• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Lokasi

Kawasan Desa Sei Nagalawan

Desa ini dahulunya disebut dengan Kampoeng Sei Nipah, karena disepanjang sungai sangat banyak ditumbuhi pohon-pohon nipah. Sebelum tahun 1945 dahulu ada seorang Saudagar yang mempunyai kapal dan hendak berlayar tetapi menemukan kesulitan karena banyaknya pohon-pohon nipah itu. Akhirnya Sang Saudagar membuang/membunuhi sebagian pohon-pohon nipah itu hanya dalam jangka waktu 1 (satu) malam untuk membuat perlintasan kapalnya. Sang Saudagar itu bertempat tinggal di Nagalawan yang mana saat itu dikisahkan ada 3 (tiga) ekor naga yang saling bermusuhan, yang 2 (ekor) pindah ke tempat lain, dan yang 1 (satu) tetap berada di Nagalawan. Karena Nagalawan dikelilingi oleh sungai-sungai tadi, maka disebutlah desa ini dengan sebutan Sei Nagalawan dan nama desa itu tetap sampai sekarang yang mempunyai pesona pantai yang merupakan objek wisata bahari (Soekirman, 2013).

Desa Sei Nagalawan adalah salah satu dari desa di Kecamatan Perbaungan yang terdiri dari 3 (tiga) dusun, merupakan daerah persawahan dan penghasil ternak. Menurut data dari kantor Kepala Desa Sei Nagalawan (2015), Desa Sei Nagalawan memiliki luas wilayahnya 875 Ha, luas wilayah masing-masing Dusun I: 290 Ha, Dusun II: 235 Ha, dan Dusun III: 350 Ha. Di Desa Sei Nagalawan terdapat 760 kepala keluarga atau total jumlah penduduk 3088 orang yang tersebar di tiga dusun yaitu dusun I, II dan III. Dusun III luasnya 350 Ha dengan jumlah 214 kepala keluarga atau total jumlah penduduk 859 orang. Ketinggian tanah dari permukaan laut 5 m dan suhu udara rata-rata 33 0C. Jarak

dari pusat pemerintahan kecamatan 16 km, jarak dari ibukota kabupaten 18 km. Secara umum luas wilayah itu dipergunakan untuk jalan 22 km, sawah 600 Ha, ladang 57 Ha, pemukiman 30 Ha, perkuburan 1 Ha, dan lain-lain 6 Ha.

Adapun batas wilayahnya sebagai berikut : - Sebelah Utara : Selat Malaka - Sebelah Selatan : Desa Lubuk Bayas

- Sebelah Barat : Kecamatan Pantai Cermin - Sebelah Timur : Kecamatan Teluk Mengkudu

Gambaran Umum Usaha

Berdasarkan pengambilan data tentang pengolahan daun jeruju menjadi berbagai produk olahan di Desa Sei Nagalawan, Dusun III, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ditemukan bahwa keseluruhan para pengolah dan penjual olahan daun jeruju adalah wanita. Dalam pengelolahan daun jeruju menjadi berbagai produk olahan, dilakukan secara berkelompok dengan mendirikan Kelompok Tani yang bernama Muara Tanjung yang diketuai oleh Ibu Jumiati dan anggota terdiri dari 23 orang.

Gambar 1. Salah Satu Responden yang Mengolah dan Menjual Olahan Jeruju Sekaligus Ketua Kelompok Tani

Usaha ini didirikan pada tahun 2009 dan pernah mengalami pemberhentian produksi olahan jeruju pada tahun 2012, karena tanaman jeruju di sepanjang muara sungai mati akibat terkena air pembuangan sungai. Dimana tanaman jeruju hidup pada daerah intertidal yang mengandung salinitas tinggi dan akan mati jika terkena air tawar, oleh karena itu dibutuhkan waktu selama 2 bulan untuk pertumbuhannya kembali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wafiroh (2011), bahwa salinitas berpengaruh nyata terhadap berat basah dan pertambahan tinggi

