• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Produktivitas Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) pada Kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pendugaan Produktivitas Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) pada Kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS POHON PAKAN

ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) PADA KAWASAN

PPOS (PUSAT PENGAMATAN ORANGUTAN SUMATERA,

BUKIT LAWANG

SKRIPSI

Bungaran M R Naibaho

101201131

Manajemen Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Peneletian : Pendugaan Produktivitas Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) pada Kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang.

Nama : Bungaran M R Naibaho

NIM : 101201131

Program Studi : Kehutanan

Minat : Manajemen Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Pindi Patana, S.Hut., M.Sc Dr. Erni Jumilawaty, S. Si., M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

(3)

ABSTRACT

Bungaran Minggus Rahadi: Productivity Estimation Trees Feed Sumatran Orangutan (Pongo abelii) In Region Sumatran Orangutan Observation Center (PPOs), Bukit Lawang. Under Academic Supervised by Pindi Patana and Erni Jumilawaty.

Dominant source of feed consumed by the orangutan is derived from trees. Trees are a source of feed to produce the highest leaves, young shoots, flowers, seeds, epiphytes, lianas, and bark. An abundance of food trees to date has not been established to meet needs orangutan feeding activity, especially if there is a threat that occur in the orangutan habitat. This study aims to determine the productivity estimate tree Sumatran orangutan (Pongo abelii) and the carrying capacity of the ecological niches and habitats found in the region Sumatran Orangutan Observation Center (PPOS), Bukit Lawang. This research was conducted for 3 months observations conducted every week. The results showed that the predicted productivity Sumatran orangutan food trees was highest in the forest of mango trees (Mangifera indica).

(4)

ABSTRAK

BUNGARAN MINGGUS RAHADI : Pendugaan Produktivitas Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Pada Kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang. Dibimbing oleh Pindi Patana dan Erni Jumilawaty.

Sumber pakan yang sangat dominan dikonsumsi oleh orangutan adalah yang berasal dari pohon. Pohon merupakan sumber pakan tertinggi yang dapat menghasilkan daun-daun, tunas muda, bunga, biji, epifit, liana, dan kulit kayu. Kelimpahan pohon pakan hingga saat ini belum dapat dipastikan dapat memenuhi kebutuhan aktivitas makan orangutan, terlebih lagi jika terdapat ancaman yang terjadi pada habitat orangutan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendugaan produktivitas pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii) dan relung ekologi serta daya dukung habitat yang terdapat pada kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yang pengamatannya dilakukan setiap minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendugaan produktivitas pohon pakan orangutan sumatera tertinggi terdapat pada pohon mangga hutan (Mangifera indica).

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Agustus 1990 dari ayah H.Naibaho dan Sri Agustriana. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SDN 01 Jakarta pada tahun 1996-2002, kemudian dilanjutkan di SMP Swasta Karya Utama Medan pada tahun 2002-2006, lalu dilanjutkan di SMA HKBP Pangururan Samosir pada tahun 2006-2009. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) pada tahun 2012 di Tahura dan Hutan pendidikan Gunung Barus, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Kemudian pada tahun 2014, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Surya Hutani Jaya dan PT. Sumalindo Hutani Jaya selama satu bulan dimulai Januari 2014 sampai Februari 2014.

(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini. Judul proposal penelitian ini adalah “Pendugaan Produktivitas Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang”. Penelitian ini meliputi pendugaan produktivitas pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii) dan pengamatan relung ekologi di sekitar kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayahanda H. Naibaho beserta keluarga atas semua dukungan dan doanya. 2. Pihak pengelola Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera, Bukit Lawang,

Taman Nasional Gunung Leuser.

3. Bapak Pindi Patana, S.Hut, M.Sc dan Ibu Dr. Erni Jumilawaty, S. Si., M. Si selaku komisi pembimbing.

4. Ibu Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara beserta staf pengajar.

5. Tim Peneliti yaitu Bapak Iskandarrudin dan Santy

6. Orangutan Information Centre (OIC) yaitu lembaga yang telah memberikan bantuan dan arahan dalam melaksanakan penelitian ini.

7. Teman-teman kampus yang turut memberikan motivasi dan semangat,

(8)

Penulis menyadari bahwa proposal ini belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan proposal penelitian ini

Medan, Juni 2014

(9)

DAFTAR ISI

Klasifikasi dan Morfologi Orangutan ... 5

Ciri Fisik Orangutan ... 5

Habitat Orangutan ... 7

Perilaku Orangutan... 5

Makanan Orangutan ... 5

Pengukuran produktivitas ... 15

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendugaan Produktivitas ... 17

Analisis Daun Muda ... 17

Analisis Bunga ... 19

Analisis Buah ... 21

Analisis Relung Ekologi ... 24

Analisis Daya Dukung Habitat ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan fisik orangutan Borneo dengan orangutan Sumatera.. 6 Tabel 2. Klasifikasi penentuan produktivitas pohon pakan orangutan

(Zweifel 2012)………. 11

Tabel 3. Pengamatan Produktivitas Pohon Pakan Orangutan. berdasarkan

metode Zweifel (2012)……… 15 Tabel 4. Gambaran Relung Ekologi………. 16 Tabel 5. Hasil pendugaan produktivitas daun muda berdasarkan nilai

score rata-rata dalam satuan 3 bulan pada jenis pohon pakan

orangutan sumatera (Pongo abelii)………. 17 Tabel 6. Hasil pendugaan produktivitas daun muda berdasarkan nilai

score rata-rata dalam satuan 3 bulan pada jenis pohon pakan

orangutan sumatera (Pongo abelii)………. 20 Tabel 7. Hasil pendugaan produktivitas daun muda berdasarkan nilai

score rata-rata dalam satuan 3 bulan pada jenis pohon pakan

orangutan sumatera (Pongo abelii)………. 22 Tabel 8. Hasil pengamatan relung ekologi selama tiga bulan pada

kawasan Pusat Pengamatan Oramgutan Sumatera (PPOS)

di bukit lawang……… 24 Tabel 9. Data keragaman species tumbuhan buah pakan orangutan

yang dijumpai pada 50 jalur pengamatan secara sistematik

(Systematic sampling)... 28 Tabel 10. Pertambahan Jumlah Orangutan Semi Liar di SPOS

Bukit Lawang hingga tahun 2014 berdasarkan hasil patroli... 30 Tabel 11. Jumlah orangutan Titipan di Karantina YEL-SOCP

(12)
(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Orangutan Sumatera (Pongo abelii. Lesson, 1827.)…………. ... 7

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tally sheet pengamatan produktivitas selama 3 bulan di Bukit Lawang... 35 Lampiran 2. Persentase rata-rata pendugaan produktivitas daun muda

dengan skornya... 47 Lampiran 3. Persentase rata-rata pendugaan produktivitas bunga

dengan skornya... 48 Lampiran 4. Persentase rata-rata pendugaan produktivitas buah

dengan skornya... 50 Lampiran 5. Tallysheet pengamatan relung ekologi pada pakan

orangutan dalam habitat orangutan... 51 Lampiran 6. Contoh sketsa pengamatan relung ekologi... 55 Lampiran 7. Jenis-jenis pohon yang terdapat di Bukit Lawang... 56 Lampiran 8. Jenis-jenis daun, bunga, buah yang terdapat di

Bukit Lawang... 58 Lampiran 9. Orangutan sumatera (Pongo abelii) yang terdapat di

Bukit Lawang... 61 Lampiran 10. Jenis-jenis satwa yang ditemui di Bukit Lawang... 62 Lampiran 11. Jejak dan kotoran (tanda-tanda) satwa yang ditemui

di Bukit Lawang... 64 Lampiran 12. Contoh kegiatan pengamatan produktivitas

(15)

ABSTRACT

Bungaran Minggus Rahadi: Productivity Estimation Trees Feed Sumatran Orangutan (Pongo abelii) In Region Sumatran Orangutan Observation Center (PPOs), Bukit Lawang. Under Academic Supervised by Pindi Patana and Erni Jumilawaty.

