• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Berutang: Studi Kasus Tiga Kecamatan Di Kota Dan Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Berutang: Studi Kasus Tiga Kecamatan Di Kota Dan Kabupaten Bogor"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

PERILAKU BERUTANG: STUDI KASUS TIGA KECAMATAN

DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

NINDYA ANDIKA

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Berutang: Studi Kasus Tiga Kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Nindya Andika

(4)

ABSTRAK

NINDYA ANDIKA. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Berutang: Studi Kasus Tiga Kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh IRFAN SYAUQI BEIK.

Utang di masyarakat meningkat dilihat dari meningkatnya jumlah debitur. Utang masyarakat seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan yang produktif sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan seseorang. Namun pada kenyataannya persentase penduduk miskin juga masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku utang dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan masyarakat untuk berutang. Penelitian ini dilakukan di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kepada 86 orang responden. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis faktor yang diolah dengan menggunakan SPSS 16 dan analisis deskriptif. Hasil penelitian dengan menggunakan metode analisis faktor menunjukkan terdapat lima faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang. Faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat untuk berutang adalah faktor memenuhi kebutuhan, ibadah 1, ibadah 2, perilaku berutang dan eksternal. Hasil analisis deskriptif mengenai perilaku berutang menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat tidak setuju dengan perilaku berutang.

Kata kunci: analisis faktor, Bogor, in-depth interview, perilaku utang

ABSTRACT

NINDYA ANDIKA. Analysis of Factors Affecting Debt Behaviour: Case study three districs in Bogor city and regency. Supervised by IRFAN SYAUQI BEIK.

The public debt increased as seen from the increasing number of borrowers. The public debt should be used to productive activities so that it can improve people’s welfare. But in fact, the percentage of poor people is still high. This study aims to analyze debt behaviors and factors that influence people's decision to get into debt. This research was conducted in three districs in Bogor city and regency. Data was obtained through questionnaires and interviews using 86 respondents. The analytical method is factor analysis method running with SPSS 16 and a descriptive analysis. The results show that there are five factors influencing people in debt. The factors are to meet the needs, worship 1, worship 2, debt behavior and external factors. The result of descriptive analysis about people behavior shows that average people do not agree about the debt behavior.

(5)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

PERILAKU BERUTANG: STUDI KASUS TIGA KECAMATAN

DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi Program Studi Ekonomi Syariah

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Berutang: Studi Kasus Tiga Kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor.” Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Depertemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Ibu Lestari dan Bapak Nasikin, serta saudara dari penulis yaitu Indi Susanti, Hesti Pangesti, Herawan Primadi, Heri Purwanto, Ivan Fluorriyadi, Latifah Hevi Kinanti dan Khanifah Hevi Larasati atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik, SP, M.Sc.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, saran dan waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Jaenal Effendi, S.Ag, M.A selaku dosen penguji utama dan Ibu Dr. Eka Puspitawati selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan dalam memperbaiki skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan M. Sc yang telah bersedia menjadi narasumber dalam penelitian ini.

4. Ibu Laily Dwi Arsyianti SE, M.Sc yang telah banyak memberi saran dan arahan.

5. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis.

6. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 47, 48 dan 49 atas doa serta dukungannya.

7. Teman-teman yang sudah banyak memberikan bantuan, doa, dukungan dan sarannya Nurkholish Ardi Firdaus, Azmi, Icha, Mimi, Rika, Rini, Anas, Angger Dini Wahyudi, Dina, Nida, Apri, Azka, Mega, Sandra, Kak Riki, Kak Sari, Kak Dani, Kak Rani, Apri Wijaya, Kiki Andriyani, Indriyani, Bayu Yudistira, Tri Wijiani, Henny, Reza Fitrian, Yuwana Eka, Ferry Fayyadh, Ginanjar, Gangsar dan teman-teman satu bimbingan. 8. Beasiswa Bidik Misi yang telah membantu sehingga penulis dapat

menjalankan kuliah dan penelitian dengan lancar.

9. Rekan-rekan Ikatan Mahasiswa Cilacap (IMC), Sharia Economics Student-Club (SES-C), kos Citra Asri dan alumni SMA Negeri 1 Sampang atas doa serta dukungannya.

10. Para responden dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 6

Konsep Perilaku 6

Konsep Utang 6

Penelitian Terdahulu 11

Kerangka Pemikiran 13

METODE PENELITIAN 14

Jenis dan Sumber Data 14

Lokasi dan Waktu Penelitian 14

Metode Pengumpulan Data 14

Metode Pengolahan dan Analisis Data 15

HASIL DAN PEMBAHASAN 17

Karakteristik Responden 17

Analisis Perilaku Utang pada Masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan

Kabupaten Bogor 21

Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Masyarakat dalam Berutang 24

SIMPULAN DAN SARAN 31

Simpulan 31

Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 35

(10)

DAFTAR TABEL

1 Skala likert 15

2 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan 18

3 Karakteristik responden berdasarkan usia 19

4 Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga 20 5 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan 21

6 Porsi utang yang dimiliki responden 22

7 Persepsi responden mengenai beban utang yang dimiliki 22 8 Jumlah responden yang berutang berdasarkan jenis kreditur 23 9 Jumlah responden yang menjawab pernyataan mengenai perilaku

utang 23

10 Rata-rata perilaku utang responden 24

11 Tabel hasil uji realibilitas 25

12 Tabel hasil uji KMO danbarlett’s test 25

13 Tabel total variance explained 26

14 Faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang 27 15 Urutan faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang 28

DAFTAR GAMBAR

1 Laporan perkembangan utang luar negeri berdasarkan jangka waktu 1

2 Laporan perkembangan jumlah debitur 2

3 Laporan posisi pinjaman rupiah yang diberikan Bank Umum

berdasarkan jenis penggunaan di Kota Bogor 4

4 Kerangka pemikiran 13

5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 18 6 Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan 19 7 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan 20 8 Jumlah responden yang memiliki dan tidak memiliki utang 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian 35

2 Variabel asli 40

3 Tabel r 40

4 Hasil uji validitas 41

5 Tabel anti-image correlation 42

6 Tabel communalities 43

7 Tabel total variance explained 44

8 Tabel rotated component matrix 45

9 Hasil wawancara In-depth interview dengan Prof. Dr. Ir. Ujang

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Islam mengatur umatnya dalam setiap tindakan termasuk salah satunya dalam melakukan kegiatan konsumsi. Prinsip dasar konsumsi dalam Islam ada tiga yaitu prinsip halal, prinsip kebersihan dan menyehatkan (Thayyib) serta prinsip kesederhanaan (Chaudhry 2012). Perilaku konsumsi Islami menuntut seorang Muslim untuk bersikap sederhana dan tidak boros. Kebutuhan dan keinginan seorang Muslim juga harus disesuaikan dengan anggaran yang ada (Rozalinda 2014). Sesuai dalam sebuah hadis yang artinya “Allah akan

memberikan rahmat kepada seseorang yang berusaha dari yang baik, membelanjakan dengan pertengahan, dan dapat menyisihkan kelebihan (surplus) untuk menjaga hari ia miskin dan membutuhkannya.”(H.R. Ahmad dan Muslim)

Teori ekonomi konvensional menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah dari konsumsi dan tabungan. Berdasarkan teori tersebut dapat diperoleh persamaan konsumsi. Konsumsi adalah selisih antara pendapatan dan tabungan. Perilaku konsumen berdasarkan pendapatan dan jumlah uang yang digunakan untuk konsumsi pada prinsipnya ada tiga yaitu lender, borrower dan polonius point (Karim 2007). Salah satu perilaku konsumen adalah borrower. Borrower

adalah keadaan dimana jumlah yang dikonsumsi lebih dari pendapatan (Karim 2007). Pada keadaan seperti ini biasanya seseorang akan meminjam uang dari pihak lain (berutang).

