• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Perkembangan Wilayah di Kota Cilegon

Perkembangan suatu wilayah dapat dilihat dari meningkatnya aktifitas masyarakat yang di antaranya dapat direpresentasikan oleh keberadaan sarana wilayah serta aksesibilitas sarana tersebut. Ketersediaan sarana ataupun fasilitas

26

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan sosial ekonomi. Analisis skalogram dapat menjadi salah satu analisis perkembangan wilayah di Kota Cilegon. Berikut merupakan tingkatan hirarki di Kota Cilegon tahun 2012 tertera pada Gambar 6.

Gambar 6 Peta Hirarki Wilayah Kota Cilegon Tahun 2012

Kota Cilegon diasumsikan dalam wilayah nodal yang pusat serta hinterland wilayah ditentukan berdasarkan jumlah dan jumlah jenis fasilitas umum serta aksesibilitasnya. Wilayah yang memiliki jumlah dan jumlah jenis fasilitas relatif lengkap beserta aksesibilitas yang mudah akan memiliki hirarki wilayah lebih tinggi dan menjadi pusat wilayah. Terdapat 8 (delapan) kecamatan dan 43 (empat puluh tiga) kelurahan/desa di Kota Cilegon pada tahun 2013. Sarana yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas ekonomi dengan aksesibilitasnya. Hirarki wilayah dibagi menjadi tiga tingkat kelompok, yaitu Hirarki I, Hirarki II, Hirarki III. Desa yang berhirarki tinggi berpotensi menjadi pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan bagi desa – desa di sekitarnya. Hasil analisis skalogram menghasilkan hirarki, Indeks Perkembangan Desa (IPD), serta jumlah jenis untuk setiap desa di Kota Cilegon seperti tertera pada Tabel 11.

27 Tabel 11 Hirarki, IPD, Jumlah Jenis, dan Jumlah Fasilitas di Kota Cilegon tahun

2012

No Hirarki Kecamatan Desa Jumlah

fasilitas

Jumlah

Jenis IPD

1. 1 Purwakarta Ramanuju 137 42 110,72

2. 1 Jombang Jombang Wetan 419 51 94,36

3. 1 Citangkil Deringo 146 43 93,04 4. 1 Cibeber Kedaleman 161 44 80,68 5. 1 Jombang Sukmajaya 350 41 76,74 6. 1 Ciwandan Tegalratu 309 40 74,40 7. 2 Pulomerak Mekarsari 208 39 72,47 8. 2 Cilegon Ciwaduk 117 43 68,45 9. 2 Jombang Masigit 246 46 66,37 10. 2 Cilegon Bendungan 77 40 65,74 11. 2 Grogol Kotasari 108 38 64,29 12. 2 Cibeber Kalitimbang 106 37 63,60 13. 2 Grogol Gerem 278 45 63,59 14. 2 Purwakarta Kotabumi 127 42 61,64 15. 2 Ciwandan Kubangsari 296 40 61,20

16. 2 Jombang Panggung Rawi 107 38 59,72

17. 2 Cibeber Cibeber 131 40 57,83

18. 3 Citangkil Citangkil 533 39 55,39

19. 3 Ciwandan Randakari 301 39 54,84

20. 3 Purwakarta Kebondalem 97 42 54,58

21. 3 Grogol Rawa Arum 144 39 54,48

22. 3 Citangkil Kebonsari 395 42 54,29 23. 3 Citangkil Tamanbaru 88 39 54,28 24. 3 Citangkil Samangraya 120 39 52,06 25. 3 Ciwandan Kepuh 292 35 51,11 26. 3 Citangkil Lebakdenok 73 37 51,07 27. 3 Cilegon Bagendung 65 31 50,69 28. 3 Cibeber Karangasem 69 36 49,64 29. 3 Cilegon Ketileng 95 33 49,09

