SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA
(Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
SKRIPSI
Oleh :
MUHAMMAD MARLIANSYAH 061202036
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
MUHAMMAD MARLIANSYAH: Sebaran Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii.Lesson,1827.) Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografi. Dibimbing oleh BEJO SLAMET dan ETTI SARTINA SIREGAR.
Penelitian mengenai sebaran pohon sumber pakan orangutan pada hutan alam dengan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) belum banyak dilakukan. Identifikasi sebaran pohon pakan dilakukan untuk memetakan dan mengidentifikasi jenis pohon pakan Orangutan Sumatera menggunakan aplikasi Sistem informasi geografis (SIG). Identifikasi sebaran pohon pakan dilakukan dengan Pencarian ke daerah-daerah jelajah orangutan yang telah diketahui koordinat titik-titik lokasi tempat aktifitas orangutan melakukan kegitan makan dengan menggunakan GPS Garmin 60Cx, kemudian diolah dengan menggunakan
software ArcView 3.3. Sedangkan nama jenis pohon pakan di identifikasi di
laboratorium.
Ditemukan 190 individu pohon. Dari 190 individu pohon sebanyak 101 jenis pohon, dimana terdapat 52 pohon pakan orangutan berdasarkan daftar tanaman pohon pakan orangutan Pusat Pengamatan Orangutan Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser dan 49 jenis pohon lain yang berpotensi sebagai pohon pakan dimana terdiri atas 24 famili. Jenis pohon pakan yang ditemukan dan mendominasi yaitu dari famili Dipterocarpaceae sebanyak 50 individu, Myrtaceae sebanyak 26 individu , Fagaceae sebanyak 16 individu, Sapindaceae 12 individu dan moraceae sebanyak 11 individu.
Hasil identifikasi terhadap 190 individu pohon selanjutnya dibuat peta sebaran pohon pakan yang dikelompokkan berdasarkan atas kelas diameter dan ketinggian tempat diatas permukaan laut. Hasil analisis vegetasi terhadap 20 petak contoh pengamatan dimana diperoleh sebanyak 37 spesies pohon dengan Indeks keragaman Shannon-wiener (H’) sebesar 3,19.
ABSTRAK
MUHAMMAD MARLIANSYAH: Distribution of Feeding Trees Sumatran Orangutan (Pongo abelii. Lesson, 1827.). Using Geographic Information System Application. Supervised by BEJO SLAMET and ETTI SARTINA SIREGAR.
Research on the distribution of the source tree orangutans feed on natural forests with the application of Geographical Information Systems (GIS) has not done a lot. Identify the distribution of food trees is to map and identify the Sumatran Orangutan feed tree species using the application of geographical information systems (GIS). Identify the distribution of food trees is done by search to areas that have been known to cruise orangutans coordinates points the location where orangutans do kegitan eating activity using a Garmin GPS 60Cx, then processed by using the software ArcView 3.3. While the name of the feed in the identification of tree species in the laboratory.
There are found 190 individual trees. From the 190 individual trees of 101 species of trees, there are 52 Orangutan food trees based on a list of plants orangutan food trees Observation Center for Orangutan Bukit Lawang, Gunung Leuser National Park and 49 other tree species with potential as a feed tree which consists of 24 families. The feed tree species found in and dominate, namely from 50 individuals of family Dipterocarpaceae, Myrtaceae as much as 26 individuals, as many as 16 individual Fagaceae, Moraceae Sapindaceae as many as 12 individuals and 11 individuals.
The identification results of 190 individual trees are made of feed tree distribution maps, which are grouped based on diameter class and at an altitude above sea level. Results of vegetation analysis of 20 observations where the sample plot was obtained as many as 37 species of trees with the Shannon-wiener diversity index (H ') of 3.19.
Key words: The Identify of food trees distribution Orangutans, the map of food
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullilah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
hasil penelitian yang berjudul “ Sebaran Pohon Pakan Orangutan Sumatera
(Pongo abelli. Lesson, 1827) Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi
Geografis”. Hasil penelitian ini disusun berdasarkan ide dan pemikiran kreatif
yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sebaran dan identifikasi
pohon pakan Orangutan menggunakan aplikasi Sistem informasi geografis (SIG).
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih banyak kepada
kedua orangtua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik
penulis selama ini. Tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Bejo Slamet, S.Hut, M.Si dan Ibu Etti Sartina Siregar, S.Si, M.Si selaku
ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan
berbagai arahan serta masukan berharga kepada penulis.
Di samping itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada
Yayasan Orangutan Sumatera Lestari Orangutan Information Centre (YOSL-OIC)
selaku pendonor dalam kegiatan penelitian hingga selesai. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai program
studi Budidaya Hutan Departemen Kehutanan, serta rekan mahasiswa yang turut
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis
sampaikan, semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Agustus 2010
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... ii
ABSTRAK... iii
KATA PENGANTAR……….. iii
DAFTAR TABEL………. ix
DAFTAR GAMBAR……….... x
DAFTAR LAMPIRAN………. xi
PENDAHULUAN Latar Belakang……….. 1
Tujuan Penelitian……….. 3
Manfaat Penelitian………. 3
TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Orangutan Sumatera………... 4
Habitat Orangutan………. 5
Makanan Orangutan……….. 6
Daya Jelajah Orangutan……… 9
Sistem Informasi Geografis……….. 10
Analisis Vegetasi……….. 11
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi ……… 13
Bahan dan Alat………. 13
Prosedur Penelitian………... 14
Sebaran tanaman pakan……….. 14
Objek penelitian……… 14
Pencarian (searching) titik-titik koordinat jelajah Orangutan………. 14
Analisis data sebaran pohon pakan Orangutan……….... 15
Identifikasi pohon pakan Orangutan……….. 15
Analisis Vegetasi……….... 16
Analisis data Vegetasi……….. 16
Posisi Pohon Pakan Berdasarkan Diameter Pohon……….. 21
Posisi Pohon Pakan Berdasarkan Ketinggian Tempat…………. 22
Hasil Analisis Vegetasi……… 24
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan………... 26
Saran………... 26
DAFTAR PUSTAKA………. 27
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Jumlah idividu menurut famili yang ditemukan di daerah jelajah
Orangutan betina dan jantan dewasa (Jenggot dan Minah)…………. 20
2. Jumlah dan Presentase pohon pakan Orangutan bedasarkan
kelas diameter (cm)……….… 21
3. Jumlah dan Presentase pohon pakan Orangutan bedasarkan
ketinggian tempat (m dpl)………...….. 22
4. Kerapatan relatif (KR), Frekuaensi relatif (FR), Dominasi relatif (DR)
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Orangutan Sumatera (Pongo abelii. Lesson, 1827.)………... 5
2. Orangutan jantan dan betina dewasa………... 15
3. Kegiatan lapangan...………… 60
4. Orangutan Sumatera (Pongo abelli) liar……… 61
5. Pohon sarang orangutan sumatera (Pongo abelli)………. 61
6. Daun pakan Orangutan...,………... 62
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Peta sebaran pohon pakan Orangutan jantan dan betina dewasa
Jenggot dan Minah berdasarkan kelas diameterpohon………... 31
2. Peta sebaran pohon pakan Orangutan jantan dan betina dewasa
Jenggot dan Minah berdasarkan kelas ketinggian pohon (m dpl)….. 32
3. Peta trail pusat pengamatan orangutan sumatera Taman Nasional
Gunung Leuser………... 33
4. Peta daerah jelajah orangutan jantan dan betina dewasa Jenggot dan
Minah metode Minimum Convex Poligon………. 34
5. Jenis pohon pakan dan jenis pohon yang berpotensi sebagai pakan
Orangutan jantan dan betina dewasa Jenggot dan Minah...…….... 35
6. Titik koordinat posisi pohon pakan orangutan betina dan jantan
dewasa Jenggot dan Minah……….... 40
7. Analisis vegetasi tingkat pohon………... 48
ABSTRAK
MUHAMMAD MARLIANSYAH: Sebaran Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii.Lesson,1827.) Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografi. Dibimbing oleh BEJO SLAMET dan ETTI SARTINA SIREGAR.
