• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variabel X Tipe Kepemimpinan

ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV.3 Analisa Tabel Tunggal .1 Karakteristik Responden .1 Karakteristik Responden

Tabel 4

Jenis Kelamin Responden

No Jenis Kelamin responden F %

1 Laki-laki 29 43.3

2 Perempuan 38 56.7

Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P1/FC.3

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 29 orang responden (43,3%) berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 38 orang responden (56,7%) berjenis kelamin perempuan. Banyaknya kegiatan administrasi yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik menuntut Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat untuk memberikan pelayanan administrasi yang baik seperti

pengelolaan surat dan proses izin membuat jumlah pegawai perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.

Tabel 5 Usia Responden No Usia responden F % 1 < 25 tahun 13 19.4 2 25-30 tahun 17 25.4 3 31-36 tahun 15 22.4 4 37-41 tahun 10 14.9 5 > 42 tahun 12 17.9 Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P2/FC.4

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui mengenai usia para responden, sebanyak 13 orang responden (19,4) berusia < 25 tahun, sebanyak 17 orang responden (25,4%) berusia 25-30 tahun, sebanyak 15 orang responden (22,4%) berusia 31-36 tahun, sebanyak 10 orang responden (14,9%) berusia 37-41 tahun dan sebanyak 12 orang responden (17,9%) berusia > 42 tahun.

Dari data yang disajikan pada tabel 4 dapat dilihat adanya keselarasan dalam hal rekrutmen dan penetapan masa pensiun pegawai, sehingga di setiap interval usia masing-masing responden tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan.

Tabel 6 Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan F %

1 Tamatan SMU/Sederajat 16 23.9

2 Tamatan Diploma Tiga (DIII) 4 6.0

3 Tamatan Strata Satu (S1) 42 62.7

4 Tamatan Pasca Sarjana (S2) 5 7.5

Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P3/FC.5

Dari tabel 5 di atas dapat diketahui mengenai tingkat pendidikan para responden, yaitu sebanyak 16 orang responden (23,9%) merupakan tamatan SMU/Sederajat, sebanyak 4 orang responden (6%) tamatan Diploma Tiga (DIII), sebanyak 42 orang responden (62,7%) tamatan Strata Satu (S1), dan sebanyak 5 orang responden (7,5%) tamatan Pasca Sarjana (S2).

Menurut tabel tersebut terlihat adanya persentase yang mencolok untuk tamatan S-1. Hal ini terjadi karena setiap tahunnya Pemerintah Kabupaten Langkat selalu memberikan porsi yang besar untuk pelamar-pelamar sarjana pada saat seleksi penerimaan CPNS. Rekrutmen dengan standar tinggi tentunya dapat melahirkan SDM yang berkualitas dan teruji.

Tabel 7

Masa Kerja Responden

No Masa Kerja Responden F %

1 1-5 tahun 23 34.3

2 6-10 tahun 15 22.4

3 11-15 tahun 9 13.4

4 > 15 tahun 20 29.9

Total 67 100.0

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui mengenai masa kerja responden, bahwa sebanyak 23 orang responden (34,3%) menyatakan sudah bekerja selama 1-5 tahun, sebanyak 15 orang responden (22,4%) sudah bekerja selama 6-10 tahun, sebanyak 9 orang responden (13,4%) sudah bekerja selama 11-15 tahun dan sebanyak 20 orang responden (29,9%) bekerja > 15 tahun di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat.

Selain melakukan rekrutmen melalui ujian masuk seleksi penerimaan CPNS, dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Kabupaten Langkat juga telah mengangkat ratusan CPNS dari tenaga honorer. CPNS dari tenaga honorer ini umumnya adalah tamatan SMA, sehingga munculnya angka 34,3 % didorong oleh banyaknya tenaga honorer yang terangkat dan masa kerja mereka adalah pada interval 1 s/d 5 tahun.

