• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Kelompok Wanita Tani dan Lokasi Penelitian

Sawo merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat Kuantan Singingi khususnya yang berada di Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang. Selama bertahun-tahun buah sawo dijual oleh masyarakat dalam bentuk segar ke sejumlah pasar tradisional seperti pasar Teluk Kuantan, pasar Lubuk Jambi, dan lain-lain serta pedagang yang membeli langsung ke rumah-rumah warga. Melihat jumlah produksi sawo yang cukup besar di dua kecamatan tersebut (Lampiran 2), pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi melalui Dinas Tanaman Pangan berinisiatif untuk membuat inovasi dari buah sawo dengan mengolah sawo menjadi produk turunan seperti sirup, minuman segar, selai, dodol, dan manisan.

Untuk merealisasikan rencana tersebut, pada awal bulan Juni 2013 dikirim dua orang pemandu dari Kecamatan Kuantan Hilir (Ibu Ita) dan dari Kecamatan Kuantan Hilir Seberang (Ibu Sias) untuk mengikuti pelatihan pengolahan sawo pada perusahaan CV. D&D Indonesia yang berada di daerah Jakarta Barat. Tindak lanjut dari pelatihan tersebut, Dinas Tanaman Pangan mengadakan sosialisasi dan pelatihan pemasaran dan promosi produk dari buah sawo kepada masyarakat pada

akhir bulan Juni 20138. Setelah dilakukan sosialisasi dan pelatihan, Unit

Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Tanaman Pangan beserta penyuluh lapang Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang mulai melakukan pembentukan kelompok usaha di masing-masing kecamatan. Bulan April 2014 terbentuklah empat kelompok wanita tani (KWT) yang melakukan usaha pengolahan sawo. KWT Seroja dan KWT Dua Saudara berada di Kecamatan Kuantan Hilir dan dua kelompok lainnya yaitu KWT Aur Kuning dan KWT Teratai Indah berada di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang. Anggota kelompok adalah ibu rumah tangga dengan jumlah 10 orang tiap kelompok. Pemilihan anggota berdasarkan penilaian pribadi dari motivasi dan keinginan untuk berkegiatan di kelompok. Dari ke empat kelompok, kelompok wanita tani (KWT) Teratai Indah adalah kelompok yang paling aktif dengan ketua kelompok bernama Herna Dewita. KWT Teratai Indah terus berinovasi dalam mengolah sawo. Selain sirup dan minuman segar yang sudah ada permintaannya, saat ini

8

http://kemasanukm.com/news/65/Pelatihan-Pemasaran-dan-Promosi-Produk-Dari-Buah-Sawo- Dinas-Tanaman-Pangan-Kab-Kuantan-Singingi [diakses tanggal 4 Maret 2015]

kelompok sedang mengembangkan makanan tradisional berbahan sawo yaitu galamai/dodol sawo, kerupuk sawo, dan keripik sawo.

Kabupaten Kuantan Singingi adalah 1 dari 12 kabupaten kota yang ada di Provinsi Riau. Kabupaten Kuantan Singingi pada awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Indragiri Hulu, namun setelah dikeluarkannya Undang-undang Nomor 53 tahun 1999, Kabupaten Indragiri Hulu dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Indragiri Hulu dengan Ibu Kotanya berkedudukan di Rengat dan Kabupaten Kuantan Singingi dengan Ibu Kotanya berkedudukan di Teluk Kuantan. Kabupaten Kuantan Singingi secara geografis, geoekonomi dan geopolitik terletak pada jalur tengah lintas sumatera dan berada dibagian selatan Propinsi Riau, yang mempunyai peranan yang cukup strategis sebagai simpul perdagangan untuk menghubungkan daerah produksi dan pelabuhan, terutama pelabuhan kuala enok. Dengan demikian Kabupaten Kuantan Singingi mempunyai peluang untuk mengembangkan sektor-sektor pertanian secara umum, perdagangan barang dan jasa, transportasi dan perbankkan serta pariwisata.