Indonesia sebagai sebuah negara juga melakukan kegiatan konsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Indonesia melakukan berbagai macam cara untuk memenuhi kebutuhan belanja negara salah satunya dengan berutang. Laporan kajian stabilitas keuangan Bank Indonesia (2014a) memaparkan utang luar negeri Indonesia berdasarkan jangka waktu 2005 hingga Juni 2014 pada Gambar 1 berikut ini:

Sumber: BI 2014 (diolah)

Gambar 1 Laporan perkembangan utang luar negeri berdasarkan jangka waktu Gambar 1 menunjukkan perkembangan utang luar negeri Indonesia yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Peningkatan utang luar negeri yang cukup besar terjadi pada utang jangka panjang dibandingkan dengan utang jangka pendek. Laporan perkembangan utang luar negeri Indonesia tersebut juga

10 7.9 10.3 12.9 13.1 12.4 20.4 20

(12)

2

menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki kecenderungan untuk melakukan utang.

Tujuan Indonesia berutang adalah untuk menutupi defisit anggaran belanja negara yang belum bisa tertutupi oleh pendapatan dalam negeri Indonesia. Anggaran belanja tersebut dialokasikan untuk rencana pembangunan yang bertujuan akhir pada terpenuhinya kemakmuran dan kesejahteraan yang adil yang dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Namun disisi lain masyarakat juga harus ikut menanggung beban utang yang dilakukan oleh negara dengan cara membayar pajak tiap periodenya. Kemakmuran dan kesejahteraan yang diharapkan dari tindakan negara mengambil utang luar negeri pada akhirnya masih belum bisa terpenuhi. Terbukti tingkat kemiskinan di Indonesia masih tinggi. Tingkat kemiskinan di Indonesia pada bulan September 2014 sebesar 10.96% (BPS 2015a).

Kegiatan berutang bukan hanya dilakukan negara saja namun masyarakat negara itu sendiri juga. Fitriani et al. (2009) melakukan penelitian mengenai perilaku berutang yang dilakukan oleh kalangan etnis Betawi. Masyarakat Betawi memiliki utang dalam jumlah yang banyak dan digunakan untuk kegiatan yang sifatnya tidak mendesak yang dapat dipamerkan kepada orang lain. Penelitian Meivani dan Arsal (2015) yang dilakukan kepada masyarakat desa Banjarsari Kulon Kabupaten Banyumas juga menjelaskan bahwa masyarakat desa Banjarsari Kulon memiliki kesepakatan yang khas yaitu melakukan transaksi jual beli di warung kelontong dengan sistem utang piutang. Penelitian pada masyarakat Betawi dan desa Banjarsari menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat sudah terbiasa dan menganggap utang sebagai hal yang wajar untuk dilakukan. Masyarakat sudah banyak yang menggantungkan kehidupannya pada utang, baik dalam jumlah berapa, kepada siapa dan untuk kepentingan apa.

Perkembangan utang di Indonesia dapat dijelaskan oleh perkembangan jumlah debitur. Berdasarkan laporan statistik informasi debitur Bank Indonesia (2014b) jumlah debitur meningkat dari bulan Desember 2013 hingga Desember tahun 2014. Peningkatan jumlah debitur ini terjadi di semua lembaga keuangan. Gambar 2 menunjukkan peningkatan jumlah debitur setiap bulannya serta menunjukkan terdapat tiga lembaga keuangan yaitu bank umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dan perusahaan pembiayaan (PP). Masing-masing lembaga tersebut menunjukkan jumlah debitur yang semakin meningkat setiap bulannya.

Sumber: BI 2014 (diolah)

(13)

3 Gambar 2 menunjukkan bahwa lembaga keuangan bank umum memiliki jumlah debitur tertinggi dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Rata-rata persentase peningkatan debitur setiap bulan yaitu sebesar 6.3%. Berdasarkan laporan statistik informasi debitur Bank Indonesia tahun 2014 di atas, porsi jumlah debitur pada bank umum adalah sebesar 89% dari total debitur. Sedangkan pada lembaga keuangan seperti BPR sebesar 9% dan PP sebesar 2% dari total debitur.

Islam menganggap utang adalah aplikasi dari tolong menolong sehingga berdasarkan ijma ulama utang diperbolehkan. Sesuai dengan firman Allah Swt. pada surat Al-Hadid [57] ayat 11 yang artinya “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.

Utang dalam Islam lebih dikenal dengan utang kebajikan atau biasa disebut dengan qardhul hasan. Qardhul hasan tidak mensyaratkan kelebihan atau tambahan jumlah pada saat pengembalian utang. Aplikasi utang saat ini juga semakin marak ditawarkan kepada masyarakat oleh lembaga-lembaga keuangan. Menurut Beik dan Arsyianti (2015) penyedia modal mungkin memiliki keterampilan yang kurang memadai, kemampuan manajemen yang kurang mumpuni dan waktu yang terbatas sehingga membutuhkan partner yang mampu menjalankan usaha, memiliki kemampuan manajemen yang baik dan waktu yang cukup untuk menjalankan operasional bisnis. Hal tersebut dapat dijadikan alat untuk menjamin adanya keseimbangan penguasaan aset dan kekayaan, agar kesenjangan yang muncul akibat perbedaan kemampuan manusia dapat diminimalisir (Beik dan Arsyianti 2015). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya transaksi salah satunya utang piutang antara penyedia modal (kreditur) dengan masyarakat (debitur) maka akan terjadi distribusi kekayaan yang dapat digunakan masyarakat untuk melakukan aktivitas bisnis, sehingga dapat memampukan atau menaikkan kejahteraan di kalangan masyarakat.

Utang memiliki beberapa manfaat positif terutama bagi sektor perekonomian. Menurut Manning (2004) sistem kredit dan utang merupakan salah satu kebijakan sistem ekonomi kapital agar proses produksi dan konsumsi tetap berjalan. Menurut hasil penelitian Supramono dan Putlia (2010) menjelaskan bahwa sebagian besar responden yang terdiri atas pelaku UKM menganggap keberadaan utang sebagai sumber pendanaan merupakan stimulator untuk memajukan usahanya karena utang dijadikan pemacu untuk bekerja lebih produktif dan disiplin. Manfaat lain utang selain memperlancar proses produksi dan konsumsi adalah dapat meningkatkan daya beli masyarakat (Ludvigson 1999).

Perumusan Masalah

(14)

4

Bogor adalah salah satu daerah yang berada di Jawa Barat dengan jumlah luas wilayah sebesar 3 108.86 km2 (BPS Jabar 2014a). Bogor juga memiliki jumlah rumah tangga terbesar kedua setelah Bandung (BPS Jabar 2014b). Menurut laporan Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2015) Kota Bogor memiliki kepadatan penduduk sebanyak 1 030 720 jiwa pada tahun 2014 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 253 934.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2015) alokasi pinjaman yang diberikan Bank Umum dari jenis penggunaannya di Kota Bogor terbagi menjadi tiga yaitu modal kerja, investasi dan konsumsi. Gambar 3 menunjukkan jumlah pinjaman pada masing-masing jenis penggunaan semakin meningkat dari tahun 2010 hingga tahun 2014.

Sumber: BPS Kota Bogor 2015 (diolah)

Gambar 3 Laporan posisi pinjaman rupiah yang diberikan Bank Umum berdasarkan jenis penggunaan di Kota Bogor

Gambar 3 menunjukkan bahwa dari ketiga jenis penggunaan pinjaman rupiah yang diberikan bank umum yang dilaporkan oleh BPS Kota Bogor mengenai jumlah pinjaman rupiah diketahui modal kerja memiliki jumlah pinjaman yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis pinjaman yang lainnya. Namun pada pergerakannya jumlah pinjaman modal kerja dari tahun 2012 hingga tahun 2014 selalu konsisten sebesar 1 miliar rupiah berbeda dengan pinjaman untuk konsumsi dan investasi. Pinjaman rupiah yang diberikan bank umum di Bogor untuk konsumsi dan investasi selalu meningkat tiap tahunnya. Tetapi pinjaman untuk konsumsi memiliki pergerakan yang selalu meningkat dan lebih tinggi dibandingkan dengan pinjaman untuk investasi.

