• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SIRUP

SAWO PADA KELOMPOK WANITA TANI TERATAI INDAH

DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU

HARDIAN NUGRAHA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Hardian Nugraha

NIM H34124050

_________________________

(4)
(5)

ABSTRAK

HARDIAN NUGRAHA. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Dibimbing oleh SITI JAHROH.

Sawo merupakan buah tropis yang telah lama dikenal dan banyak ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kecamatan Kuantan Hilir Seberang, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau merupakan salah satu daerah penghasil sawo dan menjadi pionir usaha pengolahan sirup sawo. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan usaha pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Teratai Indah berdasarkan aspek non finansial dan aspek finansial. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis sensitivitas terhadap perubahan kondisi usaha

menggunakan analisis switching value. Hasil penelitian menunjukkan semua

kriteria pada aspek non finansial dinyatakan layak kecuali skala produksi. Aspek finansial pada kondisi aktual tidak layak untuk dijalankan sedangkan pada rencana pengembangan layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kondisi penurunan jumlah produksi lebih sensitif dibanding kenaikan harga sawo dan gula terhadap kelayakan usaha pengolahan sirup sawo.

Kata kunci: aspek finansial, aspek non finansial, nilai pengganti, sirup sawo

ABSTRACT

HARDIAN NUGRAHA. Feasibility Analysis of Business Sapodilla Syrup Processing at Women Farmers Group Teratai Indah in Kuantan Singingi District, Riau Province. Supervised by SITI JAHROH.

Sapodilla is tropical fruit that has been long known and widely grown in almost all areas of Indonesia. Kuantan Hilir Seberang Sub-district, Kuantan Singingi District, Riau Province is one of the producing regions of sapodilla and becomes a pioneer in sapodilla syrup processing enterprises. The purpose of this research is to analyze business feasibility in Women Farmers Group (KWT) Teratai Indah based on financial and non financial aspects. Moreover, this research also analyzes sensitiveness on business changes using switching value analysis. The result showed that all the criteria on the non financial aspects was feasible except the scale of production. Financial aspects of the actual condition was not feasible, while the development plan was feasible. The sensitivity analysis showed that the reduction in the number of production condition was more sensitive than the price increase of sapodilla and sugar.

(6)
(7)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SIRUP

SAWO PADA KELOMPOK WANITA TANI TERATAI INDAH

DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU

HARDIAN NUGRAHA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau

Nama : Hardian Nugraha

NIM : H34124050

Disetujui oleh

Siti Jahroh, PhD Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala

karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah studi kelayakan bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sirup Sawo pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Siti Jahroh, PhD selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen evaluator atas koreksi pada proposal penelitian penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi dan Anita Primaswari Widhiani, SP, MSi selaku dosen penguji utama dan dosen penguji komisi pendidikan pada ujian skripsi penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ahmad Hilman Dzul Ilmi selaku pembahas dalam seminar penulis, Syoffinal, SP selaku Kepala Bidang Bina Usaha dan Pemasaran Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan Singingi beserta staf, Bapak Ade Dahlan selaku Kepada Unit Pelaksana Teknis Dinas Tanaman Pangan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang, Ibu Laila selaku Penyuluh Lapang, Ibu Herna Dewita selaku Ketua Kelompok Wanita Tani Teratai Indah, dan Ibu Sutina selaku Ketua Gapoktan Harapan Kita, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf kependidikan program Alih Jenis Agribisnis, Ayahanda Irbandri, Ibunda Rini Widhiastuti, Kakanda Andika Rahayu Susanti serta teman-teman Alih Jenis Agribisnis angkatan 3 (tiga) atas kerja sama, motivasi, doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Analisis Nilai Pengganti ( Switching Value Analysis) 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 23

Gambaran Umum Kelompok Wanita Tani dan Lokasi Penelitian 23

Analisis Kelayakan Non Finansial (Kondisi Aktual) 24

Rangkuman Hasil Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial (Kondisi

(14)

Rangkuman Hasil Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial (Rencana

Pengembangan) 45

Analisis Finansial (Rencana Pengembangan) 46

Incremental Net Benefit 51

SIMPULAN DAN SARAN 51

Simpulan 51

Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 52

LAMPIRAN 55

DAFTAR TABEL

1 Produk domestik bruto industri pengolahan atas dasar harga berlaku 1

2 Produksi sawo, jambu biji, jeruk, dan nenas Indonesia 2009-2013 2

3 Rincian jenis dan sumber data 16

4 Skor penilaian tingkat kinerja dan tingkat kepentingan 18

5 Pedoman observasi aspek teknis dan teknologi 20

6 Karakteristik konsumen dalam pembelian sirup per bulan 25

7 Hasil perhitungan Importance and Performance Analysis 26

8 Hasil perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) sirup sawo 29

9 Rangkuman penilaian kelayakan usaha pengolahan sawo MINCIKU 36

10 Perkiraan produksi dan pendapatan penjualan sirup sawo 39

11 Rincian nilai sisa barang investasi 39

12 Rincian biaya investasi dan penyusutan per tahun 40

13 Rincian biaya operasional 41

14 Kriteria kelayakan investasi usaha pengolahan sirup sawo 42

15 Perkiraan produksi dan pendapatan penjualan sirup sawo 47

16 Rincian nilai sisa barang investasi (rencana pengembangan) 47

17 Rincian biaya investasi dan penyusutan per tahun 48

18 Rincian biaya operasional (rencana pengembangan) 49

19 Kriteria kelayakan investasi usaha pengolahan sawo 50

20 Nilai switching value usaha pengolahan sawo 50

21 Incremental Net Benefit usaha pengolahan sawo KWT Teratai Indah 51

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan antara NPV dan IRR 13

2 Kerangka pemikiran operasional 15

3 Diagram cartesius Importance and Performance Analysis 18

4 Diagram cartesius IPA atribut produk sirup sawo 27

5 Diagram alir proses produksi sirup sawo MINCIKU 33

6 Struktur organisasi Kelompok Wanita Tani Teratai Indah 34

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Produksi sawo menurut provinsi seluruh Indonesia 2009-2013 55

2 Jumlah produksi dan jumlah tanaman sawo di Kabupaten Kuantan Singingi

Provinsi Riau 2008-2013 56

3 Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai

Indah pada skala minimum 86 kg per bulan 57

4 Laporan laba rugi usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai

Indah (kondisi aktual) 59

5 Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai

Indah (kondisi aktual) 60

6 Laporan laba rugi usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai

Indah (rencana pengembangan) 62

7 Laporan arus kas usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani Teratai

Indah (rencana pengembangan) 63

8 Laporan arus kas pada kondisi switching value kenaikan harga sawo dan

gula (38.34%) 65

9 Laporan arus kas pada kondisi switching value penurunan jumlah produksi

(31.23%) 67

10 Incremental net benefit usaha pengolahan sawo Kelompok Wanita Tani

Teratai Indah 69

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Agroindustri adalah kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, mengolah maupun penyedia alat dan jasa dalam proses kegiatan tersebut sehingga menghasilkan produk pertanian yang mempunyai nilai tambah dan berdaya saing tinggi. Proses kegiatan yang dilakukan dalam agroindustri mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik maupun kimiawi terhadap bahan nabati maupun hewani, pengemasan, penyimpanan serta pendistribusian. Produk hasil agroindustri tidak harus berupa produk jadi dan siap pakai, termasuk juga produk setengah jadi yang dimanfaatkan oleh sektor industri lain sebagai bahan baku. Agroindustri merupakan bagian kompleks dari industri pertanian mulai dari produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen.

