• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Usaha Rumah Kreatif Balikpapan Sejarah Berdirinya Usaha

Rumah Kreatif Balikpapan atau yang biasa disebut RKB merupakan sebuah produk kewirausahaan industri kecil dari program pengembangan masyarakat salah satu perusahaan minyak dan gas bumi (migas) yang beroperasi di Kalimantan Timur.

Awalnya perusahaan migas ini menjalankan salah satu program CSR (tanggung jawab sosial perusahaan) pada bulan Juli 2011 dalam bentuk pemberian kaki palsu kepada masyarakat penyandang disabilitas di sekitar wilayah operasinya, tepatnya di kota Balikpapan. Kegiatan ini berlangsung sukses dan mendapatkan apresiasi yang baik dari pemerintah kota. Sejalan dengan pemberian kaki palsu; perusahaan, pemerintah setempat dan penerima manfaat memandang perlu untuk kelanjutan program bagi para penyandang disabilitas ini dalam bentuk program kemandirian usaha, dengan harapan para penyandang disabilitas memiliki kemampuan berusaha dan mampu berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi kota, khususnya pengembangan industri kecil menengah.

Program lanjutan yang dilakukan dalam mengembangkan kemandirian usaha yakni dengan diselenggarakannya pelatihan batik tulis pada bulan Desember 2011. Pelatihan ini dilaksanakan secara berjenjang dengan harapan peserta lebih memahami secara teknis proses pembatikan dan memahami industri kecil batik tulis. Peserta pelatihan tidak hanya terdiri dari masyarakat penyandang disabilitas namun juga dihadiri oleh ibu-ibu PKK di sekitar wilayah operasi Balikpapan. Keterlibatan ibu-ibu rumah tangga tersebut diharapkan mampu memberikan tambahan pendapatan untuk keluarganya. Secara informal perkumpulan batik tulis terbentuk pada tanggal 20 Desember 2011 di kantor Kelurahan Telaga Sari yang ditandai dengan penutupan pelatihan dasar batik tulis oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kota Balikpapan, Ibu Arita Rizal Effendi.

Dalam kurun waktu hampir satu tahun setelah pelatihan batik, para pembatik mulai banyak melakukan kegiatan produksi dan memandang perlu dibentuknya sebuah nama dari perkumpulan mereka. Nama yang muncul dari perkumpulan ini adalah Perkumpulan Komunitas Usaha Kecil Ramah Lingkungan "Mangrove" yang tercatat dalam Kantor Notaris Yuni Astuti, SH pada tanggal 4 Desember 2012 di Balikpapan.

Selanjutnya secara berkala perusahaan migas memberikan bantuan pendukung lainnya untuk memastikan keberlangsungan usaha seperti pendampingan, penyediaan peralatan, penyediaan bahan baku, penyediaan tempat dan modal awal operasional. Pada awal tahun 2013 guna meningkatkan ragam kerajinan industri kecil dan dalam upaya mengakomodir lebih banyak lagi ibu-ibu PKK, maka Perkumpulan 'Mangrove' ini melalui pendanaan dari perusahaan minyak dan gas membuat pelatihan kerajinan daur ulang dari sampah rumah tangga, dan mulailah terbentuk sebuah nama untuk dua bidang usaha yang saat ini dijalankan dalam wadah Rumah Kreatif Balikpapan dengan workshop dan gallery

Struktur Organisasi

Mengacu pada nama perkumpulan yang tercatat di Kantor Notaris Balikpapan, berikut struktur organisasi yang sedang berjalan di RKB.

