• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hadirnya pabrik baja Trikora pada tahun 1962 di Cilegon merupakan awal bagi era industri di Kota Cilegon. Perkembangan yang cepat industri baja Trikora tersebut, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 tanggal 31 Agustus 1970 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan PT. Krakatau Steel, berubah menjadi pabrik baja PT. Krakatau Steel Cilegon berikut anak perusahaannya. Dengan perkembangan pembangunan yang sangat cepat terutama dengan adanya sentra industri baja PT. Krakatau Steel beserta seluruh anak perusahaannya diikuti hadirnya pabrik – pabrik seperti PLTU Suralaya, PT. Chandra Asri dan lain – lain telah mempengaruhi kondisi budaya dan penggunaan lahan dari daerah persawahan dan perladangan menjadi daerah industri, perdagangan, jasa, perumahan, serta pariwisata. Berdasarkan pasal 72 ayat 4 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok – Pokok Pemerintahan di Daerah, Cilegon sudah memenuhi persyaratan untuk Kota administratif sehingga diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1986 tentang Pembentukan Kota Administratif Kota Cilegon, ditetapkan luas Kota Cilegon adalah 17.550 hektar yang meliputi 3 (tiga) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Pulomerak, Ciwandan, Cilegon, dan 1 (satu) perwakilan Kecamatan Cilegon di Cibeber. Status Kota Administratif Kota Cilegon kemudian berubah menjadi Kotamadya Cilegon dengan ditetapkan UU No. 15 tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon. Dalam perkembangannya Kota Cilegon telah memperlihatkan kemajuan yang pesat di berbagai bidang baik bidang fisik maupun sosial ekonomi. Hal ini tidak saja memberikan dampak berupa kebutuhan peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, tetapi juga memberikan gambaran mengenai perlunya dukungan kemampuan dan potensi wilayah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah nomor 15 tahun 2002 tentang Pembentukan 4 (empat) Kecamatan Baru dan Peraturan Daerah nomor 12 tahun 2003 tentang Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan, struktur administrasi wilayah Kota Cilegon mengalami pemekaran menjadi 8 (delapan) kecamatan dan 43 (empat puluh tiga) kelurahan.

18

Administrasi, Geografi, dan Iklim

Kota Cilegon merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0 – 553 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 105°54’05’’ - 106°05’11’’ BT dan 5°52’24’’ - 6°04’07’’ LS yang terdiri atas 8 kecamatan dan 43 kelurahan. Berdasarkan Undang Undang nomor 15 tahun 1999, luas wilayah Kota Cilegon terdiri dari daratan seluas 175,51 km2 termasuk 5 (lima) pulau sekitarnya yaitu pulau Merak Besar, Merak Kecil, Pulorida, Tempurung, dan Pulau Ular. Luas laut yang menjadi kewenangan Kota Cilegon sekitar 185 km2 dengan garis pantai sepanjang 25 km. Secara geografis, Kota Cilegon berbatasan dengan Selat Sunda di sebelah barat dan Kabupaten Serang di utara, timur, dan selatan. Wilayah tertinggi Kota Cilegon berada di bagian utara Kecamatan Pulomerak (Gunung Gede), sedangkan yang terendah di bagian barat yang merupakan hamparan pantai. Berdasarkan karakteristik morfologi daratan dan kemiringan lahan, secara garis besar karakteristik fisik Kota Cilegon dapat dibedakan ke dalam tiga bagian, yaitu:

 Bentuk dataran, mempunyai kemiringan lahan berkisar antara 0 -2 % hingga 2 – 7%, tersebar di sepanjang pesisir pantai barat dan bagian tengah Kota Cilegon.

 Bentuk perbukitan – sedang, mempunyai kemiringan lahan berkisar antara 7 – 15% terdapat di wilayah tengah kota tersebar di bagian utara dan selatan Kecamatan Cilegon dan Cibeber, serta bagian selatan Kecamatan Ciwandan dan Citangkil.

 Bentuk perbukitan – terjal, mempunyai kemiringan lahan berkisar antara 15 – 40% hingga lebih dari 40% tersebar di bagian utara Kota Cilegon (Kecamatan Pulomerak dan Grogol) dan sebagian kecil wilayah barat Kecamatan Ciwandan.

