• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Perusahaan

Sejarah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Bank Rakyat Indonesia atau yang sekarang ini dikenal dengan nama Bank BRI didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah pada Tanggal 16 Desember 1895 oleh seorang patih yang bernama Raden Bei Aria Wirjaatmadja. Semula, bank ini bernama Hulpen Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Setelah masa kemerdekaan, bank ini menjadi bank pertama milik pemerintah. Hal itu dikuatkan dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1946 Pasal 1 yang menerangkan bahwa bank yang didirikan oleh Raden Aria Wirjaatmadja ini menjadi bank milik pemerintah.

12

Tahun 1948, terjadi perang kemerdekaan yang mengakibatkan kegiatan Bank Rakyat Indonesia terhenti dan mulai aktif kembali beroperasi setelah Perjanjian Renville pada 1949. Beroperasinya kembali bank ini diikuti dengan perubahan nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu, melalui Perpu Nomor 41 Tahun 1960, dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupkan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan, dan Nederlandsche Maatschappij (NHM).

Kemudian, berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) Nomor 9 Tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan. Setelah berjalan selama satu bulan, keluarlah Penpres Nomor 17 Tahun 1965 mengenai pembentukan Bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) disatukan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural.

NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit bidang Ekspor Impor (Exim). Berdasarkan Undang Nomor 14 Tahun 1967 mengenai Undang-Undang Pokok Perbankan dan Undang-Undang-undang No. 13 tahun 1968 mengenai Undang-Undang Bank Sentral, fungsi Bank Indonesia kembali menjadi Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua bank, yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1968, menetapkan kembali tugas-tugas pokok Bank Rakyat Indonesia sebagai bank umum. Sejak 1 Agustus 1992, berdasarkan Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1992, status Bank Rakyat Indonesia berubah menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero). Meskipun mengalami perubahan status, kepemilikan masih tetap 100 persen berada di tangan Pemerintah.

Gambaran Umum Kantor BRI KCP Baranangsiang

Kantor BRI KCP Baranangsiang didirikan pada tahun 2008 dan merupakan salah satu dari 7 KCP yang berada di wilayah Kantor Cabang BRI Bogor Pajajaran. BRI KCP Baranangsiang terletak di Jalan Raya Pajajaran No 8 O. ruang lingkup BRI KCP Baranangsiang yaitu di daerah Bogor Timur .

Mayoritas nasabah BRI KCP Baranangsiang berdomisili di Kecamatan Bogor Timur Kelurahan Baranangsiang dan Katulampa serta adapula yang berasal dari kecamatan Bogor Selatan dan wilayah lain. BRI KCP Baranangsiang dipimpin oleh seorang Pimpinan Cabang Pembantu (Pincapem) yang membawahi Supervisor, AO, Teller dan Customer service. Masing-masing bagian mempunyai tugas dan tangung jawab yang berbeda.

Produk Usaha BRI

Bank BRI mempunyai berbagai produk usaha yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu produk simpanan, produk pinjaman, dan jasa bank lainnya.

1. Produk Simpanan BRI

Produk simpanan BRI Meliputi Giro BRI (Girobri), Deposito BRI (Depobri) baik dalam mata uang Rupiah maupun US Dollar, Sertifikat BRI (Sertibri),

13

Tabungan Britama baik Britama Rupiah maupun Britama Dollar, Tabungan Britama Bisnis, Tabungan Simpedes, dan Tabungan Haji.

2. Produk Pinjaman BRI

Produk-produk pinjaman PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yaitu: a. Kupedes

Kupedes merupakan kredit dengan bunga bersaing yang bersifat umum untuk semua sector ekonomi yang ditujukan untuk badan usaha maupun perorangan.

b. Briguna

Briguna adalah kredit yang diberikan kepada calon debitur/debitur dengan sumber pembayarannya (repayment) berasal dari sumber penghasilan tetap (gaji).

c. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

KUR adalah fasilitas kredit atau pembiayaan yang khusus diperuntukan bagi usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi yang usahanya layak namun tidak mempunyai agunan yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan oleh BRI yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di tingkat usaha mikro, kecil dan menengah dan juga koperasi. KUR merupakan kredit yang dilayani saat ini hanya di BRI Unit dan diberikan dalam mata uang rupiah.

d. Kredit Modal Kerja (KMK)

