Mulai Panen (hari)
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam umur mulai panen
terhadap umur mulai panen. Rataan umur mulai panen pada varietas yang diuji
dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9.Rataan umur mulai panen (hari) pada berbagai varietas
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa umur mulai panen terbesar
terdapat pada varietas Kuning dengan rataan 61,67 hari dan umur mulai panen
terendah terdapat pada varietas Katumi dengan rataan 56,00 hari.
Bentuk Daun
Bentuk daun pada setiap varietas bawang merah berbeda-beda bentuknya.
Bentuk daun setiap varietas dapat dilihat pada lampiran 31. Untuk varietas Bima
memiliki bentuk daun silindiris berlubang. Untuk varietas Katumi memiliki
bentuk daun silindiris pipa. Untuk varietas Kuning memiliki bentuk daun silindiris
pipa. Untuk varietas Maja memiliki bentuk daun silindiris berlubang. Untuk
varietas Sembrani memiliki bentuk daun silindiris pipih.
Warna Daun
Warna daun pada setiap varietas bawang merah berbeda-beda. Warna daun
setiap varietas dapat dilihat pada lampiran 32. Untuk varietas Bima memiliki
varietas Kuning memiliki warna daun hijau kekuningan. Untuk varietas Maja
memiliki warna daun hijau tua. Untuk varietas Sembrani memiliki warna daun
hijau muda.
Serangan Penyakit
Serangan penyakit dari setiap varietas bawang dapat dilihat pada daun
tanaman yaitu sebelum panen dan pada setiap anakan umbi setelah panen.
Banyaknya sampel yang terkena penyakit di setiap jenis varietas bawang dapat
dilihat pada lampiran 33. Untuk varietas Bima memiliki jenis penyakit layu
fusarium yang terbanyak didapati pada daun dengan jumlah 15 tanaman sampel
dan 35 busuk leher batang pada anakan umbi. Untuk varietas Katumi memiliki
jenis penyakit layu fusarium yang terbanyak didapati pada daun dengan jumlah 13
tanaman sampel dan 36 busuk leher batang pada anakan umbi. Untuk varietas
Kuning memiliki jenis penyakit layu fusarium yang terbanyak didapati pada daun
dengan jumlah 11 tanaman sampel dan 55 busuk leher batang pada anakan umbi.
Untuk varietas Maja memiliki jenis penyakit layu fusarium yang terbanyak
didapati pada daun dengan jumlah 10 tanaman sampel dan 33 busuk umbi pada
anakan umbi. Untuk varietas Sembrani memiliki jenis penyakit embun tepung
yang terbanyak didapati pada daun dengan jumlah 8 tanaman sampel dan 43
busuk leher batang pada anakan umbi.
Dari lampiran 38 dapat dilihat analisis data serangan penyakit. Dari data
dapat dilihat bahwa tingkat atau urutan penyakit yang menyerang varietas bawang
merah. Didapat bahwa nilai H2 lebih kecil dari nilai x2 .05. Hal ini berarti setiap
varietas tidak memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Semua varietas peka
Umur Berbunga
Dilihat secara pengamatan visual, tanaman sampel tidak ada yang
mengeluarkan bunga, tetapi dilihat dari populasi tanaman bawang keseluruhan
hanya 2 varietas tanaman bawang merah yang mengeluarkan bunga. Kedua
varietas tersebut adalah varietas Katumi dan varietas Sembrani.
Bentuk Umbi
Bentuk umbi pada setiap varietas bawang merah berbeda-beda bentuknya.
Bentuk umbi setiap varietas dapat dilihat pada lampiran 33. Untuk varietas Bima
memiliki bentuk umbi bulat. Untuk varietas Katumi memiliki bentuk umbi bulat
melonjong. Untuk varietas Kuning memiliki bentuk umbi bulat meruncing. Untuk
varietas Maja memiliki bentuk umbi bulat. Untuk varietas Sembrani memiliki
bentuk umbi bulat.
Warna Umbi
Warna umbi pada setiap varietas bawang merah berbeda-beda. Warna
umbi setiap varietas dapat dilihat pada lampiran 34. Untuk varietas Bima memiliki
warna umbi merah gelap terbanyak yaitu 19 umbi dan lainnya 5 umbi merah.
