• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI YANG SUDAH DAN BELUM MENSTRUASI DI BOGOR DYAN FAJAR CHRISTIANTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI YANG SUDAH DAN BELUM MENSTRUASI DI BOGOR DYAN FAJAR CHRISTIANTI"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI PADA REMAJA

PUTRI YANG SUDAH DAN BELUM MENSTRUASI DI BOGOR

DYAN FAJAR CHRISTIANTI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

ABSTRACT

DYAN FAJAR CHRISTIANTI. Analysis nutrient intake and nutritional status of menstruating and non-menstruating girls in Bogor. Under direction of ALI KHOMSAN.

The general objective of this study was to analyze nutrient intake and nutritional status of menstruating and non-menstruating girls. This survey was conducted from April to September 2012 in elementary schools and junior high schools in Bogor. Total samples consisted of 35 menstruating and 35 non-menstruating girls who were chosen through screening. The results showed that the percentage of menstruating girls in urban (28.0%) were more than in rural (25.1%). About 57.1% of samples had menarche at 10 years old. The average of nutrient intake on menstruating and non-menstruating girls were under DRI (<90%). Commonly, overweight was more prevalent in menstruating samples (14.3%) compared with non-menstruating samples (2.9%). Similarly, the percent body fat measurement results showed that overweight and obese samples were more prevalent in menstruating samples (17.2%) compared with non-menstruating samples (2.9%). Independent Sample t-test showed significant differences in energy (p=0.002) and calcium (p=0.032) intake, nutritional status (p=0.007) and percent body fat (p=0.007) of between menstruating and non menstruating samples.

(3)

RINGKASAN

DYAN FAJAR CHRISTIANTI. Analisis Asupan Zat Gizi dan Status Gizi pada Remaja Putri yang Sudah dan Belum Menstruasi di Bogor. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN.

Penelitian ini secara umum bertujuan mengetahui hubungan persen lemak tubuh dengan usia menarche remaja putri. Tujuan khusus penelitian ini, antara lain: 1) menentukan jumlah remaja putri kelas 6 dan 7 yang sudah menstruasi di sekolah terpilih di Kabupaten dan Kota Bogor; 2) mengidentifikasi usia, asupan gizi,status gizi (IMT/U dan persen lemak tubuh), aktivitas fisik, dan keadaan ekonomi contoh; 3) mengidentifikasi usia menarchecontoh dan faktor genetik terkait dengan menstruasi; 4) menganalisis perbedaan berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya menstruasi (asupan zat gizi, status gizi, aktivitas fisik, keadaan ekonomi keluarga, dan faktor genetik) pada contoh yang sudah dan belum menstruasi.

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang dilaksanakan pada bulan April sampai September 2012 di 5 sekolah di Bogor, yaitu SDN Babakan 01 Dramaga, SDN Babakan 03 Dramaga, SD Bina Insani, SMPN 1 Damaga, dan SMP Bina Insani. Pemilihan sekolah dilakukan secara purposive dengan mempertimbangkan lokasi sekolah dan karakteristik sosial ekonomi yang bervariasi. Kriteria inklusi, meliputi: 1) telah mengalami menstruasi pada screening awal; 2) berusia 10-12 tahun; 3) bersedia diwawancara dan memberikan keterangan yang lengkap, jelas, serta benar. Siswi yang sudah menstruasi akan dijadikan contoh dalam penelitian. Selain itu, juga dipilih siswi yang belum menstruasi secara Simple Random Sampling sesuai dengan jumlah contoh yang sudah menstruasi sehingga diperoleh sebanyak 70 contoh. Pengolahan data menggunakan software Microsoft Excel 2007, WHO AnthroPlus, dan SPSS versi 16.0 for Windows. Uji yang digunakan yaitu Independent Sample t-test, uji Mann-Whitney, dan uji Chi-Square.

Jumlah siswi yang sudah menstruasi di sekolah yang berada di kota lebih banyak (28.0%) dibandingkan dengan siswi di kabupaten (25.1%). Contoh usia 11 tahun ditemukan sebanyak 68.6% pada contoh yang sudah menstruasi dan 60.0% pada contoh yang belum menstruasi. Rata-rata Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) contoh yang sudah dan belum menstruasi masih berada di bawah Angka Kecukupan Gizi (AKG). Hasil pengukuran status gizi berdasarkan IMT/U menunjukkan bahwa status gizi overweight lebih banyak ditemukan pada kelompok yang sudah menstruasi (14.3%) dibandingkan dengan contoh yang belum menstruasi (2.9%). Sebaliknya, status gizi kurus hanya ditemukan pada contoh yang belum menstruasi (8.6%).

Persen lemak tubuh dengan kategori overweight dan obesitas lebih banyak ditemukan pada kelompok yang belum menstruasi (17.2%) dibandingkan dengan kelompok contoh yang belum menstruasi (2.9%).Frekuensi aktivitas fisik <3 kali/minggu dilakukan oleh 82.9% contoh yang sudah menstruasi dan belum menstruasi. Keluarga tidak miskin dengan pendapatan ≥Rp 231 438 ditemukan pada 88.6% contoh yang sudah menstruasi dan 82.9% pada contoh yang belum menstruasi.

Sebanyak 57.1% contoh mengalami menarche pada usia 10 tahun. Usia menarche 10-12 tahun terjadi pada 51.4% ibu contoh yang sudah menstruasi, sedangkan sebanyak 60.0% ibu contoh yang belum menstruasi mengalami

(4)

menarche pada usia 13-15 tahun. Usia menarche 10-12 tahun saudara kandung perempuan ditemukan pada 65.7% contoh yang sudah menstruasi dan 63.6% contoh yang belum menstruasi. Sebanyak 85.7% contoh dan 80.0% ibu contoh mengalami keluhan selama menstruasi. Jenis keluhan yang sering dirasakan oleh 23.3% contoh adalah timbul jerawat dan kram perut (23.3%). Keluhan menstruasi yang banyak dialami oleh ibu contoh adalah perut kembung sebanyak 21.4% dan mudah marah (21.4%). Hasil Independent Sample t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada variabel asupan energi dan kalsium, status gizi, persen lemak tubuh, serta usia menarche saudara kandung perempuan pada kelompok contoh yang sudah dan belum menstruasi (p<0.05). akan tetapi, keadaan ekonomi keluarga pada kedua kelompok contoh tidak menunjukkan adanya perbedaan (0>0.05).

(5)

ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI PADA REMAJA

PUTRI YANG SUDAH DAN BELUM MENSTRUASI DI BOGOR

DYAN FAJAR CHRISTIANTI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

Judul : Analisis Asupan Zat Gizi dan Status Gizi pada Remaja Putri yang Sudah dan Belum Menstruasi di Bogor

Nama : Dyan Fajar Christianti

NRP : I14080038

Disetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS NIP. 19600202 198403 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1001

(7)

PRAKATA

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan cinta-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Asupan Zat Gizi dan Status Gizi pada Remaja Putri yang Sudah dan Belum Menstruasi di Bogor” dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan, kritik, dan saran, serta dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

2. Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji skripsi yang telah memberikan koreksian dan saran demi perbaikan skripsi. 3. drh. M. Rizal M. Damanik, M.RepSc, Ph.D selaku dosen pembimbing

akdemik yang telah membimbing penulis selama masa kuliah.

4. Seluruh pihak SDN Babakan 01 Dramaga, SDN Babakan 03 Dramaga, SD Bina Insani, SMP Bina Insani, dan SMPN 1 Dramaga atas keramahan dan kesediaan dalam membantu kelancaran penelitian.

5. Ayah dan Mama tercinta, adikku (Iqbal) tersayang, Eyang, dan keluarga Om Dwi atas kasih sayang, doa, dan dukungan yang diberikan selama ini.

6. Teman satu bimbingan: Nining, Wulan, Mumtaz, dan Yuliyanti atas motivasi dan kerjasamanya.

7. Sahabat terdekat: Nining, Euis, dan Fani atas waktu, perhatian, doa, serta motivasi yang diberikan.

8. Teman-teman yang telah membantu dalam penelitian: Aditya Aji, Rohadi, Zaenudin, Rendra, Mumtaz, Rani, Puspita, Made, April, dan Naya.

9. Teman-teman pembahas seminar: Ade Ayu, Ilma, Armina, dan Dyta yang telah memberikan saran dalam perbaikan skripsi.

10. Keluarga Wisma Shinta:Naadhila, Aprin, Evy, Fitri atas keceriaan dan dukungan selama ini.

11. Keluarga Gizi Masyarakat 44, 45, 46, dan 47 yang telah membantu kalancaran penyelesaian skripsi ini serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Bogor, Februari 2013

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putri pasangan Bapak Harry Supriyono (Alm.) dan Ibu Kusriyati. Penulis dilahirkan di Sumenep pada tanggal 25 Desember 1990. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1996-2002 di SD Negeri Kalianget Timur 1, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1 Sumenep tahun 2002-2005, dan SMA Negeri 1 Sumenep tahun 2005-2008.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Gizi Masyarakat melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi, yaitu sebagai Staf Divisi Keputrian (2009-2010) dan Sekretaris (2010-2011) Forum Syiar Islam (FORSIA) serta Staf Divisi Human Resource Development (HRD) Eco-Agrifarma (2010-2011). Penulis juga pernah menjadi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gentra Kaheman.

