• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Sekolah SD Negeri Babakan 01 Dramaga

SD Negeri Babakan 01 Dramaga didirikan pada tahun 1950 dan berlokasi di Jalan Raya Babakan RT 02 RW 08 Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Kepala SD Negeri Babakan 1 Dramaga adalah Sumiati, S.Pd. Tenaga pengajar di sekolah ini terdiri atas 7 orang guru kelas dan 4 orang guru bidang studi, dan 4 orang guru ekstrakurikuler.

Sarana dan prasarana yang dimiliki SD Negeri Babakan 01 Dramaga, meliputi ruang kelas, ruang guru dan kepala sekolah, lapangan upacara, toilet, serta mushola. Fasilitas belajar mengajar yang tersedia di sekolah ini, antara lain alat peraga untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), LCD, dan layar. Program kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini, meliputi Pramuka, tari degung, dan pupuh (lagu Sunda). Jumlah siswa Tahun Ajaran 2012-2013 sebanyak 492 orang yang terbagi menjadi 12 Rombongan Belajar (Rombel). Jumlah siswa kelas 6 sebanyak 91 orang, yang terdiri atas 49 siswa dan 42 siswi.

Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kegiatan belajar mengajar di SD Negeri Babakan 01 Dramaga berlangsung sejak hari Senin-Sabtu dengan pembagian waktu belajar seperti pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5 Pembagian waktu KBM SD Negeri Babakan 01 Dramaga

Kelas Waktu (WIB) Rombel

1 07.15-09.30 2 2 09.30-12.15 2 3 12.30-16.45 2 4 12.30-16.45 2 5 07.15-12.15 2 6 07.15-12.15 2

Sumber: Arsip SD Negeri Babakan 01 Dramaga

SD Negeri Babakan 03 Dramaga

SD Negeri Babakan 03 Dramaga dibangun pada tahun 1967 di atas tanah seluas 1030 m2 yang berlokasi di Jalan Raya Babakan RT 02 RW 08 Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Kepala SD Negeri Babakan 03 Dramaga adalah Darlan, S.Pd. Tenaga pengajar di sekolah ini berjumlah 20 orang.

Sarana dan prasarana yang dimiliki SD Negeri Babakan 01 Dramaga, meliputi ruang kelas, ruang guru dan kepala sekolah, lapangan upacara, toilet,

serta mushola. Fasilitas belajar mengajar yang tersedia di sekolah ini, antara lain alat peraga untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), olahraga, kesenian, LCD, VCD, televisi (TV), dan projector. Program kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini, meliputi Pramuka, tari dan MIPA. Jumlah siswa Tahun Ajaran 2012-2013 sebanyak 494 orang yang terbagi menjadi 13 Rombongan Belajar (Rombel). Jumlah siswa kelas 6 sebanyak 93 orang, yang terdiri atas 50 siswa dan 43 siswi.

Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kegiatan belajar mengajar di SD Negeri Babakan 03 Dramaga berlangsung sejak hari Senin-Sabtu dengan pembagian waktu belajar seperti pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Pembagian waktu KBM SD Negeri Babakan 01 Dramaga

Kelas Waktu (WIB) Rombel

1 07.00-09.30 3 2 07.00-09.30 2 3 12.30-15.30 2 4 12.30-16.30 2 5 07.15-12.00 2 6 07.15-12.00 2

Sumber: Arsip SD Negeri Babakan 03 Dramaga SD Bina Insani

SD Bina Insani berdiri pada tahun 1990 oleh H. Muchtar Mandala, SE selaku Ketua Yayasan Bina Insani. SD Bina Insani terletak di Jalan KH. Sholeh Iskandar, Tanah Sereal, Bogor. Saat ini, yayasan Bina Insani berubah nama menjadi Bosowa Bina Insani. Visi dari SD Bina Insani yaitu “Menjadikan Sekolah Dasar yang Berkualitas Bernapaskan Islam, dipercaya, diminati oleh Masyarakat dan Berorientasi Global”. Misi dari SD Bina Insani, yaitu:

1. Menyelenggarakan sekolah dasar yang bermutu dengan konsep pendidikan berbasis kompetensi.

2. Turut serta dalam membangun dan membentuk generasi muslim yang tangguh dan siap menghadapi tantangan zaman.

3. Menciptakan suasana belajar yang kondusif guna berkembangnya kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. 4. Menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia, fasih membaca Al-Quran.

