• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Umum dan Letak Geografis Kabupaten Subang

Posisi geografis Kabupaten Subang terbagi menjadi 3 bagian wilayah, yakni wilayah selatan, wilayah tengah dan wilayah utara.Bagian selatan wilayah Kabupaten Subang terdiri atas dataran tinggi/pegunungan, bagian tengah wilayah Kabupaten Subang berupa dataran, sedangkan bagian Utara merupakan dataran rendah yang mengarah langsung ke Laut Jawa.Sebagian besar wilayah Pada bagian selatan kabupaten Subang berupa Perkebunan, baik perkebunan Negara maupun perkebunan rakyat, hutan dan lokasi Pariwisata.Pada bagian tengah wilayah kabupaten Subang berkembang perkebunan karet, tebu dan buah-buahan dibidang pertanian dan pabrik-pabrik di bidang Industri, selain perumahan dan pusat pemerintahan serta instalasi militer.Kemudian pada bagian utara wilayah Kabupaten Subang berupa sawah berpengairan teknis dan tambak serta pantai.

Berdasarkan tofografinya, wilayah kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 zona, yaitu :

1. Daerah Pegunungan (Subang bagian selatan)

Daerah ini memiliki katinggian antara 500-1500 m dpl dengan luas 41.035,09 hektar atau 20 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Jalan Cagak, Ciater, Kasomalang,

Sagalaherang, Serangpanjang,sebagian besar Kecamatan Jalan Cagak dan sebagian besar Kecamatan Tanjungsiang.

2. Daerah Berbukit dan Dataran (Subang bagian tengah)

Daerah dengan ketinggian antara 50-500 m dpl dengan luas wilayah 71.502,16 hektar atau 34,85 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Zona ini meliputi wilayah Kecamatan Cijambe, Subang, Cibogo, Kalijati, Dawuan, Cipeundeuy, sebagian besar Kecamatan Purwadadi, Cikaum dan Pagaden Barat.

3. Daerah Dataran Rendah (Subang bagian utara)

Dengan ketinggian antara 0-50 m dpl dengan luas 92.639,7 hektar atau 45,15 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Pabuaran, Pagaden, Cipunagara, Compreng, Ciasem, Pusakanagara, Pusakajaya Pamanukan, Sukasari, Legonkulon, Blanakan, Patokbeusi, Tambakdahan, sebagian Pagaden Barat.

Tingkat kemiringan dan iklim dilihat dari tingkat kemiringan lahan, sekitar 80.80% wilayah Kabupaten memiliki tingkat kemiringan 0° - 17°, 10.64% dengan tingkat kemiringan 18°-45° sedangkan sisanya (8.56% memiliki kemiringan di atas 45°. Secara umum wilayah Kabupaten Subang beriklim tropis, dalam tahun 2005 curah hujan rata-rata pertahun 2.352 mm dengan jumlah hari hujan 100 hari.Dengan iklim yang demikian, serta ditunjang oleh adanya lahan yang subur dan banyaknya aliran sungai, menjadikan sebagian besar luas tanah Kabupaten Subang digunakan untuk Pertanian.

Penduduk

Penduduk Kabupaten Subang tahun 2010 berjumlah 1.477.483 orang, dengan komposisi 746.148 penduduk laki-laki dan 731.335 penduduk perempuan. Sedangkan tingkat kepadatan mencapai 714 jiwa per km2, Kecamatan Subang masih merupakan daerah terpadat yaitu 2.229 jiwa per km2 disusul Kecamatan Pagaden 1.324 jiwa per km2. Sementara untuk tingkat kecamatan, Kecamatan Legonkulon merupakan daerah yang paling rendah tingkat kepadatannya, yaitu hanya 298 jiwa per km2.

2006 - 2010

Sumber : Subang Dalam Angka 2010, 2010

Salah satu indikator yang dapat menunjukkan komposisi penduduk menurut jenis kelamin pada suatu daerah, pada suatu waktu tertentu adalah rasio jenis kelamin (sex ratio), rasio jenis kelamin memperlihatkan banyaknya penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Tahun 2010 Kabupaten Subang memiliki rasio jenis kelamin sebesar 102,03, artinya untuk setiap 100 penduduk wanita ada sekitar 102penduduk laki-laki,atau dengan kata lain pada tahun 2010 jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan lebih sedikit dari pada penduduk dengan jenis kelamin laki-laki.

Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten Subang merupakan salah satu Kabupaten yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Jawa Barat, khususnya peran sektor pertanian.Selain menjadi penopang perekonomian bagi wilayah propinsi, kinerja sektor pertanian juga menjadi penopang utama dalam perekonomian di Kabupaten Subang.

Pada periode 2010-2011 perekonomian Kabupaten Subang secara makro cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di Kabupaten Subang terus mengalami peningkatan untuk memenuhi target ekonominya.

Tahun 2011, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memperlihatkan laju pertumbuhan secara berlaku sebesar 7,71 persen, sedangkan laju konstannya sebesar 4,45 persen. Selama tahun 2011, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Subang cenderung meningkat dibanding tahun sebelumnya (tahun 2010 sebesar 4,34 persen). Pertumbuhan NTB tertinggi pada tahun 2011 disumbangkan oleh sektor bangunan/konstruksi yang mampu tumbuh sebesar 6,67 persen.

Selama tahun tahun 2011, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 17.120.524,47 juta atau mengalami peningkatan sebesar Rp 1.225.813,29 juta dari tahun 2010 yang mencapai Rp 15.894.711,18 juta. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 mengalami peningkatan dari Rp 7.373.211,37 juta tahun 2010 menjadi Rp 7.701.017,50 juta tahun 2011.

Sektor Pertanian Kabupaten Subang

Tanaman Pangan

Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang memiliki areal lahan sawah terluas ketiga di Jawa Barat setelah Indramayu dan Karawang, sekaligus merupakanpenyumbang produksi padi terbesar ketiga di Jawa Barat. Luas lahan sawah pada tahun 2012 tercatat seluas 84.929 hektar atau sekitar 41,39% dari total luas wilayah Kabupaten Subang. Sementara jumlah produksi padi sawah dan padi ladang di Kabupaten Subang pada tahun 2012 yaitu 1.184.010 ton.

Lebih lanjut memperhatikan data produksi per kecamatan sesuai dengan areal sawahnya yang sebagian besar berpengairan teknis, produksi padi (sawah dan ladang) terbesar masih dihasilkan oleh Kecamatan Ciasem yang pada tahun 2012 mencapai produksi sebesar 99.924 ton.Khusus padi ladang produksi tertinggi pada tahun 2012 terdapat di Kecamatan Pabuaran dengan angka produksi 1.326 ton.

a. Palawija

Selain tanaman pangan, potensi sektor pertanian lainnya berupa palawija. Berdasarkan jumlah produksinya pada tahun 2012, terdapat 5 jenis komoditas palawija, yakni jagung (4.066 ton), dengan kecamatan yang memproduksi paling banyak adalah Kecamatan Dawuan, ubi kayu (19.311 ton) denganKecamatan Pabuaran sebagai kecamatan penyumbang terbanyak terhadap produksi ubi kayu di Kabupaten Subang, ubi jalar (2.220 ton) dimana Kecamatan Jalancagak sebagai produsen terbesar, kacang tanah (825 ton) dengan sentra produksi di Kecamatan Sagalaherang, sedangkan kacang kedelai produksinya mencapai 429 ton dengan Kecamatan Purwadadi sebagai produsen terbesar.

b. Holtikultura

Selain komoditi padi dan palawija, Kabupaten Subang juga menghasilkan komoditi sayur-sayuran.Jenis sayuran yang paling banyak dihasilkan adalah tomat yang pada tahun 2012 mencapai 4.602,45 ton. Kemudian komoditi yang tidak kalah banyak dihasilkan antara lain kacang panjang (5.128.93 ton), ketimun (7.893.30 ton) dan cabe (6.104.88 ton).

Sedangkan dari jenis buah-buahan, nanas masih merupakan primadona produk Subang, disusul oleh produksi pisang dan rambutan. Hasil produksi nanas pada tahun 2012 mencapai 138.395,56 ton dengan sentra produksi terdapat di Kecamatan Jalancagak, Ciater dan Cijambe (sekitar 90 % dari total produksi nanas Kabupaten Subang).