Industri pengolahan khususnya industri makanan dan minuman saat ini berkembang pesat. Kontribusi industri makanan dan minuman (termasuk tembakau) secara kumulatif pada periode Januari-September 2014 terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tanpa migas sebesar 36.85% dengan angka

pertumbuhan tertinggi pada cabang industri tanpa migas mencapai 8.80%1. Jika

melihat dari angka Produk Domestik Broto (PDB) dalam kurun waktu 2012 - 2014, industri makanan dan minuman terus mengalami peningkatan (Tabel 1). Peningkatan ini berdampak positif terhadap pendapatan nasional terutama dari kontibusi penerimaan devisa melalui ekspor mencapai 1.64 miliar dolar AS, peningkatan nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar 7.95%, dan peningkatan nilai investasi Penanaman Modal Asing (PMA)sebesar

71.34% dibanding tahun 20131.

(18)

Industri pengolahan yang merupakan bagian dari agroindustri adalah kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu produk hasil industri yang permintaannya terus meningkat terutama pada perayaan hari-hari besar seperti puasa dan hari raya adalah sirup2. Sirup adalah cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa udara (Sediadi dan Esti 2000). Saat ini banyak berkembang industri pembuatan sirup baik skala besar seperti sirup merek ABC, Marjan, Kurnia, maupun skala rumah tangga seperti sirup markisa, sirup buah pala, dan sirup jeruk nipis peras. Pembuatan sirup dapat menggunakan buah asli maupun dengan essen rasa buah tertentu.

Salah satu jenis buah yang dapat dikembangkan menjadi sirup adalah sawo. Sawo merupakan tanaman buah tropis yang telah lama dikenal dan banyak ditanam hampir di seluruh Indonesia. Secara nasional, total produksi buah sawo masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan produksi buah-buahan lain (Tabel 2). Hal ini disebabkan belum adanya pengusahaan tanaman sawo secara komersial, sehingga masih mengandalkan hasil panen sawo yang di tanam di pekarangan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Berbeda dengan daerah asalnya Guatemala (Amerika Tengah) dan beberapa negara lain seperti India, Srilangka, Filipina, dan Venezuela yang sudah membudidayakan buah sawo

secara komersial3. Menurut data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik dalam

kurun waktu 2009-2013, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Lampung, dan Provinsi Sumatera Barat merupakan daerah yang tercatat menghasilkan sawo dalam jumlah yang cukup banyak dengan total produksi masing-maisng 93 293 ton, 67 649 ton dan 56 514 ton.

Tabel 2 Produksi sawo, jambu biji, jeruk, dan nenas Indonesia 2009-2013

Tahun Jumlah Produksi (ton) persen. Selain gula, daging buah sawo juga terkandung lemak; protein; vitamin A, B, dan C; besi, kalsium, fosfor dan mineral lainnya. Salah satu mineral lainnya

Astawan M. 2010. Buah Sawo Baik untuk Jantung.

(19)

yang baik adalah kalium, yaitu 193 mg/100 g serta memiliki kadar natrium yang rendah, yaitu 12 mg/100 g. Perbandingan kandungan kalium dan natrium yang mencapai 16:1 menjadikan sawo sangat baik untuk jantung dan pembuluh darah. Selain kaya kalium, sawo juga mengandung sejumlah mineral penting lainnya. Kandungan mineral lainnya per 100 gram buah sawo adalah: kalsium (21 mg), Manfaat lain tanaman sawo yakni sebagai tanaman penghijauan di lahan-lahan kering dan kritis, tanaman hias dalam pot dan apotik hidup bagi keluarga, tanaman penghasil getah untuk bahan baku industri permen karet, dan tanaman penghasil kayu yang sangat bagus untuk pembuatan perabotan rumah tangga (Prihatman 2000). Ditinjau dari manfaat yang diperoleh dari tanaman sawo ini, baik manfaat dari hasil buahnya ataupun manfaat lain dari tanaman sawo dapat disimpulkan bahwa tanaman sawo memiliki nilai ekonomi yang patut diperhitungkan. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan nilai ekonomi dari hasil buah sawo adalah pengolahan sawo menjadi produk turunan seperti sirup, selai, minuman segar dan lain-lain. Kegiatan pengolahan merupakan suatu cara untuk meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang masa simpan produk pertanian yang umumnya

bersifat perishable atau mudah rusak/busuk. Pemanfaatan produk pertanian

sebagai bahan baku produk olahan pada industri makanan dan minuman baik skala besar maupun rumah tangga akan mempunyai efek ganda yang luas, seperti peningkatan pendapatan masyarakat serta perluasan lapangan pekerjaan yang berdampak pada pertumbuhan sub sektor ekonomi lainnya dan peningkatan pajak bagi pemerintah5.

Satu-satunya daerah di Indonesia yang menjadi pionir dalam kegiatan

pengolahan sawo adalah Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau6. Menurut

data Badan Pusat Statistik 2014, Provinsi Riau menempati peringkat ke-13 dalam angka produksi sawo (Lampiran 1). Meskipun berada pada peringkat ke-13, Provinsi Riau khususnya Kabupaten Kuantan Singingi adalah satu satunya daerah

yang mengembangkan agribisnis sawo khususnya pengolahan sawo7. Tanaman

sawo merupakan jenis buah yang banyak ditanam oleh masyarakat di Kabupaten Kuantan Singingi. Data dari Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan Singingi, pada tahun 2013 tercatat ada 16 006 batang tanaman sawo yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten dengan total produksi buah mencapai 1 147 ton (Lampiran 2). Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang menjadi dua kecamatan sentra produksi sawo. Selama ini masyarakat Kuantan Hilir dan Kuantan Hilir Seberang menjual hasil panen sawo dalam bentuk buah

4

Astawan M. 2010. Buah Sawo Baik untuk Jantung.

http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/19/0900293/Buah.Sawo.Baik.untuk.Jantung [diakses tanggal 9 Maret 2014]

5

Presentasi Dirjen Industri Agro pada rapat kerja Kementerian Perindustrian dengan Pemerintah Daerah di Jakarta, 22-23 Mei 2013

6

Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Bina Usaha dan Pemasaran Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Kuantan Singingi di Taluk Kuantan, Februari 2014

7

(20)

segar ke sejumlah pasar tradisional dan kepada pedagang yang membeli langsung ke rumah-rumah warga. Untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya yang menanam sawo, Dinas Tanaman Pangan

(Distangan) Kabupaten Kuantan Singingi berupaya membantu untuk

mengembangkan usaha dengan melakukan pelatihan pemasaran dan promosi produk pangan yang dilaksanakan oleh Bidang Bina Usaha dan Pemasaran Dinas Tanaman Pangan pada bulan Juni 2013 di Teluk Kuantan. Kegiatan pelatihan difokuskan pada pengolahan sawo yang menghasilkan beberapa produk turunan diantaranya sirup sawo, selai sawo, manisan sawo, dodol sawo, brownies sawo dan cake sawo.

Tindak lanjut hasil pelatihan tersebut, pada bulan April tahun 2014 dibentuk empat kelompok wanita tani yang tergabung dalam kelompok usaha bersama (KUB) pengolahan sawo. Keempat kelompok tersebut beranggotakan ibu rumah tangga dari dua kecamatan sentra produksi sawo. Kelompok yang dibentuk merupakan kelompok usaha binaan Dinas Tanaman Pangan yang didampingi satu

orang supervisor yang telah dilatih untuk mengawasi mutu produk yang

dihasilkan. Sebagai bentuk dukungan, pemerintah daerah memberikan bantuan peralatan pengolahan kepada masing masing kelompok. Dengan melakukan pengolahan sawo maka harga jual dapat meningkat, waktu simpan menjadi lama dan jangkauan pemasaran menjadi lebih luas. Sebagai suatu usaha baru, kegiatan pengolahan sawo perlu dilakukan kajian kelayakannya untuk menilai apakah usaha layak untuk dijalankan atau justru mendatangkan kerugian bagi berbagai pihak.

