• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Aspek-Aspek Non Finansial Aspek Pasar

1) Potensi pasar

Potensi pasar lele Sangkuriang di Rambo Fish Farm ini digambarkan melalui permintaan dan penawaran lele Sangkuriang. Usaha lele merupakan usaha yang cukup diminati oleh masyarakat, baik usaha budidaya maupun usaha yang mengolah lele segar yang dihasilkan seperti usaha pecel lele. Minat masyarakat yang meningkat ini berpengaruh positif terhadap keberlangsungan usaha yang dilakukan di Rambo Fish Farm. Produk yang dihasilkan oleh Rambo Fish Farm yang berupa benih lele dan lele konsumsi selalu habis terjual. Pada usaha pembenihan, benih yang diminta per minggunya dari salah satu pengumpul adalah sebanyak 300 000 per minggu. Permintaan oleh pengumpul ini belum mampu dipenuhi oleh pihak Rambo Fish Farm karena pada saat ini produksi bersih terbanyak pada usaha pembenihan adalah sebanyak 160 927 ekor benih per siklus panen (9 minggu) atau sebanyak 13 411 ekor per minggu. Pada usaha pembesaran, lele konsumsi yang dihasilkan habis terjual dan belum mampu juga dalam memenuhi permintaan 3 pengumpul. Total permintaan ketiga pengumpul tersebut adalah sebanyak 77 ton per minggu dengan rincian permintaan masing-masing yakni 21 ton, 49 ton, dan 7 ton per minggu, sedangkan saat ini produksi terbanyak yang dihasilkan untuk lele konsumsi (lele

pedaging dan lele dengan ukuran besar “BS”) adalah sebanyak 10.79 ton lele per

siklus produksi (9 minggu) atau sebanyak 0.90 ton per minggu. Hal ini mengindikasikan bahwa, potensi pasar usaha lele Sangkuriang di Rambo Fish Farm masih sangat baik dan terdapat adanya insentif pengusaha untuk menjalankan usahanya karena masih ada gap permintaan yang belum terpenuhi. 2) Bauran Pemasaran

a. Produk (Product)

Bidang usaha yang dijalankan di Rambo Fish Farm adalah usaha pembenihan dan pembesaran lele Sangkuriang. Pada usaha pembenihan, produk yang dihasilkan berupa benih lele Sangkuriang berukuran 7 sampai 8 cm. Ukuran produk yang dihasilkan ini ditetapkan berdasarkan permintaan konsumennya yakni para pembudidaya ikan lele dan pengumpul. Sedangkan pada usaha pembesaran, produk yang dihasilkan berupa lele konsumsi yakni berukuran 6 sampai 10 ekor per kg (lele pedaging) dan sisanya berupa produk

lele yang memiliki ukuran yang besar “Big Size” yang sering disebut dengan

istilah “BS” (2 sampai 3 ekor per kg). Hasil produksi dari kedua bidang usaha

ini menghasilkan lele yang unggul sebab pada saat persiapan kolam tidak menggunakan kotoran (limbah peternakan) untuk dijadikan pupuk pada saat proses pemupukan (persiapan kolam).

b. Harga (Price)

Hasil usaha budidaya lele Sangkuriang yang berupa bibit dijual kepada para pembudidaya lele di sekitar Pagelaran, Dramaga, dan Semplak, serta pengumpul. Sedangkan lele konsumsi dan BS yang dihasilkan dijual

30

kepada pengumpul. Produk yang ditawarkan ini bukan produk yang memiliki diferensiasi dengan produk lele lainnya (belum ada perbedaan antara produk konvensional dan produk organik) sehingga perusahaan menjadi price taker

dalam menentukan harga jual. Bibit lele ukuran 7 sampai 8 cm ini dijual dengan harga Rp250/ekor, sedangkan lele pedaging dijual dengan harga Rp15 700/kg dan untuk lele BS dijual dengan harga Rp11 0000/kg.

c.Distribusi (Place)