Juli-Agustus 2011 penulis malaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Dororejo, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah dan April-Mei 2012 penulis mengikuti Internship Dietetic (ID) di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Penilaian Status Gizi Tahun Ajaran 2012/2013. Selain itu, penulis tercatat sebagai penerima beasiswa BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa) IPB tahun 2009-2012.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 Manfaat ... 3 TINJAUAN PUSTAKA ... 4 Remaja ... 4

Masa Pubertas Remaja Putri ... 4

Menstruasi ... 6

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menarche ... 8

Asupan Zat Gizi ... 9

Status Gizi ... 10

Aktivitas Fisik ... 11

Genetik ... 12

Sosial Ekonomi Keluarga ... 13

Keluhan Menstruasi ... 13 Lemak Tubuh ... 15 Karakteristik Contoh ... 17 Uang Saku ... 17 Pengetahuan Gizi ... 17 Karakteristik Keluarga ... 17 Besar Keluarga ... 17

Pendidikan Orang Tua ... 17

Pendapatan Keluarga ... 18

KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

METODE PENELITIAN... 21

Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ... 21

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 21

Jenis dan Cara Pengambilan Data ... 22

Pengolahan dan Analisis Data ... 25

Definisi Operasional ... 30

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

Gambaran Umum Sekolah ... 32

SD Negeri Babakan 01 Dramaga ... 32

SD Negeri Babakan 03 Dramaga ... 32

SD Bina Insani ... 33

SMP Negeri 1 Dramaga ... 34

SMP Bina Insani ... 35

Jumlah Siswi Menstruasi ... 35

Karakteristik Contoh ... 36

Usia Contoh ... 36

Uang Saku Contoh ... 37

Pengetahuan Gizi ... 37

(10)

Status Gizi ... 40

Persen Lemak Tubuh ... 41

Aktivitas Fisik ... 42

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh... 44

Besar Keluarga ... 44

Pendidikan Orang Tua ... 44

Pekerjaan Orang Tua ... 45

Pendapatan Keluarga ... 45

Menstruasi ... 46

Usia Menarche ... 46

Hal Terkait Menstruasi ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

Kesimpulan ... 51

Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U ... 10

2 Standar persen lemak tubuh pada perempuan ... 16

3 Variabel, alat, dan cara pengumpulan data serta skala pengukuran yang digunakan ... 24

4 Kategori dan analisis variabel penelitian ... 28

5 Pembagian waktu KBM SD Negeri Babakan 01 Dramaga ... 32

6 Pembagian waktu KBM SD Negeri Babakan 01 Dramaga ... 33

7 Pembagian waktu KBM SD Bina Insani ... 34

8 Persentase jumlah contoh menstruasi menurut lokasi sekolah ... 36

9 Sebaran contoh menurut usia ... 36

10 Sebaran contoh menurut besarnya uang saku ... 37

11 Sebaran contoh menurut jawaban benar pengetahuan gizi ... 38

12 Sebaran contoh menurut pengetahuan gizi ... 39

13 Asupan gizi, AKG, dan TKG contoh ... 39

14 Sebaran contoh menurutstatus gizi(IMT/U) ... 41

15 Sebaran contoh menurut persen lemak tubuh... 42

16 Sebaran contoh menurut frekuensi aktivitas fisik ... 42

17 Sebaran contoh menurut lama aktivitas fisik ... 43

18 Sebaran contoh menurut jenis olahraga ... 43

19 Sebaran contoh menurut keikutsertaan ekstrakurikuler olahraga ... 44

20 Sebaran contoh menurut besar keluarga ... 44

21 Sebaran contoh menurut pendidikan orang tua (ayah dan ibu) ... 45

22 Sebaran contoh menurut pekerjaan orang tua ... 45

23 Sebaran contoh menurut pendapatan (Rp/kap/bulan) ... 46

24 Sebaran contoh menurut usia menarche ... 47

25 Sebaran contoh menurut usia menarche ibu dan saudara kandung perempuan ... 47

26 Sebaran contoh menurut hal-hal yang berkaitan dangan menstruasi ... 48

27 Sebaran contoh menurut adanya keluhan menstruasi yang dirasakan contoh dan ibu ... 49

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kerangka pemikiran ... 20 2 Kerangka sampling ... 22

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian untuk siswi ... 59 2 Kuesioner penelitian untuk orang tua ... 64

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Periode pertumbuhan dan perkembangan manusia terdiri atas beberapa tahapan, yaitu bayi, balita,anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Batas usia remaja adalah 10 hingga 19 tahun (Widyastuti et al. 2009). Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan sebanyak 18.3% penduduk Indonesia termasuk dalam kategori usia 10-19 tahun yang terdiri atas 51.1% laki-laki dan 48.9% perempuan (Depkes 2010).

Remaja merupakan periode perubahan fisiologis, psikologis, dan kognitif yang terjadi pada masa anak-anak menjadi dewasa muda. Masa remaja disebut juga dengan masa pubertas, artinya masa ketika anak mulai mengalami kematangan secara seksual dan organ reproduksi siap untuk menjalankan fungsinya (Mahan dan Stump 2008). Masa pubertas remaja putriumumnya terjadi pada usia 8-13 tahun dan remaja putra pada usia 9-14 tahun. Akan tetapi, pubertas juga dapat terjadi lebih awal atau lebih lambat. Precocious puberty (pubertas awal) adalah tanda pubertas yang muncul lebih awal dari usia normal, yaitu sebelum usia 8 tahun pada remaja putri dan sebelum usia 9 tahun remaja putra. Masa pubertas yang terjadi lebih lambat (delayed puberty), yaitu terjadi pada usia di atas 18 tahun (Eshelman 2008).

Menurut Behrman et al. (2009) pubertas dimulai ketika hipotalamus pada bagian otak melepaskan hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) yang memberikan sinyal pada kelenjar pituitari untuk melepaskan Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) untuk memulai perkembangan seksual, baik pada laki-laki maupun perempuan. Perubahan fisik masa pubertas ditandai dengan perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer, dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder (Hurlock 1980). Ciri pubertas yang sangat penting pada remaja putri adalah mulai mengalami menstruasi pertama yang disebut menarche.

Menarche adalah menstruasi pertama yang umumnya terjadi pada usia 10-12 tahun sebagai tahap akhir proses pubertas dan tanda awal masuknya seorang perempuan dalam masa reproduksi (Steingraber 2007). Menstruasi merupakan peristiwa perdarahan uterus yang terjadi secara siklik dan dialami oleh sebagian besar wanita usia produktif (Norwitz 2006). Menarche dapat terjadi lebih awal pada usia 9-10 tahun atau lebih lambat pada usia 17 tahun. Rata-rata

(15)

usia menarche remaja putri di Indonesia adalah 13 tahun. Data Riskesdas (2010), remaja putri yang telah mengalami menarche pada usia 9-10 tahun sebanyak 1.7%, 11-12 tahun20.3%, dan 13-14 tahun 38.1%.

Menurunnya rata-rata usia menarche berkaitan dengan keadaan gizi dan kesehatan yang semakin baik (Lusiana 2008). Menurut Silvana (2008), Indonesia menempati urutan ke-15 dari 67 negara dengan penurunan usia menarche mencapai 0.145 tahun per dekade. Terjadinya menarche dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Lusiana (2008) menyatakan bahwa terjadinya menarche dipengaruhi oleh status gizi. Demikian pula hasil penelitian Cho et al. (2010) yang dilakukan di Korea Selatan dengan metode kohort menunjukkan bahwa usia menarche perempuan yang lahir antara tahun 1986-1995, dipengaruhi oleh lingkar pinggang, Indeks Massa Tubuh (IMT) yang tinggi, usia menarche ibu (genetik), serta asupan gizi.

Penelitian yang dilakukan oleh Abdulla dan Ibraheem (2010) di Kota Tikrit menunjukkan bahwa usia menarche memiliki hubungan yang signifikan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), stres, dan aktivitas fisik. Rogol (2000) menyatakan bahwa penurunan usia menarche juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi keluarga yang tinggi. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap usia menarche menurut Shepard (2005) adalah massa tubuh dan persentase lemak. Sebanyak 17% lemak tubuh diperlukan untuk memicu terjadinya menarche. Peningkatan lemak tubuh yang cepat pada pra pubertas mengakibatkan terjadinya precocious menarche.

