• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kondisi Usaha dan Strategi Pengembangan Industri Kecil Berbasis Komunitas Lokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kondisi Usaha dan Strategi Pengembangan Industri Kecil Berbasis Komunitas Lokal"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONDISI USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL BERBASIS KOMUNITAS LOKAL

FACHRY NOVIAR SINGKA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Kondisi Usaha dan Strategi Pengembangan Industri Kecil Berbasis Komunitas Lokal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Fachry Noviar Singka

(3)

RINGKASAN

FACHRY NOVIAR SINGKA. Analisis Kondisi Usaha dan Strategi Pengembangan Industri Kecil Berbasis Komunitas Lokal. Dibimbing oleh NURMALA K. PANJAITAN dan TJAHJA MUHANDRI.

UKM Rumah Kreatif Balikpapan (RKB) merupakan salah satu bentuk program CSR (Corporate Social Responsibility) bidang kewirausahaan yang dikembangkan oleh perusahaan migas yang beroperasi di Kotamadya Balikpapan. Konsep community-based entrepreneurship merupakan upaya pengembangan kewirausahaan lokal dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan menjalankan pembangunan berkelanjutan di daerah setempat. Perusahaan migas, pemerintah setempat dan UKM RKB berkolaborasi mengembangkan kegiatan industri kecil berupa kerajinan batik tulis dan daur ulang di sebuah komunitas. Kerajinan batik tulis yang diciptakan menggunakan bahan pewarna alami dan menampilkan motif-motif khas daerah setempat, sedangkan kerajinan daur ulang menggunakan sampah rumah tangga, seperti plastik bekas kemasan, kantong plastik bekas belanja dan kain perca.

UKM RKB telah mendapatkan hasil dari produk industri kecil yang berorientasi ramah lingkungan dan menampilkan motif budaya setempat. Beberapa hal masih perlu dikembangkan seperti meningkatkan kualitas produk, sistem pemasaran, manajemen organisasi dan strategi pengembangan usaha untuk menuju kemandirian. Berkaitan dengan hal tersebut, kajian penelitian ini bertujuan untuk (1) mengkaji kondisi usaha saat ini di UKM RKB (2) mengkaji kinerja usaha RKB (3) menyusun strategi pengembangan usaha dalam upaya meningkatkan kemandirian dan keberlangsungan usaha.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui kajian pustaka dan kajian lapangan. Pengumpulan data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di UKM RKB, wawancara dengan perwakilan perusahaan, pegawai Dekranasda Balikpapan, pengurus RKB serta memfasilitasiFGD anggota RKB dalam mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Selain itu penyebaran kuesioner terhadap 30 responden pengguna produk UKM RKB dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kinerja dan kepentingan konsumen. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari jurnal nasional dan internasional serta dokumen penelitian yang berkaitan dengan pengembangan kewirausahaan lokal.

(4)

pemasaran produk-produknya, sehingga hal ini harus menjadi perhatian kedepannya.

Berdasarkan hasil perhitungan Importance Performance Analysis terdapat atribut-atribut yang dianggap sangat penting sehingga pihak RKB perlu mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk peningkatan kinerja. Atribut-atribut tersebut adalah harga produk yang relatif tinggi, kecepatan pemesanan, ketelitian pekerja, penanganan keluhan, media promosi, ketersediaan informasi dan produk sebagai cindera mata. Sebaliknya untuk atribut-atribut yang perlu dipertahankan adalah corak dan motif produk batik tulis, warna alami, keramahan pekerja, lokasi yang strategis dan daya tarik pasar lokal.

Hasil identifikasi faktor lingkungan internal terdapat empat kekuatan dan empat kelemahan, sementara pada faktor lingkungan eksternal terdapat empat peluang dan tiga ancaman. Perpaduan Nilai IFE sebesar 2,571 dan nilai EFE sebesar 2,427 dalam matriks IE menunjukkan bahwa posisi usaha terletak pada sel V (tumbuh dan stabil). Selanjutnya dari hasil analisis matrik SWOT dan QSPM dihasilkan strategi pengembangan usaha yang saat ini dianggap paling tepat dilakukan adalah restrukturisasi organisasi dan sistem manajemen. Strategi ini dilakukan sebagai upaya untuk membenahi internal RKB agar nantinya memiliki aturan organisasi yang jelas dan terarah menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin kompetitif, kepemimpinan yang baik dalam mengarahkan anggotanya dan penetapan harga jual produk yang sesuai dengan kualitas produk yang dihasilkan, dengan nilai Total Attractiveness Score (TAS) tertinggi 7,49. Selanjutnya urutan kedua, meningkatkan promosi dengan nilai 6,71 dan yang ketiga menjalin kerjasama dengan pihak perbankan dengan nilai 6,69. Ketiga strategi tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan karena saling mendukung satu dengan yang lainnya.

Untuk masa yang akan datang, beberapa strategi pengembangan lain dalam hasil analisis SWOT dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi usaha UKM RKB, seperti menetapkan strategi harga pasar untuk menghadapi persaingan, meningkatkan mutu layanan kepada pelanggan, memperluas pangsa pasar, meningkatkan penggunaan teknologi, meningkatkan mutu produk, meningkatkan kemampuan SDM, mengembangkan program-program efisiensi dan pengendalian biaya produksi dan menyiapkan gudang bahan baku.

(5)

SUMMARY

FACHRY NOVIAR SINGKA. Business Conditions Analysis and Development Strategyfor Community-BasedSmall Enterprise. Supervised by NURMALA K. PANJAITAN and TJAHJA MUHANDRI.

SME Home Creative Balikpapan (RKB) is one of CSR (Corporate Social Responsibility) program focus on entrepreneurship that was developed by the oil and gas company operating in the municipality of Balikpapan. The concept of community-based entrepreneurship is an effort to develop local entrepreneurial in increasing people's income and run sustainable development in the local community. Oil and Gas Company, local authority and SME RKB collaborate to develop small industrial activities such as batik craft and recycled in a community. Batik craft created using natural dyes and motifs featuring regional specialties, while the craft using recycled household waste, such as used plastic packaging, secondhand shopping plastic bags and patchwork.

SME RKB has received the economic impact of small industry products that oriented eco-friendly and displays of local culture motifs. However, there are room for improvement such as improving product quality, marketing systems, organizational management and business development strategies towards independence/sustainability. In this regard, this research study aims to (1) assess current business conditions in SME RKB (2) assess the operating performance SME RKB (3) business development strategy in an effort to promote self-reliance and sustainability efforts.

The method of data collection is conducted by reviewing the literature and field studies. The collection of primary data obtained through direct observation in the SME RKB, by having interviews with representatives of company, employee of Dekranasda Balikpapan, administrators RKB as well as facilitating FGD with RKB members in identifying strengths, weaknesses, opportunities and threats. Besides that distributing questionnaires to 30 respondents who use SME RKB products to obtain information about the performance and the interests of consumers. The collection of secondary data obtained from national and international journals and research papers related to the development of local entrepreneurship.

(6)

Based on calculations Importance Performance Analysis, there are some attributes are considered so important that the RKB need to allocate adequate resources for improved performance. These attributes are relatively high product prices, booking pace, precision workers, handling complaints, media promotions, and product availability information as souvenirs. In contrast to the attributes that need to be maintained is the style and motifs of batik products, natural colors, hospitality workers, strategic location and attractiveness of the local market.

The results of the identification of the internal factors, there are four strengths and four weaknesses, while the external factors there are four opportunities and three threats. The combination of value IFE at 2.571and EFE at 2.427 in form of IE matrix indicates that the position of the business located on the cell V (growing and stable). Further analysis of the results of the SWOT matrix and QSPM resulting business development strategies that are currently considered most appropriate to do is restructure the organization and management system. This strategy is an attempt to fix the RKB that the internal rules of the organization will have a clear and focused face competition increasingly competitive business world, good leadership in directing its members and setting the selling price of products that match the quality of the resulting product, with highest Total Attractiveness Score (TAS) 7.49. The second strategy with the value of 6.71 is increasing promotion and the third isestablishing a partnership with the banks with a value of 6.69. These three strategies can be implemented simultaneously as mutually support one another.

For the future, some other development strategies in the SWOT analysis can be used in accordance with the requirements and conditions of the SME RKB, such as market pricing strategy set to face competition, improve quality of service to customers, expand market share, increase the use of technology, improving the quality products, improve human resource capabilities, develop programs efficiency and production cost control and preparing raw materials warehouse.