Dominant source of feed consumed by the orangutan is derived from trees. Trees are a source of feed to produce the highest leaves, young shoots, flowers, seeds, epiphytes, lianas, and bark. An abundance of food trees to date has not been established to meet needs orangutan feeding activity, especially if there is a threat that occur in the orangutan habitat. This study aims to determine the productivity estimate tree Sumatran orangutan (Pongo abelii) and the carrying capacity of the ecological niches and habitats found in the region Sumatran Orangutan Observation Center (PPOS), Bukit Lawang. This research was conducted for 3 months observations conducted every week. The results showed that the predicted productivity Sumatran orangutan food trees was highest in the forest of mango trees (Mangifera indica).

(16)

ABSTRAK

BUNGARAN MINGGUS RAHADI : Pendugaan Produktivitas Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Pada Kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang. Dibimbing oleh Pindi Patana dan Erni Jumilawaty.

Sumber pakan yang sangat dominan dikonsumsi oleh orangutan adalah yang berasal dari pohon. Pohon merupakan sumber pakan tertinggi yang dapat menghasilkan daun-daun, tunas muda, bunga, biji, epifit, liana, dan kulit kayu. Kelimpahan pohon pakan hingga saat ini belum dapat dipastikan dapat memenuhi kebutuhan aktivitas makan orangutan, terlebih lagi jika terdapat ancaman yang terjadi pada habitat orangutan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendugaan produktivitas pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii) dan relung ekologi serta daya dukung habitat yang terdapat pada kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yang pengamatannya dilakukan setiap minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendugaan produktivitas pohon pakan orangutan sumatera tertinggi terdapat pada pohon mangga hutan (Mangifera indica).

(17)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Luas seluruh habitat alami orangutan sumatera yang tersisa saat ini adalah sekitar 8.641 km2, kurang dari 0,5% total luas daratan Indonesia. Angka ini juga mewakili hanya 17% dari semua sisa hutan di provinsi Aceh dan Sumatera Utara (51.100 km2), menunjukkan bahwa banyak daerah-daerah berhutan di provinsi ini telah kehilangan populasi orangutan atau memang sejak semula tidak pernah dihuni orangutan karena alasan ekologis (Wich et al., 2011).

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) terletak di Provinsi Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Area seluas 1.094.692 hektar (ha) ini ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai taman nasional pada tahun 1980. Nama TNGL diambil dari Gunung Leuser yang membentang di kawasan tersebut dengan ketinggian mencapai 3.404 meter (m) diatas permukaan laut (dpl).

Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007, Saat ini pengelola TNGL adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA) Departemen Kehutanan yaitu Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) yang dipimpin oleh Kepala Balai Besar (setingkat eselon II).

(18)

yang disita dari perdagangan satwa sudah direhabilitasi di lokasi. Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera termasuk kedalam wilayah Desa Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Dari segi pengelolaan hutan, lokasi stasiun ini termasuk kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Secara geografis terletak pada 3030’-3035’ LU dan 9800’-98015’ BT, pada ketinggian antara 100-260 meter dpl. Batas-batas areal ini adalah disebelah Utara dan Timur dibatasi oleh sungai Bahorok yang merupakan batas alam, sedangkan di bagian lain berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (Balai Taman Nasional Gunung leuser, 2006).

Sumber daya alam yang tersedia juga bermacam-macam mulai dari tumbuh-tumbuhan sampai dengan hasil hutan non kayu yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar bahkan juga untuk satwa yang berada di kawasan tersebut khususnya orangutan sumatera (Pongo abelii). Sumber pakan yang teredia sangat mempengaruhi kelangsungan hidup satwa-satwa yang terdapat di kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera. Dimana sumber pakan merupakan salah satu faktor penting bagi satwa khususnya orangutan sumatera (Pongo abelii).

(19)

Sumatera), sehingga membutuhkan ruang yang sangat luas berupa blok-blok hutan yang luas (Departemen Kehutanan, 2007).

Konversi hutan alam yang cepat, penebangan dan perburuan liar di Sumatera menyebabkan populasi orangutan Sumatera menurun secara drastis dalam beberapa tahun terakhir, sehingga dalam daftar merah (red list) yang dikeluarkan IUCN pada tahun 2004, orangutan Sumatera dikategorikan sebagai spesies kritis (critically endangered). Pada tahun 2007, populasi orangutan Sumatera diperkirakan hanya tersisa 6.624 ekor yang hidup di hutan-hutan Sumatera atau hanya 88,9% dari populasi tahun 2004, yakni sebesar 7.501 ekor (Singleton et al., 2004).

Sebagaimana diketahui bahwa kuantitas dan kualitas habitat sangat menentukan prospek pemanfaatan dan kelestarian satwaliar. Banyak kegagalan pengelolaan satwaliar, disebabkan karena kurangnya perhatian untuk memperbaiki keadaan habitatnya (Alikodra, 1980).

Ketersediaan sumber pakan yang cukup dapat meningkatkan kelestarian ekosistem satwa. Hal ini sangat berkaitan dikarenakan sumber pakan merupakan salah satu factor penting dalam kelangsungan hidup satwa di suatu kawasan. Semakin banyak sumber pohon pakan maka akan semakin banyak juga sumber pakan yang dihasilkan bagi satwa khususnya orangutan sumatera (Pongo abelii)

(20)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui produktivitas pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii) di kawasan PPOS (Pusat Penelitian Orangutan Sumatera), Bukit Lawang.

2. Untuk mengetahui gambaran relung ekologi pada kawasan PPOS (Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera), Bukit Lawang.

3. Untuk mengetahui gambaran daya dukung habitat dari segi produktivitas pohon pakan yang tersedia.

Manfaat Penelitian

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Morfologi Orangutan

Secara morofologis orangutan Sumatera dan Kalimantan sangat serupa, tetapi kedua spesies ini dapat dibedakan berdasarkan warna bulunnya (Napier dan Napier, 1967). Orangutan Kalimantan bila sudah dewasa warna bulunya mengarah pada warna coklat kemerahan dan orangutan Sumatera berwarna lebih pucat (Galdikas, 1978).

Klasifikasi ilmiah orangutan Sumatera menurut Groves (2001) adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Bangsa : Primata

Keluarga : Homonidae Subkeluarga : Pongoninae

Marga : Pongo

Jenis : Pongo abelii Lesson, 1827.

Ciri fisik orangutan

(22)

dengan warna merah yang lebih pucat dan lebih panjang, serta struktur wajah yang lebih panjang. Orangutan dewasa jantan memiliki kumis dan bantalan pipi yang tegas yang tertutup oleh rambut halus berwarna putih. Baik jantan maupun betina memiliki janggut yang panjang. Orangutan Borneo memiliki rambut yang kasar dan panjang yang bisa berwarna jingga, coklat, atau merah marun. Bayi orangutan lahir dengan wajah berwarna merah muda, namun sejalan dengan bertambahnya umur, pigmen kulitnya berubah menjadi coklat tua atau hitam. Orangutan jantan memiliki kantong leher yang besar dan menggantung. Dibandingkan dengan spesies Sumatera, orangutan Borneo memiliki pipi yang lebih besar dan ditutupi oleh rambut yang kasar dan pendek (Wich et al., 2011).

Tabel 1. Perbedaan fisik orangutan Borneo dengan orangutan Sumatera

BORNEO SUMATERA

Warna rambut badan

Lebih tua,

hampir merah marun Merah yang lebih pucat Janggut, terutama jantan Tidak begitu nyata Lebih nyata

Bentuk wajah Berbentuk angka 8 Berbentuk 0

Rahang Agak maju Lebih rata

Bentuk badan Lebih gemuk Lebih berotot

Rambut badan, terutama

saat muda Lebih jarang Lebih padat

Rambut kepala pada jantan

dewasa Tidak bayak

Dekat, seperti tersisir ke belakang Warna lingkar mata pada

anakan Kebiruan Tidak tegas

Kumis Tidak ada Ada

Bantalan pipi (bentuk)

Cembung keluar,

persegi Rata dan menyudut

Bantalan pipi (rambut) Pendek dan kasar

Dapat terlihat, halus mengilat Kantong leher Besar menggantung Tidak begitu kasar Warna rambut di kepala

(23)

Gambar 1. Orangutan Sumatera (Pongo abelii. Lesson, 1827.)