Secara umum, status gizi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya menstruasi. Diduga terdapat adanya perbedaan status gizi antara remaja yang sudah dan belum menstruasi. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk menganalisis asupan zat gizi dan status gizi pada remaja putri yang sudah dan belum menstruasi di Bogor.

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis asupan zat gizi dan status gizi pada remaja putri yang sudah dan belum menstruasi di Bogor. Tujuan Khusus

(16)

1. Menentukan jumlah remaja putri kelas 6 dan 7 yang sudah menstruasi di sekolah terpilih di Kabupaten dan Kota Bogor.

2. Mengidentifikasi usia, asupan zat gizi, status gizi (IMT/U dan persen lemak tubuh), aktivitas fisik, dan keadaan ekonomi keluarga contoh.

3. Mengidentifikasi usia menarche contoh dan faktor genetik terkait dengan menstruasi.

4. Menganalisis perbedaan berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya menstruasi (asupan zat gizi, status gizi, aktivitas fisik, keadaan ekonomi keluarga, dan faktor genetik) pada contoh yang sudah dan belum menstruasi.

Manfaat Manfaat penelitian ini, antara lain:

1. Bagi masyarakat: penelitian ini sebagai informasi tentang hubungan antara persen lemak tubuh dengan masa pubertas anak perempuan yang ditandai dengan menstruasi.

2. Bagi pemerintah: penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pendidikan sistem reproduksi kepada siswa sekolah.

3. Bagi akademisi: penelitian ini sebagai bahan referensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan mengenai masa pubertas.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Remaja

Remaja merupakan perubahan fisiologi, psiklogi, dan kognitif yang terjadi pada masa anak-anak hingga dewasa awal. Masa remaja disebut juga dengan masa pubertas, artinya masa ketika anak mulai mengalami kematangan secara seksual dan organ reproduksi siap untuk menjalankan fungsinya (Mahan dan Stump 2008). Perubahan yang terjadi pada masa remaja berlangsung dengan sangat cepat dan terkadang tanpa disadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta perubahan perilaku dan hubungan sosial dengan lingkungannya (Batubara 2010).

Masa remaja dimulai pada usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun (Arisman 2008). Berdasarkan sifat dan ciri-cirinya, tahap perkembangan remaja menurut Widyastuti et al. (2009) dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Remaja awal (10-12 tahun)

- Merasa lebih dekat dengan teman sebaya - Merasa ingin bebas

- Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuh (ukuran, bentuk, dan body image)

b. Remaja tengah (13-15 tahun)

- Tampak dan ingin mencari identitas diri - Ada ketertarikan pada lawan jenis c. Remaja akhir (16-19 tahun)

- Menampakkan pengungkapan kebebasan diri - Lebih selektif mencari teman sebaya

- Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya Masa Pubertas Remaja Putri

Pubertas merupakan tahap dalam perkembangan yang ditandai dengan kematangan alat-alat seksual dan tercapainya kemampuan reproduksi (Hurlock 1980). Batasan antara masa anak-anak dan awal masa pubertas tidak terlihat dengan jelas, akan tetapi awal pubertas dapat dikatakan ketika ovarium mulai berfungsi (Prawirohardjo 1987). Menurut Eshelmen (2008), usia pubertas anak perempuan umumnya pada 8-13 tahun dan 9-14 tahun pada laki-laki. Pertumbuhan remaja putri mengalami percepatan lebih dulu karena tubuhnya

(18)

memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi sedangkan remaja putra menyusul dua tahun kemudian (Arisman 2007). Pubertas dapat terjadi lebih awal atau lebih lambat. Menurut Eshelman (2008), precocious puberty (pubertas awal) adalah tanda pubertas yang muncul lebih awal dari usia normal, yaitu sebelum usia 8 tahun pada anak perempuan dan sebelum usia 9 tahun pada laki-laki. Masa pubertas yang lebih lambat (delayed puberty) terjadi pada usia di atas 18 tahun.

Perubahan pada masa pubertas ditandai dengan perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer, dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder (Hurlock 1980). Menurut Santrock (2003), salah satu aspek psikologis dari perubahan fisik masa pubertas adalah remaja menjadi lebih memperhatikan tubuh mereka dan membangun citranya sendiri mengenai tubuh. Perbedaan gender menandai persepsi remaja mengenai tubuhnya. Remaja putri lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki citra negatif dibandingkan dengan remaja putra. Ketidakpuasan remaja putri terhadap tubuhnya terjadi karena lemak tubuh yang bertambah.

Awal pubertas pada remaja putri ditandai dengan timbulnya breast budding atau tunas payudara kemudian secara bertahap payudara berkembang menjadi payudara dewasa. Tanda berikutnya adalah tumbuhnya rambut pubis. Menstruasi pertama (menarche) terjadi dua tahun setelah awal pubertas dan merupakan fase akhir perkembangan pubertas. Setelah menstruasi, tinggi badan remaja putri hanya akan bertambah sedikit kemudian akan berhenti. Massa lemak akan meningkat pada tahap akhir pubertas mencapai dua kali lipat masa sebelum pubertas (Batubara 2010).

Pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dari hipotalamus, diikuti oleh perubahan sistem endokrin yang kompleks dan timbulnya tanda-tanda seks sekunder, pacu tumbuh, dan kesiapanuntuk reproduksi. Terdapat berbagai faktor yang dianggap berperan pada masa awal pubertas, antara lain faktor genetik, keadaan gizi, faktor lingkungan, psikologis, dan media massa (Steingraber 2007). Awalnya GnRH mulai berikatan dengan reseptor di hipofisis pada usia 6 tahun yang mengakibatkan pengeluaran Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari GnRH. Hal ini terlihat dengan terdapatnya peningkatan sekresi LH 1-2 tahun sebelum awal pubertas (Batubara 2010).

(19)

peningkatan LH. Selanjutnya FSH akan merangsang sel granulosa untuk menghasilkan estrogen dan inhibin. Estrogen akan merangsang timbulnya tanda-tanda seks sekunder, sedangkan inhibin berperan dalam kontrol mekanisme umpan balik pada hipotalamus-hipofisis-gonad. Luteinizing Hormone (LH) berperan pada proses menarche dan merangsang timbulnya ovulasi (Batubara 2010).

Menstruasi

Kata menstruasi berasal dari Bahasa Latin, yaitu mens yang berarti “bulan” karena siklus menstruasi mengikuti penanggalan bulan (Waluyo & Putra 2010). Menstruasi merupakan suatu peristiwa perdarahan uterus yang terjadi secara siklik dan dialami oleh sebagian besar perempuan usia produktif (Norwitz 2006). Menurut Manuaba et al. (2007), menstruasi merupakan siklus yang kompleks yang melibatkan berbagai unsur dalam tubuh perempuan, diantaranya panca indera, korteks serebri, hipotalamus, aksis hipofisis-ovarium, dan organ tujuan (uterus, endometrium, serta organ seks sekunder). Rangsangan panca indera diubah di dalam korteks serebri kemudian melalui nukleus amigdala disalurkan menuju hipotalamus. Nukleus amigdala berperan untuk menghambat dan meloloskan rangsangan menuju hipotalamus. Gagalnya fungsi inhibisi aliran rangsangan dapat menimbulkan pubertas awal (menarche di bawah usia 10 tahun).

Hipotalamus berfungsi mengalirkan rangsangan menuju hipofisis melalui sistem portal. Hipofisis dianggap sebagai mother of gland karena menerima rangsangan tunggal dari hipotalamus. Rangsangan hipofisis anterior berupa Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) merangsang hipofisis mengeluarkan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan akan merangsang folikel primer untuk berkembang hingga matang menjadi folikel de Graaf. GnRH lainnya adalah Luteinizing Releasing Hormone (LH) yang yang mengakibatkan ovulasi dan pembentukan korpus luteum pada ovarium (Manuaba et al. 2007).

Menurut Hendrik (2006), mekanisme terjadinya perdarahan menstruasi dalam satu siklus terdiri atas empat fase, yaitu fase proliferasi, fase luteal, fase menstruasi, dan fase regenerasi.

1. Fase proliferasi

Fase ini disebut juga fase folikuler dan berlangsung setelah perdarahan menstruasi berkahir dimulai hari ke-5 hingga 14. Fase proliferasi berguna untuk menumbuhkan lapisan endometrium agar siap untuk menerima sel ovum yang

(20)

telah dibuahi oleh sperma sebagai persiapan terjadinya proses kehamilan. Pematangan folikel dalam ovarium akibat aktivitas FSH merangsang sintesis hormon estrogen dalam jumlah banyak.

Peningkatan pembentukan dan pengaruh aktivitas FSH mngakibatkan terbentuknya banyak reseptor LH di lapisan sel granulosa dan cairan folikel dalam ovarium sehingga dapat merangsang folikel yang telah mengalami kematangan (folikel de Graaf) yang telah dewasa untuk melepaskan telur (proses ovulasi). Telur tersebut akan ditangkap oleh rumbai pada tuba fallopii dan dibungkus oleh korona radiate yang akan memberi nutrisi selama 48 jam. Folikel de Graaf yang mengalami ovulasi menjadi korpus rubrum dan segera menjadi korpus luteum serta mengeluarkan hormon indung telur, yaitu estrogen dan progesteron.

