• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Adaptasi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium Ascalonicum) Pada Musim Hujan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Adaptasi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium Ascalonicum) Pada Musim Hujan"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS

BAWANG MERAH

(

Allium ascalonicum

)

PADA MUSIM HUJAN

SKRIPSI

Oleh

BRIAN ARISTA MELIALA

060307020/BDP-PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS

BAWANG MERAH

(

Allium ascalonicum

)

PADA MUSIM HUJAN

SKRIPSI

Oleh

BRIAN ARISTA MELIALA

060307020/BDP-PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Budidaya Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Uji Adaptasi Beberapa Varietas Bawang Merah

(Allium ascalonicum) Pada Musim Hujan

Nama : Brian Arista Meliala

Nim : 060307020

Departemen : Budidaya Pertanian

Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir.Rosmayati, MS Ketua

Ir. Mbue Kata Bangun, MS Anggota

Mengetahui

(4)

ABSTRACT

Brian Arista Meliala: The objective of the research was to know the adaptation about some variety of shallot that was plated when rainy season. The research was done in high school of Penyuluhan Pertanian, Medan from July to September 2010.

The research was using the Randomized Block Design. However, variety was taken in five levels namely: variety of Bima (V1), variety of Katumi (V2), variety of Kuning (V3), variety of Maja (V4) and variety of Sembrani (V5). The research was using system of plating with two row for variety (double row system).

The result of the research showed that the variety was significant on the total of saplings/clump, tuber diameter, tuber height, decrease of tuber weight, but non significant on plant height, the total of leaves, dry weight/plant sample, wet weight/plant sample and production.

(5)

ABSTRAK

Brian Arista Meliala: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi beberapa varietas bawang merah yang ditanam pada musim hujan. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Medan dari bulan Juli sampai September 2010.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Adapun varietas yang digunakan adalah varietas: Bima (V1), Katumi(V2), Kuning (V3), Maja (V4), Sembrani (V5). Penanaman dengan menggunakan sistem tanam dengan dua baris untuk setiap varietas (double rows system).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap jumlah anakan, diameter umbi, tinggi umbi dan susut bobot umbi namun tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat umbi basah berat umbi kering dan produksi.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 13 Desember 1988 dari

Bapak P. Meliala dan Ibu Drg. R. Saragih. Penulis merupakan anak pertama dari

tiga bersaudara.

Pendidikan yang ditempuh adalah SD Swasta St. Thomas 6 di Medan lulus

tahun 2000, SLTP Putri Cahaya di Medan lulus tahun 2003, SMA Swasta St.

Thomas 2 di Medan lulus tahun 2006. Tahun yang sama penulis lulus seleksi

masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur SPMB. Penulis memilih

program studi Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kebun Silau

Dunia PT. Perkebunan Nusantara III bulan Juli-Agustus 2010. Penulis juga aktif

di Himpunan Mahasiswa Departemen (HIMADITA), dan kegiatan UKM Basket

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul skripsi ini adalah ”Uji Adaptasi Beberapa Varietas

Bawang Merah (Allium ascalonicum) pada Musim Hujan” yang merupakan

salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof.Dr.Ir Rosmayati, MS

dan Ir.Mbue Kata Bangun, MS selaku komisi pembimbing yang telah dengan

tulus memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua tercinta

Bapak P.Sembiring Meliala dan Ibu R.Saragih Garingging yang selalu mendoakan

dan memotivasi, kepada pacar Naomi yang membantu dan memberi semangat di

saat penelitian berlangsung, juga kepada teman-teman saya Ice Cream Street Ball

terutama Rahmad, David, Junerdi, Wanda, dan David a.k.a dont touch yang

mengingatkan saya mengerjakan skripsi disaat saya mengutamakan bermain

basket dari pada menyelesaikan kuliah saya, dan kepada teman-teman BDP 2006

serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sadar skripsi masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

(8)

DAFTAR ISI

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

Bahan dan Alat... 11

Metode Penelitian... 11

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 13

Persiapan Bibit... 13

Penanaman Bibit ... 13

Pemupukan ... 13

Pemeliharaan Tanaman ... 14

Penyiraman ... 14

Penyulaman ... 14

Penyiangan ... 14

Pembumbunan ... 14

(9)

Panen ... 15

Pengamatan Parameter ... 15

Tinggi Tanaman ... 15

Serangan Penyakit ... 16

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman pada umur 2, 3, 4, dan 5 MST pada berba-

gai varietas... 19

2. Tabel 2. Rataan Jumlah Daun pada umur 2, 3, 4, dan 5 MST pada berbagai varietas ... 20

3. Tabel 3. Rataan Anakan per Rumpun pada berbagai varietas ... 21

4. Tabel 4. Rataan Diameter Umbi pada berbagai varietas ... 22

5. Tabel 5. Rataan Tinggi Umbi pada berbagai varietas ... 23

6. Tabel 6. Rataan Berat Umbi Basah per rumpun pada berbagai varietas ... 24

7. Tabel 7. Rataan Berat Umbi Kering per rumpun pada berbagai varietas ... 24

8. Tabel 8. Rataan Susut Bobot Umbi pada berbagai varietas... 25

9. Tabel 9. data umur panen (hari) ... 26

10. Tabel 10. Rataan Produksi pada berbagai varietas ... 29

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal.

12.Lampiran 1 data tinggi tanaman 2 minggu setelah tanam ... 40

13.Lampiran 2 daftar sidik ragam tinggi tanaman 2 minggu setelah tanam .. 40

14.Lampiran 3 data tinggi tanaman 3 minggu setelah tanam ... 40

15.Lampiran 4 daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 minggu setelah tanam .. 41

16.Lampiran 5 data tinggi tanaman 4 minggu setelah tanam ... 41

17.Lampiran 6 daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 minggu setelah tanam .. 41

18.Lampiran 7 data tinggi tanaman 5 minggu setelah tanam ... 42

19.Lampiran 8 daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 minggu setelah tanam .. 42

20.Lampiran 9 data jumlah daun 2 minggu setelah tanam ... 42

21.Lampiran 10 daftar sidik ragam jumlah daun 2 minggu setelah tanam .... 43

22.Lampiran 11 data jumlah daun 3 minggu setelah tanam ... 43

23.Lampiran 12 daftar sidik ragam jumlah daun 3 minggu setelah tanam .... 43

24.Lampiran 13 data jumlah daun 4 minggu setelah tanam ... 44

25.Lampiran 14 daftar sidik ragam jumlah daun 4 minggu setelah tanam .... 44

26.Lampiran 15 data jumlah daun 5 minggu setelah tanam ... 44

27.Lampiran 16 daftar sidik ragam jumlah daun 5 minggu setelah tanam .... 45

28.Lampiran 17 data jumlah anakan per rumpun ... 45

29.Lampiran 18 daftar sidik ragam jumlah anakan per rumpun ... 45

30.Lampiran 19 data diameter umbi ... 46

31.Lampiran 20 daftar sidik ragam diameter umbi ... 46

(12)

34.Lampiran 23 data berat umbi basah ... 47

35.Lampiran 24 daftar sidik ragam berat umbi basah ... 47

36.Lampiran 25 data berat umbi kering ... 48

37.Lampiran 26 daftar sidik ragam berat umbi kering ... 48

38.Lampiran 27 data susut bobot umbi ... 48

39.Lampiran 28 data sidik ragam susut bobot umbi ... 49

40.Lampiran 29 data umur panen (hari) ... 49

41.Lampiran 30 data sidik ragam umur panen (hari) ... 49

42.Lampiran 31 data bentuk daun ... 50

43.Lampiran 32 data warna daun ... 50

44.Lampiran 33 data kepekaan penyakit ... 50

45.Lampiran 34 data bentuk umbi ... 51

46.Lampiran 35 data warna umbi ... 51

47.Lampiran 36 data produksi ... 51

48.Lampiran 37 daftar sidik ragam produksi ... 52

49.Lampiran 38 Analisa Data Serangan Penyakit ... 52

50.Lampiran 39 foto bawang merah (blok) ... 53

51.Lampiran 40 foto sampel ... 54

52.Lampiran 41 foto tanaman terinfeksi penyakit ... 56

53.Lampiran 42 deskripsi tanaman bawang merah ... 58

54.Lampiran 43 bagan lahan pertanian ... 61

55.Lampiran 44 jadwal kegiatan penelitian ... 62

56.Lampiran 45 data Curah Hujan BMG ... 63

(13)

ABSTRACT

Brian Arista Meliala: The objective of the research was to know the adaptation about some variety of shallot that was plated when rainy season. The research was done in high school of Penyuluhan Pertanian, Medan from July to September 2010.

