• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Responden

Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 86 orang. Responden adalah masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor yang memiliki dan tidak memiliki utang. Identifikasi karakteristik reponden dalam penelitian ini antara lain berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, jenis pekerjaan dan pendapatan. Berikut uraian karakteristik responden dalam penelitian ini.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden pada penelitian ini menunjukkan jumlah responden laki-laki yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden perempuan. Klasifikasi responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan 69 persen responden berjenis kelamin laki-laki dan 31 persen responden berjenis kelamin perempuan. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 5.

18

Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Respoden jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada jumlah responden perempuan didukung dari data Statistik Informasi Debitur (2014b) mengenai perkembangan jumlah debitur per-jenis kelamin debitur. Data terakhir yaitu pada bulan Desember 2014 menunjukkan bahwa jumlah debitur laki-laki berjumlah 24 300 363 sedangkan jumlah debitur perempuan sebanyak 14 893 631.

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Responden berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan ≥ S1 yaitu sebanyak 61 orang atau dalam proporsi 71 persen. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan yang tinggi melihat mayoritas responden dengan pendidikan akhir perguruan tinggi. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Respoden dengan pendidikan ≥ S1 lebih banyak dari pada jumlah responden

lainnya juga didukung dari data Statistik Informasi Debitur (2014b) mengenai perkembangan jumlah debitur berdasarkan status pendidikan debitur perorangan yang menunjukkan data terakhir bulan Desember 2014 debitur dengan pendidikan S1 adalah jumlah debitur terbanyak kedua yaitu sejumlah 4 305 791 setelah debitur tanpa gelar (SMA, SMP, SD dan tidak sekolah). Wickramasinghe dan Gurugamage (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan memungkinkan seorang individu untuk pro terhadap utang.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan kategori usia, responden dibagi menjadi beberapa kelompok tingkatan usia yaitu usia kurang dari 25 tahun, 25 sampai 34 tahun, 35 sampai 44 tahun, 45 sampai 54 tahun, dan lebih dari 54 tahun. Persentase usia responden terbanyak yaitu pada rentang usia 45 tahun sampai dengan 54 tahun yaitu 28 persen atau sebanyak 24 orang. Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 3.

69% 31%

Laki-Laki Perempuan

Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Jumlah Responden (orang) Proporsi (%)

≥S1 61 71.00 D3 2 2.00 SMA 19 22.00 SMP 1 1.00 SD 3 3.00 Total 86 100.00

19

Rata-rata jumlah responden berdasarkan tingkat umur memiliki jumlah yang hampir sama pada masing-masing tingkatan umurnya. Jumlah responden terendah terdapat pada tingkatan usia lebih dari 54 tahun yaitu sebanyak 11 orang. Berdasarkan hal tersebut menjelaskkan bahwa semakin tua usia seseorang maka kecenderungan terhadap utang semakin menurun. Hal ini didukung oleh penelitian Manara dan Hidayat (2011) yang menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang maka kecenderungan untuk berutang semakin rendah. Orang tua cenderung memiliki anti-utang, dibandingkan dengan orang-orang muda (Livingstone dan Lunt 1992).

Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Gambar 6 menunjukkan status perkawinan responden terbanyak yaitu responden yang berstatus menikah. Responden menikah sebanyak 61 orang, responden yang berstatus lajang sebanyak 24 orang, dan responden yang berstatus bercerai ada 1 orang. Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan

Jumlah responden yang menikah lebih banyak dibandingkan dengan responden dengan status perkawinan lainnya. Menikah menjadi salah satu penyebab masyarakat dalam berutang dikarenakan tuntutan dan kebutuhan hidupnya lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat yang masih berstatus lajang. Masyarakat yang lajang kemungkinan kebutuhan hidupnya masih ditanggung oleh keluarganya atau seluruh hasil pendapatannya hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dirinya seorang. Browning dan Crossly (2001) menjelaskan bahwa komposisi keluarga (status perkawinan dan kehadiran anak-anak) dapat mempengaruhi perilaku konsumsi dan pinjaman.