Tabel 8

Tingkat Pendapatan Responden

No Tingkat Pendapatan Responden F %

1 < Rp 1.000.000,- 6 9.0

2 Rp 1.000.000,- Rp 2.000.000,- 31 46.3

3 Rp 2.050.000,- Rp 3.000.000,- 23 34.3

4 > Rp 3.000.000,- 7 10.4

Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P6/FC.8

Dari tabel di atas dapat diketahui mengenai tingkat pendapatan responden, bahwa sebanyak 6 orang responden (9%) menyatakan memiliki tingkat pendapatan < Rp 1.000.000, sebanyak 31 orang responden (46,3%) memiliki tingkat pendapatan Rp 1.000.000-Rp 2.000.000, sebanyak 23 orang responden (34,3%) memiliki tingkat penghasilan Rp 2.050.000 – Rp 3.000.000, dan

sebanyak 7 orang responden (10,4%) memiliki tingkat penghasilan > Rp.3.000.000,-

Dapat dijelaskan bahwa sistem penggajian PNS di seluruh Indonesia mengacu kepada kemampuan APBN dan didukung oleh besaran alokasi APBD untuk belanja pegawai di masing-masing daerah. Untuk pegawai dengan Golongan II dan Golongan III sebenarnya memiliki nominal yang tidak jauh berbeda, selisihnya hanya sekitar Rp 200.000,- s/d Rp 300.000,-, sehingga tingkat pendapatan responden pada interval Rp 1.000.000,0 s/d Rp 2.000.000,- menjadi hasil yang tertinggi yakni 46,2 % karena sebagaian besar responden berada pada Golongan II dan III.

Namun, kita juga menemukan ada sekitar 44,7 % responden yang memiliki penghasilan di atas Rp 2.000.000,-, ini muncul untuk pegawai-pegawai yang sudah menempati Golongan III dan IV dan sudah memiliki masa kerja yang mumpuni. Penghitungan tingkat pendapatan pada penelitian ini adalah berdasarkan gaji pokok saja, belum termasuk tunjangan isteri, anak, dan jabatan.

IV.3.2 Tipe Kepemimpinan

Tabel 9

Tipe Kepemimpinan Eksekutif

No Tipe Kepemimpinan Eksekutif F %

1 Tidak setuju 0 0

2 Kurang setuju 6 9.0

3 Setuju 54 80.6

4 Sangat setuju 7 10.4

Total 67 100.0

Dari tabel di atas dapat diketahui mengenai tipe kepemimpinan eksekutif, hasilnya yaitu ada 6 orang responden (9%) yang kurang setuju dengan tipe kepemimpinan eksekutif, sebanyak 54 orang responden (80,6%) setuju dengan tipe kepemimpinan eksekutif, sebanyak 7 orang responden (10,4%) sangat setuju dengan tipe kepemimpinan eksekutif dan tidak ada responden yang tidak setuju dengan tipe kepemimpinan eksekutif.

Berdasarkan data di atas, ditemukan angka yang signifikan pada jawaban setuju. Lebih dari 90 % responden menyukai tipe kepemimpinan eksekutif, dimana pada tipe kepemimpinan ini pemimpin adalah seorang motivator yang baik dan menginginkan adanya kerjasama tim dalam tiap pekerjaan. Bahkan tidak ada 1 orang responden pun (0%) yang tidak menyukai pemimpin yang banyak memberikan perhatian pada tugas-tugas pekerjaan dan hubungan kerja ini.

Tabel 10

Tipe Kepemimpinan Developer

No Tipe Kepemimpinan Developer F %

1 Tidak setuju 17 25.4

2 Kurang setuju 33 49.3

3 Setuju 16 23.9

4 Sangat setuju 1 1.5

Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P8/FC.10

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui mengenai tipe kepemimpinan developer, yaitu sebanyak 17 orang responden (25,4%) menyatakan tidak setuju, sebanyak 33 orang responden (49,3%) menyatakan kurang setuju, sebanyak 16

orang responden (23,9%) menyatakan setuju dan 1 orang responden (1,5%) menyatakan sangat setuju dengan tipe kepemimpinan developer.

Dari data yang tersaji pada tabel 9, jumlah responden yang tidak setuju dan kurang setuju terlihat begitu besar, yakni 50 orang responden (74,7 %). Sebagian besar responden pada penelitian ini lebih mengutamakan hasil daripada proses, mereka lebih menginginkan sosok pemimpin yang memberi perhatian pada tugas-tugas pekerjaan mereka. Namun, ada juga 17 orang atau lebih dari 25 % responden yang setuju dan bahkan sangat setuju dengan tipe kepemimpinan pecinta pengembangan (developer), karena pemimpin seperti ini mempunyai dan mau memberi kepercayaan kepada orang-orang yang bekerja dalam organisasinya.