Perumusan Masalah

Kelompok wanita tani (KWT) Teratai indah adalah satu dari empat kelompok yang dibentuk dan dibina oleh Pemerintah Daerah Kuantan Singingi untuk melakukan kegiatan usaha pengolahan sawo. KWT Teratai Indah berlokasi di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang yang merupakan daerah penghasil buah sawo. Pengolahan sawo yang dilakukan KWT Teratai Indah menghasilkan produk olahan berupa sirup sawo, minuman segar, selai sawo, manisan sawo, dodol sawo,

brownies sawo dan cake sawo. Dari seluruh produk yang mampu diproduksi,

sirup sawo yang menjadi produk unggulan dan direncanakan akan menjadi icon

produk oleh-oleh dari Kabupaten Kuantan Singingi.

Sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah dalam mengembangkan usaha pengolahan sirup sawo ini, bantuan berupa peralatan pengolahan diberikan kepada

setiap kelompok wanita tani seperti blender/juicer, kompor gas, timbangan digital,

dan peralatan lainnya. Selain peralatan, bantuan lain yang diberikan seperti penyediaan kemasan sirup, label produk, dan pengurusan izin produk untuk mendapatkan sertifikasi pangan (P-IRT) dan pengujian laboratorium untuk kandungan gizi sirup sawo.

(21)

Produk sirup sawo tergolong produk baru dan belum ada di pasaran. Sebagai produk baru, pihak KWT perlu mengetahui potensi pasar dari produk yang dihasilkan. KWT Teratai Indah perlu mengetahui perkiraan jumlah

permintaan dan kemampuan penawaran produk serta kecenderungan

perkembangannya dimasa yang akan datang, sehingga pihak KWT bisa memperkirakan penjualan yang diinginkan. Kesalahan dalam mengukur potensi pasar bisa menyebabkan kegagalan usaha yang dijalankan. Banyaknya produk sirup sejenis seperti sirup ABC, Marjan, Markisa, dan sebagainya, tentu memerlukan strategi pemasaran yang tepat agar produk yang dihasilkan KWT Teratai Indah dapat memberikan nilai lebih tinggi dibanding produk pesaing.

Potensi sumber daya berupa bahan baku buah sawo yang cukup besar hingga 1 000 ton per tahun tentunya akan menjadi peluang jika usaha pengolahan sirup sawo dikelola dalam skala usaha yang besar. Dalam kegiatan produksi diperlukan mesin-mesin pengolahan yang mampu mengolah dalam skala yang besar seperti mesin pulper, mesin mixing tank, dan mesin pasteurizer. Untuk mendukung kegiatan produksi juga diperlukan ruang produksi yang memadai, tenaga kerja dan manajeman sumber daya yang baik serta perencanaan keuangan yang menguntungkan bagi jalannya usaha. Selain kegiatan produksi, mengukur potensi pasar dan menentukan strategi pemasaran yang tepat juga diperlukan. Jika salah dalam mengukur potensi pasar dan salah dalam menerapkan strategi pemasaran, bisa jadi produk sirup yang diproduksi tidak akan laku terjual.

Sawo tergolong tanaman yang berbuah sepanjang tahun. Di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang kegiatan panen dilakukan setiap pekan untuk dijual ke pasar. Belum adanya pengusahaan budidaya sawo secara komersial berpengaruh terhadap ketersediaannya di pasaran. Usaha pengolahan sirup sawo KWT Teratai Indah masih mengandalkan sawo yang dihasilkan anggota kelompok dan beberapa masyarakat sekitar, sehingga sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi. Pasokan sawo yang tidak kontinu berdampak pada jumlah produksi olahan sawo yang tidak stabil. Selain jumlah pasokan bahan baku, jika harga sawo dan gula yang menjadi bahan utama berubah, juga akan berpengaruh terhadap kegiatan pengolahan. Kenaikan harga sawo dan gula akan menyebabkan peningkatan biaya produksi yang akan menekan keuntungan semakin kecil pada harga produk yang tetap.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :

1. Apakah usaha pengolahan sirup sawo pada kondisi aktual layak

diusahakan dilihat dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum dan perizinan, aspek sosial dan lingkungan serta aspek finansial (keuangan)?

2. Apakah usaha pengolahan sirup sawo pada rencana pengembangan layak

diusahakan dilihat dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum dan perizinan, aspek sosial dan lingkungan serta aspek finansial (keuangan)?

3. Bagaimana pengaruh perubahan harga sawo dan gula dan penurunan

(22)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan sirup sawo pada kondisi aktual

dilihat dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum dan perizinan, aspek sosial dan lingkungan serta aspek finansial (keuangan).

2. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan sirup sawo pada rencana

pengembangan dilihat dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum dan perizinan, aspek sosial dan lingkungan serta aspek finansial (keuangan).

3. Menganalisis sensitivitas usaha pengolahan sirup sawo terhadap

perubahan kondisi seperti kenaikan harga sawo dan gula dan penurunan jumlah produksi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait, antara lain :

1. Bagi pelaku bisnis, penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam mengambil

keputusan untuk melanjutkan bisnis atau tidak.

2. Bagi pemerintah, penelitian itu dapat menjadi informasi dan bahan

pertimbangan dalam upaya pembinaan masyarakat untuk mengembangkan pengolahan sawo di Kabupaten Kuantan Singingi.

3. Bagi investor, penelitian ini bisa dijadikan dasar dalam mengambil

keputusan apakah akan ikut menanamkan modal pada usaha pengolahan sawo atau tidak.

4. Bagi kreditor, penelitian ini bisa dijadikan dasar dalam mengambil

keputusan apakah akan memberikan kredit pada usaha pengolahan sawo yang diusulkan atau tidak.

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan usaha merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Analisis kelayakan perlu dilakukan karena investasi yang ditanamkan bernilai besar dengan jangka waktu pengembalian yang lama (Tinaprilla dan Ariesa 2011). Penilaian dalam kelayakan bisnis dilakukan secara menyeluruh dari berbagai aspek yaitu aspek non finansial

dan aspek finansial (Nurmalina et al. 2009). Namun beberapa penelitian hanya

fokus pada aspek finansial saja. Hal ini biasanya dilakukan pada usaha-usaha yang telah berjalan dan ada rencana untuk melakukan pengembangan usaha melalui pemberian bantuan modal dari lembaga keuangan seperti pada penelitian Ikhsan dan Abdussamad (2008) yang meneliti tentang kelayakan pengembangan pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan dan Lesmana (2009) yang meneliti tentang analisis finansial jeruk keprok di Kabupaten Kutai

(23)

komoditas/usaha akan ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu kelayakan teknis, lingkungan. Dari ke empat aspek tersebut para peneliti dapat menggunakan seluruh aspek, tetapi dapat juga menggunakan beberapa aspek sesuai dengan kebutuhan penelitian bahkan menambahkan aspek lainnya seperti aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Penelitian yang dilakukan Rustiana (2008) dan Septiani (2009) menggunakan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek lingkungan sebagai alat analisis aspek non finansial. Penelitian Napitupulu (2009) dan Indyastuti (2010) juga menggunakan aspek yang sama, hanya saja ada penambahan aspek hukum dalam analisis kelayakan non finansial.