Keadaan suhu di Kota Cilegon secara umum panas dengan suhu udara rata – rata di sepanjang tahun 2012 berkisar antara 21,90C – 33,50C. Temperatur rata – rata terendah dan tertinggi terjadi pada bulan September. Sementara itu, kelembaban udara rata – rata antara 74% sampai 86%, terendah pada bulan september, sedangkan tertinggi pada bulan April. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 302 mm2, demikian juga hari hujan tertinggi yaitu selama 26 hari terjadi pada bulan Januari.

Penduduk

Jumlah penduduk di Kota Cilegon mengalami peningkatan setiap tahunnya. Secara umum, kepadatan penduduk di Kota Cilegon sebesar 2.269, 41 jiwa/km2. Kepadatan penduduk terbesar pada tahun 2013 adalah Kecamatan Jombang dengan kepadatan penduduk sebesar 5.534,11 jiwa/km2 , sedangkan Kecamatan Ciwandan merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu 873,04 jiwa/km2 . Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk per kecamatan pada tahun 2013 tertera pada Tabel 7.

19 Tabel 7 Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk per kecamatan tahun 2013

Kecamatan Penduduk Jumlah Penduduk (jiwa) Luas Wilayah (km2) Kepadatan penduduk (jiwa/km2) Laki laki Perempuan

Ciwandan 23.303 21.929 45.232 51,81 873,04 Citangkil 35.751 34.245 69.996 22,98 3.045,95 Pulomerak 22.617 21.749 44.366 19,86 2.233,94 Purwakarta 20.393 19.069 39.462 15,29 2.580,90 Grogol 21.269 20.310 41.579 23,38 1.778,40 Cilegon 21.386 20.655 42.041 9,15 4.594,64 Jombang 32.683 31.236 63.919 11,55 5.534,11 Cibeber 26.100 25.609 51.709 21,49 2.406,19 Kota Cilegon 203.502 194.802 398.304 175,51 2.269,41

Sumber: BPS Kota Cilegon (2013c)

Pembagian Wilayah Kota

Kebijakan pengembangan sistem pusat pelayanan Kota Cilegon salah satunya dilakukan dengan strategi membagi wilayah kota menjadi 5 (lima) Bagian Wilayah Kota (BWK). BWK merupakan wilayah yang secara geografis berada dalam satu pelayanan pusat sekunder. Pembagian BWK dan pemanfaatan ruang serta pengembangan fungsi kawasannya pada masing – masing wilayah seperti yang dijelaskan pada Tabel 8.

Tabel 8 BWK, Pemanfaatan Ruang, serta Pengembangan Fungsi Kawasan BWK Pemanfaatan Ruang Pengembangan Fungsi Kawasan Wilayah 1. Kegiatan ekonomi perkotaan dengan skala pelayanan kota dan regional Pusat pemerintahan dan bangunan umum

kelurahan-kelurahan di Kecamatan Citangkil, Kelurahan Kotasari (Kecamatan Grogol), Kelurahan Ciwaduk (Kecamatan Cilegon), Kelurahan Kotabumi, Kebondalem, Ramanuju (Kecamatan Purwakarta), Kelurahan Masigit dan Jombang Wetan (Kecamatan Jombang);

Perdagangan dan jasa Perumahan intensitas tinggi

Industri Pelabuhan dan pergudangan

Ruang terbuka hijau

2. Kegiatan ekonomi perkotaan skala

Perdagangan dan jasa Kelurahan Gerem, Rawa Arum, dan Grogol (Kecamatan Grogol), serta Kelurahan Perumahan intensitas

20

BWK Industri Pabean, Tegal Bunder, dan

Purwakarta (Kecamatan Purwakarta);

Pelabuhan dan pergudangan Kawasan lindung Ruang terbuka hijau 3. Kegiatan ekonomi perkotaan skala BWK Perumahan intensitas sedang – tinggi

semua kelurahan di Kecamatan Pulomerak (Kelurahan

Suralaya, Lebakgede, Tamansari, dan Mekarsari); Industri

Pelabuhan dan pergudangan

Perdagangan dan jasa Kegiatan transportasi Pariwisata

Kawasan lindung Ruang terbuka hijau 4. Kegiatan

ekonomi perkotaan skala BWK

Industri kimia dan berat

semua kelurahan di Kecamatan Ciwandan (Kelurahan

Tegalratu, Banjarnegara, Kubangsari, Kepuh,

Gunungsugih, dan Randakari); Industri non kimia

Pelabuhan dan pergudangan

Perdagangan dan jasa Perumahan intensitas rendah – sedang Ruang terbuka hijau Kawasan lindung 5. Kegiatan ekonomi perkotaan skala BWK Pusat pemerintahan dan bangunan umum