Gambar 5. Struktur organisasi Rumah Kreatif Balikpapan

Dari struktur organisasi yang ada pada Gambar 5, perkumpulan ini secara sederhana disepakati dan dijalankan oleh pengurus dengan diketuai oleh Nasruddin, sekretaris Agus Sudarmanto dan bendahara Marwani. Jumlah anggota yang melakukan kegiatan batik tulis sejumlah 23 orang sementara untuk kerajinan daur ulang berjumlah 16 orang. Kepengurusan dalam organisasi belum memiliki aturan pembagian pekerjaan secara tertulis baik dari sisi produksi dan juga pemasaran, bahkan secara informal kedua bidang usaha ini memiliki bendahara pada masing-masing bidang usaha. Perusahaan yang dalam ini sebagai penyandang dana terbentuknya RKB masih melakukan pendampingan hingga saat ini, walaupun secara keorganisasian para pengrajin menjalankan usahanya tidak sepenuhnya tergantung dari pihak perusahaan.

Dari struktur organisasi yang ada, hal ini dikategorikan dalam struktur organisasi dalam usaha kecil rumah tangga (Hubeis, 2009). Terlihat adanya hierarki manajerial pada usaha kecil, yaitu arus komunikasi, koordinasi dan pengawasan dari manajemen yang bersifat one man show dengan memerhatikan peran interpersonal (berhubungan dengan orang lain), peran informasional (menerima, mengumpulkan dan menyebarkan informasi) dan peran pengambilan keputusan (membuat pilihan dan resiko).

Sumber Pendanaan

Permodalan unit usaha sampai saat ini berasal dari perusahaan atau dibahasakan sebagai sponsor tunggal untuk keberlangsungan usaha, bantuannyapun bersifat tidak mengikat. Sejak tahun 2011, perusahaan migas telah mendukung keberadaan RKB dengan memberikan bantuan teknis dan peralatan pendukung yang disajikan pada Tabel 5.

Perusahaan Migas

Rumah Kreatif Balikpapan

Ketua

Bendahara Sekretaris

Tabel 5. Kontribusi perusahan terhadap pengembangan RKB

No Kontribusi Nilai Kontribusi (Rp)

1

Usaha Batik Tulis

Pelatihan Batik Tingkat Dasar 155.350.000,00 2 Pelatihan Batik Tingkat Lanjutan 135.225.600,00 3 Pendampingan Teknis Batik 9.389.350,00 4 Pendampingan Teknis Batik 4.123.000,00

5 Perlengkapan Rumah Batik 56.531.500,00

6 Sewa dan renovasi RKB 307.270.400,00

7 Pameran 14.729.900,00

Sub total 682.619.750,00

Kerajinan Daur Ulang

1 Pelatihan Pengelolaan Limbah Plastik 43.840.000,00 2 Pelatihan Tingkat Lanjut Pembuatan Aneka Kerajinan 82.008.000,00 3 Pelatihan Pembuatan Aneka Bunga Berbahan Baku Limbah 27.449.000,00

4 Peralatan 6.869.000,00

5 Bahan Baku 4.499.000,00

Sub total 164.665.000,00

Total 847.284.750,00

Sumber : Data primer (diolah).

Pada Tabel 5 menunjukkan komitmen perusahaan terhadap pengembangan industri kecil RKB dengan total nilai bantuan Rp. 847.284.750,00. Dana ini merupakan kontribusi yang signifikan untuk pengembangan usaha RKB dan menjadikan modal dasar untuk kelangsungan usaha berikutnya.

Kegiatan Rumah Kreatif Balikpapan

Berdasarkan jenis kontribusi yang diberikan oleh perusahaan untuk pengembangan usaha di RKB, terdapat dua hal yang utama dalam kegiatan yang saat ini telah dan sedang dilakukan. Kegiatan itu berupa pengadaan pelatihan dan pengelolaan usaha.

Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu tujuan organisasi (Mathis dan Jackson, 2002). Pelatihan- pelatihan yang disebutkan pada Tabel 3 menunjukkan upaya pengembangan kapasitas para pengrajin untuk menghasilkan kualitas produk yang memiliki nilai jual dan kompetitif yang tinggi. Selain pelatihan, untuk mengasah kemampuan & ketrampilan anggota dalam membatik, telah dilakukan studi banding ke Jakarta sebanyak tiga orang, Jogya – Solo sebanyak empat orang, dan Surabaya – Madura sebanyak empat orang. Studi banding ini bertujuan untuk mengajak mereka melihat dari dekat kegiatan pembatik secara “professional” di beberapa pusat batik di Jawa.