Sistem pemasaran benih dan lele konsumsi yang dihasilkan pada Rambo Fish Farm dimulai dengan menawarkan benih dan lele konsumsi kepada para calon pembeli. Umumnya yang berminat membeli benih yang dihasilkan ini adalah dari rekan-rekan, petani, dan pengumpul yang melakukan usaha sejenis ataupun yang melakukan pemasaran lele. Bermula dari itu, pemilik membawa contoh untuk diperlihatkan kepada rekan-rekan dan pengumpul tersebut. Peminat yang bermaksud membeli kemudian langsung mendatangi lokasi untuk melihat-lihat benih dan kualitas benih. Setelah terjadi kesepakatan, transaksi dilakukan di lokasi perusahaan. Setiap kali dilakukan transaksi, pembeli biasanya mendatangi langsung karena harus menyaksikan sendiri perhitungan benih yang dihitung melalui proses sampling (1 kg sama dengan 250 ekor benih). Sedangkan pada usaha pembesaran, seluruh lele konsumsi yang dihasilkan langsung dijual kepada pengumpul. Berdasarkan sistem transaksi yang seperti ini, pihak Rambo Fish Farm tidak mengeluarkan biaya pengangkutan ke lokasi penjualan.

d. Promosi (Promotion)

Promosi yang dilakukan oleh perusahaan ini masih sederhana yakni dari word of mouth. Pada usaha pembenihan, word of mouth dilakukan dengan cara mengunjungi tempat-tempat pembudidaya pembesaran lele, lalu menawarkan benih lele yang dihasilkan. Sedangkan pada usaha pembesaran,

word of mouth yang dilakukan hanya dengan menghubungi pihak pengumpul. Selain itu, untuk menjaga hubungan baik dengan relasi bisnis, pada usaha pembenihan ketika dilakukan transaksi maka diberikan bonus setiap kali pembelian yakni 3 persen dari jumlah bibit yang dibeli. Sedangkan pada pembesaran yang menghasilkan lele pedaging dan BS, saat transaksi dilakukan, dari jumlah ikan lele yang dibeli diberikan bonus 6 persen. Khusus pada usaha pembenihan, seminggu setelah benih dibeli jika ada benih yang mati lebih dari 3 persen, benih yang mati akan digantikan oleh perusahaan (garansi penjualan).

Hasil Analisis Aspek Pasar

Aspek ini dikatakan layak karena permintaan benih dan lele konsumsi di Rambo Fish Farm lebih besar dari penawaran perusahaan atau dengan kata lain produk yang dihasilkan habis terjual. Selain itu tersedianya bauran pemasaran yang mendukung keberlangsungan usaha ini. Bauran pemasaran ini tidak mengeluarkan biaya yang tidak begitu berarti namun manfaat yang diperoleh sangat banyak, diantaranya kesediaan membelian ulang benih ataupun lele konsumsi oleh konsumennya.

31

Aspek Teknis

Berikut ini akan dijelaskan tentang aspek teknis yang dianalisis pada usaha lele Sangkuriang di Rambo Fish Farm:

1) Lokasi usaha

Usaha lele Sangkuriang ini terletak di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Alasan pemilihan lokasi ini berawal dari letak Desa Cihideung Ilir yang tidak begitu jauh jaraknya dari kampus IPB karena pada saat itu pemilik sedang menempuh pendidikan di IPB. Beberapa pertimbangan lain yang dijadikan pemilihan lokasi adalah sebagai berikut:

a. Ketersediaan bahan baku

Pada usaha pembenihan, bahan baku yang digunakan oleh perusahaan Rambo Fish Farm berasal dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. BBPBAT Sukabumi terletak di Kota Sukabumi. Sarana transportasi dan jarak tempuh yang memungkinkan menjadi pertimbangan pemilihan BBPBAT Sukabumi. BBPBAT dipilih sebagai pensupplai indukan karena BBPBAT melakukan uji standar sehingga dengan membeli di BBPBAT akan didapatkan indukan yang bermutu. Jumlah indukan yang dibutuhkan oleh Rambo Fish Farm untuk melaksanakan per pemijahan adalah 4, 6, sampai 8 pasang indukan. Kedelapan pasang ini bisa dengan mudah didapatkan di BBPBAT karena BBPBAT ini merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kelautan dan Perikanan. Indukan yang dijual di BBPBAT adalah dalam bentuk paketan. Harga per paket indukan adalah Rp600 000. Harga yang ditetapkan ini masih dapat dijangkau oleh pembudidaya. Sedangkan, pada usaha pembesaran, benih yang digunakan berasal dari benih yang dihasilkan oleh perusahaan Rambo Fish Farm dan jika terjadi kekurangan stok benih, benih dibeli dari pembudidaya lainnya.