Berdasarkan laporan posisi pinjaman rupiah di atas dapat diketahui bahwa modal kerja memiliki jumlah pinjaman yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis pinjaman yang lainnya. Besar pinjaman dan pengalokasian pinjaman untuk modal kerja tersebut dapat digunakan oleh masyarakat Bogor untuk melakukan kegiatan yang produktif agar dapat meningkatkan kemampuan dan kesejahteraannya kearah yang lebih baik. Sehingga manfaat utang dapat dirasakan masyarakat tidak hanya dirasakan sekali habis namun dapat dirasakan dalam jangka yang panjang. Namun pada kenyataannya, persentase penduduk miskin Kabupaten Bogor pada tahun 2013 sebesar 9.58% sedangkan Kota Bogor sebesar 9.19% (BPS Jabar 2014b). Data tersebut menunjukkan masih banyak penduduk miskin yang seharusnya bisa diberdayakan dan dapat mengakses lembaga

0 500 1000 1500

2010 2011 2012 2013 2014

Jut

a

Tahun

(15)

5 keuangan melalui utang atau qardhul hasan untuk melakukan kegiatan berproduksi yang bertujuan pada peningkatan kehidupannya.

Untuk itu, diperlukan sebuah studi yang mengidentifikasi tentang perilaku utang masyarakat dan faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi masyarakat dalam berutang. Berdasarkan penjelasan diatas maka permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perilaku utang pada masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor?

2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis perilaku utang pada masyarakat tiga kecamatan di Kota dan

Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun pihak lain yang berkepentingan. Manfaat tersebut antara lain:

1. Sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan informasi bagi para peminat dan peneliti untuk bahan penelitian lanjutan.

2. Sebagai bukti empiris mengenai gambaran tentang perilaku berutang dan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang.

3. Sebagai sumber informasi bagi para pembuat kebijakan untuk dijadikan rujukan dalam merancang strategi atau kebijakan terhadap program utang yang telah ditawarkan di masyarakat, sehingga manfaat kebijakan tidak hanya dirasakan oleh suatu pihak yang mendapatkan keuntungan saja namun seimbang manfaat yang dirasakan bagi masyarakat.

Ruang Lingkup Penelitian

(16)

6

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Perilaku

Para psikolog memandang perilaku manusia (human behavior) adalah suatu reaksi yang bisa bersifat sederhana ataupun kompleks. Menurut Azwar (2013) faktor lingkungan mempunyai kekuatan yang lebih besar dalam menentukan individu, bahkan terkadang kekuatan faktor lingkungan jauh lebih besar daripada karakteristik atau faktor individu itu sendiri. Muhamad (2008) menyatakan bahwa ekonomi adalah suatu studi tentang perilaku manusia yang berkaitan dengan pengalokasian sumber daya dalam rangka memenuhi kebutuhan. Bagaimana manusia memenuhi kebutuhan pengalokasian sumber daya tersebut sangat tergantung pada sistem nilai yang mengatur perilakunya.

Konsep Utang

Pengertian Utang

Utang menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah uang yang dipinjam dari orang lain. Utang piutang (al- qardl) adalah memberikan sesuatu kepada seseorang dengan perjanjian dia akan membayar yang sama dengan itu (Huda et al. 2012). Utang (al-qardhu) menurut bahasa yaitu potongan, sedangkan menurut syar’i adalah menyerahkan uang kepada orang yang bisa memanfaatkannya, kemudian ia meminta pengembaliannya sebesar uang tersebut (Nawawi 2012). Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah qardh adalah penyediaan dana atau tagihan antar lembaga keuangan syariah dengan pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara tunai atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional No. 19 tentang Al-qardh menjelaskan pengertian al-qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan.

Dasar Hukum Utang

Utang sebagai salah satu bentuk kegiatan mu’amalah yang mengandung unsur sosial telah diterangkan secara jelas di dalam Al-Quran dan hadis. Mu’amalah adalah aturan-aturan (hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial (Suhendi 2011). Mu’amalah yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dalam hal tukar menukar harta, salah satunya adalah utang piutang (Ali 2009). Mu’amalah juga diartikan sebagai aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia (Mardani 2012). Oleh sebab itu utang dijadikan sebagai salah satu bentuk ibadah kepada Allah dengan cara saling menolong antara sesama manusia. Dasar hukum yang digunakan untuk menerangkan utang sebagai bentuk mu’amalah yaitu:

َاعت

َا قَتا ََۚنا ْدعْلا َ ْْ

(17)

7

َباقعْلاَديدشَ ََاََن

اََۖ ََا

ِ

Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”

(Q.S. Al-Maidah [5]: 2)

Ayat Al-Quran lain yang menjelaskan bahwa Allah Swt mengajarkan hamba-Nya untuk meminjamkan sesuatu yang baik bagi agama Allah Swt. adalah:

َ

َيركَرْجَأََ َََهفعاضيفَان سحَاضْرقَ ََاَضرْقيَ ََاَا َ ْ م

Artinya: “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang

baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.”(Q.S. Al-Hadid [57]: 11)

Al-Quran juga menjelaskan bagaimana tata cara dalam melakukan transaksi utang piutang dan salah satu ketentuannya tidak boleh mengandung unsur riba dalam transaksinya. Q.S. al-Baqarah [2]: 282 yang menyatakan bagaimana tata cara berutang agar dilakukan secara tertulis dan Q.S. al-Baqarah [2]: 279 menjelaskan larangan riba terhadap segala jenis transaksi termasuk utang piutang.

ََۚ بتْكافَ ً سمَ جَأَ َِٰاَ ْيدبَُْْنيادتَا ِاَا م أَ ي ََاَاهَُأََ

َل ْدعْلَِبتََُْ ْيبَ ْبتْ يْل

"Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis dan hendaklah seseorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar..."(Q.S. al-Baqarah [2]: 282)

َس ء َُْلفَُْْبتَ ْن

ِ

ا َََۖ س َ ََاَ مَبْرَِا ن ْأفَا لعْفتَْملَ ْنِاف

ل ْظتََ َن ل ْظتَََُْلا ْمَأ

َن

“Jika kamu tidak meninggalkan sisa-sisa riba maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kamu. Jika kamu bertaubat maka bagimu adalah pokok hartamu. Tidak ada diantara kamu orang yang menganiaya dan

tidak ada yang teraniaya.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 279)

(18)

8

bersabda “Seseorang Muslim yang mempiutangi seorang Muslim dua kali, seolah-olah ia telah bersedekah kepadanya satu kali.”(H.R. Ibnu Majah) Hal tersebut

juga pernah dijelaskan Rasulullah Saw. dalam hadis lain yaitu diriwayatkan Anas bin Malik menjelaskan bahwa Rasulullah mengatakan selama perjalanan Mikraj, aku melihat tulisan pada pintu surga orang yang memberikan sedekah dihargai sepuluh kali lipat, orang yang memberikan pinjaman dihargai delapan belas kali lipat. Lalu aku bertanya kepada Jibril, Wahai Jibril mengapa orang yang memberikan pinjaman mendapat imbalan (pahala) yang lebih besar? Jibril menjawab, karena orang yang meminta (memerlukan sedekah) kadang memiliki (sesuatu yang diberikan kepadanya), akan tetapi orang yang memberikan pinjaman, pada dasarnya memberikan sesuatu karena memang benar-benar

dibutuhkan.”(H.R. Ibnu Majah)