61 24 1 0 20 40 60 80

Menikah Lajang Cerai

Jumlah Responden

StatusPerkawinan

Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan usia

Umur Jumlah Responden (orang) Proporsi(%)

Kurang dari 25 19 22.00 25 s.d. 34 18 21.00 35 s.d. 44 14 16.00 45 s.d. 54 24 28.00 Lebih dari 54 11 13.00 Total 86 100.00

20

Karakteristik Responden Berdasarkan Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga responden dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga kelompok yaitu jumlah anggota keluarga yang kurang dari 5 orang, 5 sampai 10 orang dan lebih dari sepuluh orang. Responden sebagian besar memiliki jumlah anggota keluarga yang terdiri atas kurang dari 5 orang yaitu sebanyak 54 orang atau dalam proporsi 63 persen. Responden lain yang memiliki jumlah anggota keluarga yang terdiri atas 5 hingga 10 orang sebanyak 31 orang atau dalam proporsi 36 persen dan yang memiliki lebih dari 10 orang sebanyak 1 orang atau dalam proporsi 1 persen.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden dikelompokan menjadi lima kategori PNS, karyawan swasta, pedagang, petani dan lainnya. Dari 86 responden, 40 persen responden bekerja pada kategori pekerjaan lainnya. Responden yang memilih jenis pekerjaan lainnya antara lain bekerja sebagai guru pengabdian, pekerja lepas, ibu rumah tangga dan pensiunan. Jenis pekerjaan pekerjaan responden terbanyak kedua adalah karyawan perusahaan swasta sebanyak 36 persen. Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan lebih banyak responden yang memiliki jenis pekerjaan lainnya. Pekerjaan lainnya antara lain yaitu bekerja sebagai guru pengabdian, pekerja lepas, ibu rumah tangga dan pensiunan. Jenis pekerjaan yang memiliki pendapatan yang tidak stabil cenderung memiliki utang. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Manara dan Hidayat (2011) bahwa status pekerjaan honorer mempunyai kecenderungan berutang yang tinggi dibandingkan dengan guru yang berstatus PNS yang sudah mempunyai pendapatan yang cukup stabil.

13% 36% 9% 2% 40% PNS, Pegawai di Kantor Pemerintah Karyawan Perusahan Swasta Pedagang Petani,Nelayan dan Peternak Lainnya

Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Jumlah Anggota

Keluarga Jumlah Responden (orang) Proporsi(%)

Kurang dari 5 54 63.00

5 s.d. 10 31 36.00

Lebih dari 10 1 1.00

21 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Karakteristik responden berdasarkan pendapatan dikelompokkan menjadi lima yaitu pendapatan kurang dari sama dengan satu juta, 1.1 sampai 2 juta, 2.1 sampai 3 juta, 3.1 sampai 4 juta dan lebih dari 4 juta per bulan. Pendapatan dari rata-rata keseluruhan responden yang paling tinggi adalah pendapatan yang lebih dari 4 juta per bulan yaitu sebanyak 37 orang atau 43 persen.

Respoden dengan tingkat pendapatan lebih dari 4 juta/ bulan lebih banyak dari pada responden dengan tingkat pendapatan lainnya, utang banyak dimanfaatkan masyarakat bukan hanya pada golongan menengah kebawah untuk kebutuhan mendesaknya namun juga dimanfaatkan oleh masyarakat dengan golongan menengah ke atas. Hal tersebut didukung dengan penelitian Chien dan Devaney (2001) yang mengasumsikan bahwa utang yang sedang diambil digunakan untuk kenyamanan dan kemewahan disamping sebagai pemenuhan kebutuhan dasar. Penelitian lain juga menyatakan bahwa pendapatan yang tinggi juga memiliki kecenderungan untuk berutang yaitu penelitan yang dilakukan oleh Azman et al. (2015) yang menyatakan bahwa pendapatan yang tinggi akan menyebabkan orang cenderung akan menggunakannya secara berlebihan, terutama dalam hal penggunaan kartu kredit.

Analisis Perilaku Utang pada Masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor

Hasil olahan data dari Gambar 8 menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki utang lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki utang. Sebanyak 59 orang atau 69 persen dari keseluruhan responden memiliki utang. Dan sisanya sebanyak 27 orang atau 31 persen responden tidak memiliki utang.

Gambar 8 Jumlah responden yang memiliki dan tidak memiliki utang Memiliki Utang Tidak Memiliki Utang

Persentase 69% 31% 59 orang 27 orang 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan Pendapatan (juta/ bulan) Jumlah Responden Proporsi (%)

≤ 1 12 14.00 1,1 s.d. 2 10 12.00 2,1 s.d. 3 15 17.00 3,1 s.d. 4 12 14.00 Lebih dari 4 37 43.00 Total 86 100.00

22

Porsi utang dari ke-86 responden didapat berdasarkan perbandingan pengeluaran untuk membayar utang dengan jumlah total pendapatan tiap bulan responden. Porsi utang dikelompokkan menjadi 5 yaitu kurang dari 20 persen, 21 sampai 30 persen, 31 sampai 40 persen, 41 sampai 50 persen dan lebih dari 50 persen. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki porsi utang sebanyak kurang dari 20 persen dari total pendapatannya atau dalam proporsi 65 persen.