Habitat Orangutan

(24)

rendah di Borneo yang memiliki keragaman fauna yang tinggi, wilayah jelajah oranguatan betina mencapai 3,5 hingga 6 km2. Di Sumatera, orangutan menempati dataran yang lebih tinggi dan hutan rawa dengan keragaman rendah. Wilayah jelajah orangutan betina di areal tersebut cenderung lebih luas, yaitu mendekati 8,5 km2 (Hartman et al., 2009).

Orangutan sumatera hanya terdapat di hutan pulau Sumatera (Rijksen dan Meijaard, 1999). Khususnya, populasi liar yang bertahan saat ini hanya di daerah barat laut pulau itu tepatnya di provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Kedua provinsi ini berlokasi diantara Samudra Hindia di sebelah barat hingga Selat Malaka yang memisahkan daratan Sumatera dari Malaysia di bagian timur. Kedua provinsi ini juga disekat oleh pegunungan bukit Barisan yang berjejer di sepanjang pulau Sumatera. Pegunungan ini mencapai ketinggian lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut (m dpl), dengan puncak tertinggi adalah Gunung Kerinci di Sumatera Barat (3800 m dpl) dan Gunung Leuser (3404 m dpl) di Aceh dan memberikan suatu pengaruh besar pada pola curah hujan. Daerah bagian barat lebih besar menerima curah hujan dibandingkan di daerah timur, seperti yang berlaku angin dari laut Indonesia dipaksa menuju ke tempat yang lebih tinggi, mendinginkan lebih cepat dan mengembunkan (kondensasi) uap air yang kemudian jatuh sebagai air hujan.

Perilaku Orangutan

(25)

menit sebelum matahari terbit (MacKinnon, 1974 diacu dalam Maple, 1980). Orangutan masuk ke sarangnya ketika hari sudah mulai gelap. Setiap harinya orangutan selalu bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan jarak rata-rata 500 m. Aktivitas orangutan cukup lamban dan malas (MacKinnon, 1974 diacu dalam Maple, 1980).

Tidak dapat diragukan bahwa orangutan pilih-memilih makanan mereka. Kenyataan bahwa makan kulit kayu turun sampai nol sedang laju makan daun menurun secara tajam selama bulan-bulan ketika banyak spesies pohon mulai berbunga atau berbuah, member kesan bahwa buah merupakan makanan yang paling disenangi. Meskipun demikian, antara berbagai spesies buah yang dapat dimakan, masih ada jenis tertentu yang lebih disenangi daripada jenis yang lain. Pohon-pohon tertentu dari spesies yang disenangi dikunjungi berulang kali sedang pohon-pohon yang berbuah lebat dari spesies yang kurang disenangi diabaikan, bahkan kadang-kadang tidak dijamah sama sekali (Galdikas, 1978).

Makanan Orangutan

(26)

Galdikas (1984) menyatakan meskipun variabilitas pada susunan makanan orangutan sangat besar, orangutan pada dasarnya bersifat sebagai pemakan buah (Frugivora). Waktu makan buah merupakan 61% dari seluruh waktu makan. Di ketambe, Rijksen (1978) menyatakan bahwa buah merupakan sumber pakan utama 58% dari waktu makan digunakan makan buah, 25% daun muda, 14% insekta dan 3% kulit kayu. Selanjutnya Galdikas (1984) juga menyatakan makan kulit kayu turun sampai nol dan makan daun muda turun tajam selama bulan-bulan ketika spesies pohon lain berbuah.

Makanan utama orangutan adalah buah-buahan, termasuk beberapa diantaranya berisi biji besar yang hanya beberapa spesies saja yang dapat mengkonsumsinya, dan akhirnya menyebarkan biji-biji tersebut di wilayah yang luas. Jika primata pemakan buah besar dikeluarkan dari hutan tropis (misalnya dengan perburuan), maka penyebaran spesies pohon yang berbiji besar akan semakin terbatas, frekuensi penyebarannya akan berhenti sama sekali. Selain itu, orangutan juga melakukan peran aktif dalam perkecambahan bijiuntuk spesies tertentu (Zulkipli, 1999).

Morfologi Tumbuhan

(27)

penumpu (stipula) yang terdapat pada pangkal tangkai daun. Bunga merupakan bagian reprodukif yang kompleks dari tumbuhan berbunga dimana dihasilkan buah dan biji. Meskipun tipe bunga sangat bervariasi, namun pola dasar dari bunga adalah sama (Parjatmo et al., 1987).

Produktivitas Pohon

Sumber pakan yang sangat dominan dikonsumsi oleh orangutan adalah yang berasal dari pohon. Pohon merupakan sumber pakan tertinggi yang dapat menghasilkan daun-daun, tunas muda, bunga, biji, epifit, liana, dan kulit kayu. Kelimpahan pohon pakan hingga saat ini belum dapat dipastikan dapat memenuhi kebutuhan aktivitas makan orangutan, terlebih lagi jika terdapat ancaman yang terjadi pada habitat orangutan tersebut (Galdikas, 1978).

(28)

masak dan belum masak, serta bunga. Ketersediaan pakan ini ditentukan berdasarkan klasifikasi pada Tabel 2.

Tabel 2 Klasifikasi penentuan produktivitas pohon pakan orangutan (Zweifel, 2012)

Daun muda Buah Bunga

75%<YL<100% = 87,5

Relung Ekologi

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar makhluk hidup dengan lingkungannya. Hubungan ini sangat erat dan kompleks sehingga Odum (1957, 1971) menyatakan bahwa ekologi adalah biologi lingkungan (enviromental biology). Relung ekologi (ecological niche) adalah jumlah total semua penggunaan sumberdaya biotik dan abiotik oleh organisme di lingkungannya. Salah satu cara unuk menangkap konsep itu adalah melalui analogi yang dibuat oleh ahli ekologi Eugene Odum : Jika habitat suatu organisme adalah alamatnya, relung adalah pekerjaannya. Dengan kata lain, relung suatu organisme adalah peranan ekologisnya bagaimana ia “cocok dengan” suatu ekosistem. Relung suatu populasi kadal pohon tropis, misalnya terdiri dari banyak variabel, antara lain kisaran suhu yang dapat ia tolerir, ukuran pohon dimana ia bertengger, waktu siang hari ketika ia aktif, serta ukuran dan jenis serangga yang ia makan.

(29)
(30)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2014 – April 2014 dan lokasi penelitian adalah di areal Pusat pengamatan orangutan sumatera (PPOS) Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

Secara geografis lokasi penelitian terletak pada 30 30’ – 30 45 Lintang Utara dan 980 0’ – 980 15’ Bujur Timur, Sedangkan secara administratif lokasi penelitian ini termasuk dalam kawasan Desa Bukit Lawang Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Peta Trail Pusat Pengamatan Orangutan Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser. Daftar Tanaman Pakan Orangutan Sumatera Bukit Lawang.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Kamera digital, Binokuler, Kompas, Phyband, Tali raffia, Kalkulator, Parang, Senter Kepala Petzler, Jam tangan digital, Sarung tangan, Buku kunci determinasi tanaman, Pacak dan alat tulis menulis.

Prosedur Penelitian

(31)

Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah jenis-jenis tumbuhan berupa pohon yang dimanfaatkan oleh Orangutan sebagai sumber pakan yang terdapat di areal penelitian berdasarkan titik-titik koordinat yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya.

Metode Pengumpulan Data

Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan dilakukan sebagai langkah awal untuk menentukan posisi plot dan posisi trail yang akan digunakan. Dalam orientasi lapangan dilakukan perencanaan untuk menentukan lokasi pengambilan data dengan menggambarkan posisi plot di atas peta kawasan PPOS Bukit Lawang, TNGL. Lokasi yang dipilih mewakili areal yang diperkirakan terdapat banyak jenis pakan orangutan.

Pengambilan Data

Peletakan sejumlah plot dilakukan dengan teknik sampel secara purposif yaitu meletakkan plot pada bagian hutan yang dianggap paling mewakili habitat-habitat tanaman pakan orangutan. Setiap plot dibuat berukuran 20 m x 20 m, dengan panjang trail 1000 m dengan mengambil beberapa sampel pohon pakan sesuai dengan data yang dibutuhkan. Peletakan sejumlah plot ini dilakukan pada lokasi trail pada hutan alam yang memiliki keanekaragaman tanaman pakan orangutan sumatera.

