• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tipe Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tipe Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tipe Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tipe Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat)"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

TIPE KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA

(Studi Korelasional tentang Pengaruh Tipe Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun oleh :

Tomy Andrian

030904006

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI INI DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN OLEH :

NAMA : TOMY ANDRIAN

NIM : 030904006

DEPARTEMEN : ILMU KOMUNIKASI

JUDUL : TIPE KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA

(Studi Korelasional tentang Pengaruh Tipe Kepemimpinan

Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai di Sekretariat Daerah

Kabupaten Langkat)

Medan, September 2010

DOSEN PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN

DRA. FATMA WARDY LUBIS, MA

NIP. 196208281986012001 NIP. 195102191987011001

DRS.AMIR PURBA,MA

DEKAN FISIP USU

(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Tipe Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tipe Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara tipe kepemimpinan dengan kepuasan kerja pegawai di kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan berarti tidaknya hubungan antara tipe kepemimpinan dengan kepuasan kerja pegawai di kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat.

Populasi dalam penelitian ini adalah para pegawai di kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat yang berjumlah 199 orang pada tahun 2010. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 67 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu Proportional Stratified Random Sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,364, untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah tetapi pasti antara tipe kepemimpinan dan kepuasan kerja. Kemudian untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan Uji Determinan Korelasi dan menghasilkan kekuatan hubungan sebesar 13%.

(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ………. viii

BAB I PENDAHULUAN II.1. Pengertian Komunikasi ... 23

II.2. Komunikasi Organisasi ... 25

II.2.1. Pengertian Komunikasi Organisasi ... 25

II.2.2. Fungsi Pesan Komunikasi Organisasi ……….26

II.2.3. Arus Komunikasi dalam Organisasi ………26

II.3. Teori Kepemimpinan ………...27

II.3.1. Pengertian Kepemimpinan ………..27

II.3.2. Peranan Pemimpin ………..28

II.3.3. Gaya Kepemimpinan yang Efektif ……….31

(5)

II.4. Kepuasan Kerja ………..34

II.4.1. Pengertian Kepuasan Kerja ………34

II.4.2. Model Kepuasan Kerja ……….35

II.4.3. Respon terhadap Ketidakpuasan Kerja ………..36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….37

III.2. Metodologi Penelitian ……….. 47

III.3. Waktu dan Lokasi Penelitian ……… 48

III.4. Populasi dan Sampel ……….48

III.4.1. Populasi ……….48

III.4.2. Sampel ………...49

III.5. Teknik Penarikan Sampel ………. 51

III.6. Teknik Pengumpulan Data ……… 52

III.7. Teknik Analisis Data ……… 52

III.8. Uji Hipotesis ………. 53

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ……….. 55

IV.1.1. Tahap Awal ………. 55

IV.1.2. Pengumpulan Data ………55

IV.2. Teknik Pengolahan Data ………. 56

IV.3 Analisa Tabel Tunggal ……… 57

IV.3.1 Karakteristik Responden ………. 57

IV.3.2. Tipe Kepemimpinan ……… 61

(6)

DAFTAR TABEL

11 Tipe Kepemimpinan Benevolent Autocrat... 63

12 Tipe Kepemimpinan Birokrat ... 64

13 Tipe Kepemimpinan Kompromi ... 65

14 Tipe Kepemimpinan Missionari ... 66

15 Tipe Kepemimpinan Otokrat... 67

16 Tipe Kepemimpinan Desarter ... 68

17 Setiap Tipe Kepemimpinan Mempengaruhi Kepuasan Kerja ... 69

18 Karakteristik Pekerjaan dapat Memenuhi Kebutuhan ... 70

19 Kepuasan Kerja Tercapai jika pemenuhan Kerja Ter- capai ... 71

20 Kepuasan Kerja Tercapai dengan adanya sarana memadai .. 72

21 Anda merasa tepat berada di posisi pekerjaan anda saat ini . 73 22 Kepuasan kerja muncul dari hasil harapan yang terpenuhi ... 74

23 Gaji anda sesuai harapan ... 75

24 Instruksi pimpinan mampu memudahkan ketika bekerja ... 76

(7)

kerja ... 77

26 Pekerjaan yang anda pilih mampu memnuhi nilai kerja yang diinginkan ... 78

27 Posisi/jabatan memungkinkan anda dalam pemenuhan kebu tuhan nilai kerja yang penting ... 79

28 Sistem kerja di kantor menganut sistem persamaan ... 80

29 Anda merasa diperlakukan secara adil di tempat kerja ... 81

30 Kepuasan Kerja tercipta dari watak seseorang ... 82

31 Kepuasan kerja timbul dengan sendirinya oleh diri sendiri .. 83

32 Tipe kepemimpinan yang sesuai di tempat anda menimbul kan kepuasan anda dalam bekerja ... 84

33 Hubungan antara tipe kepemimpinan birokrat dengan kepua san kerja timbul dengan sendirinya oleh diri sendiri ... 86

34 Hubungan antara tipe kepemimpinan eksekutif dengan ins- truksi pimpinan mampu memudahkan ketika bekerja ... 88

35 Hubungan antara tipe kepemimpinan kompromi dengan Kepuasan kerja muncul dari hasil harapan yang terpenuhi ... 90

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

I.1 Model Teoritis ………. 18

(9)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Tipe Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tipe Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara tipe kepemimpinan dengan kepuasan kerja pegawai di kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan berarti tidaknya hubungan antara tipe kepemimpinan dengan kepuasan kerja pegawai di kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat.

Populasi dalam penelitian ini adalah para pegawai di kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat yang berjumlah 199 orang pada tahun 2010. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 67 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu Proportional Stratified Random Sampling.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,364, untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah tetapi pasti antara tipe kepemimpinan dan kepuasan kerja. Kemudian untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan Uji Determinan Korelasi dan menghasilkan kekuatan hubungan sebesar 13%.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi tidak hanya sebagai penyampaian dan pertukaran informasi

dari seseorang kepada orang lain atau kepada sekelompok orang, tetapi juga

sebagai sarana koordinasi dari segala aktifitas atau kegiatan yang berlangsung

dalam suatu organisasi atau perusahaan. Suatu organisasi terbentuk apabila suatu

usaha memerlukan lebih dari satu orang untuk menyelesaikannya. Organisasi

tidak dapat dijalankan oleh satu orang karena organisasi merupakan suatu struktur

hubungan manusia yang memerlukan komunikasi dan koordinasi dari setiap

elemen organisasi.

Komunikasi juga bisa menjadi motivator atau dapat mempengaruhi diri

seseorang dalam berpendapat, berfikir atau bertingkah laku. Proses komunikasi

dapat diartikan juga sebagai transfer informasi, artinya proses yang terjadi dengan

tujuan untuk mencapai saling pengertian antara pihak yang mengirim pesan

dengan pihak yang menerima pesan.

Peranan komunikasi dalam perusahaan sangatlah penting dalam mencapai

tujuan. Sesama karyawan dalam suatu perusahaan harus menjalin dan membina

komunikasi secara harmonis. Tujuan perusahaan tidak akan tercapai apabila tidak

adanya komunikasi antara sesama karyawan, baik secara vertikal maupun secara

(11)

Perusahaan/instansi pemerintahan merupakan suatu wadah kegiatan

orang-orang yang bekerja sama dalam suatu usaha untuk mencapai tujuannya

masing-masing. Wadah tersebut berisikan pembagian tugas, tanggung jawab, wewenang

dan hubungan antar dan sesama unit perusahaan.

Keberhasilan suatu organisasi untuk mencapai tujuan nya terletak pada

sumber daya manusia. Dengan kata lain manusia atau pegawai merupakan

penentu berhasilnya sebuah organisasi atau perusahaan. Itu berarti manusia

merupakan faktor dominan dalam organisasi yang harus mempunyai dedikasi,

loyalitas dan semangat kerja yang tinggi.