Kepala SD Bina Insani dipegang oleh Drs. Heru Terusan Belom. Tenaga pengajar SD Bina Insani berjumlah 50 orang. Sarana dan prasarana yang disediakan oleh SD Bina Insani meliputi Lab. komputer, perpustakaan digital, ruang Unit Kesehatan Siswa (UKS), lapangan olahraga, masjid, kantin, dan toilet.

Siswa yang memiliki karakteristik Cerdas Istimewa (CI) dikelola dalam Program Akselerasi. Program ini untuk melayani siswa yang mempunyai kemampuan istimewa/tinggi di bidang MIPA dengan masa studi selama 5 tahun. Kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di SD Bina Insani, meliputi degung, seni lukis, paduan suara, tari, Pramuka, Taekwondo, Karate, drum band, jurnalistik, renang, futsal, Dokter Kecil, marawis, dan tartil Quran.

Jumlah siswa Tahun Ajaran 2012-2013 sebanyak 784 orang yang terbagi menjadi 29 Rombongan Belajar (Rombel). Jumlah siswa kelas 6 sebanyak 156 orang, yang terdiri atas 81 siswa dan 75 siswi. Kurikulum yang digunakan di SD Bina Insani adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 5 hari, Senin-Jumat dengan pembagian waktu belajar seperti pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7 Pembagian waktu KBM SD Bina Insani

Kelas Waktu (WIB) Rombel

1 07.15-12.30 4 2 07.15-12.30 5 3 07.15-14.30 5 4 07.15-14.30 5 5 07.15-14.30 5 6 07.15-14.30 5

Sumber: Arsip SD Bina Insani SMP Negeri 1 Dramaga

SMP Negeri 1 Dramaga berdiri pada tahun 1979 di atas tanah milik IPB seluas 6740 m2 dan berlokasi di Jalan Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Kepala SMP Negeri 1 Dramaga adalah Dra. Rosmaini Ginting, M.Si, MM. Tenaga pengajar di sekolah ini berjumlah 52 orang yang terdiri atas 47 guru tetap dan 5 guru tidak tetap.

Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 1 Dramaga, antara lain ruang belajar, ruang guru, perpustakaan, Lab. IPA, Lab. komputer, Lab. multimedia, ruang seni degung, ruang praktek masak, ruang seni musik, ruang Tata Usaha (TU), ruang kepala sekolah, ruang OSIS, ruang Pramuka/UKS, koperasi, mushola, dan toilet. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada, antara lain Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), kesenian, olahraga prestasi, Risma, basket, voli, sepak bola, memasak, dan teater. Jumlah siswa Tahun Ajaran 2012-2013 sebanyak 1159 orang yang terbagi menjadi 27 Rombongan Belajar (Rombel). Jumlah siswa kelas 7 sebanyak 350 orang, terdiri atas 160 siswa dan 190 siswi yang terbagi menjadi 9 Rombel. Kurikulum yang digunakan adalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 6 hari, Senin-Sabtu mulai pukul 07.00-12.30 WIB.

SMP Bina Insani

SMP Bina Insani merupakan sekolah yang juga berada di bawah Yayasan Bosowa Bina Insani, terletak satu lingkup kantor dan Sekolah Bina Insani di Jalan KH. Sholeh Iskandar, Tanah Sereal, Bogor. Kepala SMP Bina Insani dipegang oleh Dudy Sofyan, S.Pd. Tenaga pengajar SMP Bina Insani berjumlah 25 orang, yang terdiri atas 24 guru tetap dan 1 guru bantu.