Untuk varietas Katumi memiliki warna umbi merah terbanyak yaitu 22 umbi dan
lainnya 2 umbi merah muda. Untuk varietas Kuning memiliki warna umbi merah
gelap terbanyak yaitu 22 umbi dan lainnya 2 umbi merah. Untuk varietas Maja
memiliki warna umbi merah gelap terbanyak yaitu 19 dan lainnya 5 umbi merah.
Untuk varietas Sembrani memiliki warna umbi merah muda.
Produksi (ton/ha)
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam produksi (ton/ha) (lampiran
produksi (ton/ha). Rataan produksi (ton/ha) pada varietas yang diuji dapat dilihat
pada tabel 10.
Tabel 10.Rataan produksi (ton/ha) pada berbagai varietas
Varietas Rataan
V1=Bima 5,69
V2=Katumi 6,13
V3=Kuning 7,13
V4=Maja 5,56
V5=Sembrani 5,01
Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa produksi terbesar terdapat pada
varietas Kuning dengan rataan yaitu 7,13 ton/ha dan produksi terendah terdapat
pada varietas Sembrani dengan rataan yaitu 50,01 ton/ha.
Heritabilitas
Dari hasil yang diperoleh, heritabilitas dari setiap varietas per parameter
menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Dimana nilai dari heritabilitas dapat
dideskripsikan yaitu 0<H2<1. Nilai heritabilitas dari setiap parameter per varietas
Tabel 11. Nilai Heritabilitas setiap Varietas.
Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat nilai heritabilitas tertinggi setiap peubah
terdapat pada varietas yang berbeda-beda. Varietas Kuning memiliki nilai
heritabilitas tertinggi pada peubah tinggi tanaman (0,79) dan jumlah anakan
(0,90). Varietas Sembrani memiliki nilai heritabilitas tertinggi pada peubah
jumlah daun (0,88), diameter umbi (0,98), tinggi umbi (0,98), dan susut bobot
umbi (0,91). Varietas Maja memiliki nilai heritabilitas tertinggi pada peubah berat
Pembahasan
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam diperoleh bahwa varietas yang
diuji berbeda nyata terhadap parameter jumlah anakan yang terbesar terdapat pada
Katumi dengan rataan 6,3 anakan, diameter umbi yang terbesar terdapat pada
varietas Sembrani dengan rataan 2,73 cm, tinggi umbi yang tertinggi terdapat pada
varietas Sembrani dengan rataan 3,45 cm dan susut bobot umbi yang terbesar
terdapat pada varietas Katumi dengan rataan 23,38 %.
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam diperoleh bahwa varietas yang
diuji tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman yang tertinggi
terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan 50,27 cm, jumlah daun yang
terbesar terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan 16,9 helai, berat umbi
basah yang terbesar terdapat pada varietas Kuning dengan rataan 34,71 gr dan
berat umbi kering yang terbesar terdapat pada varietas Kuning dengan rataan
28,51 gr.
Dilihat dari hasil sidik ragam, rataan tinggi tanaman dan jumlah daun yang
terbesar terdapat pada varietas Sembrani. Untuk parameter tinggi tanaman yaitu
50,27 cm dan parameter jumlah daun yaitu 16,9 helai. Dari data deskripsi yang
dikeluarkan oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran Brebes, tertera bahwa tinggi
tanaman dan jumlah daun varietas Sembrani memiliki kisaran tertinggi
dibandingkan dengan varietas lain.
Dari hasil sidik ragam yang diperoleh, rataan jumlah anakan yang terbesar
terdapat pada varietas Katumi yaitu 6,3 anakan dan terendah terdapat pada
varietas Sembrani yaitu 3,0 anakan. Dari data deskripsi yang dikeluarkan oleh
memiliki kisaran tertinggi yaitu 9-11 umbi dibandingkan dengan varietas lain.