Dalam sebuah organisasi tentunya tidak lepas dari komunikasi, untuk itu Zelco dan Dance (Arni, 2004:66) menyatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, serta komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya.

Keseluruhan koordinasi dan komunikasi yang terjadi dalam suatu

organisasi dilakukan guna mencapai apa yang menjadi tujuan organisasi. Tujuan

setiap organisasi tentunya bervariasi, tergantung dari bidang yang digeluti oleh

organisasi tersebut dan untuk dapat menuju arah yang ingin dicapai, sebuah

organisasi memerlukan sosok seorang pemimpin.

Membicarakan kepemimpinan memang menarik, dan dapat dimulai dari

sudut mana saja ia akan diteropong. Dari waktu ke waktu kepemimpinan menjadi

perhatian manusia. Ada yang berpendapat masalah kepemimpinan itu sama tuanya

dengan sejarah manusia. Kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena adanya

suatu keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu pada manusia. Di satu pihak

(12)

yang mempunyai kelebihan kemampuan untuk memimpin. Di sinilah timbulnya

kebutuhan akan pemimpin dan kepemimpinan (Thoha, 2007:257)

Seorang pemimpin tentunya memiliki karakteristik tertentu seperti

memiliki kredibilitas, cakap, dan juga lebih superior dibandingkan dengan para

bawahannya. Oleh sebab itu seorang pemimpin merupakan orang yang memegang

kendali yang cukup kuat dalam pelaksanaan bidang kerja pada masing-masing

bagian. Perbedaan karakter tipe pemimpin, tak pelak dapat membuat suasana kerja

setiap bagian berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, kita dapat melihat

bagaimana suksesnya pembangunan moda transportasi Busway di Jakarta pada era

kepemimpinan Gubernur Sutiyoso. Pada saat pertama kali ide ini dimunculkan,

Sutiyoso sebagai seorang pemimpin mampu mengkomunikasikan kebijakan apa

yang akan ia berikan sebagai jalan pemecahan masalah kemacetan Kota Jakarta.

Selama proses pengerjaan, para bawahan yakni para pegawai Pemprov Jakarta

terus berkoordinasi dengan atasan mereka tersebut. Para pegawai juga merasa

puas karena pekerjaan yang mereka buat dihargai oleh pimpinan mereka dengan

memberikan perhatian di setiap progres kerja mereka. Selain di Kota Jakarta, kita

dapat melihat contoh lain yakni pemberian Akte Kelahiran dan KTP gratis di

Kota Medan pada era kepemimpinan Walikota Medan Abdillah. Semua itu terjadi

dikarenakan adanya koordinasi dan komunikasi yang baik antara bawahan selaku

pemberi gagasan dengan atasan selaku decision maker. Sehingga hasil akhir dari

itu semua adalah terciptanya keberhasilan pembangunan bagi masyarakat luas

secara umum dan secara khusus menciptakan kepuasan kerja pada diri para

pegawai. Ide mengenai KTP gratis ini sendiri merupakan ide yang dirangkum

(13)

itu, dan mereka menuangkan segala buah pikiran mereka kepada mantan Walikota

Abdillah. Tidak dapat disangsikan bahwa kerjasama yang harmonis antara

pimpinan dan bawahannya mampu menghasilkan kebijakan publik yang

menguntungkan masyarakat, dan para pegawai juga merasa puas dengan kinerja

mereka di Kantor Walikota Medan melihat tipe kepemimpinan Abdillah yang

bersikap menuntun bawahannya dalam melaksanakan segala tugas yang diberikan.

Dengan memiliki tipe pemimpin yang berbeda, tidak menutup

kemungkinan terjadi tingkat kepuasan kerja yang berbeda satu sama lain antar

bagian di suatu instansi pemerintahan. Seorang pemimpin memiliki andil yang

cukup tinggi dalam mendukung kenyamanan suasana dalam suatu hubungan

kerja. Para bawahan tentunya memiliki kriteria tertentu terhadap atasannya, yang

pada ujungnya memberikan dampak pada kepuasan kerja para pegawai.

Kepuasan kerja adalah suatu efektivitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi ini berarti bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal. Sebaliknya, seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau lebih aspek yang lainnya (Kreitner dan Kinicki 2003:271). Lima model kepuasan kerja yang menonjol akan menggolongkan penyebabnya. Penyebabnya adalah pemenuhan kebutuhan, ketidakcocokan, pencapaian nilai, persamaan, dan komponen watak/genetik. Ulasan singkat dari model-model ini akan memberi penjelasan konsep rumit yang terlihat sederhana.

Pemenuhan kebutuhan; Model-model ini menjelaskan bahwa kepuasan ditentukan oleh karakteristik dari sebuah pekerjaan memungkinkan seorang

individu untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai contoh, sebuah survei

akhir-akhir ini terhadap 30 lembaga bantuan hukum Massachusetts mengungkapkan

bahwa 35% hingga 50% dari rekan lembaga hukum meninggalkan para lembaga

itu pada tiga tahun awal karena lembaga tersebut tidak mengakomodir kebutuhan

keluarga. Contoh ini melukiskan bahwa kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat

mempengaruhi kepuasan maupun berhentinya karyawan. Walaupun model-model

ini memunculkan sejumlah besar kontroversi, tetapi secara umum diterima bahwa

(14)

Ketidakcocokan; Model-model ini menjelaskan bahwa kepuasan adalah hasil dari harapan yang terpenuhi. Harapan yang terpenuhi mewakili perbedaan antara

apa yang diharapkan oleh seorang individu dari sebuah pekerjaan, seperti upah

dan kesempatan promosi yang baik, dan apa yang pada kenyataannya diterimanya.

Pada saat harapan lebih besar daripada yang diterima, seseorang akan tidak puas.

Sebaliknya, model ini memprediksikan bahwa individu akan puas pada saat ia

mempertahankan output yang diterimanya dan melampaui harapan pribadinya

suatu meta analisis terdapat 31 penelitian yang mencakup 17.421 orang

menunjukan bahwa harapan yang terpenuhi secara signifikan berhubungan

dengan kepuasan kerja.

Pencapaian Nilai; Gagasan yang melandasi pencapaian nilai adalah bahwa kepuasan berasal dari persepsi bahwa suatu pekerjaan memungkinkan untuk

pemenuhan nilai-nilai kerja yang penting dari seorang individu. Pada umumnya,

penelitian secara konsisten mendukung prediksi bahwa pemenuhan nilai secara

positif berkaitan dengan kepuasan kerja. Oleh karna itu, para manajer dapat

meningkatkan kepuasan karyawan dengan melakukan strukturisasi lingkungan

kerja penghargaan dan pengakuan yang berhubungan dengan nilai-nilai karyawan.

Komponen Watak/Genetik; Sudah pernahkah Anda mengamati bahwa beberapa di antara rekan kerja atau teman Anda tampak puas dalam berbagai situasi kerja,

sedangkan orang yang lain selalu terlihat tidak puas? Model kepuasan disini

berusaha untuk menjelaskan pola tersebut. Secara khusus, model watak/genetik

didasarkan pada keyakinan bahwa kepuasan kerja merupakan sebagian fungsi dari

sifat pribadi maupun faktor genetik. Oleh karenanya, model ini menunjukan

bahwa perbedaan individu yang stabil adalah sama pentingnya dalam menjelaskan

kepuasan kerja dengan karakteristik lingkungan kerja. Walaupun hanya sedikit

penelitian yang telah menguji pernyataan ini, hasilnya memperlihatkan hubungan

yang positif dan signifikan antara sifat pribadi dengan kepuasan kerja selama

periode antara 2 hingga 50 tahun. Kesejahteraan, dan kepuasan kerja secara

umum. Penelitian tambahan di butuhkan untuk menguji model kepuasan kerja

(15)

Kepuasan kerja berkaitan dengan masalah faktor psikologis, faktor

motivasi dari atasan dan juga faktor apresiasi diri si pegawai. Namun, dalam

penelitian ini, peneliti lebih berfokus kepada faktor dari si pimpinan berupa cara

berkomunikasi, memberikan motivasi ataupun perintah yang sesuai dengan tipe

kepemimpinan si pemimpin, sehingga para pegawai memiliki kepuasan dalam

melaksanakan tugas-tugas kantornya. Seperti yang telah dijabarkan dalam

paragraf sebelumnya, memang tak ayal lagi, tipe kepimpinan tidak hanya milik

orang perseorangan si pemimpin, karena hal tersebut memiliki pengaruh yang

cukup kuat bagi kinerja para bawahannya. Bentuk kinerja yang dihasilkan adalah

kinerja yang berdampak positif bagi atasan secara khusus dan perusahaan secara

umum. Para pegawai mampu menyelesaikan tugas yang diperintahkan dengan

hasil yang baik sesuai dengan perintah sang atasan. Dari hal ini kita bisa melihat

bahwa tipe kepemimpinan tersebut menunjang kinerja serta kepuasan kerja pada

diri si pegawai. Jika kinerja mereka baik, tentunya akan tercipta kepuasan kerja.