Tabel 11

Tipe Kepemimpinan Benevolent Autocrat

No Tipe Kepemimpinan Benevolent Autocrat F %

1 Tidak setuju 11 16.4

2 Kurang setuju 41 61.2

3 Setuju 12 17.9

4 Sangat setuju 3 4.5

Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P9/FC.11

Dari tabel di atas dapat diketahui mengenai tipe kepemimpinan benevolent autocrat, yaitu sebanyak 11 orang responden (16,4%) menyatakan tidak setuju, sebanyak 41 orang responden (61,2%) kurang setuju, sebanyak 12 orang responden (17,9%) setuju dan sebanyak 3 orang responden (4,5%) sangat setuju dengan tipe kepemimpinan benevolent autocrat atau otokrasi yang baik hati.

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini kurang setuju dengan tipe kepemimpinan benevolent autocrat. Mereka tidak setuju dengan pemimpin yang memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas dan memberikan perhatian yang minimum terhadap hubungan kerja. Walaupun tidak mengecilkan arti atas perhatian yang maksimal terhadap tugas, namun mereka juga menginginkan pemimpin memperhatikan hubungan kerja yang sama besarnya dengan tugas tadi.

Tabel 12

Tipe Kepimpinan Birokrat

No Tipe Kepemimpinan Birokrat F %

1 Tidak setuju 28 41.8

2 Kurang setuju 28 41.8

3 Setuju 9 13.4

4 Sangat setuju 2 3.0

Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P10/FC.12

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui mengenai tipe kepemimpinan birokrat, bahwa sebanyak 28 orang responden (41,8%) menyatakan tidak setuju, sebanyak 28 orang responden kurang setuju (41,8%), sebanyak 9 orang responden (13,4%) setuju dan sebanyak 2 orang responden (3%) sangat setuju dengan tipe kepemimpinan birokrat.

Dari data yang disajikan pada tabel 11, ditemukan angka yang mencolok yakni ada 56 orang responden (83,6 %) yang menyatakan tidak setuju dan kurang setuju terhadap tipe kepemimpinan birokrat. Mereka keberatan menerima pemimpin yang terlalu rules oriented atau terlalu mengacu pada aturan-aturan

yang kaku dan ingin berusaha melakukan kontrol situasi secara teliti. Dalam beberapa situasi yang mendesak, penerapan aturan-aturan baku ini tentunya membuat masyarakat selaku pihak yang harus dilayani merasa dipersulit. Responden juga sebagian besar tidak menyukai beberapa aturan terkait dengan kepegawaian yang mereka anggap terlalu birokratis.

Akan tetapi, sebanyak 11 orang responden (16,4 %) setuju dan sangat setuju dengan tipe kepemimpinan ini. Mereka tetap ingin menjalankan aturan-aturan lima tertib, seperti tertib administrasi, tertib personil, tertib hukum, tertib anggaran, dan tertib peralatan dan inventaris.

Tabel 13

Tipe Kepemimpinan Kompromi

No Tipe Kepemimpinan Kompromi F %

1 Tidak setuju 4 6.0

2 Kurang setuju 6 9.0

3 Setuju 51 76.1

4 Sangat setuju 6 9.0

Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P11/FC.13

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui mengenai tipe kepemimpin kompromi, yaitu sebanyak 4 orang responden (6%) tidak setuju, sebanyak 6 orang responden kurang setuju (9%), sebanyak 51 orang responden (76,1%) setuju dan sebanyak 6 orang responden (9%) sangat setuju dengan tipe kepemimpinan kompromi.

Dari data yang tersaji pada tabel 13, hanya sekitar 10 orang responden (15 %) yang tidak setuju dan kurang setuju dengan tipe kepemimpinan kompromi,

mereka menganggap bahwa pemimpin harus bisa menerapkan aturan-aturan kerja yang jelas dan tidak bisa ditawar-tawar lagi, setiap pekerjaan harus mengikuti Standar Operation Procedure (SOP) yang ada. Namun, angka yang sangat signifikan yakni 85 % responden menyatakan setuju dan sangat setuju dengan tipe kepemimpinan kompromi ini, mereka lebih menginginkan seorang pemimpin yang mau berdiskusi dan mendengar pendapat/masukan dari stafnya. Bagi mereka, dalam situasi yang mendesak kita tidak boleh terlalu kaku pada SOP. Contohnya ; pada proses pencairan dana, pencairan dana memang mempunyai tahap-tahap pelaksanaan pencairan, akan tetapi untuk pencairan dana yang bersifat mendesak (seperti untuk bantuan terhadap korban bencana alam) penerapan proses pencairan hendaknya dapat dipercepat atas dasar kemanusiaan.