(7)

©HakCiptaMilik IPB, Tahun 2014

HakCiptaDilindungiUndang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidakm erugikan kepentingan IPB

(8)

ANALISIS KONDISI USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL BERBASIS KOMUNITAS LOKAL

FACHRY NOVIAR SINGKA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional

pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)
(10)

Judul Tesis : Analisis Kondisi Usaha dan Strategi Pengembangan Industri Kecil Berbasis Komunitas Lokal

NamaMahasiswa : Fachry Noviar Singka

NomorPokok : PO54114055 Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui,

KomisiPembimbing

Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS, DEA Ketua

Dr.Tjahja Muhandri, STP, MT Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah

DekanSekolahPascasarjana

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dr.Ir. Dahrul Syah, MSc. Agr.

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya, sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk meperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Penulisan ini kiranya didukung oleh bantuan dan dorongan beberapa pihak, oleh karena itu melalui prakata ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS, DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan selama kegiatan kajian dan penulisan laporan tugas akhir ini.

2. Dr. Tjahja Muhandri, STP, MT selaku Anggota Komisi Pembimbing yang juga telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan penulisan laporan tugas akhir ini.

3. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku Penguji Luar Komisi Pembimbing yang juga telah memberikan pengarahan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan tugas akhir ini.

4. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

5. Rekan-rekan seperjuangan MPI angkatan 16 yang senantiasa memberikan motivasi dan arahan dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.

6. Rekan-rekan Rumah Kreatif Balikpapan yang telah memberikan waktu dan informasi tentang kegiatan industri kecil berbasis komunitas lokal.

7. Rekan-rekan karyawan Chevron PGPA Kalimantan Operations yang telah memberikan masukan dan menjadi sarana berdiskusi untuk pengembangan industri kecil di daerah operasi.

8. Bunda Nungki Agusti, ST, MKKK yang senantiasa selalu ada untuk mendukung penyelesaian tugas akhir, dan Hj. Sri Suryati serta saudara-saudariku atas segala cinta kasih dan doa sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan.

Akhirnya penulis berharap agar tugas akhir ini berguna dan memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu penulis menerima segala masukan berupa saran dan kritik untuk perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.

Balikpapan, Agustus 2014

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL i

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 5

Kerajinan Batik Tulis Pewarna Alam dan Kerajinan Daur Ulang 7

Kemitraan Perusahaan dengan UKM 12

Analisis Usaha 13

Strategi Pengembangan Usaha 18

Kewirausahaan Berbasis Komunitas 19

3 METODE 21

Lokasi dan Waktu Kajian 21

Metode Penarikan Sampel 21

Sumber Data 21

Metode dan Teknik Pengumpulan Data 21

Analisis Data 22

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27

Kondisi Usaha Rumah Kreatif Balikpapan 27

Kinerja Usaha Rumah Kreatif Balikpapan 34

Strategi Pengembangan Usaha 39

Analisis Matriks Internal Eksternal 41

Analisis Matriks SWOT 42

Analisis QSPM 46

5 SIMPULAN DAN SARAN 48

Simpulan 48

Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 50

LAMPIRAN 53

(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil dan Usaha Besar Tahun 2011-2012

2

2 Kriteria UMKM Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2008 5

3 Matrik Internal Eksternal 25

4 Matrik SWOT 25

5 Kontribusi Perusahaan Terhadap Perkembangan RKB 29

6 Harga Jual Produk RKB Tahun 2013 32

7 Faktor Penyusun Harga Jual Produk RKB 32

8 Karakteristik Responden RKB 35

9 Perhitungan Rataan dari Penilaian Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan Responden Terhadap Atribut Produk dan Jasa RKB

37

10 Matriks IFE Rumah Kreatif Balikpapan 39

11 Matriks EFE Rumah Kreatif Balikpapan 40

12 Matriks SWOT Rumah Kreatif Balikpapan 42

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Struktur Organisasi Usaha Kecil dalam Skala Rumah Tangga 17 2 Struktur Organisasi Usaha Kecil dalam Skala Kecil 17

3 Pembagian kuadran IPA 23

4 Kerangka Kerja Kajian 26

5 Struktur Organisasi RKB 28

6 Pengolahan Proses Batik dan Produk Batik 30

7 Pembagian Kuadran Kartesius RKB 38

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Panduan Wawancara Pada Perusahaan 53

2 Panduan Wawancara Pada UKM Rumah Kreatif Balikpapan 55

3 Panduan Kuesioner Responden 58

4 Data Kinerja RKB Terhadap Tingkat Kepentingan Konsumen 64

5 Skor Pembobotan Internal 66

6 Skor Pembobotan Eksternal 67

7 Rating IFAS dan EFAS 68

(16)

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) merupakan sektor yang penting dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, peningkatan devisa negara, dan pembangunan ekonomi daerah.

Selain itu pemberdayaan KUMKM merupakan bagian integral dalam pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam pembangunan bidang ekonomi secara eksplisit UUD 1945 menekankan implementasi azas kekeluargaan (pasal 33 ayat 1) dan penyelenggaraan perekonomian nasional yang berdasar atas demokrasi ekonomi (pasal 33 ayat 4). Herawati (2011) dalam penelitian sebelumnya menjelaskan, kemitraan yang dilakukan oleh UMKM dengan PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, merupakan suatu investasi – bukan cost – dan dapat menghasilkan

win-win solution atau sinergi yang menghasilkan keadilan bagi masyarakat dan

keamanan berusaha serta keserasian dengan lingkungan. Kemitraan yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip komitmen, transparan, kejujuran, dan ketulusan, antara pihak-pihak yang bermitra dan dikembangkan secara rasional. Prinsip-prinsip tersebut sesuai dengan azas kekeluargaan sebagaimana amanah dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (1), yaitu Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.

Dalam Rencana Strategis Kementrian Koperasi dan UMKM periode 2010-2014 dinyatakan bahwa pembangunan yang ditujukan kepada Koperasi dan UMKM diharapkan mampu menghantarkan penataan struktur pelaku ekonomi nasional lebih padu dan seimbang, baik dalam skala usaha, strata dan sektoral, sehingga berkembang struktur pelaku ekonomi nasional yang kokoh dan mandiri.

Dengan memperhatikan peran dan potensinya dalam perekonomian nasional, keberadaan Koperasi dan UMKM terbukti merupakan pelaku usaha yang mandiri, kukuh dan fleksibel, dalam kondisi normal maupun krisis sekalipun (ukm-indonesia.net, 2013). Pemerintah juga telah menetapkan arah kebijakan dan strategi Kementrian Koperasi dan UKM dalam rencana strategis periode 2010-2014, yakni:

1. Strategi peningkatan iklim usaha yang kondusif bagi usaha koperasi dan UMKM.

2. Strategi peningkatan akses kepada sumberdaya produktif. 3. Strategi pengembangan produk dan pemasaran.

4. Strategi peningkatan daya saing SDM koperasi dan UMKM. 5. Strategi penguatan kelembagaan koperasi.

6. Strategi umum.

a. Strategi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. b.Strategi peningkatan sarana dan prasarana aparatur kementerian.

(17)

Tabel 1.

Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Usaha Besar Tahun 2011-2012 A. Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Sumber data : Kementrian Koperasi dan UKM (diolah)

Dari Tabel 1 dapat dilihat dua hal perkembangan UMKM saat ini yakni jumlah unit usaha mengalami peningkatan 1.328.147 unit dari tahun sebelumnya, dengan pangsa rata-rata 99% artinya UMKM merupakan pelaku ekonomi yang dominan dan peningkatan jumlah tenaga kerja 5.935.051 orang dari tahun sebelumnya dengan pangsa rata-rata 97% yang menunjukkan UMKM mampu menyerap jumlah tenaga kerja, disadari bahwa dengan tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi, sektor ini telah menjamin stabilitas pasar tenaga kerja, penekanan pengangguran dan menjadi wahana bangkitnya wirausaha baru, serta tumbuhnya wirausaha nasional yang tangguh dan mandiri.