The research was using the Randomized Block Design. However, variety was taken in five levels namely: variety of Bima (V1), variety of Katumi (V2), variety of Kuning (V3), variety of Maja (V4) and variety of Sembrani (V5). The research was using system of plating with two row for variety (double row system).

The result of the research showed that the variety was significant on the total of saplings/clump, tuber diameter, tuber height, decrease of tuber weight, but non significant on plant height, the total of leaves, dry weight/plant sample, wet weight/plant sample and production.

(14)

ABSTRAK

Brian Arista Meliala: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi beberapa varietas bawang merah yang ditanam pada musim hujan. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Medan dari bulan Juli sampai September 2010.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Adapun varietas yang digunakan adalah varietas: Bima (V1), Katumi(V2), Kuning (V3), Maja (V4), Sembrani (V5). Penanaman dengan menggunakan sistem tanam dengan dua baris untuk setiap varietas (double rows system).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap jumlah anakan, diameter umbi, tinggi umbi dan susut bobot umbi namun tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat umbi basah berat umbi kering dan produksi.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang

sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini juga

me-rupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi

yang cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Pengusahaan

bu-didaya bawang merah telah menyebar di hampir semua provinsi di Indonesia,

ka-rena memiliki ekonomi yang tinggi. Meskipun minat petani terhadap bawang

merah cukup kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih ditemui beberapa

kendala (Sumarni dan Hidayat, 2005).

Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni

sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat dikatakan sudah

dikenal oleh masyarakat sejak ribuan tahun yang lalu. Pada zaman Mesir kuno

sudah banyak orang menggunakan bawang merah untuk pengobatan

(Tim Bina Karya Tani, 2008).

Bawang merah pada umumnya ditanam pada musim kemarau, tetapi tidak

tertutup kemungkinan untuk menanamnya pada musim hujan. Menanam bawang

merah di luar musim tanam banyak gangguannya. Ini disebabkan keadaan cuaca

pada musim hujan kurang menguntungkan untuk pertumbuhan bawang merah

(Rahayu dan Berlian, 1999).

Menanam bawang merah di luar musim tanam bawang adalah salah satu

idaman bagi para petani bawang. Harga bawang merah pada musim hujan itu

umumnya tinggi. Dapat mencapai 4-5 kali harga bawang di musim panen, tetapi

(16)

musim hujan tersebut adalah melimpahnya air yang dapat menyebabkan unsur

hara tercuci dengan cepat dan banyaknya serangan penyakit (Wibowo, 1995).

Penanaman bawang merah di Jawa Tengah pada umumnya dari bulan

Februari sampai bulan Juli yaitu akhir musim kemarau. Pada musim hujan

biasa-nya dilakukan penanaman padi yaitu dari awal bulan Agustus sampai akhir bulan

Januari. Jika dilakukan penanaman bawang di musim hujan ini yaitu pada bulan

Agustus sampai akhir Januari, maka keuntungan dapat diraih lebih besar dari pada

penjualan penanaman di musim kemarau. Hal ini dikarenakan sedikitnya saingan

menjual bawang di pasaran.

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian

pe-nanaman bawang merah pada musim hujan dengan banyak kendala seperti

melim-pah air dan penyakit serta mengetahui bagaimana daya adaptasi beberapa varietas

tanaman bawang asal Jawa.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui varietas bawang merah asal

Jawa yang cocok ditanam pada musim hujan pada dataran rendah di Medan.

Hipotesis Penelitian

Adanya perbedaan pertumbuhan dan produksi bawang merah asal Jawa

yang ditanam pada musim hujan.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi yang

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Tjitrosoepomo (1993) klasifikasi dari tanaman bawang merah

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Monocotyledonae

Ordo : Liliaceae

Family : Liliales

Genus : Allium

Species : Allium ascalonicum L.

Bawang merah merupakan tanaman semusim berbentuk rumput yang

tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 15-50 cm dan membentuk rumpun.

Akarnya berbentuk akar serabut yang tidak panjang, karena sifat perakaran inilah

bawang merah tidak tahan kering (Rahayu dan Berlian, 1999).

Bentuk daun tanaman bawang merah seperti pipa, yakni bulat kecil

memanjang antara 50-70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna

hijau muda sampai hijau tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya

relatif pendek (Rukmana, 1994).

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang

bertangkai dengan 50-200 kuatum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai

(18)

berku-bang di dalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang mencapai 30-50 cm.

Kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek antara 0,2-0,6 cm (Wibowo, 1995).

Tajuk dan umbi bawang merah serupa dengan bawang Bombay, tetapi

ukurannya kecil. Perbedaan yang lainnya adalah umbinya yang berbentuk seperti

buah jambu air, berkulit coklat kemerahan, berkembang secara berkelompok di

pangkal tanaman. kelompok ini dapat terdiri dari beberapa hingga 15 umbi

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Tanaman bawang merah memiliki 2 fase tumbuh, yaitu fase vegetatif dan

fase generatif. Tanaman bawang merah mulai memasuki fase vegetatif setelah

berumur 11-35 hari setelah tanam (HST), dan fase generatif terjadi pada saat

tanaman berumur 36 hari setelah tanam (HST). Pada fase generatif, ada yang

disebut fase pembentukan umbi (36-50 hst) dan fase pematangan umbi (51-56 hst)

Syarat Tumbuh

Iklim

Bawang Merah cocok di daerah yang beriklim kering dengan suhu agak

panas dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat

tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (0-900 m dpl) dengan curah

hujan 300 – 2500 mm/thn dan suhunya 25 derajat celcius – 32 derajat celcius.

Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol,

latosol, dan aluvial, dengan pH 5.5–7

Tanaman bawang merah lebih optimum tumbuh di daerah beriklim kering.

Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang

(19)

mak-simal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-32 °C dan kelembapan nisbi

50-70 % (Sumarni dan Hidayat, 2005).

Penanaman bawang merah sebaiknya ditanaman pada suhu agak panas dan

pada suhu yang rendah memang kurang baik. Pada suhu 22o C memang masih

mudah untuk membentuk umbi, tetapi hasilnya tidak sebaik jika ditanam di

dataran rendah yang bersuhu panas. Di bawah 22o C bawang merah sulit untuk

berumbi atau bahkan tidak dapat membentuk umbi. Sebaiknya ditanam di dataran

rendah yang bersuhu antara 25 - 32 o C dengan iklim kering, dan yang paling baik

jika suhu rata-rata tahunnya adalah 30o C (Wibowo, 1995).

Tanah

Tanaman bawang merah cocok ditanam pada tanah gembur subur dengan

drainase baik. Tanah berpasir memperbaiki perkembangan umbinya. PH tanah

yang sesuai sekitar netral, yaitu 5,5 hingga 6,5 (Ashari, 1995).

Jenis tanah yang paling baik untuk ditanami adalah tanah lempung yang

berpasir atau berdebu karena sifat tanah yang demikian ini mempunyai aerasi

yang bagus dan drainasenya pun baik. Tanah yang demikian ini mempunyai

perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir, dan debu (Wibowo, 1995).

Tanah-tanah yang masam atau basa kurang atau bahkan tidak baik untuk

pertumbuhan bawang merah. Jika tanahnya terlalu masam dengan pH di bawah

5,5, garan alumiunium yang terlarut dalam tanah akan bersifat racun sehingga

tumbuhnya tanaman akan menjadi kerdil. Kalau terlalu basa dengan pH di atas 7

atau di atas 6,5, garam mangan tidak dapat diserap oleh tanaman, akibatnya

umbinya menjadi kecil dan hasilnya rendah. Kalau tanahnya berupa tanah gambut

(20)

besar-besar. Yang paling baik untuk lahan bawang merah adalah tanah yang mempunyai

keasaman sedikit agak asam sampai normal, yaitu pH-nya antara 6,0-6,8.