Analisis Kelayakan Non Finansial (Kondisi Aktual) Aspek Pasar dan Pemasaran

Analisis aspek pasar dan pemasaran memegang peran yang sangat penting sebelum memulai bisnis karena sumber pendapatan utama dari usaha yang akan dijalankan berasal dari penjualan produk yang dihasilkan. Hasil analisis aspek pasar akan menggambarkan bagaimana potensi pasar sirup sawo. Sedangkan analisis aspek pemasaran akan menjelaskan strategi pemasaran agar produk sirup sawo yang dihasilkan dapat sampai ke konsumen sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen.

1. Potensi pasar

Makanan dan minuman merupakan barang konsumsi yang

permintaannya terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Peningkatan konsumsi juga dipengaruhi oleh pendapatan dan selera konsumen yang terus berubah. Selain itu adanya perayaan hari-hari besar keagamaan misalnya puasa ramadhan, hari raya idul fitri, hari raya idul adha, natal dan tahun baru juga menyebabkan peningkatan jumlah konsumsi masyarakat. Berdasarkan data Bank Indonesia pada Juni dan Juli tahun 2013 yaitu bertepatan dengan bulan ramadhan, konsumsi produk makanan dan minuman mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari 6.3% pada Mei 2013 menjadi dua kali lipatnya pada bulan Juni 2013 yaitu menjadi sebesar

12.6%9. Fenomena meningkatnya konsumsi masyarakat pada bulan ramadhan

merupakan fenomena konsumtif musiman misalnya untuk produk sirup dan minuman kemasan. Perubahan perilaku konsumsi inilah yang meningkatkan konsumsi makanan dan minuman 2-3 kali lipat.

Perilaku konsumtif ini berbeda di bulan-bulan lain misalnya untuk pembelian sirup. Untuk mengetahui perilaku konsumen dalam mengonsumsi sirup dilakukan survei yang melibatkan 70 responden dengan karakteristik yang terlihat pada Tabel 6.

9

Amelita. 2014. Memanfaatkan Peluang Perubahan Perilaku Musiman Konsumen.

http://frontier.co.id/memanfaatkan-peluang-perubahan-perilaku-musiman-konsumen.html [diakses November 2014]

Tabel 6 Karakteristik konsumen dalam pembelian sirup per bulan

Keterangan Jumlah

(orang)

Persentase (%)

Rentang usia (tahun):

20 – 25 26 – 35 36 – 45 46 – 55 7 31 21 11 10% 44% 30% 16% Jenis kelamin: Pria Wanita 28 42 40% 60% Status pernikahan: Menikah Belum menikah 59 11 84% 16% Pendidikan terakhir: SMA Diploma/Akademi S1 S2/S3 13 8 42 7 18% 11% 60% 10% Pekerjaan: PNS Wiraswasta Pegawai honorer 39 10 21 56% 14% 30%

Pendapatan per bulan:

<Rp500 000 Rp500 000 – Rp1 000 000 Rp1 000.000 – Rp2 500 000 Rp2 500 000 – Rp5 000 000 > Rp5 000 000 2 7 25 27 9 3% 10% 36% 39% 13%

Pengeluaran untuk konsumsi per bulan: < Rp500 000 Rp500 000 – Rp1 000 000 Rp1 000 000 – Rp1 500 000 Rp1 500 000 – Rp2 000 000 Rp2 000 000 – Rp2 500 000 > Rp2 500 000 4 4 11 23 10 18 6% 6% 16% 33% 14% 26% Hasil survei menunjukkan, sebanyak 54 responden (77%) membeli sirup 1 kali dalam sebulan, 10 responden (14%) 2-3 kali dalam sebulan, dan 6 responden (9%) membeli sirup lebih dari 3 kali dalam sebulan. Adapun rasa sirup yang menjadi pilihan responden, sebanyak 37 responden (53%) memilih sirup rasa jeruk, 19 responden (27%) memilih sirup rasa cocopandan, 8 responden (11%) memilih sirup rasa leci, 4 responden (6%) memilih sirup rasa melon, dan 2 responden (3%) memilih sirup rasa mangga. Dari pilihan rasa tersebut, yang menjadi pertimbangan responden untuk membeli adalah rasa yang disukai sebanyak 65 responden (93%), harga sirup yang terjangkau sebanyak 4 responden (6%), dan kemudahan dalam mendapatkan sirup sebanyak 1 responden (1%).

Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau memproduksi sirup sawo dari bahan buah asli. Produk ini baru dikembangkan awal tahun 2014, namun belum dipasarkan secara luas karena masih dalam proses perizinan produk. Untuk menilai apakah produk sirup sawo yang dihasilkan sesuai dengan harapan konsumen, dilakukan survei yang melibatkan 70 responden. Penilaian produk berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari 11 atribut produk sirup sawo yaitu rasa manis, rasa khas buah sawo, aroma buah sawo, warna sirup sawo, volume produk, desain kemasan, bentuk kemasan, label halal MUI, izin Dinkes/BPOM, kejelasan tanggal kadaluarsa, dan informasi nilai gizi. Hasil penilaian konsumen untuk masing masing atribut diolah menggunakan

metode Importance and Performance Analysis (IPA) dan hasilnya dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil perhitungan Importance and Performance Analysis

No Atribut produk Nilai

Kepentingan Nilai Kinerja Rata -rata Kepentingan (Y) Kinerja (X) 1 Rasa manis 274 277 3.91 3.96

2 Rasa khas sawo 303 259 4.30 3.70

3 Aroma buah sawo 286 233 4.09 3.33

4 Warna sirup sawo 260 252 3.71 3.60

5 Volume produk 278 223 3.97 3.19

6 Desain kemasan 300 255 4.29 3.64

7 Bentuk kemasan 298 278 4.26 3.97

8 Label Halal MUI 338 140 4.83 2.00

9 Izin Depkes/BPOM 340 140 4.86 2.00

10 Kejelasan tanggal

kadaluarsa 343 140 4.90 2.00

11 Informasi nilai gizi 329 140 4.70 2.00

Total rata-rata 4.35 3.04

Hasil penilaian konsumen terhadap atribut produk sirup sawo

selanjutnya digambarkan ke dalam diagram cartesius untuk menunjukkan

atribut-atribut yang perlu diperbaiki, diprioritaskan dan dipertahankan oleh KWT Teratai Indah. Nilai rata-rata kepentingan dan nilai rata-rata kinerja tiap atribut menjadi titik-titik plotting pada diagram cartesius dengan garis tengah sumbu X adalah 3.04 dan garis tengah sumbu Y adalah 4.35. Diagram

cartecius hasil Importance and Performance Analysis dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Diagram cartesius IPA atribut produk sirup sawo Keterangan:

1. Rasa manis 7. Bentuk kemasan

2. Rasa khas buah sawo 8. Label halal MUI

3. Aroma buah sawo 9. Izin Dinkes/BPOM

4. Warna sirup sawo 10. Kejelasan tanggal kadaluarsa

5. Volume produk/ukuran saji 11. Informasi nilai gizi

6. Desain kemasan

1) Kuadran I (Prioritas utama)

Atribut yang berada pada kuadran I merupakan atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi namun kinerjanya belum sesuai dengan keinginan konsumen. Atribut-atribut ini sangat penting dan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen akan produk sirup sawo. Pihak KWT Teratai Indah perlu memperhatikan dan memperbaiki atribut pada kuadran ini agar tidak mengecewakan harapan konsumen. Adapun atribut tersebut adalah label halal MUI, izin Dinkes/BPOM, kejelasan tanggal kadaluarsa, dan informasi nilai gizi.