Ruang kelas yang tersedia di SMP Bina Insani berjumlah 8 buah. Selain itu, juga terdapat ruang belajar lainnya, antara lain Lab. IPA, Lab. komputer, multimedia, kesenian, serta lapangan olahraga (basket dan sepak bola). Kegiatan ekstrakurikuler di SMP Bina Insani bersifat wajib dan pilihan. Ekstrakurikuler yang tergolong wajib, diantaranya keagamaan (Kimbani dan Tilawatil Quran), mental dan disiplin (Pramuka dan Passus), serta kesenian (paduan suara, angklung, marawis, dan tari). Berikutnya, untuk ekstrakurikuler pilihan terdiri atas tiga bidang, antara lain kelimuwan (KIR, fotografi, jurnalistik, Bahasa Jepang, komik, dan Robotik), olahraga (futsal, basket, Karate, Taekwondo, bulutangkis, cricket, dan renang), serta kesenian (gitar).

Jumlah siswa Tahun Ajaran 2012-2013 sebanyak 401 orang yang terbagi menjadi 16 Rombongan Belajar (Rombel). Jumlah siswa kelas 7 sebanyak 155 orang, terdiri atas 80 siswa dan 75 siswi yang terbagi menjadi 6 Rombel. Kurikulum yang digunakan di SMP Bina Insani adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 5 hari, Senin-Jumat mulai pukul 07.15-15.00 WIB.

Jumlah Siswi Menstruasi

Contoh dalam penelitian ini merupakan siswi kelas 6 dan 7 dari lima sekolah di Bogor, yaitu SD Negeri Babakan 01 Dramaga, SD Negeri Babakan 03 Dramaga, SD Bina Insani, SMP Negeri 1 Dramaga, dan SMP Bina Insani. Contoh dibagi menjadi dua kelompok, yaitu contoh yang sudah menstruasi dan contoh yang belummenstruasi. Tabel 8 menunjukkan persentase jumlah contoh yang sudah menstruasi dari masing-masing sekolah. Jumlah siswi yang sudah menstruasi di SD Bina Insani lebih banyak (18.7%) dibandingkan dengan sekolah dasar yang lain, demikian pula dengan jumlah siswi yang sudah menstruasi di SMP Negeri 1 Dramaga lebih banyak (37.3%) dari SMP Bina Insani. Hal ini

disebabkan oleh jumlah rombongan belajar dari sekolah tersebut yang lebih banyak diantara sekolah yang lain, sehingga presentase jumlah siswi yang menstruasi juga lebih banyak.

Tabel 8 Persentase jumlah contoh menstruasi menurut lokasi sekolah Nama Sekolah Sudah menstruasi Belum menstruasi Total n % n % n % Kabupaten Bogor SDN Babakan 01 Dramaga 7 16.3 36 83.7 43 100.0 SDN Babakan 03 Dramaga 2 4.8 40 95.2 42 100.0 SMPN 1 Dramaga 60 31.6 130 68.4 190 100.0 Total 69 25.1 206 74.9 275 100.0 Kota Bogor SD Bina Insani 14 18.7 61 81.3 75 100.0 SMP Bina Insani 28 37.3 47 62.7 75 100.0 Total 42 28.0 108 72.0 150 100.0

Hasil uji Chi-Square tidak menunjukkan adanya perbedaan (p>0.05) jumlah siswi yang sudah menstruasi berdasarkan lokasi sekolah (Kabupaten dan Kota Bogor). Akan tetapi, Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa jumlah siswi yang sudah menstruasi di sekolah yang berada di Kota Bogor lebih banyak (28.0%) dibandingkandengan siswi di Kabupaten Bogor (25.1%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Woro (2009) yang menyatakan bahwa anak perempuan di perkotaan mengalami pubertas lebih awal dibandingkan dengan anak perempuan di pedesaan.

Karakteristik Contoh Usia Contoh

Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Tahap perkembangan remaja menurut Widyastuti et al. (2009), dibagi menjadi tiga, yaitu remaja awal (10-12 tahun), remaja tengah (13-15 tahun), dan remaja akhir (16-19 tahun). Contoh dalam penelitian ini berusia 10-12 tahun sehingga tergolong dalam usia remaja awal.