Keasaman dengan pH antara 5,5 – 7.0 masih termasuk kisaran keasaman yang

dapat digunakan untuk lahan bawang merah, tetapi yang paling baik adalah antara

6,0 – 6,8 (Wibowo, 1995).

Adaptasi Varietas

Suatu organisme akan mengadakan reaksi terhadap perubahan alam

lingkungan yang diterimanya. Usaha untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan

lingkungan disebut adaptasi. Dengan demikian berarti adaptasi adalah suatu

perubahan dalam populasi akibat kegiatan masing-masing individu yang

menyu-sunnya, untuk menyesuaikan diri terhadap setiap penambahan dan perubahan

ling-kungan yang diberikan (Ismail, 2001).

Adaptasi bertujuan untuk mengembangkan jenis tanaman introduksi pada

daerah yang baru. Pada akhirnya adaptasi diharapkan menghasilkan produksi yang

lebih baik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan jenis tanaman

tertentu ( Allard, 2005).

Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab

kera-gaman penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada

ber-bagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang

mengha-silkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat

perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang

digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

Lingkungan yang sering mempengaruhi tanaman adalah lingkungan yang

(21)

tergantung dari gen tanaman menerima respon dari lingkungan tersebut. Gen dari

tanaman tidak dapat menyebabkan berkembangnya suatu karakter terkecuali bila

mereka berada dalam kondisi yang sesuai. Jika mereka berada dalam kondisi

yang tidak sesuai maka tidak ada pengaruh gen terhadap berkembangnya

karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan (Allard, 2005).

Varietas

Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh

setiap sifat (morfologi, fisiologi, sitologi, kimia, dan lain-lain) yang nyata untuk

usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang

dapat dibedakan dari yang lainnya (Mangoendidjojo, 2003).

Varietas Bima memiliki umur 60 hari dengan tinggi tanaman 34,5 cm.

Bentuk daun silindris berlubang, warna daun hijau, dan banyak daun 14-50 helai.

Bentuk bunga seperti payung, bewarna putih, banyak bunga 120-160/tangkai.

Bentuk biji bulat, gepeng berkeriput, bewarna hitam. Bentuk umbi lonjong

bercincin kecil, bewarna merah muda dan memiliki produksi 9,9 ton/ha

(Lampiran Keputusan Menteri Pertanian, 2007).

Varietas Kuning memiliki umur panen 56-66 hari, tinggi tanaman 35,3 cm

(33,7-36,9 cm), jumlah anakan 7-12 umbi per rumpun. Bentuk daun silindris

seperti pipa, warna daun hijau kekuning-kuningan, jumlah daun per rumpun 34-37

helai. Bentuk bunga seperti payung, warna bunga putih, jumlah bunga 100-142.

Jumlah buah/tangkai 70-96 (rata-rata 83). Bentuk biji bulat, gepeng, keriput,

warna biji hitam. Bentuk umbi bulat, ujung meruncing, warna umbi merah gelap,

berat umbi 5-15 g/umbi, potensi produksi umbi 6,00-21,39 ton/ha, susut bobot

(22)

Varietas Maja memiliki umur 60 hari dengan tinggi tanaman 34,1 cm.

Bentuk daun silindris berlubang, warna daun hijau tua, dan banyak daun 16-49

helai. Bentuk bunga seperti payung, bewarna putih, banyak bunga

100-130/tangkai. Bentuk biji bulat, gepeng berkeriput, bewarna hitam. Bentuk umbi

bulat, bewarna merah tua dan memiliki produksi 10,9 ton/ha

(Lampiran Keputusan Menteri Pertanian, 2007).

Varietas Katumi memiliki umur panen 53-56 hari, tinggi tanaman 40,48

cm (35-46,2 cm), jumlah anakan 9-11 umbi per rumpun. Bentuk daun silindris

seperti pipa, warna daun hijau muda, jumlah daun per rumpun 53-66 helai, jumlah

daun per umbi 5- 6 helai. Kemampuan berbunga agak sukar, umur bunga 29-40

HST, bentuk bunga seperti payung, warna bunga putih, jumlah bunga/tangkai

105-290 (rata-rata 179,9). Jumlah buah/tangkai 65-85. Bentuk biji bulat, gepeng,

keriput, warna biji hitam, berat 1000 biji 3,6 gr. Bentuk umbi bulat, bagian leher

batang kecil, warna umbi merah, berat umbi rata-rata 5-20 gr, diameter umbi 2-2,5

cm, tinggi umbi 2,51-2,83 cm, potensi produksi umbi 24,1 ton/ha, susut berat

30,85 (Berita Resmi PVT, 2008).

Sembrani memiliki umur panen 54-56 hari, tinggi tanaman 47,72 cm

(44,3-56,2 cm), jumlah anakan 4-5 umbi per rumpun. Bentuk daun silindris agak

pipih ditengah, warna daun hijau muda, jumlah daun per rumpun 24-32 helai,

jumlah daun per umbi 6-7 helai. Kemampuan berbunga agak sukar, umur bunga

28-37 HST, bentuk bunga seperti payung, warna bunga putih, jumlah bunga

120-290 (rata-rata 205). Jumlah buah/tangkai 70-80. Bentuk biji bulat, gepeng, keriput,

warna biji hitam, berat 1000 biji 3,8 gr. Umbi: bentuk umbi bulat, bagian leher

(23)

2-3,5 cm, tinggi umbi 3,28-3,77 cm, potensi produksi umbi 24,4 ton/ha, susut

berat 25,45 (Berita Resmi PVT, 2008).

Heritabilitas

Fehr (1987) menyebutkan bahwa heritabilitas adalah salah satu alat ukur

dalam sistem seleksi yang dapat menggambarkan efektivitas seleksi genotipe

berdasarkan penampilan fenotipenya. Antar karakter fenotipe diperlukan dalam

seleksi tanaman, untuk mengetahui karakter yang dijadikan petunjuk seleksi

terhadap produktivitas yang tinggi (Suharsono et al., 2006; Wirnas et al., 2006).

Fungsi penting dari heritabilitas adalah bersifat prediktif pada generasi

berikutnya. Nilainya dapat memperlihatkan nilai fenotipe yang pada akhirnya

dapat digunakan sebagai breeding value (Hadie, L, E., 2000).

Proporsi variasi merupakan sumber yang penting dalam program

pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini diharapkan terjadi kombinasi

genetik yang baru. Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil

kombinasi genotipe dan pengaruh lingkungan. Nilai heritabilitas secara teoritis

berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan

oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila seluruh variasi disebabkan oleh

faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas akan terletak antara kedua nilai

ekstrim tersebut (Welsh, 2005).

Variasi genetik akan membantu dalam mengefisienkan kegiatan seleksi.

Apabila variasi genetik dalam suatu populasi besar, ini menunjukkan individu

dalam populasi beragam sehingga peluang untuk memperoleh genotip yang

diharapkan akan besar. Pendugaan nilai heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa

(24)

dibandingkan dengan lingkungan. Untuk itu informasi sifat tersebut lebih

diperankan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan, sehingga dapat diketahui

sejauh mana sifat tersebut dapat diturunkan pada generasi berikutnya

(Bahar dan Zein, 1993).

