• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian kelayakan usaha pembenihan dan pembesaran lele Sangkuriang ini dilakukan di Rambo Fish Farm yang berlokasi di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa usaha ini baru mengembangkan usaha dari pembenihan ke pembesaran dan berada di salah satu wilayah yang memiliki produksi ikan lele yang tinggi (Lampiran 1 dan 2). Waktu penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2015.

Metode Penentuan Responden

Metode penentuan responden dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa pengelola atau pelaksana yang dijadikan subyek penelitian adalah orang yang mengetahui, menjalankan, dan merasakan langsung usaha pembenihan dan pembesaran lele Sangkuriang sehingga dapat menjawab tujuan penelitian ini dilakukan. Responden dalam penelitian ini mencakup dari pengelola ataupun pemilik (internal) usaha hingga beberapa anggota masyarakat yang berlokasi di sekitar usaha ini dijalankan (eksternal).

Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer digunakan untuk menjawab tujuan utama dari penelitian sedangkan untuk memperkuat argumen dalam menyatakan tujuan digunakan data skunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara. Saat wawancara berlangsung, enumerator menggunakan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya. Data primer yang diperoleh berupa aspek non finansial dan aspek finansial. Sedangkan data skunder yang diperoleh berupa produksi ikan lele, konsumsi perikanan, letak geografis, profil kecamatan, profil desa, literatur review yang diperoleh dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Kecamatan Ciampea, Desa Cihideung Ilir, Buku, Perpustakaan IPB, dan Internet.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan pemilik dan tenaga kerja di perusahaan ini. Penelitian ini menggunakan bantuan kuesioner yang telah disusun sedemikian sehingga data yang lengkap terkait usaha lele sangkuriang dapat diperoleh. Kuesioner yang dibuat adalah kuesioner yang digunakan untuk menjawab aspek non finansial dan aspek finansial dari usaha. Kuesioner yang berisi tentang aspek non finansial akan

22

diwawancarakan kepada pemilik dan beberapa anggota masyarakat sekitar. Sedangkan mengenai aspek finansial akan diperoleh dari pemilik usaha.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data primer dan data skunder. Data primer dan data skunder ini merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan aspek non finansial yakni aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial- ekonomi-budaya, dan aspek lingkungan. Sementara data kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan aspek finansial. Dalam mengolah data digunakan perangkat lunak komputer yakni Microsoft Excel. Berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai data kualitatif dan kuantitatif serta metode pengolahannya.

Aspek-aspek non finansial

1) Aspek pasar

a) Pengukuran Potensi pasar

Hal yang perlu diketahui adalah permintaan total daerah, permintaan benih dan lele konsumsi pada Rambo Fish Farm, perusahaan besar potensial.

b) Penawaran

Hal yang perlu diketahui adalah penawaran total daerah, kebijakan pemerintah, dan penawaran benih dan lele konsumsi dari Rambo Fish Farm.

c) Program pemasaran

Bauran pemasaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 P (product, price, place, promotion). Sehingga yang perlu diketahui adalah sbb. Product: standardisasi produk melalui ukuran benih yang akan dijual

Price: HPP, harga jual. Place: adanya saluran distribusi. Promotion: tersedianya spanduk, pamflet/ selebaran, bazar ikan lele untuk meningkatkan penjualan.

Aspek ini dikatakan layak apabila permintaan benih dan lele konsumsi lele Sangkuriang pada Rambo Fish Farm lebih besar dari penawaran atau dengan kata lain ikan habis terjual. Selain itu tersedia juga bauran pemasaran. Bauran pemasaran ini dikatakan layak apabila manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

2) Aspek teknis

Aspek teknis yang dianalisis pada penelitian ini adalah mengenai layout

kolam pembenihan dan pembesaran, layout kolam non pembenihan dan pembesaran (saung), dan proses produksi. Aspek ini dikatakan layak apabila semua kategori dapat dipenuhi dengan baik oleh perusahaan sehingga tujuan bisnis dapat diperoleh.

23

3) Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen yang dianalisis dalam penelitian ini adalah mengenai pengetahuan, pengalaman, dan keahlian pengusaha dan pekerja dalam melakukan usaha pembenihan dan pembesaran lele Sangkuriang, kemampuan manajerial dan manajemen pengusaha dalam kaitannya dengan hubungan kepada para tengkulak atau pengecer dan peran lembaga pendukung. Hal lain yang perlu diketahui adalah adanya kesesuaian fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pergerakan, dan fungsi pengawasan. Analisis dikatakan layak apabila kegiatan usaha yang dilakukan telah terkoordinasi dengan baik dalam hal pembagian tanggung jawab pekerjaan.