Untuk pengelolaan usaha, keterampilan anggota RKB khususnya kegiatan batik tulis terus dikembangkan, baik dari sisi kecepatan, kehalusan maupun kerapiannya. Begitu pula dari sisi pewarnaan, telah banyak dilakukan eksplorasi dan uji coba berbagai komposisi bahan sehingga dapat menemukan warna-warna yang bervariasi. Selain itu juga, uji coba bahan-bahan pewarna dari alam sekitar Kalimantan, misal: kayu oar yg merupakan kayu yang dipakai suku Dayak untuk mendapatkan warna tertentu, kulit buah manggis untuk mendapatkan warna

violet. Untuk produk kerajinan daur ulang upaya-upaya pengembangan motif dan jenis produk serta penggunaan bahan baku juga terus dikembangkan.

Kegiatan produksi seluruhnya dilakukan di kota Balikpapan, para pengrajin melakukan kegiatan usaha di RKB, bahkan ada juga yang dilakukan di rumah masing-masing, yang pada akhirnya produk akhir akan ditempatkan di

gallery RKB untuk dijual. Khusus produksi batik tulis untuk kegiatan mencanting

biasanya dilakukan di rumah-rumah para pembatik dan proses mewarnai dilakukan di RKB. Adapun proses selanjutnya tergantung dari produk yang dihasilkan. Jika yang berkaitan dengan produk pakaian, mukena, sajadah atau apapun produk yang membutuhkan jahitan, maka produk dibawa keluar untuk diselesaikan, sedangkan untuk produk pajangan dinding yang membutuhkan pigura dibawa ke mitra kerja RKB yang lain. Berikut gambar pengolahan proses batik dan pengolahan produk batik disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Pengolahan proses batik dan produk batik

Pada pengolahan proses batik, yang dilakukan sejak awal adalah menghasilkan motif dan warna serta material yang diinginkan. Para pembatik mempermainkan warna sesuai dengan warna alami yang berasal dari ekstrak tumbuhan dari akar, daun, biji atau bunga. Proses pembuatan batik dengan pewarna alami membutuhkan waktu yang lebih lama dan proses pengerjaan yang lebih rumit. Selanjutnya dalam mengolah produk batik, proses desain dilakukan jika material batik sudah tersedia. Batik yang sudah tersedia dibuat dan diolah sedemikian rupa dengan teknik atau alat tertentu sehingga menjadi barang yang memiliki fungsi baru.

Kerajinan daur ulang biasanya dilakukan di rumah masing-masing pengrajin, dan saat finishing dilakukan di RKB. Ada tim yang mencari bahan baku, karena materialnya merupakan sampah rumah tangga, lalu ada tim yang melakukan pembersihan dari bahan baku yang didapat, selanjutnya bahan material diolah sedemikian rupa untuk dapat dirangkai menjadi sebuah produk. Pekerjaan tambahan dari produk daur ulang, sama halnya dengan batik tulis, jika membutuhkan jahitan atau bahkan hal diluar kemampuan tim, maka pengerjaannya dibawa keluar untuk dikerjakan oleh orang lain.

Produk dan Pemasaran

Produk RKB secara garis besar terdiri dari produk batik tulis dan produk daur ulang. Pihak RKB mendefinisikan, memilih dan mendesain suatu produk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen dengan tetap menampilkan kekhasan dari material dan motif. Produk-produk RKB menggunakan nama Mangrove.