Komunikasi yang terjalin melalui tipe kepimpinan tersebut dirasa cukup

kuat untuk dijadikan bahan penelitian untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja

para pegawai. Kepuasan kerja atau kepuasan yang diperoleh melalui aktifitas kerja

dalam organisasi formal perusahaan/instantsi, merupakan suatu kebutuhan dasar

manusia yang tidak saja agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan dasar untuk

mempertahankan hidup, tetapi juga penting adalah untuk memenuhi kebutuhan

(16)

dan mengasihi serta keinginan untuk menjadi dirinya sendiri yang diyakini dapat

dicapainya (Pohan, 2005:29).

Penelitian ini akan dilakukan di Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat, Jl.

T. Amir Hamzah No. 1 – Stabat. Pemilihan tempat penelitian didasarkan pada rasa

ingin tahu peneliti untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tipe

kepemimpinan atasan di Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat terhadap

kepuasan kerja para Pegawai Negeri Sipil di institusi pemerintahan ini. Tipekal

pimpinan yang memimpin di Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat lebih kepada

sifat gabungan dari berbagai macam tipe kepemimpinan seperti; adanya daya tarik

dan wibawa, mampu mempengaruhi orang lain, bersikap maha tahu, sering

mempergunakan sistem perintah, menuntut disiplin yang tinggi, sukar menerima

kritik, menganggap bawahan sebagai alat, sering marah-marah, namun pimpinan

di kantor pemerintah ini juga bersifat terbuka, tanggap, fokus pada tujuan dan

mampu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai seorang pemimpin.

Kendala yang sering terjadi adalah ketika gabungan sifat tersebut saling

kontraindikatif satu sama lain. Pimpinan memang bersifat terbuka dan tanggap

terhadap segala masukan, namun ia sukar menerima kritik terhadap kebijakan

yang akan dia laksanakan serta selalu bersikap bahwa dialah yang paling tahu

dibanding siapapun juga. Para bawahan pun hanya mampu mengikuti segala

kemauan atasan mereka untuk mencegah konflik internal. Tentunya hal ini akan

sangat mengganggu dalam proses kerja sehingga perasaan akan kepuasan kerja

akan berkurang pada diri para pegawai di kantor Sekretariat Daerah Kabupaten

(17)

memiliki dampak yang kurang baik bagi keharmonisan dalam bekerjasama dan

juga komunikasi vertikal maupun horizontal pada institusi pemerintahan tersebut.

Kepuasan kerja memiliki berbagai dampak baik positif maupun negatif.

Adapun konsekuensi yang ditemui terkait dengan kepuasan kerja antara lain;

Motivasi kerja, keterlibatan dalam pekerjaan, perilaku sebagai anggota organisasi

yang baik, komitmen organisasi, ketidakhadiran pegawai, berhentinya karyawan,

stress yang dirasakan, serta prestasi kerja.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmanakah

hubungan antara tipe kepemimpinan terhadap kepuasan kerja Pegawai di

Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat.

I.2 Perumusan Masalah

“Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

”Sejauhmanakah Tipe kepemimpinan berpengaruh terhadap Kepuasan kerja

Pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan

menjadikannya lebih khusus maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun

pembatasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan

(18)

2. Subjek penelitian adalah mengenai tipe kepemimpianan terhadap kepuasan

kerja

3. Objek penelitian adalah para pegawai yang bekerja di Sekretariat Daerah

Kabupaten Langkat.

4. Lokasi penelitian adalah Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat

yang terletak di Jl. T. Amir Hamzah No. 1 - Stabat.

5. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2010.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tipe kepemimpinan di Sekretariat Daerah

Kabupaten Langkat.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja

Pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat.

3. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara tipe kepemimpinan

dengan kepuasan kerja pegawai.

I.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan

di Lingkungan FISIP USU khususnya di bidang komunikasi.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan

penulis mengenai komunikasi organisasi khususnya tentang

(19)

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan ttitik tolak atau landasan berpikir

dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun

kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari

sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001:39).

Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisiyang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan

menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala

tersebut (Rakhmat, 2004:6).

Dalam penelitian ini, teori – teori yang dianggap relevan diantaranya

adalah Komunikasi dan Komunikasi organisasi, Teori Kepemimpinan dan

Kepuasan Kerja.

I.5.1 Komunikasi

Setiap manusia yang berada di tengah-tengah masyarakat, pasti terlibat

dalam proses komunikasi. Terjadinya komunikasi merupakan konsekuensi dari

hubungan sosial. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya

dengan orang lain. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh

seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk merubah sikap,

pendapat atau perilaku orang lain baik secara langsung, yakni secara lisan,

maupun secara tidak langsung melalui media. Secara terminologis, komunikasi

(20)

Dari pengertian tersebut, jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang,

dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.

Ditinjau dari segi penyampaian pernyataan, komunikasi bertujuan bersifat

informative dan persuasive. Komunikasi persuasive (persuasive communication) lebih sulit dari pada komunikasi informative (informative communication), karena

memang tidak mudah untuk merubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang atau

sejumlah orang (Effendy, 2005: 5).

Menurut Harold D. Lasswel (Effendy, 2005: 29), bahwa cara terbaik

untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “who says

what in which channel to whom with what effect? Maka jawaban dari pertanyaan ini adalah : siapa komunikatornya, pesan apa yang dinyatakannya atau pesan yang

disampaikan, media apa yang digunakannya, siapa komunikannya, dan efek apa

yang diharapkannya.

Menurut Carl I. Hovland (Lubis, 2005: 9) dalam karyanya “social

communication” menjelaskan komunikasi adalah proses seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan lambang, kata/gambar) guna untuk

merubah sikap dan tingkah laku orang lain. Sifat komunikasi ada dua, yaitu:

1. Komunikasi tatap muka (face to face communication)

Komunikasi tatap muka dipakai apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku dari komunikan secara langsung. Dengan saling berpandangan, komunikator dapat melihat dan menilai proses komunikasi, apakah komunikan memperhatikan dan mengerti akan informasi yang disampaikan oleh komunikator atau malah sebaliknya.

2. Komunikasi bermedia (mediated communication)

(21)

Esensi komunikasi adalah “kesamaan pengertian” diantara mereka yang

berkomunikasi.

I.5.2 Komunikasi Organisasi

Organisasi adalah sebuah wadah yang menampung orang-orang dan

objek-objek; orang-orang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama

(R. Wayne Pace, 2005: 17). Tujuan untuk memperlajari komunikasi organisasi

adalah untuk menemukan cara-cara yang tepat guna memperbaiki kualitas

kehidupan kerja. Komunikasi organisasi sering diartikan sebagai perilaku

pengorganisasian (organizing behavior), yakni bagaimana para karyawan terlibat

dalam proses bertransaksi dan memberikan makna atas apa yang sedang terjadi.