Rasulullah Saw. semasa hidupnya juga pernah berutang. Hadis yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah berutang yaitu “Aisyah istri dari Rasulullah Saw. melaporkan bahwa Rasulullah wafat sedangkan baju perangnya masih di tangan seorang Yahudi sebagai jaminan utang beliau sebesar tiga puluh

sha’bur.”(H.R. Bukhari). Hadis lain yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah berutang adalah Dari Abu Rafi’i: Sesungguhnya Nabi Saw. berutang dari

seseorang anak sapi. Setelah datang pada beliau unta dari unta-unta sedekah

(zakat), lalu beliau menyuruh Abu Rafi’i untuk melunasi utangnya kepada lelaki itu berupa anak unta yang tersebut. Kata Abu Rafi’i: tidak saya dapati selain unta

yang baik yang berumur enam tahun masuk tujuh tahun (Raba’iyyah), lalu beliau

bersabda: berilah dia unta yang baik dan besar itu, karena sesungguhnya sebaik-baiknya orang adalah orang yang paling baik cara melunasi utangnya.”(H.R. Muslim). Hadis tersebut selain menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. pernah mempraktikkan mu’amalah dalam bentuk utang tetapi juga menjelaskan bahwa sesungguhnya beliau memberikan teladan untuk memiliki niat melunasi utang dan memilih cara yang paling baik dalam melunasi utangnya.

Dasar hukum lain mengenai mu’amalah utang piutang didasarkan fiqh muamalah adalah segala bentuk muamalah dasarnya boleh kecuali ada dalil yang melarangnya. menolong, sehingga mereka menetapkan bahwa utang diperbolehkan.

Konsep Qardh Hasan dalam Islam

(19)

9 Syarat dan Rukun Utang

Syarat utang (Al-qardhu) menurut Nawawi (2012) yaitu:

1. Besarnya pinjaman harus diketahui dengan takaran, timbangan atau jumlahnya.

2. Sifat pinjaman dan usianya harus diketahui jika dalam bentuk hewan.

3. Pinjaman tidak sah dari orang yang tidak memiliki sesuatu yang bisa dipinjam atau orang yang tidak normal akalnya.

Rukun utang (Al-qardhu) menurut Nawawi (2012) yaitu: 1. Pemilik barang (muqridh)

2. Yang mendapatkan barang atau pinjaman (muqtaridh) 3. Serah terima (ijab qabul)

4. Barang yang dipinjamkan (qardh)

Rukun dan syarat qardh menurut Mardani (2012) yaitu:

1. Shighat

Shighat adalah ijab dan kabul. Tidak ada perbedaan di antara fukaha bahwa ijab kabul itu sah dengan lafaz utang dan dengan semua lafaz yang menunjukkan maknanya.

2. ‘Aqidain

‘Aqidain (dua pihak yang melakukan transaksi) adalah pemberi utang dan yang meminta utang. Syarat bagi ‘aqidain adalah merdeka, baligh, berakal sehat dan pandai (rasyid, dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk).

3. Harta yang diutangkan

Syarat harta yang diutangkan adalah:

1. Harta berupa harta yang ada padanya, maksudnya harta yang satu sama lain dalam jenis yang sama tidak banyak berbeda yang mengakibatkan perbedaan nilai, seperti uang, barang-barang yang dapat ditakar, ditimbang, ditanam dan dihitung.

2. Harta yang diutangkan disyaratkan berupa benda, tidak sah menggunakan manfaat (jasa).

3. Harta yang diutangkan diketahui, yaitu diketahui kadarnya dan sifatnya. Hikmah dan Manfaat Utang

Hikmah dan manfaat disyariatkannya utang (Mardani 2012) yaitu:

1. Melaksanakan kehendak Allah agar kaum muslimin saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan.

2. Menguatkan ikatan ukuwah (persaudaraan) dengan cara mengulurkan bantuan kepada orang yang membutuhkan dan mengalami kesulitan dan meringankan beban orang yang tengah dilanda kesulitan.

Risiko dan Bahaya Utang

IMF dan World Bank (2001) mengidentifikasi beberapa resiko yang dihadapi suatu negara terkait dengan jumlah utang yang besar yaitu:

1. Market risk adalah risiko yang berkaitan dengan fluktuasi suku bunga, nilai tukar mata uang, harga komoditas dan inflasi.

(20)

10

diterima. Risiko ini terkait dengan kemampuan pemerintah untuk melakukan pinjaman baru yang dibutuhkan.

3. Liquidity risk adalah risiko yang berkenaan dengan manajemen kas pemerintah. Risiko likuiditas terjadi ketika okum (kas) menurun dengan cepat karena timbulnya kewajiban pembayaran yang tidak diantisipasi sebelumnya atau kesulitan dalam memperoleh kas melalui pinjaman jangka pendek.

4. Credit risk adalah risiko yang berkaitan dengan kinerja yang rendah dari peminjam atas kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak.

5. Operational risk adalah berbagai jenis risiko seperti kemungkinan kesalahan berbagai tahapan pelaksanaan dan pencatatan transaksi, ketidakcukupan atau kegagalan okum, risiko reputasi, risiko okum, risiko keamanan dan risiko bencana alam yang memengaruhi aktivitas pemerintah.

Bahaya yang ditimbulkan dari semakin tingginya tingkat pinjaman atau utang menurut Jenkins (2008) yaitu debitur yang memiliki utang akibat penggunaan kredit secara berlebihan dan tidak mampu membayar konsekuensi kreditnya umumnya akan mengalami konsekuensi finansial negatif seperti penyitaan rumah, serta dapat mengalami stres dan depresi sebagai konsekuensi

psikologis negatif. Sebuah hadis menyatakan bahwa “utang adalah suatu kehinaan yang akan menyibukan hati dan pikiran. Utang adalah suatu yang dapat membuat gelisah dan rendah hati di hadapan orang yang meminjamkan uang.

(Al-Jami Ahkamil Qur’an, Al Qurtubi) Prinsip Utang

Prinsip utang menurut Beik (2009) antara lain:

1. Utang adalah alternatif terakhir ketika segala usaha untuk mendapatkan dana secara halal dan tunai mengalami kemandekan atau the last option. 2. Apabila terpaksa untuk berutang maka jangan berutang diluar kemampuan. 3. Apabila utang telah dilakukan maka harus ada niat untuk membayarnya.

Prinsip utang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis yaitu:

1. Islam hanya mengenal adanya qardh hasanah (utang kebajikan). Utang boleh berbentuk apa saja berbentuk barang atau pun uang, besar atau kecil, untuk keperluan pribadi orang yang berutang atau untuk bisnis. Tetapi utang tidak boleh diberikan dengan bunga.

2. Utang tidak dibenarkan kecuali karena adanya kebutuhan yang mendesak. 3. Kreditur dan debitur melakukan kontrak utang dengan menggunakan

kontrak tertulis dan disaksikan oleh dua orang saksi serta menetapkan syarat dan ketentuan pelunasannya karena utang dengan perjanjian verbal saja dapat menimbulkan perselisihan, penipuan, dan masalah hukum.

4. Pemberi pinjaman atau kreditur boleh meminta jaminan dalam bentuk aset atau harta dari debitur sebagai jaminan pelunasan utang atau biasa disebut gadai (Rahn).

5. Pelunasan utang adalah prioritas pertama sebelum harta almarhum dibagi di antara para ahli waris.

(21)

11 7. Utang harus dilakukan dengan niat untuk melunasinya.

8. Kreditur berhak untuk menggunakan kata-kata keras kepada debitur yang tidak mengembalikan utangnya.

9. Apabila debitur berada dalam keadaan susah dan serba kurang serta posisi keuangannya tidak memungkinkan untuk mengembalikan utangnya, maka kreditur hendaknya menunda penagihan hingga posisi keuangan debitur membaik dan mampu melunasi utangnya.