2. Fase luteal

Fase luteal disebut juga fase sekresi atau pramenstruasi yang menunjukkan masa ketika ovarium membentuk korpus luteum dari sisa folikel de Graaf yang sudah mengeluarkan sel telur saat terjadi ovulasi dan menghasilkan hormon progesteron yang akan digunakan sebagai penunjang lapisan endometrium uteri. Fase ini berlangsung pada hari ke-14 hingga 28. Ciri dari fase luteal adalah terbentuknya korpus luteum ovarium serta perubahan bentuk (menjadi memanjang dan berkelok-kelok) dan fungsi kelenjar pada lapisan endometrium akibat pengaruh peningkatan LH yang diikuti pengeluaran progesteron.

Jika tidak terjadi pertemuan antara spermatozoa dan ovum (telur), maka korpus luteum akan mengalami kematian. Korpus luteum bertahan selama 8-10 hari. Pengurangan estrogen dan progesteron menyebabkan vasokonstriksi (pengerutan) pembuluh darah sehingga korpus luteum mengalami kematian. Selanjutnya terjadi vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang mengakibatkan pelepasan darah dalam bentuk perdarahan yang disebut menstruasi.

3. Fase menstruasi

Fase menstruasi menunjukkan masa terjadinya proses peluruhan endometrium disertai pengeluaran darah dari dalam uterus dan dikeluarkan melalui vagina. Fase ini menyebabkan penyusutan dan lenyapnya korpus luteum (tempat menetapnya reseptor serta terjadinya proses pembentukan dan pengeluaran hormon progesteron dan LH selama fase luteal).

(21)

4. Fase regenerasi

Fase regenerasi disebut juga pascamenstruasi yang menunjukkan masa terjadinya proses awal pemulihan dan pembentukan kembali lapisan endometrium setelah mengalami proses menstruasi sebelumnya. Bersamaan dengan fase regenerasi dan menstruasi, lapisan endometrium melepaskan hormon prostaglandin yang mengakibatkan berkontraksinya lapisan miometrium uteri yang mengakibatkan banyak pembuluh darah yang terkandung di dalamnya mengalami vasokontriksi sehingga akan membatasi terjadinya proses menstruasi yang sedang berlangsung.

Proses penghentian perdarahan (menstruasi) juga didukung oleh pengaktifan kembali pembentukan dan pengeluaran FSH dan estrogen sehingga memungkinkan kembali terjadinya pemacuan proses proliferasi lapisan endometrium dan memperkuat kontraksi otot uterus. Hal tersebut secara umum disebabkan oleh penurunan efek hambatan terhadap aktivitas adenohipofisis dan hipotalamus yang dihasilkan dari hormon progesteron dan LH saat terjadi menstruasi sehingga FSH, estrogen, dan GnRH aktif kembali.

Panjang siklus menstruasi merupakan jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Rata-rata lama siklus menstruasi adalah 28 hari (Pearce 2008). Siklus menstruasi normal berkisar antara 20-35 hari. Panjang siklus menstruasi sangat dipengaruhi oleh usia. Hendrik (2006) menyatakan bahwa remaja putri berusia 12 tahun memiliki rata-rata siklus menstruasi 25.1 hari, wanita usia 43 tahun 27.1 hari, dan wanita usia 55 tahun 51.9 hari. Selain itu, siklus menstruasi juga dipengaruhi oleh keadaan lelah, kurang makan, dan stres (Wibowo 2005). Perdarahan saat menstruasi berlangsung 3-7 hari dengan jumlah darah yang dikeluarkan sekitar 50-60 cc tanpa bekuan darah. Jika perdarahan disertai gumpalan darah menunjukkan terjadinya perdarahan banyak yang merupakan keadaan abnormal pada menstruasi (Manuaba et al. 2009).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menarche

Menarche adalah menstruasi yang terjadi pertama kali dan umumnya terjadi pada usia 10-11 tahun sebagai tahap akhir proses pubertas dan tanda awal masuknya seorang perempuan dalam masa reproduksi (Steingraber 2007). Penyebab menarche adalah meningkatnya frekuensi pengeluaran Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) yang mempengaruhi hipotalamus. Hormon lain yang juga berperan dalam masa pertumbuhan anak perempuan dan usia menarche

(22)

adalah leptin yang dihasilkan oleh jaringan lemak untuk mengatur kebiasaan makan serta berperan dalam mengatur masa awal pubertas (Batubara 2010).

Usia terjadinya menarche sangat bervariasi. Menarche dapat terjadi lebih awal pada usia 10-11 tahun atau lebih lambat pada usia 17 tahun (Steingraber 2007). Data Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa remaja putri yang telah mengalami menarche pada usia 9-10 tahun sebanyak 1.7%, 11-12 tahun 20.3%, dan 13-14 tahun 38.1%. Penelitian Cho et al. (2010) di Korea menyatakan terjadinya penurunan usia menarche dalam beberapa tahun. Usia menarche remaja putri yang lahir pada tahun 1980-1985 adalah 13.8 ± 1.4 tahun, sedangkan remaja putri yang lahir pada usia 1986-1995 mengalami menarche pada usia 13.1 ± 0.1 tahun.

Menurunnya usia menarche disebabkan oleh keadaan gizi dan kesehatan umum yang membaik (Lusiana 2008). Selain itu, menurut Utami (2003) penurunan usia menarche disebabkan pula oleh peningkatan standar kehidupan ekonomi dan kemudahan akses perawatan kesehatan. Manuaba et al. 2003 menyatakan bahwa usia menarche pada remaja putri semakin muda seiring dengan derasnya arus informasi melalui media massa, TV, dan lainnya yang meningkatkan rangsangan panca indera. Meningkatnya rangsangan terhadap panca indera akan mempercepat pertumbuhan organ seksual (Santrock 2003). Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap menarche menurut Staingraber (2007) adalah keadaan psikologis (stres). Secara umum, terjadinya menarche dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal tersebut terdiri atas status gizi, aktivitas fisik, konsumsi pangan, genetik, kesehatan reproduksi, hormon, sedangkan faktor eksternal misalnya keadaan sosial ekonomi keluarga dan lingkungan (Khaerurrizal 2009).

Asupan Zat Gizi

Kebutuhan gizi antar individu bervariasi karena dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan, keadaan fisiologis, aktivitas fisik, dan metabolisme tubuh. Kebutuhan energi, protein, dan kalsium remaja putri usia 10-12 tahun dengan berat badan 37 kg dan tinggi badan 145 cm berturut-turut adalah 2050 kkal, 50 g, dan 1000 mg (WNPG 2004). Kebutuhan lemak berdasarkan Departemen Kesehatan (2003) dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) adalah 25% dari kebutuhan energi. Penelitian yang dilakukan oleh Awadipura (2012) pada siswi SD di Bogor menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat kecukupan energi dan protein masih tergolong defisit. Tingkat

(23)

kecukupan kalsium pada siswi SD di Bogor yang sudah menstruasi juga masih tergolong defisit (Arrofi 2011). Widajanti et al. (2010) menyatakan bahwa rata-rata konsumsi lemak per hari pada siswi SMP di Semarang adalah 41 g.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara asupan zat gizi dengan terjadinya menarche. Asupan atau konsumsi pangan yang berlebihan akan disimpan dalam tubuh (jaringan adiposa) yang berkorelasi positif dengan peningkatan kadar leptin sehingga memicu pengeluaran GnRH dan mempercepat waktu pubertas (Lee 2006; Quennell et al. 2009). Lassek dan Gaulin (2007) menyatakan bahwa level hormon leptin berhubungan terbalik dengan masa pubertas dan usia menarche, peningkatan level leptin yang signifikan (28%) selama 6 bulan merupakan pemicu terjadinya menarche.

Penelitian Paçadara et al. (2008) menyatakan bahwa remaja dengan asupan makanan kurang mengalami menarche pada usia 13.29 tahun, sedangkan remaja dengan asupan makanan yang baik mengalami menarche pada usia 12.91 tahun. Menurut Susanti dan Sunarto (2012), faktor risiko terjadinya menarche dini adalah rendahnya asupan serat dan tingginya asupan lemak serta kalsium. Hasil penelitian Bagga (2000) di India menyatakan bahwa remaja putri non-vegetarian mengalami menarche enam bulan lebih cepat dibandingkan dengan remaja putri vegetarian.