Aspek Hukum yang dianalisis dalam penelitian ini mengenai kelegalitasan dari perusahaan. Tujuan dari analisis aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Pada aspek hukum ini akan dilihat legalitas perusahaan seperti badan hukum perusahaan yang dipilih seperti apakah Perseroan Terbatas (PT), Firma, Koperasi, atau Yayasan. Analisis layak apabila memiliki legalitas yakni pemilik memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk), mendapat izin usaha dari RT/RT atau pemerintah setempat.

4) Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang dianalisis yakni mencakup kontribusi usaha pembenihan dan pembesaran lele Sangkuriang yang dilakukan oleh pengusaha terhadap masyarakat sekitar seperti dalam penyerapan tenaga kerja, kesesuaian bisnis dengan budaya (bisnis tidak menyangkut syara). Aspek ini dikatakan layak apabila manfaat yang ditimbulkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

5) Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh usaha terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis, menciptakan lingkungan yang semakin baik ataukah sebaliknya. Analisis dikatakan layak apabila usaha yang bersangkutan tidak menghasilkan limbah atau eksternalitas negatif seperti bau busuk yang menyengat dari air benih lele yang dialirkan ke saluran pembuangan yang dapat merugikan lingkungan atau masyarakat sekitar.

Aspek Finansial

1) Net Present Value (NPV)

Usaha dinyatakan layak apabila seluruh manfaat yang diterima melebihi biaya yang dibutuhkan dalam menjalankan bisnis ini. Selisih antara manfaat dengan biaya dinamakan manfaat bersih. Usaha dikatakan layak jika nilai NPV melebihi nol, yang artinya usaha memberikan manfaat atau keuntungan. Rumus yang digunakan adalah:

24

NPV = ∑n Bt − Ct1 + i t

t=

Keterangan:

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t

T = Tahun kegiatan usaha, tahun awal adalah tahun 1 I = Tingkat Discount Rate(DR)

2) Internal Rate of Return (IRR)

Besarnya pengembalian atas investasi yang ditanamkan merupakan salah satu yang perlu dinilai dalam menentukan kelayakan usaha. Nilai IRR biasanya diperoleh berdasarkan interpolasi antara tingkat DR yang lebih rendah (menghasilkan NPV positif) dengan tingkat DR yang lebih tinggi (menghasilkan NPV negatif). Usaha ini dikatakan layak jika IRR-nya lebih besar dari DR. Rumus yang digunakan adalah:

IRR = i + NPV − NPVNPV x i − i

Keterangan:

i1 = DRyang menghasilkan NPV positif

i2 = DRyang menghasilkan NPV negatif

NPV1 = NPV positif

NPV2 = NPV negatif

3) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net B/C adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Manfaat bersih yang menguntungkan bisnis dihasilkan terhadap setiap satu-satuan kerugian dari bisnis tersebut. Usaha ini dikatakan layak jika Net B/C Ratio lebih besar dari satu. Rumus yang digunakan adalah: NetBC = ∑ Bt − Ct 1 + i t n t= ∑n Bt − Ct1 + i t t= Keterangan:

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Discount rate t = Periode

4) Payback Period (PP)

Metode ini mengukur seberapa cepat investasi yang ditanamkan bisa kembali.

(Bt – Ct) > 0 ... (Bt – Ct) < 0

25

Payback Period =AbI

Keterangan:

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

Analisis Swiching Value

Analisis switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur

“perubahan maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan produksi)

atau perubahan komponen outflow (peningkatan total harga input atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Cara perhitungannya adalah dengan coba-coba (trial and error) pada tabel cash flow

sehingga NPV = 0 (usaha tetap layak).

Asumsi Dasar Penelitian

Analisis kelayakan usaha lele Sangkuriang di Rambo Fish Farm memuat beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam perhitungan yakni:

1) Pada Skenario I (Kondisi aktual usaha pembenihan dan pembesaran), modal yang digunakan adalah modal sendiri dan modal pinjaman. Pinjaman ini digunakan untuk memenuhi kekurangan modal dalam operasiomal usaha lele Sangkuriang. Sedangkan pada Skenario II (usaha pembenihan) dan Skenario III (usaha pembesaran), digunakan modal sendiri. Hal ini digunakan untuk menunjukkan tingkat kebermanfaatan usaha saat menggunakan modal sendiri. 2) Pada Skenario I (Kondisi aktual usaha pembenihan dan pembesaran), pinjaman dilakukan pada tahun 2013 dan 2014. Besarnya pinjaman adalah Rp5 000 000 dan Rp10 000 000. Pinjaman diperoleh dari BRI dengan suku bunga pinjaman adalah sebesar 10.75 persen5

. Lamanya waktu pengembalian pada pinjaman tahun 2013 dan 2014 adalah 12 bulan dan 16 bulan.

