• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini akan dijelaskan secara berurut identifikasi unsur-unsur yang membentuk sistem tataniaga tomat di Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang merupakan hasil dari penelitian ini. Unsur- unsur tersebut adalah lembaga, fungsi, saluran, dan struktur pasar dari tataniaga tomat di Desa Gekbrong. Selanjutnya unsur-unsur tersebut diidentifikasi dengan seksama untuk melihat gambaran sistem tataniaga tomat di Desa Gekbrong. Di samping itu, akan dibahas analisis efisiensi operasional dari tataniaga tomat di lokasi penelitian melalui analisis marjin tataniaga, farmer s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya yang mempertimbangkan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga.

Identifikasi Lembaga Tataniaga

Dalam rangka menyalurkan tomat dari petani sampai konsumen akhir, sistem tataniaga tomat di Desa Gekbrong melibatkan beberapa lembaga tataniaga. Lembaga tataniaga tomat yang ada pada sistem tataniaga tomat di Desa Gekbrong adalah petani, pedagang pengumpul, koperasi, pedagang besar luar Cianjur, pedagang pengecer Cianjur, dan pedagang pengecer luar Cianjur. Penjelasan dari masing-masing lembaga tataniaga tersebut adalah sebagai berikut.

a. Petani, adalah penduduk lokal yang melakukan kegiatan budidaya tomat sekaligus berperan sebagai produsen tomat di Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

b. Pedagang pengumpul, adalah lembaga tataniaga perseorangan yang berdomisili di Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pedagang pengumpul berperan dalam menampung dan mengumpulkan tomat hasil panen dari petani untuk kemudian disalurkan ke lembaga tataniaga selanjutnya.

c. Koperasi, adalah adalah lembaga pengumpul produk pertanian hortikultura (sayuran dan buah-buahan) yang berniaga dalam bentuk Koperasi Mitra Tani Parahyangan. Lembaga tataniaga ini berbentuk badan hukum koperasi yang berada di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Koperasi ini menampung tomat dari petani dengan menerapkan standar khusus baik dari kualitas maupun kuantitas untuk dipasarkan langsung ke supermarket. d. Pedagang besar luar Cianjur, adalah lembaga tataniaga perseorangan yang

berada di luar Kabupaten Cianjur (Pasar Induk Tanah Tinggi, Kota Tangerang) yang menjual tomat dan sayuran lain dalam skala yang besar. Pedagang besar luar Cianjur memiliki jaringan pemasaran yang sangat besar. Peran dari pedagang ini adalah menyalurkan tomat skala besar tersebut kepada pengecer-pengecer yang ada di luar Kabupaten Cianjur. e. Pedagang pengecer Cianjur, adalah lembaga tataniaga perseorangan yang

berada di Kabupaten Cianjur (Pasar Induk Cianjur) yang membeli tomat dari pedagang pengumpul (ada juga yang membeli langsung dari petani tomat di Desa Gekbrong) untuk kemudian dijual kembali kepada konsumen akhir lokal.

f. Pedagang pengecer luar Cianjur, adalah lembaga tataniaga perseorangan yang berada di luar Kabupaten Cianjur yang membeli tomat dari pedagang besar luar Cianjur (pedagang besar dari Pasar Induk Tanah Tinggi, Kota Tangerang) untuk kemudian dijual kembali kepada konsumen akhir non lokal (luar Kabupaten Cianjur).

Identifikasi Fungsi Tataniaga

Lembaga-lembaga tataniaga melakukan fungsi-fungsi tataniaga untuk memperlancar aktivitas penyampaian tomat dari petani hingga konsumen. Fungsi tataniaga dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi tataniaga karena fungsi tataniaga yang dilakukan merupakan kegiatan produktif yang dapat menciptakan atau meningkatkan nilai tambah dari produk agribisnis. Setiap lembaga tataniaga melakukan fungsi tataniaga yang berbeda dengan lembaga tataniaga lainnya. Satu

lembaga tataniaga bisa saja melakukan fungsi tataniaga yang berbeda pada waktu dan tempat yang berbeda. Tabulasi lengkap mengenai fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani dan lembaga tataniaga dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani dan lembaga-lembaga tataniaga di Desa Gekbronga

Lembaga tataniaga Fungsi tataniaga Aktivitas dari fungsi tataniaga

Petani Pertukaran Penjualan

Fisik Pengangkutan

Fasilitas Pembiayaan, penanggungan risiko,

dan informasi pasar (kadang- kadang)