Tabel 14

Tipe Kepemimpinan Missionari

No Tipe Kepemimpinan Kompromi F %

1 Tidak setuju 29 43.3

2 Kurang setuju 23 34.3

3 Setuju 13 19.4

4 Sangat setuju 2 3.0

Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P12/FC.14

Dari tabel di atas dapat diketahui mengenai tipe kepemimpin missionari, bahwa sebanyak 29 orang responden (43,3%) menyatakan tidak setuju, sebanyak 23 orang responden menyatakan kurang setuju (34,3%), sebanyak 13 orang responden (19,4%) menyatakan setuju dan sebanyak 2 orang responden (3%) menyatakan sangat setuju dengan tipe kepemimpinan missionari.

Dari data yang tersaji pada tabel 13, dapat dilihat bahwa 52 orang responden atau lebih dari 70 % menyatakan tidak setuju dan kurang setuju dengan tipe kepemimpinan missionari, mereka tidak menyukai kepemimpinan yang hanya memperhatikan orang-orang dan hubungan kerja tetapi tidak perduli dengan pekerjaan staf-stafnya. Mereka ingin apa yang mereka kerjakan dihargai. Sementara, dengan tipe kepemimpinan missionari maka bekerja atau tidak bekerjanya seorang pegawai itu sama saja. Namun, dari hasil kuesioner yang disebarkan, sebanyak 15 orang responden (22,4 %) menyatakan setuju dan sangat setuju dengan tipe kepemimpinan yang menilai keharmonisan hubungan kerja sebagai tujuan yang harus dicapai ini.

Tabel 15

Tipe Kepemimpinan Otokrat

No Tipe Kepemimpinan Otokrat F %

1 Tidak setuju 28 41.8

2 Kurang setuju 31 46.3

3 Setuju 7 10.4

4 Sangat setuju 1 1.5

Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P13/FC.15

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui mengenai tipe kepemimpin otokrat, hasilnya sebanyak 28 orang responden (41,8%) menyatakan tidak setuju, sebanyak 31 orang responden menyatakan kurang setuju (46,3%), sebanyak 7 orang responden (10,4%) menyatakan setuju dan sebanyak 1 orang responden (1,5%) menyatakan sangat setuju dengan tipe kepemimpinan otokrat.

Dari tabel 15 kita dapat melihat bahwa sebanyak 59 orang atau lebih dari 80 % rexponden menyatakan kurang setuju dan tidak setuju dengan tipe

kepemimpinan otokrat. Mereka tidak menyukai tipe pemimpin yang tidak mempercayai bawahannya, pemimpin seperti ini tidak menyenangkan karena hanya tertarik pada pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Akan tetapi ada 8 orang responden (11,9%) yang setuju dan sangat setuju dengan tipe kepemimpinan otokrat ini. Bagi mereka pekerjaan yang ada memang harus sesegera mungkin dikerjakan sehingga mereka bisa mengerjakan pekerjaan lainnya.

Tabel 16

Tipe Kepemimpinan Deserter

No Tipe Kepemimpinan Deserter F %

1 Tidak setuju 62 92.5

2 Kurang setuju 5 7.5

3 Setuju 0 0

4 Sangat setuju 0 0

Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P14/FC.16

Dari tabel di atas dapat diketahui mengenai tipe kepemimpin deserter, yaitu sebanyak 62 orang responden (92,5 %) menyatakan tidak setuju, sebanyak 5 orang responden kurang setuju (7,5 %), dan tidak ada responden (0 %) yang setuju dan sangat setuju dengan tipe kepemimpinan deserter.

Tipe kepemimpinan deserter adalah satu dari empat tipe kepemimpinan yang tidak efektif. Sehingga seluruh responden (100 %) menyatakan tidak setuju atau kurang setuju dengan pemimpin yang lari dari tugas. Organisasi tentunya tidak akan berjalan dengan baik dan mencapai tujuannya jika dipimpin oleh orang yang tidak bertanggung jawab, tidak mau tahu, dan menyerahkan semuanya kepada staf.