Karakteristik Petani Padi Dan Proses Keputusan Pembelian Benih Padi Varietas Unggul Di Kabupaten Subang

Karakteristik Petani Responden

Petani padi yang menjadi responden dalam penelitian berada di Kabupaten Subang dan tersebar dalam enam kecamatan dan enam desa dengan jumlah responden 100 orang.Penyebaran petani responden di setiap kecamatan dan desa dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Wilayah dan Jumlah Petani Responden

No. Kelurahan/Desa Kecamatan Jumlah petani

1 Sukasari Sukasari 25

2 Mandala Pamanukan 16

3 Pangarangan Legonkulon 15

4 Patok Beusi Patok Beusi 17

5 Lengkong Jaya Pamanukan 15

6 Rawa Mekar Blanakan 12

Total 100

Sumber : Disperta Kabupaten Subang, 2011

Petani responden adalah laki-laki, sebagian besar berusia antara 51-60 tahun (46%).Responden menetapkan bertani sebagai pekerjaan utama mereka (89%).Pekerjaan sampingan selain petani adalah toko kelontong, PNS, pedagang,

buruh tani dan peternak.Petani juga banyak yang hanya bekerja sebagai petani tanpa memiliki pekerjaan sampingan. Pekerjaan sampingan sebagai buruh tani dilakukan kepada petani lain sebagai tanda kerjasama dan gotong royong antar petani. Imbalan yang diharapkan dari buruh tani dapat berupa uang, bantuan tenaga kerja, bantuan modal maupun hasil panen.Karakteristik petani responden dapat dilihat lebih lengkap pada Tabel 7 dan 8.

Tingkat pendidikan yang umum dimiliki petani responden adalah pendidikan SLTA atau sederajat (47%). Pendapatan per bulan dari hasil selain bertani sebesar Rp 2.000.000,- (86%). Pendapatan ini sebagian besar berasal dari pendapatan dari hasil bertani dan juga ada yang ditambah dengan penghasilan sampingan sebagai toko kelontong, PNS, pedagang, buruh tani dan peternak.

Tabel 8.menunjukkan bahwa luas lahan sawah yang dimiliki sebagian besar petani lebih dari 2 hektar sekitar (39%) dan merupakan lahan milik sendiri (91%).Lahan tersebutmerupakan lahan warisan dari orang tua mereka.Petani responden yang menyewa lahan, melakukan kegiatan menyewa lahan dari petani- petani yang memiliki lahan yang lebih luas dengan sistem bagi hasil maupun tunai.

Petani responden melakukan budidaya padi sebanyak dua kali (100%) dengan produksi rata-rata setiap kali panen sekitar 7-10 ton per hektar. Hal ini tergantung dari varietas, serangan hama penyakit, kerebahan tanaman dan pola pemupukan yang tepat. Banyaknya budidaya yang dilakukan tergantung dengan pola tanam yang dilakukan. Pola tanam para petani responden antara lain padi- padi -padi (100%). Harga gabah kering giling (GKG) yang diterima petani lebih dari 5.000 tergantung varietas dan dijual kepada para tengkulak.Varietas Ciherang umumnya dijual dengan harga lebih tinggi daripada varietas Hibrida Maro.

Proses Keputusan Pembelian Benih Padi Varietas Unggul

Proses keputusan pembelian memiliki lima tahapan, yaitu tahapan pengenalan kebutuhan, tahapan pencarian informasi, tahapan evaluasi alternatif, tahapan keputusan pembelian dan tahapan pasca pembelian. Tahapan sebagai berikut :

Tahapan Pengenalan Kebutuhan

Untuk mengaktifkan suatu proses keputusan pembelian, seorang konsumen memerlukan respon atau motivasi serta harapan atau keadaan yang diinginkan.Untuk memotivasi pembelian benih padi varietas unggul oleh petani, perlu diketahui motivasi apa yang membuatnya bekerja sebagai petani padi dan sejauh mana pentingnya benih varietas unggul bagi petani.