Dari segi pemuliaan pengujian genotipe pada suatu lingkungan tertentu

sangat diperlukan informasi genetik. Keberhasilan seleksi ditentukan oleh nilai

duga heritabilitas dan variabilitas. Menurut Pinaria et al. (1995), pemilihan/seleksi

pada suatu lingkungan akan berhasil bila karakter yang diamati menunjukkan

nilai duga heritabilitas yang tinggi 328 dan variabilitas yang luas. Pada karakter

yang mempunyai nilai duga heritabilitas yang tinggi, menunjukkan bahwa

pengaruh genetik lebih berperan dibanding pengaruh lingkungan. Selain hal

tersebut informasi keeratan (korelasi) antara karakter komponen hasil dengan

hasil juga diperlukan. Semakin tinggi nilai koefisien korelasi, semakin erat

(25)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

(STPP) Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut, yang

dimulai pada bulan Juli 2010 hingga bulan September 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit varietas Bima,

Kuning, Katumi, Maja dan Sembrani yang merupakan varietas yang

dikembangkan pada daerah dataran tinggi, Jawa Barat. Pupuk kandang sapi

sebagai pupuk dasar, pupuk Urea, ZA, KCl, TSP sebagai pupuk susulan,

insektisida untuk mengatasi hama, fungisida untuk mengatasi penyakit, serta

bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mempersiapkan lahan, pacak

sampel, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, timbangan untuk

menimbang pupuk dan bobot tanaman, tali plastik untuk membatasi lahan,

kamera digital untuk mendokumentasikan penelitian, alat tulis, serta alat lain yang

mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok

(RAK) non faktorial. Adapun varietas yang digunakan adalah varietas: Bima

(V1), Katumi(V2), Kuning (V3), Maja (V4), Sembrani (V5). Penanaman dengan

menggunakan sistem tanam dengan dua baris untuk setiap varietas (double rows

(26)

Jumlah blok/ulangan : 3 blok

Jarak tanam : 20 cm x 20 cm

Jumlah baris/blok : 10 baris

Jumlah tan/barisan/varietas : 40 tanaman

Jumlah sampel/baris : 4 sampel

Jumlah sampel seluruhnya : 120 sampel

Jumlah tanaman/blok : 400 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 1200 tanaman

Jarak antar blok : 50 cm

Ukuran plot : 220 cm x 820 c m

Data yang dikumpulkan dianalisis dengan sidik ragam Rancangan Acak

Kelompok (RAK) non faktorial yaitu sebagai berikut:

Yij = µ + αi + βj + εij

i=1,2,3 j=1,2,3,4,5

Dimana:

Yij = hasil pengamatan pada blok ke-i terhadap varietas ke-j.

µ = nilai tengah rata-rata.

αi = efek blok ke-i.

βj = efek varietas ke-j.

εij = efek galat percobaan pada blok ke-i terhadap varietas ke-j.

Jika dari hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka

dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan

(27)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Areal penanaman yang akan digunakan terlebih dahulu diukur sesuai

dengan kebutuhan dengan membuat 3 plot dimana ukurannya 220 cm x 820 cm.

Dibuat parit dengan kedalaman 50 cm dan jarak dengan plot 50 cm. Lalu

dibersihkan dari gulma-gulma yang ada hingga benar-benar bersih.

Persiapan Bibit

Umbi diseleksi yang memilliki terasa padat yang berasal dari tanaman

yang dipanen cukup tua, kemudian dikeringkan. Umbi yang akan ditanam

dipotong ⅓ bagian atasnya secara melintang dua hari sebelum penanaman setelah

itu diberikan zat pemancing (berupa zpt) dalam kadar rendah agar

pertumbuhannya cepat.

Penanaman Bibit

Areal tanam yang telah dibersihkan, dibuat lubang tanam dengan jarak

20cm x 20cm. Lubang tanam yang telah dibuat kemudian dimasukkan bibit dan

ditutup kompos setengah dari bagian umbi bawang.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu sebelum penanaman sebagai

pupuk dasar dan sesudah penanaman sebagai pupuk susulan. Untuk pupuk dasar

digunakan kotoran sapi sebanyak 1,5 kg per plot dengan pemberian 3 minggu

sebelum penanaman. Untuk pupuk susulan sesuai taraf normal dengan dosis Urea

5 gr/m, TSP 3 gr/m, ZA 2,5 gr/m dan KCl 2 gr/m secara larikan dengan

(28)

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman

tetap dilakukan pagi atau sore hari jika tidak terjadi hujan.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila terdapat bibit yang tidak tumbuh atau

pertumbuhannya tidak baik. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 2

MST dengan menggunakan tanaman cadangan.

Penyiangan

Untuk menghindari persaingan antara gulma dengan tanaman, maka

dilakukan penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau dengan

menggunakan cangkul kemudian dibersihkan gulma yang ada di dalam maupun di

luar plot penelitian. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan untuk menjaga agar tanaman tidak mudah rebah

dam untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Pembumbunan dilakukan

bersamaan dengan penyiangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida

sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida

dengan konsentrasi 2cc/liter air. Kemudian disemprotkan pada tanaman yang

(29)

Panen

Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman dengan

mekanis. Pemanenan dilakukan setelah bawang merah benar-benar telah cukup

tua. Kriteria panen yaitu masa panen ± 80 hari (tergantung varietas), sekitar 60-70

% dari seluruh tanaman daun-daunnya menguning atau mengering dan batang

leher umbi terkulai. Jangan sampai batangnya putus dan umbinya tertinggal dalam

tanah. Terkadang juga tampak umbi di permukaan tanah yang telah mengalami

pembesaran. Pemanenan dilakukan setelah tanah betul-betul kering atau setelah

terik matahari di siang hari. Agar umbi yang dipanen tidak basah. Teknik

pemanenan dengan cara mencabut daun tanaman bawang dengan cara

menyamping agar daun tidak putus dan umbi tidak tinggal dalam tanah.

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur dari leher umbi sampai ujung tanaman tertinggi.

Pengukuran tinggi tanaman mulai dilakukan saat tanaman berumur 2 MST hingga

memasuki fase generatif, yang dilakukan dengan interval 1 minggu sekali.

Jumlah Daun per Rumpun

Jumlah daun per rumpun yaitu dengan cara menghitung jumlah seluruh

daun yang muncul pada anakan untuk setiap rumpunnya. Dimulai dari umur

tanaman 2 MST hingga memasuki fase generatif.

Jumlah Anakan per Rumpun

Jumlah anakan per rumpun dihitung saat tanaman berumur 2 MST hingga

(30)

Umur Panen

Umur panen dihitung pada setiap varietas. Umur panen dihitung setelah

bawang merah benar-benar cukup tua, untuk mendapatkan umbi untuk bibit.

Dengan pertanda daunnya menguning dan umbinya padat/mengeras.

Bentuk Daun

Bentuk dan dilihat dengan cara memotong daun secara melintang

kemudian dilihat bentuk penampang pada daun. Dilihat 5 minggu setelah tanam

sewaktu memasuki masa generatif.

Warna Daun

Warna daun dilihat 5 minggu setelah tanam yaitu pada masa puncak masa

vegetatif. Warna daun dilihat berdasarkan tiap varietasnya.

Serangan Penyakit

Pengamatan dilakukan setiap minggunya setelah 2 MST yaitu bagian daun

dan setelah panen yaitu bagian cakram (batang pokok rudimenter) dan bagian

umbi. Dilihat tanaman yang terkena penyakit dan diindentifikasi jenis penyakit.

Bentuk Umbi

Bentuk umbi diamati setelah umbi dipanen dan dikeringkan. Bentuk umbi

yang dilihat pada masing-masing sampel dari setiap varietas.

Warna Umbi

Sama halnya dengan bentuk umbi, warna umbi diamati setelah umbi

(31)

Diameter Umbi

Diameter umbi diukur dengan menggunakan jangka sorong setelah umbi

dipanen dan dikeringkan. Pengukuran diameter dilakukan pada bagian tengah

umbi dalam satu tanaman.

Tinggi Umbi

Tinggi umbi diukur dengan menggunakan penggaris setelah umbi dipanen

dan dikeringkan. Pengukuran tinggi umbi dimulai dari batang rudimenter sampai

ke ujung umbi tempat tumbuhnya tunas daun.

Umur Mulai Berbunga

Umur mulai berbunga dihitung mulai dari pucuk daun bawang yang telah

memiliki bunga muda yang berbentuk seperti mahkota padat.

Berat Umbi Basah

Berat umbi dihitung setiap sampel dalam setiap varietas. Berat per umbi

dihitung setelah umbi dikeringkan ± 1 minggu setelah panen.

Berat Umbi Kering per Rumpun

Umbi yang telah dipanen dan dikeringkan selama ± 2 minggu, kemudian

dipisahkan berdasarkan varietasnya. Tiap rumpun, dipisahkan anakan umbinya

kemudian dihitung berat umbinya.

Susut Bobot Umbi

Bobot umbi setiap varietas ditimbang setelah umbi dipanen dan dijemur

selama seminggu tanpa langsung terkena cahaya matahari. Dengan syarat umbi

bersih dari tanah serta daun telah dipotong lebih kurang 1 cm dari umbi dan

(32)

Dihitung dengan rumus:

Produksi (ton/ha)

Produksi (ton/ha) diperoleh setelah umbi dikeringkan dan didapati berat

umbi kering per rumpun. Kemudian dicari populasi tanaman bawang dalam 1 Ha

dengan rumus:

Populasi/Ha = 10.000�

2

����������

Setelah populasi didapat kemudian produksi (ton/ha) setiap varietas dihitung

dengan rumus:

Produksi/Ha =� Bobot Kering × Populasi/Ha

Susut bobot (%) = Berat umbi sebelum dijemur – berat umbi setelah dijemur

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil pengolahan data, diperoleh bahwa varietas yang diuji berbeda

nyata terhadap jumlah anakan, diameter umbi, tinggi umbi dan susut bobot umbi.