Tabel 17

Setiap Tipe Kepemimpinan mempengaruhi kepuasan kerja

No Setiap Tipe Kepemimpinan

mempengaruhi kepuasan kerja

F % 1 Tidak dapat 1 1.5 2 Kurang dapat 10 14.9 3 Dapat 49 73.1 4 Sangat dapat 8 11.9 Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P15/FC.17

Dari tabel di atas dapat diketahui mengenai setiap tipe kepemimpinan mempengaruhi kepuasan kerja. Sebanyak 1 orang responden (1,5 %) menyatakan tidak dapat, sebanyak 10 orang responden (14,9%) menyatakan kurang dapat, sebanyak 49 orang responden (73,1%) menyatakan dapat dan sebanyak 8 orang responden (11,9%) menyatakan sangat dapat.

Dengan demikian sebagian besar responden menyatakan bahwa tipe kepemimpinan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 73,1 % atau sebanyak 49 orang responden yang menyatakan bahwa setiap tipe kepemimpinan dapat dan sangat dapat mempengaruhi kepuasan kerja.. Tipe kepemimpinan memang sangat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja seseorang di lingkungan kerjanya. Jika tipe kepemimpinan dirasa tidak cocok, sudah pasti kenyamanan kerja akan sulit tercapai sehingga mempengaruhi kepuasan kerja, dan sebaliknya jika tipe kepemimpinan dirasa cocok, maka akan dapat menimbulkan kepuasan kerja pada diri seseorang.

IV.3.3 Kepuasan Kerja

Pemenuhan Kebutuhan

Tabel 18

Karakteristik Pekerjaan dapat memenuhi kebutuhan No Karakteristik Pekerjaan dapat

memenuhi kebutuhan F % 1 Tidak memenuhi 3 4.5 2 Kurang memenuhi 32 47.8 3 Memenuhi 30 44.8 4 Sangat memenuhi 2 3.0 Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P16/FC.18

Dari tabel di atas diketahui mengenai karakteristik pekerjaan dapat memenuhi kebutuhan. Hasilnya sebanyak 3 orang responden (4,5%) menyatakan tidak memenuhi, sebanyak 32 orang responden kurang memenuhi (47,8%), sebanyak 30 orang responden (44,8%) memenuhi dan sebanyak 2 orang responden (3,0 %) sangat setuju memenuhi.

Dengan demikian mayoritas responden dalam penelitian ini yaitu para pegawai di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat menyatakan bahwa karakteristik pekerjaan dapat memenuhi kebutuhan mereka . Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 47,8% atau dijawab oleh sebanyak 32 orang responden. Para pegawai tersebut memberikan argumen bahwa pekerjaan tertentu dengan fasilitas dan tingkatan jabatan tertentu akan mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Tabel 19

Kepuasan Kerja Karena Pemenuhan Kebutuhan Tercapai No Kepuasan Kerja Karena Pemenuhan

Kebutuhan Tercapai F % 1 Tidak setuju 0 0 2 Kurang setuju 13 19.4 3 Setuju 40 59.7 4 Sangat setuju 14 20.9 Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P17/FC.19

Dari tabel di atas diketahui mengenai karakteristik kepuasan kerja dapat tercapai jika pemenuhan kebutuhan tercapai. Tidak ada responden (0 %) yang menyatakan tidak setuju, sebanyak 13 orang responden menyatakan kurang setuju (19,4 %), sebanyak 40 orang responden (59,7 %) menyatakan setuju dan sebanyak 14 orang responden (20,9 %) menyatakan sangat setuju dengan kepuasan kerja tercapai jika pemenuhan kebutuhan tercapai.

Dengan demikian mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan setuju bahwa kepuasan kerja tercapai jika pemenuhan kebutuhan tercapai. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 59,7 % atau dijawab oleh 40 orang responden. Para responden memberikan argumen bahwa inti dari kepuasan kerja adalah jika kebutuhan mereka dapat terpenuhi, misalnya melalui pemberian tingkat gaji yang sesuai, adanya fasilitas kerja yang memadai, promosi jabatan yang adil, serta adanya rekan kerja yang dapat memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial di lingkungan kerja.