Berdasarkan Tabel 9 petani responden termotivasi untuk bertani padi karena pada umumnya para petani ingin mendapatkan keuntungan dengan memakai benih varietas unggul (95%). Motivasi lain yang diungkapkan oleh petani padi dalam bertani padi adalah karena turun- temurun dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Petani menilai bahwa pengunaan benih varietas unggul sangat penting (100%). Menurut petani penggunan benih varietas unggul merupakan hal yang sangat penting dalam bertani padi karena akan membantu petani dalam penggunaan pestisida, penggunaan pupuk, perawatan yang lebih ringan sehingga hasil panen yang didapat akan lebih baik dan meningkat. Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman dan perannya tidak

dapat di gantikan oleh faktor lain, karena benih sebagai bahan tanaman dan sebagai pembawa potensi genetik terutama untuk varietas-varietas unggul.

Tabel 7. Karakteristik petani responden berdasarkan umur, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan

No. Karakteritik Kategori Jumlah Persentase

(%) 1 Umur < 40 tahun 23 41-50 tahun 29 51-60 tahun 40 61-70 tahun 8 Total 100 100 2 Pekerjaan sebagai Petani Pekerjaan utama 89 Pekerjaan sampingan 11 Total 100 100

3 Pendidikan Tidak sekolah -

SD atau sederajat 20 SMP 26 SMA 47 Perguruan Tinggi 7 Total 100 100 4 Pendapatan setiap Bulan < Rp 1.000.000 - Rp 1.000.000-1.500.000,- - Rp 1.500.000-2.000.000 14 >Rp 2.000.000 86 Total 100 100

Tabel 8. Karakteristik petani responden berdasarkan, status lahan, budidaya, panen dan pola tanam

No. Karakteritik Kategori Jumlah Persentase

(%)

1 Status lahan Milik sendiri 91 91

Sewa 9 9

Total 100 100

2 Luas lahan yang dimiliki < 5000 m2 9 9

5.000-1ha m2 15 15

1 ha-2 ha m2 37 37

> 2 ha m2 39 39

Total 100 100

3 Budidaya dan panen padi dalam 1 tahun

1 kali 0 0

2 kali 100 100

Total 100 100

4 Rata-rata hasil panen 4-5 ton/ha 0 0

5-6 ton/ha 13 13

6-7 ton/ha 39 39

7-10 ton/ha 48 48

Total 100 100

5 Harga GKG /kg Varietas Hibrida Maro dan Ciherang

<Rp 3.000 0 0

Rp 3.000-5.000 21 21

>Rp 5.000 79 79

Total 100 100

6 Pola tanam padi -padi-padi 100 100

padi-padi-horti 0 0

padi-padi-jagung 0 0

Tabel 9. Tahapan pengenalan kebutuhan

No. Keterangan Kategori Jumlah Persentase

(%) 1 Motivasi bertani

padi

Memperoleh keuntungan 95 95

Turun Temurun 3 3

Memenuhi Kebutuhan Hidup - -

Lainnya - -

Total 100 100

2 Pentingnya benih varietas unggul

Sangat Tidak Penting - -

Tidak Penting - -

Cukup Penting - -

Penting - -

Sangat Penting 100 100

Total 100 100

Tahapan Pencarian Informasi

Informasi sebuah produk sangatlah penting bagi konsumen karena akan mempengaruhi proses keputusan konsumen untuk memakai produk tersebut. Begitu pula dengan para petani, informasi tentang benih padi akan mempengaruhi para petani dalam mengambil keputusan untuk melakukan budidaya padi.

Pencarian informasi bisa dilakukan secara internal maupaun eksternal.Tabel 10 menunjukkan bahwa sumber informasi umumnya diperoleh melalui demplot promosi sebesar (47%), kelompok tani (24%) dan 13% dari Petugas Penyuluh Lapangan.Selain dari demplot promosi, PPL dan kelompok tani, para petani juga mendapat informasi dari toko pertanian dan pengalaman diri sendiri. Mengenai Sumber informasi yang penting mengenai benih padiatribut harga dan kualitas tidak menujukkan perbedaan yang nyata, artinya petani mengharapkan harga benih yang sewajarnya dengan kualitas yang baik. Tahapan pencarian informasi dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Tahapan pencarian informasi

Keterangan Kategori Jumlah Persentase (%)

Sumber informasi mengenai benih padi

Pengalaman diri sendiri 5 5

PPL 13 13

Demplot/promosi 47 47

Toko pertanian/penjual 11 11

Kelompok petani 24 24

Lainnya ... - -

Sumber informasi yang penting mengenai benih padi

Harga 52 52

Kualitas 48 48

Lainnya - -

Total 100 100

Proses Evaluasi Alternatif

Sebelum melakukan pembelian, perlu adanya pertimbangan terhadap manfaat yang diharapkan dan menyempitkan alternatif-alternatif yang dipilih.Hal

yang menjadi pertimbangan utama bagi petani dalam membeli benih varietas unggul harga dan kualitas.