Label halal MUI belum tercantum dikemasan sirup sawo karena belum dilakukan pengurusan izin produk halal ke pihak MUI. Namun demikian pihak KWT Teratai Indah menjamin bahwa bahan baku pembuatan sirup sawo berasal dari produk halal sehingga tidak perlu ragu soal kehalalan produk. Akan tetapi atribut ini perlu diperbaiki oleh KWT Teratai Indah agar dapat memenuhi harapan konsumen. Pada label kemasan sudah dibuat tabel bulan dan tahun kadaluarsa produk, tetapi produk sirup sawo belum dilakukan pengujian lebih lanjut terkait kadaluarsa sehingga masih dikosongkan. Atribut ini perlu menjadi prioritas KWT Teratai Indah untuk diperbaiki agar kualitas sirup sawo terjamin.

Produk sirup sawo sudah mendapatkan sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (SP-PIRT) dan hasil uji laboratorium untuk informasi nilai gizi pada bulan Oktober 2014. Karena label sirup sawo yang digunakan saat ini masih label lama sehingga belum tercantum nomor P-IRT dan informasi nilai gizi. Hal tersebut harus diperbaiki oleh pihak KWT Teratai Indah agar produk sirup sawo dapat memenuhi harapan konsumen akan produk yang aman dan bermanfaat.

2) Kuadran IV (Berlebihan)

Atribut yang berada pada kuadran IV dianggap kurang penting oleh konsumen namun pelaksanaannya berlebihan. Hal ini berarti atribut ini tidak terlalu dipertimbangkan konsumen bahkan hasilnya sangat memuaskan. Atribut-atribut tersebut adalah rasa manis, rasa khas buah sawo, aroma buah sawo, warna sirup sawo, volume/ukuran saji, desain kemasan, dan bentuk kemasan.

Rasa manis sirup sawo memiliki nilai rata-rata kinerja yang lebih tinggi dibanding nilai rata-rata kepentingan. Rasa manis diperoleh dari takaran gula yang tepat dengan perbandingan 1:1 sehingga diperoleh sirup sawo dengan rasa yang sesuai dengan harapan konsumen. Atribut ini memiliki kinerja yang sangat baik bagi konsumen, sehingga pihak KWT Teratai Indah tidak memerlukan perbaikan pada atribut ini. Warna sirup sawo yang memiliki nilai rata-rata kepentingan yang tinggi dan kinerja yang tinggi dimana tingkat kinerja dan tingkat kepentingan memiliki nilai yang hampir sama. Hal tersebut artinya atribut warna sirup sawo sudah sesuai dengan persepsi konsumen sehingga tidak memerlukan perbaikan.

Rasa khas buah sawo dan aroma buah sawo sama-sama memiliki nilai rata-rata kinerja yang lebih rendah dari nilai rata-rata kepentingan. Hal tersebut tidak menjadi permasalahan bagi pihak KWT Teratai Indah karena atribut tersebut justru mendekati kuadran lainnya. Rasa khas buah sawo mendekati kuadran II yaitu pertahankan prestasi yang artinya atribut ini dinilai cukup mewakili persepsi konsumen. Sehingga dengan sedikit perbaikan diharapkan rasa khas buah sawo dapat memenuhi kepuasan konsumen. Begitu juga dengan aroma buah sawo yang mendekati kuadran III yaitu prioritas rendah yang artinya calon konsumen cenderung mengabaikan atribut ini sehingga pihak KWT Teratai Indah tidak terlalu memprioritaskan perbaikan pada atribut ini.

Ukuran saji, desain kemasan dan bentuk kemasan memiliki nilai rata- rata kinerja yang cukup tinggi meskipun masih di bawah nilai rata-rata kepentingan. Hasil survei kepada konsumen menilai bahwa desain kemasan sudah menarik dengan bentuk kemasan botol plastik PET ukuran 360 mili liter yang praktis untuk dibawa. Dengan sedikit perbaikan oleh pihak KWT Teratai Indah diharapkan kedua atribut tersebut dapat bergeser ke kuadran II sehingga tingkat kepuasan konsumen meningkat.