Status Gizi

Menurut Supariasa et al. (2001), penilaian status gizi dapat dilakukan melalui pengukuran langsung (survei konsumsi pangan, statistik vital, dan faktor ekologi) dan tidak langsung (antropometri, biokimia, biofisk, dan klinis). Metode penilaian status gizi yang sering digunakan adalah antropometri, yaitu dengan pengukuran dimensi dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Indeks antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi pada anak usia 5 hingga 19 tahun adalah Indeks Massa Tubuh berdasarkan Umur (IMT/U).

Tabel 1 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U

Kategori Nilai Z-score

Obesitas >3 Overweight >2 s/d 3 Normal -2 s/d 2 Kurus -3 s/d <-2 Sangat kurus <-3 Sumber: WHO (2007)

(24)

Hasil penelitian tentang usia menarche yang dihubungkan dengan status gizi secara antropometri, meliputi IMT (Indeks Massa Tubuh), lingkar pinggang, lingkar panggul, dan lemak tubuh. Hasil penelitian Sunarto dan Mayasari (2010) menunjukkan adanya hubungan antara kelebihan berat badan dengan menarche dini. Demikian pula dengan hasil penelitian Lusiana (2008) yang menunjukkan hubungan nyata negatif antara status gizi dan usia menarche, artinya semakin baik status gizi maka semakin cepat usia menarche. Hasil penelitian oleh Cho et al. (2010) yang dilakukan di Korea Selatan dengan metode kohort menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT dan lingkar panggul maka menstruasi terjadi lebih cepat. Usia menarche yang terlambat dapat disebabkan oleh status gizi yang kurang baik. Fritz dan Speroff (2010), menyatakan bahwa dibutuhkan berat badan 48 kg untuk timbulnya menarche dan dibutuhkan perbandingan lemak dan lean body mass tertentu untuk timbulnya pubertas serta mempertahankan kapasitas reproduksi.

Parameter antropometri yang juga berpengaruh terhadap usia pubertas adalah lemak tubuh. Menurut Shepard (2005) terjadinya menarche pada remaja putri dipicu oleh massa tubuh dan persentase lemak (17%), selanjutnya 22% lemak tubuh diperlukan untuk memperbaiki menstruasi. Penelitian yang dilakukan oleh Lassek dan Gaulin (2007), menyatakan bahwa usia menarche berhubungan dengan tingginya proporsi lemak tubuh. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Labayen et al. (2009) yang menunjukkan bahwa kematangan seksual yang lebih awal dihubungkan dengan meningkatnya IMT (Indeks Massa Tubuh) dan lemak tubuh.

Aktivitas Fisik

Menurut Gibney et al. (2004), aktivitas fisik umumnya diartikan sebagai gerak tubuh yang ditimbulkan oleh otot-otot skeletal yang mengacu pada gerakan beberapa otot besar, seperti menggerakkan lengan dan tungkai serta mengakibatkan pengeluaran energi dan dapat meningkatkan kesehatan. Mahan dan Stump (2004), menyatakan bahwa aktivitas fisik yang disertai dengan makanan sehat dapat memberikan manfaat kesehatan, diantaranya menurunkan berat badan, meningkatkan komposisi tubuh, meningkatkan profil lipid darah, dan mengurangi tekanan darah. Aktivitas fisik ini berperan dalam meningkatkan massa tulang dalam masa pertumbuhan serta menjaga keseimbangan struktur dan fungsi tulang.

(25)

WHO (2010) merekomendasikan anak-anak dan remaja (5-17 tahun) untuk melakukan aktivitas fisik minimal 60 menit setiap hari. Jenis aktivitas fisik yang dianjurkan adalah aktivitas fisik yang dapat membantu dalam kelenturan dan kekuatan otot. Rekomendasi nasional Amerika menganjurkan remaja untuk melakukan aktivitas fisik sedikitnya tiga kali dalam seminggu (Mahan dan Stump 2004).

Masa pubertas yang lebih awal dikaitkan dengan rendahnya aktivitas fisik sehingga keseimbangan energi (perbedaan antara asupan energi dan pengeluaran energi) dianggap sebagai faktor penting yang menentukan waktu pubertas (Goldman dan Hatch 2000). Penelitian tentang penilaian faktor yang mempengaruhi usia menarche pada perempuan di Kota Tikrit yang dilakukan oleh Abdulla dan Ibraheem (2010) menyatakan bahwa usia menarche memiliki hubungan yang signifikan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), stres, dan aktivitas fisik. Menurut Sherar (2007), usia menarche yang terlambat umumnya terjadi pada atlet perempuan karena rendahnya lemak dan/atau massa tubuh. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bagga (2000) yang menyatakan anak dengan usia menarche lebih awal terjadi pada kelompok yang jarang melakukan aktivitas fisik dan usia menarche yang terlambat terjadi pada kelompok atlet. Hal tersebut diduga karena terlambatnya sekresi respon hormon spesifik untuk kematangan seksual yang mungkin terjadi pada atlet perempuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Krawczyk et al. (1994), pada atlet perempuan usia 13-26 tahun dengan jenis olahraga yang berbeda menunjukkan masa pubertas mereka juga berbeda. Atlet yang lebih cepat mengalami menstruasi (12.67-12.89 tahun) adalah atlet yudo, anggar, dan penembak kemudian disusul dengan pendayung, pemain basket, atlet lapangan, voli, dan renang dengan rata-rata usia menarche 13.13-13.81 tahun. Usia menarche atlet yang cukup memerlukan kekuatan, seperti skaters, pelari ski, dan pelari jarak jauh lebih lambat, yaitu 14.04-14.39 tahun.

Genetik

Usia menarche pada remaja putri dengan status gizi yang baik sebagian besar dipengaruhi oleh faktor genetik. Penelitian Cho et al. (2010) menyatakan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor genetik. Demikian pula dengan hasil penelitian Tehrani et al. (2010), usia menarche ibu dan anak memiliki korelasi positif. Adanya hubungan antara usia menarche dan faktor genetik

(26)

diduga berkaitan dengan lokus pengatur estrogen yang diwariskan (Mitchell 2008).

Sosial Ekonomi Keluarga

Kecenderungan penurunan usia awal pubertas di negara berkembang diduga disebabkan oleh perubahan standar kehidupan. Perbedaan status sosial ekonomi dan gaya hidup di pedesaan dan perkotaan juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan usia awal pubertas (Woro 2009). Status ekonomi keluarga mempengaruhi status gizi remaja, status gizi yang baik akan menyebabkan pubertas menjadi lebih awal. Hasil penelitian Indrayani et al. (2010) menunjukkan bahwa semakin tinggi status ekonomi maka usia awal pubertas semakin muda. Kondisi sosial ekonomi yang cukup berhubungan dengan kemudahan untuk mendapatkan bahan makanan yang berkualitas.

Sebagian menarche berlangsung tanpa diikuti ovulasi pada tahun pertama sehingga umumnya remaja yang baru mengalami menstruasi (menarche) memiliki siklus yang tidak teratur. Mekanisme ini sangat penting untuk memberikan kesempatan yang cukup agar tanda-tanda seks sekunder berkembang dengan baik, diantaranya pertumbuhan rambut ketiak, rambut pubis (kemaluan), pertumbuhan dan perkembangan buah dada, serta pertumbuhan dan distribusi jaringan lemak terutama pada bagian pinggul. Menstruasi yang disertai dengan ovulasi sebagian besar dicapai pada usia sekitar 17-18 tahun (Manuaba et al. 2007).

Keluhan Menstruasi

Keluhan menstruasi disebabkan oleh kondisi hormonal, fisik, serta psikis (Sallika 2010). Faktor lain yang dapat menyebabkan keluhan menstruasi adalah faktor keturunan yang sulit dikendalikan (Shreeve 1989 dalam Lutfiah 2007). Keluhan yang sering dialami saat menstruasi, antara lain keluhan berdasarkan jumlah darah, kelainan siklus, dan keluhan saat menstruasi (Manuaba 2003).

Keluhan berdasarkan jumlah darah terbagi menjadi dua, yaitu hipermenorea dan hipomenorea. Hipermenorea (menoragia) adalah perdarahan berlebihan selama masa menstruasi. Hipermenorea dapat berupa bertambahnya aliran darah dengan lama menstruasi normal, aliran darah normal dengan lama menstruasi memanjang, atau keduanya (Swartz 1995). Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya hipermenorea adalah kemungkinan adanya mioma uteri (pembesaran rahim), polip endometrium, atau hiperplasia endometrium

(27)

(penebalan dinding rahim). Diagnosis kalainan ini dapat diterapkan dengan pemeriksaan dalam dan ultrasonografi (USG). Hipomenorea adalah perdarahan dalam jumlah yang sedikit. Penyebab dari hipermenorea adalah kemungkinan gangguan hormonal, kondisi kekurangan gizi, atau adanya penyakit tertentu.