Perkembangan yang cukup menggembirakan dari tabel di atas, menjadi potensi yang terus dapat dikembangkan karena ditopang dengan tersedianya jumlah penduduk sebagai tenaga kerja yang potensial. Terlebih dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah telah menetapkan arah pembangunan dengan penekanan pada pendidikan yang diharapkan semakin link and match dengan tantangan persaingan tenaga kerja dan penciptaan wirausaha baru. Selebihnya pengembangan usaha Koperasi dan UMKM dapat terus dilakukan karena pada alam Indonesia terkandung kekayaan yang tiada tara dan tersedianya keragaman bahan baku bagi produk inovatif Koperasi dan UMKM.

(18)

pengembangan kemitraan dan jaringan pasar bersama Koperasi dan UMKM, tempat magang, alih teknologi, pendampingan dan advokasi serta CSR

(Corporate Social Responsibility) dengan menekankan pada bentuk kerjasama

yang saling membutuhkan, menguntungkan dan membesarkan (Hubeis, 2009). Sesuai dengan Undang-undang PT No. 40 tahun 2007, pasal 74 yang menegaskan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Kepedulian perusahaan migas (minyak dan gas bumi) terhadap masyarakat sekitar terutama di bidang sosial, ekonomi dan lingkungan dapat diwujudkan melalui program CSR perusahaan.

Irwanto dan Prabowo (2009) mengatakan untuk setiap program CSR yang akan dilaksanakan oleh perusahaan, terdapat beberapa hal yang terlebih dahulu disepakati: (a) siapa kelompok penerima, (b) apa indikator keberhasilannya, dan (c) bagaimana tindaklanjutnya. Program CSR harus efisien,efektif, bermutu, dan bisa diandalkan sehinggaharus dilakukan secara ekonomis dan rasional untuk dapat meningkatkan laba perusahaan.Agar dapat dilakukan secara efektif dan efisien, program CSR membutuhkan suatu alat atau teknik yang digunakan dalam perencanaan dan pengendalian fungsi-fungsi CSR tersebut.

Pengembangan pelaksanaan program CSR saat inipun mengalami perkembangan yang signifikan utamanya dalam pola-pola pemberian bantuan dengan mengacu pada prinsip kemandirian. Salah satu program CSR yang sedang dikembangkan adalah kewirausahaan atau entrepreneurship, dalam hal ini artinya perusahaan memberikan akses kepada masyarakat sekitar untuk berperan aktif dalam berusaha dan berkontribusi nyata dalam mengembangkan perkembangan industri kecil menengah di Indonesia.

Komunitas usaha kecil dan ramah lingkungan di wilayah Kotamadya Balikpapan yang tergabung dalam Rumah Kreatif Balikpapan (RKB) merupakan sebuah bentuk industri kecil yang terbentuk melalui program CSR dari salah satu perusahaan migas yang beroperasi di Kalimantan. Anggota RKB merupakan penyandang cacat dan ibu-ibu PKK di wilayah operasi perusahaan migas tersebut. RKB hadir sejak awal tahun 2012, dengan kegiatan bisnis berupa industri batik tulis dan kerajinan dari sampah rumah tangga. Untuk industri kecil batik tulis, RKB telah menghasilkan beragam produk seperti kain batik, sajadah, hiasan dinding, sarung bantal, kain, baju, selendang dan tas. Motif batik yang telah diciptakan seperti daun ulin, rig/ anjungan minyak, pompa angguk, paduan pohon mangrove, lekuk Dayak, beruang madu, pasak bumi, kantung semar dan anggrek hitam Kalimantan. Sedangkan untuk kerajinan dari sampah rumah tangga juga telah menghasilkan beragam pernak-pernik aksesoris dan tas.

(19)

mengidentifikasi permasalahan yang sedang dihadapi RKB dan solusi untuk pengembangan keberlangsungan usaha.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi usaha UKM Rumah Kreatif Balikpapan ? 2. Bagaimana kinerja usaha UKM Rumah Kreatif Balikpapan ?

3. Bagaimana strategi pengembangan usaha UKM Rumah Kreatif Balikpapan dalam upaya meningkatkan kemandirian dan keberlangsungan usaha ?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengkaji kondisi usaha saat ini di UKM Rumah Kreatif Balikpapan. 2. Mengkaji kinerja UKM Rumah Kreatif Balikpapan.

(20)

2. TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Sebagai kajian dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan definisi yang digunakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Dalam penjabarannya pada undang-undang dijelaskan sebagaimana berikut :

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

Selanjutnya kriteria UMKM sebagaimana acuan dari Kementerian Koperasi dan UKM dapat dijabarkan secara sederhana:

Tabel 2. Kriteria UMKM menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2008

Kriteria Mikro Kecil Menengah

Kekayaan bersih < Rp 50 juta

Tidak termasuk bersih dibawah Rp 50 juta, lalu Usaha Kecil antara Rp 50 juta - Rp 500 juta dan Usaha Menengah antara Rp 500 juta - Rp 10 Milyar (diluar dari tanah dan bangunan usaha). Selain itu penjualan tahunan Usaha Mikro dibawah Rp 300 juta, Usaha Kecil antara Rp 300 juta - Rp 2,5 miliar dan Usaha Menengah antara Rp 2,5 miliar - Rp 50 miliar.

Dalam menjalankan usahanya, UMKM seharusnya memiliki kemampuan

berbisnis sebagaimana yang dijabarkan pada penjelasan berikut ini (Hubeis, 2009):

(21)

(supply creates its own demand), oreintasi produksi, orientasi produk, orientasi penjualan, orientasi pemasaran dan orientasi pemasaran sosial; (ii) sumber-sumber potensi bisnis meliputi pertumbuhan populasi, meningkatnya permintaan terhadap suatu produk, adanya ketidaksesuaian konsumsi dengan produksi, sumber daya yang menganggur, inovasi dan penemuan baru, serta adanya masalah-masalah baru; (iii) tahapan identifikasi meliputi identifikasi peluang, pengolahan informasi peluang bisnis, pemahaman lingkungan bisnis, estimasi potensi bisnis dan penilaian potensi bisnis.

2. Mengidentifikasi peluang. Suatu peluang dikatakan potensial untuk dimanfaatkan jika memenuhi kejelasan bentuk dan besarannya, mempunyai nilai ekonomis yang menguntungkan dan didukung oleh kemampuan perusahaan untuk pemanfaatannya. Beberapa hal penting dalam mengidentifikasi peluang bisnis yaitu: (i) mencatat setiap perkembangan dalam lingkungan bisnis, (ii) merenungkan dan mencari celah-celah yang dapat dimanfaatkan dari setiap perkembangan yang ada, (iii) mencatat dengan baik setiap peluang yang ditangkap, (iv) membuat rencana secara kasar dan cepat tentang langkah-langkah selanjutnya, (v) melakukan penilaian secara cepat apakah peluang tersebut secara potensial mampu digarap.

3. Mengolah informasi. Penguasaan informasi sangat menguntungkan bila dilihat dari segi berikut.

a) Mengarahkan sasaran secara tepat

b) Sumber-sumber resiko dan kendala dapat diidentifikasi secara dini, sehingga diketahui cara mengatasinya.

c) Mendukung perencanaan yang matang. d) Bahan untuk negosiasi.

e) Dasar untuk melakukan persaingan.

Dalam hal ini, jenis-jenis informasi yang dikumpulkan seperti data pendukung untuk proyeksi permintaan, daftar sumber daya perusahaan, teknis produksi dan sumber bantuan teknis, sumber-sumber modal yang dapat dimanfaatkan, saingan dan tingkat persaingan, sumber-sumber resiko dan ketidakpastian, pelanggan dan pelaku kunci untuk negosiasi.

4. Memahami lingkungan bisnis atas faktor-faktor berikut. a) Lingkungan perusahaan (pemilik dan manajemen).

b) Lingkungan mikro (perusahaan, pemasok, pesaing, konsumen, dan perantara).

c) Lingkungan makro (fisik, teknologi, ekonomi, sosial budaya, politik dan hukum).

5. Mengestimasi potensi bisnis. Potensi bisnis atau potensi pasar mengandung pengertian jumlah permintaan yang diharapkan atau diramalkan dan bukannya permintaan pasar sesungguhnya. Hal yang perlu dilakukan dalam melakukan estimasi potensi pasar adalah:

a) Penentuan jangkauan pelayanan.

b) Estimasi daya beli dan daya serap pasar. c) Analisis persaingan.

d) Estimasi kemampuan pelayanan.