Acanthus ilicifolius pada umur 2-4 minggu setelah pemindahan (MSP) dan 6-8

minggu setelah pemindahan (MSP), namun tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering dan jumlah daun, salinitas optimal bagi pertumbuhan Acanthus

ilicifolius adalah 7,5 ppt.Selain itu juga para pengelola daun jeruju tersebut

bertindak juga sebagai penjual olahan daun jeruju tersebut. Selain memproduksi jeruju menjadi kerupuk dan teh jeruju mereka juga memproduksi olahan produk lain seperti kerupuk ikan, selimut api-api, dan dodol mangrove.

Berdasarkan hasil rekapitulasi data kuisioner dilapangan diperoleh pekerja sebanyak 23 orang, dimana menurut karakteristik umur, kelompok umur pekerja antara 20-30 memiliki distribusi sebanyak 2 orang dengan proporsi 8,7 %, dan kelompok umur pekerja 31-40 memiliki distribusi sebanyak 9 orang dengan proporsi 39,13 %serta pekerja dengan umur 41-50 tahun memiliki ditribusi yang paling tinggi yaitu sebanyak 11orang dengan proporsi 47,82 % dan kelompok umur pekerja 51-60 memiliki distribusi sebanyak 1 orang dengan proporsi 4,35 %. Hal ini menunjukkan bahwa para pengelolah dan penjual olahan daun jeruju didominasi oleh wanita yang masih produktif. Para pengolah dan penjual sebagian besar berfrofesi sebagai ibu rumah tangga dan umumnya melakukan usaha ini

untuk menambah pendapatan keluarga sekaligus aksi sosial yang dilakukan dalam pelestarian hutan mangrove di Desa Sei Nagalawan. Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 . Distribusi Pekerja Berdasarkan Umur

No Kelompok Umur (Tahun) Frekuensi Proporsi (%)

1. 20 – 30 2 8,7

2. 31 – 40 9 39,13

3. 41 – 50 11 47.82

4. 51 – 60 1 4.35

Jumlah 23 100

Bahan Baku Daun Jeruju

Kelompok Tani Muara Tanjung menggunakan daun jeruju sebagai bahan baku untuk pembuatan kerupuk jeruju dan teh jeruju. Berdasarkan pengamatan dilapangan bahan baku berupa tanaman jeruju di Desa Sei Nagalawan masih banyak dan hampir selalu ada setiap bantaran sungai di desa tersebut yang siap untuk di produksi karena masyarakat memelihara tanaman tersebut dengan baik. Pengambilan daun jeruju dilakukan dengan cara memetik bagian pucuk dari tanaman jeruju, dengan pengambilan daun dengan sistem pucuk maka akan bermunculan tunas-tunas baru setelah beberapa bulan. Sehingga tidak merusak tanaman jeruju dan menjaga kelestarian tanaman jeruju. Dengan demikian proses produksi olahan dari jeruju dapat berlangsung secara berkesinambungan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa luas hutan mangrove di Serdang Bedagai pada akhir tahun 2009 menurut Tambunan (2009) seperti yang ada pada Tabel 1, adalah 10.000 ha atau 11,97 persen dari luas keseluruhan hutan mangrove di Sumatera Utara. Dengan melihat hal tersebut sumber bahan baku untuk olahan jeruju masih cukup luas. Selain itu tanaman jeruju secara

keseluruhan sampai saat ini tumbuh subur disekitar bantaran muara sungai pada hutan mangrove yang ada di Desa Sei Nagalawan.

Namun demikian, jumlah potensi hutan mangrove yang merupakan habitat jeruju bisa menjadi sebuah peluang dalam usaha pengembangan jeruju menjadi sebuah produk yang bernilai jual yaitu berupa kerupuk jeruju dan teh jeruju. Jumlah potensi jeruju yang ada merupakan sumber bahan baku utama dalam pengolahan jeruju menjadi kerupuk jeruju dan teh jeruju yaitu berupa daun jeruju. Jika pengembangan tanaman jeruju menjadi sebuah produk memiliki prospek usaha yang menguntungkan, maka tidak menutup kemungkinan petani akan membudidayakan tanaman jeruju lebih intensif.