1. Aspek pasar dan pemasaran

Aspek pasar dan pemasaran menganalisis potensi pasar, intensitas

persaingan, market share yang dapat dicapai, serta menganalisis strategi

pemasaran yang dapat digunakan untuk mencapai market share yang diharapkan

(Suliyanto 2010). Penelitian Rustiana (2008) dan Septiani (2009) menganalisis aspek pasar dengan melihat peluang pasar dan strategi pemasaran produk olahan jambu biji dan mangga. Peluang pasar dilihat dari adanya permintaan produk olahan jambu biji (Rustiana 2008) dan mangga (Septiani 2009) dalam bentuk

puree dan sari buah oleh industri olahan, restoran, rumah sakit dan tempat wisata. Strategi pemasaran menggunakan bauran pemasaran yang terdiri dari empat

komponen yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion

(promosi).

Bauran pemasaran pada penelitian Rustiana (2008) meliputi produk puree

yang dikemas dalam botol plastik kapasitas 300 gram dan sari buah jambu biji

yang dikemas dalam gelas plastik/cup ukuran 200 ml. Harga jual puree Rp8 000

per botol dan harga jual sari buah Rp1 000 per cup. Distribusi produk dilakukan

dengan penjualan langsung kepada konsumen baik perseorangan ataupun pesanan dari instansi pemerintah dan swasta yang langsung datang ke kantor Prima Tani Gapoktan KUAT. Promosi dilakukan dengan menetapkan produk minuman hasil

olahan Gapoktan KUAT sebagai welcome drink Kabupaten Banjarnegara. Bauran

pemasaran pada penelitian Septiani (2009) meliputi produk puree mangga jenis

harum manis dengan harga jual Rp14 000 per liter. Penjualan dilakukan langsung kepada konsumen perseoranagn maupun industri tanpa peran distributor ataupun

pengecer. Promosi dilakukan dengan memberikan sample gratis serta mengikuti

pameran-pameran.

2. Aspek teknis dan teknologi

Aspek teknis menganalisis berbagai alternatif yang berkaitan pemilihan lokasi bisnis, kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja, kebutuhan fasilitas infrastruktur, dan faktor-faktor produksi lainnya (Jumingan dan Nurmalina et al.

2009). Napitupulu (2009) dan Indyastuti (2010) menganalisis aspek teknis mencakup lokasi usaha, luas produksi, proses produksi, spesifikasi bahan baku

dan peralatan, layout, dan pemilihan jenis teknologi. Aspek teknis dapat dikatakan

(24)

produksi melebihi luas produksi minimal, proses produksi sesuai standar,

penggunaan teknologi yang tepat dan adanya penataan layout pabrik yang

memperlancar alur produksi (Indyastuti 2010).

3. Aspek manajemen dan sumber daya manusia

Aspek manajemen dianalisa untuk melihat apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar 2005). Indyastuti (2010) melakukan penilaian terhadap pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam pengolahan usaha gula semut di PD Saung Aren. Fungsi-fungsi manajemen yang dimaksud adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan atau pelaksanaan, dan pengendalian. Fungsi perencanaan mencakup bagaimana melaksanakan pengolahan gula semut yang efisien dan efektif, ketersediaan bahan baku, penetapan harga, pelaksanaan promosi, dan pemasaran yang efektif. Fungsi pengorganisasian melalui jabatan dalam struktur organisasi

yang memiliki job description masing-masing. Fungsi pelaksanaan kegiatan mulai

dari pembelian bahan baku, pengolahan gula cetak menjadi gula semut yang berkualitas, kemudian pemasaran serta promosi agar gula semut PD Saung Aren dikenal oleh masyarakat luas serta fungsi pengendalian dan pengawasan yang dilakukan oleh komisaris dan pimpinan terhadap kinerja karyawan. Dalam pengkajian aspek manajemen, struktur organisasi, tugas dan wewenang serta kebutuhan tenaga kerja menjadi penilaian kelayakan seperti yang dilakukan pada penelitian Rustiana (2008), Septiani (2009) dan Napitupulu (2009).

4. Aspek hukum dan perizinan

Aspek hukum menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan untuk menjalankan bisnis (Suliyanto 2010). Suatu bisnis dikatakan layak secara hukum apabila sudah memiliki badan hukum yang jelas dan perizinan usaha seperti penelitian Indyastuti (2010) pada usaha pengolahan gula semut, dimana badan usaha adalah Perusahaan Dagang (PD) dan sudah memiliki izin pendirian usaha diantaranya Akta Pendirian, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan izin Depkes.

5. Aspek sosial dan lingkungan

Aspek sosial dan lingkungan menilai seberapa besar suatu bisnis memberikan dampak terhadap masyarakat maupun alam. Septiani (2009) menyatakan, adanya kegiatan bisnis pengolahan jambu yang dilakukan oleh Gapoktan KUAT dapat meningkatkan pendapatan petani dan ikut membuka lapangan pekerjaan. Sebelum adanya kegiatan pengolahan harga jual jambu kualitas kedua atau grade B paling tinggi Rp800 per kg, namun setelah adanya kegiatan pengolahan harga jual mencapai Rp2 000 per kg. Adanya kegiatan pengolahan jambu juga melibatkan pemuda sebanyak 4-6 orang. Pernyataan tersebut tidak berbeda dengan dampak sosial pada usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu merah pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul di Kota Depok (Napitupulu 2009). Adanya kegiatan usaha tersebut memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Belimbing

manis dan jambu merah grade C dibeli oleh perusahann dengan harga yang lebih

(25)

Selain dampak sosial, adanya kegiatan bisnis juga memberikan dampak terhadap lingkungan terutama jika ada limbah pada kegiatan usaha. Pada usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT dan pengolahan belimbing manis CV. WPIU, limbah yang dihasilkan tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Pencucian peralatan tidak menggunakan sabun serta penggunaan bahan-bahan alami sehingga tidak membahayakan lingkungan.

Aspek Finansial

Selain aspek non finansial, aspek finansial juga menjadi penilaian dalam analisis kelayakan usaha. Aspek finansial membutuhkan beberapa data seperti biaya investasi dan biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel serta penerimaan yang diperoleh selama umur usaha (Farmayanti dan Dewi 2010). Data yang diperolah kemudian diolah dan dinilai kelayakannya

menggunakan kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Net

Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period

(PP) seperti yang dilakukan pada penelitian Rustiana (2008), Septiani (2009), Napitupulu (2009), dan Indyastuti (2010).

Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis)

Bisnis-bisnis pada umumnya dan bisnis-bisnis di bidang pertanian pada khususnya selalu menghadapi risiko usaha, baik itu risiko produksi, risiko harga, dan risiko kelembagaan (Fariyanti dan Sumantri 2010). Penelitian yang dilakukan Rustiana (2008), Septiani (2009), dan Napitupulu (2009) menggunakan analisis

switching value atau analisis nilai pengganti untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan penjualan yang dapat ditolerir sehingga usaha ini masih layak untuk dilaksanakan. Menurut Napitupulu (2009) variabel yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha yaitu, kenaikan harga gula pasir dan botol jus, dan penurunan penjualan jus dan sirup belimbing.

Rustiana (2008) menilai bahwa variabel penurunan harga puree dan kenaikan

harga mangga Harumanis grade C yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha.

Septiani (2009) menilai bahwa variabel kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual dan volume produksi puree dan sari buah jambu biji yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha.