Responden pada penelitian ini termasuk responden yang memiliki tingkat utang yang rendah. Karena dari lima kategori porsi utang yang disediakan, mayoritas responden memilih kategori porsi utang terendah yaitu pilihan porsi utang yang berada di bawah 20 persen.

Persepsi responden mengenai utang yang dimilikinya terbagi menjadi tiga yaitu tidak memiliki beban, beban ringan dan beban utama. Sebagian besar responden menganggap utang yang dimilikinya adalah beban ringan yaitu sebanyak 37 persen. Selanjutnya sebanyak 35 persen responden menganggap bahwa utang yang mereka miliki tidak menjadi beban bagi kehidupan mereka. Dan yang terakhir sebanyak 28 persen responden menganggap bahwa beban utang yang dimilikinya adalah beban utama bagi kehidupannya. Tabel 7 menunjukkan persepsi responden berdasarkan utang yang dimilikinya.

Berdasarkan Gambar 8 diketahui dari 86 responden sebanyak 59 responden menjawab memiliki utang. Dari 59 responden yang mengaku memiliki utang kepada beberapa kreditur. Kreditur dalam penelitian ini dibagi menjadi lima kelompok yaitu bank syariah, bank konvensional, BMT atau koperasi, bank syariah dan koperasi, serta kreditur lainnya. Tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki utang pada kreditur yaitu bank syariah dan kreditur lainnya dengan porsi masing-masing sebesar 32 persen.

Tabel 7 Persepsi responden mengenai beban utang yang dimiliki

Persepsi Beban Utang Jumlah Proporsi (%)

Tidak Memiliki Beban 30 35.00

Beban Ringan 32 37.00

Beban Utama 24 28.00

Total 86 100.00

Tabel 6 Porsi utang yang dimiliki responden

Porsi Utang (dalam %) Jumlah Proporsi (%)

< 20 56 65.00 21 s.d. 30 18 21.00 31 s.d. 40 1 1.00 41 s.d. 50 3 3.00 > 50 8 9.00 Total 86 100.00

23

Sesuai dengan data laporan perkembangan jumlah debitur di Indonesia (BI 2014b) dari tiga jenis lembaga keuangan yang menjadi kreditur yaitu bank umum, bank perkreditan rakyat dan perusahan pembiayaan, bank umum adalah lembaga yang memiliki jumlah debitur tertinggi dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Bank umum tersebut salah satunya terdiri atas bank syariah.

Analisis perilaku utang dilakukan dengan analisis deskriptif, yaitu dengan melihat jumlah total nilai dari keseluruhan pilihan responden dalam menjawab pernyataan mengenai perilaku utang. Pernyataan mengenai perilaku utang terdiri atas tujuh pernyataan. Pernyataan perilaku utang tertera pada tabel dibawah ini:

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku utang dikalangan masyarakat berdasarkan pernyataan-pernyatan perilaku utang sangat beragam. Pernyataan pertama menunjukkan bahwa responden paling banyak memilih poin ke empat yaitu responden setuju harus membayar utang setiap bulan karena harus memenuhi kebutuhan dasar sebanyak 24 orang. Pernyataan kedua menunjukkan bahwa responden paling banyak memilih poin pertama yaitu responden sangat tidak setuju selalu memiliki utang karena berpikir pendapatan mereka tidak pernah cukup sebanyak 38 orang. Pernyataan ke tiga dan keempat menunjukkan Tabel 9 Jumlah responden yang menjawab pernyataan mengenai perilaku utang

No. Variabel STS TS N S SS

1. Harus membayar utang setiap bulan karena

harus memenuhi kebutuhan dasar. 12 19 20 24 11 2. Selalu memiliki utang karena berpikir

pendapatan tidak pernah cukup. 38 31 10 6 1 3. Mengambil utang lain setelah selesai

membayar utang saat ini. 53 21 4 8 0

4. Tidak bisa hidup tanpa utang. 53 21 4 8 0 5.

Menempatkan membayar utang pada daftar prioritas karena termasuk kewajiban

memenuhi hak orang lain.