30. 3 Purwakarta Tegal Bunder 53 34 47,84

31. 3 Cilegon Ciwedus 81 32 47,59

32. 3 Jombang Gedong Dalem 97 34 47,52

33. 3 Cibeber Cikerai 68 29 46,93

34. 3 Ciwandan Gunungsugih 445 34 46,60

35. 3 Pulomerak Tamansari 130 33 43,96

36. 3 Citangkil Warnasari 182 37 42,89

28

38. 3 Cibeber Bulakan 94 33 40,48

39. 3 Ciwandan Banjar Negara 131 32 39,62

40. 3 Pulomerak Lebak Gede 98 32 37,07

41. 3 Purwakarta Pabean 31 30 37,00

42. 3 Purwakarta Purwakarta 42 32 34,89

43. 3 Grogol Gerogol 23 30 33,58

Hasil analisis skalogram menunjukkan bahwa terdapat 6 (enam) desa yang berhirarki I, 11 (sebelas) desa berhirarki II, dan 26 (dua puluh enam) desa berhirarki III. Desa yang termasuk pada Hirarki I merupakan desa yang memiliki tingkat perkembangan wilayah yang lebih maju dibandingkan desa yang termasuk pada Hirarki II dan III. Desa – desa yang berada pada hirarki I yaitu Ramanuju, Jombang Wetan, Deringo, Kedaleman, Sukmajaya, dan Tegalratu. Berdasarkan perencanaan, pemerintah membagi wilayah kota menjadi 5 (lima) bagian wilayah kota (BWK) sebagai salah satu strategi dalam pengembangan sistem pusat pelayanan Kota Cilegon. Pusat pelayanan kota tertinggi berada di sekitar Kelurahan Ramanuju, Kecamatan Purwakarta yang merupakan BWK 1 dengan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan dengan skala pelayanan kota dan regional dengan fungsi perumahan, industri, pelabuhan dan pergudangan, pusat pemerintahan, bangunan umum, perdagangan dan jasa, ruang terbuka hijau, dan kawasan lindung sekitar waduk. Kecamatan Purwakarta memiliki kelengkapan fasilitas berupa rumah sakit terbesar di Kota Cilegon serta merupakan daerah industri Krakatau Steel, Universitas Negeri Tirtayasa dan perumahan elit dilengkapi dengan lapangan golf dan kolam renang. Kecamatan Jombang dengan kepadatan penduduk yang tertinggi di Kota Cilegon memiliki 2 desa dengan hirarki I. Ada beberapa kelemahan yang mungkin dijumpai dalam penggunaan analisis skalogram pada data riil. Pada umumnya, batas – batas wilayah nodal tidak tepat berimpitan dengan wilayah administratif, sehingga data – data yang digunakan dalam analisis perencanaan sering bersifat kompromistis (Rustiadi 2011). Secara umum di Kota Cilegon dapat terlihat bahwa fasilitas yang dikelola oleh pihak swasta lebih baik dibandingkan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah.

Penggunaan lahan di Kota Cilegon

Penggunaan lahan di Kota Cilegon berasal dari interpretasi citra Google

Earth yang diklasifikasikan menjadi permukiman tidak teratur (PMK), perumahan teratur (PMT), kebun campuran (KBC), hutan (HTN), rumput semak ilalang (RSI), lahan terbuka (LT), emplasemen (EMP), tanaman pertanian lahan kering (TPLK), tanaman pertanian lahan basah (TPLB), badan air (BA), dan kompleks olahraga (KO). Sebaran penggunaan lahan di Kota Cilegon disajikan pada Gambar 7.

29

Gambar 7 Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kota Cilegon Tahun 2013 Gambar 7 menunjukkan bahwa Kota Cilegon didominasi oleh permukiman yang terpusat di tengah Kota Cilegon namun juga tersebar meluas di seluruh kecamatan. Penggunaan lahan emplasemen untuk industri sebagian besar berlokasi di daerah pesisir pantai dan Kota Cilegon bagian barat karena topografi yang relatif datar yang sangat cocok untuk kegiatan industri. Penggunaan lahan kebun campuran sering berasosiasi dengan permukiman dan berlokasi di sebagian besar Kota Cilegon yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Serang. Rumput, semak, ilalang berlokasi di sekitar penggunaan lahan hutan di Kecamatan Pulomerak.