Tetapi tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat umbi

basah, berat umbi kering dan produksi (ton/ha).

Tinggi Tanaman (cm)

Data tinggi tanaman bawang merah umur 2,3,4, dan 5 masa setelah tanam

dapat dilihat pada lampiran 1,3,5 dan 7 sedangkan sidik ragamnya dapat dilihat

pada lampiran 2,4,6, dan 8.

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas

yang diuji tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah pada 2, 3,

4, dan 5 masa setelah tanam.

Rataan tinggi tanaman pada varietas yang diuji umur 2,3,4 dan 5 minggu

setelah tanam (MST) dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada umur 2,3,4 dan 5 minggu setelah tanam (MST).

Varietas 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST

V1=Bima 21,23 29,42 37,83 40,82

V2=Katumi 21,46 31,08 41,70 41,78

V3=Kuning 23,01 30,48 38,70 40,83

V4=Maja 24,93 34,53 43,75 46,44

(34)

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tertinggi pada 5

MST terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan yaitu 50,27 cm dan tinggi

tanaman terendah terdapat pada varietas Bima dengan rataan yaitu 40,82 cm.

Jumlah Daun (helai)

Berdasarkan data pengamatan jumlah daun tanaman bawang merah dapat

dilihat pada lampiran 9,11,13, dan 15 dan sidik ragamnya dapat dilihat di lampiran

10, 12, 14, dan 16.

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas

yang diuji tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun pada umur 2, 3, 4, dan 5

minggu setelah tanam.

Rataan jumlah daun pada varietas yang diuji umur 2,3,4 dan 5 minggu

setelah tanam (MST) dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai) pada umur 2,3,4 dan 5 minggu setelah tanam (MST).

Varietas 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST

V1=Bima 9,4 14,2 16,7 14,3

V2=Katumi 9,4 13,9 16,2 15,9

V3=Kuning 10,6 15,7 18,1 16,8

V4=Maja 10,3 14,9 17,2 11,9

V5=Sembrani 10,2 16,2 18,8 16,9

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah daun terbesar pada 5 MST

terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan yaitu 16,9 helai dan jumlah daun

(35)

Jumlah Anakan per Rumpun (umbi)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam jumlah anakan per rumpun

(lampiran 17 dan 18) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji berbeda nyata

terhadap jumlah anakan per rumpun. Rataan jumlah anakan per rumpun pada

berbagai varietas yang diuji dapat dilihat di tabel 3.

Tabel 3.Rataan Jumlah Anakan per Rumpun (umbi) pada berbagai varietas

Varietas Rataan

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD).

Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa jumlah anakan per rumpun tertinggi

terdapat pada varietas Katumi dengan rataan yaitu sejumlah 6,3 anakan yang

berbeda nyata terhadap varietas Sembrani tetapi tidak berbeda nyata terhadap

varietas Bima, Kuning dan Maja. Jumlah anakan terendah terdapat pada varietas

Sembrani dengan rataan sejumlah 3,0 anakan.

Diameter Umbi (cm)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diameter umbi (lampiran 19

dan 20) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji berbeda nyata terhadap diameter

(36)

Rataan diameter umbi per tanaman sampel pada berbagai varietas yang

diuji dapat dilihat di tabel 4.

Tabel 4.Rataan diameter umbi (cm) pada berbagai varietas

Varietas Rataan

V1=Bima 2,02 cd

V2=Katumi 2,22 b

V3=Kuning 1,95 d

V4=Maja 2,12 bc

V5=Sembrani 2,73 a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD).

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa diameter umbi terbesar terdapat

pada varietas Sembrani yaitu 2,73 cm yang berbeda nyata terhadap varietas Bima,

Katumi, Kuning dan Maja. Diameter umbi yang terkecil terdapat pada varietas

Kuning yaitu 1,95 cm.

Tinggi Umbi (cm)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam tinggi umbi (lampiran 21

dan 22) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji berbeda nyata terhadap tinggi

(37)

Tabel 5. Rataan tinggi umbi (cm) pada berbagai varietas

Varietas Rataan

V1=Bima 2,18 d

V2=Katumi 2,63 b

V3=Kuning 2,35 c

V4=Maja 2,27 cd

V5=Sembrani 3,45 a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD).

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat tinggi umbi tertinggi terdapat pada

varietas Sembrani yaitu 3,45 cm yang berbeda nyata terhadap varietas Bima,

Katumi, Kuning dan Maja. Tinggi umbi yang terendah terdapat pada varietas

Bima yaitu 2,18 cm.

Berat Umbi Basah (gr)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam berat umbi basah per umbi

(lampiran 23 dan 24) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji tidak berbeda nyata

terhadap berat umbi basah per rumpun. Rataan berat umbi basah per rumpun pada

(38)

Tabel 6. Rataan berat umbi basah (gr) per rumpun

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa berat umbi basah terbesar terdapat

pada varietas Kuning dengan rataan yaitu 34,71 gr dan berat umbi basah terendah

terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan yaitu 25,26 gr.

Berat Umbi Kering (gr)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam berat umbi kering per

rumpun (lampiran 25 dan 26) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji tidak

berbeda nyata terhadap berat umbi kering. Rataan berat umbi kering per rumpun

pada varietas yang diuji dapat dilihat pada tabel 7.

(39)

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa berat umbi kering terbesar

terdapat pada varietas Kuning dengan rataan yaitu 28,51 gr dan berat umbi kering

terendah terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan yaitu 20,05 gr.

Susut Bobot Umbi (%)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam susut bobot umbi (lampiran

27 dan 28) dapat dilihat bahwa varietas yang diuji berbeda nyata terhadap susut

bobot umbi. Rataan susut bobot umbi pada varietas yang diuji dapat dilihat pada

tabel 8.

Tabel 8.Rataan susut bobot umbi (%) pada berbagai varietas

V5=Sembrani 20,69 b

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD).

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa susut bobot umbi terbesar terdapat

pada varietas Katumi yaitu 23,38 % yang berbeda nyata terhadap varietas Bima,

Kuning, Maja dan Sembrani. Susut bobot umbi terendah terdapat pada varietas

Bima yaitu 16,86 %.

Umur Mulai Panen (hari)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam umur mulai panen

(40)

terhadap umur mulai panen. Rataan umur mulai panen pada varietas yang diuji

dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9.Rataan umur mulai panen (hari) pada berbagai varietas

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa umur mulai panen terbesar

terdapat pada varietas Kuning dengan rataan 61,67 hari dan umur mulai panen

terendah terdapat pada varietas Katumi dengan rataan 56,00 hari.

Bentuk Daun

Bentuk daun pada setiap varietas bawang merah berbeda-beda bentuknya.

Bentuk daun setiap varietas dapat dilihat pada lampiran 31. Untuk varietas Bima

memiliki bentuk daun silindiris berlubang. Untuk varietas Katumi memiliki

bentuk daun silindiris pipa. Untuk varietas Kuning memiliki bentuk daun silindiris

pipa. Untuk varietas Maja memiliki bentuk daun silindiris berlubang. Untuk

varietas Sembrani memiliki bentuk daun silindiris pipih.

Warna Daun

Warna daun pada setiap varietas bawang merah berbeda-beda. Warna daun

setiap varietas dapat dilihat pada lampiran 32. Untuk varietas Bima memiliki

(41)

varietas Kuning memiliki warna daun hijau kekuningan. Untuk varietas Maja

memiliki warna daun hijau tua. Untuk varietas Sembrani memiliki warna daun

hijau muda.

Serangan Penyakit

Serangan penyakit dari setiap varietas bawang dapat dilihat pada daun

tanaman yaitu sebelum panen dan pada setiap anakan umbi setelah panen.