Kredit modal kerja (KMK) adalah fasilitas kredit yang dipergunakan untuk membiayai operasional perusahaan yang berhubungan dengan pengadaan maupun proses produksi sampai dengan barang tersebut dijual, atau sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas usaha. Selain itu kredit modal kerja dipergunakan untuk membiayai operasional perusahaan yang berhubungan dengan pengadaan maupun proses produksi sampai dengan barang tersebut dijual. e. Kredit Investasi (KI)

Kredit Investasi (KI) merupakan fasilitas kredit yang diberikan kepada perusahaan dan atau perorangan untuk membiayai kebutuhan dana jangka panjang dalam rangka pembelian, pembangunan, perlusaan, pembaharuan (renovasi) aktiva tetap produktif beserta biaya-biaya yang menyertainya. f. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Kredit Pemilikan rumah (KPR) adalah kredit konsumtif baik untuk pembelian baru atau bekas, take over, pembangunan serta renovasi, dengan objek berupa:

- Rumah tinggal, rumah took (ruko), rumah kantor (rukan), selanjutnya disebut Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

- Apartemen, rumah susun / rusunami dan kondotel, selanjutnya disebut dengan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA)

g. KPRS BRI

KPRS merupakan program kerjasama BRI dengan Kementrian Perumahan Rakyat (Kemenpera) untuk penyaluran program bantuan perumahan dari pemerintah untuk masyarakat berpenghasilan rendah berupa penempatan dana APBN untuk menduankung pemberian suku bunga KPR yang murah dan tetap selama jangka waktu KPR.

14

h. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)

KKB merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan pembelian kendraan bermotor yaitu berupa kendaraan bermotor roda empat (mobil) baru dan bekas serta kendaraan bermotor roda dua (sepeda motor) baru. 3. Usaha Jasa Bank BRI

Meliputi transfer, Inkaso, Safe Deposit Box, Automatic Teller Machine (ATM), Cek Perjalanan BRI (Cepebri), Kliring, dan jual beli Bank Notes atau mata uang asing. Selain itu, jasa bank lainnya meliputi biaya penyelenggaraan ibadah haji, penerimaan Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Surat Izin Mengemudi (SIM), Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), penerimaan setoran denda tilang, penerimaan setoran tagihan telepon, PDAM, dan listrik, pembayaran SPP universitas, pembelian pulsa, pembayaran uang pensiun PT Taspen dan PT Asabri, pembayaran Pajak Bea Cukai KPKN, pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Subsidi Pembangunan Inpres (P2KP), Pelayanan setoran PT Pusri, pelayanan pembayaran Pertamina dan lain-lain.

Implementasi Prinsip 5C pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Kebijakan dan Prosedur Pemberian Kredit

Prosedur pemberian kredit dimulai saat debitur/calon debitur mengajukan permohonan kredit hingga akhirnya disetujui, dipantau pembayaran kewajibannya beserta bunganya dan penyelamatan kredit dilakukan bila pemberian kredit debitur tersebut termasuk kredit bermasalah. Prosedur pemberian kredit dapat di jelaskan sebagai berikut:

1. Ketentuan pemberian putusan kredit

Proses pemberian putusan kredit terdiri dari dua tahap meliputi: a. Prakarsa kredit, dilakukan oleh pejabat pemrakarsa meliputi: 1. Prakarsa dan atau permohonan kredit

2. Analisis dan evaluasi kredit 3. Negosiasi kredit

4. Penetapan struktur dan tipe kredit

5. Rekomendasi pemberian keputusan kredit

b. Putusan kredit, dilakukan oleh pejabat pemutus yang mempunyai limit kredit tertentu dengan memperhatikan:

1. Kelengkapan paket kredit

2. Analisis dan evaluasi kredit yang dibuat oleh pejabat pemrakarsa 3. Rekomendasi kredit yang dibuat oleh pejabat pemrakarsa

4. Memberi putusan kredit yang dituangkan dalam formulir PTK (Putusan Kredit).

2. Prosedur pengajuan kredit

Adapun tahapan-tahapan pengajuan kredit di Bank BRI adalah sebagai berikut:

a. Setiap unit kerja BRI (Kanwil, Kanca, KCP dan sebagainya) dapat melakukan prakarsa kredit ritel atas debitur/calon debitur dalam

15

mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas dalam melakukan pemeriksaan, pembinaan, dan monitoring terhadap debitur/usahanya. b. Permohonan kredit baru, perpanjangan jangka waktu, perubahan jumlah,

perubahan struktur, tipe dan syarat kredit, restrukturisasi maupun penyelesaian.