Pengolahan Buah

Kegiatan pengolahan merupakan suatu cara untuk meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang masa simpan produk pertanian yang umumnya

bersifat perishable atau mudah rusak/busuk. Dengan potensi buah yang cukup

besar, masih banyak produk buah yang tidak terserap oleh pasar dikarenakan bentuk fisik buah yang tidak sesuai dengan keinginan konsumen seperti cacat dan ukuran yang kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Septiani (2009) pada usaha pengolahan jambu biji di Desa Kalinguwu, Jawa Tengah menunjukkan dari 60

persen rata-rata produksi jambu biji grade B tidak seluruh hasil panen dapat laku

terjual karena ukurannya yang lebih kecil dari grade A. Penelitian Napitupulu

(2009) dan Rustiana (2008) pada usaha pengolahan belimbing dan jambu biji

merah di Kota Depok dan usaha pengolahan puree mangga di Kabupaten Cirebon

menunjukkan hal yang sama. Buah belimbing grade C dengan bobot kurang dari

150 gr, jambu biji merah grade C dengan bobot kurang dari 250 gr, dan mangga

(26)

diminati oleh konsumen. Dari seluruh hasil panen buah belimbing dan jambu biji

merah, yang termasuk grade C mencapai 20 persen dan mangga Harumanis yang

termasuk grade C mencapai 25.5 persen.

Dalam kondisi tersebut buah yang termasuk dalam grade C tersedia secara

berlebihan sehingga diperlukan alternatif untuk memanfaatkannya. Salah satu alternatif tersebut ialah menjadikan buah sebagai produk olahan. Perlakuan pengolahan buah-buahan dapat dilakukan dengan berbagai proses, diantaranya adalah pengeringan, perebusan, penggulaan, penggaraman, penggorengan, fermentasi, pengalengan dan lain sebagainya (Dalapati dan Khairani 2007). Penelitian Napitupulu (2009) dan Septiani (2009) sama-sama mengolah jambu biji

merah menjadi produk minuman berupa sari buah, sirup, dan puree. Puree adalah

bahan setengah jadi dalam bentuk bubur buah, terbuat dari daging buah yang sudah diolah menjadi bubur buah yang dapat digunakan sebagai bahan baku minuman sari buah, es krim, selai, dodol, serta sebagai campuran yoghurt dan permen. Sari buah adalah cairan yang diperoleh dari memeras buah, baik disaring maupun tidak, yang tidak mengalami fermentasi dan dimaksudkan untuk

minuman segar yang langsung dapat diminum. Menurut Sediadi dan Esti (2000)

dikenal dua macam sari buah, yaitu :

1. Sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan buah yang diperoleh

dari pengepresan daging buah, dilanjutkan dengan penambahan air dan gula pasir.

2. Sari buah pekat/Sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging

buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa udara, dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi harus diencerkan dulu dengan air (1 bagian sirup dengan 5 bagian air).

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Studi Kelayakan Bisnis

Setiap bisnis memerlukan adanya studi kelayakan pada saat akan memulai usahanya. Studi kelayakan bisnis merupakan penelahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan

(Nurmalina et al. 2009). Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa kegiatan

investasi merupakan suatu kegiatan yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu. Secara umum bisnis merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan

memperoleh hasil/benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan

kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit.

Dalam penelitian studi kelayakan bisnis, tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat bisnis tersebut dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar 2009). Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika bisnis tersebut mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi

semua pihak (stake holder) dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan

(27)

Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis

Dalam menilai kelayakan suatu bisnis perlu dilakukan penilaian dari berbagai aspek. Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis terbagi dalam dua kelompok yaitu aspek finansial (keuangan) dan aspek non

finansial (Nurmalina et al. 2009). Menurut Suliyanto (2010) aspek kelayakan non

finansial meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajeman dan sumber daya manusia, dan aspek hukum. Analisis aspek-aspek dalam studi kelayakan bisnis memiliki keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lain, sehingga diperlukan kecermatan agar tidak terjadi kesalahan yang akan berpengaruh terhadap hasil analisis kelayakan secara keseluruhan (Suliyanto 2010).

Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek pasar dan pemasaran memegang peranan yang sangat penting sebelum memulai. Pada tahap ini besar permintaan produk serta kecendrungan permintaan selama masa kehidupan bisnis yang akan datang diperkirakan dengan

cermat (Nurmalina et al. 2009). Aspek pasar menganalisis jenis produk yang akan

diproduksi, banyaknya produk yang diminta oleh konsumen serta menganalisis banyaknya produk yang ditawarkan oleh pesaing. Sedangkan analisis aspek pemasaran menganalisis cara atau strategi agar produk yang dihasilkan dapat sampai ke konsumen dengan lebih efisien dibandingkan pesaing (Suliyanto 2010).

Aspek Teknis dan Teknologi

Aspek teknis dan teknologi merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis

tersebut selesai dibangun (Nurmalina et al. 2009). Menurut Suliyanto (2010) hal

yang perlu dianalisis pada aspek teknis dan teknologi adalah (1) pemilihan lokasi pabrik, karena lokasi pabrik yang strategis merupakan salah satu sumber keunggulan bersaing, (2) penentuan skala produksi yang optimal, karena skala produksi yang terlalu besar akan menimbulkan pemborosan, namum sebaliknya skala produksi yang terlalu kecil akan kehilangan peluang untuk mendapatkan keuntungan, (3) pemilihan mesin dan peralatan, karena mesin dan peralatan yang digunakan sangat berpengaruh pada keberhasilan proses produksi, (4) penentuan

layout pabrik dan bangunan, karena layout yang baik akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses produksi, dan (5) pemilihan teknologi, karena teknologi yang tepat memampukan perusahaan menghasilkan produk dengan kualitas yang baik dalam waktu yang cepat dan biaya yang lebih murah.

Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia

Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa

pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi (Nurmalina et al. 2009).

(28)

Aspek Hukum dan Perizinan

Aspek hukum mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum menjalankan usaha. Ketentuan hukum untuk setiap jenis usaha berbeda-beda, tergantung kompleksitas bisnis yang dijalankan (Suliyanto 2010). Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan, mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang

berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin (Nurmalina et al. 2009). Aspek

hukum suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin kerjasama dengan pihak lain.

Aspek Sosial dan Lingkungan

Dalam aspek sosial dipelajari seberapa besar suatu bisnis memberikan dampak terhadap lingkungan sosial seperti penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis seperti lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, telepon, dan sarana lainnya. Sedangkan aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan ekologi disekitar lokasi usaha, apakah adanya bisnis menciptakan lingkuangan semakian baiak ataua semakin buruk seperti polusi udara, tanah, air, maupun suara

(Nurmalima et al. 2009).

Aspek Finansial (Keuangan)

Dalam pengkajian aspek finansial (keuangan) diperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis. Dana untuk membangun bisnis disebut dana modal tetap yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan pra-investasi, pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan dan biaya-biaya lainnya. Sedangkan dana untuk memutar roda

operasi bisnis disebut dana modal kerja (Nurmalina et al. 2009). Menurut

Suliyanto (2010) dalam aspek keuangan juga dilakukan analisis terhadap sumber dana untuk menjalankan bisnis, menganalisis besarnya kebutuhan biaya investasi,

kebutuhan modal kerja, memproyeksikan arus kas (cash flow), rugi laba, neraca,

dan menganalisis tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan berdasarkan

beberapa kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Net

Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period

(PP). Untuk menentukan layak tidaknya suatu kegiatan investasi digunakan

metode yang umum dipakai yaitu metode Discounted Cash Flow, dimana seluruh

manfaat dan biaya untuk setiap tahun didiskonto dengan discount factor (DF)

(29)

Gambar 1 Hubungan antara NPV dan IRR Sumber: Nurmalina et al. 2009

Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis)

Gittinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas

adalah nilai pengganti (switching value). Analisis switching value merupakan

perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu

komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan

komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang

masih bisa ditoleransi agar bisnis tetap layak (Nurmalina et al. 2009). Perhitungan

ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama

dengan nol (NPV=0). Bila perubahan nilai pengganti (switching value)

menghasilkan nilai NPV tidak sama dengan nol maka bisnis tersebut tidak layak.

Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas dengan analisis switching

value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui, misal

penurunan harga output 20%. Sedangkan pada analisis switching value justru

perubahan tersebut dicari, misal berapa perubahan maksimum dari penurunan harga output yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak.

Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara

coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam

komponen inflow atau outflow, misalnya kenaikan biaya produksi, penurunan

volume produksi, dan penurunan harga output.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang merupakan sentra komoditi sawo di wilayah Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Selama ini masyarakat Kuantan Hilir dan Kuantan Hilir Seberang menjual hasil panen sawo dalam bentuk buah segar ke pasar tradisional dan kepada pedagang yang membeli langsung ke rumah-rumah warga. Hasil produksi yang cukup banyak serta harga jual sawo yang rendah mendorong pemerintah

NPV

i = Discount Rate (%) IRR

NPV awal

NPV 1

NPV 2

0

(30)

daerah Kabupaten Kuantan Singingi melalui Dinas Tanaman Pangan berupaya untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya petani yang menanam sawo, dengan melakukan pelatihan pengolahan dan pemasaran produk pangan. Kegiatan difokuskan pada pengolahan buah sawo menjadi berbagai produk olahan. Tindak lanjut dari pelatihan tersebut dibentuk empat kelompok wanita tani yang menjalankan usaha pengolahan sawo. Kelompok Wanita Tani Teratai Indah merupakan kelompok yang paling aktif dalam kegiatan usaha dengan produk unggulannya adalah sirup sawo MINCIKU.

Produk sirup sawo tergolong produk baru yang belum pernah ada di pasaran. Sebagai usaha baru, penting dilakukan studi kelayakan bisnis untuk menilai apakah usaha yang baru dijalankan layak dan memberikan keuntungan pada waktu yang ditentukan atau sebaliknya memberikan kerugikan bagi pelaku usaha. Pada penelitian ini, penilaian dilakukan pada aspek-aspek kelayakan yang meliputi aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia dan aspek hukum dan perizinan serta aspek sosial dan lingkungan. Sedangkan aspek finansial dilihat dari kriteria kelayakan investasi

seperti NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period (PP).

Potensi sumber daya berupa bahan baku buah sawo yang cukup banyak hingga 1 000 ton per tahun, menjadi peluang jika usaha pengolahan sirup sawo ini dilakukan dalam skala usaha besar. Karena itu diperlukan perencanaan pengembangan usaha yang dapat mendatangkan keuntungan baik dinilai hari aspek non finansial maupun aspek finansialnya.

Adanya risiko dan ketidakpastian usaha akibat perubahan yang terjadi seperti penurunan jumlah produksi dan kenaikan harga bahan baku, pada penelitian ini dilakukan analisis switching value. Analisis ini dilakukan untuk

mengukur perubahan maksimum pada komponen inflow dan outflow yang masih

(31)

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional

Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi ingin menjadikan sirup sawo sebagai produk khas dari Kabupaten Kuantan Singingi

Usaha pengolahan sirup sawo di KWT Teratai Indah

Rumusan masalah:

1. Adanya investasi pada kondisi aktual belum diperhitungkan kelayakannya 2. KWT Teratai Indah belum mengetahui potensi pasar sirup sawo

3. Adanya rencana pengembangan memerlukan analisis kelayakan secara menyeluruh

(32)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Wanita Tani Teratai Indah, salah satu kelompok yang melakukan usaha pengolahan sirup sawo di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa usaha pengolahan sirup sawo ini merupakan pionir dan baru berjalan kurang dari satu tahun, sehingga dibutuhkan analisis kelayakan untuk melihat layak atau tidak bisnis dijalankan dan prospek usaha tersebut ke depan. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Rincian data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Rincian jenis dan sumber data

No Jenis Data Sumber Informasi

1. Aspek pasar dan pemasaran

 Data tentang kesediaan masyarakat untuk

membeli produk sirup sawo yang dihasilkan

 Faktor yang menjadi pertimbangan dalam

pemilihan lokasi usaha, yaitu ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, sumber listrik dan air, dan transportasi

 Hal-hal yang berkaitan dengan skala

produksi seperti: kapasitas produksi,

kapasitas mesin, dan jumlah tenaga kerja

 Proses produksi dan layout bangunan

Ketua KWT Teratai Indah dan Penyuluh Lapang

3. Aspek manajemen dan sumber daya manusia

 Struktur organisasi, rincian tugas dan

(33)

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dan survei. Kedua metode tersebut digunakan untuk mengumpul informasi yang berhubungan dengan data primer menggunakan bantuan kuesioner. Wawancara dilakukan pada ketua KWT Teratai Indah dan Penyuluh Lapang. Alasan memilih ketua KWT Teratai Indah dan Penyuluh Lapang karena dianggap lebih mengetahui tentang usaha pengolahan sirup sawo. Survei dilakukan pada calon

konsumen sirup sawo. Penentuan responden menggunakan metode non

probability sampling yaitu convinience sampling. Convinience sampling

digunakan untuk responden calon konsumen yang dipilih berdasarkan ketersedian dan kemudahan dalam mendapatkannya. Jumlah keseluruhan responden sebanyak 70 orang yang diambil pada beberapa tempat seperti perkantoran Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, pasar swalayan dan perumahan. Penentuan sampel responden tersebut berdasarkan pada kemampuan peneliti dalam

pengambilan data di lokasi penelitian. Umar (2000) menyatakan bahwa ukuran

minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan desain penelitian yang menggunakan metode deskriptif-korelasional minimal adalah 30 responden. Data sekunder diperoleh dari Dinas Tanaman Pangan, dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kuantan Singingi yang diminta secara langsung dengan sebelumnya menyampaikan surat pengantar untuk pengambilan data.

Metode Analisis Data Aspek Pasar dan Pemasaran

Analisis data yang digunakan pada aspek pasar dan pemasaran adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan potensi pasar, penilaian konsumen terhadap atribut produk dan strategi pemasaran yang akan dijalankan. Potensi pasar merupakan gambaran permintaan produk yang mungkin akan dibeli oleh calon konsumen. Untuk mengetahui potensi pasar dan kemungkinan permintaan dilakukan survei langsung dengan mengisi kuesioner yang terdiri dari karakteristik responden, perilaku konsumen dalam membeli dan keinginan konsumen untuk membeli sirup sawo.

Penilaian konsumen terhadap atribut produk dilakukan dengan metode

analisis Important and Performance Analysis (IPA). Metode ini digunakan untuk

menganalisis tingkat kepuasan konsumen dengan cara membandingkan kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari atribut produk sirup sawo. Atribut produk yang dijadikan dasar pengukuran tingkat kepentingan dan tingkat kinerja yaitu rasa manis, rasa khas buah sawo, aroma buah sawo, warna sirup sawo, volume produk, desain kemasan, bentuk kemasan, label halal MUI, izin Dinkes/BPOM, kejelasan tanggal kadaluarsa, dan informasi nilai gizi.

Dalam metode ini digunakan dua variabel, yaitu variabel X yang mewakili tingkat kinerja dan variabel Y yang mewakili tingkat kepentingan (harapan). Skor

penilaian terhadap kedua variabel tersebut menggunakan skala Likert (Tabel 4).