kelurahan-kelurahan di Kecamatan Cilegon (Kelurahan Bagendung, Ciwedus, Bendungan, dan Ketileng), Kecamatan Cibeber (Kelurahan Cikerai, Bulakan, Kalitimbang, Karangasem, Cibeber, dan Kedaleman), dan Kecamatan Jombang

(Kelurahan Sukmajaya, Panggung Rawi, dan Gedong Dalem).

Perdagangan dan jasa Perumahan intensitas rendah – tinggi Industri non polutan Kegiatan transportasi Pengelolaan limbah B3 Kawasan TPA Kawasan peruntukan lainnya Kawasan lindung Ruang terbuka hijau Sumber: Pemerintah Daerah Kota Cilegon (2011)

21

Perkembangan Ekonomi Kota Cilegon

Sumber utama biaya pembangunan Kota Cilegon tahun 2012 masih mengandalkan transfer pemerintah pusat dan provinsi sebesar Rp 685,2 milyar atau 64,90% selebihnya berasal dari pendapatan asli daerah. Pendapatan asli daerah Kota Cilegon tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 31,06% dibandingkan dengan tahun 2011. Besarnya peningkatan ini merupakan sumbangan dari lain – lain pendapatan asli daerah yang sah. Gambaran peningkatan aktifitas ekonomi Kota Cilegon terefleksikan pada besaran angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)nya disajikan pada Tabel 9. Nilai PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki menjadi suatu proses produksi.

Tabel 9 PDRB Kota Cilegon Tahun 2012 Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha

No Lapangan Usaha Juta Rupiah

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 296.121,45

2. Pertambangan dan Penggalian 12.935,68

3. Industri Pengolahan 14.107.542,93

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1.010.756,92

5. Bangunan 65.161,53

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2.357.486,68

7. Pengangkutan dan Komunikasi 951.873,51

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 442.926,24

9. Jasa – Jasa 225.763,38

Jumlah 19.470.568,33

Sumber: BPS Kota Cilegon (2013b)

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa Industri pengolahan merupakan sektor utama Kota Cilegon. PDRB atas dasar harga konstan menujukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada tahun dasar 2000, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah. Penggunaan tahun dasar ini ditetapkan secara nasional. PDRB harga konstan (riil) digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral dari tahun ke tahun. Data yang disajikan merupakan PDRB dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Gambar 3 menunjukkan persentase distribusi PDRB per sektor selain industri pengolahan dari tahun 2009 hingga tahun 2012.

22

Gambar 3 Persentase setiap sektor untuk PDRB tahun 2009 – 2012 tanpa sektor industri pengolahan

Pada Gambar 3 nampak bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami pertumbuhan setiap tahunnya dengan persentase yang relatif besar dibandingkan sektor – sektor lainnya. Kontribusi utama sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah subsektor perdagangan. Sektor listrik, gas, dan air bersih dipacu dengan kinerja sektor industri. Hal ini dikarenakan sektor energi tersebut merupakan faktor produksi bagi sektor industri pengolahan, terutama subsektor listrik. Maraknya pembangunan infrastruktur, perumahan, gedung perkantoran dan pabrik ternyata belum cukup untuk meningkatkan sektor bangunan dalam perekonomian Kota Cilegon (BPS Kota Cilegon 2012). Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2012, persentase angkatan kerja tercatat 65,74%. Sektor yang menyerap tenaga kerja terbanyak adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar 30,24%, diikuti oleh sektor jasa – jasa 22,07% dan sektor industri sebesar 18,90%. Industri pengolahan disajikan terpisah agar pertumbuhan sektor lain dapat terlihat lebih jelas. Persentase sektor industri pengolahan dari tahun 2009 hingga tahun 2012 disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Persentase Sektor Industri Pengolahan untuk PDRB tahun 2009 – 2012 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa – Jasa

%

Persentase Sektor - Sektor non Industri untuk

Dokumen terkait