kredit harus diajukan secara tertulis dengan mengajukan surat permohonan oleh debitur dan dicatat oleh ADK dalam register permohonan kredit (register SKPP).

c. Terhadap setiap permohonan kredit, Pejabat Pemrakarsa melakukan penilaian awal (Pre Screening) dengan memperhatikan antara lain PS, KRD, jenis usaha yang dilarang dibiayai, jenis usaha/pemberian kredit yang perlu dihindari, daftar kredit macet BI, daftar hitam BI, daftar hitam BRI. Apabila setelah diklasifikasi permohonan kredit tersebut termasuk pada salah satu yang tidak dapat disetujui maka pekabat pemrakarsa dapat langsung menetapkan warna kreditnya ke dalam klasifikasi warna hitam. d. Prakarsa yang termasuk dalam kategori performing loan (kualitas lancar

dan DPK dengan klasifikasi warna kredit Putih atau Abu-abu) dilakukan oleh pejabat pemrakarsa bidang Relationship Marketing di Kantor Cabang. Prakarsa Kredit yang termasuk dalam kategori non-performing loan dilakukan oleh Pejabat Pemrakarsa bidang CRM atau pejabat kredit lini bidang RM yang ditunjuk untuk menangani kredit bermasalah di Kantor Cabang.

e. Prakarsa kredit yang termasuk dalam kategori non-performing loan dilakukan oleh pejabat pemrakarsa bidang CRM atau pejabat kredit lini bidang RM yang ditunjuk untuk menangani kredit bermasalah di kantor cabang.

f. Pejabat pemrakarsa melakukan melakukan pencarian informasi yang relevan dari berbagai sumber mengenai pemohon yang akan menunjang analisis dan evaluasi terhadap 5 C kredit pemohon.

g. Apabila dipandang perlu pejabat pemrakarsa dapat meminta pendapat pejabat di Kantor Cabang/kanwil atau kampus yang lebih berpengalaman mengenai bisnis pemohon.

h. Pejabat pemrakarsa harus meyakini kebenaran data dan dan informasi yan disampaikan dalam permohonan kredit termasuk kelengkapan dokumennya.

i. Apabila dalam penilaian awal diketahui bahwa permohonan kredit tidak dapat dilayani karena termasuk dalam klasifikasi warna hitam, maka permohonan tersebut boleh langsung ditolak tanpa harus diadakan analisis dan evaluasi lebih lanjut, namun tetap harus dicatat dalam dicatat dalam register SKPP .

3. Analisis dan evaluasi kredit

a. Prosedur Analisis dan Evaluasi Kredit Oleh Pejabat Pemrakarsa bidang

Relationship Marketing:

1. Pejabat pemrakarsa harus memperoleh informasi melalui wawancara dengan pemohon, kunjungan ke lokasi usaha, wawancara dengan pihak yang kenal dengan pemohon, dan menyelidiki tujuan penggunaan kredit.

16

2. Analisis dan evaluasi dituangkan dalam formulir Penilaian Tingkat Risiko Kredit untuk menetapkan klasifikasi warna kredit (putih, abu-abu, dan hitam). Kredit dengan klasifikasi warna hitam yang tidak memungkinan untuk ditingkatkan menjadi abu-abu maka pejabat pemutusbidang Relationship Management di Kantor Cabang dapat langsung menolaknya dan memberitahukan secara tertulis kepada pemohon.

3. Upgrading klasifikasi warna hitam ke warna abu-abu jika didukung

alasan dan pertimbangan yang dapat dibenarkan serta memberikan manfaat yang dapat diterima BRI.

4. Analisis kredit diatas 500 juta harus memuat hal-hal sebagai berikut : - Identitas

- Tujuan Permohonan Kredit

- Riwayat Hubungan Bisnis yang baik dengan bank

b. Prosedur Analisis dan Evaluasi Kredit Oleh Pejabat Pemrakarsa bidang Credit Risk Management

Analisis dan evaluasi kredit yang dilakukan oleh jajaran CRM ditekankan pada analisis risiko. Hal-hal yang perlu diperhitungkan adalah :

1. Tinjauan Umum 2. Analisis Kuantitatif 3. Analisis Risiko Bisnis 4. Analisis Risiko Agunan

4. Proses Pemberian Rekomendasi Putusan Kredit

a. Rekomendasi kredit dilakukan oleh Pejabat Pemrakarsa di Kantor Cabang. b. Pejabat Pemrakarsa (AO) meneruskan paket permohonan kredit yang sudah dianalisis, dievaluasi serta sudah direkomendasikan, setuju kepada ADK Kantor Cabang. Untuk paket permohonan kredit dengan rekomendasi tolak langsung diteruskan kepada Pejabat Pemutus (Pinca) di Kantor Cabang untuk mendpatkan putusan.