Jumlah anakan yang didapat dari hasil analisis belum mencapai kisaran jumlah
anakan pada deskripsi. Hal ini dikarenakan tanaman kekurangan ketersediaan
unsur hara khususnya unsur nitrogen pada masa awal generatif yaitu masa
pembentukan anakan. Hal ini sesuai dengan Sipayung (2010) yang menyatakan
bahwa meningkatnya pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah akibat
pemberian nitrogen berkaitan dengan pernanan nitrogen yang dapat mempercepat
laju pertumbuhan tanaman. Unsur hara tercuci akibat hujan yang lebat pada awal
masa generatif 5 minggu setelah tanam yaitu pada bulan Agustus 2010. Dilihat
dari lampiran data Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika (2009), tertera bahwa curah hujan bulan Agustus 2010 memiliki rataan
20,12 mm yang dikatakan hujan lebat.
Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa diameter umbi terbesar terdapat
pada varietas Sembrani yaitu 2,73 cm dan yang terkecil pada varietas Kuning
yaitu 1,95 cm. Dilihat dari data deskripsi yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian
Sayuran Lembang, tertera bahwa diameter umbi varietas Sembrani memiliki
diameter yang terbesar diantara varietas lainnya yaitu mencapai 2-3,5 cm.
Dari hasil sidik ragam yang diperoleh, tinggi umbi tertinggi terdapat pada
varietas Sembrani yaitu 3,45 cm dan yang terendah pada varietas Bima yaitu 2,18
cm. Dilihat dari data deskripsi yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Sayuran
Lembang, tertera bahwa tinggi umbi varietas Sembrani memiliki umbi yang
tertinggi dengan kisaran 3,3-3,8 cm dibandingkan varietas lainnya yang hanya
Dilihat dari sidik ragam yang diperoleh, berat umbi basah dan berat umbi
kering terbesar terdapat pada varietas Kuning. Jika dibandingkan dengan
deskripsi, berat umbi basah yang diperoleh berada dibawah nilai minimum
deskripsi. Hal ini dikarenakan varietas ini lebih dipengaruhi oleh lingkungan,
sehingga penampakan gennya dilihat dari produksi tidak mencapai rataan
produksi yang optimum. Hal ini sesuai dengan Allard (2005) yang menyatakan
gen dari tanaman tidak dapat menyebabkan berkembangnya suatu karakter
terkecuali bila mereka berada dalam kondisi yang sesuai. Jika mereka berada
dalam kondisi yang tidak sesuai maka tidak ada pengaruh gen terhadap
berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan
Dilihat dari hasil sidik ragam yang diperoleh, susut bobot umbi yang
terbesar terdapat pada varietas Katumi sebesar 23,38 %. Susut bobot yang
diperoleh terlalu besar jika dibandingkan besar susut bobot umbi sampai umbi
benar-benar kering. Hal ini sesuai dengan Wibowo (1995) yang menyatakan
bahwa biasanya pengeringan sudah dianggap cukup dan bawang merah sudah
cukup kering kalau beratnya sudah susut sampai 15 – 20 %. Hal ini disebabkan
karena musim hujan yang membuat air berkelebihan sehingga besar susut bobot
umbi melebihi dari susut bobot umbi biasanya.
Jika dilihat data heritabilitas, peubah dari varietas Sembrani memiliki nilai
heritabilitas lebih tinggi dan mendekati satu dibandingkan varietas lainnya, seperti
jumlah daun (0,88), diameter umbi (0,98), tinggi umbi (0,98) dan susut bobot
umbi (0,91). Varietas Sembrani memiliki nilai heritabilitas yang tinggi mendekati
1. Faktor genetik berpengaruh besar terhadap varietas Sembrani dan kurang
bahwa apabila variasi genetik dalam suatu populasi besar, ini menunjukkan
individu dalam populasi beragam sehingga peluang untuk memperoleh genotip
yang diharapkan akan besar. Pendugaan nilai heritabilitas tinggi menunjukkan
bahwa faktor pengaruh genetik lebih besar terhadap penampilan fenotip bila
dibandingkan dengan lingkungan.
Jika dilihat data serangan penyakit secara visual, jenis penyakit dapat
dilihat pada daun dan umbi bawang. Jenis penyakit yang paling banyak
menyerang daun adalah layu fusarium yang menyerang 40 tanaman sampel.