(32)

mengukur diameter batang setiap individu tanaman pakan yang ditemukan. Pengukuran diameter pohon dilakukan pada bagian batang yang berada 1,3 m di atas tanah (30 cm di atas banir). Hal ini dilakukan untuk mempermudah dan menyeragamkan pengukuran di lapangan. Setiap jenis tanaman pakan diambil sampel herbariumnya untuk tujuan identifikasi jenis. Beberapa karakteristik fisik setiap plot seperti posisi topografi, kelerengan, arah lereng dicatat sebagai data pelengkap untuk pembahasan. Selain karakteristik fisik dicatat berbagai karakteristik berbagai plot seperti jenis pohon dominan, tingkat penutupan tajuk dan lainnya yang ditemukan di lapangan dicatat.

Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas dilakukan dengan menggunakan metode Zweifel (2012) dengan penghitungan pertumbuhan daun muda, bunga dan buah setiap bulan selama tiga bulan.

Tabel 3. Pengamatan Produktivitas Pohon Pakan Orangutan berdasarkan metode Zweifel (2012).

Ket Nilai Produktivitas (Zweifel) :

a. Daun Muda (YL), maka: 0% = 0; 0<YL≤5% = 2,5; 5<YL≤25% = 15; 25<YL≤50% = 37,5; 50<YL≤75% = 62,5; 75%<YL<100%= 87,5

b. Bunga: tidak ada = 0; Sedikit = 1; Sedang = 2; Banyak = 3

(33)

Relung Ekologi

Untuk melihat gambaran relung ekologi di daerah tersebut khususnya dalam mengetahui hewan apa sajakah yang menyukai makanan orangutan sumatera (Pongo abelii) maka digunakan tally sheet seperti pada Tabel 4 :

Tabel 4. Gambaran Relung Ekologi

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendugaan Produktivitas

Hasil analisis pendugaan produktivitas pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii) pada lokasi penelitian di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS) diperoleh 23 jenis pohon. Dimana pengukuran pendugaan produktivitas ini menggunakan metode Zweifel (2012) yaitu dengan melihat banyaknya daun muda, bunga, dan buah.

Analisis Daun Muda

Daun muda merupakan salah satu objek yang menjadi sasaran pengamatan produktivitas pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii). Untuk hasil pengamatan pendugaan produktivitas daun muda dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil pendugaan produktivitas daun muda berdasarkan nilai score rata-rata dalam satuan 3 bulan pada jenis pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii)

No. Nama jenis Nama

local

Meter di jalur

Diameter Pendugaan

Produktivitas

5 Pandanus gigantean Pandan

(35)

12 Ficus elastica Beringin 41 26 35,16 37,5

Pada Tabel 5 diketahui hasil pengamatan selama tiga bulan dalam pendugaan produktivitas pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii). Setiap jenis pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii) mempunyai hasil persentase pendugaan produktivitas daun muda yang relatif berbeda-beda. Misalnya, pada pohon kecing (Quercuss sp.) dimana pendugaan produktivitasnya selama tiga bulan adalah 24,16 %, sedangkan pada pohon bendo (Arthocarpus sp.) pendugaan produktivitasnya selama tiga bulan adalah 27,91 %, lalu pada pohon petai (Parkia sp.) pendugaan produktivitasnya selama tiga bulan adalah 26,25 %. Perbedaan ini disebabkan oleh daya tangkap pohon terhadap energi cahaya matahari dan unsur hara berbeda-beda.

(36)

(Pongo abelii) memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 37,5 % yang terdapat pada pohon beringin (Ficus sp.), Mindi (Melia azedaracta), dan redas (Pythecellelobium sp.).

Persentase-persentase dari semua jenis pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii), maka dapat diketahui pula skor dari masing-masing pendugaan produktivitasnya pada daun muda sesuai dengan metode Zweifel (2012). Skor pendugaan produktivitas daun muda tertinggi pada pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii) adalah 37,5. Sedangkan skor pendugaan produktivitas terendah terdapat pada pohon kecing (Quercuss sp.) yaitu 15.

Sebagian besar skor pendugaan produktivitas daun muda pada pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii) adalah 37,5. Dengan demikian pendugaan produktivitas daun muda ada dalam kategori sedang. Hal ini cukup menguntungkan bagi orangutan sumatera (Pongo abelii) dimana ketersediaan pakan jika dilihat dari pendugaan produktivitas daun mudanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan orangutan sumatera (Pongo abelii) yang suka memakan daun muda. Namun faktanya orangutan lebih suka memakan buah dibandingka daun muda. Jadi daun muda merupakan pilihan kedua jika sumber pakan seperti buah telah menipis.

Analisis Bunga

(37)

Tabel 6. Hasil pendugaan produktivitas bunga berdasarkan nilai score rata-rata dalam satuan 3 bulan pada jenis pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii)

No. Nama jenis Nama

local

Meter di jalur

Diameter Pendugaan Produktivitas

(38)

Pada Tabel 6 diketahui hasil pengamatan selama tiga bulan dalam pendugaan produktivitas bunga. Setiap jenis pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii) mempunyai hasil persentase pendugaan produktivitas bunga yang relatif berbeda-beda. Misalnya, pada pohon kecing (Quercuss sp.) dimana pendugaan produktivitasnya selama tiga bulan adalah sedikit sampai sedang, sedangkan pada pohon bendo (Arthocarpus sp.) pendugaan produktivitasnya selama tiga bulan adalah tidak ada sampai sedikit, kemudian pada pohon petai (Parkia sp.) pendugaan produktivitasnya selama tiga bulan adalah tidak ada sampai sedikit

Data pendugaan produktivitas bunga yang didapat telah diketahui bahwa pohon serapuh memiliki pendugaan produktivitas terkecil yaitu antara tidak ada sampai sedikit dengan skor 0,16. Sedangkan mangga (Mangifera indica) memiliki pendugaan produktivitas terbesar yaitu antara sedikit sampai banyak dengan skor 1,75.

(39)

Analisis Buah

Buah juga merupakan salah satu sasaran pengamatan dalam pendugaan produktivitas pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii). Untuk hasil pengamatan pendugaan produktivitas daun muda dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil pendugaan produktivitas daun muda berdasarkan nilai score rata-rata dalam satuan 3 bulan pada jenis pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii)

Diameter Pendugaan Produktivitas

(40)

19 Litsea sp. Medang

Pada Tabel 7 diketahui hasil pengamatan yang dilakukan selama tiga bulan dalam pendugaan produktivitas buah. Setiap jenis pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii) mempunyai hasil pendugaan produktivitas buah yang relatif berbeda-beda. Misalnya, pada pohon kecing (Quercuss sp) dimana pendugaan produktivitasnya selama tiga bulan adalah 70,83, sedangkan pada pohon bendo (Arthocarpus sp) pendugaan produktivitasnya selama tiga bulan adalah 20,83, lalu pada pohon petai (Parkia sp) pendugaan produktivitasnya selama tiga bulan adalah 29,16.

Data pendugaan produktivitas buah yang didapat telah diketahui bahwa pohon kecing (Quercuss sp) memiliki pendugaan produktivitas terkecil yaitu 10,83. Dengan demikian pohon kecing (Quercuss sp) memiliki pendugaan produktivitas buah selama tiga bulan antara 10 sampai 100 buah. Sedangkan mangga (Mangifera indica) memiliki terbesar yaitu 1254. Dengan demikian pohon mangga (Mangifera indica) memiliki pendugaan produktivitas buah selama tiga bulan antara 1000 sampai 10000 buah.

(41)

Orangutan sumatera sangat menyukai buah sebagai pakannya sehari-hari dibansdingkan jenis pakan lain seperti daun muda, bunga, kambium dan lain-lain. Namun jika dilihat dari ketersediaan buah maka hanya pohon mangga yang mampu menyediakan pakan bagi orangutan sumatera secara cukup. Hal ini belum dapat dipastikan karena tidak semua pohon pakan sedang dalam masa panen.