Pada penelitian sebelumnya, Willannisa (2014) menunjukkan bahwa penggunaan/penutupan lahan di Kota Cilegon pada tahun 2005 didominasi secara berurutan oleh hutan (33%), sawah (20%), semak/belukar (17%), lahan terbuka (10%), pertanian lahan kering (7%) dan permukiman (6%). Bagian barat dan timur Kota Cilegon didominasi oleh perubahan penggunaan lahan sawah menjadi permukiman pada tahun 2011 karena topografinya yang datar sehingga menjadi tempat terkonsentrasinya penduduk. Perubahan proporsi penggunaan lahan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian ini di Kota Cilegon menunjukkan perkembangan penggunaan lahan di Kota Cilegon yang sangat pesat. Kebutuhan akan penggunaan lahan untuk permukiman begitu tinggi hingga mengalami perubahan yang sangat besar. Rincian luas penggunaan lahan dan proporsi setiap penggunaan lahan terhadap luas total penggunaan lahan disajikan dalam Tabel 12.

30

Tabel 12 Luas dan Proporsi Penggunaan Lahan Eksisting Kota Cilegon tahun 2013

No Simbol Penggunaan Lahan Luas

ha %

1 PMT Permukiman teratur 535,17 3,24

2 PMK Permukiman tidak teratur 2.889,52 17,5

3 HTN Hutan 2.978,92 18

4 EMP Emplasemen 2.656,69 16,1

5 TPLB Tanaman Pertanian Lahan Basah 2.531,65 15,3

6 RSI Rumput, Semak, Ilalang 1.651,39 10

7 TPLK Tanaman Pertanian Lahan Kering 1.472,17 8,91

8 KBC Kebun Campuran 998,49 6,05

9 LT Lahan Terbuka 615,46 3,73

10 BA Badan Air 128,41 0,78

11 KO Kompleks Olahraga 58,13 0,35

Jumlah 16.516 100

Penggunaan lahan eksisting di Kota Cilegon tahun 2013 didominasi oleh permukiman yang terdiri atas permukiman teratur dan permukiman tidak teratur sebesar 20,74% total luas penggunaan lahan (3424,69 ha). Kemudian diikuti berturut – turut oleh penggunaan lahan hutan, emplasemen, tanaman pertanian lahan basah, rumput semak ilalang, tanaman pertanian lahan kering, kebun campuran, lahan terbuka, badan air dan kompleks olahraga.

Permukiman tidak teratur. Permukiman merupakan bangunan dan lingkungan sekitarnya yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Permukiman perkotaan merupakan habitat paling penting bagi manusia. Hampir 50- 60% dari populasi dunia hidup di daerah perkotaan membentuk hingga 80% dari

output ekonomi global. Metabolisme dari aktivitas perkotaan dapat menimbulkan ancaman bagi lingkungan global (Pauleit et al. 2000). Permukiman relatif menyebar namun sebagian besar berada di tengah Kota Cilegon. Luas penggunaan lahan permukiman tidak teratur yaitu sebesar 2.889,52 hektar atau 17,5% dari jumlah luas penggunaan lahan di Kota Cilegon. Fasilitas umum seperti sekolah dan tempat peribadatan termasuk ke dalam permukiman tidak teratur. Selain itu bangunan pertokoan dan pusat perbelanjaan di sepanjang jalan arteri primer Kota Cilegon termasuk dalam klasifikasi permukiman tidak teratur. Luas permukiman tidak teratur terluas berada di Kecamatan Citangkil dengan luas sekitar 497 hektar. Hasil pengamatan lapang permukiman tidak teratur dan kenampakan obyek pada citra tertera pada Gambar 8.