Untuk produk batik tulis, produk menggunakan pewarna alami ramah lingkungan. Hartini et al. (2014) menjelaskan pewarna alam diekstrak dari materi vegetatif dan residu hewan, diklaim ramah lingkungan, menimbulkan tingkat

emisi yang lebih rendah dibandingkan dengan pewarna sintetis dalam industri tekstil. Warna yang ditawarkan bervariasi yakni warna biru didapat dari nila (pasta & kristal), terbuat dari daun tom/nila (indigofera tinctoria) yang difermentasi; warna coklat berasal dari kulit kayu/daun mahoni (switenia mahagoni jaca), buah pinang (areca catecul), kulit pohon soga tingi (ceriops

candolleanarn), kulit soga jambal (pelthophorum ferruginum); warna merah

dibuat dari kulit akar mengkudu (morinda citrifolna), daun jati merah muda

(tectano grandis l), bunga rosela (lisbiscus sabda riffa); warna merah kecoklatan berasal dari daun jati muda (tectona grandis), kulit pohon soga tingi (ceriops

candolleana arn); warna abu-abu berasal dari daun pulutan (urena labofa), buah

lobi-lobi (flacaurtia mermis roxb), kayu & daun ulin (cusederaxylon zwaberit), daun randu (ceiba pentebra gaerth); warna orange terbuat dari biji kesumba (bixa orellana); warna hijau teh-tehan merah (acacypha wikesiana), kulit kayu & daun mangga (mangivera indica), andong (cordyline futicosa backer); warna hijau kekuningan terbuat dari bunga ketapang kebo (cassia alata linn); warna hijau kecoklatan terbuat dari daun & kulit buah alpukat (persea gratisima); warna ungu terbuat dari daun puring (cadiacum variacatum); warna violet berasal bunga dari bunga sepatu (hisbiscus rosa sinensis); warna hijau tua berasal dari daun jambu biji (psidium guajava).

Motif batik tulis yang ada dimunculkan pada produk-produk batik seperti kemeja, mukena, tas wanita, sarung bantal dan sajadah. Motif-motif yang sudah dimiliki dan diterus dikembangkan mengambil motif dari kearifan lokal yang ada di Kalimantan Timur khususnya kota Balikpapan seperti, motif jejeran buah mangrove, taburan daun ulin, daun mangrove ukir dayak, titisan buah mangrove, sulur anggrek Borneo, pohon mangrove, jajaran buah mangrove, anggrek borneo, pasak bumi kecil, sulur anggrek Borneo, pasak bumi-pangkuan ibu pertiwi, bonggol pohon, kantung semar, motif dayak, tameng ulin, layar ulin, kura-kura, beruang madu dan fasilitas migas.

Untuk kerajinan daur ulang, para pengrajin menghasilkan produk berupa tas, dompet, aksesoris dan pajangan. Produk ini sebagian besar menggunakan bungkus-bungkus plastik dari sampah rumah tangga, seperti bungkus minuman

sachet, bungkus pengharum pakaian, bungkus kemasan isi ulang sabun dan

sampo, botol plastik. Motif yang ditampilkan dari produk ini merupakan motif dari material asli yang digunakan. Saat ini produk kerajinan daur ulang masih terus dikembangkan menyusul perkembangan produk batik tulis. Pihak RKB masih mengalami kendala dalam menyediakan bahan baku, utamanya sampah rumah tangga yang bisa diolah menjadi barang kerajinan. Kendala ini terdokumentasi pada penelitian sebelumnya, Ninggarwati dan Latianingsih (2010) mengatakan kendala yang dihadapi oleh para pengrajin daur ulang sampah plastik yaitu terbatasnya bahan baku (khusus untuk membuat barang yang sifatnya antik), bahkan ada bahan baku yang harus dibeli, juga terbatasnya peralatan dan dana.