c. ADK mencatat dalam Register Permohonan kredit Kantor Cabang kemudian meneruskan paket kredit tersebut kepada Pejabat Pemutus sebagai berikut :

- Untuk paket kredit warna Putih diteruskan kepada Pejabat Pemutus bidang Relationship Marketing yang mempunyai kewenangan memutus kredit yang cukup mendapat putusan.

- Untuk paket kredit dengan klasifikasi warna Abu-Abu diteruskankepada Pejabat Pemutus bidang Relationship Marketing yang mempunyai kewenangan memutus kredit yang cukup mendapat putusan.

5. Ketentuan pemberian keputusan kredit

a. Pemberian putusan kredit harus dilakukan oleh Pejabat Pemutus Kredit Lini atau Komite Kredit yang berwenang dan klasifikasi warna kreditnya serta dilakukan secara tertilis dengan membutuhkan tanda tangannya pada formulir yang telah disediakan.

b. Setiap pemberian putusan kredit yang berbeda dengan rekomendasi kredit harus dijelaskan secara tertulis oleh Pejabat Pemutus. Salam hal putusan kredit dilakukan oleh Komite Kredit, setiap pemberian putusan yang berbeda dengan isi rekomendasi dan pendapat dari masing-masing anggota

17

Komite Kredit harus dijelaskan secara tertulis dengan tetap berpedoman pada prinsip.

c. Putusan kredit secara otomatis batal jika selama 90 hari setelah tanggal putusan tidak diikuti akad kredit.

Penerapan Prinsip 5C

Penerapan prinsip 5C pada PT Bank Rakyat Indonesia didasarkan pada pengumpulan informasi atau data sebagai bahan analisis dengan menggunakan teknik-teknik penganalisaan yang mencakup kemampuan yang tercermin dari kapasitas keuangan yang dinilai secara kuantitatif dan kemauan serta itikad baik yang dinilai secara kualitatif. berikut merupakan penerapan prinsip 5C pada PT Bank Rakyat Indonesia:

1. Character

Character merupakan aspek yang pertama dan utama yang harus dianalisis

oleh Account Officer karena menyangkut willingness to pay atau kemauan bayar debitur atau calon debitur. Penilaian dan anailisis terhadap karakter yang dilakukan oleh Account officer meliputi :

a. Tingkat kepercayaan dan perilaku debitur/calon debitur,

Analisis ini didasarkan pada tingkat keterbukaan dan keaktifan nasabah serta kejujuran debitur selain itu juga merupakan tingkat pengaruh gaya hidup dan permasalahan pribadi debitur yang dapat mempengaruhi kemampuan membayar kembali kreditnya.

b. Riwayat usaha dan reputasi bisnis

Analisa ini dilakukan dengan mencari informasi dari pihak ketiga (positif/negative) dalam jangka waktu tertentu yang berkaitan dengan apakah calon nasabah dipercaya pemasok atau pelanggan, kedudukan nasabah dalam industry serta pernah melanggar hokum.

c. Riwayat hubungan dengan bank

Account Officer dan ADK melakukan pengecekan pada Sistem Informasi Debitur (SID) untuk melihat riwayat hubungan dari bank pemberi kredit dan bank lain.)

d. Manajemen perusahaan

Analisa ini dilakukan dengan dengan melihat karakter pemilik dan pengurus perusahaan dari pandangan masyarakat, tingkah laku moral, catatan kriminalitas, pengalaman dan kegagalan bisnis, budaya kerja perusahaan serta reputasi dan citra perusahaan.

2. Capacity

Capacity merupakan ukuran kemampuan atau ketidakmampuan calon debitur

yang dapat dilihat dari sisi manajerial dan financial dari kegiatan usaha yang akan dibiayai. Analisis yang dilakukan Account officer adalah sebagai berikut: a. Riwayat usaha yang merupakan perkembangan usaha dari waktu ke waktu b. Pengalaman mengelola usaha, yang meliputi aspek-aspek penentu dalam

kegiatan usaha diantaranya: 1. Aspek manajemen

Aspek manajemen dilihat dari kemampuan debitur/calon debitur dalam mengelola bisnis atau perusahaannya. Dalam diperhatikan struktur organisasi dan anggota-anggota manajemen.