Tabel 9 Sebaran contoh menurut usia

Usia (tahun) Sudah Menstruasi Belum Menstruasi n % n % 10 3 8.6 11 31.4 11 24 68.6 21 60.0 12 8 22.9 3 8.6 Total 35 100.0 35 100.0 ± SD 11.1 ± 0.6 10.8 ± 0.6 Uji beda 0.009

Tabel 9 menunjukkan bahwa contoh usia 11 tahun pada kelompok contoh yang sudah menstruasi berjumlah 68.6% dan pada kelompok contoh yang belum menstruasi 60.0%. Hasil Independent Sample t-test menunjukkan adanya perbedaan usia yang signifikan pada kedua kelompok contoh (p=0.009). Rata-rata usia contoh yang sudah menstruasi lebih tua (11.1 ± 0.6 tahun) dibandingkan dengan contoh yang belum menstruasi (10.8 ± 0.6 tahun).

Uang Saku Contoh

Uang saku sering diberikan orang tua kepada anak untuk memenuhi kebutuhan, seperti membeli makanan di sekolah, transportasi, pendidikan, dan hiburan (Napitu 1994 dalam Lusiana 2008). Tabel 10 menunjukkan rata-rata uang saku yang diberikan oleh orang tua kepada contoh yang sudah menstruasi sebesar Rp 9 228 ± 4 426 dan Rp 8 685 ± 3 445 kepada contoh yang belum menstruasi. Uang saku sebesar Rp 6 000-Rp 10 000 diterima oleh 60.0% contoh yang sudah menstruasi dan 65.7% contoh yang belum menstruasi. Hasil Independent Sample t-test tidak menunjukkan adanya perbedaan uang saku pada kedua kelompok contoh (p>0.05).

Tabel 10 Sebaran contoh menurut besarnya uang saku

Uang Saku/Hari (Rp) Sudah Menstruasi Belum Menstruasi n % n % ≤5 000 9 25.7 9 25.7 6 000 - 10 000 21 60.0 23 65.7 11 000 - 15 000 2 5.7 2 5.7 >15 000 3 8.6 1 2.9 Total 35 100.0 35 100.0 ± SD 9 228 ± 4 426 8 685 ± 3 445 Uji beda 0.569 Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi berperan dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang (Harper et al. 1988). Pengetahuan gizi diukur dengan memberikan 20 pertanyaan berupa multiple choice yang terdiri atas 15 pertanyaan umum mengenai gizi dan 5 pertanyaan mengenai pubertas (menstruasi). Pertanyaan tersebut mengacu pada penelitian Lusiana (2008) dan Arrofi (2011). Bentuk pertanyaan multiple choice sering digunakan dalam mengukur pengetahuan gizi (Khomsan 2000). Pemberian skor untuk masing-masing pertanyaan adalah 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.

Tabel 11 menunjukkan sebagian besar pertanyaan umum mengenai gizi dapat dijawab dengan benar oleh contoh. Akan tetapi, lebih dari 50% contoh baik

yang sudah maupun yang belum menstruasi menjawab salah pertanyaan mengenai zat besi (pangan sumber zat besi, fungsi zat besi, dan dampak kekurangan zat besi). Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan contoh mengenai zat besi.

Secara umum pertanyaan mengenai pubertas dapat dijawab dengan benar oleh contoh, diantaranya pengertian menstruasi, pengertian puber, tanda puber pada perempuan, tanda-tanda akan menstruasi, dan lama menstruasi. Persentase jawaban benar mengenai pubertas pada masing-masing contoh sudah lebih dari 50%. Akan tetapi, pertanyaan yang masih banyak dijawab salah oleh contoh yaitu tanda-tanda akan menstruasi karena sebagian contoh tidak mengalami tanda-tanda sebelum menstruasi.