Bahan baku lainnya yang dibutuhkan dalam mengusahan lele Sangkuriang ini adalah berupa pakan, dan probiotik diperoleh dari distributor pakan. Distributor pakan ini mendatangi lokasi perusahaan ketika akan menawarkan dan mengantarkan pesanan pakan. Distributor pakan ini mampu mensupplai kebutuhan pakan pada jumlah berapapun pada perusahaan Rambo Fish Farm. Selain itu pakan lele Sangkuriang juga di beli di pedagang pakan di Laladon.

b. Letak pasar yang dituju

Pada usaha pembenihan, hasil produksinya berupa benih lele ukuran 7 sampai 8 cm. Benih lele ini dijual ke pembudidaya pembesaran lele yang berada di Pagelaran, Dramaga, dan Semplak. Sedangkan pada usaha pembesaran, hasil budidayanya berupa lele konsumsi yang terdiri dari lele pedaging dan BS dijual langsung kepada pengumpul. Transaksi penjualan benih dan lele konsumsi ini dilakukan di lokasi perusahaan. Hal ini didasarkan pada kesepakatan diantara kedua belah pihak yakni pihak Rambo Fish Farm dan pembeli. Terkait dengan daya beli konsumen, konsumen mampu dan mau membayar sejumlah harga yang ditawarkan karena harga yang ditawarkan juga sesuai dengan harga pasarnya (price taker).

32

c. Tenaga listrik dan air

Rambo Fish Farm terletak di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Desa ini sudah terhubung dengan jaringan listrik sehingga layanan jaringan listrik juga sudah ada di perusahaan Rambo Fish Farm. Sumber listrik ini yang digunakan adalah bersumber dari PLN. Selain itu, supplai air untuk menjalankan usaha pembenihan dan pembesaran lele Sangkuriang di Rambo Fish Farm ini berasal dari air sumur yang dibangun di sekitar lokasi perusahaan. Air dari sumur ini akan disalurkan ke kolam-kolam budidaya dan kolam-kolam tandon pembenihan dan dan pembesaran.

d. Supply tenaga kerja (TK)

Tanpa adanya tenaga kerja usaha ini tidak dapat dijalankan karena semua aset yang dimiliki adalah benda mati. TK di perusahaan Rambo Fish Farm berasal dari wilayah Kabupaten Bogor. TK yang dimiliki perusahaan adalah sebanyak 2 orang yakni Pak Malik dan Pak Asep. Kedua tenaga kerja ini bertugas mengurusi kolam, memberi pakan, hingga memanen. Sedangkan pemiliknya membantu pekerja selama kegiatan ini berlangsung.

Supply TK untuk wilayah Kabupaten Bogor masih sangat banyak jika dibutuhkan. Angkatan kerja (AK) pengangguran di Kabupaten Bogor pada tahun 2014 adalah sebanyak 182 128 orang AK. Rentang pendidikan AK pengangguran ini terdiri dari tidak lulus SD hingga Pasca Sarjana (BPS 2014). Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah tenaga kerja yang tersedia dan bersedia bekerja masih sangat banyak dan dapat dimanfaatkan oleh perusahaan jika ingin menambah tenaga kerja pada perusahaan yang dikelolanya.

e. Fasilitas transportasi

Rambo Fish Farm berlokasi di sekitar Perumahan Dramaga Permai II Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi perumahan dan sekitarnya ini (termasuk Rambo Fish Farm) telah dibagun jalan yang terbuat dari aspal dan bisa dilalui oleh sepeda motor, mobil dan truk pengangkut barang. Rambo Fish Farm memiliki sebuah kendaraan yang digunakan selama menjalankan operasional usaha yakni sepeda motor. Sepeda motor ini digunakan untuk membeli indukan, pakan, alat- alat produksi, menjalin relasi bisnis, hingga memasarkan hasil panen. 2) Layout usaha

Layout usaha pembenihan dan pembesaran lele Sangkuriang yang akan dikaji memiliki pengertian keseluruhan tata letak, desain usaha, warna kolam terpal, jumlah, dan luas kolam.

a. Layout usaha pembenihan

Kolam pembenihan terdiri dari 21 kolam yang terbagi ke dalam 3 bangunan yakni bangunan bambu 1 terdiri dari 8 kolam pembenihan (1 kolam digunakan juga untuk penelitian), bangunan bambu 2 terdiri dari 9 kolam pembenihan, dan bangunan tanah terdiri dari 4 kolam. Pada bangunan bambu 1 luas kolam yang digunakan adalah 3 m x 5 m per kolam dengan kedalaman 40 cm. Luas kolam yang digunakan pada bangunan bambu 1 ini adalah sama. Luas kolam yang sama ini dimaksudkan untuk memudahkan pemilik dalam menebarkan larva (benih yang berukuran