31

Gambar 8 Foto Pengamatan Lapang dan Kenampakan Obyek pada Citra Permukiman Tidak Teratur

Permukiman teratur. Permukiman teratur merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian yang menyebar secara teratur atau memiliki pola yang sama. Berbeda dengan permukiman tidak teratur, permukiman teratur memiliki pola yang teratur dan ukuran rumah yang relatif seragam. Permukiman teratur tersebar relatif dekat dengan permukiman tidak teratur dan mendominasi di bagian Cilegon Timur. Kompleks – kompleks perumahan dilengkapi dengan fasilitas – fasilitas yang lengkap seperti tempat peribadatan dan pertokoan. Permukiman teratur terluas berada di Kecamatan Purwakarta dengan luas sebesar 156,3 hektar. Kecamatan yang tidak memiliki penggunaan lahan permukiman teratur yaitu Kecamatan Ciwandan. Hasil pengamatan lapang permukiman teratur dan kenampakan obyek pada citra tertera pada Gambar 9.

Gambar 9 Foto Pengamatan Lapang dan Kenampakan Obyek pada Citra Permukiman Teratur

Hutan. Hutan yang tumbuh dan berkembang di habitat lahan kering yang dapat berupa hutan dataran rendah, jenis rumput yang tinggi serta rumput rendah heterogen. Luas hutan di Kota Cilegon yaitu 2978,92 hektar atau sekitar 18% dari luas wilayah Kota Cilegon. Hutan terluas berlokasi di Kecamatan Pulomerak dengan luas hingga 1231,47 hektar. Kemudian hutan tersebar di kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Grogol, Kecamatan Ciwandan, dan Kecamatan Purwakarta. Hasil pengamatan lapang hutan dan kenampakan obyek pada citra tertera pada Gambar 10.

32

Gambar 10 Foto Pengamatan Lapang dan Kenampakan Obyek pada Citra Hutan

Emplasemen. Industri – areal lahan yang digunakan untuk bangunan pabrik atau industri yang berupa kawasan industri atau perusahaan (SNI). Emplasemen merupakan area yang telah mengalami subtitusi penutup lahan alamiah ataupun semialamiah dengan penutup lahan buatan yang bersifat kedap air dan relatif permanen. Penggunaan lahan untuk industri termasuk dalam kategori emplasemen. Industri mendominasi di bagian Cilegon Barat berbatasan langsung dengan Selat Sunda. Hal tersebut dikarenakan kemudahan akses akan pelabuhan untuk kegiatan logistik. Penggunaan lahan emplasemen terluas berada di Kecamatan Ciwandan dengan luas sebesar 1013, 88 hektar. Hasil pengamatan lapang emplasemen dan kenampakan obyek pada citra tertera pada Gambar 11.

Gambar 11 Foto Pengamatan Lapang dan Kenampakan Obyek pada Citra Emplasemen

Lahan terbuka. Lahan terbuka merupakan lahan yang tidak memiliki tutupan lahan di atasnya baik vegetasi maupun bangunan. Lahan terbuka di Kota Cilegon sebagian besar merupakan bekas galian. Luas lahan terbuka terbesar berada di Kecamatan Ciwandan dengan besar 180,94 hektar. Sebaran terbesar lahan terbuka terdapat di jalan lingkar selatan. Lahan terbuka tersebut merupakan awal dari alih fungsi penggunaan lahan Lahan terbuka ini disebabkan kegiatan galian bukit untuk bahan bangunan dan juga untuk membuat tanah lebih datar. Lahan terbuka yang banyak dijumpai pada daerah yang sedang dipersiapkan untuk jalan lingkar selatan. Sepanjang jalan tersebut banyak dijumpai lahan terbuka hingga kedalaman 3 m dari ketinggian aslinya. Ironisnya pihak yang melakukan kegiatan tersebut tidak mempunyai hak legal secara hukum. Alasan utamanya yaitu untuk meratakan tanah agar sejajar dengan jalan, namun dilengkapi dengan niat untuk menjual bahan galian tersebut. Jalan lingkar selatan merupakan upaya pemerintah Kota Cilegon untuk mengatasi perkembangan kota yang selama ini linear dengan jalan arteri utama. Jalan arteri utama provinsi merupakan jalan utama yang menjadi pusat