(22)

pengembangan ekonomi rakyat dalam kebijakan dan pengembangan strategi industrialisasi, struktur pasar yang bersifat oligopolis, kinerja yang relatif terbatas pada hal yang klasikal (SDM, permodalan, akses terhadap kelembagaan keuangan, teknologi, manajemen, pemasaran dan informasi), terjadinya distorsi dan inkonsistensi kebijakan yang menyangkut upaya pengembangan. Berkenaan dengan permasalahan UMKM dalam arti luas dapat dikategorikan dalam tujuh karakteristik:

1. Kesulitan Pemasaran

Masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh UKM adalah tekanan-tekanan persaingan, baik di pasar domestik dari produk-produk serupa buatan usaha besar, maupun produk impor dan di pasar ekspor.

2. Keterbatasan Finansial

Aspek finansial yang dihadapi yakni mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja investasi, serta finansial jangka panjang akibat skala ekonomi yang kecil. Modal yang dimiliki UKM sering kali tidak mencukupi untuk kegiatan produksinya, terutama untuk investasi. Pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar di UKM menyebabkan sulit pihak luar melihat kinerja usaha dan sulit bagi bank memenuhi permohonan peminjaman modal.

3. Keterbatasan SDM

Merupakan kendala yang serius bagi banyak UKM, terutama dalam aspek-aspek kewirausahaan, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, perancangan teknik, pengendalian dan pengawasan mutu, organisasi bisnis, akuntasi, pengolahan data, penelitian dan teknik pemasaran.

4. Masalah Bahan Baku

Hal ini menjadi kendala serius bagi pertumbuhan dan keberlangsungan produksi bagi banyak UKM dan sentra-sentra UKM disejumlah subsektor industri manufaktur.

5. Keterbatasan Teknologi

Keterbelakangan teknologi tidak hanya menyebabkan rendahnya total faktor produktivitas dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya mutu produk yang dibuat.

6. Managerial Skill

Kesulitan UKM menentukan pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan menyebabkan pengelolaan usaha menjadi terbatas. Sarana alat manajemen untuk mencapai tujuan adalah lima (5) M yaitu man, money, material, methods, market.

7. Kemitraan

Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antar pengusaha dengan tingkatan yang berbeda, yaitu antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar. Walaupun tingkatan usaha berbeda namun terjadi hubungan yang setara (sebagai mitra) bukan bentuk hubungan yang merupakan manifestasi hubungan patron-klien.

Kerajinan Batik Tulis Pewarna Alam dan Daur Ulang

(23)

kerajinan ini termasuk ke dalam industri rumah tangga atau industri kecil. Industri skala kecil di Indonesia merupakan bahan yang terus menerus dibahas dan merupakan pokok perhatian pemerintah, karena keberadaannya mempunyai arti penting baik secara ekonomi maupun politik. Pembangunan industri kecil dan menengah termasuk industri kerajinan serta industri rumah tangga, perlu didorong dan dibina menjadi usaha yang semakin berkembang dan efisien sehingga mampu mandiri dan dapat menambah pendapatan masyarakat. Usaha kerajinan bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat pendukungnya. Selain itu berkembang pula jenis-jenis usaha kerajinan yang mengandung nilai estetik atau nilai seni untuk memenuhi kebutuhan golongan masyarakat atas. Usaha kerajinan yang menghasilkan karya yang bernilai seni ini ternyata mampu menghantarkan suatu daerah memiliki popularitas yang cukup tinggi dan memberi ciri khas terhadap daerah tersebut melalui penampilan karya masyarakat daerah itu (Rahayu, 2014).

Batik Tulis Pewarna Alam

Batik sudah lama dikenal sebagai karya bangsa Indonesia. Proses batik pula dikenal sebagai pewarnaan kain serat alami dengan menggunakan teknik celup rintang. Bagian kain menjadi bercorak karena pada waktu dicelupkan dalam cairan warna, terdapat bagian yang sengaja dirintangi. Bagian kain yang dirintangi itulah yang menimbulkan corak motif batik. Penempelan bahan perintang pada lembar kain merupakan langkah awal proses pembatikan. Cara membubuhkan malam batik pada lembar kain dikenal dengan beberapa cara: dituliskan dengan menggunakan alat yang disebut canting, dituliskan dengan menggunakan kuas dan dicapkan dengan menggunakan cap logam (tembaga). Cara yang pertama menghasilkan kain batik tulis, sedangkan cara yang kedua akan menghasilkan batik cap. Sebetulnya karya batik tulis dan batik dalam proses pewarnaannya sama. Namun demikian, batik tulis dianggap karya batik yang memiliki nilai yang lebih tinggi dari batik cap (Tocharman, 2009). Selanjutnya Tocharman dalam penelitiannya menjelaskan proses penggunaan warna-warna alam dalam teknik batik sudah dilakukan oleh nenek moyang kita secara turun temurun sampai ditemukan warna sintetis yang dipandang praktis dan ekonomis. Namun, dalam kenyataan sekarang ini penggunaan warna alam sebagai pewarna batik sudah banyak ditinggalkan. Penggunaan warna alam banyak ditinggalkan dengan berbagai alasan, antara lain:

a. Proses pembuatan warna alam memerlukan waktu yang panjang. b. Warna alam tidak tahan lama disimpan sebelum proses pewarnaan. c. Daya tahan warna alam cenderung mudah pudar.

d. Karena proses pembuatan warna alam lama, mengakibatkan biaya produksi menjadi mahal.

e. Proses pencelupan/pewarnaan memerlukan waktu yang panjang dan harus dilakukan berulang-ulang. Pengulangan yang dilakukan lebih banyak akan menghasilkan warna yang lebih baik.

(24)

lingkungan, termasuk di dalamnya manusia. Kedua, para perajin batik tidak menyadari, tidak tahu, atau tahu tetapi masa bodoh akan bahaya yang diakibatkan oleh bahan warna sintetis. Ketiga, di sisi lain banyak ditemukan penggunaan warna sintetis untuk pewarna tekstil digunakan untuk mewarnai bahan makanan atau minuman. Hal ini terjadi karena bahan warna tekstil jauh lebih murah bila dibandingkan dengan bahan pewarna makanan.

Hartini et al. (2014) menjelaskan pewarna alam diekstrak dari materi vegetatif dan residu hewan, diklaim ramah lingkungan, menimbulkan tingkat emisi yang lebih rendah dibandingkan dengan pewarna sintetis dalam industri tekstil. Kelebihan zat warna alam yang lain adalah adanya zat antibakteri dan penghilang bau dan lebih dari 60% dari uji pewarnaan yang dilakukan dapat diterima dari sifat tahan lunturnya. Oleh karena itu sekarang banyak praktisi tekstil yang menggunakan pewarna alam. Hal tersebut didukung oleh sebuah deklarasi bersama hasil keputusan World Batik Summit tahun 2011, yang salah satu pointnya menyatakan industri Batik Indonesia harus didasarkan atas perlindungan alam dan lingkungan, serta riset mengenai penyediaan bahan pewarna tradisional yang alami dalam jumlah besar penting untuk digalakkan.

Dalam penelitian sebelumnya, Rahayu (2014) menjabarkan proses produksi kain batik tulis dengan pewarna alam dengan tahapan – tahapan sebagai berikut :

1. Tahap pemotongan kain mori.

Pada tahapan ini kain mori dipotong sesuai ukuran yang diinginkan, pemotongan biasanya berukuran 1,5 sampai 2 meter untuk setiap potongnya. 2. Tahap Mordan

Pada tahapan ini kain mori yang sudah dipotong kemudian direbus dengan soda abu dan tawas, bertujuan untuk membuka pori – pori kain.

3. Tahap pencucian mori

Pada tahapan ini kain mori dicuci terlebih dahulu, kemudian baru masuk tahap proses pengkanjian. Dalam proses ini perajin tidak menggunakan bahan pemutih apapun.

4. Tahap Pengkanjian

Pada tahapan ini kain mori dikanji terlebih dahulu selama beberapa jam, kemudian baru dijemur sampai kering. Hal ini bertujuan untuk meratakan permukaan kain mori agar lebih memudahkan dalam membatik serta kainnya menjadi lebih kaku.