Tabel 11 Sebaran contoh menurut jawaban benar pengetahuan gizi

No. Pertanyaan Sudah Menstruasi Belum Menstruasi n % n %

1. Zat gizi yang dibutuhkan tubuh adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral

30 85.7 35 100.0

2. Makanan protein nabati adalah tempe 25 71.4 27 77.1 3. Pangan yang banyak mengandung air adalah

ketimun

33 94.3 34 97.1 4. Pangan sumber karbohidrat adalah beras 34 97.1 33 94.3 5. Kelompok lemak berdasarkan sumbernya

adalah lemak nabati dan hewani

35 100.0 34 97.1 6. Kekurangan pangan sumber energi

mengakibatkan pertumbuhan badan terganggu

34 97.1 35 100.0

7. Makanan sumber zat besi adalah daging 10 28.6 16 45.7 8. Pangan sumber protein hewani adalah ikan 32 91.4 30 85.7 9. Dampak kekurangan zat gizi adalah tinggi

dan berat badan berkurang

34 97.1 33 94.3 10. Kekurangan vitamin dalam tubuh disebut

avitaminosis

20 57.1 21 60.0 11. Sumber vitamin A adalah wortel 34 97.1 34 97.1 12. Dampak kekurangan vitamin A adalah rabun

senja

25 71.4 28 80.0 13. Vitamin C banyak terdapat dalam jeruk 33 94.3 34 97.1 14. Fungsi zat besi adalah sebagai zat penambah

darah

12 34.3 12 34.3 15. Dampak kekurangan zat besi adalah anemia 10 28.6 14 40.0 16. Menstruasi adalah keluarnya darah setiap

bulan dari vagina

35 100.0 34 97.1 17. Puber adalah bertambah dewasa 35 100.0 34 97.1 18. Tanda puber pada perempuan, kecuali suara

membesar

26 74.3 27 77.1 19. Tanda akan menstruasi, kecuali sakit gigi 20 57.1 23 65.7 20. Lama menstruasi umumnya 7 hari 35 100.0 29 82.9

Penilaian pengetahuan gizi dilakukan dengan menghitung skor jawaban yang dijawab dengan benar yang telah dijadikan bentuk persen. Menurut

Khomsan (2000), kategori pengetahuan gizi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kategori kurang (<60%), sedang (60-80%), dan baik (>80%). Tabel 12 menunjukkan bahwa contoh dengan pengetahuan gizi sedang pada kelompok contoh yang sudah menstruasi sebanyak 68.8% dan pada kelompok contoh yang belum menstruasi adalah 55.3%. Rata-rata pengetahuan gizi contoh yang sudah menstruasi 78.9 ± 9.9 dan contoh yang belum menstruasi 81.0 ± 7.4. Hasil Independent Sample t-test tidak menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan gizi pada kedua kelompok contoh (p>0.05).

Tabel 12 Sebaran contoh menurut pengetahuan gizi

Kategori Sudah Menstruasi Belum Menstruasi n % n % Kurang (<60%) 0 0.0 9 23.7 Sedang (60-80%) 24 68.6 21 55.3 Baik (>80%) 11 31.4 8 21.1 Total 35 100.0 35 100.0 ± SD (%) 78.9 ± 9.9 81.0 ± 7.4 Uji beda 0.311

Asupan Zat Gizi

Asupan zat gizi contoh diperoleh melalui wawancara dengan metode Food Recall 2x24 jam. Hasil wawancara tersebut dapat digunakan untuk menentukan tingkat kecukupan gizi contoh dalam sehari. Zat gizi yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah energi, protein, lemak, dan kalsium.

Tabel 13 Asupan gizi, AKG, dan TKG contoh

Zat Gizi Sudah Menstruasi Belum Menstruasi Energi Asupan (kkal) 1146 1324 Kecukupan (kkal) 2300 2055 Tingkat kecukupan (%) 50.0 65.9 Protein Asupan (g) 39.0 35.3 Kecukupan (g) 57.7 51.0 Tingkat kecukupan (%) 67.4 70.3 Lemak Asupan (g) 43.7 44.1 Kecukupan (g) 63.9 57.0 Tingkat kecukupan (%) 69.0 78.8 Kalsium Asupan (mg) 931.9 2457.5 Kecukupan (mg) 1000.0 1000.0 Tingkat kecukupan (%) 93.2 245.8