33

kecil) yang dihasilkan. Pada kolam ini padat tebar larva maksimum setelah penetasan adalah 100 000 ekor larva. Sedangkan pada bangunan bambu 2 memiliki ukuran 3 m x 6 m per kolam dengan kedalaman 50 cm. Jumlah kolam pada bangunan bambu 2 ini ada sebanyak 9 kolam pemeliharaan benih. Pada usaha pembenihan ini juga terdapat 2 buah kolam sortir yang berguna untuk memisahkan atau membedakan ukuran kecil dan ukuran yang besar. Sedangkan pada bangunan tanah berukuran 5 m x 5 m dengan kedalaman 70 cm yang berguna sebagai kolam untuk memelihara benih yang menuju ukuran benih siap jual (misal dari 5 sampai 6 cm ke 7 sampai 8 cm).

Selain digunakan untuk memelihara larva yang dihasilkan, kolam ini juga digunakan terlebih dahulu untuk memijahkan (mengawinkan) indukan untuk menghasilkan telur, dan digunakan untuk menetaskan telur. Warna terpal yang digunakan untuk kolam pembenihan ini adalah warna abu. Warna terpal ini tidak menjadi kendala pada usaha pembenihan ini karena terpal hanya digunakan saja sebagai wadah budidaya. Pada setiap kolam pembenihan ini disematkan satu saluran pembuangan air, hal ini dimaksudkan agar mempermudah pemilik dalam mengontrol dan mengganti air budidaya. Selain itu, pada setiap kolam pembenihan ini disematkan juga instalasi aerasi yang berguna dalam menambah supply

oksigen dalam air budidaya. Pada usaha pembenihan ini terdapat adanya tandon air kolam pembenihan masing-masing 1 buah per bangunan yang memiliki ukuran 6 m x 7 m dengan kedalaman 1 m.

b. Layout usaha pembesaran

Kolam pembesaran terdiri dari 15 kolam pembesaran. Bangunan kolam pembesaran ini terbuat dari perpaduan kolam tanah dan kolam semen. Bangunan ini kemudian dijadikan rangka kolam yang kemudian dilapisi dengan terpal sebagai wadah budidayanya. Terpal yang dimiliki berwarna abu. Luas kolam yang digunakan untuk pembesaran ini memiliki luasan yang sama yakni 5 m x 5 m dengan kedalaman kolam 1.5 m. Pada usaha pembesaran ini, ada 3 buah kolam blong yang berguna sebagai wadah sortir ikan lele konsumsi saat panen. Pada kolam pembesaran ini disematkan juga instalasi aerasi yang berguna dalam menambah supply

oksigen pada usaha pembesaran. Selain dari itu, fasilitas lain yang dimiliki pada usaha pembesaran adalah adanya tandon air yang berukuran 6 m x 7 m dengan kedalaman 1.5 m per kolam. Jumlah tandon yang dimiliki pada usaha pembesaran ini adalah sebanyak 2 buah. Sama seperti kolam pembenihan, pada usaha pembesaran ini juga dilengkapi saluran pembuangan air budidaya.

c. Layout bangunan bukan kolam pembenihan dan pembesaran

Layout bangunan bukan kolam pembenihan dan pembesaran yang menjadi analisis adalah bangunan lain yang menjadi fasilitas usaha seperti kontrakan tenaga kerja dan saung bambu. Rambo Fish Farm memiliki satu rumah kontrakan yang digunakan sebagai tempat istirahat tenaga kerja dan pemiliknya. Selain itu juga digunakan untuk gudang untuk menyimpang stok pakan. Saung bambu yang dimiliki Rambo Fish Farm ada sebanyak 1 buah. Saung bambu ini digunakan juga sebagai tempat peristirahatan dan sebagai rumah jaga.