10. Debitur berhak menerima zakat untuk meringankan beban utangnya.

11. Apabila terjadi perselisihan antara debitur dan kreditur mengenai pengembalian utang dan debitur tidak mampu memenuhi permintaan kreditur, maka penguasa atau hakim harus mencoba menengahi keduanya. 12. Membebaskan debitur miskin adalah perbuatan yang amat terpuji yang akan

mendapatkan pahala yang besar.

13. Apabila seorang miskin meninggal dunia dan meninggalkan utang yang belum dibayar serta tidak memiliki harta untuk membayar utang tersebut, maka Negara Islam bertanggung jawab membayar utang tersebut jika Negara memiliki kemampuan finansial untuk melakukannya.

Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang dan perilaku masyarakat dalam berutang telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Namun, penelitian yang mengkaji perilaku dan faktor masyarakat dalam berutang yang dikaji dan dilihat dari sudut pandang perspektif Islam secara kuantitatif dengan metode analisis faktor masih jarang dilakukan. Beberapa penelitian yang dijadikan sebagai rujukkan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.

Penelitian Arsyianti dan Beik (2015) bertujuan menganalisis faktor yang memengaruhi rumah tangga berpenghasilan rendah untuk memiliki utang lebih dari atau sama dengan 50 persen. Metode yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitian menjelaskan bahwa rumah tangga yang paling mungkin memiliki utang lebih dari atau sama dengan 50 persen adalah rumah tangga yang kepala rumah tangga yang berusia 45 tahun ke atas, memiliki 5 atau lebih tanggungan dikeluarganya dan memiliki rumah. Sementara yang paling mungkin adalah ketika kepala rumah tangga berasal dari Jakarta, tidak khawatir tentang kondisi perekonomian domestik di masa mendatang dan memiliki pendapatan yang lebih dari 80 USD per bulan. Variabel-variabel lain seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, lembaga pembiayaan dan porsi amal per pendapatan terbukti tidak signifikan memengaruhi rumah tangga untuk memiliki utang.

Penelitian Fitriani et al. (2009) menunjukkan dua hasil penelitian, yaitu (1) gambaran prioritas tipe nilai motivasional pada debitur orang Betawi menunjukkan bahwa debitur orang Betawi lebih menganggap penting nilai-nilai kolektivis dibandingkan nilai nilai individualis, serta (2) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara prioritas tipe nilai motivasional dan perilaku berutang pada etnis Betawi.

(22)

12

perceived behavioral control, skala intensi dan skala perilaku. Hasil penelitian ini adalah perilaku berutang dipengaruhi oleh intensi berutang. Intensi berutang dipengaruhi oleh norma subjektif.

Penelitian Manara dan Hidayat (2011) menggunakan angket dan variabel demografi seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak dan pendidikan. Hasil penelitian pada penelitian ini adalah tujuan konsumen berutang yaitu tujuan produktif dan konsumtif. Berdasarkan variabel-variabel demografi terdapat tiga variabel yang membedakan konsumen menerima dan menolak utang yaitu usia, status pekerjaan, dan pernah berutang atau tidak dalam sepuluh tahun terakhir. Semakin tua usia maka kecenderungan berutang semakin rendah. Berdasarkan status pekerjaan, pekerja honorer memiliki kecenderungan berutang yang lebih tinggi dibandingkan dengan PNS. Berdasarkan konsumen yang pernah atau tidak pernah berutang dalam sepuluh tahun terakhir hampir sebagian yang menerima dan sebagian yang menolak. Kecederungan tersebut dipengaruhi oleh sikap terhadap utang.

Penelitian dilakukan oleh Anindika (2009) menggunakan responden yang dijadikan sebagai sampel sebanyak 70 orang. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, jangka waktu pengembalian kredit, penggunaan kredit untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, tingkat pendidikkan berpengaruh positif dalam taraf signifikansi 5% terhadap besarnya pengambilan kredit di Perum Pegadaian Cabang Klaten. Sedangkan variabel rasio nilai taksiran dengan jumlah pinjaman ternyata berpengaruh negatif terhadap besarnya pengambilan kredit di Perum Pegadaian Cabang Klaten, berarti setiap penambahan rasio akan mengurangi besarnya pengambilan kredit.

Penelitian dilakukan oleh Sumarwan (2002) bertujuan melihat sikap konsumen terhadap tabungan dan kredit serta melihat kepemilikan kartu kredit, kredit kendaraan dan kredit perumahan. Hasil penelitian disajikan dengan menggunakan persentase hasil jawaban responden pada kuesioner secara keseluruhan. Responden memiliki sikap yang positif terhadap kredit, dibuktikan oleh hasil kuesioner sebanyak 75% responden menyatakan bahwa bukanlah hal yang buruk untuk membeli sesuatu dengan kredit asalkan bisa membayarnya sesuai dengan kemampuan mereka. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa salah satu kredit konsumen yang paling popular adalah kartu kredit. Kartu kredit bukan hanya sudah menjadi bagian dari kelengkapan pribadi seorang konsumen tetapi juga keluarga.

Penelitian dilakukan oleh Vendi (2014) menggunakan metode penelitian analisis faktor. Data yang digunakan adalah data primer dengan 50 orang responden. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi

(23)

13 Kerangka Pemikiran

Islam memandang utang diperbolehkan karena merupakan aplikasi kegiatan mu’amalah yaitu saling tolong menolong. Utang dalam cakupan negara bertujuan untuk menutupi defisit anggaran belanja negara yang dialokasikan untuk rencana pembangunan yang bertujuan akhir pada terpenuhinya kemakmuran dan kesejahteraan yang adil yang dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Kemakmuran dan kesejahteraan yang diharapkan dari tindakan negara mengambil utang luar negeri masih belum bisa terpenuhi. Terbukti masyarakat juga harus ikut menanggung beban utang dan tingkat kemiskinan di Indonesia masih tinggi. Kegiatan berutang dimasyarakat seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan yang produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan seseorang. Namun pada kenyataannya persentase penduduk miskin juga masih tinggi. Penelitian ini difokuskan dalam menganalisis perilaku berutang dan faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis faktor. Setelah dilakukan analisis terhadap perilaku berutang dan faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang, diharapkan ada output

yang dapat dijadikan sebagai saran atau rekomendasi terhadap pihak-pihak tertentu. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Kerangka pemikiran Islam memandang utang

diperbolehkan

Tujuan utang yang dilakukan oleh negara maupun perorangan yaitu

agar terpenuhinya kemakmuran dan kesejahteraan

 Masyarakat ikut menanggung beban utang yang dilakukan oleh negara.

 Utang dimasyarakat seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan yang produktif.

 Tingkat kemiskinan masih tinggi

Tidak Memiliki Utang Memiliki Utang

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi utang

Perilaku terhadap utang

Analisis Deskriptif Analisis Faktor

(24)

14

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner dan wawancara secara langsung dengan masyarakat di tiga kecamatan yaitu Ranca Bungur, Tanah Sareal dan Bogor Tengah, Bogor. Data sekunder digunakan untuk melengkapi dan menunjang data primer. Sumber data sekunder diperoleh dari dokumen dan laporan Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, buku, tesis, skripsi, jurnal dan internet.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ranca Bungur, Tanah Sareal dan Bogor Tengah, Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive

(sengaja) dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data Bank Indonesia (2014b) dari bulan Januari hingga Desember 2014 provinsi Jawa Barat menempati posisi pertama provinsi dengan jumlah debitur terbanyak dan memiliki jumlah rumah tangga kota dan kabupaten terbesar kedua setelah kota dan kabupaten Bandung. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2015) alokasi pinjaman yang diberikan Bank Umum dari jenis penggunaannya di Kota Bogor juga menunjukkan jumlah pinjaman pada masing-masing jenis penggunaan semakin meningkat baik dari pinjaman untuk modal kerja, investasi dan konsumsi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2015.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan melalui dua proses, yaitu kuesioner dan wawancara. Data diambil dengan metode wawancara kepada para masyarakat di tiga kecamatan yaitu Ranca Bungur, Tanah Sareal dan Bogor Tengah, Bogor yang menjadi responden dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel non probabilitas (non acak). Pengambilan datanya dilakukan dengan purposive sampling, yaitu prosedur memilih sampel berdasarkan pertimbangan karakteristik yang cocok yang diperlukan untuk menjawab penelitian (Juanda 2009). Pemilihan responden dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa resonden adalah masyarakat yang memiliki dan tidak memiliki utang. Responden yang menjadi sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 86 responden.