Gambar 2. Tanaman Jeruju di Desa Sei Nagalawan, Kabupaten Serdang Bedagai

Menurut salah seorang pengolah daun jeruju Ibu Jumiati di Desa Sei Nagalawan menyebutkan bahwa tidak ada proses pembibitan untuk tanaman jeruju karena tumbuhan tersebut tumbuh secara alami di sekitar bantaran muara sungai. Namun, daun jeruju sendiri sejauh ini belum termanfaatkan secara optimal. Daun jeruju kadangkala hanya terbuang begitu saja percuma, oleh karena itu pengolah daun jeruju diharapkan akan menambah pendapatan mereka dan dapat melestarikan tanaman ini. Dengan melihat potensi daun jeruju yang ada,

pengolahan daun jeruju dapat menajadi salah satu alternatif usaha yang bisa dikembangkan.

Produksi

Jeruju merupakan salah satu produk hasil hutan non kayu yang berperan penting dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan mangrove. Berbagai manfaat dari jeruju salah satunya yaitu daun jeruju sudah lama dikenal masyarakat sebagai bahan baku obat-obatan, namun ibu-ibu di Desa Sei Nagalawan kreatif dalam memanfaatkan daun jeruju yang diolah menjadi produk olahan makanan seperti kerupuk jeruju dan teh jeruju. Proses produksi pengolahan daun jeruju dilakukan selama empat hari dalam seminggu atau empat kali produksi dalam seminggu, yang kemudian produk dipasarkan pada hari Sabtu dan Minggu di tempat wisata yang ada di desa tersebut. Hari biasanya ibu- ibu Kelompok Tani Muara Tanjung mampu memproduksi kerupuk jeruju sebanyak 4 kg adonan kerupuk jeruju dan teh jeruju sebanyak 3-4 kg per hari jeruju basah atau sebanyak 4 karung goni yang berukuran 30 kg yang disangrai sampai kering. Usaha pengolahan daun jeruju ini juga menerima pesanan dari beberapa konsumen yang ada di daerah Medan maupun luar Medan.

Peralatan Produksi

Peralatan produksi yang digunakan dalam proses produksi pengolahan daun jeruju di Kelompok Tani Muara Tanjung cukup sederhana. Peralatan produksi memiliki standar pakai (umur) masing-masing. Alat- alat produksi yang rusak akan segera dilakukan pembelian alat-alat baru yang berguna melancarkan proses produksi pembuatan olahan jeruju, sehingga tidak menghambat proses produksi pengolahan jeruju. Alat-alat yang digunakan dalam produksi disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Alat-alat Produksi Pengolahan Jeruju di Kelompok Tani Muara Tanjung No. Jenis Alat

Produksi

Fungsi Jumlah (unit) Ket/ kondisi 1. Pisau Untuk memotong daun jeruju dan

membersihkan daun jeruju dari duri 12 Baik 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Gunting Timbangan Blender Mesin Ampia Rensener Telenan/Batu giling Baskom Serok Kompor Wajan Sutel Sepeda Motor

Untuk memotong daun jeruju dan membersihkan daun jeruju dari duri

Untuk menimbang daun jeruju agar beratnya sama

Untuk menghaluskan daun jeruju pada saat pembuatan kerupuk Untuk memipihkan adonan kerupuk sehingga mudah dibentuk Untuk mempacking olahan jeruju kedalam plastik

Untuk menghaluskan ketumbar

Untuk sebagai wadah untuk mencuci jeruju yang telah dipotong

Untuk meniriskan minyak dari jeruju yang telah digoreng

Untuk memasak jeruju Untuk memasak jeruju

Untuk memasak jeruju agar mudah dibalik dan tidak gosong Untuk mengangkut daun jeruju dan membeli bahan-bahan olahan jeruju 12 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Peralatan yang ada di usaha pengolahan daun jeruju Kelompok Tani Muara Tanjung dalam keadaan baik. Hal ini dikarenakan usaha ini melakukan proses produksi secara berkesinambungan, sehingga apabila ada peralatan yang rusak segera diganti agar proses produksi tidak terhambat.