33 pertumbuhan. Kewenangan provinsi akan jalan utama Kota Cilegon merupakan salah satu alasan pemerintah kota merencanakan jalan lingkar selatan dan jalan lingkar utama. Jalan lingkar selatan diharapkan dapat menjadi penyeimbang pertumbuhan. Pengembangan kawasan pemerintahan dan bangunan umum baru di Koridor Jalan Lingkar Luar Selatan (JLS). Hasil pengamatan lapang lahan terbuka dan kenampakan obyek pada citra tertera pada Gambar 12.

Gambar 12 Foto Pengamatan Lapang dan Kenampakan Obyek pada Citra Lahan Terbuka

Kebun campuran. Areal atau bidang lahan yang diusahakan untuk kebun dengan tidak ada dominasi jenis tanaman yang diusahakan atau diusahakan untuk tanaman sejenis (SNI). Pengolahan tanah di kebun campuran kurang intensif. Kebun campuran tersebar relatif merata dan seringkali berasosiasi dengan permukiman. Kebun campuran tersebar merata di setiap kecamatan di Kota Cilegon dengan luas terbesar di Kecamatan Cibeber sebesar 215,5 hektar. Hasil pengamatan lapang kebun campuran dan kenampakan obyek pada citra tertera pada Gambar 13.

Gambar 13 Foto Pengamatan Lapang dan Kenampakan Obyek pada Citra Kebun Campuran

Kompleks Olahraga. Kompleks Olahraga memiliki penutup lahan berupa rumput yang penggunaannya untuk kegiatan rekreasi manusia. Salah satunya yaitu lapangan golf dan stadion yang terdapat di kelurahan Kebondalem, Kecamatan Purwakarta dengan luas sekitar 58 hektar. Lapangan golf ini termasuk ke dalam kawasan ruang terbuka hijau sebagai lapangan olahraga. Hasil pengamatan lapang kompleks olahraga dan kenampakan obyek pada citra tertera pada Gambar 14.

34

Gambar 14 Foto Pengamatan Lapang dan Kenampakan Obyek pada Citra Kompleks Olahraga

Tanaman Pertanian Lahan Basah. Lahan pertanian yang ditanami padi sebagai tanaman utamanya. Tanaman pertanian lahan basah atau sawah terdapat di setiap kecamatan. Sebarannya sebagian besar berada pada Kecamatan Jombang dengan luas 516,28 hektar. Berdasarkan peta pola ruang, kawasan ruang terbuka hijau kawasan pertanian berada pada kecamatan Purwakarta, Jombang, Cibeber, dan Cilegon. Hasil pengamatan lapang tanaman pertanian lahan basah dan kenampakan obyek pada citra tertera pada Gambar 15.

Gambar 15 Foto Pengamatan Lapang dan Kenampakan Obyek pada Citra Tanaman Pertanian Lahan Basah

Tanaman Pertanian Lahan Kering. Tanaman pertanian lahan kering terdiri atas tegalan yang ditanami dengan tanaman semusim. Penggunaan lahan untuk tanaman pertanian lahan kering seringkali bergiliran dengan sawah. Luas penggunaan lahan tanaman pertanian lahan kering terbesar berada di Kecamatan Citangkil dengan luas 427,7 hektar.Hasil pengamatan lapang tanaman petanian lahan kering dan kenampakan obyek pada citra tertera pada Gambar 16.