RKB menetapkan harga produk-produknya bervariasi tergantung jenis produk, harga bahan baku dan biaya produksi. Besarnya harga jual ditentukan dengan berdasarkan pada perhitungan seluruh biaya yang dikeluarkan unit usaha, walaupun belum dilakukan perhitungan dengan cermat. Khusus untuk produk batik tulis memang harga jual cenderung mahal karena proses pengerjaan yang cukup lama dan membutuhkan keahlian dalam menghasilkan produk yang kompetitif. Berikut produk-produk yang dihasilkan oleh RKB dengan kisaran

harga yang ditawarkan ke konsumen, disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Harga jual produk-produk RKB tahun 2013

Jenis produk batik tulis Kisaran harga (Rp) Baju pria

Baju perempuan

Kain batik tulis (1.10 x 2.30 cm) Lukisan batik Sajadah Tas Selendang sutra Selendang santung Selendang katun 750.000,00 - 1.200.000,00 600.000,00 - 650.000,00 600.000,00 - 900.000,00 1.200.000,00 - 2.500.000,00 350.000,00 - 400.000,00 200.000,00 - 250.000,00 400.000,00 - 450.000,00 150.000,00 - 200.000,00 250.000,00 - 300.000,00 Jenis produk daur ulang Kisaran harga Dompet tangan

Dompet dari tas kresek Tas Bunga Baju boneka Bros 75.000,00 - 100.000,00 100.000,00 - 250.000,00 100.000,00 - 200.000,00 50.000,00 - 100.000,00 75.000,00 - 100.000,00 12.500,00 - 35.000,00 Sumber: Data primer (diolah).

Rahayu (2014) dalam penelitian sebelumnya mengatakan harga jual kain batik tulis yang ada di Desa Kebon Kabupaten Klaten, memang sedikit menjadi keluhan bagi warga sekitar. Khususnya bagi masyarakat yang tingkat ekonominya menengah kebawah. Harga penjualan kain batik tulis di Desa Kebon relatif cukup tinggi. Hal ini dikarenakan kain batik tulis tersebut lebih mengutamakan kualitas dari hasil produksinya dibandingkan dengan harga penjualannya. Para pengrajin ingin menunjukkan bahwa kain batik yang benar – benar dikerjakan dengan cara tradisional tersebut membutuhkan waktu yang lama dan membutuhkan ketrampilan yang tinggi. Batik tulis dari desa Kebon ingin menjadikan hasil batik nya sebagai kain batik tulis yang alami, bukan hanya motifnya saja yang batik tetapi kualitasnya rendah. Hal inilah yang menyebabkan kain batik tulis dari Desa Kebon memiliki harga jual yang lumayan tinggi.

Secara sederhana faktor-faktor penyusunan harga produk RKB berdasarkan seperti Tabel 7.

Tabel 7. Faktor penyusun harga jual produk RKB

Faktor Penyusun Kontribusi Rataan (dalam %)

Biaya bahan baku Biaya produksi Biaya overhead Target keuntungan 30 20 20 30

Harga jual produk 100

Sumber: Data primer (diolah).

Faktor-faktor yang dijadikan patokan oleh unit usaha dalam menetapkan harga jual adalah biaya bahan baku utama, biaya produksi, biaya overhead dan

target keuntungan. Biaya bahan baku utama diperoleh dari total pemakaian seluruh bahan baku. Biaya operasi diperoleh dari upah tenaga kerja dan biaya tambahan lainnya. Biaya overhead terdiri atas biaya listrik dan air, dan biaya- biaya tak terduga RKB. Sementara RKB masih mematok dengan tingkat keuntungan 30% untuk setiap produk yang dijual.

Dari sisi penjualan, produk RKB telah banyak digunakan oleh beberapa perusahaan migas yang beroperasi di Kalimantan Timur, pegawai pemerintahan Kota Balikpapan dan masyarakat umum yang mengetahui keberadaan produk RKB. Pembelian produk dilakukan melalui sistem pemesanan dan juga pembelian langsung di workshop RKB. Pihak RKB mendefinisikan, memilih dan mendesain suatu produk disesuaikan dengan tetap menampilkan kekhasan dari material dan motif. Produk-produk RKB menggunakan nama Mangrove. Merk (brand) adalah suatu penawaran dari sumber yang diketahui. Merek menimbulkan banyak asosiasi dibenak orang, yang membentuk merek tersebut. Semua perusahaan berjuang untuk membangun citra merek yang kuat, disukai dan unik (Kotler dan Keller, 2013).