Produk

Produk yang dihasilkan dari proses pengolahan daun jeruju yaitu kerupuk jeruju dan teh jeruju. Kerupuk jeruju memiliki tiga rasa yaitu rasa original, rasa balado, dan rasa jagung. Tiga rasa ini dibuat agar menarik hati pengunjung untuk membeli produk ini, karena minat dan selera masyarakat yang berbeda untuk membeli. Kemasan produk juga di desain dengan semenarik mungkin, yaitu dengan konsep dengan membeli produk olahan mangrove berarti telah melestarikan keberadaan hutan mangrove. Kerupuk jeruju dijual dengan harga RP 6.000,00 per bungkus dan teh jeruju dijual dengan harga RP 10.000,00 per bungkus. Kerupuk jeruju tahan di pasaran selama sebulan sedangkan teh jeruju tahan di pasaran selama setahun.

Proses Produksi

Proses pengolahan daun jeruju menjadi kerupuk jeruju dan teh jeruju di Desa Sei Nagalawan dilakukan secara tradisional dengan menggunakan alat-alat sederhana, sehingga proses produksi tidak dapat dilakukan secara maksimal jika adanya pesanan yang banyak. Namun jika di lihat dari segi pemanfaatan sumber daya manusia termasuk menguntungkan, karena menyerap tenaga kerja yang lebih banyak di daerah pesisir. Berbeda dengan proses industri pembuatan kerupuk dan teh yang sudah ada menggunakan alat-alat proses produksi mesin teknologi

maksimal. Beberapa langkah dalam proses pengolahan daun jeruju menjadi kerupuk jeruju dan teh jeruju antara lain:

a. Pembuatan Kerupuk Jeruju

1. Pengambilan Daun

Daun jeruju di ambil di sepanjang bantaran muara sungai di Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 (tiga), dengan cara mengambil bagian pucuk tanaman jeruju dengan menggunakan pisau. Pengambilan dengan sistem pucuk ini dilakukan agar munculnya tunas-tunas baru sehingga tidak merusak tanaman dan menjaga kelestarian tanaman jeruju. Daun jeruju yang diambil yaitu sebanyak 200 g untuk 1 kg adonan kerupuk jeruju dan biasanya dalam sekali produksi ibu-ibu Kelompok Tani Muara Tanjung mengambil daun jeruju sebanyak 800 g untuk 4 kg adonan kerupuk jeruju. Daun jeruju yang dipilih yaitu daun yang masih muda dan berwarna hijau cerah. Daun jeruju yang masih mudah dipilih karena kandungan getah yang sedikit dan akan membuat warna adonan menjadi hijau yang merupakan ciri khas dari kerupuk jeruju rasa original.

2. Pemotongan Daun Jeruju

Daun jeruju yang berduri dibersihkan dari durinya dengan menggunakan gunting dan pisau. Duri pada tanaman jeruju merupakan alat pelindung bagi tanaman ini.Daun yang sudah dibersihkan dari duri, kemudian daun jeruju dipotong menjadi dua bagian dan dipisahkan dari tulang daun. Setelah itu daun jeruju ditimbang sebanyak 200 g untuk 1 kg adonan kerupuk jeruju.