Penelitian mengenai sebaran pohon sumber pakan orangutan pada hutan alam dengan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) belum banyak dilakukan. Identifikasi sebaran pohon pakan dilakukan untuk memetakan dan mengidentifikasi jenis pohon pakan Orangutan Sumatera menggunakan aplikasi Sistem informasi geografis (SIG). Identifikasi sebaran pohon pakan dilakukan dengan Pencarian ke daerah-daerah jelajah orangutan yang telah diketahui koordinat titik-titik lokasi tempat aktifitas orangutan melakukan kegitan makan dengan menggunakan GPS Garmin 60Cx, kemudian diolah dengan menggunakan
software ArcView 3.3. Sedangkan nama jenis pohon pakan di identifikasi di
laboratorium.
Ditemukan 190 individu pohon. Dari 190 individu pohon sebanyak 101 jenis pohon, dimana terdapat 52 pohon pakan orangutan berdasarkan daftar tanaman pohon pakan orangutan Pusat Pengamatan Orangutan Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser dan 49 jenis pohon lain yang berpotensi sebagai pohon pakan dimana terdiri atas 24 famili. Jenis pohon pakan yang ditemukan dan mendominasi yaitu dari famili Dipterocarpaceae sebanyak 50 individu, Myrtaceae sebanyak 26 individu , Fagaceae sebanyak 16 individu, Sapindaceae 12 individu dan moraceae sebanyak 11 individu.
Hasil identifikasi terhadap 190 individu pohon selanjutnya dibuat peta sebaran pohon pakan yang dikelompokkan berdasarkan atas kelas diameter dan ketinggian tempat diatas permukaan laut. Hasil analisis vegetasi terhadap 20 petak contoh pengamatan dimana diperoleh sebanyak 37 spesies pohon dengan Indeks keragaman Shannon-wiener (H’) sebesar 3,19.
ABSTRAK
MUHAMMAD MARLIANSYAH: Distribution of Feeding Trees Sumatran Orangutan (Pongo abelii. Lesson, 1827.). Using Geographic Information System Application. Supervised by BEJO SLAMET and ETTI SARTINA SIREGAR.
Research on the distribution of the source tree orangutans feed on natural forests with the application of Geographical Information Systems (GIS) has not done a lot. Identify the distribution of food trees is to map and identify the Sumatran Orangutan feed tree species using the application of geographical information systems (GIS). Identify the distribution of food trees is done by search to areas that have been known to cruise orangutans coordinates points the location where orangutans do kegitan eating activity using a Garmin GPS 60Cx, then processed by using the software ArcView 3.3. While the name of the feed in the identification of tree species in the laboratory.
There are found 190 individual trees. From the 190 individual trees of 101 species of trees, there are 52 Orangutan food trees based on a list of plants orangutan food trees Observation Center for Orangutan Bukit Lawang, Gunung Leuser National Park and 49 other tree species with potential as a feed tree which consists of 24 families. The feed tree species found in and dominate, namely from 50 individuals of family Dipterocarpaceae, Myrtaceae as much as 26 individuals, as many as 16 individual Fagaceae, Moraceae Sapindaceae as many as 12 individuals and 11 individuals.
The identification results of 190 individual trees are made of feed tree distribution maps, which are grouped based on diameter class and at an altitude above sea level. Results of vegetation analysis of 20 observations where the sample plot was obtained as many as 37 species of trees with the Shannon-wiener diversity index (H ') of 3.19.
Key words: The Identify of food trees distribution Orangutans, the map of food
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Orangutan Sumatera (Pongo abelii. Lesson, 1827.) adalah jenis kera besar
yang ada di pulau Sumatera. Kera besar ini dapat hidup di berbagai tipe hutan
mulai hutan dataran rendah sampai dataran tinggi baik hutan primer atau di hutan
sekunder (Rijksen, 1978).
Fragmentasi habitat dan perubahan lingkungan yang signifikan
mengakibatkan terjadinya perubahan yang mempengaruhi hubungan timbal balik
dan punahnya suatu unsur yang tidak dapat digantikan. Hal ini yang
mengakibatkan punahnya jenis lain termasuk orangutan. Saat ini keberadaan
orangutan di alam sangat terancam dan rentan terhadap kepunahan. Oleh IUCN
(2002), orangutan sumatera (Pongo abelii.Lesson, 1827.) dimasukkan ke dalam
kategori Critical endangered (sangat kritis). Spesies ini juga terdaftar dalam
appendix 1 CITES (Convention on Internasional Trade in Endangered of Wild
Species of Fauna and Flora atau Konfrensi perdagangan Internasional Satwa dan
Tumbuhan Liar Terancam Punah). Yang berarti orangutan termasuk jenis spesies
yang tubuhnya tidak boleh diperdagangkan di manapun juga.
Orangutan ialah primata frugivorus, yaitu hewan yang makanan pokoknya
adalah buah dengan proporsi makanan dari buah berkisar antara 60 %. Pada
kebanyakan penelitian (Misalnya, Mac Kinnon 1974: 62%; Rijksen 1978: 58%;
Rodman 1973: 61%; Galdikas 1986: 62%). Makanan hewan mengandung nutrien
untuk melengkapi kebutuhan akan protein, karbohidrat, lemak, mineral dan
tubuh hewan (Tillman at al, 1991). Pemilihan makanan pada orangutan akan
mempengaruhi kemampuan dalam bertahan hidup, reproduksi dan perilaku
(Knott, 1998).
Menurut Wich et al (2002), untuk mengetahui pohon potensial dan pohon
buah yang dimakan orangutan dilakukan pengambilan data vegetasi atau dengan
menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis. Berdasarkan data tersebut
terutama pada pohon potensial dan pohon buah dapat diketahui bagaimana potensi
suatu area terhadap kehadiran primata di dalamnya khususnya orangutan.
Perkiraan ketersediaan buah dan distribusi makanan sangat penting untuk variasi
aspek-aspek dalam mempelajari ekologi.
Pengetahuan mengenai bagian-bagian makanan akan membedakan
kualitas dan ketersediaan bagian makanan lain, dan terjadinya pemilihan makanan
pada primata, competitor dan kepadatan populasi (Wich et al, 2002).
Tingginya pemanfaatan buah sangat dipengaruhi oleh persentase
orangutan yang memakan buah-buahan. Meskipun dalam bulan-bulan rendah,
orangutan tetap akan memekan buah sepanjang tahun karena musim berbuah yang
tidak merata (Haryati, 2006).