18

2. Aspek produksi

Aspek produksi dilihat dari seberapa baik kualitas produksi yang dihasilkan.

3. Aspek pemasaran

Aspek pemasaran dilihat dari srtategi yang dilakukan untuk memasarkan produk. Penilaian yang perlu diperhatikan adalah menyangkut daya beli masyarakat, pangsa pasar dan kualitas produksi. Selain itu prospek pemasaran perlu diperhatikan perkembangan permintaan di masa yang akan datang.

4. Aspek keuangan

Aspek ini dilihat dari sejauh mana kemampuan debitur/calon debitur dalam mengatur dan mengelola keuanganannya. Penilaian aspek ini meliputi keadaan keuangan debitur yang akan dibiayai.

5. Aspek personalia

3. Capital

Capital merupakan ukuran kemampuan usaha pemohon untuk mendukung pembiayaan dengan modalnya sendiri (own share). Analisis capital yang dilakukan account officer adalah sebagai berikut:

a. Kesediaan dalam menyediakan modal sendiri self financing

b. Komposisi modal yang tercantum dalam akte pendirian/perubahan perusahaan

c. Kesesuaian penggunaan pinjaman d. Kemampuan memupuk modal

4. Collateral

Collateral merupakan salah satu unsur dari jaminan pemberian kredit yang memberikan dorongan untuk tetap memenuhi kewajiban debitur serta memberikan hak serta kekuasaan pada pihak bank untuk mendapatkan pelunasan jika terjadi wanprestasi.

Analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Jenis agunan yang diserahkan

b. Pengikatan dan coverage ratio

c. Segi ekonomis barang yang diagunkan.

5. Condition of economy

Merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kegiatan usaha yang seringkali merupakan faktor diluar kendali pemohon. Analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Faktor-faktor ekternal yang mempengaruhi usaha misalnya kenaikan nilai tukar rupiah yang berakibat terhadap perkembangan situasi ekonomi.

b. Perkembangan teknologi

19

Analisis Pengaruh Penilaian Prinsip 5C Terhadap Terjadinya Non Perfoarming Loan (NPL) pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

KCP Baranangsiang

Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda dengan menggunakan bantuan software SPSS 16. Metode regresi berganda digunakan untuk melihat pengaruh antara satu variabel dependent dengan lebih dari satu variabel independent dimana NPL sebagai variabel

dependent sedangkan prinsip character, capacity, capital, collateral, dan

condition of economy sebagai variabel independent.

Model Regresi

Model regresi linier berganda (multiple linear regression model) digunakan untuk mengkaji hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih, dalam penelitian ini yaitu variabel prinsip 5C dengan variabel NPL. Berdasarkan perhitungan statistik menggunakan program SPSS 16 diperoleh hasil estimasi model regresi linear berganda yang dapat dilihat pada Tabel 1, yaitu:

Tabel 1 Hasil Koefisien Regresi Variabel Independen Variabel Bebas Koefisien Variabel Konstanta

Character -0.406 6.008

Capacity -0.047

Capital 0.135

Collateral -0.345

Condition -0,432

Tabel 1 menginformasikan model persamaan regresi yang diperoleh dari koefisien konstanta dan koefisien variabel.Berdasarkan Tabel 3 tersebut diperoleh model persamaan regresi:

y = 6.008 - 0.047X1 - 0.047X2 + 0.135X3 - 0,345X4 - 0.432X5...(5) Keterangan: y = NPL. X1 = Character (Karakter). X2 = Capacity (Kapasitas). X3 = Capital (Modal). X4 = Collateral (Jaminan).

X5 = Condition of economy (Kondisi Ekonomi).

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa character berpengaruh negatif terhadap NPL dengan nilai koefisien 0.406 maka setiap terjadi penambahan satu character akan menurunkan NPL sebesar 0.406. Pengaruh negatif tersebut dapat diartikan semakin tinggi karakter maka semakin rendah jumlah NPL yang terjadi. Menganalisis karakter berhubungan erat dengan integritas dari calon debitur, karena integritas ini sangat menentukan mengenai kemauan membayar atau mengembalikan kredit beserta bunga atas fasilitas kredit yang diperolehnya. Fakta-fakta yang dikumpulkan melalui informasi dalam menganalisis karakter adalah terdiri dari riwayat hubungan dengan bank, riwayat peminjam, reputasi bisnis dan keuangan, manajemen serta legalitas usaha.