Tabel 11, menunjukkan bahwa atribut benih padi yang dipertimbangkan untuk dibeli adalah dari atribut harga (24%), label benih (17%), ketahanan terhadap penyakit (16%) dan produktivitas (15%). Sedangkan untuk hal yang dipertimbangkan dalam memilih benih padi terbesar pada produktivitas (32%) dan harga benih (30%). Hal ini menunjukkan bahwa harga menentukan pemilihan alternative, petani cenderung akan memilih harga yang murah atau sewajarnya untuk suatu varietas yang ia ketahui spesifikasinya. Namun jika petani tidak dapat mengevaluasi kualitas varietas, maka harga merupakan indikator kualitas.

Tabel 11. Tahapan evaluasi alternatif

No. Keterangan Kategori Jumlah Persentase

(%) 1. Atribut benih padi apa saja

yang dipertimbangkan untuk dibeli (skala prioritas)

Produktivitas 15 15

Tahan Hama 10 10

Umur Tanaman 2 2

Daya tumbuh (berkecambah) - - Efisiensi penggunaanpupuk - - Daya simpan - - Kualitas kemasan - - Jenis varietas - - Ukuran benih - - Tanggal kadaluarsa - -

Ketahanan terhadap penyakit 16 16

Label benih 17 17

Harga Benih 24 24

Kemudahan dalam akses benih - - Stok Benih (Ketersediaan) - - Ketersediaan demplot di

lapangan

16 16

Tingkat Promosi Brosur /leaflet - - Lainnya, sebutkan…………..

Total 100 100

2. Hal yang dipertimbangkan dalam memilih benih padi

Produktivitas 32 32

Tahan Hama 10 10

Umur Tanaman 5 5

Daya tumbuh (berkecambah) - - Efisiensi penggunaanpupuk - - Daya simpan - - Kualitas kemasan - - Jenis varietas - - Ukuran benih - - Tanggal kadaluarsa - -

Ketahanan terhadap penyakit 10 10

Label benih 2 2

Harga Benih 30 30

Kemudahan dalam akses benih - - Stok Benih (Ketersediaan) - - Ketersediaan demplot di

lapangan

11 11

Tingkat Promosi Brosur /leaflet - - Lainnya, sebutkan…………..

Tabel 12. Tahapan keputusan pembelian

No. Keterangan Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Cara memutuskan pembelian Terencana 100 100 Tergantung situasi - - Mendadak - - Total 100 100

2 Varietas yang sering dibeli Hibrida Maro 11 11 Ciherang 70 70 Padi hitam 9 9 Lainnya... 10 10 Total 100 100 3 Pihak mempengaruhi dalam memutuskan untuk membeli Diri sendiri 15 15 Iklan/Promosi/demplot 43 43 Toko Pertanian 2 2 Kelompok tani/teman/keluarga 27 27 PPL 12 12 Lainnya 1 1 Total 100 100

4 Berapa kali membeli dalam 1 tahun

1 kali 2 2

2 kali 98 98

Total 100 100

5 Banyaknya benih yang dibeli 5 kg - - 10 kg 8 15 kg 25 20 kg 67 Total 100 100

6 Harga benih (1 kemasan ukuran 5 kg)

<Rp 45.000-60.000 100 100

Rp 60.000- 75.000 - -

>Rp 75.000 - -

Total 100 100

7 Harga terjangkau dan sesuai dengan kualitas

Ya 100 100 Tidak - - Total 100 100 8 Jarak lokasi pembelian(toko pertanian) 500 m - - < 1 km 64 64 1-5 km 11 11 >5 km 25 25 Total 100 100

9 Pertimbangan Dekat dengan rumah 9 9

Sekaligus membeli pupuk - - Harga murah - - Pelayanan memuaskan 6 6 Kualitas terjamin 87 87 Lainnya - - Total 100 100