5. Tahap menggambar pola batik atau nyorek

Pada tahapan ini perajin menggambar pola atau motif pada kain mori yang telah dikanji dengan menggunakan pensil. Pola dibuat diatas meja gambar, dengan cara dilembarkan kemudian baru digambar. Masing – masing kelompok memiliki perajin khusus dalam pembuatan pola. Motif atau pola dibuat sesuai dengan keinginan atau inspirasi para perajin. Akan tetapi, apabila terdapat pesanan untuk motif tertentu maka pola juga disesuaikan dengan keinginan konsumen.

6. Tahap membatik

(25)

dilentangkan di gawangan, lalu dibatik dengan lilin yang sudah dipanaskan di wajan kecil. Dalam menorehkan lilin, perajin menggunakan canting yang disesuaikan dengan kebutuhan.

7. Tahap Pewarnaan

Setelah selesai proses pembatikan, maka tahap selanjutnya yaitu tahap pewarnaan. Pada saat tahap pewarnaan, perajin terlebih dahulu menentukan warna apa yang akan dipakai untuk batik tersebut. Sebelum pewarnaan perajin harus benar – benar memahami warna apa saja yang mampu dihasilkan dari bahan – bahan alami tersebut. Selain itu juga harus melakukan beberapa kali percobaan untuk menghasilkan perpaduan warna yang baik. dari dua jenis kayu tersebut. Warna – warna tersebut diantaranya yaitu :  Warna Soga, untuk memperoleh warna soga maka perajin harus

menggunakan perpaduan warna dari kayu tinggi, jambal, dan tegel.

 Warna Kuning, untuk memperoleh warna kuning maka perajin harus menggunakan bahan yang berasal dari kayu teger.

 Warna Hijau, untuk memperoleh warna hijau maka perajin harus menggunakan kayu teger sebagai bahan utamanya.

 Warna biru, untuk memperoleh warna biru maka perajin menggunakan bahan dari indigo. Indigo yang digunakan berbentuk pasta atau berasal dari daun Tom.

8. Nutup

Pada tahap ini bagian – bagian gambar yang dikehendaki tetap berwarna hitam dan putih, harus ditutup lagi dengan lilin dengan canting, tujuannya agar tidak kemasukan warna lain dalam proses selanjutnya.

9. Menyoga

Merupakan pemberian warna coklat tua pada bagian yang kelihatan putih dengan cara mencelupkan ke dalam air yang telah diberi larutan soga.

10.Nglorod

Merupakan tahapan yang dilakukan setelah proses pewarnaan selesai. Nglorod merupakan proses membersihkan lilin yang menempel pada bahan dasar batik. Proses pelorodan ini dilakukan dengan cara memasukkan kain batik yang telah diwarnai secara berkali – kali dalam air yang mendidih. Sehingga lilin batik yang menempel pada kain dapat hilang atau bersih. 11.Pengeringan

(26)

Kerajinan Daur Ulang

Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah anorganik padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai (Ninggarwati dan Latianingsih, 2010). Material yang dapat didaur ulang berupa:

1. Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, krim kopi; baik yang putih bening maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal.

2. Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecuali kertas yang berlapis (minyak atau plastik).

3. Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja, besi rangka beton.

4. Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jerigen, ember. 5. Sampah anorganik basah dapat diolah menjadi kompos.

Wahyono dan Sudarno (2012), dalam laporan proyek ITTO TFL-PD 019/10 Rev.2 (M) Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere

Reserve West Java, Indonesia menjelaskan, kemasan plastik tidak selalu berakhir

menjadi sampah. Kemasan plastik bisa dirangkai jadi aneka kerajinan cantik. Kita semua tahu bahwa sampah plastik adalah jenis sampah yang paling sulit diuraikan oleh tanah. Jika Anda membuang sampah plastik hari ini, hingga 80 tahun mendatang pun sampah plastik ini pun belum bisa teruraikan. Padahal, hampir semua produk kebutuhan rumah tangga menggunakan pembungkus plastik. Jadi, terbayang kan berapa banyak sampah plastik terbuang setiap harinya? Untuk mencegah penumpukan sampah plastik, kita sebenarnya bisa mencoba mengurangi dampak buruknya. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkannya kembali. Sampah plastik bisa diolah menjadi aneka kerajinan cantik. Hasilnya tak kalah cantik dengan kerajinan berbahan kain. Dengan membuat aneka kerajinan cantik berbahan kemasan plastik ini, Anda bisa mendapat dua manfaat. Selain mendapat aneka kerajinan cantik, Anda pun sudah turut berpartisipasi menyelamatkan lingkungan dari ancaman sampah plastik.

Langkah awal mengolah sampah plastik menjadi kerajinan adalah memisahkan sampah kering dan sampah basah. Selanjutnya sampah kering seperti bungkus minuman ringan seperti kopi, susu dan mi instan dibersihkan. Setelah itu plastik-plastik yang telah dicuci dan dikeringkan kemudian dipotong-potong seperti pola barang kerajinan yang akan dibuat. Pola dibuat sesuai dengan bentuk barang yang akan dibuat. Setelah dipotong sesuai dengan pola, langkah selanjutnya adalah menjahit sesuai dengan pola tersebut. Yang diperlukan adalah ketelatenan dari penjahit (Anam, 2014).

Saat ini kerajinan dari sampah plastik telah menjadi produk fashion tersendiri yang berasal dari barang daur ulang atau bisa disebut trashion. Trashion ini artinya fashion dari sampah. Dengan menjadi trashion nanti, produk kerajinan daur ulang sampah kering akan bisa dinikmati tidak saja kalangan masyarakat menengah ke bawah tapi juga kalangan menengah atas yang biasanya sangat memperhatikan kualitas produk kerajinan yang akan dibeli. Dubey et al. (2010) mengatakan manfaat daur ulang pada jurnal internasional VSRD Technical & Non-Technical Journal, “Another example of the importance of recycling has to

(27)

for the city or town, and in general a healthier economy for everyone concerned”.

Disamping manfaat yang dimiliki dari produk daur ulang ada, namun ada beberapa kendala yang dihadapi oleh para pengrajin daur ulang sampah plastik yaitu terbatasnya bahan baku (khusus untuk membuat barang yang sifatnya antik), bahkan ada bahan baku yang harus dibeli, juga terbatasnya peralatan dan dana, sehingga terkesan seadanya namun kreativiatas sangat tinggi. Kemudian untuk produk yang sudah dihasilkan, kadang ditumpuk begitu saja, tidak adanya pemahaman untuk diberi pelatihan bagaimana memasarkan hasil produksi agar dikenal dimasyarakat (Ninggarwati dan Latianingsih, 2010).

Kemitraan Perusahaan dengan UKM

Upaya peningkatan peran UMKM melalui pola kemitraan, diatur dalam Keppres RI, No. 127 tahun 2001, tentang UMKM dan Kemitraan, yang menyebutkan bahwa perlu adanya jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan kesempatan terbuka bagi kinerja usaha menengah atau besar dengan syarat kemitraan. Kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Herawati (2011) dalam disertasinya menyatakan, dalam upaya mengembangkan kemitraan usaha dimasa depan dan untuk mempersiapkan pelaku bisnis skala UMKM dapat bersaing di era globalisasi maka diperlukan beberapa strategi unggulan, perubahan perilaku, dan sistem organisasi sebagai fondasi perkembangan kemitraan secara lebih mendasar. Konsep operasional dari strategi ini selayaknya dapat dilakukan secara simultan oleh semua pelaku kemitraan termasuk lembaga pemerintah sebagai instansi pembina. Beberapa strategi yang perlu dilaksanakan agar kebijaksanaan dalam kemitraan dapat diwujudkan. Strategi tersebut antara lain, adalah :

1. Mengembangkan usaha kecil dan koperasi yang mandiri dan kuat.

2. Memacu penerapan Undang-undang tentang usaha kecil dan peraturan pemerintah tentang kemitraan. Penerapan Undang-undang tentang usaha kecil dan peraturan pemerintah tentang kemitraan ini menjadi sangat penting dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya usaha kecil dan koperasi.

3. Memantapkan kelembagaan kemitraan. Strategi ini dimaksudkan untuk mewujudkan kelembagaan kemitraan usaha kedua belah pihak yang harus dibangun dan dipersiapkan melalui proses terencana dan berkelanjutan. 4. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia. Keberhasilan atau

kegagalan pelaksanaan kemitraan sangat ditentukan oleh faktor kemampuan sumberdaya manusianya terutama dalam menerapkan strategi bisnis yang telah ditetapkan. Kemampuan para pelaku bisnis untuk menguasai teknologi, manajemen, informasi pasar dan lain sebagainya.