Penyakit ini sangat banyak menyerang umbi karena penularannya melalui akar,
sehingga jika terjadi kontak akan memperbanyak jumlah anakan yang terinfeksi
dan cepat. Hal ini sesuai dengan Rahayu dan Berlian (1999) yang menyatakan
infeksi layu fusarium dimulai dari akar atau luka pada umbi. Jenis penyakit yang
paling banyak menyerang umbi bawang adalah busuk leher batang yang
menyerang 166 anakan tanaman sampel. Penyakit busuk leher batang dapat
menyerang bawang di areal pertanaman dan sewaktu disimpan, sehingga
penularan lebih besar menyerang banyak umbi. Hal ini sesuai dengan Rahayu dan
Berlian (1999) yang menyatakan bahwa leher batang atau pangkal batang tampak
bewarna kelabu, lunak, kebasahan dan melekuk kedalam. Penyakit ini dapat
menjalar ke bagian umbi. Serangan dapat terjadi di lahan pertanaman, selain itu
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Penanaman bawang merah asal jawa pada musim hujan menunjukkan adanya
perbedaan terhadap parameter jumlah anakan, tinggi umbi, diameter umbi dan
susut bobot umbi tetapi tidak berbeda secara statistik terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun, berat umbi basah, berat umbi kering dan produksi.
2. Varietas yang paling baik pada penanaman bawang merah di musim hujan
adalah varietas Kuning yang memiliki produksi dominan dari varietas lainnya
yaitu 7,13 ton/ha tetapi memiliki nilai heritabilitas yang rendah pada peubah
produksi yang berarti jika varietas ditanam pada kondisi lain akan berubah
sesuai lingkungan.
Saran
Untuk penanaman bawang merah pada musim hujan, perlu diperhatikan
drainase dan airenase yang baik agar tanah tidak mengandung banyak air.
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R.W.,2005. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Terjemahan Manna dan Mulyani. Rieka Bina Aksara, Jakarta.
Ashari, 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta.
Bahar, M., dan A. Zein, 1993. Parameter Genetik Pertumbuhan Tanaman, Hasil
dan Komponen Hasil Jagung. Zuriat 4(1):4-7. dalam Sudarmadji, R.
Mardjono dan H. Sudarmo., 2007. Variasi Genetik, Heritabilitas, dan Korelasi Genotipik Sifat-Sifat Penting Tanaman Wijen (Sesamum indicum L.). Jurnal Littri Vol. 13 No. 3, September 2007: hal. 88 – 92.
Berita Resmi PVT., 2008. Pendaftaran Hasil Pemuliaan. Badan litbang Pertanian, Bandung.
Hadie, L, E., 2000. Evaluasi Fenotipik, Heritabilitas dan Korelasi antara Komponen Hasil dengan Hasil Bawang Merah di Lahan Rawa Lebak. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Tawar 2.
http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php/, 2002. Ilmu Pemuliaan dan Genetika. Diakses tanggal 01 Juli 2010.
tanggal 01 Juni 2010.
Ismail, G., 2001. Ekologi Tumbuhan dan Tanaman Pertanian. Angkasa Raya, Padang.
Lampiran Keputusan Menteri Pertanian, 2007. Deskripsi Bawang. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, Bandung.
Lampiran Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, 2009. Pelayanan Jasa Informasi Klimatologi Daerah Pinang Baris, Medan.
Mangoendidjojo, 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Rahayu, E., dan Berlian, N, VA., 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rubatzky, V.E., dan Yamaguchi, M., 1998. Sayuran Dunia 2. Prinsip, produksi dan Gizi. Penerbit ITB. Bandung.
Rukmana, R.Ir. Budidaya Bawang Merah dan Pengolahan Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sipayung, A. M, 2010. Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Bawang
Sitompul, S. M, dan B. Guritno., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Suharsono, M. Jusuf, dan A.P. Paserang. 2006. Analisis ragam, heritabilitas, dan pendugaan kemajuan seleksi populasi F2 dari persilangan kedelai kultivar Slamet x Nokonsawon. Jurnal Tanaman Tropika. 9 (2): 86-93.