Setelah menilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja masing masing atribut produk, selanjutnya perlu diketahui tingkat kepuasan konsumen secara keseluruhan dari atribut produk. Dengan mengetahui tingkat kepuasan konsumen sirup sawo, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kinerja dari KWT Teratai Indah. Pengukuran kepuasan

hasil penilaian rata-rata kepentingan dan rata-rata kinerja pada metode

Importance and Performance Analysis (IPA). Hasil perhitungan CSI dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) sirup sawo

No. Atribut Produk Rata-rata

WF WS

Kepentingan Kinerja

1 Rasa manis 3.91 3.96 0.082 0.342

2 Rasa khas sawo 4.30 3.70 0.090 0.333

3 Aroma buah sawo 4.09 3.33 0.085 0.284

4 Warna sirup sawo 3.71 3.60 0.078 0.280

5 Volume produk 3.97 3.19 0.083 0.265

6 Desain kemasan 4.29 3.64 0.090 0.327

7 Bentuk kemasan 4.26 3.97 0.089 0.354

8 Label Halal MUI 4.83 2.00 0.101 0.202

9 Izin Depkes/BPOM 4.86 2.00 0.102 0.203

10 Kejelasan tanggal

kadaluarsa 4.90 2.00

0.102 0.205

11 Informasi nilai gizi 4.70 2.00 0.098 0.197

Total 1.000 2.972

CSI (%) 59.44

Hasil perhitungan Customer Saticfaction Index (CSI) adalah sebesar

59.44%. Hasil ini menunjukkan indeks kepuasaan konsumen berada tingkat

‘cukup puas’ dalam rentang 41% - 60%. Indeks kepuasaan pada produk sirup

sawo tidak lantas menunjukkan bahwa produk ini benar-benar dapat diterima oleh konsumen karena masih ada 40.56% konsumen yang merasa belum puas terhadap kinerja dari atribut produk terutama yang berada pada kuadran I. Pihak KWT Teratai Indah perlu memperbaiki atribut-atribut tersebut sehingga tingkat kepuasan konsumen akan meningkat. Akan tetapi meskipun indeks kepuasan baru mencapai 59.44%, dari hasil survei terharap 70 responden, sebanyak 54 responden (77%) menyatakan berkeinginan untuk membeli sirup sawo dengan jumlah 1-5 botol per bulan. Dengan demikian ini menjadi potensi yang harus dimanfaatkan oleh KWT Teratai Indah untuk memasarkan produk sirup sawo.

2. Strategi pemasaran

Strategi pemasaran merupakan suatu cara bagi perusahaan untuk mencapai sebuah tujuan dalam memasarkan produk yang dibuatnya sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Secara umum strategi pemasaran terdiri dari tiga tahap yaitu penetapan segmentasi pasar, penetapan pasar sasaran, dan penetapan posisi pasar.

Segmentasi pasar sirup sawo adalah wilayah Kabupaten Kuantan Singingi khususnya di Teluk Kuantan. Sebagai pusat pemerintahan Teluk Kuantan juga menjadi pusat ekonomi dan kegiatan-kegiatan besar pemerintah, salah satunya Festival Pacu Jalur yang diadakan setiap tahun. Pasar sasaran dari sirup sawo adalah para pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintahan Kabupaten Kuantan Singingi, masyarakat, dan wisatawan yang berkunjung ke Teluk Kuantan. KWT Teratai Indah memposisikan sirup sawo sebagai produk minuman dengan cita rasa khas buah sawo yang sehat dan

menyegarkan dengan kemasan yang praktis dan mudah dibawa untuk dijadikan oleh-oleh khas Kuantan Singingi.