(34)

Tabel 4 Skor penilaian tingkat kinerja dan tingkat kepentingan

Skor Tingkat Kinerja (X) Tingkat Kepentingan (Y)

1 Sangat Tidak Baik Sangat Tidak Penting

2 Tidak Baik Tidak Penting

3 Cukup Baik Cukup Penting

4 Baik Penting

5 Sangat Baik Sangat Penting

Perhitungan nilai total tingkat kepentingan dan tingkat kinerja masing-masing atribut dilakukan dengan mengalikan skor dengan jumlah jawaban responden. Selanjutnya nilai total masing-masing atribut dirata-ratakan dengan membagi sebanyak jumlah responden. Nilai rata-rata atribut pada tingkat kepentingan dan tingkat kinerja digunakan untuk pemetaan pada diagram

cartesius berikut: Kepentingan (Y)

Kuadran I Kuadran II

Prioritas Utama Pertahankan Prestasi

Kuadran III Kuadran IV

Prioritas Rendah Berlebihan

Kinerja (X)

Gambar 3 Diagram cartesius Importance and Performance Analysis

Sumber : Umar (2000)

a. Kuadran I (prioritas utama) merupakan kuadran yang memuat atribut yang

dianggap penting oleh konsumen namun kinerja dari atribut tersebut belum sesuai dengan harapan konsumen sehingga konsumen tidak puas. Atribut pada kuadran ini menjadi prioritas utama untuk diperbaiki.

b. Kuadran II (pertahankan prestasi) merupakan kuadran yang memuat atribut

yang dianggap penting oleh konsumen dan kinerja dari atribut tersebut sudah sesuai dengan harapan sehingga konsumen merasa puas dan atribut tersebut harus dipertahankan.

c. Kuadran III (prioritas rendah) merupakan kuadran yang memuat atribut

yang dianggap kurang penting oleh konsumen dan kinerja dari atribut pun tidak begitu baik sehingga belum menjadi prioritas untuk diperbaiki.

d. Kuadran IV (berlebihan) merupakan kuadran yang memuat atribut yng

dianggap kurang penting oleh konsumen namun kinerja dari atribut tersebut sangat baik sehingga konsumen merasa puas.

Metode lain yang juga digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan

(35)

tingkat kepuasan konsumen secara keseluruhan dari atribut produk sirup sawo. Langkah-langkah dalam mengukur CSI sebagai berikut:

1. Menghitung Weighting Factor (WF), yaitu mengubah nilai rata-rata

kepentingan menjadi angka presentase dari total rata-rata tingkat kepentingan seluruh atribut yang diuji, sehingga diperoleh total WF 100 persen.

2. Menghitung Weighting Score (WS), yaitu perkalian antara nilai rata-rata

tingkat kinerja masing-masing atribut dengan WF masing-masing atribut.

3. Menghitung Weighting Total (WT), yaitu menjumlahkan WS dari semua

atribut.

4. Menghitung Satisfaction Index yaitu WT dibagi skala maksimal yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu empat (5) kemudian dikalikan dengan 100 persen.

Tingkat kepuasan konsumen secara keseluruhan dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan dalam rentang skala. Rentang skala yang digunakan pada penelitian ini berkisar antara 0-100 persen. Menurut Simamora (2010) yang diacu dalam Itradi (2013), rumus rentang skala yang digunakan adalah:

RS =m − nb

Keterangan : m = skor tertinggi n = skor terendah

b = jumlah kelas atau kategori yang dibuat Rentang skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

RS = % − %

Strategi pemasaran terdiri dari tiga tahap, yaitu penetapan segmentasi pasar (segmenting), penetapan pasar sasaran (targeting), dan penetapan posisi pasar (positioning) (Kotler 1997 dalam Suliyanto 2010). Setelah mengetahui segmen pasar, target pasar dan posisi pasar maka selanjutkan dibuat strategi bauran pemasaran yang merupakan kombinasi dari empat variabel inti dari sistem

pemasaran yaitu (1) Product (produk), (2) Price (harga), (3) Promotion (promosi)

dan (4) Place (tempat/distibusi). Aspek pasar dan pemasaran dinyatakan layak

jika memenuhi kriteria sebagai berikut (Suliyanto 2010) :

 KWT Teratai Indah dapat menghasilkan produk yang dapat diterima pasar

(dibutuhkan dan diinginkan oleh calon konsumen) dengan tingkat penjualan yang menguntungkan.

 KWT Teratai Indah memiliki strategi pemasaran yang efektif untuk

mencapai penjualan yang lebih tinggi.

Aspek Teknis dan Teknologi

(36)

peralatan, mesin dan teknologi, proses produksi, skala produksi dan layout

bangunan didasarkan pada penilaian subjektif berdasarkan hasil wawancara di lapangan (Suliyanto 2010). Untuk membantu melakukan survei tentang kondisi teknis dan teknologi, digunakan pedoman survei (Tabel 5) dimana hasil survei disajikan dengan mendeskripsikan kondisi di lapangan.

Tabel 5 Pedoman observasi aspek teknis dan teknologi

No Objek Survei Hasil Wawancara

1. Kondisi ketersediaan bahan baku

2. Kondisi sumber air dan listrik

3. Kondisi ketersediaan tenaga kerja

4. Kondisi sarana transportasi

5. Kondisi mesin, peralatan, dan teknologi yang

digunakan

6. Skala produksi

7. Layout tempat usaha

Aspek teknis dan teknologi dinyatakan layak jika memenuhi kriteria sebagai berikut (Suliyanto 2010) :

 Lokasi usaha mampu mendukung kelancaran usaha seperti ketersediaan

bahan baku yang cukup, letak pasar dekat, tersedianya sumber air dan listrik, tersedianya sarana transportasi serta tersedianya tenaga kerja.

 Skala produksi menguntungkan dan dapat menutupi seluruh biaya

 Proses produksi sesuai standar yang ditetapkan oleh Dinas Tanaman Pangan

Kabupaten Kuantan Singingi

 Pemilihan peralatan yang tepat

 Adanya penataan layout yang memperlancar alur produksi

Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia

Analisis data yang digunakan pada aspek manajeman dan sumber daya manusia adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis bentuk struktur organisasi yang dijalankan KWT Teratai Indah, menganalisis kesesuaian jabatan dengan deskripsi kerja, serta ketersedian tenaga kerja untuk menjalankan usaha pengolahan sawo. Aspek manajemen dan sumber daya manusia dinyatakan layak jika KWT Teratai Indah memiliki struktur organisasi dengan pembagian tugas yang jelas, serta tersedianya tenaga kerja yang memadai untuk menjalankan usaha.

Aspek Hukum dan Perizinan

(37)

(Bt – Ct) > 0 (Bt – Ct) < 0 Aspek Sosial dan Lingkungan

Analisis data yang digunakan pada aspek sosial dan lingkungan adalah analisis kualitatif. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan dampak usaha usaha terhadap lingkungan sosial maupun lingkungan ekologi. Aspek sosial dan lingkungan dinyatakan layak jika usaha mampu menambah kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran dan adanya bisnis tidak memberikan dampak buruk

bagi lingkungan sekitar (Nurmalina et al. 2009).