Komposisi makanan orangutan berbeda pada tiap daerah dipengaruhi oleh
habitat, musim, umur serta jenis kelamin dan lebih dari 1000 jenis makanan
dimakan oleh orangutan. Komposisi makanan ini antara lain berupa daun-daun,
tunas muda, bunga, biji, epifit, liana, kulit kayu dan adakalanya makan tanah yang
kaya mineral, serangga, vertebrata kecil serta telur burung (Napier dan Napier,
Siatem Informasi Geografis merupakan suatu teknologi baru yang saat ini
menjadi alat bantu (tools) yang sangat esensial dalam menyimpan, memanajemen,
menganalisis, memanipulasi, dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam
dengan bantuan data atribut dan spasial (Prahasta, 2005).
Penelitian mengenai keanekaragaman jenis makanan orangutan telah
banyak dilakukan, tetapi untuk mengetahui sebaran tanaman sumber pakan pada
hutan alam dengan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) belum banyak
dilakukan, sehingga penelitian pemetaan sebaran makanan orangutan ini menjadi
penting untuk dilaksanakan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan dan mengidentifikasi jenis
pohon pakan Orangutan Sumatera menggunakan aplikasi sistem informasi
geografis (SIG).
Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan dalam perencanaan dan implementasi pengelolaan habitat
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Orangutan Sumatera
Orangutan berasal dari bahasa melayu yaitu “orang hutan”. Orangutan
Pongo pygmaeus di Borneo dan orangutan Pongo abelii di Sumatera merupakan
satu-satunya kera besar yang hidup di Asia. Jenis kera besar lainnya di temukan di
Afrika, yaitu Bonobo (Pan panicus), Simpanse (Pan troglodytes) dan Gorilla
(Gorilla gorilla). Semua kera besar digolongkan ke dalam suku pongidae yang
merupakan bagian dari bangsa primata (Yuwono, 2007).
Menurut Napier dan Napier (1967) dalam Zulkifli (1999), orangutan
Sumatera dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kelas : Mamalia
Bangsa : Primata
Anak Bangsa : Anthropoidae
Suku : Pongidae
Marga : Pongo
Jenis : Pongo abelii. Lesson, 1827.
Perbedaan morfologis orangutan dapat dikenali dari perawakannya,
khususnya struktur rambut. Jenis dari Sumatera berambut lebih tipis, membulat,
mempunyai kolom pigmen gelap yang halus dan sering patah di bagian
tengahnya, biasanya jelas di dekat ujungnya dan kadang berujung hitam di bagian
luarnya. Ciri yang kedua, orangutan Kalimantan lebih tegap dan mempunyai kulit
dan warna rambut lebih gelap daripada orangutan yang ada di Sumatera
Foto:
(Zendrato, 2008).
Gambar 1. Orangutan Sumatera (Pongo abelii. Lesson, 1827.) Habitat Orangutan
Kurang dari 20.000 tahun yang lalu orangutan dapat dijumpai di seluruh
Asia Tenggara, dari pulau jawa di ujung selatan sampai ujung utara Pegunungan
Himalaya cina bagian selatan. Akan tetapi, saat ini jenis kera besar ini hanya
ditemukan di Sumatera dan Kalimantan, dimana 90% berada di Indonesia.
Penyebab utama terjadi penyempitan daerah sebaran adalah karena manusia dan
orangutan menyukai tempat hidup yang sama, terutama dataran alluvial di sekitar
daerah aliran sungai dan hutan rawa gambut. Pemanfaatan lahan tersebut untuk
aktivitas sosial , ekonomi, dan budaya manusia umumnya berakibat fatal bagi
pihak orangutan (Dephut, 2007).
Diketahui jumlah populasi orangutan liar telah menurun secara terus
menerus dalam beberapa dekade terakhir akibat hilangnya hutan dataran rendah ,
namun pada beberapa dekade tahun terakhir ini kecepatan penurunan populasi
maka dalam 10 tahun terakhir kita akan kehilangan hampir 50% dari jumlah
populasi yang ada saat ini (Dephut, 2007).
Makanan Orangutan
Galdikas (1984) mengatakan bahwa orangutan di Tanjung Puting
memanfaatkan buah, bunga, daun, kuncup dan kulit kayu serta cairan dari
berbagai spesies pohon, tanaman menjalar dan juga berbagai tanaman merambat
yang kecil. Selain itu orangutan juga memakan anggrek, rayap, ulat, semut, jamur,
madu, pangkal dan batang tunas rotan muda, tanaman menjalar, epifit, pakis dan
palma kecil sebagai makanan. Kebanyakan jenis makanan orangutan (74%)
berasal dari spesis pepohonan.
Rijksen (1978) menyatakan bahwa dari 114 jenis makanan yang terdapat
terpencar-pencar lagi tidak merata dalam jumlah, ruang dan waktunya, yang
dikumpulkan di daerah ketambe sebagian besar termasuk jenis-jenis tumbuhan
dari hutan primer.
Bunga dan buah sesuatu species waktunya sangat terbatas dan tidak mudah
diperkirakan kapan tersedia karena munculnya tidak teratur. Pola
berbunga/berbuah pohon dihutan hujan tropis tidak mengikuti daur tahunan yang
tetap, seperti kelihatannya pada spesies pohon di hutan beriklim sedang. Akan
tetapi secara umum gambaran hutan hujan tropis sebagai tempat di mana selalu
ada tumbuhan yang berbunga atau berbuah. Meskipun demikian, walapun
memang selalu ada beberapa buah tersedia, jumlahnya sangatlah berfariasi.
Selama enam tahun ketika catatan fenologis di buat terhadap 58 pohon tertentu di
1% dan 15%, meskipun selama 15 bulan (21%) dari 73 bulan tidak satu pohon
pun yang mengandung buah matang. Medway (1972) dalam Galdikas (1984).
Utami dan van Hoof (1997) menemukan kegiatan makan daging pada
orangutan betina dewasa, yaitu sejak tahun 1989. Diperoleh tujuh insiden
orangutan Sumatera betina memakan kukang (Nycticebus coucang) memiliki
saksi mata hidup ; enam kasus perburuan daging ini dijumpai di Stasiun Penelitian
Ketambe TNGL dan satu oleh Carel P. Van Schaik di Stasiun Penelitian Suaq
Balimbing TNGL.
Galdikas (1984) menyatakan meskipun variabilitas pada susunan makanan
orangutan sangat besar, orangutan pada dasarnya bersifat sebagai pemakan buah
(Frugivora). Waktu makan buah merupakan 61% dari seluruh waktu makan. Di
ketambe, Rijksen (1978) menyatakan bahwa buah merupakan sumber pakan
utama 58% dari waktu makan digunakan makan buah, 25% daun muda, 14%
insekta dan 3% kulit kayu. Selanjutnya Galdikas (1984) juga menyatakan makan
kulit kayu turun sampai nol dan makan daun muda turun tajam selama
bulan-bulan ketika spesies pohon lain berbuah.