3. Strategi bauran pemasaran

1. Strategi Produk (Product)

Sirup sawo adalah produk hasil olahan sari buah sawo. Produk ini tergolong baru dan belum ada yang mengembangkannya. Merek produk sirup sawo yaitu MINCIKU yang merupakan akronim dari minuman ciku. Ciku dalam bahasa daerah Kuantan Singingi artinya sawo. Pemilihan nama minuman ciku atau minuman sawo adalah strategi yang tepat dengan pendekatan bahasa daerah sehingga produk sirup sawo mudah untuk diterima konsumen di wilayah Kuantan Singingi.

Berdasarkan hasil analisis metode IPA, perlu dilakukan perbaikan pada beberapa atribut produk agar produk lebih disukai oleh konsumen. Atribut yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki adalah penulisan label halal, nomor izin Dinkes (SP-PIRT), tanggal kadaluarsa, dan informasi nilai gizi. Setelah atribut tersebut diperbaiki selanjutnya pihak KWT Teratai Indah perlu mempertimbangkan perbaikan pada atribut desain kemasan dan bentuk kemasan. Desain kemasan dan bentuk kemasan juga menentukan ketertarikan konsumen untuk membeli.

2. Strategi Harga (Price)

Harga sirup sawo yang ditetapkan oleh KWT Teratai Indah adalah Rp8 000 per botol. Harga ini dirasa masih sanggup dibeli oleh konsumen. Hal ini dilihat dari karakteristik responden sebanyak 75% pendapatan per

bulan di kisaran Rp1 000 000 – Rp5 000 000 dengan pengeluaran

konsumsi per bulan Rp1 000 000 – Rp2 500 000 sebanyak 63% responden.

3. Strategi Tempat (Place)

Kemudahan konsumen memperoleh suatu produk yang diinginkan sangat berpengaruh terhadap keputusan pembelian bagi konsumen. Hasil survei terhadap 70 responden, sebanyak 52 responden (74%) membeli sirup di swalayan atau mini market, dan sebanyak 18 responden (26%) membeli sirup di toko atau warung kecil. Berdasarkan hasil survei tersebut pihak KWT Teratai Indah harus bekerja sama dengan beberapa swalayan/mini market yang ada di Teluk Kuantan dan beberapa toko atau warung di kecamatan lain. Selain swalayan dan toko, pihak KWT Teratai Indah juga bisa bekerja sama dengan gerai oleh-oleh khas Riau yang ada di kota Pekan baru sebagai langkah ekspansi dimasa yang akan datang.

4. Strategi Promosi (Promotion)

Promosi merupakan kegiatan mengomunikasikan dan

memperkenalkan produk pada target pasar. Untuk produk yang sudah dikenal konsumen kegiatan promosi dapat dilakukan dengan periklanan melalui televisi atau surat kabar. Untuk produk sirup sawo yang tergolong produk baru kegiatan promosi bisa melibatkan pemerintah daerah dengan

menjadi sirup sawo sebagai minuman selamat datang (welcome drink) bagi

tamu-tamu yang berasal dari daerah lain. Selain itu juga bisa diikutsertakan dalam kegiatan pameran-pameran baik skala daerah maupun skala nasional. Kegiatan promosi lain adalah dengan memajang

sawo dijual. Dengan demikian produk sirup sawo dapat dikenal luas oleh masyarakat.

Aspek Teknis dan Teknologi

Analisis dalam aspek teknis dan teknologi meliputi pemilihan lokasi usaha, penentuan skala produksi optimal, teknologi pengolahan, proses produksi dan

layout bangunan.