(25)

15 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Pendekatan analisis kuantitatif digunakan untuk menampilkan data dalam bentuk tabel, sedangkan pendekatan analisis kualitatif digunakan untuk mengumpulkan data-data fakta dari hasil wawancara dan kuesioner yang didapat dari responden. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan

Statistical Package for Social Science (SPSS) 16. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis faktor.

Persepsi Masyarakat terhadap Perilaku Utang

Metode yang digunakan untuk menganalisis persepsi masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor terhadap perilaku utang adalah metode deskriptif, yaitu dengan melihat skor penilaian responden terhadap perilaku utang. Sampel dalam analisis ini adalah masyarakat yang memiliki dan yang tidak memiliki utang.

Pengumpulan data primer mengenai persepsi masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor terhadap perilaku utang diperoleh melalui kuesioner. Pengisian kuesioner tersebut akan menghasilkan jawaban, dimana jawaban tersebut masing-masing memiliki bobot penilaian dari setiap pertanyaan yang telah ditentukan. Penilaian atas perilaku utang dinilai menggunakan skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, atau persepsi seseorang mengenai kejadian atau gejala sosial (Riduwan 2009). Skala likert digunakan untuk mengukur variabel yang akan dijabarkan menjadi sub variabel yang memiliki indikator terukur, yaitu contoh sebagai berikut (Tabel 1):

Analisis Faktor yang Memengaruhi Masyarakat dalam Berutang

Metode yang digunakan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi masyarakat tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang adalah metode analisis faktor. Analisis faktor merupakan suatu teknik untuk meringkas sejumlah variabel yang saling terkorelasi, menjadi beberapa kelompok (faktor) yang masing-masing menggambarkan suatu dimensi atau konsep tertentu (Firdaus

et al. 2011). Analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel yang berkorelasi kuat diantara variabel sehingga akan terjadi pengelompokkan. Variabel yang memiliki korelasi tinggi akan membentuk satu kerumunan faktor. Jika sebuah variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel itu akan dikeluarkan dalam analisis.

Proses analisis faktor tidak membutuhkan sebuah model khusus karena merupakan interdependence techniques, artinya tidak ada variabel dependen

Tabel 1 Skala likert

Nilai Keterangan

5 Sangat Setuju

4 Setuju

3 Netral

2 Tidak Setuju

(26)

16

maupun variabel independen dalam analisis tersebut. Berbeda dengan analisis

dependence technique seperti regresi berganda yang mempunyai sebuah variabel dependen dan beberapa variabel independen. Dalam melakukan analisis faktor ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan (Santoso 2010) yaitu:

1. Menentukan variabel-variabel yang akan dianalisis. 2. Uji variabel

a. Uji validitas dan realibilitas

Variabel-variabel yang akan digunakan dalam analisis harus diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan realibilitas. Uji validitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengukur valid atau tidaknya variabel pertanyaan penelitian yang diteliti. Jumlah responden dalam uji validitas ini adalah 86 responden dengan 17 variabel pertanyaan. Pengujian validitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan software SPSS 16 dengan metode Korelasi Pearson, yaitu dengan cara mengorelasikan skor variabel dengan skor totalnya. Skor total adalah penjumlahan dari seluruh variabel. Hasil uji validitas dilihat pada hasil output SPSS pada tabel Validitas Statistic. Kaidah keputusan validitas yaitu (Priyatno 2014):

a. Jika rhitung <rtabel maka tidak valid

b. Jika rhitung ≥rtabel maka valid

Penelitian ini memiliki nilai rtabel pada uji validitas (n-2) yaitu r84 dengan

taraf kesalahan 0.05% menunjukkan sebesar 0.2120.

Uji realibilitas adalah kelanjutan dari uji validitas, dimana variabel yang masuk pengujian adalah variabel yang valid saja. Realibilitas atau keandalan dapat diartikan sebagai indeks yang menunjukkan terjadi dimana suatu alat ukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Hermawan 2006). Menguji realibilitas pada kuesioner penelitian ini menggunakan SPSS 16 dengan metode Cronbach’s Alfa. Realibilitas kurang dari 0.6 adalah kurang baik, sedangkan 0.7 dapat diterima dan diatas 0.8 adalah baik (Priyatno 2014). b. Uji Keiser Meyier OlkinofMeasure Sampling Adequancy (KMO-MSA)

Pengujian ini bertujuan untuk menyaring variabel-variabel yang akan dianalisis agar memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut. Hipotesis yang diguanakan dalam uji signifikan adalah:

H0 : variabel belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut

H1 : variabel sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut

Kriteria dengan melihat probabilitas (signifikan): Jika sig > 0.1 maka terima H0

Jika sig < 0.1 maka tolak H0

Narimawati (2008) menjelaskan besarnya angka (KMO-MSA) berkisar antara 0 hingga 1 dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika bernilai = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan.

(27)

17 c. Jika bernilai < 0.5, maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan

dianalisis lebih lanjut.

3. Factoring

Setelah mendapatkan variabel-variabel yang telah memenuhi syarat, maka dilanjutkan dengan proses factoring atau yang lebih dikenal dengan proses ekstraksi variabel-variabel yang telah memenuhi syarat menjadi beberapa faktor. Metode yang digunakan dalam proses ekstraksi ini adalah Principal Component Analysis (PCA). Hasilnya menampilkan tabel communalities dan tabel Total Variance Explained (TVE). Semakin besar nilai communilities, maka semakin baik analisis faktor karena semakin besar karakteristik variabel asli yang dapat diwakili oleh faktor yang terbentuk. Kemudian di tabel TVE terdapat initial eigenvalues yang menggambarkan beberapa nilai. Pertama, total initial eigenvalues yang menunjukkan jumlah faktor yang terbentuk. Kedua, percent of variance yang menunjukkan keragaman yang dapat digambarkan oleh faktor yang terbentuk.

Variabel yang sudah masuk kedalam beberapa faktor, perlu dilakukan proses rotasi terhadap seluruh variabel. Metode yang digunakan dalam proses rotasi ini adalah metode varimax. Proses ini dapat memperjelas kedudukan variabel terhadap faktor yang terbentuk (loading factor) nilainya (> 0.5) pada tabel rotated component matrix. Setelah mendapatkan faktor yang terbentuk beserta variabel-variabel yang menyertainya, maka melalui nilai percent of variance (tingkat keragaman) juga diperoleh faktor yang paling dominan berpengaruh.

4. Interpretasi faktor dengan memberikan nama atas faktor yang membentuk sesuai dengan nilai loading factor atribut variabel yang tertinggi dalam satu komponen atau faktor.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 86 orang. Responden adalah masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor yang memiliki dan tidak memiliki utang. Identifikasi karakteristik reponden dalam penelitian ini antara lain berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, jenis pekerjaan dan pendapatan. Berikut uraian karakteristik responden dalam penelitian ini.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

(28)

18

Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Respoden jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada jumlah responden perempuan didukung dari data Statistik Informasi Debitur (2014b) mengenai perkembangan jumlah debitur per-jenis kelamin debitur. Data terakhir yaitu pada bulan Desember 2014 menunjukkan bahwa jumlah debitur laki-laki berjumlah 24 300 363 sedangkan jumlah debitur perempuan sebanyak 14 893 631.