Rata-rata asupan energi contoh yang sudah menstruasi sebesar 1146 kkal dan contoh yang belum menstruasi 1324 kkal. Tingkat kecukupan energi contoh yang sudah menstruasi lebih rendah (50.0%) dibandingkan dengan

contoh yang belum menstruasi (65.9%). Sama halnya dengan energi, rata-rata tingkat kecukupan protein contoh yang sudah menstruasi lebih rendah (67.4%) dibandingkan dengan contoh yang belum menstruasi (70.3%). Hasil penelitian Awadipura (2012) menyatakan tingkat kecukupan energi dan protein siswi SD di Bogor masih tergolong defisit (<90%).

Tingkat kecukupan lemak menurut Depkes (2004) sebesar 25% dari AKG energi total. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata asupan lemak pada contoh yang sudah menstruasi adalah 43.7 g dan contoh yang belum menstruasi sebesar 44.1 g. Dengan demikian, tingkat kecukupan lemak pada contoh yang sudah menstruasi juga lebih rendah (69.0%) dibandingkan dengan contoh yang belum menstruasi (78.8%). Widjajanti et al. (2010) menyatakan bahwa rata-rata asupan lemak siswi SMP di Semarang adalah 41 g/hari. Tingkat kecukupan kalsium contoh yang sudah menstruasi adalah 93.2% dan contoh yang belum menstruasi 245.8%. Tingginya tingkat kecukupan kalsium contoh yang belum menstruasi diduga disebabkan oleh adanya contoh yang mengonsumsi makanan yang mengandung kalsium tinggi, yaitu melon (13000 mg kalsium/100 g).

Tingkat kecukupan gizi pada contoh yang sudah menstruasi lebih rendah dibandingkan dengan contoh yang belum menstruasi. Hal ini diduga oleh adanya persepsi mengenai body image yang terjadi pada usia remaja awal. Contoh yang sudah menstruasi lebih memeperhatikan dan menjaga penampilan tubuhnya dibandingkan dengan contoh yang belum menstruasi. Widyastuti et al. (2009) menyatakan bahwa remaja awal memiliki ciri yang lebih memperhatikan keadaan tubuh. Remaja putri lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki citra negatif karena terjadi penambahan lemak tubuh pada masa tersebut (Santrock 2003). Hasil Independent Sample t-test menunjukkan adanya perbedaan tingkat kecukupan energi (p=0.002) dan kalsium (p=0.032) pada kedua kelompok contoh, akan tetapi tingkat kecukupan protein dan lemak pada contoh yang sudah menstruasi dan contoh yang belum menstruasi tidak menunjukkan adanya perbedaan (p>0.05).

Status Gizi

Menurut WHO (2007), pengukuran status gizi anak usia 5-19 tahun menggunakan Z-score dengan indikator IMT/U. Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh termasuk dalam kategori status gizi normal dengan rata-rata nilai Z-score 0.6 ± 1.0 untuk contoh yang sudah menstruasi dan -0.2 ± 1.4 untuk contoh yang belum menstruasi. Hasil pengukuran status gizi menunjukkan

bahwa status gizi overweight lebih banyak ditemukan pada kelompok yang sudah menstruasi (14.3%) dibandingkan dengan contoh yang belum menstruasi (2.9%). Sebaliknya, status gizi kurus hanya ditemukan pada contoh yang belum menstruasi (8.6%).

Tabel 14 Sebaran contoh menurutstatus gizi(IMT/U)

IMT/U Sudah Menstruasi Belum Menstruasi n % n % Sangat kurus 0 0.0 0 0.0 Kurus 0 0.0 3 8.6 Normal 30 85.7 31 88.6 Overweight 5 14.3 1 2.9 Obesitas 0 0.0 0 0.0 Total 35 100.0 35 100.0 ± SD 0.6 ± 1.0 -0.2 ± 1.4 Uji beda 0.007

Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Lusiana (2008) bahwa status gizi memiliki hubungan yang nyata negatif dengan usia menarche. Artinya semakin baik status gizi (nilai IMT/U yang tinggi) maka semakin cepat usia menarche. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sunarto dan Mayasari (2010) yang menyatakan bahwa kelebihan berat badan memiliki hubungan dengan menarche dini. Hasil Independent Sample t-test menunjukkan adanya perbedaan status gizi pada contoh yang sudah menstruasi dan yang belum menstruasi (p=0.007).