35

Gambar 16 Foto Pengamatan Lapang dan Kenampakan Obyek pada Citra Tanaman Pertanian Lahan Kering

Rumput, semak, ilalang. Areal atau bidang lahan yang terbuka dan hanya ditumbuhi jenis – jenis tanaman perdu dari keluarga rumput dan semak. Rumput, semak, ilalang terdapat di setiap kecamatan dengan luas terbesar yaitu 404 hektar. Hasil pengamatan lapang rumput, semak, ilalang dan kenampakan obyek pada citra tertera pada Gambar 17.

Gambar 17 Foto Pengamatan Lapang dan Kenampakan Obyek pada Citra Rumput, Semak, Ilalang

Badan air. Badan air dengan luasan yang terluas di Kota Cilegon adalah waduk krenceng yang digunakan untuk kebutuhan air industri dan pelayanan air bersih untuk rumah tangga di sekitar wilayah. Penggunaan lahan badan air terluas berlokasi di Kecamatan Citangkil dengan luas sebesar 108,15 hektar. Hasil pengamatan lapang badan air dan kenampakan obyek pada citra tertera pada Gambar 18.

Gambar 18 Foto Pengamatan Lapang dan Kenampakan Obyek pada Citra Badan Air

36

Inkonsistensi Penggunaan Lahan terhadap Rencana Pola Ruang RTRW

Inkonsistensi penggunaan lahan eksisting Kota Cilegon terhadap rencana pola ruang RTRW diperoleh dengan meng-overlay peta penggunaan lahan eksisting tahun 2013 dan peta rencana pola ruang Kota Cilegon tahun 2010 – 2030. Inkonsistensi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana pola ruang secara permanen. Dengan kata lain, penggunaan lahan yang inkonsisten tersebut bersifat irreversible atau sulit untuk dikembalikan pada fungsi penggunaan lahan yang telah dialokasikan. Salah satu contoh penggunaan lahan terbangun atau bersifat irreversible yaitu permukiman di kawasan peruntukan ruang terbuka hijau.

Rencana pola ruang kawasan lindung dimanfaatkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup. Rencana pola ruang kawasan budidaya di Kota Cilegon diarahkan pada upaya untuk mengendalikan alih fungsi bangunan dan guna lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya serta mendorong perkembangan kawasan budidaya yang sesuai dengan rencana tata ruang. Peruntukan kawasan hutan dalam pola ruang berada di Kecamatan Pulomerak dan hutan produksi berada di Kecamatan Pulomerak dan Purwakarta. Secara umum, penggunaan lahan yang tidak sesuai atau inkonsisten terhadap rencana pola ruang di Kota Cilegon yaitu sebesar 1.222,22 hektar atau 7,40% dari total luas wilayah. Sedangkan penggunaan lahan yang konsisten terhadap rencana pola ruang sebesar 15.289,32 hektar atau 92,59% dari total luas wilayah Kota Cilegon. Gambar 19 merupakan peta inkonsistensi penggunaan lahan terhadap pola ruang RTRW.

37

Gambar 19 Peta Inkonsistensi Penggunaan Lahan terhadap Rencana Pola Ruang Sebagian besar bentuk inkonsistensi (Gambar 16) berada di pinggiran Kota Cilegon. Bagian Cilegon Barat atau Kecamatan Ciwandan dapat terlihat dominasi bentuk inkonsistensi penggunaan lahan eksisting permukiman di kawasan perindustrian. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (KRH) yang dimanfaatkan dalam bentuk penggunaan lahan lainnya tersebar di berbagai wilayah kecamatan. Kawasan permukiman yang secara eksisting dimanfaatkan sebagai industri terlihat tidak hanya di sebagian kecil luas wilayah dengan luasan yang tidak terlalu besar. Industri yang ditemui merupakan industri skala kecil hingga skala menengah.