Di habitat yang berkualitas baik, antara 57% (jantan) dan 80% (betina)
waktu makannya dihabiskan untuk memakan buah-buahan. Walaupun ada sekitar
200 jenis buah yang dimakan, beberapa jenis buah tertentu ternyata jauh lebih
tinggi dalam komposisi makanan orangutan. Buah-buahan ini berdaging lembek,
berbiji, termasuk buah berbiji tungal dan buah beri. Orangutan juga lebih
menyukai pohon-pohon yang berbuah lebat. Selain buah, orangutan juga
memakan daun (termasuk tunas muda dan tangkai), serangga (semut, rayap,
Ficus dan pohon lainnya dari suku Moraceae, misalnya Payena spp.), bunga, telur
burung, vertebrata kecil (tokek, tupai, dan kukang), dan madu (Meijard et al.,
2001)
Zendrato (2008) menyatakan bahwa orangutan betina dewasa di Pusat
Pengamatan Orangutan Sumatere pada fokal Minah lebih sedikit melakukan
aktivitas makan daripada fokal Jenggot karena pada bulan Juli banyak pohon
pakan yang belum berbuah matang. Sedikitnya sumber makanan yang tersedia di
hutan menyebabkan fokal Minah lebih banyak menjelajah untuk mencari sumber
makanan alternatif lainnya, sehingga jelajah harian fokal Minah juga lebih
panjang. Bahkan, fokal Minah mampu menjelajah hingga 2 hari untuk
mendapatkan makanan dengan rata-rata jelajah hariannya 916,4 meter/hari
Jenis makanan yang paling banyak dimakan fokal Minah adalah
buah-buahan (39,2%). Selain memakan buah-buah-buahan, fokal Minah juga memakan
berbagai jenis makanan lainnya, yaitu: daun muda (26,5%), daun tua (11,7%),
kulit kayu (8,3%), minum air (6,8%), rotan (2,8%), serangga (2,6%), dan jenis
makanan lain seperti tanah (2,1%) (Zendrato, 2008).
Zendrato (2008) menyatakan Orangutan dewasa pada fokal Jenggot di
Pusat pengamatan Orangutan Sumatera beberapa kali dijumpai menghabiskan
waktu yang sangat lama melakukan aktivitas makan pada suatu pohon pakan yang
sedang berbuah lebat dan matang. Aktivitas makan tersebut berlangsung sekitar
3-5 jam. Perbandingan jenis makanan yang dimakan fokal Jenggot, yaitu buah
(58,2%), daun muda (22,2%), daun tua (7,6%), rotan (4,2%), kulit kayu (4%), dan
Daya Jelajah Orangutan
Galdikas (1984) mendefenisikan daerah jelajah sebagai faham abstrak
yang menyatakan jumlah gerak pindah suatu satwa selama masa tertentu, pernah
terlihat bergerak pindah pada daerah tersebut dan tidak terlihat di luar daerah itu.
Penjelajahan sehari adalah jarak yang benar-bener ditempuh orangutan semenjak
ia meninggalkan sarang malamnya pada pagi hari sampai dia membuat sarang
baru untuk malam selanjutnya. Jauhnya jelajah orangutan dalam sehari ini
berkaitan dengan lama rata-rata aktivitasnya dalam sehari dan lama bergerak
mutlaknya dalam sehari.
Daerah jejalah orangutan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Mapple (1980)
menjelaskan ketersediaan makanan merupakan hal yang paling menentukan
ukuran daerah jelajah orangutan. Hal ini mungkin dikarenakan orangutan bersifat
frugivora (Galdikas, 1986). Pola makan ini sangat mempengaruhi kondisi biologis
dan cara hidup orangutan. Oleh karena itu, distribusi jumlah dan kualitas
makanannya menurut waktu dan tempat tertentu merupakan faktor penentu utama
perilaku pergerakan (Meijard et al., 2001).
Ada dua metode utama dalam menentukan poligon daerah jelajah
(Bajjali, 2006), yaitu:
1. Metode Minimum Convex Polygon (MCP)
Metode Minimum Convex Polygon (MCP) adalah poligon terkecil (convex)
yang mencakup semua titik-titik yang dikunjungi oleh kelompok satwa.
Umumnya metode ini juga mencakup sebagian besar ruang kosong yang tidak
pernah dikunjungi oleh satwa.
Metode Kernel Home Range merupakan metode yang populer dalam menduga
daerah jelajah, tetapi ukuran sampel dan tingkat akurasinya masih belum
diketahui. Tingkat pendugaan daerah jelajah dihasilkan oleh kernel yang telah
ditetapkan dan yang dapat disesuaikan menggunakan ‘referensi’ dan metode
least square cross validation (LSCV) untuk menentukan tingkat kehalusan
polygon.Simulasi daerah jelajah bervarisasi mulai dari bentuk yang sederhana
hingga yang kompleks, dibentuk distribusi normal campuran.
Sistem Informasi Geografis
Sistem informasi geografis adalah suatu sistem berbasis komputer, yang
dipergunakan untuk menyimpan, mengolah, mengelola dan menganalisa data baik
data spasial maupun data alphanumerik serta menyajikan informasi secara visual.
SIG merupakan sebuah sistem yang saling berkaitan satu dengan yang lain.
Sistem informasi geografis (SIG), hingga saat ini merupakan sistem yang sangat
menarik. Sistem yang cenderung selalu dibuat untuk interaktif ini dapat
mengintegrasikan data spasial (peta vektor dan citra dijital), atribut (tabel sistem
basis data) dan properties penting lainnya. Konsekuensi dari integrasi ini, sistem
informasi tersebut memiliki fungsionalitas-fungsionalitas yang teradopsi dari
sistem-sistem perangkat lunak dimana data-data tersebut berasal (Prahasta, 2005).
Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi suatu teknologi baru yang pada
saat ini menjadi alat bantu (tools) yang sangat esensial dalam menyimpan,
memanipulasi, menganalisa dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam
dengan bantuan data atribut dan spasial (grafis) (Prahasta, 2005). Lebih lanjut
digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses dan output) data spasial
atau data yang bereferensi geografis.
Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan (Soerianegara dan
Indrawan, 1988). Data tersebut berguna untuk mengetahui kondisi keseimbangan
komunitas hutan dan menjelaskan interaksi di dalam dan antar jenis (Odum, 1971;
Ludwing dan Reynolds, 1988).
Hasil dari analisis vegetasi tumbuhan disajikan secara deskriptif mengenai
komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak
hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies tetapi juga oleh jumlah individu
dari setiap spesies organisme (Indriyanto, 2008).
Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan
petak-petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara. Petak-petak-petak tersebut
dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan
metode tanpa petak (Irwanto, 2006).
Tingkat keragaman komunitas suatu habitat orangutan dapat diketahui dari
besarnya indeks keragaman. Indeks keragaman yang digunakan dalam penelitian
ini adalah indeks keragaman Shanon-Wiener. Kriteria nilai indeks karagaman
jenis berdasarkan Shanon-Wiener H’ berkisar 0 – 7 dengan kriteria sebagai
berikut: jika H’ (0 < 2) tergolong rendah, H’ (2 < 3) tergolong sedang, H’ (> 3)
atau lebih tergolong tinggi. Keanekaragaman jenis yang tinggi merupakan
indikator dari kemantapan atau kestabilan dari suatu lingkungan pertumbuhan.
disebabkan terjadinya interaksi yang tinggi pula sehingga akan mempunyai
kemampuan lebih tinggi dalam menghadapi gangguan terhadap
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei – Agustus 2010 dan lokasi
penelitian adalah di areal Pusat pengamatan orangutan sumatera (PPOS) Bukit
Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
Secara geografis lokasi penelitian terletak pada 30 30’ – 30 45 Lintang
Utara dan 980 0’ – 980 15’ Bujur Timur, Sedangkan secara administratif lokasi
penelitian ini termasuk dalam kawasan Desa Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok,
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Abdulhadi, 1986).