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Responden berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan ≥ S1 yaitu sebanyak 61 orang atau dalam proporsi 71 persen. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan yang tinggi melihat mayoritas responden dengan pendidikan akhir perguruan tinggi. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Respoden dengan pendidikan ≥ S1 lebih banyak dari pada jumlah responden

lainnya juga didukung dari data Statistik Informasi Debitur (2014b) mengenai perkembangan jumlah debitur berdasarkan status pendidikan debitur perorangan yang menunjukkan data terakhir bulan Desember 2014 debitur dengan pendidikan S1 adalah jumlah debitur terbanyak kedua yaitu sejumlah 4 305 791 setelah debitur tanpa gelar (SMA, SMP, SD dan tidak sekolah). Wickramasinghe dan Gurugamage (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan memungkinkan seorang individu untuk pro terhadap utang.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan kategori usia, responden dibagi menjadi beberapa kelompok tingkatan usia yaitu usia kurang dari 25 tahun, 25 sampai 34 tahun, 35 sampai 44 tahun, 45 sampai 54 tahun, dan lebih dari 54 tahun. Persentase usia responden terbanyak yaitu pada rentang usia 45 tahun sampai dengan 54 tahun yaitu 28 persen atau sebanyak 24 orang. Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 3.

69% 31%

Laki-Laki Perempuan

Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Jumlah Responden (orang) Proporsi (%)

≥S1 61 71.00

D3 2 2.00

SMA 19 22.00

SMP 1 1.00

SD 3 3.00

(29)

19

Rata-rata jumlah responden berdasarkan tingkat umur memiliki jumlah yang hampir sama pada masing-masing tingkatan umurnya. Jumlah responden terendah terdapat pada tingkatan usia lebih dari 54 tahun yaitu sebanyak 11 orang. Berdasarkan hal tersebut menjelaskkan bahwa semakin tua usia seseorang maka kecenderungan terhadap utang semakin menurun. Hal ini didukung oleh penelitian Manara dan Hidayat (2011) yang menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang maka kecenderungan untuk berutang semakin rendah. Orang tua cenderung memiliki anti-utang, dibandingkan dengan orang-orang muda (Livingstone dan Lunt 1992).

Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Gambar 6 menunjukkan status perkawinan responden terbanyak yaitu responden yang berstatus menikah. Responden menikah sebanyak 61 orang, responden yang berstatus lajang sebanyak 24 orang, dan responden yang berstatus bercerai ada 1 orang. Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan

Jumlah responden yang menikah lebih banyak dibandingkan dengan responden dengan status perkawinan lainnya. Menikah menjadi salah satu penyebab masyarakat dalam berutang dikarenakan tuntutan dan kebutuhan hidupnya lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat yang masih berstatus lajang. Masyarakat yang lajang kemungkinan kebutuhan hidupnya masih ditanggung oleh keluarganya atau seluruh hasil pendapatannya hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dirinya seorang. Browning dan Crossly (2001) menjelaskan bahwa komposisi keluarga (status perkawinan dan kehadiran anak-anak) dapat mempengaruhi perilaku konsumsi dan pinjaman.

61

24

1 0

20 40 60 80

Menikah Lajang Cerai

Jumlah Responden

StatusPerkawinan

Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan usia

Umur Jumlah Responden (orang) Proporsi(%)

Kurang dari 25 19 22.00

25 s.d. 34 18 21.00

35 s.d. 44 14 16.00

45 s.d. 54 24 28.00

Lebih dari 54 11 13.00

(30)

20

Karakteristik Responden Berdasarkan Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga responden dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga kelompok yaitu jumlah anggota keluarga yang kurang dari 5 orang, 5 sampai 10 orang dan lebih dari sepuluh orang. Responden sebagian besar memiliki jumlah anggota keluarga yang terdiri atas kurang dari 5 orang yaitu sebanyak 54 orang atau dalam proporsi 63 persen. Responden lain yang memiliki jumlah anggota keluarga yang terdiri atas 5 hingga 10 orang sebanyak 31 orang atau dalam proporsi 36 persen dan yang memiliki lebih dari 10 orang sebanyak 1 orang atau dalam proporsi 1 persen.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden dikelompokan menjadi lima kategori PNS, karyawan swasta, pedagang, petani dan lainnya. Dari 86 responden, 40 persen responden bekerja pada kategori pekerjaan lainnya. Responden yang memilih jenis pekerjaan lainnya antara lain bekerja sebagai guru pengabdian, pekerja lepas, ibu rumah tangga dan pensiunan. Jenis pekerjaan pekerjaan responden terbanyak kedua adalah karyawan perusahaan swasta sebanyak 36 persen. Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan lebih banyak responden yang memiliki jenis pekerjaan lainnya. Pekerjaan lainnya antara lain yaitu bekerja sebagai guru pengabdian, pekerja lepas, ibu rumah tangga dan pensiunan. Jenis pekerjaan yang memiliki pendapatan yang tidak stabil cenderung memiliki utang. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Manara dan Hidayat (2011) bahwa status pekerjaan honorer mempunyai kecenderungan berutang yang tinggi dibandingkan dengan guru yang berstatus PNS yang sudah

Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Jumlah Anggota

Keluarga Jumlah Responden (orang) Proporsi(%)

Kurang dari 5 54 63.00

5 s.d. 10 31 36.00

Lebih dari 10 1 1.00

(31)

21 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Karakteristik responden berdasarkan pendapatan dikelompokkan menjadi lima yaitu pendapatan kurang dari sama dengan satu juta, 1.1 sampai 2 juta, 2.1 sampai 3 juta, 3.1 sampai 4 juta dan lebih dari 4 juta per bulan. Pendapatan dari rata-rata keseluruhan responden yang paling tinggi adalah pendapatan yang lebih dari 4 juta per bulan yaitu sebanyak 37 orang atau 43 persen.

Respoden dengan tingkat pendapatan lebih dari 4 juta/ bulan lebih banyak dari pada responden dengan tingkat pendapatan lainnya, utang banyak dimanfaatkan masyarakat bukan hanya pada golongan menengah kebawah untuk kebutuhan mendesaknya namun juga dimanfaatkan oleh masyarakat dengan golongan menengah ke atas. Hal tersebut didukung dengan penelitian Chien dan Devaney (2001) yang mengasumsikan bahwa utang yang sedang diambil digunakan untuk kenyamanan dan kemewahan disamping sebagai pemenuhan kebutuhan dasar. Penelitian lain juga menyatakan bahwa pendapatan yang tinggi juga memiliki kecenderungan untuk berutang yaitu penelitan yang dilakukan oleh Azman et al. (2015) yang menyatakan bahwa pendapatan yang tinggi akan menyebabkan orang cenderung akan menggunakannya secara berlebihan, terutama dalam hal penggunaan kartu kredit.

Analisis Perilaku Utang pada Masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor

Hasil olahan data dari Gambar 8 menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki utang lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki utang. Sebanyak 59 orang atau 69 persen dari keseluruhan responden memiliki utang. Dan sisanya sebanyak 27 orang atau 31 persen responden tidak memiliki utang.

Gambar 8 Jumlah responden yang memiliki dan tidak memiliki utang Memiliki Utang Tidak Memiliki Utang

Persentase 69% 31%

Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan Pendapatan (juta/ bulan) Jumlah Responden Proporsi (%)

(32)

22

Porsi utang dari ke-86 responden didapat berdasarkan perbandingan pengeluaran untuk membayar utang dengan jumlah total pendapatan tiap bulan responden. Porsi utang dikelompokkan menjadi 5 yaitu kurang dari 20 persen, 21 sampai 30 persen, 31 sampai 40 persen, 41 sampai 50 persen dan lebih dari 50 persen. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki porsi utang sebanyak kurang dari 20 persen dari total pendapatannya atau dalam proporsi 65 persen.

Responden pada penelitian ini termasuk responden yang memiliki tingkat utang yang rendah. Karena dari lima kategori porsi utang yang disediakan, mayoritas responden memilih kategori porsi utang terendah yaitu pilihan porsi utang yang berada di bawah 20 persen.