Promosi penjualan masih dilakukan melalui informasi dari mulut ke mulut antar pelanggan dan perusahaan serta pembagian brosur di lokasi pameran. Sebagai bagian dari publisitas, usaha ini telah mendapat perhatian dari sejumlah kalangan masyarakat Balikpapan, karena produk-produk RKB ada di Dekranas Dinas Perindagkop Kota Balikpapan, yang kebetulan Ibu Walikota senantiasa sering membicarakan produk-produk RKB dalam tugasnya sebagai Ketua PKK Kota Balikpapan. Kegiatan humas dan publisitas dilakukan dengan membina hubungan baik dengan para pelanggan dan pengunjung, serta turut berpartisipasi dalam kegiatan pemerintah kota Balikpapan. Pemasaran hubungan (relationship

marketing) bertujuan untuk membangun hubungan jangka panjang yang saling

memuaskan dengan konstituen kunci guna mendapatkan dan mempertahankan bisnis (Kotler dan Keller, 2013). RKB telah mengikuti pameran-pameran yang disponsori oleh Chevron Ind. Company, antara lain: Balikpapan Expo 2012, Bazaar Charity di Hotel Novotel Balikpapan sebanyak dua kali, IPA Exhibition 2012 di Jakarta dan CraftIna di Jakarta tahun 2013 bersama Dinas Perindagkop Kota Balikpapan.

Saat ini RKB tetap melanjutkan produksi dari kedua jenis usaha ini dan melakukan penjualan dari produk-produk yang diciptakannya. Pendapatan yang diterima oleh anggota RKB dari produk-produk yang dihasilkan telah memberikan dampak bagi perkembangan perekonomian mereka.

Kendala dalam Pengelolaan Rumah Kreatif Balikpapan

Untuk bahan baku produk-produk RKB sebagian besar bahan baku masih mengimpor dari luar kota. Bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi produk- produk RKB tergantung dari jumlah pesanan produk yang diinginkan. Untuk besarannya belum tercatat karena mekanisme pembukuan RKB yang belum tertata dengan baik.

Keterlibatan pengrajin menggunakan sistem kekeluargaan dan pendekatan secara personal (personal approach). Kondisi ini bisa bermakna positif dan negatif, dari sisi kendala hal ini menjadikan kurangnya rasa memiliki dari pengrajin terhadap perkembangan usaha. Sebagai contoh, untuk pengrajin daur ulang, rata-rata pengrajinnya ibu-ibu yang aktif di kegiatan PKK yang lain, jadi terkadang memiliki keterbatasan untuk menyelesaikan suatu produk dalam waktu

tertentu.

Pencatatan keuangan pada usaha RKB belum menerapkan sistem akuntansi yang baik, sangat jelas RKB mengalami kendala dalam laporan keuangan. Hingga saat ini telah terjadi tiga kali pergantian bendahara tanpa ada serah terima laporan keuangan yang jelas. Catatan dalam laporan keuangan yang ada bersifat sangat sederhana dan tidak mencatat perkembangan keuangan dari awal produksi, sehingga tidak dapat digunakan untuk menganalisis perkembangan keuangan RKB. Data omset total produksi yang tersedia dari bulan Juni- Desember 2013 tercatat Rp 77.488.500,00 (data diolah dari Rumah Kreatif Balikpapan). Kondisi seperti ini, diharapkan adanya sistem akuntansi untuk waktu mendatang, sehingga penilaian kinerja keuangan unit usaha dapat dilakukan secara lebih tepat. Dengan adanya informasi akuntansi, laporan keuangan juga dapat berguna bagi perusahaan dan memudahkan perusahaan jika ingin mengajukan kredit kepada lembaga keuangan.