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Peta Trail Pusat
Pengamatan Orangutan Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser, Peta
daerah jelajah orangutan jantan dan betina dewasa, Daftar nama tanaman pakan
orangutan sumatera bukit lawang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain : Perangkat computer dengan aplikasi ArcView 3.3, Global Positioning
System (GPS), kamera digital, binokuler, haga hypsometer, kompas, phyband, tali
raffia, kalkulator, parang, senter kepala petzler, pantong plastik ukuran 10 kg,
peralatan herbarium, galah, jam tangan digital, sarung tangan, buku kunci
Prosedur Penelitian
Data primer yang dikumpulkan berdasarkan hasil observasi di lapangan
yang dicatat sebagai tabulasi data dan data sekunder merupakan data yang
diperoleh dari buku teks, artikel, jurnal, laporan dan sumber-sumber pustaka
lainnya.
Sebaran Tanaman Pakan Objek penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah jenis-jenis tumbuhan berupa pohon yang
dimanfaatkan oleh Orangutan sebagai sumber pakan yang terdapat di areal
penelitian berdasarkan titik-titik koordinat yang telah diteliti oleh peneliti
sebelumnya.
Pencarian (searching) titik-titik koordinat jelajah orangutan
Pencarian dilakukan dengan menelusuri jalan-jalan setapak yang ada di
kawasan penelitian. Penelusuran diarahkan ke daerah-daerah jelajah orangutan
yang telah diketahui koordinat titik-titik lokasi tempat aktifitas orangutan
melakukan kegitan makan. Pemasukkan titik-titik koordinat tersebut dilakukan
dengan menggunakan GPS Garmin 60Cx, hasil dari penelitian Zendrato (2008)
dimana fokal yang digunakan yaitu orangutan jantan dewasa Jenggot dan
foto (a): Zendrato, 2008
(a) (b)
Gambar 2. Orangutan Jantan dan Betina Dewasa Keterangan : (a). Focal Jenggot
(b). Focal Minah dan anaknya Caterine
Analisis data sebaran pohon pakan Orangutan
Pengolahan data spasial dilakukan dengan menggunakan software
ArcView 3.3. Parameter yang dicatat yaitu jenis tanaman, diameter tanaman dan
ketinggian tanaman diatas permukaan laut (meter). Contoh yang diambil berupa
jenis pohon dengan diameter > 20 cm. Hasil pengukuran koordinat dan
identifikasi jenis pohon kemudian ditabulasikan dalam program Microsoft exel
untuk dibuat berupa peta sebaran pohon pakan Orangutan.
Identifikasi Pohon Pakan Orangutan
Jenis pohon yang sudah dikenal dipastikan kembali jenisnya dengan
dilakukan pengkoleksian untuk selanjutnya diidentifikasi di laboratorium. Dalam
hal ini sebelum dilakukan identifikasi dilaboratorium dilakukan pencanderaan di
lapangan terhadap karakter morfologi yang akan hilang apabila contoh organ
tumbuhan akan kering seperti warna daun, warna bunga dan warna buah,
selanjutnya mengambil sampel pohon berupa seranting daun berukuran 20 cm - 30
cm lengkap dengan buah dan bunga jika ada. Selanjutnya di beri label
masing-masing sampel
Analisis Vegetasi
Vegetasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pertumbuhan
tanaman yang terkategori pohon. Pohon adalah tanaman berkayu dengan diameter
> 20 cm. Adapun metode yang digunakan dalam analisis vegetasi ini yaitu dengan
menggunakan petak tunggal dengan ukuran 20 x 100 meter sebanyak 4 buah
petak contoh. Tiap petak contoh dibagi atas 5 sub petak, dimana ukuran tiap sub
petak 20 x 20 cm. Parameter yang diambil dalam pengamatan ini adalah nama
jenis pohon, jumlah individu pohon, tinggi (m) dan diameter (cm) pohon.
Analisis data vegetasi
Kerapatan jenis
Ki =
contoh petak
luas
i species
individu −
Σ
Ki : Kerapatan jenis dalam satuan individu/Ha
Kerapatan tegakan (K) didapat dengan menjumlah Ki, Kj…….Kn.
KR = x100%
Untuk mengetahui keanekaragaman vegetasi dapat digunakan indeks
keragaman sebagai berikut :
Indeks keragaman
Keragaman jenis dalam komunitas di hitung menggunakan rumus Shannon
– wiener (Ludwing and Reynold, 1988).
(H’) = -∑ (pi ln pi)
Keterangan: H’ = Indeks keragaman
ln = Logaritma natural
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah individu semua jenis
Dimana: pi = ni N
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaman Jenis Pakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Pusat Pengamatan Orangutan
Sumatera Bukit Lawang daerah jelajah jenggot dan minah ditemukan 190 individu
pohon. Dari 190 individu pohon ditemukan sebanyak 101 jenis pohon yang
secara lengkap pada (lampiran 5). Jenis-jenis tersebut merupakan pohon pakan
orangutan dan jenis-jenis yang diperkirakan berpotensi sebagai pohon pakan
orangutan. Dari 101 jenis pohon terdapat 52 pohon pakan orangutan berdasarkan
daftar tanaman pohon pakan orangutan Bukit lawang dan 49 jenis pohon lain
yang berpotensi sebagai pohon pakan dimana terdiri atas 24 famili.
Jenis pohon pakan yang ditemukan dan merupakan jenis yang
mendominasi di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Bukit Lawang adalah dari
famili Dipterocarpaceae sebanyak 50 individu, Myrtaceae sebanyak 26 individu ,
Fagaceae sebanyak 16 individu, Sapindaceae 12 individu dan moraceae sebanyak
11 individu.
Selain sebagai sumber makanan jenis tersebut merupakan tempat
orangutan untuk membuat sarang terutama dari famili Dipterocarpaceae. Famili
Dipterocarpaceae memiliki struktur pohon yang kuat dan berumur panjang. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Ela et al (2001) bahwa jenis dari famili
Dipterocarpaceae merupakan jenis yang paling disukai baik dalam hal mencari
makan maupun dalam membuat sarang. Jenis tanaman yang dimanfaatkan
orangutan dari famili Dipterocarpaceae yaitu Shorea lepidota, Shorea materialis,
Tabel 1. Jumlah Individu Menurut Famili yang Ditemukan di Daerah Jelajah Orangutan Betina dan Jantan Dewasa (Minah dan Jenggot)
No Famili Jumlah individu
1 Dipterocarpaceae 50
2 Myrtaceae 26
3 Fagaceae 16
4 Sapindaceae 12
5 Moraceae 11
6 Euphorbiaceae 9
7 Leguminoceae 8
8 Anacardiaceae 8
9 Meliaceae 6
10 Ulmaceae 6
11 Burseraceae 5
12 Verbenaceae 5
13 Clusiaceae 5
14 Lauraceae 4
15 Bombacaceae 3
16 Tiliaceae 3
17 Theaceae 4
18 Papilionaceae 3
19 Ebenaceae 1
20 Aleocarpaceae 1
21 Apocynaceae 1
22 Araliaceae 1
23 Sterculiaceae 1
24 Melastomataceae 1
Jumlah 190
Jenis dari famili Myrtaceae, Fagaceae, Sapindaceae dan Moraceae juga
merupakan famili yang banyak dijumpai di daerah jelajah Minah dan Jenggot,
karena jenis-jenis dari famili tersebut hampir selalu berbuah sepanjang tahun.