34

3) Proses produksi

3.1)Proses produksi usaha pembenihan lele Sangkuriang

Kegiatan yang pertama kali dilakukan pada proses pembenihan ini adalah membeli indukan dan memelihara indukan hingga siap untuk dipijahkan. Setelah itu, pada usaha pembenihan ini ada beberapa tahap yang perlu dilalui hingga menghasilkan output yang siap dipasarkan yakni benih berukuran 7 sampai 8 cm per ekornya. Beberapa tahapan proses produksi pada usaha pembenihan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Persiapan kolam

Pada tahapan persiapan kolam ini, ada beberapa hal yang dilakukan yakni membersihkan kolam dari kotoran atau lumut yang menempel, pengisian air, dan pengapuran. Kegiatan ini membutuhkan waktu 4 hari.

2) Seleksi induk

Tindak lanjut setelah mempersiapkan kolam selama 4 hari adalah menyeleksi induk yang akan dipijahkan. Indukan terdiri dari 2 jenis yakni jantan dan betina. Indukan jantan yang siap dipijahkan memiliki ciri-ciri alat kelaminnya sudah berwarna merah muda yang berarti indukan sudah matang. Sedangkan indukan betina yang siap dipijahkan memiliki ciri-ciri perut membesar dan terasa lembek saat diraba, alat kelaminnya bulat, berwarna kemerahan, dan tampak membesar. Kegiatan ini hanya dilakukan di waktu pagi hari saja setelah hari keempat mempersiapkan kolam. Setelah proses seleksi selesai pada pagi maka indukan dipelihara dulu sehari.

3) Pemijahan lele

Tahap selanjutnya adalah memijahkan indukan. Pemijahan indukan ini dilakukan secara semi alami yang berarti indukan disuntik dengan obat perangsang telur, lalu dipijahkan (dikawinkan). Proses ini berguna untuk merangsang pertumbuhan sel telur dan pematangan sel telur. Proses pemijahan ini dilakukan di kolam pemeliharaan (bangunan bambu 1) yang telah diberi kakaban. Proses pemijahan ini hanya berlangsung selama beberapa jam saja. Setelah 12 jam dilakukan pemijahan maka dihasilkan telur ikan lele Sangkuriang. Jumlah indukan yang dipijahkan adalah 4 atau 6 atau 8 pasang indukan (1:1) dengan bobot yang sama yakni 1 kg.

4) Penetasan telur

Pada tahap ini, telur yang telah dihasilkan tetap didiamkan di kolam pemijahan. Didiamkan selama 24 jam hingga telur menetas. Setelah telur menetas, larva tetap didiamkan selama 2 hari dan tidak diberi pakan karena pada masa ini, benih yang dihasilkan masih menggunakan kuning telur yang dibawanya.

5) Panen larva

Tindak lanjut dari penetasan telur adalah panen larva. Panen larva ini dilakukan untuk mengetahui jumlah larva yang dihasilkan. Pada tahap ini dilakukan juga penyebaran larva yang diperoleh ke kolam-kolam pemeliharaan pembenihan dengan padat tebar maksimum 100 000 per kolam. Pada hari panen dan penyebaran larva ini sudah dilakukan pemberian pakan.

35

6) Pemelihahaan larva

Pemeliharaan larva ini dilakukan selama kegiatan pembenihan berlangsung. Pada tahap ini dilakukan pemberian pakan pada larva yang dipelihara.

7) Penyortiran

Pada hari kesebelas dilakukan penyortiran. Sortir ini dilakukan dengan tujuan memisahkan larva ukuran kecil dan besar serta mencegah terjadinya kanibalisasi antar larva. Menjelang 12 hari berikutnya dilakukan lagi penyortiran tahap 2.

8) Panen benih

Setelah berselang 40 hari dari penyortiran tahap 2, dilakukan panen benih lele Sangkuriang berukuran 7 sampai 8 cm.

3.2)Proses produksi usaha pembesaran lele Sangkuriang

Proses yang dilakukan pada usaha pembesaran ini lebih sederhana dibandingkan pada usaha pembenihan. Proses yang dilalui adalah persiapan kolam, penebaran benih 7 sampai 8 cm, pemeliharaan (1 bulan), pemeliharaan (1.5 bulan), dan panen.

4) Penanganan air limbah budidaya

Air limbah hasil budidaya sebelum dialirkan ke pembuangan sebaiknya dilakukan perlakuan terlebih dahulu agar tidak atau mengurangi dampaknya terhadap lingkungan. Selama usaha ini dilaksanakan belum ada penanganan atas air limbah budidaya yang dihasilkan. Air budidaya langsung dialirkan ke selokan milik warga dan akhirnya akan bermuara ke sungai.