Aspek Keuangan

Analisis data yang digunakan pada aspek keuangan adalah analisis kuantitatif dengan memperhitungkan seluruh biaya baik biaya investasi maupun biaya operasional selama menjalankan usaha pengolahan sirup sawo. Selanjutnya dari informasi biaya-biaya tersebut disusunlah cash flow dan laporan laba rugi yang akan dijadikan acuan dalam menentukan kelayakan berdasarkan kriteria

investasi. Menurut Nurmalina et al (2009), aspek keuangan dinyatakan layak jika

memenuhi kriteria kelayakan investasi sebagai berikut : 1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total

present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Secara matematis

Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Rp). Suatu bisnis dinyatakan layak jika nilai NPV lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya bisnis menguntungkan dan memberikan manfaat dan sebaliknya jika NPV lebih kecil dari 0 (NPV<0) maka bisnis tersebut tidak layak dijalankan.

2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan

manfaat bersih bernilai negatif. Net B/C ratio menggambarkan manfaat bersih

yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

∑� �− �+� �=

NET B / C =

(38)

Dimana :

Bt = Manfaat pada tahun t (Rp)

Ct = Biaya pada tahun t (Rp)

i = Tingkat suku bunga (%)

t = Tahun kegiatan bisnis (t = 1,2,3,…n)

n = Umur proyek

Apabila Net B/C lebih besar dari 1 maka bisnis layak untuk dijalankan,

sebaliknya apabila lebih kecil dari 1 maka bisnis tidak layak untuk dijalankan. 3. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu bisnis tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan bisnis dalam mengembalikan investasi yang ditanamkan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

��� = � +��� − ��� � ���� −�

Dimana :

i1 = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif

i2 = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif

NPV1 = NPV positif

NPV2 = NPV negatif

Sebuah bisnis dikatakan layak jika nilai IRR yang diperoleh bisnis tersebut lebih besar dari tingkat diskonto. Sedangkan jika nilai IRR yang diperoleh lebih kecil dari tingkat diskonto, maka bisnis tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

4. Payback Period (PP)

Payback Period (PP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi yang didanai dengan aliran kas. Semakin cepat investasi modal dapat kembali, maka semakin baik suatu bisnis diusahakan karena modal yang kembali dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang lainnya. Apabila selama bisnis dapat mengembalikan modal sebelum berakhimya umur bisnis, maka bisnis tersebut masih dapat dilaksanakan. Akan tetapi, jika sampai saat bisnis berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya bisnis tersebut tidak dilaksanakan. Kelemahan utama metode ini yaitu metode ini tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang di samping juga tidak

memperhatikan aliran kas masuk setelah payback. Metode Payback Period

merupakan metode pelengkap penilaian investasi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

� � � � ��� = �

Dimana :

I = besarnya biaya investasi yang diperlukan

(39)

Analisis Nilai Pengganti ( Switching Value Analysis)

Analisis switching value digunakan untuk mengukur perubahan maksimum

dari perubahan suatu komponen inflow atau perubahan komponen outflow yang

masih dapat ditoleransi agar bisnis tetap layak. Analisis switching value

digunakan karenakan perubahan yang terjadi dalam usaha pengolahan sirup sawo belum terjadi, sehingga penentuan komponennya didasarkan pada hal-hal yang sangat mempengaruhi usaha seperti penurunan jumlah produksi dan peningkatan

harga bahan baku. Perhitungan pada analisis switching value dilakukan dengan

cara mengubah besarnya variabel dengan persentase tertentu sampai dengan nilai NPV sama dengan nol (NPV=0). Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut berdampak pada kelayakan (NPV, IRR, Net

B/C) (Nurmalina et al. 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kelompok Wanita Tani dan Lokasi Penelitian

Sawo merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat Kuantan Singingi khususnya yang berada di Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang. Selama bertahun-tahun buah sawo dijual oleh masyarakat dalam bentuk segar ke sejumlah pasar tradisional seperti pasar Teluk Kuantan, pasar Lubuk Jambi, dan lain-lain serta pedagang yang membeli langsung ke rumah-rumah warga. Melihat jumlah produksi sawo yang cukup besar di dua kecamatan tersebut (Lampiran 2), pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi melalui Dinas Tanaman Pangan berinisiatif untuk membuat inovasi dari buah sawo dengan mengolah sawo menjadi produk turunan seperti sirup, minuman segar, selai, dodol, dan manisan.

Untuk merealisasikan rencana tersebut, pada awal bulan Juni 2013 dikirim dua orang pemandu dari Kecamatan Kuantan Hilir (Ibu Ita) dan dari Kecamatan Kuantan Hilir Seberang (Ibu Sias) untuk mengikuti pelatihan pengolahan sawo pada perusahaan CV. D&D Indonesia yang berada di daerah Jakarta Barat. Tindak lanjut dari pelatihan tersebut, Dinas Tanaman Pangan mengadakan sosialisasi dan pelatihan pemasaran dan promosi produk dari buah sawo kepada masyarakat pada

akhir bulan Juni 20138. Setelah dilakukan sosialisasi dan pelatihan, Unit

Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Tanaman Pangan beserta penyuluh lapang Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang mulai melakukan pembentukan kelompok usaha di masing-masing kecamatan. Bulan April 2014 terbentuklah empat kelompok wanita tani (KWT) yang melakukan usaha pengolahan sawo. KWT Seroja dan KWT Dua Saudara berada di Kecamatan Kuantan Hilir dan dua kelompok lainnya yaitu KWT Aur Kuning dan KWT Teratai Indah berada di Kecamatan Kuantan Hilir Seberang. Anggota kelompok adalah ibu rumah tangga dengan jumlah 10 orang tiap kelompok. Pemilihan anggota berdasarkan penilaian pribadi dari motivasi dan keinginan untuk berkegiatan di kelompok. Dari ke empat kelompok, kelompok wanita tani (KWT) Teratai Indah adalah kelompok yang paling aktif dengan ketua kelompok bernama Herna Dewita. KWT Teratai Indah terus berinovasi dalam mengolah sawo. Selain sirup dan minuman segar yang sudah ada permintaannya, saat ini

8

Gambar

Tabel 1  Produk domestik bruto industri pengolahan atas dasar harga berlaku  menurut lapangan usaha (Miliar Rupiah), 2012-2014
Tabel 2  Produksi sawo, jambu biji, jeruk, dan nenas Indonesia 2009-2013
Gambar 1  Hubungan antara NPV dan IRR
Gambar 2  Kerangka pemikiran operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uraian secara lengkap, berarti Surat Dakwaan itu memuat semua unsur (elemen) Tindak Pidana yang didakwakan. Unsur-unsur tersebut harus terlukis didalam uraian fakta kejadian

Kami mempresentasikan sebuah kasus ekstraksi lead CRT ventrikel kiri yang patah setelah dipasang bersama dengan wire PCI dengan tujuan stabilisasi dan untuk mendapat theshold

Ambil gambar dari hasil kode program Praktek2-11-TheFrameAttribute.html dan masukkan dalam lembar

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi/Komisi Independen Pemilihan Aceh dan Komisi

Untuk itu perlu dilakukan studi analisis pengaruh kandungan zat pengotor dan zat pereduksi terhadap kestabilan KIO 3 pada garam konsumsi..

Permasalahannya adalah kedudukan persyarikatan Muhammadiyah sebagai pemilik koperasi serta perbedaan pelaksanaan kegiatan koperasi yang di bentuk oleh

Pencipta mengungkapkan objek vibrasi nada pada gong kebyar ke dalam karya lukisan abstrak sesuai dengan gagasan pencipta, serta menjadi ungkapan perasaan atau ekspresi

pembakuan masyarakat Indonesia cenderung mengalami kesulitan untuk menyebutkan bunyi [o] di tengah suku kata. Oleh sebab itu, masyarakat lebih terbiasa mengucapkan