Pedagang pengumpul Pertukaran Pembelian dan penjualan

Fisik Pengemasan dan pengangkutan

Fasilitas Sortasi/grading,pembiayaan, penanggungan risiko, informasi pasar

Koperasi Pertukaran Pembelian dan penjualan

Fisik Pengemasan dan pengangkutan

Fasilitas Sortasi/grading,pembiayaan, penanggungan risiko, informasi pasar

Pedagang besar Pertukaran Pembelian dan penjualan

Fisik Pengangkutan (bongkar muat)

Fasilitas Pembiayaan, penanggungan risiko,

informasi pasar

Pedagang pengecer Pertukaran Pembelian dan penjualan

Fisik Penyimpanan (kadang-kadang),

pengemasan, pengangkutan

Fasilitas Pembiayaan, penanggungan risiko,

informasi pasar a

Sumber: Data primer.

Secara umum fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga di lokasi penelitian terdiri atas fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa petani melakukan fungsi pertukaran (hanya penjualan), fungsi fisik (hanya pengangkutan), dan fungsi fasilitas (pembiayaan, penanggungan risiko, dan kadang-kadang mencari informasi pasar). Pedagang pengumpul melakukan fungsi pertukaran (pembelian, penjualan), fungsi fisik (pengemasan dan pengangkutan), dan fungsi fasilitas (sortasi/grading, pembiayaan, penanggungan risiko, dan informasi pasar). Koperasi hampir melakukan semua fungsi tataniaga seperti fungsi pertukaran, fungsi fisik (kecuali penyimpanan), dan fungsi fasilitas. Pedagang besar melakukan fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (hanya pengangkutan), dan fungsi fasilitas (pembiayaan, penanggungan risiko, dan

informasi pasar). Selanjutnya pedagang pengecer melakukan fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (kadang melakukan penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan), dan fungsi fasilitas (pembiayaan, penanggungan risiko, informasi pasar, dan kadang melakukan sortasi/grading).

Berikut adalah penjelasan fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani dan setiap lembaga tataniaga pada sistem tataniaga tomat di Desa Gekbrong. Penjelasan mencakup penjelasan menyeluruh mengenai aktivitas yang dilakukan pada fungsi tataniaga. Fungsi tataniaga yang telah diketahui pada setiap lembaga tataniaga dapat membantu dalam mengidentifikasi biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan pada setiap fungsi tataniaga yang dilakukan tersebut. Dokumentasi dari aktivitas-aktivitas tataniaga yang dilakukan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3.

Fungsi Tataniaga di Tingkat Petani

Pada umumnya petani melakukan ketiga fungsi tataniaga, yaitu fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh petani adalah fungsi penjualan. Petani di Desa Gekbrong dapat memilih untuk menjual tomat hasil panennya ke pedagang pengumpul (untuk disalurkan ke pedagang besar luar Cianjur atau pedagang pengecer Cianjur), pedagang pengecer Cianjur, atau koperasi Mitra Tani Parahyangan. Petani yang menjual tomat ke pedagang pengumpul, beberapa di antaranya ada yang harus menjual tomatnya hanya ke pedagang pengumpul tersebut karena telah melakukan peminjaman modal untuk biaya penananan tomatnya di awal musim tanam.

Fungsi fisik yang dilakukan oleh petani adalah pengangkutan. Sebelumnya tomat dipanen dengan menggunakan jasa tenaga kerja pemetik tomat dengan menggunakan ember untuk menampung tomat. Petani memberi upah harian sebesar Rp15 000 per hari untuk tenaga kerja wanita dan sebesar Rp20 000 per hari untuk tenaga kerja pria. Setelah dipanen, tomat dikemas dalam peti (pengemasan dilakukan oleh pihak pedagang pengumpul) untuk kemudian diangkut. Pengangkutan dilakukan oleh petani dengan menggunakan tenaga kerja pemikul. Tenaga kerja pemikul bertugas memikul peti-peti tomat yang telah di kemas dari lahan petani ke pinggir jalan desa.