Analisis Relung Ekologi

Relung ekologi merupakan salah satu gambaran untuk mengetahui satuan ekosistem yang terdapat dalam suatu kawasan. Dari relung ekologi juga dapat diketahui beberapa jenis satwa yang terdapat di kawasan tersebut. Untuk hasil pengamatan relung ekologi dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini ;

Tabel 8. Hasil pengamatan relung ekologi selama tiga bulan pada kawasan Pusat Pengamatan Oramgutan Sumatera (PPOS) di bukit lawang.

Minggu

ke-

Pukul

(WIB)

Hewan Pohon Ketinggian

(42)

15.00 Orangutan Medang 5 Dahan

X 11.05 Tupai kuning Petai 15 Batang utama

11.15 Tupai hitam Pandan 7 Buah

11.30 Orangutan Beringin 20 Bunga

12.20 Tupai hitam Beringin 12 Bunga

XI 13.30 Gibon Meranti 25 Dahan

13.55 Orangutan Petaling 5 Dahan

13.56 Kura-kura Tanah 0

14.35 Kedih Kecing 8 Dahan

XII 11.00 Orangutan Meranti 6 Dahan

Hasil pengamatan relung ekologi selama tiga bulan di pusat pengamatan orangutan sumatera di bukit lawang telah dapat diketahui. Dimana setiap minggu selalu ditemukan satwa-satwa yang terdapat di kawasan tersebut. Mulai dari Orangutan, Monyet ekor panjang, Rangkong, Gibon, Kedih, Tupai, dan Kura-kura. Selain itu juga telah didapatkan data-data pohon yang menjadi tempat ditemukannya satwa-satwa tersebut yaitu di pohon meranti, kecing, petaling, beringin, medang, petai, dan pandan.

(43)

Gambar 2. Contoh sketsa pengamatan relung ekologi

Khusus satwa orangutan sumatera lebih sering ditemukan pada pohon meranti (Shorea sp). Hal ini dikarenakan pohon meranti lebih banyak terdapat di kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera. Ketinggian terendah dijumpai orangutan adalah pada ketinggian sekitar 4 meter yang paling rendah dan sekitar 20 meter ketinggian yang paling tinggi. Orangutan sumatera dijumpai pada ranting, dahan, batang, dan pucuk pohon. Namaun lebih sering terdapat pada dahan pohon.

Analisis daya dukung habitat Berdasarkan Potensi Tumbuhan Pakan

(44)

pada bulan januari sampai april 2014 dengan metode Zweifel (2012) masuk dalam skor yang menunjukkan bahwa ketersediaan pakan yang terdapat di kawasan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan orangutan sumatera.

Berdasarkan penelitian Munthe (2013) tentang struktur dan komposisi pohon pada habitat Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di PPOS Bukit Lawang, hasil penelitian menghasilkan data dominansi jenis pohon pada kawsaan PPOS. didominasi oleh jenis pohon pakan orangutan. Penempatan titik-titik lokasi penelitian pada area yang memiliki jumlah pohon pakan orangutan yang melimpah sebagai salah satu kriteria yang menunjukan bahwa lokasi tersebut merupakan habitat dari orangutan.

(45)

Hal ini sesuai dengan salah satu kriteria habitat untuk orangutan yang dinyatakan oleh Kuswanda (2011) mengacu dari Van Schaik et al., (1995), Meijaard et al., (2001) dalam Munthe (2013) menyebutkan bahwa habitat yang akan dipilih sebagai habitat orangutan sebaiknya habitat yang paling sedikitnya antara 60 - 80% jenis pohonnya (diameter pohon > 10 cm) teridentifikasi sebagai sumber pakan orangutan.

Data potensi pakan menurut Iskandarrudin (2013) menyatakan hasil inventarisasi tumbuhan buah pakan orangutan di kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS) Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser pada 50 jalur contoh secara sistematik (Systematic sampling) dijumpai sebanyak 37 jenis tumbuhan penghasil buah pakan orangutan, dengan rincian golongan pohon sebanyak 24 jenis, golongan perdu sebanyak 4 jenis dan golongan liana atau tumbuhan merambat sebanyak 9 jenis sesuai tabel 9 :

Tabel 9. Data keragaman species tumbuhan buah pakan orangutan yang dijumpai pada 50 jalur pengamatan secara sistematik (Systematic sampling).

No. Golongan Pohon Golongan Liana Golongan Perdu

1 Beringin Akar Hitam Baja Barus

(46)

11 Meranti Merah

23 Sibolangit

24 Terap

Luas area kawasan Stasiun Penelitian dan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera adalah 200 ha. Jumlah trail pada kawasan ini sebanyak 11 trail. Pada kawasan Stasiun Penelitian dan Pusat Pengamatan Orangutan terjadi pertambahan orangutan semi liar. Pertambahan jumlah disajikan pada tabel 10.

Tabel 10. Pertambahan Jumlah Orangutan Semi Liar di SPOS Bukit Lawang hingga tahun 2014 berdasarkan hasil patroli.

No. Nama Orangutan Sex Tanggal diterima di stasiun Keterangan

(47)

8 Sekar Ayu B 25 September 2013 Lahir di Stasiun (anak Sandra)

16 Valentin 07 Februari 2013 Lahir di Stasiun (anak Pesek)

17 Wati B 04 Agustus 2009 Lahir di Stasiun (anak Pesek)

Jumlah pakan yang masih memadai masih tergolong kurang sebagai faktor utama daya dukung habitat. Pertambahan populasi orangutan semi liar tidak terlalu besar dalam kurun waktu tertentu. sehingga ketersediaan pakan masih terjamin. Selain itu, orangutan semi liar mengalami ketergantungan dengan ransum disebabkan oleh faktor kebiasaaan diberi ransum. Hal ini diasumsikan menyebabkan orangutan semi liar cenderung malas mencari pakan di alam, seperti orangutan liar lain. Sebagai bahan perbandingan dengan data diatas berikut dilampirkan data orangutan yang dikeluarkan dari SPOS untuk di karantinakan karena sakit.

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Skor tertinggi pendugaan produktivitas pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii) berdasarkan pengamatan daun muda, bunga, dan buah dengan metode zweifel adalah mangga hutan (Mangifera indica).

2. Jenis satwa yang ditemukan di kawasan PPOS selain orangutan sumatera adalah monyet ekor panjang, kedih, kura-kura, tupai, dan rangkong.

3. Berdasarkan pendugaan produktivitas pohon pakan orangutan sumatera (Pongo abelii), daya dukung habitat dari segi pakan masih belum mencukupi sebagai habitat orangutan sumatera.

Saran

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S. 1980. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid I. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor

BBTNGL. 2006. Informasi Umum Mengenai Balai Taman Nasional Gunung Leuser.

Departemen Kehutanan Republik Indonesia, 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007 – 2017. Siaran-pers. Jakarta/September 2008. www.dephut.go.id/Orangutan/action/Plan 2007 - 2017 pdf [Diakses tanggal 24 mei 2013].

Galdikas BMF. 1978. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Puting Kalimantan Tengah. UI Press. Jakarta

Galdikas, B.M.F. 1984. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Universiatas Indonesia Press. Jakarta.

Groves, C. 2001. Primates Taxonomy. Smithsonian Institution Press. Washington. Hartman et al. 2009. Orangutan Terlindungi Tapi Tidak Terlindungi. OCSP

MacKinnon JR. 1974. The Behaviour and Ecology of the Orang-Utan (Pongo pygmaeus), with Relation to the Other Apes [Thesis]. Oxford. University of Oxford.

Maple TL. 1980. Orang-utan Behavior (Van Nostrand and Reinhold Primate Behavior and Development Series). New York. Van Nostrand Reinhold Company.

Meijard, E., H. D. Rijksen, dan S. N. Kartikasari. 1999. Di Ambang Kepunahan: Kondisi Orangutan Liar di Awal Abad ke-21. The Gibbon Foundation. Jakarta.

Napier, Jr. dan P.H. Napier. 1967. A Handbook of living Primates, 269 – 273. Academic Press. London.

Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Parjatmo, W., Anna R., Krisna I. 1987.Biologi Umum 1. Penerbit Angkasa. Bandung

(50)

Singleton, I. dan C. P. van Schaik. 2004. Orangutan Home Range Size and Its Determinants in a Sumatran Swamp Forest. International Journal of Primatology Vol. 22 No. 6:877-911.

Van Schaik, C. P. 1996. Does The Orangutan Have A Future? Population Status in Gunung Leuser National Park. Leuser A Sumatran Sanctuary. Yayasan Bina Sains Hayati Indonesia. Jakarta.

Wich et al. 2011. Orangutan dan Pengelolaan Ekonomi Hutan Lestari Di Sumatera. Penerbit Barragraphia

Zulkifli, 1999. Kajian Interaksi Sosial Orangutan Sumatera (Pongo pygmaes abelii) Pada Stasiun Penelitian Suaq Balimbing Taman Nasional Gunung Leuser. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan. Hlm 1- 3.

Zweifel, N. Tree Phenology Monitoring. Zurich University.

(51)
(52)

Lampiran 1. Tally sheet pengamatan produktivitas selama 3 bulan di Bukit Lawang

Tally sheet pengamatan produktifitas pohon pakan berdasarkan metode Zweifel (2012).

Tanggal : 24 Januari 2014 #ID Transek : trail I

Pengamat : Bungaran M R Naibaho Waktu :08.00 WIB - 17.00 WIB

D Estimasi produktivitas Daun

10 Pythecellelobium sp

20 Dipterocarpus sp.

Keruing I 427 15 50 Tidak ada 0

21 Shorea sp. Dammar I 435 68 20 Tidak ada 0

22 Knema sp. Pala I 750 13 35 Tidak ada 7

23 Mangifera indica Mangga Hutan

I 927 47 20 Sedikit 100

Keterangan

Daun muda : 0% s/d 100%

Bunga : tidak ada, sedikit, sedang, banyak

(53)

Tally sheet pengamatan produktifitas pohon pakan berdasarkan metode Zweifel (2012).

Tanggal : 01 Februari 2014 #ID Transek : trail I

Pengamat : Bungaran M R Naibaho Waktu : 08.00 WIB - 17.00 WIB

D Estimasi produktivitas Daun

10 Pythecellelobium sp

20 Dipterocarpus sp.

Keruing II 427 15 25 Tidak ada 0

21 Shorea sp. Dammar II 435 68 35 Sedikit 0

22 Knema sp. Pala II 750 13 30 Sedikit 0

23 Mangifera indica Mangga Hutan

II 927 47 25 Sedikit 250

Keterangan

Daun muda : 0% s/d 100%

Bunga : tidak ada, sedikit, sedang, banyak

(54)

Tally sheet pengamatan produktifitas pohon pakan berdasarkan metode Zweifel (2012).

Tanggal : 08 Februari 2014 #ID Transek : trail I

Pengamat : Bungaran M R Naibaho Waktu : 08.00 WIB - 17.00 WIB

D Estimasi produktivitas Daun

10 Pythecellelobium sp

20 Dipterocarpus sp.

Keruing III 427 15 27 Tidak ada 0

21 Shorea sp. Dammar III 435 68 35 Sedikit 0

22 Knema sp. Pala III 750 13 30 Sedikit 0

23 Mangifera indica Mangga Hutan

III 927 47 50 Sedang 500

Keterangan

Daun muda : 0% s/d 100%

Bunga : tidak ada, sedikit, sedang, banyak

(55)

Tally sheet pengamatan produktifitas pohon pakan berdasarkan metode Zweifel (2012).

Tanggal : 15 Februari 2014 #ID Transek : trail I

Pengamat : Bungaran M R Naibaho Waktu : 08.00 WIB - 17.00 WIB

D Estimasi produktivitas Daun

10 Pythecellelobium sp

20 Dipterocarpus sp.

Keruing IV 427 15 30 Tidak ada 0

21 Shorea sp. Dammar IV 435 68 35 Sedikit 0

22 Knema sp. Pala IV 750 13 30 Sedikit 0

23 Mangifera indica Mangga Hutan

IV 927 47 40 Sedikit 900

Keterangan

Daun muda : 0% s/d 100%

Bunga : tidak ada, sedikit, sedang, banyak

(56)

Tally sheet pengamatan produktifitas pohon pakan berdasarkan metode Zweifel (2012).

Tanggal : 22 Februari 2014 #ID Transek : trail I

Pengamat : Bungaran M R Naibaho Waktu : 08.00 WIB - 17.00 WIB

D Estimasi produktivitas Daun

10 Pythecellelobium sp

20 Dipterocarpus sp.

Keruing V 427 15 30 Sedikit 250

21 Shorea sp. Dammar V 435 68 30 Sedikit 0

22 Knema sp. Pala V 750 13 25 Sedikit 100

23 Mangifera indica Mangga Hutan

V 927 47 35 Sedikit 600

Keterangan

Daun muda : 0% s/d 100%

Bunga : tidak ada, sedikit, sedang, banyak

(57)

Tally sheet pengamatan produktifitas pohon pakan berdasarkan metode Zweifel

D Estimasi produktivitas Daun

10 Pythecellelobium sp

20 Dipterocarpus sp.

Keruing VI 427 15 15 Sedikit 150

21 Shorea sp. Dammar VI 435 68 30 Sedikit 100

22 Knema sp. Pala VI 750 13 30 Sedikit 100

23 Mangifera indica Mangga Hutan

VI 927 47 35 Sedikit 400

Keterangan

Daun muda : 0% s/d 100%

Bunga : tidak ada, sedikit, sedang, banyak

(58)

Tally sheet pengamatan produktifitas pohon pakan berdasarkan metode Zweifel (2012).

Tanggal : 08 Maret 2014 #ID Transek : trail I

Pengamat :Bungaran M R Naibaho Waktu :08.00 WIB – 17.00 WIB

D Estimasi produktivitas Daun

10 Pythecellelobium sp

20 Dipterocarpus sp.

Keruing VII 427 15 30 Sedikit 100

21 Shorea sp. Dammar VII 435 68 30 Tidak ada 0

22 Knema sp. Pala VII 750 13 25 Tidak ada 0

23 Mangifera indica Mangga Hutan

VII 927 47 50 Sedang 1500

Keterangan

Daun muda : 0% s/d 100%

Bunga : tidak ada, sedikit, sedang, banyak

(59)

Tally sheet pengamatan produktifitas pohon pakan berdasarkan metode Zweifel (2012).

Tanggal : 15 Maret 2014 #ID Transek : trail I

Pengamat : Bungaran M R Naibaho Waktu : 08.00WIB - 17.00 WIB

D Estimasi produktivitas Daun

10 Pythecellelobium sp

20 Dipterocarpus sp.

Keruing VIII 427 15 50 Sedikit 50

21 Shorea sp. Dammar VIII 435 68 65 Sedikit 0

22 Knema sp. Pala VIII 750 13 50 Sedikit 0

23 Mangifera indica Mangga Hutan

VIII 927 47 55 Sedikit 1700

Keterangan

Daun muda : 0% s/d 100%

Bunga : tidak ada, sedikit, sedang, banyak

Buah : hitung jumlah, kemudian sesuaikan dengan kriteria

(60)

Tally sheet pengamatan produktifitas pohon pakan berdasarkan metode Zweifel (2012).

Tanggal : 22 Maret 2014 #ID Transek : trail I

Pengamat : Bungaran

Waktu : 10.00WIB-15.00WIB No

D Estimasi produktivitas Daun

10 Pythecellelobium sp

20 Dipterocarpus sp.

Keruing IX 427 15 40 Tidak ada 0

21 Shorea sp. Dammar IX 435 68 20 Sedikit 0

22 Knema sp. Pala IX 750 13 30 Sedikit 100

23 Mangifera indica Mangga Hutan

IX 927 47 50 Sedang 1900

Keterangan

Daun muda : 0% s/d 100%

Bunga : tidak ada, sedikit, sedang, banyak

(61)

Tally sheet pengamatan produktifitas pohon pakan berdasarkan metode Zweifel (2012).