Tabel 12 menunjukkan bahwa varietas yang sering dibeli atau disukai oleh petani responden adalah Ciherang (70%). Hal ini dikarenakan varietas Ciherang ini lebih tahan hama dan umur tanaman, memutuskan membeli varietas unggul karena iklan/promosi demplot (43%), sedangkan pengaruh kelompok tani, teman atau keluargauntuk membeli sebesar 27%.Intensitas pembelian disesuaikan dengan berapa kali petani responden menanam dalam satu tahun. Petani padi umumnya membeli benih padi sebanyak dua kali dalam satu tahun dengan banyak pembelian disesuaikan dengan luas lahan yang mengacu pada teknis umum di kalangan petani responden bahwa untuk 1.400m2 dibutuhkan benih padi sebanyak lima kilogram.

Jumlah ini sebenarnya masih tinggi jika dibandingkan dengan petunjuk teknis budidaya padi dikarenakan faktor-faktor lain seperti keadaan tanah, pengairan, kebiasaan petani, serangan penyakit dan lain sebagainya.

Harga yang biasanya dibeli untuk 1 kemasan ukuran lima kilogram adalah <Rp 45.000-60.000 (100%), harga tersebut berfluktuatif tergantung dari ketersediaan benih di pasaran. Harga yang ditawarkan bagi petani responden sudah terjangkau dan sesuai dengan kualitas (100%).Petani responden membeli benih varietas unggul di toko pertanian dengan pertimbangan untuk membeli benih yang kualitasnya terjamin (87%).Jarak yang ditempuh ke lokasi pembelian tidak terlalu jauh yaitu < 1 km (64%).

Tahapan Evaluasi Pasca Pembelian

Setelah melakukan pembelian dan mendapatkan manfaat, petani responden puas dengan pembelian benih (100%). Hal ini dikarenakan benih padi unggul jenis lebih produktif. Petani akan membeli kembali benih padi yang biasa digunakan meskipun terjadi kenaikan harga. Sebesar 91% petani respoden akan merekomendasikan kepada petani lain untuk menggunakannya benih yang telah digunakannya.

Tabel 13. Proses evaluasi pasca pembelian

Keterangan Kategori Jumlah Persentase

(%) Puasterhadap pembelian benih

yang disukai

Ya 100 100

Tidak - -

Membeli kembali benih padi yang anda biasa gunakan

Ya 100 100

Tidak - -

Membeli jika benih padi yang biasa anda gunakanmengalami kenaikan harga

Ya 100 100

Tidak - -

Merekomendasikan benih yang anda biasa gunakan kepada petani lain

Ya 91 91

Tidak 9 9

Analisis Sikap Dan Kepuasan Petani Padi

Analisis Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul

Untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara keseluruhan dan mengetahui atribut yang perlu mendapat perhatian, perlu dilakukan penilaian terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut. Dari tingkat kepentingan dan kinerja akan diketahui sejauh mana tingkat kinerja atribut dapat memenuhi kebutuhan dari responden. Jumlah atribut yang akan dibahas ada sembilan atribut yang dijadikan pertimbangan para petani yaitu produktivitas, harga, promosi, tempat.

1. Produktivitas

Berdasarkan hasil analisis dari 100 petani responden diperoleh 86 persen petani responden menyatakan bahwa atribut produktivitas sangat penting, 11 persen menyatakan penting, 3 persen menyatakan cukup penting dan tidak ada yang menjawab atribut tidak penting maupun sangat tidak penting (Tabel 14).Produktivitas adalah rata-rata hasil panen aktual gabah kering giling per ha. Produktivitas varietas IR 64 adalah 5 ton/ha, varietas Ciherang sebesar 6 ton/ha ( Suprihatno et al., 2007). Sifat yang paling diharapkan dari varietas hibrida adalah tingkat produksinya 20-40 persen lebih tinggi daripada verietas unggul baru dan lebih tahan hama dan penyakit daripada varietas unggul baru (Las et al., 2004). Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut produktivitas adalah 4,83. Nilai tersebut berada pada rentang 4,20-5,00 yang termasuk dalam kategori sangat penting. Produktivitas merupakan faktor penting dalam mencirikan kelebihan benih varietas unggul sehingga hal ini wajar menjadi tingkat kepentingan yang sangat penting.