Tabel 20

Kepuasan Kerja Karena Sarana Yang Memadai No Kepuasan Kerja Karena Sarana

Yang Memadai F % 1 Tidak setuju 0 0 2 Kurang setuju 6 9.0 3 Setuju 49 73.1 4 Sangat setuju 12 17.9 Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P18/FC.20

Berdasarkan tabel di atas diketahui mengenai kepuasan kerja tercapai dengan adanya sarana yang memadai. Tidak ada responden (0%) menyatakan tidak setuju, sebanyak 6 orang responden menyatakan kurang setuju (9%), sebanyak 49 orang responden (73,1%) menyatakan setuju dan sebanyak 12 orang responden (17,9%) menyatakan sangat setuju kepuasan kerja akan tercapai dengan adanya sarana yang memadai.

Dari hasil penelitian yang tersaji pada tabel 19, hanya 9 % responden yang kurang setuju, sementara lebih dari 90 % responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kepuasan kerja tercapai karena sarana yang memadai. Para pegawai di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat menyatakan bahwa dengan adanya sarana yang baik dan memadai seperti adanya komputer, ATK, TV, AC, kipas angin, serta kendaraan dinas akan dapat menunjang kinerja mereka, dan dengan kinerja yang baik tentunya akan muncul kepuasan dalam bekerja.

Ketidakcocokan

Tabel 21

Anda merasa tepat di posisi pekerjaan anda saat ini No Anda merasa tepat di posisi

pekerjaan anda saat ini

F % 1 Tidak tepat 2 3.0 2 Kurang tepat 9 13.4 3 Tepat 53 79.1 4 Sangat tepat 3 4.5 Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P19/FC.21

Dari tabel di atas diketahui mengenai perasaan tepat atau tidakkah responden berada di posisi pekerjaan mereka saat ini. Hasilnya sebanyak 2 orang responden (3,0%) menyatakan tidak tepat, sebanyak 9 orang responden menyatakan kurang tepat (13,4%), sebanyak 53 orang responden (79,1%) menyatakan tepat dan sebanyak 3 orang responden (4,5%) menyatakan sangat tepat.

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 20 terlihat bahwa lebih dari 80 % responden merasa telah ditempatkan di posisi yang tepat, karena bidang kerja yang mereka tangani sekarang telah sesuai dengan minat dan keahlian mereka sehingga mereka merasa nyaman ketika melakukan pekerjaan mereka. Namun, ada juga 11 orang responden yang menyatakan sedang berada pada posisi yang kurang tepat atau tidak tepat. Hal ini terjadi karena proses penempatan posisi seorang pegawai tidak hanya ditentukan dari keahlian maupun latar belakang pendidikan semata, akan tetapi juga harus disesuaikan dengan posisi yang tersedia atau yang dibutuhkan.

Tabel 22

Kepuasan kerja dari harapan yang terpenuhi No Kepuasan kerja dari harapan yang

terpenuhi F % 1 Tidak setuju 0 0 2 Kurang setuju 12 17.9 3 Setuju 49 73.1 4 Sangat setuju 6 9.0 Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P20/FC.22

Dari tabel di atas diketahui mengenai kepuasan kerja responden muncul dari harapan yang terpenuhi. Hasilnya, tidak ada responden (0 %) yang menyatakan tidak setuju, sebanyak 12 orang responden (17,9 %) menyatakan kurang setuju, sebanyak 49 orang responden (73,1 %) menyatakan setuju dan sebanyak 6 orang responden (9,0 %) menyatakan sangat setuju dengan kepuasan kerja muncul dari harapan yang terpenuhi.

Berdasarkan data yang tersaji pada tabel 21 dapat dilihat bahwa lebih dari 80 % responden atau 55 orang menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kepuasan kerja muncul dari harapan yang terpenuhi. Setiap orang bekerja tentunya mengharapkan sesuatu dari apa yang dia kerjakan, harapan-harapan seperti gaji yang mencukupi, kerja yang menarik, bakat atau hobi yang tersalurkan, tentunya akan menimbulkan kepuasan dalam bekerja.

Tabel 23 Gaji Sesuai Harapan

No Gaji Sesuai Harapan F %

1 Tidak setuju 10 14.9

2 Kurang setuju 44 65.7

3 Setuju 13 19.4

4 Sangat setuju 0 0

Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P21/FC.23

Dari tabel di atas dapat diketahui mengenai gaji responden sudah sesuai dengan harapan. Sebanyak 10 orang responden (14,9%) menyatakan tidak setuju, sebanyak 44 orang responden (65,7%) menyatakan kurang setuju, sebanyak 13 orang responden (19,4 %) menyatakan setuju dan tidak ada responden (0%) yang menyatakan sangat setuju bahwa gaji mereka sudah sesuai dengan harapan.