(28)

6. Membangun akses pasar dan informasi pasar. Akses pasar dan informasi pasar merupakan dua hal yang penting yang saling berkait dan mutlak harus dikuasasi oleh pelaku kemitraan. Tanpa akses pasar yang baik sangatlah mustahil untuk mendapatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan. Sebaliknya tanpa informasi pasar yang jelas dan akurat mengenai jumlah, kualitas dan harga dari suatu barang pasti akan menimbulkan distorsi yang mungkin saja dapat menimbulkan perselisihan bagi pelaku kemitraan.

7. Mendorong pengembangan investasi dan permodalan. Kurangnya investasi dan modal menyebabkan lemahnya posisi tawar khususnya bagi UMKM. Strategi yang dilakukan dalam mendorong pengembangan investasi dan permodalan yang seyogyanya ditujukan untuk keberpihakan pemerintah kepada UMKM. Dengan keberpihakan ini diharapkan akan meningkatkan posisi tawar dari sebagian besar UMKM.

8. Memantapkan birokrasi pemerintah sebagai lembaga pelayanan. Peran aparatur pemerintah dan produk-produk kebijakannya sangat strategis dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk keberhasilan kemitraan. Keberpihakan pemerintah pada upaya-upaya untuk menumbuhkembangkan kemitraan merupakan suatu wujud pelayanan yang harus dilakukan konsisten dan berkesinambungan.

Analisis Usaha

Kasmir dan Jakfar (2012) mengatakan prospek pengembangan usaha dapat dilihat melalui beberapa aspek. Aspek-aspek ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi saling berkaitan. Artinya jika salah satu aspek tidak dipenuhi, maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan. Dalam hal ini aspek-aspek yang dimaksud adalah aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan, aspek teknis/operasi, aspek manajemen/organisasi, aspek ekonomi sosial dan aspek lingkungan. Urutan penilaian dari beragam aspek yang ada berdasarkan pertimbangan prioritas, bahkan ada aspek yang tidak seharusnya ditelaah lebih jauh, karena tidak terlalu signifikan dalam pengembangan UKM yang baru mulai dan sedang berkembang.

Aspek Pasar dan Pemasaran

Begitu pentingnya peranan pasar dan pemasaran dalam menentukan kelanjutan UKM, sehingga banyak UKM menjadikan posisi pemasaran paling depan (Kasmir dan Jakfar, 2012). Beberapa hal yang perlu dicermati seperti: (1) ada tidaknya pasar, (2) seberapa besar pasar yang ada, (3) potensi pasar, (4) tingkat persaingan yang ada, termasuk besarnya market share yang akan direbut dan market share pesaing.

Setelah memahami kondisi pasar, maka perlu melakukan strategi bersaing yang tepat. Unsur strategi persaingan ini adalah menentukan segmentasi pasar

(segmenting) artinya membagi pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yang

(29)

Market segmenting

Variabel untuk melakukan segmentasi pasar terdiri dari segmentasi pasar konsumen dan segmentasi pasar industrial. Berikut ini adalah variabel utama untuk melakukan segmentasi pasar konsumen menurut Kotler dan Keller (2013), antara lain:

1. Segmentasi berdasarkan geografis terdiri dari: bangsa, propinsi, kabupaten, kecamatan dan iklim.

2. Segmentasi berdasarkan demografis terdiri dari: umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, daur hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras dan kebangsaan.

3. Segmentasi berdasarkan psikografis: kelas sosial, gaya hidup, karkateristik kepribadian.

4. Segmentasi berdasarkan perilaku terdiri dari: pengetahuan, sikap, kegunaan dan tanggap terhadap suatu produk.

Variabel utama untuk melakukan segmentasi pasar industrial sebagai berikut:

c. Segmentasi berdasarkan demografis terdiri dari: jenis industri, besar perusahaan, dan lokasi perusahaan.

d. Karakteristik pengoperasian terdiri dari: teknologi yang difokuskan, status pengguna dan kemampuan pelanggan.

e. Pendekatan pembeli terdiri dari: organisasi berfungsi pembeli, sifat hubungan yang ada, struktur kekuatan, kebijakan pembelian umum dan kriteria.

f. Karakteristik personel industri terdiri dari: kesamaan pembeli, sikap terhadap resiko dan kesetiaan.

g. Faktor situasional terdiri dari: urgensi, pengguna khusus, besarnya pesanan.

Market targetting

Setelah segmentasi pasar dilakukan, maka terdapat beberapa segmen yang layak untuk dilakukan, karena dianggap paling potensial. Secara umum pengertian menetapkan pasar sasaran adalah mengevaluasi keaktifan setiap segmen, kemudian memilih salah satu dari segmen pasar atau lebih untuk dilayani. Pasar sasaran (Amalia et al., 2012) berfungsi agar pelaku UKM dapat mengingat konsumen yang senantiasa menggunakan produknya dan menjadikan konsumen tersebut loyal menggunakan produk yang ditawarkan. Kegiatan menetapkan pasar sasaran meliputi:

1.Evaluasi segmen pasar:

1. Ukuran pertumbuhan segmen seperti data tentang penjualan, proyeksi laju pertumbuhan dan margin laba dari setiap segmen.

2. Struktural segmen dilihat dari segi profitabilitas, juga ancaman dari produk pengganti.

3. Sasaran dan sumber daya perusahaan, yakni ketersediaan sumber daya manusia termasuk keterampilan yang dimiliki.

2.Memilih segmen, yaitu menentukan satu atau lebih segmen yang memiliki nilai tinggi bagi UKM, menentukan segmen mana dan berapa banyak yang dapat dilayani:

(30)

2. Pemasaran serba aneka, merancang tawaran untuk semua pendapatan, tujuan dan kepribadian.

3. Pemasaran terpadu, khusus untuk sumber daya manusia yang terbatas.

Market positioning

Hubeis dan Najib (2008) menyatakan persaingan dalam duni usaha terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Menentukan posisi pasar yaitu menentukan posisi yang kompetitif untuk produk atau suatu pasar. Kegiatan ini dilakukan setelah menentukan segmen mana yang akan dimasuki, maka harus pula menentukan posisi dimana yang ingin ditempati dalam segmen tersebut. Memilih dan melaksanakan strategi penentuan posisi pasar:

1. Identifikasi keunggulan kompetitif yang mungkin memberikan nilai yang terbesar dengan cara mengadakan perbedaan, yaitu:

1. Diferensiasi produk 2. Diferensiasi jasa 3. Diferensiasi personel 4. Diferensiasi citra

2. Memilih keunggulan kompetitif yang tepat. a. Berapa banyak perbedaan dipromosikan b. Perbedaan mana yang dipromosikan

3. Mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi dipilih.

Strategi Bauran Pemasaran (Marketing mix)

Setelah STP ditetapkan, maka selanjutnya perlu diselaraskan dengan kegiatan pemasaran lainnya seperti strategi bauran pemasaran. Widiana et al (2013) dalam jurnalnya mengatakan bauran pemasaran dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, serta kondisi yang akan diantisipasi. Adapun strategi bauran pemasaran tersebut yaitu:

1. Strategi produk; pihak perusahaan mendefinisikan, memilih dan mendesain suatu produk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang akan dilayaninya, agar investasi yang ditanam dapat berhasil dengan baik. Dalam mengembangkan suatu produk, maka perusahaan akan melakukan antara lain: penentuan logo dan moto, menciptakan merk, menciptakan kemasan, keputusan label dan lain-lain.

2. Strategi harga; merupakan hal yang penting dalam kegiatan marketing mix.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menetapkan harga suatu produk:

1. Menentukan tujuan penetapan harga. 2. Memperkirakan permintaan biaya dan laba.

3. Memilih strategi harga untuk membantu menentukan harga dasar. 4. Menyesuaikan harga dasar dengan taktik penetapan harga.

(31)

4. Strategi promosi; merupakan kegiatan marketing mix yang terakhir. Sarana promosi yang dapat digunakan antara lain : periklanan, promosi penjualan, publisitas, penjualan pribadi dan lain-lain. Kegiatan promosi bisa berupa pemasangan iklan di media cetak/elektronik, pemasangan spanduk, distribusi brosur produk, internet dan lain-lain. Khusus untuk promosi penjualan dapat dilakukan pemberian discount, undian, cindera mata dan lain-lain.