38

Industri kecil dan menengah yang ada di lingkungan permukiman dipertahankan selama tidak menimbulkan dampak negatif dan dikembangkan untuk diaglomerasikan dalam satu kawasan industri tertentu dengan alokasi ruang di Kecamatan Citangkil, Cilegon, Cibeber, dan Jombang. Bentuk inkonsistensi kawasan hutan lindung menjadi permukiman terdapat di bagian utara Kecamatan Grogol. Tabel 13 merupakan luas dan proporsi bentuk inkonsistensi penggunaan lahan eksisting terhadap rencana pola ruang Kota Cilegon dari urutan 5 terbesar di Kota Cilegon pada tahun 2013.

Tabel 13 Luas dan Proporsi Bentuk Inkonsistensi dalam Urutan 5 terbesar No (Rencana Pola Ruang  Penggunaan Lahan) Bentuk Inkonsistensi Luas

ha %

1 Kawasan Perindustrian  Permukiman Tidak

Teratur 357,46 2,16

2 Kawasan Ruang Terbuka Hijau  Permukiman

Tidak Teratur 248,68 1,5

3 Kawasan Ruang Terbuka Hijau  Lahan Terbuka 109,31 0,66 4 Kawasan Hutan Lindung  Tanaman Pertanian

Lahan Basah 96,06 0,58

5 Kawasan Ruang Terbuka Hijau  Emplasemen 84,08 0,5 Bentuk inkonsistensi terbesar di Kota Cilegon yaitu kawasan perindustrian yang penggunaan lahan eksistingnya merupakan permukiman tidak teratur dengan luas sebesar 357,46 hektar (2,16% dari luas wilayah). Kemudian diikuti oleh kawasan ruang terbuka hijau yang dimanfaatkan untuk permukiman dengan luas 248,48 hektar. Selain itu, kawasan ruang terbuka hijau yang secara eksisting merupakan lahan terbuka yang sebagian besar akan dimanfaatkan untuk permukiman maupun hasil aktivitas galian batu dan pasir. Luas inkonsistensi tiap kecamatan beserta proporsinya disajikan pada Gambar 20.

(a) Luas (b) Proporsi

Gambar 20 Luas dan Proporsi Inkonsistensi Tiap Kecamatan

80.7 56.5 83.9 378.5 105.2 63.3 208.7 245.3

Luas Inkonsistensi

Hektar 7% 5% 7% 31% 8% 5% [PERCEN TAGE] 20%

Proporsi Inkonsistensi (%)

Cibeber Cilegon Citangkil Ciwandan Grogol Jombang Pulomerak Purwakarta

39 Berdasarkan Gambar 20, Kecamatan Ciwandan merupakan kecamatan dengan luas inkonsistensi terluas (378,5 hektar dengan bentuk inkonsistensi terbesar yaitu kawasan perindustrian yang penggunaan lahan eksistingnya merupakan permukiman. Penggunaan lahan di Kecamatan Ciwandan didominasi oleh pernggunaan lahan emplasemen untuk industri. Kedua merupakan Kecamatan Purwakarta dengan luas inkonsistensi sebesar 245,3 hektar atau 20% dari total luas inkonsistensi. Penggunaan lahan rumput, semak, ilalang masih banyak ditemui di Kecamatan Purwakarta dengan luas sekitar 350,7 hektar. Namun penggunaan lahan permukiman merupakan penggunaan lahan dominan di Kecamatan Purwakarta. Kecamatan dengan luas inkonsistensi terendah yaitu Kecamatan Cilegon dengan luas 56,5 hektar luas inkonsistensi. Penggunaan lahan terbesar di kecamatan ini adalah permukiman dengan total 388,65 hektar dengan 68% luas Kecamatan Cilegon diperuntukan untuk kawasan perumahan/permukiman perkotaan atau sekitar 628,59 hektar.