20

Capacity mempunyai pengaruh negatif terhadap NPL dengan nilai

koefisien 0.047 maka setiap terjadi penambahan satu capacity akan menurunkan NPL sebesar 0.047. Kapasitas yang dimiliki seseorang menyangkut tentang kemampuan bayar (ability to pay). Pengaruh negatif tersebut dapat diartikan semakin tinggi kemampuan peminjam dalam memenuhi kewajibannya maka semakin rendah jumlah NPLyang terjadi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengukur kemampuan calon debitur adalah mengenai kemampuan menyediakan dana untuk objek yang dibiayai dengan kredit dari bank, kemampuan untuk melaksanakan proyeknya dan kemampuan untuk memproduksi dan memasarkan hasil produksinya serta memperoleh keuntungan.

Capital memiliki pengaruh positif terhadap NPL dengan nilai koefisien

0.135 maka setiap terjadi penambahan satu capital akan meningkatkan NPL sebesar 0.135. Prinsip capital digunakan untuk mengukur kemampuan usaha nasabah debitur untuk mendukung pembiayaan dengan modalnya sendiri. Pengaruh positif berdasarkan persamaan tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat capital yang dimiliki peminjam maka semakin tinggi jumlah NPL.

Capital yang dimiliki pemohon tidak hanya menyangkut ketersediaan dana tetapi

juga faktor produksi yang dimiliki peminjam. Semakin besar ketersediaan dana maka semakin besar pula tanggung jawab nasabah dalam menjalankan usahanya. Jika faktor produksi tidak mendukung usaha debitur dan tanggung jawab debitur dalam mengelola usahanya sangat rendah serta ketidaksesuaian penggunaan dana yang diberikan pihak perbankan sehingga usaha yang dijalani nasabah tidak produktif maka akan berpengaruh pula terhadap peningkatan NPL. Dalam arti jika

capital yang dimiliki calon debitur cukup baik belum tentu akan menjamin tidak

terjadinya NPL pada nasabah tersebut.

Selanjutnya jika dilihat berdasarkan collateral dapat diketahui bahwa

collateral memiliki pengaruh negatif terhadap NPL dengan nilai koefisien 0,345

maka setiap terjadi penambahan satu collateral akan menurunkan NPL sebesar 0,345. Pengaruh negatif tersebut dapat diartikan semakin tinggi nilai jaminan maka semakin rendah jumlah NPLyang terjadi. Nilai collateral yang lebih tinggi dibandingan jumlah pembiayaan yang diberikan merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh debitur/calon debitur pada saat analisis dilakukan oleh petugas kredit, hal ini dilakukan guna memberikan dorongan kepada debitur untuk tetap memenuhi kewajibannya. Selain itu, jaminan dapat memberikan hak dan kekuasaan pada bank untuk mendapatkan pelunasan jika terjadi wanprestasi yang dilakukan debitur.

Sedangkan untuk condition of economy memiliki pengaruh negatif terhadap terjadinya NPL dengan nilai koefisien 0.432 maka setiap terjadi penambahan satu condition of economy akan menurunkan NPL sebesar 0.432. Kondisi ekonomi merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kegiatan usaha, Pengaruh negatif berdasarkan tabel tersebut dapat diartikan bahwa semakin baik kondisi ekonomi maka semakin rendah jumlah kredit bermasalah yang terjadi. Kondisi ekonomi yang baik yang dialami nasabah debitur disebabkan karena kondisi perekonomian yang terjadi saat ini mendukung usaha usaha debitur.

21

Uji Kelayakan Model

Koefisien determinasi (R Square) dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien determinasi (R Square) dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui besarnya persentase dari variabel dependen (NPL) yang dapat diprediksi dengan variabel independen (character, capacity, capital, collateral, dan condition of economy). Besarnya koefisien determinasi (R Square) dapat dilihat pada Tabel 2, yaitu: Tabel 2 Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .797a .635 .559 .66379

a. Predictors: (Constant), condition, collateral, capacity, capital, character b. Dependent Variable: non perfoarming loan

Berdasarkan Tabel 2 tersebut, nilai R Square sebesar 0,635 artinya kemampuan variabel character (X1), capacity (X2), capital (X3), collateral (X4),

dan condition of economy (X5) dalam ketepatan memprediksi variasi variabel

NPL sebesar 63.5%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel

Dokumen terkait