Aspek Keuangan

Aspek keuangan menilai biaya-biaya produksi apa dan seberapa besar biaya-biaya tersebut yang akan dikeluarkan dalam menghasilkan produk. Kemudian juga menilai berapa besar pendapatan yang akan diterima dari sebuah investasi yang dilakukan. Selain itu aspek keuangan mengkaji darimana sumber pembiayaan tersebut. Khusus bagi UKM yang sudah ada sebelumnya dan hendak melakukan ekspansi atau perluasan usaha, penilaian dapat dilakukan dari laporan keuangan.

Setiadi et al. (2014) dalam jurnalnya menyatakan perhitungan harga pokok produksi adalah hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan harga jual suatu produk. Perhitungan harga pokok produksi yang tepat dan akurat merupakan hal yang perlu dilakukan oleh setiap perusahaan, karena tanpa adanyan perhitungan harga pokok produksi yang tepat dan akurat, perusahaan manufaktur yang bersangkutan akan mengalami masalah dalam penentuan harga jual suatu produk. Bagi perusahaan dengan tujuan mencapai laba optimum, harga jual dan realisasi biaya produksi berpengaruh sangat besar terhadap ukuran keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan yang besangkutan dan memenangkan persaingan yang semakin tajam dengan perusahaan lain yang sejenis. Salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai hal tersebut adalah dengan mengefisienkan biaya produksi serendah-rendahnya sehingga akan memperbesar laba. Strategi efisiensi biaya produksi dan penetapan harga yang tepat harus diimbangi dengan peningkatan mutu produksi dan pelayanan terhadap kepuasan pelanggan

(costumer satisfaction), sehingga memiliki nilai kompetitif yang tinggi dengan produk-produk perusahaan lain yang sejenis.

Selanjutnya dalam kerangka pemikiran Setiadi et al (2014) mengemukakan penentuan harga pokok produksi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengumpulan harga pokok produksi ditentukan oleh cara produksi suatu perusahaan. Perusahaan yang berproduksi berdasar pesanan, mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan

(Job Order Cost Method). Sedangkan perusahaan yang berproduksi massal,

mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok proses (Process Cost Method).

2. Untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu metode full costing dan metode variable costing. Metode full costing memperhitungkan seluruh unsur biaya produksi, baik yang berperilaku tetap maupun variabel ke dalam harga pokok produksi. Sedangkan metode variable costing hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel saja ke dalam harga pokok produksi.

(32)

Aspek Teknis dan Operasi

Kasmir dan Jakfar (2012) dalam aspek teknis dan operasi menekankan aspek ini berkaitan dengan lokasi, lay out usaha, peralatan yang digunakan, sampai usaha perluasan selanjutnya. Selain itu dipertimbangkan penggunaan teknologi apakah padat karya atau padat modal. Artinya jika menggunakan padat karya, maka akan memberikan kesempatan kerja, namun jika padat modal mungkin bisa sebaliknya. Dalam halnya persediaan bahan baku, perusahaan senantiasa melakukan safety stock. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menghitung besarnya safety stock adalah penggunaan bahan baku rata-rata, faktor waktu dan biaya yang digunakan. Disamping faktor-faktor penentu tersebut, dalam menentukan safety stock diperlukan standar kuantitas yang harus dipenuhi yaitu:

 Persediaan minimum.  Besarnya pesanan standar.  Tingkat pemesanan kembali.  Administrasi persediaan.

Tambunan (2013) mengatakan Standar Operating Procedures (SOP) mutlak dibutuhkan dalam mencapai tujuan atau sasaran tertentu dalam proses produksi. Pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa setiap keputusan, langkah atau tindakan dan penggunaan fasilitas pemrosesan yang dilaksanakan oleh orang-orang di dalam suatu organisasi, telah berjalan secara efektif, konsisten, standar dan sistematis.

Aspek Manajemen dan Organisasi

Organisasi adalah suatu entitas (sistem) sosial yang dikordinasikan secara sadar pada batasan yang dapat diidentifikasi (misal, perkembangan ekonomi) dalam mencapai suatu tujuan bersama atau serangkaian tujuan (Hubeis, 2009). Manajemen organisasi berperan dalam memastikan peran dan tanggung jawab setiap anggota organisasi, walaupun boleh jadi setiap orang atau kelompok melakukan tahapan kegiatan dan keputusan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Selanjutnya Hubeis menyatakan bentuk organisasi bisnis usaha kecil dapat diilustrasikan pada gambar-gambar berikut.

Gambar 1. Struktur Organisasi Usaha Kecil dalam Skala Rumah Tangga

Pemilik (Manajer Umum)

Bagian Produksi

(Produksi, Pengendalian Mutu dan Penyelia)

(33)

Keterangan : = pekerja/manajer

Gambar 2. Struktur Organisasi Usaha Kecil dalam Skala Kecil

Dari Gambar 1 dan 2, terlihat adanya hierarki manajerial pada usaha kecil, yaitu arus komunikasi, koordinasi dan pengawasan dari manajemen yang bersifat

one man show dengan memerhatikan peran interpersonal (berhubungan dengan

orang lain), peran informasional (menerima, mengumpulkan dan menyebarkan informasi) dan peran pengambilan keputusan (membuat pilihan dan resiko).

Kasmir dan Jakfar (2012) juga mengatakan hal yang berkenaan dengan organisasi dalam UKM yakni organisasi garis/lini merupakan organisasi berskala kecil dengan sedikit jumlah karyawan yang belum atau sedikit memiliki spesialisasi, dengan ciri-ciri organisasi sebagai berikut:

1. Hubungan antara atasan dan bawahan masih bersifat langsung melalui suatu garis wewenang.

2. Jumlah karyawan sedikit, maka struktur organisasi sederhana.

3. Pimpinan dan karyawan saling mengenal dan dapat berhubungan setiap hari. 4. Masing-masing penanggungjawab memiliki tanggung jawab penuh atas

bidang pekerjaannya.

5. Pucuk pimpinan biasanya pemilik perusahaan.

6. Pucuk pimpinnan dipandang sebagai sumber kekuasaan tunggal. 7. Tingkat spesialisasi belum terlalu tinggi.

8. Organisasi kecil.

Strategi Pengembangan Usaha

Hubeis dan Najib (2008) mengemukakan dalam proses manajemen strategik ada tiga tahapan utama yaitu perumusan strategi, implementasi strategi serta evaluasi dan pengendalian strategi, yang diawali dengan pengamatan lingkungan. Masing-masing tahapan ini saling terkait satu sama lainnya, tidak boleh ada satupun yang terlewat.

Selanjutnya dalam tahapan perumusan strategi, pelaku usaha dapat menggunakan proses manajemen strategik yang terdiri atas enam langkah yaitu:

1. Melakukan analisis lingkungan internal. 2. Melakukan analisis lingkungan eksternal. 3. Mengembangkan visi dan misi yang jelas. 4. Menyusun sasaran dan tujuan perusahaan.

5. Merumuskan pilihan-pilihan strategis dan memilih strategi yang tepat. 6. Menentukan pengendalian.

Dalam tahapan implmentasi strategi, beberapa hal penting yang harus dilakukan perusahaan, yaitu:

Pemilik (Manajer Umum dan Pengawas Mutu) atau Pemilik

Bagian Penjualan

dan Pemasaran

(34)

a. Penetepan tujuan tahunan. b. Perumusan kebijakan. c. Memotivasi pekerja. d. Alokasi sumber daya.

Dalam proses evaluasi strategi beberapa hal yang harus dilakukan perusahaan, yaitu:

a. Meninjau kembali permasalahan eksternal dan internal yang terjadi saat ini, apakah terjadi perubahan-perubahan pada saat strategi dirumuskan.

b. Adanya pengukuran kemampuan atau kinerja perusahaan dengan memastikan kembali, apakah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

c. Melakukan perbaikan-perbaikan untuk perkembangan perusahaan. d. Membantu untuk mengembangkan model di masa mendatang.

Selanjutnya Hubeis dan Najib (2008) menyatakan teknik perumusan strategi dapat diintegrasikan dalam kerangka kerja pengambilan keputusan tiga tahap. Alat yang disajikan dalam kerangka kerja dapat digunakan untuk semua ukuran dan tipe organisasi, serta dapat membantu penyusunan strategi mengidentifikasi dan pemilihan strategi. Tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap input; untuk meringkas informasi dasar yang dibutuhkan dalam merumuskan strategi. Kita dapat menggunakan matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI), Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) dan matriks Profil Persaingan

(Competitive Profile Matix atau CPM).