Berdasarkan data yang tersaji pada tabel 23 dapat diketahui bahwa 54 orang pegawai atau lebih dari 80 % responden menyatakan bahwa gaji yang mereka terima tidak sesuai atau kurang sesuai dengan apa yang diharapkannya. Ini dapat dimaklumi mengingat masih ada pegawai yang hanya menerima gaji sekitar Rp 1.000.000,- per bulan, terkait dengan naiknya harga-harga barang dan jasa, maka masih banyak pegawai yang merasa bahwa gaji mereka tidak sesuai atau kurang sesuai dengan apa yang menjadi harapannya. Adapun gaji tertinggi pegawai Golongan IV adalah sekitar Rp 3.000.000,- per bulan.

Tabel 24

Instruksi pimpinan mampu memudahkan ketika bekerja No Instruksi pimpinan mampu

memudahkan ketika bekerja

F % 1 Tidak mampu 10 14.9 2 Kurang mampu 11 16.4 3 Mampu 49 73.1 4 Sangat mampu 7 10.4 Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P22/FC.24

Dari tabel di atas dapat diketahui mengenai instruksi pimpinan mampu memudahkan ketika responden bekerja. Menanggapi hal tersebut, sebanyak 10 orang responden (14,9%) menyatakan tidak mampu, sebanyak 11 orang responden (16,4%) menyatakan kurang mampu, sebanyak 49 orang responden (73,1%) menyatakan setuju dan sebanyak 7 orang responden (10,4%) menyatakan sangat setuju dengan instruksi pimpinan mampu memudahkan ketika bekerja.

Adanya hirarki jabatan di Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat menyebabkan perlu adanya koordinasi di tiap level jabatan. Dalam tiap pekerjaan, Sekretaris Daerah memberikan perintah melalui Asisten, kemudian Asisten mendisposisikan tugas kepada Kepala Bagian, selanjutnya Kepala Bagian memberikan instruksi kerja kepada Kasubbag atau staf. Pemberian instruksi kerja ini dapat dilakukan secara lisan atau tertulis guna mempermudah pelaksanaan kerja. Hal ini membutuhkan adanya keseragaman bahasa dalam penyampaian instruksi di tiap level kerja, sehingga apa yang dikerjakan di level staf sejalan dengan apa yang diinginkan atasannya. Dari hasil penelitian sebagaimana tersaji pada tabel 23, terlihat bahwa 56 orang responden (83,5%) menyatakan bahwa instruksi yang diberikan pimpinan mampu memudahkan mereka dalam bekerja.

Tabel 25

Rekan kerja yang mendukung dapat menimbulkan kepuasan kerja No Rekan kerja yang mendukung dapat

menimbulkan kepuasan kerja

F % 1 Tidak setuju 0 0 2 Kurang setuju 1 1.5 3 Setuju 50 74.6 4 Sangat setuju 16 23.9 Total 67 100.0

Sumber : Kuesioner Penelitian P23/FC.25

Dari tabel di atas dapat diketahui mengenai rekan kerja yang mendukung dapat menimbulkan kepuasan kerja pada diri responden. Tidak ada responden (0%) yang menyatakan tidak setuju, sementara hanya 1 orang responden (1,5%) menyatakan kurang setuju, sebanyak 50 orang responden (74,6%) menyatakan setuju dan sebanyak 16 orang responden (23,9 %) menyatakan sangat setuju.

Dengan demikian, dari tabel 24 terlihat jelas bahwa hampir seluruh responden (98,5 %) menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa rekan kerja yang mendukung dapat menimbulkan kepuasan kerja. Rekan kerja merupakan sosok pendamping ketika berada di lingkungan kerja. Seorang atau lebih rekan kerja diperlukan guna membantu, berkoordinasi, berdiskusi dan juga bentuk kepedulian lain ketika dihadapkan pada suatu permasalahan. Makna terpenting dari rekan kerja adalah sebagai pemenuhan kebutuhan akan interaksi sosial di lingkungan kerja, karena terpenuhinya kebutuhan akan interaksi sosial akan membuat seseorang merasa nyaman dan puas dengan pekerjaannya.

Pencapaian Nilai

Tabel 26

Pekerjaan yang dipilih memenuhi nilai kerja yang diinginkan No Pekerjaan yang anda pilih mampu

memenuhi nilai kerja yang diinginkan

Dokumen terkait