Wawancara langsung dengan petugas Taman Nasional Gunung Leuser Bukit
Lawang menyatakan keempat famili tersebut merupakan jenis-jenis famili yang
Sebaran Pohon Pakan Berdasarkan Diameter Pohon
Hasil identifikasi terhadap 190 individu pohon kemudian dibuat peta
sebaran pohon pakan yang dikelompokkan berdasarkan atas kelas diameter. Peta
sebaran pohon pakan Orangutan berdasarkan kelas diameter dapat dilihat pada
(lampiran 1). Jumlah pohon berdasarkan kelas diameter disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Jumlah dan Presentase Pohon Pakan Orangutan Bedasarkan Diameter Pohon (cm)
No dbh(cm) Jumlah individu (pohon) Persentase (%)
1 20 cm – 29 cm 92 48,42
2 30 cm – 39 cm 49 25,79
3 40 cm – 49 cm 14 7,37
4 50 cm – 59 cm 10 5,26
5 60 cm 25 13,15
Total 190 100
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 190 pohon yang ditemukan
sebanyak 92 individu pohon memiliki diameter 20 cm – 29 cm atau sebesar
48,42% dan 49 individu pohon yang memiliki diameter 30 cm – 39 cm. Hal ini
menunjukan bahwa orangutan betina dan jantan dewasa menyukai jenis tanaman
yang memiliki diamater di bawah 40 cm dari pada pohon dengan diameter diatas
50 cm, hal ini disebabkan karena pohon yang tidak terlalu besar dapat digunakan
untuk aktivitas bergerak pindah dalam mencari makan atau aktivitas lain dari satu
pohon ke pohon lainnya. Sesuai dengan pernyataan Galdikas (1978) bahwa
banyak pohon makanan orangutan (dengan bunga/buah yang dapat dimakan) yang
mencapai kedewasaan pada kanopi bawah atau tengah, merupakan sepesies yang
paling biasa dan tampaknya tersebar agak luas dan merata.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 35 jenis pohon yang memiliki
diameter diatas 50 cm dan 13,15% jenis tanaman yang memiliki diameter diatas
60 cm. Hal ini tidak mengherankan jika orangutan jarang untuk mengunjungi
jenis-jenis tanaman yang memiliki diameter diatas 50 cm karena selain
ketersedian buah yang terbatas juga tingkat kesulitan orangutan untuk bergerak
jika kanopi pohon terlalu tinggi dan batang pohon terlalu besar. Umumnya pohon
tinggi dan besar jumlahnya lebih sedikit dan hidupnya tidak berkelompok
daripada pohon-pohon dengan ukuran keliling batang yang lebih kecil.
Posisi Pohon Pakan Berdasarkan Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap jenis dan komposisi
tumbuhan sebagai penyusunnya. Kawasan lokasi penelitian berada pada
ketinggian 100 – 400 m dpl, dan memiliki topografi berbukit hingga curam
sedangkan topografi datar hampir tidak ada. Pembagian pohon berdasarkan
ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah dan Presentase Pohon Pakan Orangutan Menurut Ketinggian Tempat (m dpl)
No Ketinggian Tempat (m dpl) Jumlah Persentase (%)
1 0 m - 99 m 0 0
2 100 m - 199 m 0 0
3 200 m - 299 m 116 61,05
4 300 m - 399 m 67 35,26
5 > 400 m 7 3,68
Total 190 100
. Hasil identifikasi jenis pohon pakan berupa titik koordinat yang telah ada
di daerah jelajah orangutan tidak ditemukan jenis pohon pakan di ketinggian 0 –
99 m dpl , 100 – 199 m dpl sedangkan dengan ketinggian 200 – 299 m dpl paling
banyak ditemukan jenis pohon pakan sekitar 116 individu pohon pakan, 300 – 399
individu pohon pakan. Peta sebaran pohon pakan menurut ketinggian tempat
disajikan pada Lampiran 2. Ketinggian tempat juga berpengaruh terhadap jenis
tanaman yang tumbuh di tempat tersebut. Kareana ketinggian dirpengaruh
terhadap faktor klimatis yang pembentukkannya sangat berpengaruh oleh
unsur-unsur iklim misalnya temperatur, kelembapan udara, intesitas cahaya, dan angin.
Hutan Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Bukit Lawang merupakan hutan
hujan tropis, dimana hutan ini didominasi oleh pepohonan yang selalu hijau
dengan keanekaragaman spesies tumbuhan dan hewan yang sangat tinggi.
Dephut (2007) menyatakan bahwa orangutan hidup pada hutan hujan
dataran rendah. Taman Nasional Gunung Leuser, Bukit Lawang memeiliki
ketinggian 100 – 400 m dpl dimana areal tersebut merupakan kawasan hutan
konservasi terletak pada hutan hujan dataran rendah/ hutan hujan bawah.
Indriyanto (2008) bahwa berdasarkan atas ketinggian tempat hutan hujan tropik
dibedakan atas tiga zona, dimaan zona 1 yaitu 0 – 1.000 m dpl disebut dengan
hutan hujan bawah. Dimana kawasan hutan ini didominasi oleh jenis tumbuhan
dari famili Dipterocarpaceae.
Ela (2001) dalam penelitiannya tentang Penggunaan habitat, hutan dataran
tinggi, hutan dataran rendah dan hutan rawa oleh orangutan, menyatakan bahwa
orangutan lebih suka tinggal baik dalam mencari makan atau membuat sarang
pada hutan dataran bawah, dimana diperoleh 26 jenis tumbuhan yang
dimanfaatkan orangutan dalam hal aktifitas mencari makan. Dari hasil penelitian,
persentase keseringan orangutan mendatangi lokasi dengan ketinggian 200 – 299
daerah jelajah orangutan untuk mencari makan, dan daerah tersebut juga memiliki
jenis pohon yang tinggi dan merupakan lokasi pemberian makanan
Hasil Analisis Vegetasi
Hasil analisis vegetasi terhadap 20 petak contoh pengamatan diperoleh
sebanyak 37 spesies. Indeks nilai penting (INP) dari masing-masing spesies di
lokasi penelitian disajikan pada Tabel 4.
35 Toratogens kunsteri 1 Lauraceae 0,47 2,99 0,87 4,33
36 Shorea sp 12 Dipterocarpaceae 5,74 1,99 8,37 16,10
37 Mangifera sp 2 Anacardiaceae 0,95 2,99 0,74 4,69
209 100 100 100 300
Indeks Nilai Penting terbesar ditemukan pada famili Myrtaceae yaitu
Eugenia sp, dengan nilai INP sebesar 26,81 %, suku Dipterocarpaceae untuk jenis
Shorea teysmaniana (Meranti bunga) dengan INP sebesar 17,61 %, suku Fagaceae
Castanopsis tengurut dengan INP 17,42 %, suku Dipterocarpaceae untuk jenis
Shorea gibbosa dengan INP sebesar 16,57 %, suku Sapindaceae untuk jenis
Nephellium mulabile dengan INP sebesar 15,58 %.