Persen Lemak Tubuh

Indikator penilaian status gizi yang juga berpengaruh terhadap usia pubertas (menarche) adalah lemak tubuh. Penelitian Labayen et al. (2009) menunjukkan bahwa kematangan seksual yang lebih awal dihubungkan dengan meningkatnya IMT dan lemak tubuh. Metode pengukuran lemak tubuh pada panelitian ini menggunakan timbangan digital body fat scale yang dilengkapi dengan BIA (Bioelectrical Impedance Analysis).

Hasil pengukuran persen lemak tubuh menunjukkan bahwa contoh dengan kategori lemak tubuh overweight dan obesitas lebih banyak ditemukan pada kelompok yang belum menstruasi (17.2%) dibandingkan dengan kelompok contoh yang belum menstruasi (2.9%). Rata-rata persen lemak tubuh pada contoh yang sudah menstruasi lebih tinggi, yaitu 20.3% dibandingkan dengan contoh yang belum menstruasi (16.0%).

Tabel 15 Sebaran contoh menurut persen lemak tubuh Lemak Tubuh Sudah Menstruasi Belum Menstruasi n % n % Kurang 2 5.7 12 34.3 Normal 24 68.6 19 54.3 Risiko rendah 3 8.6 3 8.6 Overweight 5 14.3 0 0.0 Obesitas 1 2.9 1 2.9 Total 35 100.0 35 100.0 ± SD 20.3 ± 5.8 16.0 ± 5.9 Uji beda 0.007

Menurut Shepard (2005), terjadinya menarche pada anak perempuan dipicu oleh massa tubuh dan persentase lemak sebesar 17%. Hasil Independent Sample t-test menunjukkan adanya perbedaan persen lemak tubuh pada kedua kelompok contoh tersebut (p=0.007). Hal ini mendukung pernyataan Lassek dan Gaulin (2007), bahwa usia menarche berhubungan dengan tingginya proporsi lemak tubuh.

Aktivitas Fisik

Rekomendasi nasional Amerika menganjurkan remaja untuk melakukan aktivitas fisik sedikitnya tiga kali dalam seminggu (Mahan dan Stump 2004). Tabel 15 menunjukkan bahwa frekuensi aktivitas fisik <3 kali/minggu dilakukan oleh 82.9% contoh yang sudah menstruasi dan 82.9% contoh yang belum menstruasi. Aktivitas fisik umumnya hanya dilakukan pada saat jam olahraga di sekolah saja.

Tabel 16 Sebaran contoh menurut frekuensi aktivitas fisik

Frekuensi (kali/minggu) Sudah Menstruasi Belum Menstruasi n % n % <3 29 82.9 29 82.9 ≥3 6 17.1 6 17.1 Total 35 100.0 35 100.0 ± SD 1.7 ± 0.8 1.7 ± 1.0 Uji beda 1.00

Rata-rata frekuensi aktivitas fisik contoh yang sudah menstruasi adalah 1.7 ± 0.8 dan 1.7 ± 1.0 pada contoh yang belum menstruasi. Hasil uji Chi-Square tidak menunjukkan adanya perbedaan frekuensi aktivitas fisik pada kedua kelompok contoh (p>0.05). Hal tersebut tidak sejalan dengan pernyataan Goldman dan Hatch (2000) yang menyatakan bahwa rendahnya aktivitas fisik dapat menyebabkan masa pubertas yang lebih awal (menarche).