(a) (b)

(c)

Gambar 5. (a) Pembersihan Daun Jeruju, (b) Pemotongan Jeruju Menjadi Dua Bagian, (c) Penimbangan Daun Jeruju

3. Penghalusan Bahan Adonan

Daun jeruju yang telah ditimbang sebanyak 200 g untuk 1 kg adonan kerupuk jeruju, kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender. Daun jeruju yang sudah dihaluskan, kemudian dimasak hingga mendidih dengan tujuan untuk menghilangkan bau anyir. Selain itu juga dilakukan penghalusan bahan bumbu lain seperti bawang putih sebanyak 100 g dengan menggunakan blender dan

ketumbar dengan menggunakan batu gilingsebanyak 20 g untuk 1 kg adonan kerupuk jeruju.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 6. (a) Penghalusan Jeruju Dengan Blender, (b) Pemasakan Jeruju, (c) Pemotongan Bawang putih, (d) Penghalusan Ketumbar

4. Pencampuran Bahan Adonan

Bahan-bahan yang telah dihaluskan kemudian dicampurkan menjadi satu dan setelah itu masukkanlah tepung terigu sebanyak 1 kg kedalam adonan, adonan tersebut dicampurkan hingga semua bahan tercampur rata dan tambahkanlah air untuk membuat adonan menjadi kalis, serta masukkanlah daun jeruju yang sudah dihaluskan sebanyak 200 g untuk 1 kg adonan kerupuk jeruju dan tambahkan garam sebanyak 1 sendok makan dan gula sebanyak ½ sendok makan untuk 1 kg adonan kerupuk jeruju.

Gambar 7. Pencampuran Adonan

5. Pencetakan Kerupuk

Adonan kerupuk jeruju yang telah kalis kemudian dipipihkan dengan menggunakan mesin ampia. Mesin ampia merupakan mesin utama dalam pembuatan kerupuk yang ada di Kelompok Tani Muara Tanjung, mesin ini terdiri dari 2 buah dan pemeliharaan alat ini harus dilakukan dengan baik karena mudah berkarat akibat getah dari daun jerujudan setelah 4 bulan mesin ampia harus diganti. Setelah itu buatlah adonan menjadi beberapa lembaran adonan kerupuk, setelah itu lembaran adonan dicetak dengan menggunakan pisau.

(a) (b)

Gambar 8. (a) Memipihkan Adonan Dengan Mesin Ampia (b) Daun Dicetak Dengan Menggunakan Pisau

6. Penggorengan Kerupuk

Kerupuk yang telah dicetak kemudian digoreng dengan menggunakan minyak panas. Minyak makan yang digunakan untuk menggoreng yaitu sebanyak 2 liter dan kerupuk jeruju digoreng hingga warna kuning keemasan. Bahan bakar yang digunakan untuk memasak kerupuk yaitu tabung gas ukuran 3 kg, bahan bakar gas ini penggunaanya hanya sampai waktu 3 hari selama 3 kali produksi. Setelah itu kerupuk yang telah digoreng kemudian ditiriskan dengan menggunakan serok untuk mengurangi kandungan minyak yang terdapat pada kerupuk. Minyak makan yang digunakan untuk menggoreng kerupuk hanya sekali pakai selama satu kali produksi, minyak sisa tersebut dijual kepada anggota kelompok tani dengan harga Rp 6000 per liter.

(a) (b)

Gambar 9. (a) Penggorengan Kerupuk Jeruju (b) Penirisan Minyak Kerupuk Jeruju

7. Pengemasan

Sebelum dilakukan pengemasan, terlebih dahulu kerupuk ditimbang sebanyak 100 g per kemasan. Dalam sekali produksi dengan bahan baku 4 kg menghasilkan 52 bungkus kerupuk jeruju, berarti 52 bungkus kerupuk menghasilkan 5,2 kg/ sekali produksi. Kemudian plastik direkatkan dengan menggunakan mesin rensener. Mesin rensener yang ada di Kelompok Tani Muara Tanjung hanya ada 1 buah mesin rensener dalam proses produksi. 1 kg adonan

kerupuk jeruju yang dibuat dapat menghasilkan kerupuk jeruju sebanyak 13 bungkus.