Jadi komunikasi organisasi akan berpusat pada simbol-simbol yang

memungkinkan kehidupan organisasi, apakah kata-kata, gagasan-gagasan

konstruk yang mendorong, mengesyahkan, mengkoordinasikan dan mewujudkan

aktivitas yang terorganisir dalam situasi-situasi spesifik.

Deddy Mulyana (Panuju, 2001: 21) menyatakan bahwa komunikasi

organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal dan

berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi

kelompok.

Komunikasi organisasi menurut Redding dan Sanborn (dalam Arni M,

1995: 65) adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang

kompleks dalam bidang komunikasi downward atau komunikasi dari atasan dan

bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan,

komunikasi horizontal atau komunikasi antara orang-orang yang sama level atau

(22)

Menurut Goldhaber (Arni M, 2004: 65), komunikasi organisasi merupakan

proses menciptakan atau saling bertukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang

saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau

yang selalu berubah-ubah.

Tujuan dari komunikasi organisasi (R. Wayne Pace, 2005: 65):

1. Sebagai tindakan kordinasi

Komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mengkoordinasi sebagian atau seluruh tugas dan fungsi organisasi yang telah dibagi-bagi dalam bagian atau subbagian yang melaksanakan visi dan misi organisasi di bawah pimpinan atau manajer.

2. Membagi informasi (information sharing)

Salah satu tujuan komunikasi yang penting adalah menghubungkan seluruh aparatur organisasi dengan tujuan organisasi. Ini berfungsu untuk mencapai tujuan organisasi, mengarahkan tugas, hasil suatu usaha, dan pengambilan keputusan.

3. Komunikasi bertujuan untuk menyatakan perasaan dan emosi

Setiap individu dalam suatu organisasi mempunyai keinginan dan kebutuhan untuk menyatakan perasaan dan emosi mereka masing-masing. Dalam organisasi keterbukaan sesama anggota merukan tujuan dari organisasi itu sendiri.

I.5.3 Teori Kepemimpinan

Perkataan pemimpin/leader mempunyai bermacam-macam pengertian.

Ada banyak definisi mengenai pemimpin sebanyak pribadi yang meminati

masalah pemimpin tersebut. Karena itu kepemimpinan merupakan dampak

interaktif dari faktor individu/pribadi dengan faktor situasi. Pemimpin adalah

seorang pribadi yang memiliki kecakapan atau kelebihan, khususnya kecakapan

atau kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang

lain untuk bersama-sama melakukan aktifitas tertentu, demi pencapaian satu atau

(23)

beberapa kelebihan sebagai predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir), dan

merupakan kebutuhan dari satu situasi/zaman sehingga dia mempunyai kekuasaan

dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahan. Dia juga

mendapatkan pengakuan serta dukungan dari bawahannya, dan mampu

menggerakkan bawahan ke arah tujuan tertentu.

Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak, dan

kepribadian sendiri yang unik dan khas; sehingga tingkah laku dan gayanyalah

yang membedakan dirinya dari orang lain. Gaya atau Style hidupnya ini pasti akan

mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya. Sehingga muncullah beberapa tipe

kepemimpinan seperti tipe kharismatis, paternalistis, militeristis, otokratis, laissez

faire, populistis, administratif, dan demokratis. Setiap tipe kepemimpinan

memberikan dampak yang berbeda satu sama lain terhadap kepuasan kerja

bawahannya serta terhadap lingkungan kerja.

Untuk menunjukkan betapa pentingnya kepemimpinan dan betapa manusia

membutuhkannya, sampai ada pendapat yang galak mengatakan bahwa dunia atau

umat manusia di dunia ini pada hakikatnya hanya ditentukan oleh beberapa orang

saja, yakni yang berstatus sebagai pemimpin. Kepemimpinan kadangkala

diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Ada juga yang

mengartikan suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang

konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.

Lebih jauh lagi George R. Terry merumuskan bahwa kepemimpinan itu adalah

aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang agar diarahkan mencapai tujuan

(24)

Dalam memimpin suatu kelompok ataupun bidang kerja, seorang pimpinan

memiliki dua gaya pengembangan yakni efektif dan tidak efektif (Thoha, 2007

:311-314) :

Empat gaya efektif itu antara lain :

1. Eksekutif, gaya ini banyak memberikan perhatian pada tugas-tugas pekerjaan

dan hubungan kerja.

2. Pecinta pengembangan (developer), gaya ini memberikan perhatian yang

maksimum terhadap hubungan kerja, dan perhatian yang minimum terhadap

tugas-tugas pekerjaan.

3. Otokratis yang baik hati (Benevolent autocrat), gaya ini memberikan perhatian

yang maksimum terhadap tugas, dan perhatian yang yang minimum terhadap

hubungan kerja

4. Birokrat, gaya ini memberikan perhatian yang minimun baik terhadap tugas

maupun hubungan kerja.

Ada juga empat gaya kepemimpinan yang tidak efektif yaitu :

1. Pecinta kompromi (Compromiser), gaya iini memberikan perhatian yang besar

pada tugas dan hubungan kerja dalam situasi yang menekankan pada

kompromi.

2. Missionari, gaya ini memberikan penekanan yang maksimum pada

orang-orang dan hubungan kerja, tetapi memberikan perhatian yang minimum

terhadap tugas dengan perilaku yang tidak sesuai.

3. Otokrat, gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas dan

(25)

4. Lari dari tugas (deserter), gaya ini sama sekali tidak memberikan perhatian

baik pada tugas maupun pada hubungan kerja.

I.5.4 Kepuasan Kerja

Secara keseluruhan, kepuasan kerja pegawai ditentukan oleh karakteristik

pekerjaan dan lingkungan kerja itu sendiri, lingkungan kerja dipengaruhi oleh

iklim dan budaya organisasi yang kondusif, sedangkan iklim dan budaya

organisasi yang efektif dan kondusif keberadaannya dibentuk atau ditentukan dan

dipelihara melalui pengadaan atau penyelenggaraan dan pemeliharaan iklim dan

budaya komunikasi organisasi yang efektif dan kondusif pula.

Kepuasan kerja adalah suatu efektivitas atau respons emosional terhadap

berbagai aspek pekerjaan (Kreitner & Kinicki, 2003:271-272). Definisi ini berarti

bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal. Sebaliknya seseorang dapat

relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak puas dengan salah

satu atau lebih aspek yang lainnya.

Lima model kepuasan kerja yang menonjol akan menggolongkan

penyebabnya. Penyebabnya adalah pemenuhan kebutuhan, ketidakcocokan,

pencapaian nilai, persamaan dan komponen watak/genetik. Ulasan singkat dari

model-model ini akan memberi penjelasan konsep yang rumit yang terlihat

sederhana :

1. Pemenuhan kebutuhan, model ini menjelaskan bahwa kepuasan ditentukan

oleh karakteristik dari sebuah pekerjaan memungkinkan seorang individu

(26)

2. Ketidakcocokan, model ini menjelaskan bahwa kepuasan adalah hasil dari

harapan yang terpenuhi.

3. Pencapaian nilai, model ini menjelaskan bahwa kepuasan berasal dari persepsi

bahwa suatu pekerjaan memungkinkan untuk pemenuhan nilai-nilai kerja yang

penting dari seorang individu.

4. Persamaan, model ini menjelaskan suatu fungsi dari bagaimana seorang

individu diperlakukan secara adil di tempat kerja.

5. Komponen watak/genetik, model ini menjelaskan bahwa kepuasan kerja

merupakan sebagaian fungsi dari sifat pribadi maupun faktor genetik.

Kepuasan kerja adalah persepsi, perasaan dan penilaian subjektif

seseorang terhadap keseluruhan faktor yang membentuk isi dan lingkungan kerja

melalui mana yang bersangkutan melaksanakan aktifitas kerja. Karena hakekat

aktifitas kerja dalam organisasi adalah komunikasi, maka salah satu faktor kunci

penentu persepsi dan penilaian subjektif seorang pegawai terhadap kepuasan kerja

adalah komunikasi organisasi dalam organisasi dimana ia bekerja seperti tipe

kemimpinan yang dimiliki oleh pimpinannya .