Banyaknya sampel yang terkena penyakit di setiap jenis varietas bawang dapat

dilihat pada lampiran 33. Untuk varietas Bima memiliki jenis penyakit layu

fusarium yang terbanyak didapati pada daun dengan jumlah 15 tanaman sampel

dan 35 busuk leher batang pada anakan umbi. Untuk varietas Katumi memiliki

jenis penyakit layu fusarium yang terbanyak didapati pada daun dengan jumlah 13

tanaman sampel dan 36 busuk leher batang pada anakan umbi. Untuk varietas

Kuning memiliki jenis penyakit layu fusarium yang terbanyak didapati pada daun

dengan jumlah 11 tanaman sampel dan 55 busuk leher batang pada anakan umbi.

Untuk varietas Maja memiliki jenis penyakit layu fusarium yang terbanyak

didapati pada daun dengan jumlah 10 tanaman sampel dan 33 busuk umbi pada

anakan umbi. Untuk varietas Sembrani memiliki jenis penyakit embun tepung

yang terbanyak didapati pada daun dengan jumlah 8 tanaman sampel dan 43

busuk leher batang pada anakan umbi.

Dari lampiran 38 dapat dilihat analisis data serangan penyakit. Dari data

dapat dilihat bahwa tingkat atau urutan penyakit yang menyerang varietas bawang

merah. Didapat bahwa nilai H2 lebih kecil dari nilai x2 .05. Hal ini berarti setiap

varietas tidak memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Semua varietas peka

(42)

Umur Berbunga

Dilihat secara pengamatan visual, tanaman sampel tidak ada yang

mengeluarkan bunga, tetapi dilihat dari populasi tanaman bawang keseluruhan

hanya 2 varietas tanaman bawang merah yang mengeluarkan bunga. Kedua

varietas tersebut adalah varietas Katumi dan varietas Sembrani.

Bentuk Umbi

Bentuk umbi pada setiap varietas bawang merah berbeda-beda bentuknya.

Bentuk umbi setiap varietas dapat dilihat pada lampiran 33. Untuk varietas Bima

memiliki bentuk umbi bulat. Untuk varietas Katumi memiliki bentuk umbi bulat

melonjong. Untuk varietas Kuning memiliki bentuk umbi bulat meruncing. Untuk

varietas Maja memiliki bentuk umbi bulat. Untuk varietas Sembrani memiliki

bentuk umbi bulat.

Warna Umbi

Warna umbi pada setiap varietas bawang merah berbeda-beda. Warna

umbi setiap varietas dapat dilihat pada lampiran 34. Untuk varietas Bima memiliki

warna umbi merah gelap terbanyak yaitu 19 umbi dan lainnya 5 umbi merah.

Untuk varietas Katumi memiliki warna umbi merah terbanyak yaitu 22 umbi dan

lainnya 2 umbi merah muda. Untuk varietas Kuning memiliki warna umbi merah

gelap terbanyak yaitu 22 umbi dan lainnya 2 umbi merah. Untuk varietas Maja

memiliki warna umbi merah gelap terbanyak yaitu 19 dan lainnya 5 umbi merah.

Untuk varietas Sembrani memiliki warna umbi merah muda.

Produksi (ton/ha)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam produksi (ton/ha) (lampiran

(43)

produksi (ton/ha). Rataan produksi (ton/ha) pada varietas yang diuji dapat dilihat

pada tabel 10.

Tabel 10.Rataan produksi (ton/ha) pada berbagai varietas

Varietas Rataan

V1=Bima 5,69

V2=Katumi 6,13

V3=Kuning 7,13

V4=Maja 5,56

V5=Sembrani 5,01

Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa produksi terbesar terdapat pada

varietas Kuning dengan rataan yaitu 7,13 ton/ha dan produksi terendah terdapat

pada varietas Sembrani dengan rataan yaitu 50,01 ton/ha.

Heritabilitas

Dari hasil yang diperoleh, heritabilitas dari setiap varietas per parameter

menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Dimana nilai dari heritabilitas dapat

dideskripsikan yaitu 0<H2<1. Nilai heritabilitas dari setiap parameter per varietas

(44)

Tabel 11. Nilai Heritabilitas setiap Varietas.

Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat nilai heritabilitas tertinggi setiap peubah

terdapat pada varietas yang berbeda-beda. Varietas Kuning memiliki nilai

heritabilitas tertinggi pada peubah tinggi tanaman (0,79) dan jumlah anakan

(0,90). Varietas Sembrani memiliki nilai heritabilitas tertinggi pada peubah

jumlah daun (0,88), diameter umbi (0,98), tinggi umbi (0,98), dan susut bobot

umbi (0,91). Varietas Maja memiliki nilai heritabilitas tertinggi pada peubah berat

(45)

Pembahasan

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam diperoleh bahwa varietas yang

diuji berbeda nyata terhadap parameter jumlah anakan yang terbesar terdapat pada

Katumi dengan rataan 6,3 anakan, diameter umbi yang terbesar terdapat pada

varietas Sembrani dengan rataan 2,73 cm, tinggi umbi yang tertinggi terdapat pada

varietas Sembrani dengan rataan 3,45 cm dan susut bobot umbi yang terbesar

terdapat pada varietas Katumi dengan rataan 23,38 %.

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam diperoleh bahwa varietas yang

diuji tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman yang tertinggi

terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan 50,27 cm, jumlah daun yang

terbesar terdapat pada varietas Sembrani dengan rataan 16,9 helai, berat umbi

basah yang terbesar terdapat pada varietas Kuning dengan rataan 34,71 gr dan

berat umbi kering yang terbesar terdapat pada varietas Kuning dengan rataan

28,51 gr.

Dilihat dari hasil sidik ragam, rataan tinggi tanaman dan jumlah daun yang

terbesar terdapat pada varietas Sembrani. Untuk parameter tinggi tanaman yaitu

50,27 cm dan parameter jumlah daun yaitu 16,9 helai. Dari data deskripsi yang

dikeluarkan oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran Brebes, tertera bahwa tinggi

tanaman dan jumlah daun varietas Sembrani memiliki kisaran tertinggi

dibandingkan dengan varietas lain.

Dari hasil sidik ragam yang diperoleh, rataan jumlah anakan yang terbesar

terdapat pada varietas Katumi yaitu 6,3 anakan dan terendah terdapat pada

varietas Sembrani yaitu 3,0 anakan. Dari data deskripsi yang dikeluarkan oleh

(46)

memiliki kisaran tertinggi yaitu 9-11 umbi dibandingkan dengan varietas lain.

Jumlah anakan yang didapat dari hasil analisis belum mencapai kisaran jumlah

anakan pada deskripsi. Hal ini dikarenakan tanaman kekurangan ketersediaan

unsur hara khususnya unsur nitrogen pada masa awal generatif yaitu masa

pembentukan anakan. Hal ini sesuai dengan Sipayung (2010) yang menyatakan

bahwa meningkatnya pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah akibat

pemberian nitrogen berkaitan dengan pernanan nitrogen yang dapat mempercepat

laju pertumbuhan tanaman. Unsur hara tercuci akibat hujan yang lebat pada awal

masa generatif 5 minggu setelah tanam yaitu pada bulan Agustus 2010. Dilihat

dari lampiran data Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika (2009), tertera bahwa curah hujan bulan Agustus 2010 memiliki rataan

20,12 mm yang dikatakan hujan lebat.

Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa diameter umbi terbesar terdapat

pada varietas Sembrani yaitu 2,73 cm dan yang terkecil pada varietas Kuning

yaitu 1,95 cm. Dilihat dari data deskripsi yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian

Sayuran Lembang, tertera bahwa diameter umbi varietas Sembrani memiliki

diameter yang terbesar diantara varietas lainnya yaitu mencapai 2-3,5 cm.