Kawasan lindung merupakan kawasan yang paling besar mengalami inkonsistensi dengan komposisi kawasan ruang terbuka hijau dan kawasan hutan lindung. Kawasan hutan lindung terdapat di Kecamatan Grogol, Pulomerak, dan Purwakarta dengan masing – masing luas berurutan yaitu 788,36 hektar, 1.412,67 hektar, dan 436,45 hektar. Kawasan ruang terbuka hijau terdapat di seluruh kecamatan dengan luas terbesar di Kecamatan Cibeber seluas 602,39 hektar. Kawasan budidaya yang mengalami inkonsistensi dalam jumlah besar yaitu kawasan perindustrian. Kawasan perindustrian terdapat di Kecamatan Citangkil (885,47 ha), Kecamatan Ciwandan (2.144,99 ha), Kecamatan Grogol (686,97 ha), Kecamatan Pulomerak (184,95 ha), dan Kecamatan Purwakarta (117,68 ha).

Inkonsistensi kawasan ruang terbuka hijau oleh permukiman tidak teratur tersebar di bagian utara Kecamatan Jombang yang berbatasan dengan Kabupaten Serang. Kawasan hutan lindung yang berada di bagian tengah Kecamatan Purwakarta telah dimanfaatkan sebagai tanaman pertanian lahan basah atau sawah. Permukiman yang berada di kawasan lindung Kecamatan Purwakarta ini sebagian besar merupakan permukiman yang telah lama dan berada lebih awal sebelum rencana pola ruang Kota Cilegon ditetapkan.

40

Keterkaitan penggunaan lahan, rencana pola ruang dan hirarki wilayah

Gambar 21 Keterkaitan Penggunaan Lahan dengan Rencana Pola Ruang Nilai koefisien korelasi di atas 0,70 menunjukkan keterkaitan yang tinggi/kuat (Hasan 2004). Gambar 21 menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,95 antara Kawasan Ruang Terbuka Non Hijau (KRnH) dengan penggunaan lahan badan air (BA) menunjukkan keterkaitan yang kuat antara kawasan tersebut dengan penggunaan lahan badan air. Selain itu, keterkaitan yang erat juga ditunjukkan oleh penggunaan lahan emplasemen (EMP) dengan kawasan perindustrian (KPi) dari nilai KK 0,85 dan penggunaan lahan hutan (HTN) dengan kawasan pariwisata (KPr) dari nilai KK 0,70. Hal tersebut dapat diartikan bahwa rencana pola ruang kawasan kawasan ruang non terbuka non hijau hampir seluruhnya merupakan penggunaan lahan badan air. Semakin tinggi nilai koefisien korelasi antara penggunaan lahan dengan kawasan rencana pola ruang maka penggunaan lahan tersebut semakin luas berada di kawasan tersebut. Begitu pula sebaliknya jika nilai koefisien korelasi rendah ataupun menunjukkan tidak adanya keterkaitan.

41 Luas Inkonsistensi yang disajikan pada Gambar 22 memiliki keterkaitan cukup berarti atau sedang dengan penggunaan lahan Hutan (HTN), Lahan Terbuka (LT), dan Rumput, Semak, Ilalang (RSI) dengan nilai koefisien korelasi di atas 0,4. Luas inkonsistensi hanya memiliki keterkaitan rendah dengan penggunaan lahan emplasemen dan tanaman pertanian lahan basah. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin luas penggunaan lahan hutan, lahan terbuka dan rumput semak ilalang maka semakin luas inkonsistensi penggunaan lahan terhadap rencana pola ruang. Penggunaan lahan hutan, lahan terbuka, dan rumput semak ilalang dapat dikategorikan sebagai penggunaan lahan yang tidak produktif. Penggunaan lahan yang tidak produktif atau tidak menguntungkan secara ekonomi tersebut memiliki keterkaitan yang sedang dengan luas inkonsistensi.

Keterkaitan Penggunaan Lahan dengan Luas Inkonsistensi

BA EMP HTN KBC KO LT PMK PMT

Dokumen terkait