(a) (b)

Gambar 10. (a) Penimbangan Kerupuk Jeruju (b) Perekatan Plastik dengan Mesin Rensener

b. Pembuatan Teh Jeruju

1. Pengambilan Daun

Daun jeruju di ambil di sepanjang bantaran muara sungai di Desa Sei Nagalawan dengan cara mengambil bagian pucuk tanaman jeruju dengan menggunakan pisau. Biasanya dalam sekali produksi ibu-ibu Kelompok Tani Muara Tanjung mengambil daun jeruju sebanyak 4 kg dalam sekali produksi. Daun jeruju yang dipilih yaitu daun yang masih muda dan berwarna hijau cerah. Daun jeruju yang masih mudah dipilih karena kandungan getah yang sedikit.

2. Pemotongan Jeruju

Daun jeruju yang telah diambil kemudian dibersihkan dari duri dan kemudian daun jeruju dicuci dan dipotong menjadi irisan tipis dengan menggunakan pisau dan gunting.Selain daun jeruju, daun pandan juga dibersihkan dan dipotong menjadi irisan tipis. Daun pandan dipakai untuk menambah aroma dari teh ketika disiram dengan air panas.Jumlah daun pandan yang dipakai yaitu sebanyak 100 g untuk 1kg daun jeruju basah.

(a) (b)

Gambar 12. (a) Pemotongan Daun Jeruju dan Daun Pandan (b) Pencucian Daun Jeruju

3. Penyangraian Teh Jeruju

Daun Jeruju dan daun pandan yang telah dibersihkan, kemudian ditimbang sebanyak 100 g daun pandan untuk 1 kg daun jeruju basah. Daun yang telah ditimbang, kemudian daun jeruju dan pandan dicampur menjadi satu. Penyangraian merupakan proses yang memakan waktu lama yaitu ± 2 jam, dalam pembuatannya harus selalu disangrai agar teh kering merata dan tidak gosong. Penyangraian dilakukan di dalam wajan dengan menggunakan api sedang, setelah disangrai kemudian teh didiamkan sebentar dengan tujuan untuk mendinginkan teh.

(a) (b)

Gambar 13. (a) Penimbangan Daun Jeruju dan Pandan (b) Penyangraian Teh Jeruju

4. Pengemasan

Daun jeruju yang telah disangraiakan berwarna cokelat kehitaman. Setelah itu teh jeruju ditimbang ukuran 30 g dan dibungkus dengan kemasan plastik kecil. Setelah itu teh dimasukkan ke dalam kotak kemasan dengan kertas kecil berisi keterangan manfaat dari teh jeruju. Kemasan yang digunakan dibuat menarik dengan konsep membeli teh jeruju berarti telah membantu dalam pelestarian hutan mangrove, sehingga dengan konsep tersebut dapat menarik konsumen untuk membeli.1 kg jeruju basah yang disangrai akan menghasilkan 300 g jeruju kering. Teh jeruju kering 300 g dapat menghasilkan 10 bungkus teh jeruju siap jual.

(a) (b)

Secara sederhana, proses pengolahan bahan baku daun jeruju menjadi kerupuk jeruju dan teh jeruju dapat digambarkan melalui bagan alur pada Gambar 15 dan 16:

a. Kerupuk Jeruju

Gambar 15. Bagan Alur Proses Pengolahan Daun Jeruju Menjadi Kerupuk

Pengambilan daun

Pemotongan daun jeruju

Penghalusan daun dan bumbu

Pengulenan adonan

Penggorengan Pencetakan adonan

b. Teh Jeruju

Gambar 16. Bagan Alur Proses Pengolahan Daun Jeruju Menjadi Teh

Analisis Finansial Agroindustri Olahan Daun Jeruju

Analisis finansial digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya pengolahan daun jeruju menjadi berbagai produk olahan yang dilakukan di Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 (tiga), Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Berikut analisis finansial yang telah dilakukan pada agroindustri pengolahan daun jeruju tersebut.