Hasil perhitungan Indeks keragaman Shannon-wiener (H’), diperoleh
besarnya indeks keragaman di lokasi penelitian adalah sebesar 3,19. Keragaman
jenis pohon di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Bukit Lawang Taman
Nasional Gunung Leuser tergolong tinggi sesuai pernyataan Barbour et al (1987)
menyatakan bahwa nilai H’ berkisar 0 – 7 dengan kriteria: (a) 0 -2 tergolong
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Jumlah pohon yang diperoleh pada daerah jelajah orangutan dewasa jantan
Jenggot dan Orangutan betina dewasa Minah adalah sebanyak 190 individu pohon
yang terdiri atas 101 jenis. Teradapat sebanyak 52 jenis pohon termasuk dalam
kategori pakan orangutan dan sebanyak 49 jenis pohon yang berpotensi sebagai
pakan orangutan. Pohon pakan yang mendominasi di daerah jelajah Jenggot dan
Minah berasal dari famili Dipterocarpaceae, Myrtaceae, Sapindaceae, Fagaceae
dan Moraceae.
Saran
Identifikasi sebaran pohon berdasarkan areal jelajah mungkin kurang
akurat tanpa langsung mengikuti fokal secara langsung sehingga perlu adanya
penelitian lebih lanjut dengan waktu yang cukup lama guna kesempurnaan
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhadi. 1986. Rencana Tata Letak dan Disain Fisik Kawasan Wisata Alam Bahorok, Sumatera Utara. Laporan Bulanan Taman Nasional Gunung Liuser. Sumatera Utara. Medan.
Bajjali, W. 2006. Advance Training Course in GIS Using Spatial Analyst,
Geostatistical, and 3-D Analyst of ArcGIS. Department of Biology and Earth Sciences University of Wisconsin System. http://frontpage.uwsuper.
edu/bajjali/train/usa/AC.pdf [Diakses tanggal 4 April 2008].
Barbour, G.M., J.K. Burk, and J.K. Pitts. 1987. Terresterial plant ecologi. New york . The Benyamin/Cummings Publishing Company. Inc.
Departemen Kehutanan Republik Indonesia, 2007. Strategi dan Rencana Aksi
Konservasi Orangutan Indonesia 2007 – 2017. Siaran-pers.
Jakarta/September 2008. 2017 pdf [Diakses tanggal 12 Mei 2009].
Ela, P.L. Djuwantoko dan Y. Pramana, 2001. Penggunaan Habitat oleh Orangutan (Pongo pygmaeus Pygmaeus) Rehabilitasi di Hutan Lindung Sungai Wain. Kalimantan Timur. Indonesia. Journal Internasional Primathologi. Vol. VI (3):117 – 122.
Ellis, S., I. Singleton, N. Andayani, K. Traylor-Holzer, dan Y. Supriatna. 2006.
Sumatran Orangutan Conservation Action Plan. Brastagi, 20-23 September
2005. Conservation International.
[ESRI] Environmental Systems Research Institute. 2007. GIS Best Practice: GIS for Wildlife Conservation. ESR
Fox, E. A., C. Van Schaik, A. Sitompul, dan D. N. Wright. 2004. Intra and
Interpopulational Differences in Orangutan (Pongo pygmaeus) Activity and Diet: Implications for the Invention of Tool Use. American Journal of
Physical Anthropology 125:162-174.
Galdikas, B.M.F. 1984. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Universiatas Indonesia Press. Jakarta.
Haryati, S. Analisis Habitat dan Preferensi Pakan Buah Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii TIEDMANN, 1808) di Hutan Rawa Gambut Stasiun Penelitian Kalimantan Tengah. Skripsi. Fakultas Biologi Universiatas Nasional. Jakarta.
Hooge, P. N. dan B. Eichenlaub. 1997. Animal Movement Extension to Arcview
version 1.1. Alaska Biological Science Center, U.S. Geological Survey, Anchorage, AK, USA.
[Diakses tanggal 22 Februari 2008].
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan . Bumi Aksara. Jakarta.
[IUCN] International Union for Conservation of Nature. 2002. The IUCN Red
List of Threatened Species: Pongo abelii – Critically Endangered.
Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna Pada Habitat Mangrove. Yogyakarta.
Knott. C.D. 1998. Change in Orangutan Caloric Intake, Energy Balance, and
Ketones in Response to Fluctuating Fruit Availability. Internasional Journal
of Primatology, Vol. 19, No. 6:1061 – 1069.
Kusmana, C., Onrizal, 2005. Ekologi Hutan Indonesia (Buku ajar). Departemen Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ludwing, J.A., and J.F., Reynold. 1988. Statistical Ecology : a Primer Methods
and Computing. New York: John Wiley dan Sons.
Mac Kinon. J.R. 1974. The Behavior and Ecology of wild Orangutans ( Pongo
pygmaeus). Animal Behavior, 22: 3 – 74.
Magnolia. 1999. Kajian Pergerakan Orangutan dalam Pencarian Pakan pada Stasisun Penelitian Suaq Balimbing Taman Nasional Gunung Leuser. Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan Banda Aceh: Banda Aceh.
Mapple, T. 1980. Orangutan Behavior. Van Nostrand Reinhold Ltd. New York, USA.
Napier, Jr. dan P.H. Napier. 1985. A Handbook of living Primates, 269 – 273. Academic Press. London.
Nuarsa, I. W. 2005. Belajar Sendiri Menganalisis Data Spasial dengan ArcView GIS 3.3 untuk Pemula. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Parsons, S. 1999. Adult Male Orangutan Ranging Behaviours in Gunung Palung
National Park, West Kalimantan, Indonesia. Department of Anthropology Universtiy of Calgary.
Prahasta, E. 2005. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika. Bandung.
Rijksen, H.D. 1978. Field Study on Sumatran Orangutans (Pongo pygmaeus
abelii Lesson, 1827) Ecology Behavior and Conservation. H. Veenman and
Zonen B. V – Wageningen.
Rodman, P.S. 1999. Population, Compotition and Adaptive Organization Among
Orangutan of The Kutai Reserve. Academy Press. London.
Singleton, I. dan C. P. van Schaik. 2001. Orangutan Home Range Size and Its
Determinants in a Sumatran Swamp Forest. International Journal of Primatology Vol. 22 No. 6:877-911.
Soeryanegara, I dan A. Indrawan. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. IPB. Bogor.
Utami, S.C. dan Van Hoff, J.A.R.M. 1997. Meat – eating by Adult Female
Orangutans (Pongo pygmaeus abelii). American Journal of Primatology.
43:159.
Van Schaik, C. P. 1996. Does The Orangutan Have A Future? Population Status
in Gunung Leuser National Park. Leuser A Sumatran Sanctuary. Yayasan
Bina Sains Hayati Indonesia. Jakarta.
Wich, S.A., G. Frederiksson dan E.H.M. Sterk. 2002 Measuring fruit patch size
for three sympatric Indonesian Primate Spesiea. Primates 43 (1). January
2002. h. 19 – 27.
Yuwono. E.H., 2007. Guidelines for the Better Management Partices on
Zendrato. D. 2008. Daerah Jelajah Orangutan Sumatera Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis. Skripsi. USU-Press.