Tanggal :29 Maret 2014 #ID Transek :trail I

Pengamat :Bungaran

Waktu :08.00 WIB - 17.00 WIB

D Estimasi produktivitas Daun

10 Pythecellelobium sp

20 Dipterocarpus sp.

Keruing X 427 15 25 Tidak ada 0

21 Shorea sp. Dammar X 435 68 40 Tidak ada 0

22 Knema sp. Pala X 750 13 60 Sedikit 50

23 Mangifera indica Mangga Hutan

X 927 47 60 Sedang 2000

Keterangan

Daun muda : 0% s/d 100%

Bunga : tidak ada, sedikit, sedang, banyak

(62)

Tally sheet pengamatan produktifitas pohon pakan berdasarkan metode Zweifel (2012).

Tanggal : 5 April 2014 #ID Transek :trail I

Pengamat :Bungaran M R Naibaho

Waktu :10.30WIB-14.00WIB

No

D Estimasi produktivitas Daun

10 Pythecellelobium sp

20 Dipterocarpus sp.

Keruing XI 427 15 60 Tidak ada 0

21 Shorea sp. Dammar XI 435 68 40 Tidak ada 0

22 Knema sp. Pala XI 750 13 60 Tidak ada 0

23 Mangifera indica Mangga Hutan

XI 927 47 50 Banyak 2500

Keterangan

Daun muda : 0% s/d 100%

Bunga : tidak ada, sedikit, sedang, banyak

(63)

Tally sheet pengamatan produktifitas pohon pakan berdasarkan metode Zweifel (2012).

Tanggal : 12 April 2014 #ID Transek :trail I

Pengamat :Bungaran M R Naibaho

Waktu :10.30WIB-14.00WIB

No

D Estimasi produktivitas Daun

10 Pythecellelobium sp

20 Dipterocarpus sp.

Keruing XII 427 15 25 Tidak ada 0

21 Shorea Dammar XII 435 68 40 Sedikit 800

22 Knema Pala XII 750 13 60 Tidak ada 0

23 Mangifera indica Mangga Hutan

XII 927 47 70 Banyak 2700

Keterangan

Daun muda : 0% s/d 100%

Bunga : tidak ada, sedikit, sedang, banyak

(64)

Lampiran 2. Persentase rata-rata pendugaan produktivitas daun muda dengan skornya

Nama Jenis Nama Lokal

Estimasi Produktivitas (%)

Persentase

rata-rata (%) Skor Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Quercus sp. Kecing 5 10 15 15 20 20 15 40 45 30 40 35 24,16 15

Artocarpus Bendo 5 20 25 25 30 30 20 20 40 35 40 45 27,91 37,5

Parkia sp. Petai 10 15 15 15 20 25 20 30 45 40 50 30 26,25 37,5

Pometia pinnata Pakam 10 25 25 25 20 25 30 40 40 30 30 25 27,08 37,5

Pandanus gigantea Pandan hutan 25 35 35 35 25 25 15 40 30 40 40 30 31,25 37,5

Ficus sp. Beringin 30 15 25 25 10 15 20 50 40 80 70 70 37,5 37,5

Melia azedarach Mindi 40 25 25 25 30 40 15 50 50 40 70 40 37,5 37,5

Shorea sp. Meranti 30 30 30 30 35 35 20 60 70 60 50 25 39,58 37,5

Garcinia sp. Kandis 40 40 40 25 30 30 25 55 40 50 50 75 41,66 37,5

Pythecellelobium sp Redas 20 30 30 30 25 25 15 50 60 60 70 35 37,5 37,5

Serapuh 30 25 25 25 30 35 25 40 40 30 40 30 31,25 37,5

Ficus elastica Beringin 50 35 35 35 10 20 17 60 30 30 40 60 35,16 37,5

Macaranga Tampu 25 25 25 25 40 35 18 40 40 40 50 40 33,58 37,5

(65)

Petaling 15 25 25 25 30 30 25 30 70 50 50 70 37,08 37,5

Shorea sp. Meranti batu 30 30 30 30 25 25 30 55 20 25 30 40 30,83 37,5

Eugenia sp. Kelat 50 15 15 15 20 20 45 45 50 50 60 30 34,58 37,5

Baccaurea sp. Rambe hutan 20 25 25 25 20 20 30 25 20 40 40 70 30 37,5

Litsea sp. Medang semut 45 20 22 25 30 20 40 40 30 30 40 30 31 37,5

Dipterocarpus sp. Keruing 50 25 27 30 30 15 30 50 40 25 60 25 33,91 37,5

Shorea sp. Dammar 20 35 35 35 30 30 30 65 20 40 40 40 35 37,5

Knema sp. Pala 35 30 30 30 25 30 25 50 30 60 60 60 43,75 37,5

(66)

Lampiran 3. Persentase rata-rata pendugaan produktivitas bunga dengan skornya

Nama Jenis Nama Lokal

Estimasi Produktivitas (%)

sedikit Sedikit Sedang sedikit Sedikit Sedikit sedikit sedikit Tidak ada – Sedang

0,75

Artocarpus Bendo Tidak

ada

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada – Sedikit

0,83

Parkia sp. Petai Tidak

ada

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada – Sedikit

0,83

Pometia pinnata Pakam Tidak ada

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada – Sedikit

0,5

Pandanus gigantean

Pandan hutan Tidak ada

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit sedikit sedikit Tidak ada – Sedikit

0,91

Ficus sp. Beringin sedikit Sedang Sedang Sedang Sedang Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Banyak Banyak Sedikit Sedikit – Banyak

1,6

Melia azedarach Mindi Tidak ada

Sedikit Sedikit Tidak ada

Tidak ada

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada – Sedikit

0,5

Shorea sp. Meranti Tidak

ada

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedang Tidak ada

Sedikit Tidak ada

Garcinia sp. Kandis Tidak

ada

Sedikit Sedikit Tidak ada

Tidak ada

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedang Sedikit Sedang Tidak ada – Sedang

0,91

(67)

sp ada – Sedang

Serapuh Tidak ada

Sedikit Sedikit Tidak ada

Ficus elastica Beringin Sedang sedang Sedang Sedang Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada

Macaranga Tampu Tidak

ada

sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada

Sedikit Banyak Banyak Banyak Banyak Tidak ada – Banyak

1,5

Shorea sp. Meranti

kuning

Tidak ada

sedikit Sedikit Sedikit Sedang Sedang Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada

Petaling Tidak ada

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada

Tidak ada

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada – Sedikit

0,75

Shorea sp. Meranti batu Tidak ada

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada

Sedikt Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada

Baccaurea sp. Rambe hutan Tidak ada

Sedikit Sedikit Tidak ada

Sedikit Sedang Sedang Sedang Tidak ada – Sedang

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada – Banyak

1,08

Dipterocarpus sp.

Keruing Tidak ada

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada

Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada

Sedikit Sedikit Tidak ada

Tidak ada

sedikit Tidak ada – Sedikit

(68)

Knema sp. Pala Tidak ada

sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada

Sedikit Sedikit Sedikit Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada – Sedikit

0,66

Mangifera indica

Mangga Hutan

sedikit sedikit sedang sedang sedikit Sedikit Sedang sedikit sedang sedang banyak banyak Sedikit – Banyak

(69)

Lampiran 4. Persentase rata-rata pendugaan produktivitas buah dengan skornya

Nama Jenis Nama Lokal

Estimasi Produktivitas (%)

Persentase

rata-rata (%) Skor Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Quercus sp. Kecing 0 0 0 0 100 150 400 100 0 0 100 0 70,83 10

Artocarpus Bendo 0 0 0 0 50 150 50 0 0 0 0 0 20,83 10

Parkia sp. Petai 0 0 0 0 100 100 150 0 0 0 0 0 29,16 10

Pometia pinnata Pakam 0 0 0 0 0 0 150 0 0 0 0 0 12,5 10

Pandanus gigantea Pandan hutan 0 50 100 50 150 150 100 50 150 200 100 150 104,16 100