Persepsi responden mengenai utang yang dimilikinya terbagi menjadi tiga yaitu tidak memiliki beban, beban ringan dan beban utama. Sebagian besar responden menganggap utang yang dimilikinya adalah beban ringan yaitu sebanyak 37 persen. Selanjutnya sebanyak 35 persen responden menganggap bahwa utang yang mereka miliki tidak menjadi beban bagi kehidupan mereka. Dan yang terakhir sebanyak 28 persen responden menganggap bahwa beban utang yang dimilikinya adalah beban utama bagi kehidupannya. Tabel 7 menunjukkan persepsi responden berdasarkan utang yang dimilikinya.

Berdasarkan Gambar 8 diketahui dari 86 responden sebanyak 59 responden menjawab memiliki utang. Dari 59 responden yang mengaku memiliki utang kepada beberapa kreditur. Kreditur dalam penelitian ini dibagi menjadi lima kelompok yaitu bank syariah, bank konvensional, BMT atau koperasi, bank syariah dan koperasi, serta kreditur lainnya. Tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki utang pada kreditur yaitu bank syariah dan kreditur lainnya dengan porsi masing-masing sebesar 32 persen.

Tabel 7 Persepsi responden mengenai beban utang yang dimiliki

Persepsi Beban Utang Jumlah Proporsi (%)

Tidak Memiliki Beban 30 35.00

Beban Ringan 32 37.00

Beban Utama 24 28.00

Total 86 100.00

Tabel 6 Porsi utang yang dimiliki responden

Porsi Utang (dalam %) Jumlah Proporsi (%)

< 20 56 65.00

21 s.d. 30 18 21.00

31 s.d. 40 1 1.00

41 s.d. 50 3 3.00

> 50 8 9.00

(33)

23

Sesuai dengan data laporan perkembangan jumlah debitur di Indonesia (BI 2014b) dari tiga jenis lembaga keuangan yang menjadi kreditur yaitu bank umum, bank perkreditan rakyat dan perusahan pembiayaan, bank umum adalah lembaga yang memiliki jumlah debitur tertinggi dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Bank umum tersebut salah satunya terdiri atas bank syariah.

Analisis perilaku utang dilakukan dengan analisis deskriptif, yaitu dengan melihat jumlah total nilai dari keseluruhan pilihan responden dalam menjawab pernyataan mengenai perilaku utang. Pernyataan mengenai perilaku utang terdiri atas tujuh pernyataan. Pernyataan perilaku utang tertera pada tabel dibawah ini:

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku utang dikalangan masyarakat berdasarkan pernyataan-pernyatan perilaku utang sangat beragam. Pernyataan pertama menunjukkan bahwa responden paling banyak memilih poin ke empat yaitu responden setuju harus membayar utang setiap bulan karena harus memenuhi kebutuhan dasar sebanyak 24 orang. Pernyataan kedua menunjukkan bahwa responden paling banyak memilih poin pertama yaitu responden sangat tidak setuju selalu memiliki utang karena berpikir pendapatan mereka tidak pernah cukup sebanyak 38 orang. Pernyataan ke tiga dan keempat menunjukkan Tabel 9 Jumlah responden yang menjawab pernyataan mengenai perilaku utang

No. Variabel STS TS N S SS

1. Harus membayar utang setiap bulan karena

harus memenuhi kebutuhan dasar. 12 19 20 24 11 2. Selalu memiliki utang karena berpikir

pendapatan tidak pernah cukup. 38 31 10 6 1 3. Mengambil utang lain setelah selesai

membayar utang saat ini. 53 21 4 8 0 6. Membayar utang terlebih dahulu sebelum

menabung. 7 4 6 38 31

Tabel 8 Jumlah responden yang berutang berdasarkan jenis kreditur

Jenis Kreditur Jumlah Proporsi (%)

Bank Syariah 19 32.00

Bank Konvensional 11 19.00

BMT atau Koperasi 7 12.00

Bank Syariah dan Konvensional 3 5.00

Lainnya 19 32.00

(34)

24

bahwa kenderungan paling dominan responden untuk memilih poin pertama yaitu responden sangat tidak setuju untuk mengambil utang lain setelah selesai membayar utang saat dan tidak bisa hidup tanpa utang masing-masing sebesar 53 orang. Pernyataan ke lima menunjukkan bahwa proporsi responden memilih poin empat dan lima sebanding yaitu responden setuju dan sangat setuju untuk menempatkan membayar utang pada daftar prioritas karena termasuk kewajiban memenuhi hak orang lain. Pada pernyataan ke enam, responden paling banyak memilih setuju untuk membayar utang terlebih dahulu sebelum menabung sebanyak 38 reponden. Pernyataan terakhir mengenai kesukaan responden menggunakan pembayaran non-tunai, kebanyakan responden memilih sangat tidak setuju dan tidak setuju masing-masing sebanyak 31 orang.

Berdasarkan pemaparan pernyataan mengenai perilaku utang pada Tabel 9 dilakukan perhitungan rata-rata perilaku utang responden. Berikut Tabel 10 menjelaskan rata-rata perilaku utang responden.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata perilaku utang responden berada pada nilai kurang dari skala 3. Sehingga dapat diartikan rata-rata responden masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor menyatakan bahwa tidak setuju dengan perilaku utang. Pernyataan yang mendapat nilai rata-rata terendah adalah pernyataan nomor 4 dengan nilai rata-rata sebesar 1.61 yaitu pernyataan masyarakat tidak bisa hidup tanpa utang. Pernyataan yang mendapat nilai rata-rata tertinggi adalah pernyataan nomor 6 yaitu masyarakat membayar utang terlebih dahulu sebelum menabung dengan nilai rata-rata sebesar 3.95.

Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Masyarakat dalam Berutang

Hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat di tiga kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor dalam berutang diperoleh dengan menggunakan analisis faktor. Tujuannya adalah untuk meredukasi variabel asli menjadi beberapa variabel baru yang disebut faktor atau komponen yang lebih sederhana dan sedikit jumlahnya sehingga memudahkan dalam menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat dalam berutang. Sebelum melakukan analisis faktor variabel asli yang digunakan (Lampiran 2) harus diuji terlebih

Tabel 10 Rata-rata perilaku utang responden

No. Variabel Rata-rata

1. Harus membayar utang setiap bulan karena harus memenuhi

kebutuhan dasar. 3.03

2. Selalu memiliki utang karena berpikir pendapatan tidak

pernah cukup. 1.80

3. Mengambil utang lain setelah selesai membayar utang saat

ini. 1.80

4. Tidak bisa hidup tanpa utang. 1.61

5. Menempatkan membayar utang pada daftar prioritas karena

Gambar

Gambar 1 Laporan perkembangan utang luar negeri berdasarkan jangka waktu
Gambar 2 Laporan perkembangan jumlah debitur
Gambar 3 Laporan posisi pinjaman rupiah yang diberikan Bank Umum berdasarkan jenis penggunaan di Kota Bogor
Gambar 4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dokumen ini dan informasi yang dimilikinya adalah milik Prodi Magister Teknik Informatika-UAJY dan bersifat rahasia. Dilarang untuk mereproduksi dokumen.. ini tanpa diketahui

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

jarannya kepada guru keterampilan agar dapat membelajarkan kepada siswa yang lebih efektif dan ino- vatif. Pembelajaran berbasis kom- petensi diharapkan mampu

Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam waktu 30 menit akan menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

Dalam penelitian teknik pengumpulan data menggunakan metode Angket.Metodeangketyaitu sejumlah pertanyaan tertulis tentang hal ± hal yang diteliti yang digunakan

atau men- download - nya di: http://www.youtube.com/majlisuzzikr. Video yang diunggah merupakan hasil dokumentasi dari kajian rutin kitab yang telah diadakan. Meskipun,