Hasil Analisis Aspek Teknis

Aspek teknis pada usaha lele Sangkuriang di Rambo Fish Farm adalah tidak layak secara keseluruhan karena ada satu indikator yang belum mampu dipenuhi yakni penanganan air limbah budidaya sebelum dialirkan ke selokan. Karena tanpa adanya penanganan air limbah dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap lingkungan. Namun, indikator lainnya mampu dipenuhi seperti lokasi bisnis (ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supplai tenaga kerja, fasilitas transportasi), layout usaha, proses produksi pada usaha ini dapat dipenuhi, sehingga tidak ada gangguan teknis dalam melaksanakan usaha. Langkah yang sebaiknya dilakukan untuk mengurangi dampak lingkungan ini adalah dengan membuat saluran pengendapan air limbah sehingga bau air limbah dan sisa-sisa pakan yang ikut hanyut dalam air limbah tersebut terendap di saluran pengendapan tersebut. Pembuatan saluran pengendapan ini dapat mengurangi bau air limbah yang ditimbulkan dan dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan karena setelah melalui proses pengendapan ini, air sisa yang akan dibuang sudah layak atau sudah cukup jernih (Hasil wawancara kepada salah satu staff UPT Dinas Peternakan dan Perikanan Budidaya Kabupaten Bogor). Secara lebih ringkas, layout, contoh saluran pengendapan, dan dokumentasi kegiatan usaha lele Sangkuriang di Rambo Fish Farm dilampirkan pada Lampiran 3, 4, dan 5.

36

Aspek Manajemen dan Hukum

Usaha lele Sangkuriang di Rambo Fish Farm telah memiliki struktur manajemen yang sederhana. Hal ini dibuktikan dengan adanya pembagian jabatan dan pembagian kerja. Jabatan tersebut terbagi menjadi tiga yakni Ketua, Wakil Ketua 1, dan Wakil Ketua 2. Ketua memiliki peran dalam mengontrol keseluruhan jalannya usaha mulai dari teknis budidaya hingga pemasaran lele Sangkuriang dan pembagian gaji TK. Sedangkan, Wakil 1 berperan sebagai pengendalian kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan Wakil 2 berperan sebagai pengendalian teknis jalannya usaha.. Khusus pada usaha pembesaran, terdapat adanya investor. Investor ini hanya menanamkan modalnya saja pada perusahaan tanpa terlibat aktif dalam menjalankan usaha. Ketiga orang pemilik Rambo Fish Farm yang memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keahlian dalam bididaya lele Sangkuriang ini memberikan on the job training kepada TK-nya dalam menjalankan usaha pembenihan dan pembesaran lele Sangkuriang, sehingga mereka mampu menjalankan usaha ini sesuai target yang diinginkan. Walaupun sudah memiliki struktur organisasi yang sederhana, belum terdapat adanya pencatatan keuangan dan pencatanan hasil panen secara lengkap. Pembagian keuntungan pada usaha pembenihan dibagi rata diantara para pemilik perusahaan. Sedangkan pada usaha pembesaran diberlakukannya sistem gaji dan bonusan.

Aspek hukum yang menjadi analisis dalam usaha pembenihan dan pembesaran lele Sangkuriang ini adalah terkait dengan bentuk badan usaha dan surat izin usaha. Usaha yang didirikan ini mempunyai bentuk badan usaha yakni unit dagang dan telah memiliki izin menjalankan usaha yang diterbitkan oleh pejabat Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.

Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen dan hukum pada usaha pembenihan dan pembesaran lele Sangkuriang di Rambo Fish Farm adalah layak karena semua kategorinya seperti struktur jabatan, pembagian kerja, dan surat izin usaha telah terpenuhi, sehingga tidak ada gangguan dalam melaksanakan usaha.

Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Usaha pembenihan dan pembesaran lele Sangkuriang di Rambo Fish Farm ini memberikan pengaruh baik dari aspek sosial maupun ekonomi. Dari segi sosial usaha yang dilakukan oleh ketiga pemuda ini (pemilik masih bujangan) bisa menjadi contoh kepada warga sekitar karena dapat dan berani membuka usaha walaupun usia mereka masih muda. Selain itu, pemilik usaha ini memberikan kesempatan kepada warga atau pihak luar untuk belajar teknis budidaya lele Sangkuriang. Sedangkan dari ekonomi, usaha yang dijalankan ini dapat menyerap

Dokumen terkait