15 7 6 29 29 6. Membayar utang terlebih dahulu sebelum

menabung. 7 4 6 38 31

7. Suka menggunakan pembayaran non-tunai. 31 31 12 9 2 Keterangan:

STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju N = Netral S = Setuju SS = Sangat Setuju

Tabel 8 Jumlah responden yang berutang berdasarkan jenis kreditur

Jenis Kreditur Jumlah Proporsi (%)

Bank Syariah 19 32.00

Bank Konvensional 11 19.00

BMT atau Koperasi 7 12.00

Bank Syariah dan Konvensional 3 5.00

Lainnya 19 32.00

24

bahwa kenderungan paling dominan responden untuk memilih poin pertama yaitu responden sangat tidak setuju untuk mengambil utang lain setelah selesai membayar utang saat dan tidak bisa hidup tanpa utang masing-masing sebesar 53 orang. Pernyataan ke lima menunjukkan bahwa proporsi responden memilih poin empat dan lima sebanding yaitu responden setuju dan sangat setuju untuk menempatkan membayar utang pada daftar prioritas karena termasuk kewajiban memenuhi hak orang lain. Pada pernyataan ke enam, responden paling banyak memilih setuju untuk membayar utang terlebih dahulu sebelum menabung sebanyak 38 reponden. Pernyataan terakhir mengenai kesukaan responden menggunakan pembayaran non-tunai, kebanyakan responden memilih sangat tidak setuju dan tidak setuju masing-masing sebanyak 31 orang.

Berdasarkan pemaparan pernyataan mengenai perilaku utang pada Tabel 9 dilakukan perhitungan rata-rata perilaku utang responden. Berikut Tabel 10 menjelaskan rata-rata perilaku utang responden.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata perilaku utang responden berada pada nilai kurang dari skala 3. Sehingga dapat diartikan rata-rata responden masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor menyatakan bahwa tidak setuju dengan perilaku utang. Pernyataan yang mendapat nilai rata-rata terendah adalah pernyataan nomor 4 dengan nilai rata-rata sebesar 1.61 yaitu pernyataan masyarakat tidak bisa hidup tanpa utang. Pernyataan yang mendapat nilai rata-rata tertinggi adalah pernyataan nomor 6 yaitu masyarakat membayar utang terlebih dahulu sebelum menabung dengan nilai rata-rata sebesar 3.95.

Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Masyarakat dalam Berutang Hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang diperoleh dengan menggunakan analisis faktor. Tujuannya adalah untuk meredukasi variabel asli menjadi beberapa variabel baru yang disebut faktor atau komponen yang lebih sederhana dan sedikit jumlahnya sehingga memudahkan dalam menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang. Sebelum melakukan analisis faktor variabel asli yang digunakan (Lampiran 2) harus diuji terlebih

Tabel 10 Rata-rata perilaku utang responden

No. Variabel Rata-rata

1. Harus membayar utang setiap bulan karena harus memenuhi

kebutuhan dasar. 3.03

2. Selalu memiliki utang karena berpikir pendapatan tidak

pernah cukup. 1.80

3. Mengambil utang lain setelah selesai membayar utang saat

ini. 1.80

4. Tidak bisa hidup tanpa utang. 1.61

5. Menempatkan membayar utang pada daftar prioritas karena

termasuk kewajiban memenuhi hak orang lain. 3.58 6. Membayar utang terlebih dahulu sebelum menabung. 3.95 7. Suka menggunakan pembayaran non-tunai. 2.04

25 dahulu. Pengujian bertujuan agar variabel yang akan digunakan telah memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut. Pengujian variabel yang dilakukan yaitu: Uji Validitas dan Realibilitas

Pengujian validitas dilakukan pada variabel asli dengan metode korelasi

pearson. Variabel asli yang memenuhi syarat untuk dianalasis lebih lanjut pertama yaitu variabel tersebut memiliki kriteria valid. Variabel asli dikatakan valid yaitu apabila hasil uji validitas variabel menunjukkan Rhitung > Rtabel. Rtabel pada penelitian ini dapat diketahui menggunakan rumus degree of freedom (N-2) atau total responden dikurangi 2 sehingga Rhitung yang digunakan adalah R84. Diketahui Nilai Rtabel/ R84 (Lampiran 3) dengan tingkat signifikansi 0.05 pada tabel adalah sebesar 0.2120. Uji validitas dilakukan kepada semua variabel asli. Hasil uji validitas terhadap variabel tersebut (Lampiran 4) menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai korelasi yang kurang dari Rtabel = 0.2120. Oleh karena itu variabel yang memiliki Rhitung > 0.2120 tergolong valid dan memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut.