Lampiran 1. Peta sebaran pohon pakan Orangutan jantan dan betina dewasa (Jenggot dan Minah) berdasarkan kelas diameter pohon
Lampiran 3. Peta trail pusat pengamatan orangutan sumatera Taman Nasional Gunung Leuser
43 Sp112 Querqus sp. Fagaceae 1 Daun 44 Sp113 Garcinia hanbury Clusiaceae 1 Buah 45 Sp121 Garcinia morella Clusiaceae 1 Buah 46 Sp145 Croton sp. Euphorbiaceae 1 - 47 Sp152 Santiria oblongifolia Burseraceae 1 - 48 Sp153 Litsea amara Lauraceae 1 - 49 Sp161 Schapium linearicarpum Sterculiaceae 1 - 50 Sp165 Eurya trichocarpa Theaceae 1 - 51 Sp167 Anthocarpus sp. Moraceae 1 Daun/buah 52 Sp178 Blumeodendron sp. Euphorbiaceae 1 - 53 Sp179 Blumeodendron calophyllum Euphorbiaceae 1 - 54 Sp186 Dacryodes rostrata Burseraceae 1 - 60 Sp231 Ficus curtipes Moraceae 1 Daun/buah.bu
nga 61 Ampero Gironnieraa nervosa Ulumaceae 1 - 62 Alban Paropsida vareciformis Verbenaceae 5 Daun 63 Beringin hutan Ficus sp1. Moraceae 2 Daun/buah 64 Beringin hutan Ficus sp2. Moraceae 3 Daun/buah 65 Damar susu Shorea materialis Dipterocarpaceae 4 Daun 66 Darah-darah Horsfieldia irya Myrtaceae 2 - 67 Damar Shorea sp2. Dipterocarpaceae 1 Daun 68 Damar batu Shorea sp. Dipterocarpaceae 3 Daun 69 Damar hitam Shorea multiflora Dipterocarpaceae 2 Daun 70 Durian Durio sp1. Bombacaceae 1 Buah 71 Durian Durio sp. Bombacaceae 1 Buah 72 Durian hutan Durio zibhetinus Bombacaceae 1 Buah 73 Jambu-jambu Eugenia sp. Myrtaceae 9 Daun/bunga/b
uah 74 Jengkol Pithecellobium jiringa Papilionaceae 2 Daun/bunga/b
87 Manggis Hutan Garcinia sp1. Clusiaceae 1 Buah 88 Mangis-mangis Garcinia sp2. Clusiaceae 1 Buah 89 Mangga-mangga Mangifera sp. Anacardiaceae 3 Buah 90 Mangga hutan Mangifira sp. Anacardiaceae 1 Daun/buah 91 Meranti buaya Shorea gibbosa Dipterocarpaceae 8 Daun 92 Meranti bunga Shorea teysmanniana Dipterocarpaceae 14 Daun 93 Malu tua Tristanopsis whiteana Myrtaceae 2 - 93 Pakam hutan Pometia sp. Sapindaceae 4 Daun 95 Petai hutan Parkaria rexburghii Leguminoceae 3 Daun/buah 96 Pakam hutan Pometia sp. Sapindaceae 1 Daun 97 Rawah/Terap Arthocarpus odorata Moraceae 1 Buah 98 Rambutan hutan Nephellium mulabile Sapindaceae 6 Daun/bunga/b
uah 99 Rambe hutan Lansium sp. Meliaceae 1 Buah 100 Semantok Shorea lepidota Dipterocarpaceae 7 Daun 101 Tangki-tangki Ficus sp1. Moraceae 3 Daun/bunga/b
uah Jumlah individu 190
Lampiran 6. Titik koordinat posisi pohon pakan orangutan betina dan jantan dewasa (Jenggot dan Minah)
No X Y Nama Lokal Nama Latin Suku Dbh (cm) M (dpl) 1 401974 392200 Rawah/Terap Arthocarpus odorata Moraceae 31,84 260 2 401971 392195 Semantok Shorea lepidota Dipterocarpaceae 23,88 242 3 401968 392199 Malu tua Tristanopsis whiteana Myrtaceae 21,65 255 4 401968 392202 Kayu arang Diospiros malam Ebenaceae 26,75 264 5 401965 392206 Sp5 Gironnieraa nervosa Ulmaceae 46,17 241 6 401956 392197 Meranti batu Shorea platyclados Dipterocarpaceae 73,24 252 7 401958 392195 Sp7 Blumeodendron tokbrai Euphorbiaceae 27,7 251 8 401960 390177 SP8 Macaranga triloba Euphorbiaceae 50,95 275 9 401994 392080 Petai hutan Parkaria rexburghii Leguminoceae 50,95 273 10 402011 392011 Mancang Mangifera sp1. Anacardiaceae 23,24 257 11 402010 391964 Sp11 Santria apiculata Burseraceae 57,32 270 12 402031 391933 Damar susu Shorea materialis Dipterocarpaceae 73,24 260 13 402026 391953 Jambu-jambu Eugenia sp. Myrtaceae 38,21 237 14 401889 391879 Meranti bunga Shorea teysmanniana Dipterocarpaceae 47,77 275 15 401929 391822 Sp15 Aleocarpus sp. Aleocarpaceae 26,43 260 16 401950 391772 Sp16 Cinnamomum sp. Lauraceae 74,52 254 17 401953 391744 Sp17 Blumeodendron calophyllum Euphorbiaceae 21,65 258 18 401960 391669 Durian Durio sp1. Bombaceae 32,48 247 19 401965 391666 Sp19 Eugenia sp2. Myrtaceae 24,84 246 20 401825 391738 Jengkol Pithecellobium jiringa Papilionaceae 26,11 276 21 401791 391901 Sp21 Pantace triptera Tiliaceae 29,29 287 22 401804 391953 Jambu-jambu Eugenia sp. Myrtaceae 73,24 297 23 401802 391960 Sp23 Eugenia sp6. Myrtaceae 30,57 314
4 Damar batu Shorea sp 1 270 85,98726 45 32
Lampiran 8. Indeks nilai penting (INP) dan Indeks Shannon-weiner (H’)
29 Petai hutan Parkaria rexburghii 2 Legominose 73,24 0,011 2,5 0,956 1 2,99 0,014 0,904078 4,853141 0,009569 -4,64922 30 Kesumpat Hibiscus sp 1 Malvaceae 73,24 0,011 1,25 0,478 1 2,99 0,014 0,904078 4,374672 0,004785 -5,34226 31 Rambutan ayam Aporosa sp 2 Sapindaceae 49,04 0,007 2,5 0,956 1 2,99 0,009 0,605339 4,554402 0,009569 -4,64922
32 Kayu arang Dyospyros malam 1 Euphorbiceae 38,21 0,006 1,25 0,478 1 2,99 0,007 0,471693 3,942287 0,004785 -5,34226 33 Embacang Mangifera sp 2 Anacardiaceae 63,69 0,01 2,5 0,956 1 2,99 0,012 0,786155 4,735218 0,009569 -4,64922 34 Semantok Shorea lepidota 3 Dipterocaac 105,09 0,016 3,75 1,435 1 2,99 0,020 1,297155 5,724687 0,014354 -4,24373
35 Tiga urat
Toratogens
kunsteri 1 Lauraceae 70,06 0,011 1,25 0,478 1 2,99 0,013 0,86477 4,335364 0,004785 -5,34226 36 Damar batu Shorea sp 12 Dipterocarpaceae 678,34 0,106 15 5,741 0,67 1,99 0,133 8,372547 16,10892 0,057416 -2,85743 37 Mancang Mangifera sp 2 Anacardiaceae 60,50 0,009 2,5 0,956 1 2,99 0,011 0,746847 4,69591 0,009569 -4,64922