2. Tahap pencocokan; berfokus pada penciptaan alternatif strategi yang layak dengan mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci. Tahap ini mencakup matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (

Strength-Weakness-Oppurtunity-Threats atau SWOT), matriks Evaluasi Tindakan dan

Posisi Strategi (Strategic Position and Action Evaluation atau SPACE), matriks Boston Consulting Group (BCG) dan Grand Startegy Matrix.

3. Tahap keputusan; melibatkan strategi tunggal, yaitu matriks Perencanaan Strategik Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix atau QSPM).

Kewirausahaan Berbasis Komunitas

Linna (2010) dalam International Journal of Business and Public

Management mengatakan kegiatan kewirausaahaan dalam komunitas mampu

mmberikan manfaat kepada seluruh komunitas dan mengurangi tingkat kemiskinan. Walaupun dalam pelaksanaannya penuh dengan berbagai tantangan, khususnya melibatkan orang-orang dengan latar belakang yang berbeda dan upaya untuk menumbuhkan rasa memiliki dari usaha yang dikerjakannya. Dalam konteks komunitas yang lebih kecil lagi, kurangnya dukungan dari berbagai pihak menjadikan wirausahawan di komunitas kecil mengalami kendala dalam mengembangkan kemampuan dan akses menuju pasar yang lebih besar. Perlu ada pendekatan holistik dalam pengembangan kewirausahaan, yang tidak hanya berfokus pada keuntungan ekonomi, tetapi juga berpikir tentang manfaat lain yang diterima seperti pola pikir berorientasi pasar dan meningkatkan potensi usaha yang berkelanjutan.

(35)

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, pemberdayaan adalah: (1) penguatan masyarakat yang lemah, dan (2) pengembangan aspek pengetahuan sikap dan ketrampilan masyarakat, atau dikatakan pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat sebuah lapisan masyarakat untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan.

Dalam penelitian Rosyida dan Nasdian (2011), pengembangan kapasitas dalam sebuah komunitas memiliki dua elemen pokok, yakni kemandirian dan partisipasi. Partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Titik tolak dari partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar. Selanjutnya partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peranserta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan masyarakat. Sehubungan dengan kegiatan dalam komunitas, keterlibatan masyarakat sudah seharusnya dimasukan dalam proses penentuan program atau kegiatan. Partisipasi komunitas dapat ditelaah dalam beberapa tahapan, sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program.

2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek.

3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

(36)

3. METODE KAJIAN

Lokasi dan Waktu Kajian

Lokasi kajian dilaksanakan di Rumah Kreatif Balikpapan di Kotamadya Balikpapan. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan komunitas ini melaksanakan program pengembangan industri kecil dari salah satu program CSR perusahaan migas yang beroperasi di Kalimantan. Pelaksanaan kajian dilakukan selama 3 (tiga) bulan dari bulan Oktober - Desember 2013.

Metode Penarikan Sampel

Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang untuk mengetahui tingkat kinerja UKM RKB dan tingkat kepentingan konsumen.

Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode judgement

sampling, yaitu memilih responden yang paling tepat untuk

mengumpulkan/menjaring informasi yang dibutuhkan. Responden ditentukan berdasarkan anggapan bahwa mereka bisa mewakili karakteristik konsumen yang menggunakan produk dari UKM RKB di Kotamadya Balikpapan.

Sumber Data

Sumber data untuk kajian ini adalah data internal dan data eksternal. Data internal berasal dari UKM RKB yang menggambarkan keadaan kondisi usaha. Data eksternal diperoleh dari perusahaan migas yang memahami jumlah dan jenis bantuan yang diberikan kepada UKM RKB serta tujuan program CSR yang dilakukan.

Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara: (1) kajian kepustakaan. Kajian kepustakaan ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data tertentu berupa hasil kajian/penelitian, buku-buku ilmiah, buletin, brosur dan artikel yang merupakan sumber ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kondisi usaha dan strategi pengembangan usaha kerajinan batik tulis dan daur ulang; (2) kajian lapangan. Kajian lapangan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung pada UKM RKB dalam melaksanakan usahanya. Data dan informasi yang diambil antara lain deskripsi usaha, kegiatan usaha, sejarah singkat usaha, profil pengrajin dan pembiayaan usaha kerajinan batik tulis dan daur ulang.

Dalam membahas masalah, menganalisis kondisi usaha dan visi, misi serta tujuan UKM RKB pada kajian ini dibutuhkan data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Untuk mendapatkan data-data tersebut digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut (Effendi dan Tukiran, 2012): 1. Pengamatan langsung; dengan cara mempelajari berbagai dokumen, profil

(37)

2. Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Wawancara dilakukan terhadap:

Pegawai Perusahaan:

a. Community Engagement Specialist; yang mengetahui proses latar

belakang terbentuknya Komunitas Mangrove dan jenis bantuan yang diberikan Perusahaan baik financial maupun technical.

b. Team Manager, yang memahami tujuan pengembangan CSR Perusahaan

dan menyetujui pembentukan Rumah Kreatif Balikpapan.

3. Focus Group Discussion (FGD); teknik dalam mengumpulkan data kualitatif

di mana sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seorang moderator atau fasilitator mengenai suatu topik. Fasilitator memberikan beragam pertanyaan terstruktur. Selanjutnya setiap jawaban dikelompokkan dalam suatu tatanan terstruktur. Selain itu, fasilitator membagi peserta dalam sebuah kelompok kecil dan memberikan tugas untuk membahas suatu persoalan yang sedang dihadapi. Semua informasi yang dikumpulkan dari peserta, selanjutnya dideskripsikan dalam sebuah paparan yang kemudian disepakati secara bersama. Paparan tersebut berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari sebuah industri kecil. Hal-hal yang biasanya didikusikan mulai dari visi dan misi, profil usaha, sistematika organisasi, proses produksi, pemasaran, perkembangan produk dan laporan keuangan. FGD dilakukan terhadap seluruh anggota UKM RKB (ketua, bendahara dan para pekerja).

4. Kuesioner; untuk mengetahui tingkat kinerja UKM RKB dan tingkat kepentingan konsumen.

5. Studi kepustakaan, memanfaatkan sumber-sumber literatur dan referensi yang berkaitan dengan kajian ini.

Analisis Data

Analisis kualitatif dilakukan dengan melakukan analisis secara deskriptif terhadap kondisi usaha, aspek teknis produksi, pemasaran dan pengembangan usaha kerajinan batik tulis dan daur ulang. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan secara keseluruhan kerajinan batik tulis dan daur ulang termasuk kondisi lingkungan internal dan eksternal yang sedang dialami oleh pengrajin.

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi Usaha Kecil dalam Skala Rumah Tangga
Gambar 3. Pembagian kuadran IPA
Tabel 3. Matrik Internal Eksternal
Gambar 4. Kerangka kerja kajian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat perjalanan pulang kembali ke Seoul mobil taksi Man-seob diberhentikan oleh dua tentara, dan Man-seob mengatakan bahwa ia membawa pelanggannya yang seorang

pusat dan daerah untuk meningkatkan daya saing industri melalui pembangunan sumber daya manusia industri, pengembangan dan pemanfaatan teknologi industri, pembangunan sarana

Demikian pula sebaliknya jika semakin rendah angka yang anda pilih, maka anda merasa bahwa istri anda tidak mampu mengurus rumah tangga dengan baik.. Kehadiran istri membantu

Berdasarkan analisis data maka peneliti menyimpulkan bahwasannya ada pengaruh antara status ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang

3. Menghitung 3 parameter dari earned value , yaitu ACWP, BCWP, dan BCWS. ACWP adalah jumlah biaya aktual pekerjaan yang telah dilaksanakan pada kurun pelaporan

Basis data (atau database) adalah kumpulan informasi yang disimpan di dalam komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu program

Strengthening of Local Agroforestry Policy towards Food Security for the Community around the Marga Forest in Lampung Province 1).. Christine Wulandari 2) , Mahrus Aryadi 3) ,

Penggunaan media dalam bentuk Adobe Flash akan sangat membantu guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Selain