Tabel 14. Tingkat kepentingan produktivitas

Atribut Kepentingan Total Nilai

1 2 3 4 5

Produktivitas 0 0 3 11 86 483

Telah dijelaskan sebelumnya dalam definisi operasional bahwa produktivitas varietas Ciherang adalah 7-8 ton/ha GKG, produktivitas varietas Hibrida Maro sebesar 6-7 ton/ha GKG. Nilai tingkat kinerja produktivitas sangat rendah menilai bahwa produktivitas varietas adalah 3 ton/ha GKG, tingkat kinerja produktivitas rendah menilai bahwa produktivitas varietas adalah 4 ton/ha GKG, tingkat kinerja produktivitas cukup tinggi menilai bahwa produktivitas varietas adalah 5 ton/ha GKG, tingkat kinerja produktivitas tinggi menilai bahwa produktivitas varietas adalah 6 ton/ha GKG, tingkat kinerja produktivitas sangat tinggi menilai bahwa produktivitas varietas adalah 7 ton/ha GKG.

Tabel 15. Tingkat kinerja produktivitas

Atribut Kinerja Total Nilai

1 2 3 4 5

Produktivitas Hibrida Maro 0 0 11 77 12 401

Produktivitas Ciherang 0 0 0 79 21 421

Produktivitas Padi Hitam 0 0 76 24 0 324

Kinerja atribut produktivitas berbeda-beda untuk setiap varietas. Varietas Hibrida Maro dinilai oleh 12 persen petani memiliki produktivitas sangat tinggi,

77 persen tinggi, 11 persen cukup tinggi, dan tidak ada yang menilai produktivitas Hibrida Maro sangat rendah. Nilai rata-rata kinerja produktivitas Hibrida Maro adalah 4,01 yang termasuk dalam kategori produktivitas sangat tinggi (4,20-5,00).

Varietas Ciherang dinilai oleh 21 persen petani memiliki produktivitas sangat tinggi, 79 persen tinggi dan tidak ada yang menilai produktivitas Ciherang sangat rendah maupun rendah. Nilai rata-rata kinerja produktivitas Ciherang adalah 4,21 yang termasuk dalam kategori produktivitas sangat tinggi (4,20-5,00).

Varietas Padi Hitam dinilai oleh 24 persen petani memiliki produktivitas tinggi, 76 persen cukup tinggi dan tidak ada yang menilai produktivitas Padi Hitam sangat rendah maupun rendah. Nilai rata-rata kinerja produktivitas Padi Hitam adalah 3,24 yang termasuk dalam kategori produktivitas tinggi (3,40-4,19). Hasil lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 15.

Uraian di atas menandakan bahwa produktivitas setiap varietas telah sesuai dengan potensi produktivitas setiap varietas.Bagi petani responden, produktivitas varietas unggul Ciherang dan Hibrida Maro masih dianggap memiliki produktivitas yang cukup tinggi bila dibanding dengan benih padi Hitam.

2. Tahan Hama

Sebesar 92 persen petani responden menyatakan bahwa atribut tahan hama sangat penting, 8 persen penting dan tidak ada yang menyatakan tidak penting maupun sangat tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut tahan hama adalah 4,92 Nilai tersebut berada pada rentang 4,20-5,00 yang termasuk dalam kategori sangat penting (Tabel 16). Tahan hama dan penyakit adalah ketahanan tanaman padi terhadap hama dan penyakit padi seperti tungro, blast, wereng, keong mas dan lain-lain. Varietas IR 64 tahan hama wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3, agak tahan tehadap penyakit hawar daun bakteri strain IV dan agak atahan virus kerdil rumput. Varietas Ciherang tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3, tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri starin II dan IV ( Suprihatno et al.,2007).

Tabel 16. Tingkat kepentingan tahan hama

Atribut Kepentingan Total Nilai

1 2 3 4 5

Tahan Hama 0 0 0 8 92 492

Tahan hama sangat berperan penting dalam produksi padi. Varietas yang tidak tahan hama tentunya akan mengurangi jumlah tanaman yang produktif. Jika tanaman yang produktif berkurang tentunya akan mengurangi hasil panen.

Dokumen terkait