Dari hasil sidik ragam yang diperoleh, tinggi umbi tertinggi terdapat pada

varietas Sembrani yaitu 3,45 cm dan yang terendah pada varietas Bima yaitu 2,18

cm. Dilihat dari data deskripsi yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Sayuran

Lembang, tertera bahwa tinggi umbi varietas Sembrani memiliki umbi yang

tertinggi dengan kisaran 3,3-3,8 cm dibandingkan varietas lainnya yang hanya

(47)

Dilihat dari sidik ragam yang diperoleh, berat umbi basah dan berat umbi

kering terbesar terdapat pada varietas Kuning. Jika dibandingkan dengan

deskripsi, berat umbi basah yang diperoleh berada dibawah nilai minimum

deskripsi. Hal ini dikarenakan varietas ini lebih dipengaruhi oleh lingkungan,

sehingga penampakan gennya dilihat dari produksi tidak mencapai rataan

produksi yang optimum. Hal ini sesuai dengan Allard (2005) yang menyatakan

gen dari tanaman tidak dapat menyebabkan berkembangnya suatu karakter

terkecuali bila mereka berada dalam kondisi yang sesuai. Jika mereka berada

dalam kondisi yang tidak sesuai maka tidak ada pengaruh gen terhadap

berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan

Dilihat dari hasil sidik ragam yang diperoleh, susut bobot umbi yang

terbesar terdapat pada varietas Katumi sebesar 23,38 %. Susut bobot yang

diperoleh terlalu besar jika dibandingkan besar susut bobot umbi sampai umbi

benar-benar kering. Hal ini sesuai dengan Wibowo (1995) yang menyatakan

bahwa biasanya pengeringan sudah dianggap cukup dan bawang merah sudah

cukup kering kalau beratnya sudah susut sampai 15 – 20 %. Hal ini disebabkan

karena musim hujan yang membuat air berkelebihan sehingga besar susut bobot

umbi melebihi dari susut bobot umbi biasanya.

Jika dilihat data heritabilitas, peubah dari varietas Sembrani memiliki nilai

heritabilitas lebih tinggi dan mendekati satu dibandingkan varietas lainnya, seperti

jumlah daun (0,88), diameter umbi (0,98), tinggi umbi (0,98) dan susut bobot

umbi (0,91). Varietas Sembrani memiliki nilai heritabilitas yang tinggi mendekati

1. Faktor genetik berpengaruh besar terhadap varietas Sembrani dan kurang

(48)

bahwa apabila variasi genetik dalam suatu populasi besar, ini menunjukkan

individu dalam populasi beragam sehingga peluang untuk memperoleh genotip

yang diharapkan akan besar. Pendugaan nilai heritabilitas tinggi menunjukkan

bahwa faktor pengaruh genetik lebih besar terhadap penampilan fenotip bila

dibandingkan dengan lingkungan.

Jika dilihat data serangan penyakit secara visual, jenis penyakit dapat

dilihat pada daun dan umbi bawang. Jenis penyakit yang paling banyak

menyerang daun adalah layu fusarium yang menyerang 40 tanaman sampel.

Penyakit ini sangat banyak menyerang umbi karena penularannya melalui akar,

sehingga jika terjadi kontak akan memperbanyak jumlah anakan yang terinfeksi

dan cepat. Hal ini sesuai dengan Rahayu dan Berlian (1999) yang menyatakan

infeksi layu fusarium dimulai dari akar atau luka pada umbi. Jenis penyakit yang

paling banyak menyerang umbi bawang adalah busuk leher batang yang

menyerang 166 anakan tanaman sampel. Penyakit busuk leher batang dapat

menyerang bawang di areal pertanaman dan sewaktu disimpan, sehingga

penularan lebih besar menyerang banyak umbi. Hal ini sesuai dengan Rahayu dan

Berlian (1999) yang menyatakan bahwa leher batang atau pangkal batang tampak

bewarna kelabu, lunak, kebasahan dan melekuk kedalam. Penyakit ini dapat

menjalar ke bagian umbi. Serangan dapat terjadi di lahan pertanaman, selain itu

(49)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penanaman bawang merah asal jawa pada musim hujan menunjukkan adanya

perbedaan terhadap parameter jumlah anakan, tinggi umbi, diameter umbi dan

susut bobot umbi tetapi tidak berbeda secara statistik terhadap tinggi tanaman,

jumlah daun, berat umbi basah, berat umbi kering dan produksi.

2. Varietas yang paling baik pada penanaman bawang merah di musim hujan

adalah varietas Kuning yang memiliki produksi dominan dari varietas lainnya

yaitu 7,13 ton/ha tetapi memiliki nilai heritabilitas yang rendah pada peubah

produksi yang berarti jika varietas ditanam pada kondisi lain akan berubah

sesuai lingkungan.

Saran

Untuk penanaman bawang merah pada musim hujan, perlu diperhatikan

drainase dan airenase yang baik agar tanah tidak mengandung banyak air.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R.W.,2005. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Terjemahan Manna dan Mulyani. Rieka Bina Aksara, Jakarta.

Ashari, 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta.

Bahar, M., dan A. Zein, 1993. Parameter Genetik Pertumbuhan Tanaman, Hasil

dan Komponen Hasil Jagung. Zuriat 4(1):4-7. dalam Sudarmadji, R.

Mardjono dan H. Sudarmo., 2007. Variasi Genetik, Heritabilitas, dan Korelasi Genotipik Sifat-Sifat Penting Tanaman Wijen (Sesamum indicum L.). Jurnal Littri Vol. 13 No. 3, September 2007: hal. 88 – 92.

Berita Resmi PVT., 2008. Pendaftaran Hasil Pemuliaan. Badan litbang Pertanian, Bandung.

Hadie, L, E., 2000. Evaluasi Fenotipik, Heritabilitas dan Korelasi antara Komponen Hasil dengan Hasil Bawang Merah di Lahan Rawa Lebak. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Tawar 2.

http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php/, 2002. Ilmu Pemuliaan dan Genetika. Diakses tanggal 01 Juli 2010.

tanggal 01 Juni 2010.

Ismail, G., 2001. Ekologi Tumbuhan dan Tanaman Pertanian. Angkasa Raya, Padang.

Lampiran Keputusan Menteri Pertanian, 2007. Deskripsi Bawang. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, Bandung.

Lampiran Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, 2009. Pelayanan Jasa Informasi Klimatologi Daerah Pinang Baris, Medan.

Mangoendidjojo, 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Rahayu, E., dan Berlian, N, VA., 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rubatzky, V.E., dan Yamaguchi, M., 1998. Sayuran Dunia 2. Prinsip, produksi dan Gizi. Penerbit ITB. Bandung.

Rukmana, R.Ir. Budidaya Bawang Merah dan Pengolahan Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sipayung, A. M, 2010. Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Bawang

(51)

Sitompul, S. M, dan B. Guritno., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Suharsono, M. Jusuf, dan A.P. Paserang. 2006. Analisis ragam, heritabilitas, dan pendugaan kemajuan seleksi populasi F2 dari persilangan kedelai kultivar Slamet x Nokonsawon. Jurnal Tanaman Tropika. 9 (2): 86-93.

Steel, Robert G D & Torrie, James H., 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sumarni, N, dan Hidayat, A., 2005. Panduan Teknis Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.

Tim Bina Karya Tani, 2008. Pedoman Bertanam Bawang merah. CV Yrama Widya. Bandung.

Tjitrosoepomo., G. 1993., Taksonomi Umum (Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Welsh, J.R., 2005. Fundamentals of Plant Gnenetics and Breeding. John Wiley and Sons, New York. 453 pp.

(52)

Lampiran 1. Data Tinggi Tanaman (cm) 2 MST

Varietas Blok Jumlah Rataan

I II III

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST

Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05

Lampiran 3. Data Tinggi Tanaman (cm) 3 MST

Varietas Blok Jumlah Rataan

(53)

Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST

Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05

Lampiran 5. Data Tinggi Tanaman (cm) 4 MST

Varietas Blok Jumlah Rataan

I II III

Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST

Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST

(54)

Lampiran 7. Data Tinggi Tanaman (cm) 5 MST

Varietas Blok Jumlah Rataan

I II III

Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST

Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05

Lampiran 9 Data Jumlah Daun (helai) 2 MST

Varietas Blok Jumlah Rataan

(55)

Lampiran 10 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST

Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05

Lampiran 11 Data Jumlah Daun (helai) 3 MST

Varietas Blok Jumlah Rataan

I II III

Lampiran 12 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST

Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST

(56)

Lampiran 13 Data Jumlah Daun (helai) 4 MST

Varietas Blok Jumlah Rataan

I II III

Lampiran 14 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST

Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05

Lampiran 15 Data Jumlah Daun (helai) 5 MST

Varietas Blok Jumlah Rataan

(57)