Selanjutnya, uji realibilitas dilakukan pada semua variabel yang telah valid dan layak untuk dianalisis lebih lanjut setelah dilakukannya uji validitas. Hasil uji realibilitas dapat dilihat dari nilai cronbach’s Alpha. Nilai cronbach’s Alpha> 0.6 maka dinyatakan sudah realible atau konsisten. Hasil uji realibilitas penelitian ini dapat dilihat dari nilai cronbach’s Alpha yaitu sebesar 0.640. Nilai cronbach’s

Alpha sebesar 0.640 menunjukkan bahwa semua variabel dalam penelitian ini telah realiable atau konsisten. Berikut Tabel 11 menampilkan hasil uji realibilitas.

Analisis Faktor

Pengujian variabel selanjutnya dilakukan dengan uji KMO dan barlett’s Test. Pengujian KMO dan barlett’s Test digunakan untuk menunjukkan koefisien antar variabel secara keseluruhan. Hasil uji KMO dan barlett’s Test (Tabel 12) pada penelitian ini menunjukkan nilai (KMO-MSA) sebesar 0.650 yang artinya telah terjadi adanya kecukupan sampel yang diambil. Hasil pengujian Bartlett's test of sphericity menunjukkan sig. sebesar 0.000 < 0.05 yang berarti tolak H0, artinya terdapat korelasi antar variabel dan analisis dapat dilanjutkan.

Setelah mengecek nilai KMO dilakukan pengujian MSA. Pada analisis uji MSA (Lampiran 5) bagain diagonal utama anti-image correlation, terlihat bahwa semua output nilai MSA yang memiliki tanda ‘a’ pada kolom Anti Image Correlation. Oleh karena itu, tidak ada satupun variabel yang harus dikeluarkan

Tabel 12 Tabel hasil uji KMO danbarlett’s test

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0.650

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 767.066

Df 136

Sig. 0.000

Tabel 11 Tabel hasil uji realibilitas

Cronbach's Alpha N of Items

26

sehingga dapat disimpulkan bahwa secara partial variabel-variabel telah layak untuk di analisis dengan metode analisis faktor.

Proses selanjutnya adalah factoring yaitu melakukan ekstraksi/ reduksi variabel asli menjadi beberapa faktor yang dapat mewakili seluruh variabel asli dengan menggunakan metode Principal Component Analisis (PCA). Hasil metode PCA menunjukkan tabel communalities dan tabel total variance explained.

Tabel communalities (Lampiran 6) menunjukkan nilai masing-masing variabel. Nilai variabel salat lima waktu (var1) sebesar 0.939. Artinya sekitar 93.9% varians dari var1 dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Demikian seterusnya untuk variabel lainnya, dengan ketentuan bahwa semakin besar nilai

communalities sebuah variabel maka semakin kuat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. Hasil reduksi kedua menunjukkan tabel total variance explained

dapat dilihat pada Tabel 13. Hasil total variance explained diperoleh nilai initial eigenvalue yang menunjukkan total initial enginevalue dan besarnya persentase keragaman total yang mampu diterangkan oleh keragaman faktor.

Penentuan jumlah faktor yang terbentuk dapat dilihat pada nilai total eigenvalue yaitu yang > 1. Pada Tabel 13 terdapat 5 nilai total eigenvalue yang > 1 sehingga terbentuk 5 faktor masing-masing bernilai 4.393, 2.423, 2.120, 1.836 dan 1.123. Kelima faktor tersebut mampu menjelaskan keragaman total sebesar 69.973%, sehingga dapat disimpulkan kelima faktor sudah cukup mewakili keragaman variabel asli. Artinya 5 faktor yang terbentuk menurut persepsi respoden dalam penelitian ini dapat memengaruhi mereka dalam berutang sebesar 69.973% dan sisanya dapat dijelaskan oleh faktor lain yang belum terungkap dalam penelitian ini.

Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan variabel sesuai dengan korelasinya terhadap masing-masing faktor dengan melihat dari tabel rotated component matrix hasil dari rotasi dengan metode varimax. Pada tabel rotated component matrix (Lampiran 8) menampilkan nilai loading factor yaitu angka yang menunjukkan besarnya korelasi tiap variabel dalam kelima faktor yang terbentuk. Terlihat bahwa korelasi var1 dengan faktor 1, 2, 3, 4 dan 5 sebesar -0.112, 0.957, -0.080, 0. 006 dan -0.064. Nilai korelasi var 1 dengan faktor ke 2 (0. 957) adalah yang paling besar, sehingga var 1 termasuk faktor 2. Demikian seterusnya nilai loading factor yang lebih dari 0.5 masuk ke dalam faktor tersebut. Berikut adalah pengelompokkan variabel dalam 5 faktor hasil reduksi (Tabel 14) yang sudah diberi nama berdasarkan nilai loading factor tertinggi. Tabel 14 adalah hasil rangkuman dari olahan rotated component matrix yang menampilkan nilai loading factor > 0.5.

Tabel 13 Tabel total variance explained

Komponen Initial Eigenvalues Rotation Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %

1 4.393 25.841 25.841 3.108 18.282 18.282

2 2.423 14.254 40.095 2.964 17.435 35.717

3 2.120 12.473 52.568 2.310 13.588 49.305

4 1.836 10.798 63.366 1.925 11.322 60.627

27 Tabel 14 Faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang

Faktor Loading Factor Variance (%)

Faktor Memenuhi Kebutuhan 25.841

Selalu memiliki utang karena selalu berpikir

pendapatan tidak akan pernah cukup 0.810 Mudah terpengaruh untuk mengambil utang untuk

membeli sesuatu yang baru ketika teman dan tetangga juga mengambil dan

merekomendasikannya

0.792 Mengambil utang lain ketika selesai membayar

utang saat ini, karena selalu berpikir pendapatan tidak akan pernah cukup

0.729 Tidak bisa hidup tanpa utang karena selalu

berpikir pendapatan tidak akan pernah cukup 0.650 Lebih suka menggunakan pembayaran non tunai

untuk konsumsi jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan dasar saat ini dan tidak apa-apa jika masih memiliki utang di masa depan karena keturunan akan membayar

0.517

Faktor Ibadah 1 14.254

Melakukan shalat lima waktu 0.957

Memberikan zakat fitrah 0.926

Melakukan puasa selama Ramadhan 0.911

Faktor Ibadah 2 12.473

Melakukan haji 0.902

Melakukan umroh 0.899

Memberikan infaq/ sedekah setiap hari 0.603

Membaca Al- Quran setiap hari 0.517

Faktor Perilaku Utang 10.798

Menempatkan membayar utang didaftar prioritas karena itu adalah tanggung jawab untuk

memenuhi hak orang lain

0.851 Lebih suka membayar utang terlebih dahulu

sebelum menabung uang karena itu adalah tanggung jawab untuk memenuhi hak orang lain

0.842 Membayar utang setiap bulan karena harus

memenuhi kebutuhan dasar 0.627

Faktor Eksternal 6.607

Suami/ Istri dan orang tua berpikir harus mengambil utang ketika ekonomi diperkirakan semakin baik di masa depan

0.834 Suami/ Istri dan orang tua berpikir harus

mengambil utang setiap kali kebutuhan baru muncul

28

Pemberian nama faktor pada Tabel 14 berdasarkan nilai loading factor

variabel asli yang terbesar dari masing-masing faktor, sehingga didapatkan 5 faktor yang memengaruhi masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang. Urutan faktor yang paling dominan memengaruhi masyarakat dalam berutang dapat dilihat melalui nilai keragaman yang dapat dijelaskan oleh masing-masing faktor. Tabel 15 berikut menunjukkan urutan faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang.

Faktor Memenuhi Kebutuhan

Faktor pertama yang terbentuk adalah faktor memenuhi kebutuhan. Faktor memenuhi kebutuhan menjadi faktor yang paling dominan dalam memengaruhi masyarakat dalam berutang dibuktikan dengan nilai keragaman yang tinggi yaitu sebesar 25.841%, artinya faktor memenuhi kebutuhan dapat menjelaskan keragaman variabel sebesar 25.841%.

Faktor memenuhi kebutuhan terdiri atas variabel berpikir pendapatannya tidak akan pernah cukup sehingga perlu selalu mengambil utang, mudah terpengaruh untuk mengambil utang untuk membeli sesuatu yang baru ketika teman dan tetangga juga mengambil dan merekomendasikannya, mengambil

Dokumen terkait