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis

dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai dan

sebagai bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian

(27)

Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas (independent variable) adalah sejumlah gejala atau faktor atau

unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya faktor atau

unsur yang lain (Nawawi, 2001 : 56)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tipe kepemimpinan.

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat (dependent variable) adalah sejumlah gejala atau faktor atau

unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel

bebas dan bukan karena variabel lain.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja.

c. Karakteristik responden seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, jabatan, masa

kerja dan pendapatan.

I.7 Model Teoritis

Variabel X Tipe Kepemimpinan

Variabel Y Kepuasan kerja

(28)

I.8 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka konsep yang dijelaskan di atas, untuk lebih

memudahkan operasionalisasi pemecahan masalah maka perlu dibuat

operasionalisasi variabel sebagai berikut :

Tabel 1

Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X)

Tipe Kepemimpinan

1. Eksekutif

2. Pecinta pengembangan (developer)

3. Otokratis yang baik hati (Benevolent

autocrat) 4. Birokrat

5. Pecinta kompromi (Compromiser)

6. Missionari 7. Otokrat

8. Lari dari tugas (Deserter) Variabel Terikat (Y)

I.9 Defenisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep

yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah

suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur

variabel-variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah

(29)

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas (Tipe kepemimpinan) terdiri dari :

1. Eksekutif, gaya ini banyak memberikan perhatian pada tugas-tugas

pekerjaan dan hubungan kerja.

2. Pecinta pengembangan (developer), gaya ini memberikan perhatian yang

maksimum terhadap hubungan kerja, dan perhatian yang minimum

terhadap tugas-tugas pekerjaan.

3. Otokratis yang baik hati (Benevolent autocrat), gaya ini memberikan

perhatian yang maksimum terhadap tugas, dan perhatian yang minimum

terhadap hubungan kerja.

4. Birokrat, gaya ini memberikan perhatian yang minimun baik terhadap

tugas maupun hubungan kerja.

5. Pecinta kompromi (Compromiser), gaya iini memberikan perhatian yang

besar pada tugas dan hubungan kerja dalam situasi yang menekankan pada

kompromi.

6. Missionari, gaya ini memberikan penekanan yang maksimum pada

orang-orang dan hubungan kerja, tetapi memberikan perhatian yang minimum

terhadap tugas dengan perilaku yang tidak sesuai.

7. Otokrat, gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas

dan minimum terhadap hubungan kerja dengan suatu perilaku yang tidak

sesuai.

8. Lari dari tugas (deserter), gaya ini sama sekali tidak memberikan perhatian

(30)

b. Variabel terikat (Kepuasan kerja) terdiri dari :

1. Pemenuhan kebutuhan, model ini menjelaskan bahwa kepuasan ditentukan

oleh karakteristik dari sebuah pekerjaan memungkinkan seorang individu

untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Ketidakcocokan, model ini menjelaskan bahwa kepuasan adalah hasil dari

harapan yang terpenuhi.

3. Pencapaian nilai, model ini menjelaskan bahwa kepuasan berasal dari

persepsi bahwa suatu pekerjaan memungkinkan untuk pemenuhan

nilai-nilai kerja yang penting dari seorang individu.

4. Persamaan, model ini menjelaskan suatu fungsi dari bagaimana seorang

individu diperlakukan secara adil di tempat kerja.

5. Komponen watak/genetik, model ini menjelaskan bahwa kepuasan kerja

merupakan sebagaian fungsi dari sifat pribadi maupun faktor genetik.

c. Karakteristik responden terdiri dari :

1. Jenis kelamin adalah Penggolongan sex responden yang terdiri dari

laki-laki dan perempuan.

2. Usia adalah Tingkatan umur responden

3. Tingkat pendidikan adalah Latar belakang pendidikan terakhir responden.

4. Jabatan adalah tingkat status dalam pekerjaan

5. Masa kerja adalah menunjukkan berapa lama karyawan/pegawai tersebut

bekerja.

6. Tingkat pendapatan adalah pendapatan yang didapat oleh pegawai

(31)

I.10 Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa

ditinggalkan karena ia merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1995 : 43).

Hipotesa adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus

dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 2001:44).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H = Tidak terdapat hubungan antara tipe kepemimpinan terhadap kepuasan

kerja Pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat.

Ha = Terdapat hubungan antara tipe kepemimpinan terhadap kepuasan kerja

(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Pengertian Komunikasi

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan

manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin

mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia

untuk perlu berkomunikasi. Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat

fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

Secara etimologis atau menurut asal katanya komunikasi atau

communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti

“membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah

yang paling sering sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari

kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu

pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana 2002:41).

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa

komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu

kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia .

karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau

dalam sering kali disebut komunikasi sosial atau social communication.

(33)

komunikasi sosial karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat

terjadinya komunikasi.

Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan

oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap,

pandapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui

media (Effendy, 2004:4).

Menurut Harold D. Laswell, bahwa cara terbaik untuk menjelaskan

kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “who says what in which

channel to whom with what effect?.

Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima

unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

- Komunikator (communicator, source, sender)

- Pesan (message)

- Media (channel, media)

- Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)

- Efek (effect, impact, influence)

Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2004: 10).

Adapun fungsi dari komunikasi, adalah sebagai berikut:

a. Menyampaikan informasi (to inform)

b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertain)

(34)

Adapun tujuan dari komunikasi, adalah sebagai berikut:

a. Perubahan sikap (attitude change)

b. Perubahan pendapat (opinion change)

c. Perubahan perilaku (behavior change)

d. Perubahan sosial (social change) (Effendy, 2004: 8)

II.2. Komunikasi Organisasi

II.2.1) Pengertian Komunikasi Organisasi

Suatu organisasi terbentuk apabila suatu usaha memerlukan usaha lebih

dari satu orang untuk menyelesaikannya. Kondisi ini timbul mungkin disebabkan

oleh karena tugas itu terlalu besar atau terlalu kompleks untuk ditangani satu

orang. Kochler 1976 (dalam Muhammad 2004:23), mengatakan organisasi adalah

sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok

orang untuk mencapai tujuan tertentu.

Komunikasi organisasi menurut Katz dan Kahn (dalam Muhammad 2004: 65)

adalah arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu

organisasi. Beberapa hal yang mengenai komunikasi organisasi yaitu :

1. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks

yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.

2. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.

3. komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya,

(35)

II.2. 2) Fungsi Pesan Komunikasi Organisasi

Tiap pesan yang yang dikirimkan dalam suatu organisasi mempunyai

alasan tertentu mengapa dikirimkan dan diterima oleh orang tertentu. Terdapat

empat fungsi pesan dalam komunikasi organisasi yaitu fungsi yang berhubungan

dengan tugas-tugas dalam organisasi, pemeliharaan organisasi, kemanusiaan, dan

pembaruan dalam organisasi (Muhammad, 2004 :99-101) :

1. Pesan Tugas

Pesan tugas maksudnya adalah pesan-pesan yang berkenaan dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi oleh anggota organisasi. Pesan ini mencakup pemberian informasi kepada karyawan untuk melakukan tugas mereka secara efisien, seperti aktivitas pemberian latihan kepada karyawan, memberikan orientasi bagi karyawan baru, penentuan tujuan dan aktivitas lainnya yang berkenaan dengan produksi, pelayanan pemasaran dan sebagaimya.

2. Pesan Pemeliharaan

Pesan pemeliharaan adalah pesan-pesan yang berkenaan dengan kebijaksanaan dan pengaturan organisasi. Pesan ini membantu organisasi untuk tetap hidup kekal. Pesan ini mencakup perintah, ketentuan, prosedur, aturan dan kontrol yang diperlukan untuk mempermudah gerakan organisasi untuk output sistem, misalnya: pada perencanaan tahunan suatu organisasi menetapkan suatu tujuan sistem yaitu, mengikutsertakan banyak karyawan dalam penelitian pengembangan organisasi.