Keluhan terkait siklus menstruasi terbagi menjadi tiga (Manuaba et al. 2009), yaitu polimenorea, oligomenorea, dan amenorea. Polimenorea adalah siklus menstruasi yang terjadi kurang dari 20 hari. Oligomenorea adalah siklus menstruasi yang terjadi lebih dari 35 hari. Amenorea adalah menstruasi yang tidak terjadi selama tiga bulan berturut-turut. Amenorea terbagi menjadi amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer adalah tidak terjadinya menarche sampai usia 17 tahun dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder. Amenorea sekunder adalah tidak terjadi menstruasi selama 3 hinggan 6 bulan atau lebih pada orang yang telah mengalami siklus menstruasi. Hal yang perlu diperhatikan pada terjadinya amenorea, yaitu diet dan kebiasaan latihan, adanya gangguan fisiologi, gaya hidup, stres lingkungan, riwayat kelainan genetik dalam keluarga, kelainan pertumbuhan dan perkembangan, serta tanda-tanda kelebihan androgen (Price 1995).

Keluhan saat menstruasi yang sering terjadi adalah dismenorea, yaitu menstruasi yang sangat nyeri disebabkan oleh kejang otot uterus. Dismenorea terbagi menjadi primer dan sekunder. Dismenorea primer terjadi dalam beberapa jam pada hari pertama menstruasi disertai mual, diare, sakit kepala, dan perubahan emosional. Nyeri dirasakan di sekitar pinggul dan punggung bagian bawah dan dapat merambat ke lengan. Dismenorea sekunder timbul karena adanya masalah fisik atau penyakit, seperti infeksi rahim, kista, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya (Price 1995).

Menurut Wibowo (2005), rasa nyeri yang dirasakan saat menstruasi disebabkan oleh otot rahim yang berkontraksi menutup pembuluh darah untuk mengurangi perdarahan. Kontraksi tersebut juga disebabkan oleh upaya rahim mendorong darah dan jaringan di dalamnya keluar melalui leher rahim yang sempit. Rasa nyeri pada bagian perut ini akan berkurang setelah melahirkan karena leher rahim sudah lebih membuka.

Gangguan menstruasi dapat berupa keluhan yang timbul sebelum dan saat menstruasi. Keluhan tersebut dapat bervariasi pada setiap perempuan. Akan tetapi, tidak selalu terjadi setiap siklus menstruasi dan intensitas yang

(28)

dirasakan kadang tidak sama. Menurut Hendrik (2006), keluhan menjelang dan selama menstruasi dibagi menjadi dua, yaitu emosional dan fisik. Keluhan emosional yang banyak terjadi, antara lain mudah tersinggung dan marah, panik, ketegangan saraf, depresi, bingung, dan mengidam makanan manis, sedangkan keluhan fisik yang sering dirasakan adalah perut kembung, nyeri/kram perut, nyeri dan pembengkakan payudara, sakit kepala, nyeri pinggang, mual, edema, dan perasaan berat badan bertambah. Bendich (2000), menyatakan bahwa keluhan lain yang dirasakan sebelum dan saat menstruasi adalah timbulnya jerawat, mudah lelah, dan insomnia.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lusiana (2008) pada anak perempuan sekolah dasar menunjukkan 90% mengalami keluhan menstruasi. Sebanyak 55.6% anak perempuan mengeluh sakit/kram pada perut bagian bawah. Penelitian yang dilakukan Lutfiah (2007) pada siswi SMA Kota Bogor menyatakan bahwa keluhan menstruasi yang banyak dialami oleh remaja putri adalah kram di bawah perut dan lebih emosional.

Upaya untuk meminimalkan gangguan atau keluhan menstruasi dari segi makanan adalah dengan mengurangi konsumsi garam, gula, dan makanan yang mengandung banyak karbohidrat sederhana seperti mie dan roti. Kopi, teh, dan coklat dianjurkan tidak dikonsumsi karena mengandung kafein yang dapat menyebabkan gangguan tidur, sakit kepala, dan gangguan emosi (Wirakusumah 2009). Selain itu, perlu meningkatkan konsumsi buah dan sayur, makanan sumber vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, E, zink (Zn), zat besi (Fe), kalsium (Ca), magnesium (mg), chromium (Cr), asam lemak omega-3 dan omega-6, serta konsumsi protein hewani (Hardinsyah 2004).

Menurut Jacobs (2000), kalsium dapat mengurangi gejala depresi, gelisah, mudah marah, sakit kepala, dan kram akibat Premenstrual Syndrome (PMS). Konsumsi kalsium yang tinggi (1336 mg/hari) dapat memperbaiki emosi dan mengurangi nyeri selama menstruasi. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan menstruasi, antara lain mengompres perut bagian bawah yang terasa nyeri dengan air panas, beristirahat atau berbaring, meminum obat pereda nyeri (anti peradangan non steroid), olahraga teratur dan memperbanyak aktivitas fisik (Sallika 2010).

Lemak Tubuh

Lemak tubuh disimpan dalam dua jenis, yaitu essential lipid dan simpanan lemak. Essential lipid ditemukan dalam sumsum tulang belakang,

(29)

sistem saraf pusat, payudara, dan organ lain yang dibutuhkan untuk fungsi fisiologi. Simpanan lemak terdiri atas inter- dan intramuscular yang terdapat di sekitar organ dan saluran gastrointestinal, serta lemak subkutan. Proporsi simpanan lemak pada perempuan dan laki-laki relatif konstan, yaitu 15% total berat badan perempuan dan 12% laki-laki. Sepertiga dari total lemak tubuh diperkirakan dalam bentuk lemak subkutan (Gibson 2005).

Pengukuran lemak tubuh dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan status gizi. Komponen lemak tubuh masing-masing individu berbeda tergantung pada jenis kelamin, tinggi, dan berat badan. Menurut Gibson (2005), klasifikasi persen lemak tubuh pada perempuan dapat diamati pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Standar persen lemak tubuh pada perempuan Standar Persen lemak tubuh Kurang

Optimal Risiko rendah Gemuk

Sangat risiko (obesitas)

< 13% 13-23% 24-27% 28-32% ≥ 33% Sumber: Gibson (2005)

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memprediksi persen lemak tubuh, antara lain metode langsung (direct) dengan analisis kimiawi pada cadaver manusia dan secara tidak langsung (indirect) meliputi metode hydrostatic weighing, sinar X-ray, ultrasoundographi, CT scan, Bioelectrical Impedance Analysis (BIA), dan metode antropometri dengan teknik skinfold. Pemilihan metode pengukuran lemak tubuh tersebut memerlukan pertimbangan, antara lain dari segi biaya, kemudahan dalam melakukan pengukuran, kemudahan penilaian hasil, dan pengaruh terhadap kesehatan subyek yang diperiksa (Sudibjo 2000).

Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) dinilai aman, tepat, alatnya yang mudah dibawa, dan relatif murah. Teknik ini melewati dua elektroda yang umumnya terletak pada pergelangan kaki dan tangan pada masing-masing individu. Secara umum elektroda diletakkan pada permukaan belakang tangan dan kaki, masing-masing pada bagian bawah telapak tangan dan kaki. Aliran BIA yang dihubungkan pada bagian tangan dan kaki diukur dengan pendekatan ohm (Gibson 2005).

(30)

Karakteristik Contoh Uang Saku

Uang saku sering diberikan oleh orang tua kepada anaknya untuk memenuhi kebutuhan, seperti membeli makanan di sekolah, transportasi, pendidikan, dan hiburan. Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu seperti keperluan harian, mingguan, atau bulanan (Napitu 1994 dalam Lusiana 2008). Hasil penelitian Mardayanti (2008) dalam Arrofi (2011) tentang alokasi uang saku pada siswa sekolah di Bogor menyimpulkan bahwa semakin besar pendapatan keluarga maka semakin besar uang saku yang diterima oleh anak.

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi sangat berperan dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang. Terjadinya perubahan sikap dan perilaku gizi didasarkan pada pengetahuan gizi (Harper et al. 1988). Pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan berganda (multiple choice test). Instrument tersebut merupakan bentuk tes objektif yang paling sering digunakan. Menurut Khomsan (2000), kategori pengetahuan gizi dikelompokkan sesuai nilai cut off point berdasarkan skor yang telah dijadikan dalam bentuk persen, yaitu kategori kurang (<60%), sedang (60-80%), dan baik (>80%).

Karakteristik Keluarga Besar Keluarga

Pemenuhan pangan dan gizi dipengaruhi oleh besar kecilnya keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka kebutuhan pangan yang harus tercukupi akan semakin meningkat sehingga biaya yang diperlukan untuk pengeluaran pangan keluarga akan semakin tinggi (Sediaoetama 1993). Berdasarkan klasifikasi besar keluarga menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (1996), besar keluarga dikategorikan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (>7 orang).

Pendidikan Orang Tua

Pendidikan dan pengetahuan bidang gizi yang dimiliki orang tua akan mempengaruhi pola asuh, pola konsumsi pangan dan keadaan gizi anak.