Lampiran 16 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST

Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05

Lampiran 17 Data Jumlah Anakan (buah) per Rumpun

Varietas Blok Jumlah Rataan

I II III

Lampiran 18 Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan per Rumpun

Sidik Ragam Jumlah Anakan

(58)

Lampiran 19 Data Diameter (cm) Umbi

Varietas Blok Jumlah Rataan

I II III

Lampiran 20 Daftar Sidik Ragam Diameter Umbi

Sidik Ragam Diameter Umbi

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05

Lampiran 21 Data Tinggi (cm) Umbi

Varietas Blok Jumlah Rataan

(59)

Lampiran 22 Daftar Sidik Ragam Tinggi Umbi

Sidik Ragam Tinggi Umbi

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05

Lampiran 23 Data Berat (gr) Umbi Basah per Rumpun

Varietas Blok Jumlah Rataan

I II III

Lampiran 24 Daftar Sidik Ragam Berat Umbi Basah per Rumpun

Sidik Ragam Berat Umbi Basah per rumpun

(60)

Lampiran 25 Data Berat (gr) Umbi Kering per Rumpun

Varietas Blok Jumlah Rataan

I II III

Lampiran 26 Daftar Sidik Ragam Berat Umbi Kering per Rumpun

Sidik Ragam Berat Umbi kering per rumpun

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05

Lampiran 27 Data Susut (%) Bobot Umbi

Varietas Blok Jumlah Rataan

(61)

Lampiran 28 Data Sidik Ragam Susut Bobot Umbi

Sidik Ragam Susut Bobot Umbi

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05

Lampiran 29 Umur Panen (hari)

Varietas Blok Jumlah Rataan

I II III

Lampiran 30 Data Sidik Ragam Umur Panen

Sidik Ragam Umur Panen

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05

Varietas 4.00 55.07 13.77 1.71 tn 3.48

Blok 2.00 12.13 6.07 0.75 tn 4.46

Galat 8.00 64.53 8.07

Total 14.00 131.73

Lampiran 31 Bentuk Daun

(62)

Lampiran 32 Warna Daun

Lampiran 33 Serangan Penyakit

Varietas

Lampiran 34 Bentuk Umbi

Varietas

Lampiran 35 Warna Umbi

(63)

Lampiran 36 Data Produksi (ton/ha)

Varietas Blok Jumlah Rataan

I II III

Lampiran 37 Daftar sidik ragam Produksi (ton/ha)

Sidik Ragam Produksi per Ha

Sumber DB JK KT F.Hitung Ket F.05

Lampiran 38 Analisis Data Serangan Penyakit

(64)

Lampiran 39 Foto Bawang Merah (blok)

Blok 1

Blok 2

(65)

Lampiran 40 Foto Sampel

Varietas Bima (V1)

Varietas Katumi (V2)

(66)

Varietas Maja (V4)

(67)

Lampiran 41 Tanaman Terinfeksi Penyakit

(68)
(69)

Lampiran 42 Deskripsi Tanaman Bawang Merah

Karakter Varitas Katumi Varitas Sembrani Varitas Maja

Asal Balai Penelitian

Tanaman Sayuran

Sisilah Bawang Merah

Singkil Gajah x

50 hari setelah tanam

Umur panen 53-56 hari setelah

tanam

54-56 hari setelah tanam

60 hari setelah tanam

Tinggi tanaman

35,0-46,2 cm 44,3-56,2 cm 24,3-43,7 cm

Bentuk daun Silindris Silindris Silindris berlubang

Warna daun Hijau muda Hijau muda Hijau tua

53-56 helai 24-32 helai 16-49 helai

Bentuk bunga seperti paying Seperti payung Seperti payung

Warna bunga Putih Putih Putih

Kemampuan berbunga

agak sukar berbunga

Agak sukar berbunga Agak mudah

Bentuk umbi Bulat Bulat Bulat

Bentuk biji bulat pipih Bulat pipih Bulat, keriput

(70)

Pengusul Balai Penelitian Sayuran

Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang

Balai Penelitian Tanaman Sayur Lembang

Peneliti Sartono Putra

Joko Pinilih, Rofik Basuki

Sartono Putra Joko Pinilih, Rofik Basuki

(71)

Karakter Varitas Bima Varitas Kuning

Asal Lokal Brebes Local Brebes

Silsilah - -

Golongan varitas - -

Umur mulai berbunga

50 hari setelah tanam 29-40 hari setelah tanam

Umur panen 60 hari setelah tanam 56-66 hari setelah tanam

Tinggi tanaman 34,5 cm 35,3 cm

Bentuk daun Silindris berlubang Silindris seperti pipa

Warna daun Hijau Hijau kekuning-kuningan

Jumlah daun per umbi

6-8 helai 5-7 helai

Jumlah daun per rumpun

14-50 helai 34-47 helai

Bentuk bunga Seperti paying Seperti paying

Warna bunga Putih Putih

Kemampuan berbunga

agak sukar Agak sukar berbunga

Bentuk umbi Lonjong Bulat ujung meruncing

Ukuran umbi Tinggi 2-3 cm, diameter 2-2.5

cm

tinggi 2,5-2,8 cm, diameter 2.0-2,5 cm

Berat per umbi 4-5 gr 5-15 gr

Berat umbi basah per rumpun

32-55gr 35 – 180 gr

Bentuk biji Bulat keriput Bulat keriput

Warna biji Hitam Hitam

Jumlah anakan 8-11 umbi 7-12 umbi

Susut bobot umbi 21,5% 21,5-22.0%

Daya simpan umbi

2-5 bulan setelah panen 2-3 bulan setelah panen

Resistensi

terhadap penyakit

Cukup tahan terhadap busuk umbi (Botrytis alii)

Cukup tahan terhadap

Alternaria porri

Kepekaan

terhadap penyakit

Peka terhadap busuk ujung daun Tidak tahan terhadap fusarium

Pengusul Balai Penelitian Tanaman Sayur

Lembang

Balai Penelitian Tanaman Sayur Lembang

Peneliti Hendro Sunarjono, Prasodjo,

Darliah, dan Nasran Horizon Arbain

(72)
(73)

No Jenis Kegiatan Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Persiapan Lahan X

2 Pemberian Pupuk

Kandang

X

3 Persiapan Bibit X

4 Penanaman X

5 Pemberian Pupuk

Urea, KCl, TSP, Za.

X X

6 Pemeliharaan

Tanaman

Penyiraman Dilakukan Sesuai Kondisi Lapangan

Penyiangan Dilakukan Sesuai Kondisi Lapangan

Pembumbunan Dilakukan Sesuai Kondisi Lapangan

Pengendalian H&P

Dilakukan Sesuai Kondisi Lapangan

(74)
(75)

Gambar

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada umur 2,3,4 dan 5 minggu setelah tanam (MST).
Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai) pada umur 2,3,4 dan 5 minggu setelah tanam (MST).
Tabel 3.Rataan Jumlah Anakan per Rumpun
Tabel 4.Rataan diameter umbi (cm) pada berbagai varietas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keterangan para Ahli Kitab yang digunakan sebagai tafsiral-Qur‟an adalah terutama yang berkaitan dengan qasas (kisah-kisah) para nabi dan umat pada masa lampau. Cuma

Keuntungan mengetahui pola sekuens, tidak hanya membantu proses identifikasi forensik tetapi juga dalam bidang antropologi dan arkeologi oleh karena perbedaan posisi

Hal tersebut dapat diartikan bahwa dengan menyerahkan pendidikan literasi keuangan pada orang tua padahal kebanyakan orang tua tidak menguasai dan tidak mempunyai

a. Penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini. Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua atau keluarga. Perlindungan dari pemberitaan

Putra Bengawan memiliki staf khusus penenganan keluhan pelanggan menggunakan bahan yang nyaman, desain dan motif batik yang lebih bagus Puspa Kencana memberikan potongan

Teori kontrak sosial adalah suatu pandangan yang melihat bahwa kewajiban moral dan politis seseorang bergantung pada suatu kontrak atau perjanjian diantara mereka untuk

Permasalahannya adalah Apakah variabel marketing mix yang terdiri dari produk, harga, distribusi dan promosi berpengaruh signifikan terhadap keputusan membeli minuman

Sri Wahyuningsih, dkk, Persepsi dan Sikap Penegak Hukum Terhadap Penanganan Kasus-Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) Sesuai dengan Undang-Undang Penghapusan KDRT Nomor 23