1. Lokasi usaha

Tanaman sawo merupakan salah satu jenis tanaman buah yang banyak ditanam oleh masyarakat Kuantan Singingi. Dari populasi tanamam sawo sebanyak 16 006 batang, sebanyak 5 240 batang terdapat di Kecamatan Kuantan Hilir, 4 495 batang di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang dan sisanya 6 271 batang menyebar di 13 Kecamatan lainnya (Distangan 2013). Tanaman sawo adalah tanaman buah yang tidak mengenal musim. Kondisi buah yang tidak berbuah secara bersamaan membuat buah sawo selalu tersedia di pohon. Menurut wawancara dengan Penyuluh Lapang di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang, dalam satu batang tanaman sawo bisa menghasilkan rata-rata 4-5 kg buah sawo per minggu. Artinya dalam satu bulan satu batang tanaman sawo bisa menghasilkan rata-rata 16-20 kg buah sawo. Dari 14 (empat belas) desa yang terdapat di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang rata-rata mampu menghasilkan buah sawo segar 1 500 kg per bulan. Hampir seluruh hasil panen saat ini dijual dalam bentuk buah segar di beberapa pasar tradisional seperti pasar Peranap, pasar Teluk Kuantan dan pasar Lubuk Jambi.

Melihat potensi yang dimiliki oleh Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang sebagai daerah penghasil buah sawo terbanyak, pemerintah daerah melalui Dinas Tanaman Pangan menetapkan Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang sebagai lokasi untuk kegiatan usaha pengolahan sawo karena alasan ketersediaan bahan baku yang cukup memadai. Kegiatan pengolahan sawo salah satunya dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani Teratai Indah yang terletak di Desa Koto Rajo Kecamatan Kuantan Hilir Seberang Kabupaten Kuantan Singingi. Desa Koto Rajo khususnya dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang umumnya telah memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung jalannya usaha seperti tersedianya sarana transportasi berupa jalan desa yang di aspal, tersedianya jaringan listrik, sumber air dari sumur galian maupun

sumur bor dan prasarana komunikasi berupa tower telepon selular yang

menjangkau hingga ke desa-desa. Selain itu jarak lokasi usaha ke pasar Kecamatan Kuantan Hilir Seberang tidak jauh hanya berjarak 500 m, sehingga distribusi baik bahan baku maupun barang hasil produksi lebih dekat dan biaya transportasi yang dikeluarkan tidak besar. Namun jika ingin di jual ke ibukota kabupaten dibutuhkan biaya distribusi yang lebih besar karena jaraknya yang cukup jauh.

2. Pemilihan mesin peralatan

Proses produksi sirup sawo yang dilakukan oleh KWT Teratai Indah masih menggunakan alat produksi yang sederhana dan mengandalkan tenaga manusia. Untuk menghaluskan buah sawo, KWT Teratai Indah menggunakan

kemudian diperas menggunakan saringan kain tipis untuk mendapatkan sari buahnya. Untuk proses pencucian, pengupasan dan pemasakan digunakan alat seperti: pisau, baskom, kompor gas, panci stainlis, dan lain-lain. Demikian juga untuk pembotolan dan pelabelan masih dilakukan secara manual dan mengandalkan tenaga manusia.

3. Skala Produksi

Skala produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Kegiatan produksi di KWT Teratai Indah saat ini dilakukan jika ada pesanan dari konsumen. Kemampuan produksi saat ini rata-rata per bulan sebanyak 35 kg untuk menghasilkan 200 botol sirup sawo. Setelah dilakukan perhitungan dari aspek finansial, kapasitas produksi tersebut belum mampu menutupi biaya pengeluaran yang terdiri dari biaya investasi, biaya tetap dan biaya operasional. Dapat dikatakan bahwa usaha pengolahan sirup sawo ini mengalami kerugian dan tidak layak diusahakan. Untuk bisa menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan, pihak KWT Teratai Indah perlu meningkatkan kapasitas produksi di atas skala minimum 86 kg per bulan. Dengan demikian usaha pengolahan sirup sawo tersebut layak untuk dijalankan.

4. Proses Produksi

Proses produksi sirup sawo terdiri dari 6 tahapan yaitu: penyortiran, pengupasan, perebusan, pembuburan dan penyaringan sari buah, pemasakan,

Dokumen terkait