3. Pesan Kemanusian

Pesan kemanusiaan langsung diarahkan kepada orang-orang dalam organisasi dengan mempertimbangkan sikap mereka, kepuasan dan pemenuhan kebutuhan mereka. Pesan ini berkenaan dengan hubungan interpersonal, konsep diri, perasaan dan moral. Yang termasuk dalam kategori pesan ini adalah penghargaan terhadap hasil yang dicapai oleh karyawan, penyelesaian konflik antara individu atau kelompok aktivitas informasi dan bimbingan.

4. Pesan Pembaruan

Pesan pembaruan menjadikan organisasi dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Untuk itu suatu organisasi membuat rencana-rencana baru, aktivitas-aktivitas baru, program-program baru, pengarahan yang baru, proyek-proyek yang baru dan saran-saran mengenai produksi baru.

II.2.3) Arus Komunikasi dalam Organisasi

Di dalam komunikasi organisasi terdapat dua arus komunikasi, meliputi

(36)

dalam buku Understanding Human Communication (2000:135) mencoba

menguraikan masing-masing fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi.

Pertama adalah downward communication. Komunikasi ini berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:

a. Pemberian atau penyampaian instruksi kerja (job instruction)

b. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk

dilaksanakan (job rationale)

c. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku

(procedures and practices)

d. Pemberian motivasi kepada karawan untuk bekerja lebih baik.

Sedangkan upward communication terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:

a. Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah

dilaksanakan

b. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas

yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan

c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan

d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun

pekerjaannya.

Arus komunikasi berikutnya adalah horizontal communication. Tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:

a. Memperbaiki koordinasi tugas

b. Upaya pemecahan masalah

c. Saling berbagi informasi

d. Upaya memecahkan konflik

e. Membina hubungan melalui kegiatan bersama

II.3. Teori Kepemimpinan II.3.1) Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan sangat dibutuhkan manusia. Ada beberapa tanggapan

mengenai pemimpin, pemimpin adalah seorang yang mempunyai kekuasaan untuk

mempengaruhi perilaku orang lain. Kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai

pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Ada juga yang mengartikan suatu

inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam

(37)

George R. Terry merumuskan bahwa kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk

mempengaruhi orang-orang agar diarahkan mencapai tujuan organisasi (Thoha, 2007:259).

Konsep kepemimpinan dan kekuasaan sebagai terjemahan dari power telah

menurunkan suatu minat yang menarik untuk senantiasa didiskusikan sepanjang

evolusi pertumbuhan pemikiran manajemen. Konsep kekuasaan amat dekat

dengan konsep kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi

perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni

mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.

Kepemimpinan itu dibatasi oleh tata krama birokrasi atau dikaitkan

terjadinya dalam suatu organisasi tertentu, maka dinamakan manajemen.

Fungsi-fungsi seperti perencanaan, pengaturan, motivasi, dan pengendalian yang sering

dipertimbangkan oleh pengarang-pengarang manajemen sebagai fungsi pokok

yang tak terpisahkan setiap kali pembahasan mengenai manajemen menjadi pokok

perhatian yang harus dijalankannya.

II.3.2) Peranan Pemimpin

Menurut Thoha (2007:262) ada tiga peranan pemimpin jika organisasi

yang dipimpinnya bisa berjalan secara efektif, yakni :

(1) Peranan Hubungan Antarpribadi (Interpesonal Role)

Peranan Hubungan Antarpribadi (Interpesonal Role), sangat diperlukan ketika seorang pemimpin melakukan nego kepada pihak luar. Didalam peranan ini seorang pemimpin harus memiliki peranan sebagai Figurehead yakni suatu peranan yang dilakukan untuk mewakili organisasi yang dipimpinnya di dalam setiap kesempatan dan persoalan yang timbul secara formal.

Peranan sebagai leader, dalam peranan ini pemimpin bertindak sebagai pemimpin. Ia melakukan hubungan interpersonal dengan yang dipimpin, dengan melakukan fungsi-fungsi pokoknya diantaranya memimpin, memotivasi, mengembangkan dan mengendalikan.

(2) Peranan yang Berhubungan dengan Informasi ( Informational Role)

(38)

mengembangkan suatu pengertian yang baik dari organisasi yang dipimpinnya, dan mempunyai pemahaman yang komplit tentang lingkungannya.

Sebagai disseminator yakni peranan melibatkan pemimpin untuk menangani proses transmisi dari informasi-informasi ke dalam organisasi yang dipimpinnya. Sebagai juru bicara (spokesman) yakni peranan yang dimainkan pemimpin untuk penyampaian informasi keluar lingkungan organisasinya.

(3) Peranan Pembuat keputusan (Decisional Role)

Peranan Pembuat keputusan (Decisional Role), peranan ini yang sangat rumit untuk dilaksanakan. Didalam pembuatan keputusan seorang pemimpin harus memiliki peranan sebagai enterpreneur, dalam peranan ini pemimpin bertindak sebagai pemrakarsa dalam merancang berbagai perubahan-perubahan yang terkendali dalam organisasinya

Peranan sebagai penghalau gangguan (disturbande handler), peranan ini membawa pemimpin untuk bertanggung jawab terhadap organisasi ketika organisasinya terancam bahaya, misalnya: akan dibubarkan, terkena gosip, isu-isu kurang baik, dan lain sebagainya.

(39)

Gambar 1

Peranan-peranan Pemimpin

Sumber : Perilaku Organisasi, Miftah Thoha. Otoritas Formal

dan Status

Peranan Hubungan Antarpribadi • Figurehead

• Pemimpin • Perantara

Peranan Informasi • Monitor • Disseminator • Juru Bicara

(40)

II.3.3) Gaya Kepemimpinan yang efektif

Setiap pemimpin mempunyai gaya (style) tersendiri dalam menangani

suatu kelompok yang turut menentukan keberhasilan pemimpin tersebut. Dalam

memimpin suatu kelompok ataupun bidang kerja, seorang pimpinan memiliki dua

gaya pengembangan yakni efektif dan tidak efektif (Thoha, 2007 :311-314) :

Kepemimpinan efektif itu antara lain :

5. Eksekutif, gaya ini banyak memberikan perhatian pada tugas-tugas pekerjaan dan hubungan kerja. Seorang pemimpin yang mempergunakan gaya ini disebut motivator yang baik, mau menetapkan standar kerja yang tinggi, berkehendak mengenal perbedaan di antara individu, dan berkeinginan mempergunakan kerja tim dalam manajemen.

6. Pecinta pengembangan (developer), gaya ini memberikan perhatian yang

maksimum terhadap hubungan kerja, dan perhatian yang minimum terhadap tugas-tugas pekerjaan. Seorang pemimpin yang mempergunakan gaya ini mempunyai kepercayaan yang implisit terhadap orang-orang yang bekerja dalam organisasinya, dan sangat memperhatikan pengembangan mereka sebagai seorang individu.

7. Otokratis yang baik hati (Benevolent autocrat), gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas, dan perhatian yang yang minimum terhadap hubungan kerja. Seorang pemimpin yang mempergunakan gaya ini mengetahui secara tepat apa yang ia inginkan dan bagaimana memperoleh yang diinginkannya tersebut tanpa menyebabkan ketidakseganan di pihak lain.

8. Birokrat, gaya ini memberikan perhatian yang minimun baik terhadap tugas

maupun hubungan kerja. Seorang pemimpin yang mempergunakan gaya ini sangat tertarik pada peraturan-peraturan dan menginginkan memeliharanya, serta melakukan kontrol situasi secara teliti.