Biaya Produksi dan Pendapatan

Besarnya biaya produksi dilakukan untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi pengolahan daun jeruju. Perhitungan setiap

Pengambilan daun

Pemisahan daun dari duri

Pemotongan daun jeruju dan pandan

Penyangraian

olahan daun jeruju dapat dilihat pada Lampiran 1. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah nilainya tergantung pada jumlah produksi kerupuk dan teh, seperti : biaya bahan baku (daun jeruju), dan biaya bahan tambahan, gas, tepung terigu, bawang putih, ketumbar, garam, gula pasir, daun pandan, kemasan/tempat, transportasi serta upah tenaga kerja. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang jumlah nilainya tidak tergantung pada jumlah produksi dari kerupuk dan tehyaitu berupa biaya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat, dan pemeliharaan peralatan dan bangunan.

Biaya total diperoleh dari penjumlahan biaya tetap total dan biaya variabel dalam satu kali produksi. Penerimaan total diperoleh dari volume produksi dalam satu kali produksi dikalikan dengan harga jual. Sedangkan pendapatan total dihasilkan dari pengurangan penerimaan dengan biaya total produksi. Adapun rincian biaya yang dikeluarkan dapat ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5.Biaya dan Pendapatan Pengolahan Daun Jeruju Menjadi Kerupuk Jeruju Desa Sei Nagalawan, Dusun 3 (tiga), Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

Uraian Nilai Persentase

Biaya Tetap Total (Rp) 69.135 25,9% Biaya Variabel Total (Rp) 197.800 74,1%

Biaya Total (Rp) 266.935 100%

Volume/Bungkus 52 Harga (Rp/Bungkus) 6.000 Penerimaan (Rp) 314.000

Pendapatan (Rp) 47.065

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa biaya variabel mendominasi dalam struktur biaya produksi total dalam pengolahan daun jeruju menjadi kerupuk. Hal ini dipengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan untuk terutama dalam penggunaan bahan pendukung utama seperti minyak makan, tepung terigu,

bawang putih, ketumbar, kemasan, tenaga kerja.transportasi, dan gas sebagai bahan bakar(Lampiran 1).

Penerimaan yang diperoleh dari hasil produksi kerupuk jeruju adalah sebesar Rp 314.000,- per produksi, yang merupakan hasil penjualan kerupuk sebanyak 52 bungkus dengan harga Rp 6.000,- per bungkus dan minyak makan sisa sebanyak 2 liter dengan harga Rp 6.000,- per liter . Sedangkan besaranya pendapatan yang diperoleh dalam 52 bungkus daun jeruju setelah dikurangi dengan biaya produksi sebesar Rp266.935,- adalah sebesar Rp 47.065,-. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengolahan daun jeruju menjadi kerupuk layak untuk dilakukan.

Tabel 6.Biaya dan Pendapatan Pengolahan Daun Jeruju Menjadi Teh Jeruju di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

Uraian Nilai Persentase Biaya Tetap Total (Rp) 51.164 27,4% Biaya Variabel Total (Rp) 135.400 72,6% Biaya Total (Rp) 186.564 100% Volume/Bungkus 40

Harga (Rp/Bungkus) 10.000 Penerimaan (Rp) 400.000 Pendapatan (Rp) 213.436

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa biaya variabel mendominasi dalam struktur biaya produksi total dalam pengolahan daun jeruju menjadi Teh. Hal ini dipengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan untuk melancarkan proses produksi pengolahan daun jeruju seperti tenaga kerja, kemasan, transportasi, dan gas sebagai bahan bakar (Lampiran 2).

Penerimaan yang diperoleh dari hasil produksi teh jeruju adalah sebesar Rp 400.000,- per produksi. Sedangkan besaranya pendapatan yang diperoleh dalam 40 bungkus teh jeruju setelah dikurangi dengan biaya produksi sebesar

Rp 186.564,- adalah sebesar Rp 213.436,-. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengolahan daun jeruju menjadi teh jeruju layak untuk dilakukan.

Untuk menghitung biaya tetap dibutuhkan biaya penyusutan alat

(depresiasi). Depresiasi adalah penurunan nilai dari aset/ harta perusahaan yang

Dokumen terkait