Sistem pemasaran yang dijalankan masih bersifat sederhana, hal ini menjadikan intervensi perusahaan migas yang mendanai masih sangat berperan untuk menjelaskan produk RKB ke berbagai pihak di lingkungan mitra kerja perusahaan. Beberapa kegiatan pameran mampu memperkenalkan produk RKB ke masyarakat umum, namun tindak lanjut dari pengunjung untuk membeli produk belum pada hasil yang diinginkan. Selain itu, pemasaran produk RKB tetap dilakukan dengan pendekatan personal yakni menjalin hubungan baik antara perusahaan pendonor, pemerintah kota dan pengunjung yang datang ke RKB secara langsung. Secara garis besar, RKB belum memiliki sistem pemasaran yang terencana dan belum tersedianya tenaga pemasaran yang memadai.

Hal lain yang sangat perlu ditingkatkan adalah RKB belum memiliki pola manajemen yang baik. Manajemen disini merupakan seni yang dapat diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan apapun. Sebagai contoh, RKB belum memiliki visi dan misi yang jelas dalam usaha yang sedang dijalankannya. Perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana tata cara yang harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan belum terencana dengan baik dan jikapun ada, hal itu belum dipahami oleh seluruh anggotanya. Dalam pelaksanaan produksi beberapa hal masih terkendala, baik dari sisi komunikasi antar rekan kerja, kepemimpinan dalam menentukan produksi, pengarahan dan penjelasan mekanisme kerja, serta motivasi kepada para pengrajin untuk terus berkarya agar tercapai tujuan didirikannya RKB.

Kinerja Usaha Rumah Kreatif Balikpapan Responden Penelitian

Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja usaha yang telah dilakukan RKB, penulis mendapatkan penilaian dari 30 responden yang dalam hal ini adalah pengguna produk RKB.

Karakteristik umum responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik demografi yang mencakup usia, pekerjaan, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan terhadap selera dan kesukaan terhadap produk. Dari sisi pekerjaan menunjukkan tingkat kemampuan atau daya beli konsumen, selanjutnya dari sisi jenis kelamin menunjukkan kecenderungan seseorang dalam berbelanja atau mengambil peran dalam pembelian barang dan terakhir tingkat pendidikan menunjukkan

kemampuan seseorang dalam menganalisis kualitas barang yang dibeli. Karakteristik responden dari penelitian RKB disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik responden RKB

Karakateristik Frekuensi Persentase

(%) Laki-laki Perempuan Usia < 25 25 - 40 > 41 0 7 3 0 10 10 0 56.7 43.3 10 20 100 Pekerjaan Pegawai negeri Pegawai swasta Tidak bekerja 2 8 0 5 12 3 23.3 66.7 3 10 20 100 Pendidikan Setingkat SMA Diatas SMA 0 10 2 18 6.7 93.3 10 20 100

Dari Tabel 8 di atas, usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi dan persepsi konsumen dalam proses keputusan untuk menerima sesuatu yang baru, baik produk maupun jasa. Penggunaan produk didominasi oleh usia produktif antara 25-40 tahun sebesar 56.7 %, hal ini dipengaruhi oleh selera seseorang yang berusia muda dan matang, lebih cepat menerima sesuatu yang baru, walaupun juga usia diatas 41 tahun cukup signifikan menggunakan produk RKB utamanya produk batik tulis.

Untuk kelompok pekerjaan, hasil penelitian ini didominasi oleh pegawai swasta 66.7 %, dimana para pekerja tersebut didominasi oleh pekerja minyak dan gas, pekerja tambang serta pengusaha. Adapun pegawai negeri dan golongan tidak bekerja atau ibu-ibu rumah tangga juga menggunakan produk RKB, walaupun persentasenya tidak sebesar pegawai sawsta. Hal ini menunjukkan bahwa harga produk RKB masih dianggap mahal oleh sebagian responden dan faktor pendapatan yang baik cenderung menunjukkan kelompok pekerjaan responden.

Selanjutnya untuk kelompok pendidikan didominasi oleh responden yang memiliki jenjang pendidikan di atas SMA 93.3%, pada kelompok ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang cukup tinggi lebih memahami hasil

Dokumen terkait