Petani memberi upah berdasarkan jarak yang ditempuh. Pekerja yang memikul peti tomat dengan jarak sangat dekat diberi upah minimal Rp50 per kg tomat sedangkan pekerja yang memikul peti tomat dengan jarak yang semakin jauh diberi upah lebih mahal yang bisa mencapai Rp250 per kg tomat. Petani yang menjual tomat langsung ke pedagang pengecer tidak melakukan pengangkutan karena pedagang pengecer mengambil tomat langsung ke petani. Petani tomat di Desa Gekbrong tidak melakukan penyimpanan dan pengemasan. Penyimpanan tidak dilakukan karena tomat merupakan komoditas pertanian yang cepat rusak dan harus segera dipasarkan sedangkan pengemasan tidak dilakukan karena aktivitas ini telah diambil alih oleh pedagang pengumpul, koperasi, dan pedagang peengecer yang membeli tomat langsung ke petani.

Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh petani adalah pembiayaan, penanggungan risiko, dan kadang-kadang mencari informasi pasar. Sortasi/grading tidak dilakukan oleh petani karena petani tidak melakukan diferensiasi tomat berdasarkan ukuran (grade A, B, C, atau super). Dengan tidak

dilakukannya sortasi oleh petani, mengakibatkan petani tidak memperoleh potential benefityang dapat meningkatkan nilai yang diperoleh petani.

Tabel 18 memperlihatkan grading tomat berdasarkan beratnya yang diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu besar, sedang, dan kecil. Standarisasi ini didasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 01-3162-1992 yang diperoleh dari Badan Standardisasi Nasional (BSN). Selain grading menurut berat, grading juga didasarkan pada syarat mutu yang kemudian diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu mutu I dan mutu II2. Grading tomat berdasarkan syarat mutu menurut SNI dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 18 Grading tomat berdasarkan berat menurut SNI 01-3162-1992a

Jenis Berat (gram/buah)

Besar > 150

Sedang 100 - 150

Kecil < 100

a

Sumber: Badan Standardisasi Nasional (1992)

Tabel 19 Gradingtomat berdasarkan syarat mutu menurut SNI 01-3162-1992a

Jenis uji Mutu I Mutu II

Kesamaan sifat, varietas

Seragam Seragam

Tingkat ketuaan Tua, tapi tidak terlalu matang dan tidak lunak

Tua, tapi tidak terlalu matang dan tidak lunak

Ukuran Seragam Seragam

Kotoran Tidak ada Tidak ada

Tingkat kerusakan Maksimal 5% Maksimal 10%

Tingkat kebusukan Maksimal 1% Maksimal 1%

a

Sumber: Badan Standardisasi Nasional (1992)

Tabel 20 Indikator sortasi untukgradingtomat di Desa Gekbronga

Indikator Grade

Super A B C

Bobot per buah (gram) ± 100 ± 80 ± 70 ± 50

Tingkat kematangan (%) ± 60 50 - 70 50 - 70 50 - 70

Warna buah Hijau

keoranye- oranyean Hijau keoranye- oranyean Hijau keoranye- oranyean Hijau keoranye- oranyean Tingkat kerusakan (%) 4 - 5 4 - 5 5 - 10 10 - 15

Kondisi buah Mulus dan

sedikit bercak Mulus dan ada bercak yang wajar Mulus dan ada bercak yang wajar Mulus dan ada bercak yang wajar a

Sumber: Data primer.

2

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 01-3162- 1992 tentang Tomat Segar. [internet]. [diacu 2013 Mei 30]. Tersedia dari:

Tabel 20 memperlihatkan indikator sortasi untuk grading tomat yang diperoleh berdasarkan wawancara dengan petani. Walaupun petani tidak memperoleh nilai atas kegiatan sortasi/grading, petani tetap mengetahui perbedaan antara tomatgrade A, B, C, maupun super. Petani dan pedagang yang terlibat pada tataniaga tomat di Desa Gekbrong mempunyai kriteria sendiri dalam membuat indikator grading. Beberapa kriteria terlihat berbeda antara tomat SNI dengan tomat standar di lokasi penelitian. Indikator grading tomat didasarkan pada informasi yang diperoleh dari petani. Indikator grading meliputi bobot per buah, tingkat kematangan, warna buah, tingkat kerusakan, dan kondisi buah yang siap dipasarkan dari petani ke lembaga tataniaga selanjutnya.

Pembiayaan yang dilakukan petani adalah dengan melakukan kegiatan permodalan untuk menanam dan memanen tomat. Pembiayaan kadang tidak seluruhnya dilakukan sendiri oleh petani, mereka juga bisa meminjam separuh bahkan seluruh modal kepada pedagang pengumpul. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab petani harus menjual tomat hasil panennya kepada pedagang pengumpul dengan satu jenis harga untuk semua grade tomat sehingga petani tidak memperolehpotential benefitdari aktivitas sortasi/grading.