Kepemimpinan yang tidak efektif antara lain :

5. Pecinta kompromi (Compromiser), gaya ini memberikan perhatian yang besar

pada tugas dan hubungan kerja dalam situasi yang menekankan pada kompromi. Pemimpin yang bergaya seperti ini merupakan pembuat keputusan yang jelek, banyak tekanan yang mempengaruhinya.

6. Missionari, gaya ini memberikan penekanan yang maksimum pada

orang-orang dan hubungan kerja, tetapi memberikan perhatian yang minimum terhadap tugas dengan perilaku yang tidak sesuai. Pemimpin semacam ini hanya menilai keharmonisan sebagai suatu tujuan dalam dirinya sendiri.

7. Otokrat, gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas dan

minimum terhadap hubungan kerja dengan suatu perilaku yang tidak sesuai. Pemimpin seperti ini tidak mempunyai kepercayaan pada orang lain, tidak menyenangkan, dan hanya tertarik pada jenis pekerjaan yang segera selesai. 8. Lari dari tugas (deserter), gaya ini sama sekali tidak memberikan perhatian

(41)

tidak begitu terpuji, karena pemimpin seperti ini menunjukkan pasif tidak mau ikut campur tangan secara aktif dan positif.

Keitz Davis (dalam Thoha 2007:287) merumuskan empat sifat umum yang

nampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan seorang pemimpin dalam

organisasi, yaitu :

1) Kecerdasan. Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pimpinan mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin. Namun demikian, yang sangat menarik dari penelitian tersebut ialah pemimpin tidak bisa melampaui terlalu banyak dari kecerdasan pengikutnya. 2) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial. Pemimpin cenderung menjadi

matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.

3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha mendapatkan penghargaan yang instrinsik dibandingkan dari yang ekstrinsik.

4) Sikap-sikap hubungan kemanusian. Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.

Dalam pengembangan yang modern Martin Evans dan Robert House

secara terpisah telah menulis karangan dalam subyek path goal theory. Secara

pokok teori path goal berusaha untuk menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin

terhadap motivasi, kepuasan, dan pelaksanaan pekerjaan bawahannya. Adapun

teori path-goal versi House (dalam Thoha, 2007:322), memasukkan empat tipe

atau gaya utama kepemimpinan sebagai berikut:

1) Kepemimpinan direktif. Tipe ini sama dengan model kepemimpinan yang

otokratis dari Lippitt dan White. Bawahan tahu senyatanya apa yang diharapkan darinya dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin. Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan.

2) Kepemimpinan yang mendukung (Supportive leadership). Kepemimpinan

model ini mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap para bawahannya.

3) Kepemimpinan partisipatif. Gaya kepemimpinan ini, pemimpin berusaha

(42)

4) Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi. Gaya kepemimpinan ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para bawahannya untuk berprestasi. Demikian pula pemimpin memberikan keyakinan kepada mereka bahwa mereka mampu melaksanakan tugas pekerjaan mencapai tujuan secara baik.

Selanjutnya Robert Tennenbaum dan Warren Schmidt, menjelaskan gaya

kepemimpinan kontinum (Thoha, 2007: 304-306). Model yang mempunyai

bidang pengaruh antara pimpinan dan kebebasan bawahan ini menekankan tujuh

model keputusan pemimpin, yaitu:

1) Pemimpin membuat keputusan dan kemudian mengumumkan kepada

bawahannya. Model ini terlihat bahwa otoritas yang dipergunakan atasan banyak sedangkan daerah kebebasan bawahan sempit sekali.

2) Pemimpin menjual keputusan. Dalam hal ini pemimpin masih terlihat

menggunakan otoritas yang ada padanya, sehingga persis dengan model yang pertama. Bawahan di sini belum banyak terlibat dalam pembuatan keputusan.

3) Pemimpin memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide, dan mengundang

pertanyaan-pertanyaan. Dalam model ini pemimpin sudah menunjukkan kemajuan, dibatasinya penggunaan otoritasnya dan diberi kesempatan bawahan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Bawahan sudah sedikit terlibat dalam rangka pembuatan keputusan.

4) Pemimpin memberikan keputusan bersifat sementara yang kemungkinan dapat

diubah. Bawahan sudah mulai banyak terlibat dalam rangka pembuatan keputusan. Sementara otoritas pimpinan sudah mulai dikurangi penggunaannya.

5) Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran-saran, dan membuat

keputusan. Model ini sudah jelas otoritas pimpinan dipergunakan sedikit mungkin, sebaiknya kebebasan bawahan dalam berpartisipasi membuat keputusan sudah banyak dipergunakan.

6) Pemimpin merumuskan batas-batasanya, dan meminta kelompok untuk

membuat keputusan. Partisipasi bawahan dalam kesempatan ini lebih besar dibandingkan dalam model kelima di atas.

7) Pemimpin mengijinkan bawahan melakukan fungsi-fungsinya dalam

batas-batas yang telah dirumuskan oleh pimpinan. Model ini terletak pada titik ekstrim penggunaan kebebasan bawahan, adapun titik ekstrim penggunaan otoritas pada model nomor satu di atas.

Dari model di atas dapat dilihat bahwa pemimpin berusaha mempengaruhi

persepsi bawahannya, dan memotivasinya dengan cara mengarahkan mereka pada

(43)

kerja yang efektif. Adapun usaha-usaha yang lebih spesifik yang dapat dicapai

oleh pimpinan, antara lain:

1) Mengetahui dan atau menumbuhkan kebutuhan-kebutuhan para bawahan

untuk menghasilkan sesuatu yang bisa dikontrol pimpinan.

2) Memberikan insentif kepada bawahan yang mampu mencapai hasil dalam

bekerja.

3) Membuat suatu jalan yang mudah dilewati oleh bawahan untuk menaikkan

prestasinya dengan cara latihan, dan pengarahan.

4) Membantu para bawahan dengan menjelaskan apa yang bisa diterapkan

darinya.

5) Mengurangi halangan-halangan yang bisa membuat frustasi.

6) Menaikkan kesempatan-kesempatan untuk pemuasan bawahan yang

kemungkinan tercapainya efektivitas kerja.

II.4. Kepuasan Kerja

II.4.1) Pengertian Kepuasan Kerja

Aktivitas hidup manusia beraneka ragam dan salah satu bentuk dari segala

aktivitas yang ada adalah bekerja. Bekerja memiliki arti melaksanakan suatu tugas

yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang

bersangkutan (As’ad, 1998:45). Hal ini didorong oleh adanya keinginan manusia

untuk memenuhi kebutuhan. Namun manusia sepertinya tidak pernah puas dengan

apa yang didapat, seperti gaji dan sebagainya. Karena itu salah satu tugas manajer

personalia adalah harus dapat menyesuaikan antara keinginan para karyawan

dengan tujuan dari perusahaan. Walaupun kepuasan kerja pada dasarnya

merupakan suatu cara pandang seseorang. baik yang bersifat positif maupun

bersifat negatif tentang pekerjaannya.

Menurut Joseph Tiffin kepuasan kerja adalah sikap karyawan terhadap

pekerjaan, situasi kerja, kerjasama diantara pimpinan dan sesama karyawan.

Selain itu, ada juga pendapat M.L Blum (dalam As’ad 1998:102) mendefinisikan

(44)

khusus individu terhadap faktor kerja, karakteristik individu dan hubungan sosial

individu di luar pekerjaan itu sendiri”. Ada juga pendapat dari Martoyo (1990: 123-124),

bahwa, kepuasan kerja merupakan “Keadaan emosional karyawan dimana terjadi

atau tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan

atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan untuk

karyawan yang bersangkutan”.

Kepuasan kerja merupakan respon sesorang (sebagai pengaruh) terhadap

bermacam-macam lingkungan kerja yang dihadapinya (Muhammad, 2004: 90).

Kepusan kerja merupakan suatu respons atau emosional terhadap berbagai segi

dari pekerjaan seseorang. Kepuasan kerja adalah suatu efektivitas atau respons

emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Defenisi ini berarti bahwa kepuasan

kerja bukanlah suatu konsep tunggal. Sebaliknya, seseorang dapat relatif puas

dengan suatu aspek dari pekerjaanya dan tidak puas dengan salah satu atau lebih

aspek yang lainnya.