(31)

Semakin baik pendidikan dan pengetahuan gizi orang tua maka keadaan gizi anak akan semakin baik pula. Pendidikan yang tinggi akan memberikan peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Menurut Suhardjo et al. (1989), semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh maka kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik juga semakin besar sehingga akan mempengaruhi tingkat pendapatan.

Pendapatan Keluarga

Menurut Aprilian (2010), tingkat pendapatan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsinya. Rendahnya pendapatan yang dimiliki seseorang akan mengakibatkan terjadinya perubahan kebiasaan makan yang tercermin dari pengurangan frekuensi makan (<3 kali). Pendapatan keluarga diperoleh dari total seluruh pendapatan anggota keluarga yang dibagi dengan jumlah anggota keluarga sehingga mendapatkan pendapatan/kapita/bulan. Menurut BPS Propinsi Jawa Barat (2012), keluarga miskin adalah keluarga dengan pendapatan/kapita/bulan <Rp 231 438.

(32)

KERANGKA PEMIKIRAN

Remaja merupakan perubahan fisiologi, psiklogi, dan kognitif yang terjadi pada masa anak-anak hingga dewasa awal. Tidak ada batasan yang tajam antara masa anak-anak dan awal pubertas, akan tetapi secara umum pubertas remaja putri terjadi pada usia 8-13 tahun (Eshelman 2008). Kini masa pubertas telah bergeser ke arah usia yang lebih muda seiring dengan meningkatnya keadaan gizi, kesehatan umum, dan standar kehidupan ekonomi.

Pubertas pada remaja putri ditandai dengan timbulnya breast budding atau tunas payudara, tumbuhnya rambut pubis, dan menstruasi sebagai fase akhir perkembangan pubertas (Batubara 2010). Terjadinya menarche menurut Khaerurrizal (2009) dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain status gizi, aktivitas fisik, konsumsi pangan, genetik, kesehatan reproduksi, hormon, gaya hidup, keadaan sosial ekonomi keluarga, dan lingkungan. Menurut Manuaba et al. (2003), media massa juga dapat mempercepat masa pubertas (usia menarche). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan antropometri, biokimia, biofisik, klinis, survei konsumsi pangan, statisti vital, dan faktor ekologi (Supariasa et al. 2001). Penilaian secara antropometri dapat dilakukan dengan menentukan IMT, lingkar pinggang, lingkar panggul, dan lemak tubuh.

Secara umum, hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa status gizi memiliki hubungan dengan usia menarche. Sunarto dan Mayasari (2010) menyatakan bahwa kelebihan berat badan memiliki hubungan dengan menarche dini. Status gizi juga dapat diukur melalui persen lemak tubuh. Menurut Shepard (2005) terjadinya menarche pada remaja putri dipicu oleh massa tubuh dan persentase lemak (17%), selanjutnya 22% lemak tubuh diperlukan untuk memperbaiki menstruasi. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Labayen et al. (2009) yang menunjukkan bahwa kematangan seksual yang lebih awal dihubungkan dengan meningkatnya IMT (Indeks Massa Tubuh) dan lemak tubuh.

Berbagai faktor yang telah dibuktikan memiliki pengaruh terhadap terjadinya menstruasi awal (menarche), diduga terdapat adanya perbedaan pada remaja yang sudah dan belum menstruasi. Perbedaan tersebut disebabkan oleh keadaan masing-masing individu. Oleh sebab itu, penelitian ini akan membahas mengenai perbedaan faktor-faktor tersebut.

(33)

Keterangan:

: variabel yang diteliti : hubungan yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti : hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran Asupan zat gizi Status gizi Persen lemak tubuh

Menstruasi

- Genetik - Aktivitas fisik Karakteristik contoh - Usia - Uang saku - Pengetahuan gizi Karakteristik keluarga - Besar keluarga - Pendidikan orang tua - Pendapatan orang tua - Pekerjaan orang tua

- Hormon

- Kesehatan reproduksi - Gaya hidup

-

Lingkungan (media massa, ras)

(34)

METODE PENELITIAN

Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang dilakukan pada bulan April-September 2012 di lima sekolah terpilih di Bogor, yaitu SD Negeri Babakan 01 Dramaga, SD Negeri Babakan 03 Dramaga, SD Bina Insani, SMP Negeri 1 Dramaga, dan SMP Bina Insani. Pemilihan sekolah dilakukan secara purposive, dengan mempertimbangkan lokasi sekolah serta keadaan ekonomi yang bervariasi.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Populasi contoh pada penelitian ini adalah siswi kelas 6 SD Negeri Babakan 01 Dramaga, SD Negeri Babakan 03 Dramaga, dan SD Bina Insani serta siswi kelas 7 SMP Negeri 1 Dramaga dan SMP Bina Insani. Total contoh pada penelitian ini sebanyak 70 orang yang terbagi menjadi 35 contoh yang sudah menstruasi dan 35 contoh yang belum menstruasi.

Penarikan contoh dilakukan dengan melakukan screening awal melalui wawancara seluruh siswi kelas 6 dan 7 pada kelima sekolah tersebut. Contoh yang sudah menstruasi dipilih menggunakan kriteria inklusi, yaitu 1) telah mengalami menstruasi pada screening awal; 2) berusia 10-12 tahun; 3) bersedia diwawancara dan memberikan keterangan yang lengkap, jelas, serta benar. Seluruh siswi kelas 6 yang sudah menstruasi (23 orang) dijadikan sebagai contoh dalam penelitian ini, sedangkan untuk siswi kelas 7 dipilih salah satu kelas dengan jumlah siswi terbanyak yang sudah menstruasi untuk memenuhi jumlah contoh yang diharapkan (35 orang). Contoh perhitungan pemilihan contoh kelas 7, sebagai berikut:

Jumlah contoh yang diperlukan = 35 orang Jumlah contoh kelas 6 = 23 orang Jumlah contoh kelas 7 = 12 orang Siswi menstruasi kelas 7 Bina Insani = 5 orang Siswi menstruasi kelas 7 SMPN 1 = 10 orang

Contoh kelas 7 Bina Insani = x 12 = 4 orang Contoh kelas 7 SMPN 1 = x 12 = 8 orang

Contoh dalam penelitian ini juga terdiri atas siswi yang belum menstruasi dengan teknik penarikan contoh Simple Random Sampling sebanyak jumlah

(35)

contoh yang sudah menstruasi pada masing-masing sekolah. Kriteria inklusi untuk contoh yang belum menstruasi, yaitu 1) bersedia 10-12 tahun; dan 2) bersedia diwawancara dan memberikan keterangan yang lengkap, jelas, serta benar. Pertimbangan pengambilan contoh siswi kelas 6 dan 7 didasarkan pada usia menstruasi pertama (menarche) yang kini banyak terjadi pada usia remaja awal (10-12 tahun). Kerangka sampling penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2 Kerangka sampling Jenis dan Cara Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara menggunakan kuesioner dan pengukuran, meliputi 1) karakteritik contoh,

Simple Random Sampling

Populasi siswi kelas VI dan VII

Penyaringan kriteria inklusi

Total contoh penelitian (70 orang)

Screening awal

Sebanyak siswi yang sudah mengalami

menstruasi Siswi yang sudah

menstruasi

Siswi yang belum menstruasi SDN 01 Babakan Dramaga SDN 03 Babakan Dramaga SD Bina Insani SMP Negeri 1 Dramaga Pemilihan 5 Sekolah SMP Bina Insani

(36)

mencakup usia, uang saku, dan pengetahuan gizi; 2) asupan zat gizi; 3) status gizi (IMT/U dan persen lemak tubuh); 4) aktivitas fisik; 5) karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh, mencakup besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan pendapatan orang tua; 6) menstruasi, mencakup usia menarche (contoh, ibu, dan saudara kandung perempuan), frekuensi, lama, siklus, keteraturan, serta keluhan menstruasi. Data sekunder yang dikumpulkan adalah profil sekolah, yang meliputi gambaran umum sekolah tempat penelitian, sarana, dan prasarana yang dimiliki.

Kuesioner diberikan kepada contoh dan orang tua contoh. Data yang diisi langsung oleh contoh meliputi karakteristik contoh, aktivitas fisik, konsumsi pangan, usia menarche, keluhan dan siklus menstruasi. Kuesioner yang diberikan kepada orang tua contoh berisi karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh, usia menarche ibu dan saudara kandung perempuan contoh, serta keluhan menstruasi ibu contoh.

Penilaian status gizi ditentukan menggunakan Z-score berdasarkan IMT/U untuk usia 5-19 tahun (WHO 2007). Data yang diperlukan adalah tinggi dan berat badan. Pengukuran tinggi badan contoh menggunakan microtoise dengan kapasitas maksimum 200 cm dan ketelitian 0.1 cm, sedangkan berat badan menggunakan timbangan digital body fat scale Oxone-499 dengan kapasitas maksimum 200 kg dan ketelitian 0.1 kg. Selain untuk mengukur berat badan, timbangan digital body fat scale Oxone-499 juga dapat menentukan persen lemak tubuh.