3) Bidang usaha yang didirikan pada awal membuka usaha di Rambo Fish Farm adalah usaha pembenihan. Umur usaha pembenihan adalah 2 tahun, namun setelah ada pengembangan usaha dengan penambahan investasi pengadaan usaha pembesaran (yang memiliki umur usaha 4 tahun) pada tahun kedua maka umur usaha setelah ada pengembangan usaha ini menjadi 6 tahun dengan catatan bahwa pada usaha pembenihan dilakukan re-investasi untuk mengimbangi usaha pembesaran. Dari pemaparan ini, untuk menganalisis kelayakan finansial pada Skenario II (usaha pembenihan) dan Skenario III (usaha pembesaran) digunakan juga umur usaha selama 6 tahun. Hal ini berguna untuk membandingkan tingkat manfaat dari ketiga usaha saat usaha ini dijalankan selama 6 tahun.

4) Penyusutan investasi dihitung dengan metode garis lurus. Penyusutan = (Nilai beli – Nilai sisa) /umur ekonomis

5 [BI] Bank Indonesia. 2015. Suku Bunga Dasar Kredit (internet). [Diunduh pada 7 Mei 2015).

26

5) Discount rate yang digunakan adalah tingkat bunga kredit BRI yakni sebesar 10.75 persen. BRI rate dipilih karena pemilik usaha mempunyai pinjaman di BRI. Discount rate ini akan digunakan juga pada Skenario II (usaha pembenihan) dan Skenario III (usaha pembesaran) agar usaha yang dijalankan kompetitif.

6) Penentuan harga berdasarkan harga yang berlaku pada saat penelitian, baik harga input maupun harga output. Asumsi yang digunakan adalah harga konstan selama umur usaha.

7) Bobot indukan yang dipijah adalah 1 kg per indukan. Indukan betina akan menghasilkan telur (fekunditas) sebanyak 60 000 telur per indukan betina (Sunarma 2004).

8) Total fekunditas dari jumlah induk betina yang diperoleh akan dibuahkan. Daya pembuahan (fertilizer rate) adalah sebesar 90 persen

9) Telur-telur yang dihasilkan ini akan ditetaskan dengan daya tetas telur sebesar 75 persen.

10) Daya hidup atau survival rate (SR) benih dikolam pemeliharaan bergantung pada umur benih yang dipelihara. Ada tiga besaran SR pada usaha pembenihan ini. Besarnya SR masing-masing adalah sebesar 55 persen saat benih berumur 11 hari, sebesar 95 persen saat benih berumur 23 hari, dan sebesar 98 persen setelah benih berumur 43 hari hingga panen.

11) Ukuran benih yang dianalisis adalah benih berukuran 7 sampai 8 cm.

12) Pada usaha pembesaran, padat tebar kolam adalah sebanyak 8 470 ekor per kolam, yang akan menghasilkan produksi bersih 810 kg lele pedaging dan 20 kg lele BS.

13) Usaha dimulai dengan tahun 1. Dalam satu tahun panen dilakukan sebanyak 4 kali siklus produksi. Namun pada tahun 1 ada 3 siklus produksi karena pada siklus 1 diasumsikan sebagai siklus 0 sebab periode ini merupakan waktu yang digunakan untuk persiapan memulai usaha seperti persiapan pembuatan kolam, mendirikan saung, dll.

14) Pada Skenario I (Kondisi aktual usaha pembenihan dan pembesaran), untuk usaha pemebenihan, jumlah indukan yang dipijahkan dimulai dari 4, 6, dan 8 pasang, sedangkan pada Skenario II (usaha pembenihan) akan digunakan jumlah pasang indukan maksimum yang digunakan yakni 8 pasang.

15) Pada Skenario I (Kondisi aktual: usaha pembenihan dan pembesaran), jumlah kolam yang digunakan dalam budidaya pembesaran lele Sangkuriang ini dimulai dari 10 dan 13 dari jumlah kolam yang dimiliki yakni 15 kolam. Namun, pada Skenario III (usaha pembesaran) ini analisis akan digunakan saat perusahaan menggunakan 15 kolam yang dimiliki, sehingga akan terlihat tingkat manfaat dari usaha pembesaran lele Sangkuriang saat menggunakan jumlah maksimum kolam yang dimiliki.

16) Total luasan lahan yang dimiliki Rambo Fish Farm adalah 2 700 m2 dengan

biaya sewa sejumlah Rp8 500 000 per tahun.

17) Analisis Switching Value memuat asumsi cateris paribus yakni dilakukan perubahan pada salah satu komponen inflow atau outflow. Saat salah satu dilakukan perubahan maka komponen lainnya dianggap tetap.

27

Dokumen terkait