II.4.2) Model Kepuasan Kerja

Setelah dijabarkan secara jelas mengenai arti dari kepuasan kerja, maka

akan terlihat lima model kepuasan kerja yang menonjol, dimana kelima model itu

digolongkan berdasarkan penyebab munculnya kepuasan kerja. Adapun penyebab

dari munculnya kepuasan kerja adalah; pemenuhan kebutuhan, ketidakcocokan,

pencapaian nilai, persamaan, dan komponen watak/genetik (Kreitner, 2003:271-272).

Berikut ini ulasan singkat dari model-model yang akan memberi penjelasan

konsep rumit namun terlihat sederhana, yakni :

6. Pemenuhan kebutuhan, model ini menjelaskan bahwa kepuasan ditentukan

(45)

untuk memenuhi kebutuhannya. Walaupun model ini memunculkan sejumlah besar kontroversi, tetapi secara umum diterima bahwa pemenuhan kebutuhan memiliki korelasi dengan kepuasan kerja.

7. Ketidakcocokan, model ini menjelaskan bahwa kepuasan adalah hasil dari

harapan yang terpenuhi. Harapan yang terpenuhi mewakili perbedaan antara apa yang diharapkan oleh seorang individu dari sebuah pekerjaan, seperti upah dan kesempatan promosi yang baik, dan apa yang pada kenyataannya diterimanya. Pada saat harapan lebih besar daripada yang diterima, seorang akan tidak puas. Sebaliknya, model ini memprediksikan bahwa individu akan puas pada saat ia mempertahankan output yang diterimanya dan melampaui harapan pribadinya.

8. Pencapaian nilai, model ini menjelaskan bahwa kepuasan berasal dari persepsi bahwa suatu pekerjaan memungkinkan untuk pemenuhan nilai-nilai kerja yang penting dari seorang individu. Pada umumnya, peneliti secara konsisten mendukung prediksi bahwa pemenuhan nilai secara positif berkaitan dengan kepuasan kerja. Oleh karena itu, para pemimpin dapat meningkatkan kepuasan karya dengan melakukan strukturisasi lingkungan kerja penghargaan dan pengakuan yang berhubungan dengan nilai-nilai karyawan.

9. Persamaan, model ini menjelaskan suatu fungsi dari bagaimana seorang

individu diperlakukan secara adil di tempat kerja. Kepuasan berasal dari persepsi seseorang bahwa output pekerja, relatif sama dengan inputnya, perbandingan yang mendukung output/input lain yang signifikan.

10.Komponen watak/genetik, model ini menjelaskan bahwa kepuasan kerja

merupakan sebagian fungsi dari sifat pribadi maupun faktor genetik. Oleh karenanya, model ini menunjukkan bahwa perbedaan individu yang stabil adalah sama pentingnya dalam menjelaskan kepuasan kerja dengan karakteristik lingkungan kerja.

II.4.3) Respon terhadap Ketidakpuasan Kerja

Apabila penyebab-penyabab kepuasan kerja di atas tidak ditemui, maka

akan ada kecenderungan munculnya ketidakpuasan kerja. Pengungkapan

ketidakpuasan kerja karyawan terbagi atas beberapa respon, yaitu:

1. Eksit: perilaku yang mengarah untuk meninggalkan organisasi. Mencakup

pencarian suatu posisi baru maupun meminta berhenti.

2. Suara (Voice): dengan aktif dan konstruktif mencoba memperbaiki kondisi.

Mencakup sarana perbaikan, membahas problem-problem dengan atasan, dan beberapa bentuk kegiatan serikat buruh.

3. kesetiaan (loyality): pasif tetapi optimis menunggu membaiknya kondisi.

Mencakup berbicara membela organisasi menghadapi kritik luar dan mempercayai organisasi dan manajemnya untuk melakukan hal yang tepat.

4. Pengabdian (neglect): secara pasif membiarkan kondisi memburuk, termasuk

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

Propinsi Sumatera Utara. Langkat merupakan satu dari 23 kabupaten/kota di

Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Langkat berada pada 3° 14’– 4° 13’

Lintang Utara, 97°52’ – 98° 45’ Bujur Timur dan 4 – 105 m dari permukaan laut.

Kabupaten Langkat menempati area seluas ± 6.263,29Km² (626.329 Ha) yang

terdiri dari 23 kecamatan dan 240 desa serta 37 kelurahan. Di sebelah Utara

Kabupaten Langkat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tamiang dan Selat

Malaka, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo, di sebelah Barat

berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara / Tanah Alas, dan di sebelah Timur

berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan luas daerah menurut

kecamatan di Kabupaten Langkat, luas daerah terbesar adalah kecamatan Batang

Serangan dengan luas 934,90 km2 atau 14,93 persen diikuti kecamatan Bahorok

dengan luas 884,79 km2 atau 14,13 persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah

Kecamatan Binjai dengan luas 49,55 km2 atau 0,79 persen dari total luas wilayah

Kabupaten Langkat.

ibukota Kabupaten Langkat berkedudukan di Kotamadya Binjai, namun sejak

tahun 1982 dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1982

kedudukannya dipindahkan ke Kecamatan Stabat. Kecamatan ini merupakan kota

(47)

perekonomiannya bergerak di sektor perdagangan, pertanian, perkebunan dan

jasa. Kecamatan ini dilalui oleh salah satu sungai terpanjang di Sumatera Utara

yakni

sebelah barat. Stabat juga dilalui oleh Jalan Raya Lintas Sumatera (Jalinsum lintas

pantai timur).

Kecamatan Stabat terdiri dari 6 kelurahan dan 6 desa. Kelurahan di Stabat

yait

penduduk di Kecamatan Stabat sebanyak 83.223 jiwa, dengan kepadatan

penduduk sebesar 976,25 jiwa/km2 dan rata-rata penduduk per desa adalah

6.935, 25 jiwa.

Struktur Organisasi Kabupaten Langkat

Pemerintah Kabupaten Langkat merupakan rangkaian dari beberapa

Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang terdiri dari Dinas, Badan, Kantor serta

Bagian, Satuan Kerja Perangkat Daerah yang disebut terakhir merupakan

rangkaian yang tempat dan kedudukannya berada di Sekretariat Daerah

Kabupaten Langkat yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah (Sekda).

Sekretaris Daerah Kabupaten Langkat

Sekretaris Daerah Kabupaten mempunyai tugas membantu Bupati dalam

menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis

daerah. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 3,

Gambar

Tabel  3 Populasi dan Sampel
Tabel 5 Usia Responden
Tabel 6 Tingkat Pendidikan
Tabel 8
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan input dari proses pengadaan obat berdasarkan E-Catalogue dari segi pendanaan mencukupi, telah dilengkapi juknis pelaksanaan,

Untuk bisa memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan user maka perpustakaan sebagai salah satu lembaga penyedia informasi harm memiliki visi yang jelas clan dapat

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALY (SAVI) BERBANTU MEDIA PHOTO STORY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII DI

The unattenuated gamma intensity was determined by making a linear fit function of the attenuated gamma intensity data.. From the calculation, It was found that the value

Secara parsial, faktor yang mempengaruhi produktivitas usahatani padi sawah petani penyewa lahan adalah bibit, sedangkan umur, lama berusahatani, pupuk tidak

Dari 190 individu pohon sebanyak 101 jenis pohon, dimana terdapat 52 pohon pakan orangutan berdasarkan daftar tanaman pohon pakan orangutan Pusat Pengamatan Orangutan Bukit

[r]

Populasi penelitian adalah mahasiswi Fakultas Sastra USU, Medan angkatan 2008. Angkatan 2008 merupakan angkatan yang paling sesuai sebagai populasi penelitian tersebut karena