Tabel 17 menunjukkan bahwa durasi aktivitas fisik 15-30 menit dilakukan oleh 68.6% contoh yang sudah menstruasi dan 54.3% contoh yang belum menstruasi. Durasi aktivitas fisik yang direkomendasikan oleh WHO (2010) untuk anak usia 5-17 tahun adalah 60 menit untuk sekali latihan. Rata-rata durasi aktivitas fisik sekali latihan adalah 35.7 ± 26.3 menit pada contoh yang sudah menstruasi dan contoh yang belum menstruasi 41.9 ± 29.3 menit. Hasil Independent Sample t-test menunjukkan tidak adanya perbedaan durasi aktivitas fisik pada kedua kelompok contoh (p>0.05).

Tabel 17 Sebaran contoh menurut lama aktivitas fisik

Durasi (menit) Sudah Menstruasi Belum Menstruasi n % n % <15 3 8.6 3 8.6 15 - 30 24 68.6 19 54.3 31 - 60 6 17.1 9 25.7 >60 2 5.7 4 11.4 Total 35 100.0 35 100.0 ± SD 35.7 ± 26.3 41.9 ± 29.3 Uji beda 0.791

Jenis olahraga (aktivitas fisik) yang paling banyak dilakukan oleh contoh yang sudah menstruasi (28.6%) dan contoh yang belum menstrusi (25.7%) adalah lari. Voli dan basket merupakan jenis aktivitas fisik yang jarang dilakukan oleh kedua kelompok contoh.

Tabel 18 Sebaran contoh menurut jenis olahraga

Jenis olahraga Sudah Menstruasi Belum Menstruasi n (35) % (100) n (35) % (100) Lari 10 28.6 9 25.7 Bersepeda 7 20.0 8 22.9 Renang 3 8.6 4 11.4 Basket 2 5.7 0 0.0 Voli 0 0.0 1 2.9 Menari 4 11.4 5 14.3 Bulutangkis 8 22.9 5 14.3 Beladiri 1 2.9 3 8.6

Beberapa contoh yang gemar olahraga mengikuti ekstrakurikuler olahraga di sekolah. Tabel 19 menunjukkan bahwa contoh yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga pada contoh yang sudah menstruasi sebanyak 40.0% dan contoh yang belum menstruasi sebanyak 34.3%. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Bagga (2000) yang menyatakan bahwa anak dengan usia menarche lebih awal terjadi pada kelompok yang jarang melakukan aktivitas fisik. Perbedaan tersebut diduga karena bentuk aktivitas fisik yang dilakukan oleh

contoh yang sudah menstruasi tidak tergolong aktivitas atau olahraga yang berat dan perbedaan aktivitas fisik antara contoh yang sudah dan belum menstruasi tidak jauh berbeda.

Tabel 19 Sebaran contoh menurut keikutsertaan ekstrakurikuler olahraga

Keikutsertaan Sudah Menstruasi Belum Menstruasi n (35) % (100) n (35) % (100)

Ya 14 40.0 12 34.3

Tidak 21 60.0 23 65.7

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh Besar Keluarga

Pemenuhan pangan dan gizi dipengaruhi oleh besar kecilnya keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka kebutuhan pangan yang harus tercukupi akan semakin meningkat sehingga biaya yang diperlukan untuk pengeluaran pangan keluarga akan semakin tinggi (Sediaoetama 1993).

Tabel 20 Sebaran contoh menurut besar keluarga

Sebanyak 51.4% contoh yang sudah menstruasi tergolong dalam keluarga sedang dan 51.4% contoh yang belum menstruasi tergolong keluarga kecil. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan tidak adanya perbedaan besar keluarga antara contoh yang sudah maupun yang belum menstruasi (p>0.05). Pendidikan Orang Tua

Tingkat pendidikan orang tua dapat mempengaruhi keadaan gizi anak, semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka semakin baik pula keadaan gizi anak. Secara umum, tingkat pendidikan orang tua contoh tergolong baik karena berada pada kategori sarjana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan sarjana ayah contoh yang sudah menstruasi sebanyak 34.3% dan pada contoh yang belum menstruasi 31.4%. Pendidikan sarjana ibu contoh yang sudah menstruasi (34.3%) lebih rendah dibandingkan dengan ibu contoh yang

Dokumen terkait