Ficus sp. Beringin 100 2000 2400 2000 1500 100 150 0 0 1500 1000 0 895,83 100

Melia azedarach Mindi 0 0 0 0 0 100 0 0 0 50 200 50 33,33 10

Shorea sp. Meranti 0 50 50 250 300 450 150 0 0 0 0 0 104,16 100

Garcinia sp. Kandis 0 50 100 0 0 150 350 0 0 0 0 0 54,16 10

Pythecellelobium sp Redas 0 50 150 250 150 150 70 0 0 0 0 0 68,33 10

Serapuh 0 0 0 0 0 150 0 0 0 0 0 0 12,5 10

Ficus elastica Beringin 500 1500 1100 1200 100 110 100 0 0 0 0 0 384,16 100

Macaranga Tampu 0 0 0 0 50 150 0 0 1000 1000 500 1600 358,33 100

(70)

Petaling 0 50 100 100 150 100 0 0 0 0 0 0 41,66 10

Shorea sp. Meranti batu 0 0 0 0 0 60 70 0 0 0 0 0 10,83 10

Eugenia sp. Kelat 0 100 200 70 100 100 80 0 0 0 0 0 54,16 10

Baccaurea sp. Rambe hutan 0 0 0 0 0 50 300 0 0 0 0 1000 112,5 100

Litsea sp. Medang semut 0 100 80 100 0 100 250 1000 0 0 0 0 135,83 100

Dipterocarpus sp. Keruing 0 0 0 0 250 150 100 50 0 0 0 0 45,83 10

Shorea sp. Dammar 0 0 0 0 0 100 0 0 0 0 0 800 75 10

Knema sp. Pala 7 0 0 0 100 100 0 0 100 50 0 0 29,16 10

(71)

Lampiran 5. Tallysheet pengamatan relung ekologi pada pakan orangutan dalam habitat orangutan. Tanggal :

#ID Transek : trail I Pengamat : Bungaran

Waktu mulai-selesai : Jumat, 24 Januari 2014-Sabtu, 12 April 2014 Minggu

ke-

Hari/tanggal Pukul Hewan Pohon Ketinggian Keterangan Bagian pohon

I Jumat, 24 Januari 2014

15.00 Orangutan Meranti 8 meter Orangutan makan daun muda bersama bayinya.

dahan

II Sabtu, 01 Februari 2014

11.30 Orangutan Kecing 7 meter Batang/cabang-

12.10 Monyet ekor panjang Meranti 3 meter cabang

III Sabtu, 08 Februari 2014

10.00 Rangkong badak Ficus benjamina 15 meter Pucuk pohon

VIII Sabtu, 15 Maret 2014

10.15 Kedih Petaling 5 meter ranting

12.00 Orangutan Meranti 4 meter ranting

IX Sabtu, 22 Maret dan 1 ekor anaknya.

(72)

X Sabtu, 29 Maret 2014

11.05 Tupai kuning Petai 15 meter Memakan tumbuhan paku pada batang utama

Batang utama

11.15 Tupai hitam Pandan 7 meter Memakan buah pandan Buah pandan 11.30 Orangutan remaja Ficus benjamina 20 meter Orangutan remaja 1 ekor

memakan bunga Ficus benjamina

Bunga Ficus benjamina

12.20 Tupai hitam Ficus benjamina 12 meter Jumlah tupai hitam 4 ekor Bunga Ficus benjamina XI Sabtu, 05 April

2014

13.30 Gibon Meranti 25 meter Satu ekor gibbon

menggendong bayi sedang makan pucuk meranti dan istirahat pada dahan pohon meranti.

Dahan pohon meranti

13.55 Orangutan Petaling 5 meter a. Memakan pucuk daun pohon petaling dengan posisi bergantung.

b. Jumlah orangutan sebanyak 2 ekor orangutan remaja jantan.

(73)

13.56 Kura-kura Di permukaan tanah

- a. Kondisi pengamatan

dalam suasana hujan ringan dan lembab sehingga memungkinkan kura-kura untuk keluar dari sarang.

b. Sarang berada dibawah tegakan pohon tiga urat dan pohon medang, kura-kura darat berada dipermukaan serasah.

Merayap diatas permukaan

serasah-serasah daun.

14.35 Kedih Kecing 8 meter Jumlah kedih sebanyak 7 ekor sedang memakan pucuk pohon kecing dan beristirahat.

Berada di dahan pohon kecing.

XII Sabtu, 12 April 2014

11.00 Orangutan Meranti 6 meter a. Jumlah orangutan sebanyak 2 ekor, yaitu induk dan anak.

b. Kegiatan yang dilakukan sedang makan bunga pohon meranti.

Berada di sarang pada pohon meranti.

(74)
(75)

Lampiran 7. Jenis-jenis pohon yang terdapat di Bukit Lawang.

Shorea macroptera(damar laut) Ficus benjamina (beringin) Dipterocarpus haseltii(keruing)

Eugenia sp.(jambu hutan) Shoreapinanga(Merantimerah) Ochanostachys sp.(petaling)

(76)
(77)

Lampiran 8. Jenis-jenis daun, bunga, buah yang terdapat di Bukit Lawang.

Daun Redas (Pythecellelobium sp)

Daun Dammar Laut (Agathis dammara)

Daun Beringin (Ficus sp)

Daun kelat (Eugenia sp)

Daun Beringin (Ficus septica)

Daun Beringin (Ficus annulata)

Bunga Meranti (Shorea sp)

Bunga Medang (Litsea sp)

(78)

Bunga Beringin (Ficus elastica)

Bunga Kecing (Quercus sp)

Bunga Kelat (Eugenia sp)

Buah Mangga Hutan (Mangifera indica)

Buah Beringin (Ficus benjamina)

Buah Medang (Litsea sp)

Buah Kecing (Quercus sp)

Buah Tampu (Macaranga sp)

(79)

Buah Pandan Hutan (Pandanus gigantean)

Buah Beringin (tangkih) (Ficus variegate)

(80)

Lampiran 9. Orangutan sumatera (Pongo abelii) yang terdapat di Bukit Lawang.

(a)Orangutan betina dan anaknya

(81)

Lampiran 10. Jenis satwa yang ditemui di Bukit Lawang.

Orangutan sumatera Kedih Gibbon

Burung kuau raja betina Burung kuau raja jantan Burung srigunting

(82)

Lampiran 11. Jejak dan kotoran (tanda-tanda) satwa yang ditemui di Bukit Lawang

(a) Kotoran orangutan yang masih segar. (b) Durian hutan bekas makanan orangutan.

(83)

`

(e) Bunga Ficus elastica yang baru saja (f) Orangutan remaja sedang makan

(84)

Gambar

Tabel 1. Perbedaan fisik orangutan Borneo dengan orangutan Sumatera
Tabel 2 Klasifikasi penentuan produktivitas pohon pakan orangutan (Zweifel, 2012)
Tabel 3. Pengamatan Produktivitas Pohon Pakan Orangutan berdasarkan metode Zweifel (2012)
Tabel 5. Hasil pendugaan produktivitas daun muda berdasarkan nilai score rata-rata dalam satuan 3 bulan pada jenis pohon pakan orangutan sumatera
+7

Referensi

Dokumen terkait

Suatu negara yang berdaulat menurut hukum internasional mempunyai hak untuk menerima dan mengusir orang asing dari wilayahnya, jika ternyata orang asing yang berada di

Dettkian ju ga halnya hubungan cauaal antara wanpreataei dengan. kerugian v bahva kerugian ita haxa* aklb at langaang d a ri v an

Hasil penelitian menunjukkan respon- den yang berperilaku kurang baik dalam memberikan informasi KRR lebih banyak pada kelompok yang berjenis kelamin pe- rempuan (52,9%)

Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang riwayat penyakit asthma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitifitas pada

Bedasarkan hasil dan pembahasan dari kripsi yang berjudul “Perbedaan Aerobic Exercise Dengan Contract Relax Stretching Dan Ice Massage Terhadap Penurunan Nyeri

Kepastian hukum bukan hanya berupa Pasal-Pasal dalam undang-undang, melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan Hakim antara putusan yang satu dengan putusan Hakim yang

Memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang akan diajarkan dengan cara memberikan kegiatan yang mengilustrasikan proses kerja layer sesion dan transport model

[r]