Aktivitas fisik contoh dalam penelitian ini lebih mengarah kepada kebiasaan olahraga yang diperoleh menggunakan kuesioner berisi pertanyaan mengenai frekuensi olahraga/minggu, durasi setiap kali olahraga, jenis olahraga, dan keikutsertaan dalam ekstrakurikuler bidang olahraga. Penilaian asupan zat gizi contoh diperoleh melalui wawancara menggunakan Food Recall 2x24 jam untuk mengestimasi asupan zat gizi contoh sehari-hari. Contoh diminta untuk mengingat kembali makanan yang dikonsumsi pada satu hari sebelumnya, sehingga wawancara food recall dilakukan dua kali. Menurut Gibson (2005), teknik wawancara food recall lebih efektif dilakukan pada anak usia lebih dari 8 tahun.

(37)

Tabel 3 Variabel, alat, dan cara pengumpulan data serta skala pengukuran yang digunakan

No Variabel Indikator Cara dan alat pengumpulan Skala data 1. Karakteristik contoh Usia Uang saku Pengetahun gizi Wawancara langsung menggunakan kuesioner Ordinal Rasio Ordinal 2. Status gizi (IMT/U) dan persen lemak tubuh BB dan TB Lemak tubuh Pengukuran langsung menggunakan microtoise dan timbangan digital

body fat scale

(Oxone-499)

Rasio Rasio

3. Aktivitas fisik Frekuensi /minggu Durasi Jenis Keikutsertaan dalam ekstrakurikuler bidang olahraga Wawancara langsung menggunakan kuesioner Ordinal Rasio Nominal Nominal 4. Asupan zat gizi

Recall 2 x 24 jam Wawancara langsung menggunakan kuesioner Ordinal 5. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh Besar keluarga Pendidikan orang tua Pekerjaan orang tua Pendapatan orang tua

Wawancara tidak langsung menggunakan kuesioner Ordinal Ordinal Nominal Rasio

6. Menstruasi Usia menarche contoh Keteraturan

Frekuensi menstruasi Lama dan siklus

menstruasi contoh Keluhan menstruasi

contoh (ada tidaknya, keluhan yang biasa dirasakan, cara mengatasi) Wawancara langsung menggunakan kuesioner Rasio Nominal Rasio Rasio Nominal

Usia menarche ibu dan saudara kandung perempuan contoh Keluhan menstruasi ibu

Wawancara tidak langsung menggunakan kuesioner Rasio Nominal

7. Profil sekolah Wawancara

langsung dan penelusuran dokumen melalui arsip sekolah dan internet

(38)

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah secara deskriptif dan analitik menggunakan Software Microsoft Excel 2007, WHO AnthroPlus, dan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0 for Windows. Proses pengolahan meliputi editing, coding, entry, dan cleaning. Data yang telah terkumpul dikelompokkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan variabel.

Karakteristik contoh terdiri atas usia, uang saku, dan pengetahuan gizi. Usia contoh dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu 10,11, dan 12 tahun. Berikutnya uang saku yang diberikan oleh orang tua kepada contoh dikelompokkan menjadi empat, yaitu ≤Rp 5 000, Rp 6 000 – Rp 10 000, Rp 11 000 – Rp 15 000, dan >Rp 15 000. Pengetahuan gizi contoh diukur menggunakan kuesioner yang berisi 15 pertanyaan mengenai gizi secara umum dan 5 pertanyaan mengenai pubertas (menstruasi). Jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Kategori pengetahuan gizi menurut Khomsan (2000) dibagi menjadi tiga, yaitu kurang (<60%), sedang (60-80%), dan baik (>80%).

Penilaian status gizi dilakukan dengan metode antropometri melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan. Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan diolah menggunakan WHO Anthroplus untuk menentukan nilai Z-score IMT/U berdasarkan WHO (2007). Kategori status gizi berdasarkan IMT/U dibagi menjadi lima, yaitu obesitas (>3), overweight (>2 s/d 3), normal (-2 s/d2), kurus (-3 s/d -2), dan sangat kurus (<-3). Selanjutnya, hasil pengukuran persen lemak tubuh dikelompokkan menjadi lima kategori berdasarkan cut off point menurut Gibson (2005), yaitu kurang (<13%), optimal/normal (13-23%), risiko rendah (24-27%), overweight (28-32%), dan obesitas (≥33%).

Data mengenai aktivitas fisik terkait dengan olahraga yang biasa dilakukan, yaitu frekuensi per minggu, durasi, jenis, dan keikutsertaan dalam ekstrakurikuler bidang olahraga. Frekuensi olahraga dikelompokkan menjadi dua, yaitu suka (≥3 kali/minggu) dan tidak suka (<3 kali/minggu). Pengelompokan durasi aktivitas fisik dibagi menjadi empat, yaitu <15 menit, 15–30 menit, 31–60 menit, dan >60 menit. Jenis aktivitas fisik dikelompokkan menjadi delapan, yaitu lari, bersepeda, renang, basket, voli, menari, bulutangkis, dan beladiri. Keikutsertaan dalam ekstrakurikuler bidang olahraga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ya dan tidak.

Data asupan zat gizi diperoleh melaui Food Recall 2x24 untuk menilai Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) contoh dengan menghitung jumlah konsumsi zat

(39)

gizi per hari. Jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi dalam satuan URT (Ukuran Rumah Tangga) kemudian dikonversi menjadi gram. Selanjutnya ditentukan jumlah zat gizinya (energi, protein, lemak, dan kalsium) menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah konsumsi zat gizi tersebut adalah:

KGj = (Bj/100) x Gj x (BDDj/100) Keterangan:

KGij = kandungan zat gizi dalam bahan makanan j yang dikonsumsi Bj = berat bahan makanan j yang dikonsumsi (gram)

Gj = kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j BDDj = persen bahan makanan j yang dapat dimakan (%BDD)

Setelah menghitung asupan zat gizi kemudian menentukan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk energi, protein, lemak, dan kalsium. Perhitungan AKG aktual untuk energi dan protein menggunakan koreksi berat badan. Contoh dengan status gizi kurang atau lebih menggunakan berat badan ideal, sedangkan contoh dengan status gizi normal tidak menggunakan berat badan ideal melainkan berat badan aktual. Cara menghitung berat badan ideal untuk anak usia 7-12 tahun menggunakan rumus (Anggraeni 2012):

Keterangan:

n = usia dalam tahun

Perhitungan AKG menggunakan rumus: AKG =

Keterangan:

BBi = berat badan ideal atau aktual contoh

BBj = berat badan standar bedasarkan AKG (WNPG 2004)

AKG untuk lemak ditentukan sebesar 25% dari AKG energi total (Depkes 2004). Rumus yang digunakan adalah:

Nilai AKG yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menghitung Tingkat Kecukupan Gizi (TKG). Rumus yang digunakan untuk menghitung TKG adalah:

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran Asupan zat gizi Status gizi  Persen  lemak tubuh Menstruasi  -  Genetik -  Aktivitas fisik Karakteristik contoh -  Usia  -  Uang saku -  Pengetahuan gizi Karakteristik keluarga -  Besar keluarga -  Pendidikan orang tua -  Pendap
Gambar 2  Kerangka sampling Jenis dan Cara Pengambilan Data
Tabel  3    Variabel,  alat,  dan  cara  pengumpulan  data  serta  skala  pengukuran  yang  digunakan
Tabel 4  Kategori dan analisis variabel penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

The 13km 2 site is inscribed on the List of World Heritage in Danger due to the vulnerability of its many earthen structures, the rapid pace of modernization,

Perencanaan strategis sistem informasi Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Pengumpul Menengah Di Kalimantan Barat menggunakan Ward dan Peppard, dimana tahapannya dimulai

data lisan dan tulisan. Pengumpulan data lisan dilakukan dengan metode cakap yaitu percakapan peneliti dengan narasumber. Selanjutnya pengumpulan data tulisan dilakukan dengan

Hasil pengamatan pertumbuhan dan perkembangan secara kualitatif penambahan 100 ppm glutamin pada eksplan tunas aksilar tebu (Saccharum officinarum) varietas THA

Sesuai hasil uji beda nilai terkecil (BNT) antar kondisi benih menunjukkan bahwa benih jatuh (A) berbeda sangat nyata dibandingkan dengan benih yang diperoleh

PLTMH pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah debit per detik yang ada pada aliran air saluran irigasi, sungai atau air terjun. Aliran ini akan

Pada Bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh dilapangan, yaitu dengan Tata Cara Pengisian dan Pelaporan Surat

Berdasarkan observasi pada tanggal 8 April 2008, dalam proses belajar khususnya menulis karangan deskripsi terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruhi hasil tulisannya,