Steel, Robert G D & Torrie, James H., 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sumarni, N, dan Hidayat, A., 2005. Panduan Teknis Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.
Tim Bina Karya Tani, 2008. Pedoman Bertanam Bawang merah. CV Yrama Widya. Bandung.
Tjitrosoepomo., G. 1993., Taksonomi Umum (Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Welsh, J.R., 2005. Fundamentals of Plant Gnenetics and Breeding. John Wiley and Sons, New York. 453 pp.
Lampiran 1. Data Tinggi Tanaman (cm) 2 MST
Varietas Blok Jumlah Rataan
I II III
Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST
Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST
Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05
Lampiran 3. Data Tinggi Tanaman (cm) 3 MST
Varietas Blok Jumlah Rataan
Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST
Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST
Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05
Lampiran 5. Data Tinggi Tanaman (cm) 4 MST
Varietas Blok Jumlah Rataan
I II III
Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST
Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST
Lampiran 7. Data Tinggi Tanaman (cm) 5 MST
Varietas Blok Jumlah Rataan
I II III
Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST
Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST
Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05
Lampiran 9 Data Jumlah Daun (helai) 2 MST
Varietas Blok Jumlah Rataan
Lampiran 10 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST
Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST
Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05
Lampiran 11 Data Jumlah Daun (helai) 3 MST
Varietas Blok Jumlah Rataan
I II III
Lampiran 12 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST
Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST
Lampiran 13 Data Jumlah Daun (helai) 4 MST
Varietas Blok Jumlah Rataan
I II III
Lampiran 14 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST
Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST
Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05
Lampiran 15 Data Jumlah Daun (helai) 5 MST
Varietas Blok Jumlah Rataan
Lampiran 16 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST
Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST
Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05
Lampiran 17 Data Jumlah Anakan (buah) per Rumpun
Varietas Blok Jumlah Rataan
I II III
Lampiran 18 Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan per Rumpun
Sidik Ragam Jumlah Anakan
Lampiran 19 Data Diameter (cm) Umbi
Varietas Blok Jumlah Rataan
I II III
Lampiran 20 Daftar Sidik Ragam Diameter Umbi
Sidik Ragam Diameter Umbi
Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05
Lampiran 21 Data Tinggi (cm) Umbi
Varietas Blok Jumlah Rataan
Lampiran 22 Daftar Sidik Ragam Tinggi Umbi
Sidik Ragam Tinggi Umbi
Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05
Lampiran 23 Data Berat (gr) Umbi Basah per Rumpun
Varietas Blok Jumlah Rataan
I II III
Lampiran 24 Daftar Sidik Ragam Berat Umbi Basah per Rumpun
Sidik Ragam Berat Umbi Basah per rumpun
Lampiran 25 Data Berat (gr) Umbi Kering per Rumpun
Varietas Blok Jumlah Rataan
I II III
Lampiran 26 Daftar Sidik Ragam Berat Umbi Kering per Rumpun
Sidik Ragam Berat Umbi kering per rumpun
Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05
Lampiran 27 Data Susut (%) Bobot Umbi
Varietas Blok Jumlah Rataan
Lampiran 28 Data Sidik Ragam Susut Bobot Umbi
Sidik Ragam Susut Bobot Umbi
Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05
Lampiran 29 Umur Panen (hari)
Varietas Blok Jumlah Rataan
I II III
Lampiran 30 Data Sidik Ragam Umur Panen
Sidik Ragam Umur Panen
Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05
Varietas 4.00 55.07 13.77 1.71 tn 3.48
Blok 2.00 12.13 6.07 0.75 tn 4.46
Galat 8.00 64.53 8.07
Total 14.00 131.73
Lampiran 31 Bentuk Daun
Lampiran 32 Warna Daun
Lampiran 33 Serangan Penyakit
Varietas
Lampiran 34 Bentuk Umbi
Varietas
Lampiran 35 Warna Umbi
Lampiran 36 Data Produksi (ton/ha)
Varietas Blok Jumlah Rataan
I II III
Lampiran 37 Daftar sidik ragam Produksi (ton/ha)
Sidik Ragam Produksi per Ha
Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05
Lampiran 38 Analisis Data Serangan Penyakit
Lampiran 39 Foto Bawang Merah (blok)
Blok 1
Blok 2
Lampiran 40 Foto Sampel
Varietas Bima (V1)
Varietas Katumi (V2)
Varietas Maja (V4)
Lampiran 41 Tanaman Terinfeksi Penyakit
Lampiran 42 Deskripsi Tanaman Bawang Merah
Karakter Varitas Katumi Varitas Sembrani Varitas Maja
Asal Balai Penelitian
Tanaman Sayuran
Sisilah Bawang Merah
Singkil Gajah x
50 hari setelah tanam
Umur panen 53-56 hari setelah
tanam
54-56 hari setelah tanam
60 hari setelah tanam
Tinggi tanaman
35,0-46,2 cm 44,3-56,2 cm 24,3-43,7 cm
Bentuk daun Silindris Silindris Silindris berlubang
Warna daun Hijau muda Hijau muda Hijau tua
53-56 helai 24-32 helai 16-49 helai
Bentuk bunga seperti paying Seperti payung Seperti payung
Warna bunga Putih Putih Putih
Kemampuan berbunga
agak sukar berbunga
Agak sukar berbunga Agak mudah
Bentuk umbi Bulat Bulat Bulat
Bentuk biji bulat pipih Bulat pipih Bulat, keriput
Pengusul Balai Penelitian Sayuran
Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang
Balai Penelitian Tanaman Sayur Lembang
Peneliti Sartono Putra
Joko Pinilih, Rofik Basuki
Sartono Putra Joko Pinilih, Rofik Basuki
Karakter Varitas Bima Varitas Kuning
Asal Lokal Brebes Local Brebes
Silsilah - -
Golongan varitas - -
Umur mulai berbunga
50 hari setelah tanam 29-40 hari setelah tanam
Umur panen 60 hari setelah tanam 56-66 hari setelah tanam
Tinggi tanaman 34,5 cm 35,3 cm
Bentuk daun Silindris berlubang Silindris seperti pipa
Warna daun Hijau Hijau kekuning-kuningan
Jumlah daun per umbi
6-8 helai 5-7 helai
Jumlah daun per rumpun
14-50 helai 34-47 helai
Bentuk bunga Seperti paying Seperti paying
Warna bunga Putih Putih
Kemampuan berbunga
agak sukar Agak sukar berbunga
Bentuk umbi Lonjong Bulat ujung meruncing
Ukuran umbi Tinggi 2-3 cm, diameter 2-2.5
cm
tinggi 2,5-2,8 cm, diameter 2.0-2,5 cm
Berat per umbi 4-5 gr 5-15 gr
Berat umbi basah per rumpun
32-55gr 35 – 180 gr
Bentuk biji Bulat keriput Bulat keriput
Warna biji Hitam Hitam
Jumlah anakan 8-11 umbi 7-12 umbi
Susut bobot umbi 21,5% 21,5-22.0%
Daya simpan umbi
2-5 bulan setelah panen 2-3 bulan setelah panen
Resistensi
terhadap penyakit
Cukup tahan terhadap busuk umbi (Botrytis alii)
Cukup tahan terhadap
Alternaria porri
Kepekaan
terhadap penyakit
Peka terhadap busuk ujung daun Tidak tahan terhadap fusarium
Pengusul Balai Penelitian Tanaman Sayur
Lembang
Balai Penelitian Tanaman Sayur Lembang
Peneliti Hendro Sunarjono, Prasodjo,
Darliah, dan Nasran Horizon Arbain
No Jenis Kegiatan Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan Lahan X
2 Pemberian Pupuk
Kandang
X
3 Persiapan Bibit X
4 Penanaman X
5 Pemberian Pupuk
Urea, KCl, TSP, Za.
X X
6 Pemeliharaan
Tanaman
Penyiraman Dilakukan Sesuai Kondisi Lapangan
Penyiangan Dilakukan Sesuai Kondisi Lapangan
Pembumbunan Dilakukan Sesuai Kondisi Lapangan
Pengendalian H&P
Dilakukan Sesuai Kondisi Lapangan