Tabel 21 memperlihatkan jumlah petani yang melakukan peminjaman modal untuk usahatani tomat kepada pedagang pengumpul yang diperoleh dari wawancara dengan petani di Desa Gekbrong. Dari sejumlah 25 orang petani responden yang melakukan penjualan tomat kepada pedagang pengumpul selama Bulan November-Desember 2012, 21 orang di antaranya melakukan peminjaman modal. Sebanyak 2 orang petani meminjam uang sebesar < Rp1 000 000, 11 orang petani meminjam uang sebesar Rp1 000 000-Rp3 000 000, dan 8 orang petani meminjam uang sebesar >Rp 3 000 000 yang digunakan untuk modal tanam tomat. Syarat yang diberlakukan oleh pedagang pengumpul adalah petani harus melunasi utangnya ketika panen. Secara tersirat, syarat tersebut mengisyaratkan bahwa petani harus menjual tomat hasil panen kepada pedagang pengumpul. Kemudian pembayaran utang kepada pedagang pengumpul dilakukan dengan memotong hasil penjualan tomat petani ketika pedagang pengumpul menyerahkan uang hasil penjualan tomat tersebut.

Tabel 21 Sebaran petani yang melakukan peminjaman modal usahatani kepada pedagang pengumpul di Desa Gekbrong pada musim tanam tomat Bulan September-November 2012a

Pemberi

pinjaman Jumlah pinjaman (Rp) Syarat pinjaman

Jumlah petani (orang) Pedagang pengumpul < 1 000 000 Lunas ketika panen 2 1 000 000 3 000 000 Lunas ketika panen 11 > 3 000 000 Lunas ketika panen 8 Jumlah 21 a

Kondisi permodalan petani yang buruk ini membuat posisi tawarnya menjadi lemah. Beberapa petani yang terikat modal maupun tidak kepada pedagang pengumpul menjadi penerima harga (price taker) dari harga yang telah ditentukan oleh petani. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, kondisi ini juga diperumit dengan keharusan petani menerima harga tomat yang sama untuk semua grade tomat yang dihasilkan. Kondisi ini mau tidak mau harus diterima oleh petani.

Penanggungan risiko yang dilakukan petani adalah menerima harga di bawah harga pasar walaupun kadang harus menderita kerugian. Hal ini lebih baik dilakukan untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkan saat tanam tomat. Di samping itu petani kadang-kadang mendapatkan informasi pasar dengan mengamati perkembangan harga tomat di televisi dan pedagang tomat di pasar terdekat namun upaya ini tidak terlalu membantu petani dalam mempertahankan posisi tawar.

Fungsi Tataniaga di Tingkat Pedagang Pengumpul dan Koperasi

Pedagang pengumpul di Desa Gekbrong dibedakan berdasarkan pasar yang dituju yaitu yang menyalurkan tomat ke pasar lokal dan pasar non lokal sedangkan Koperasi Mitra Tani Parahyangan (MTP) menyalurkan tomat ke supermarket. Kedua jenis pedagang pengumpul dan koperasi ini melakukan 3 fungsi tataniaga yang hampir sama, yaitu fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul dan koperasi adalah pembelian dan penjualan. Pedagang pengumpul pasar lokal membeli tomat lokal dari petani dengan kualitas grade A, B, dan C dalam jumlah yang tidak terlalu besar untuk kemudian dijual kembali ke pedagang pengecer Cianjur di Pasar Induk Cianjur sedangkan pedagang pengumpul pasar non lokal membeli tomat lokal dari petani dengan kualitas grade A, B, dan C dalam jumlah yang sangat besar untuk kemudian dipasarkan ke pedagang besar di Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang. Berbeda dengan pedagang pengumpul, koperasi hanya membeli tomat dari petani dengan kualitasgradesuper dalam jumlah yang besar untuk kemudian dijual kembali ke supermarket-supermarket.

Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul dan koperasi adalah pengemasan dan pengangkutan. Pengemasan yang dilakukan pedagang pengumpul (lokal dan non lokal) adalah dengan melakukan pengemasan tomat menggunakan peti-peti kayu. Aktivitas ini dilakukan pedagang pengumpul bersamaan dengan aktivitas sortasi/grading tomat sehingga pedagang pengumpul dapat memperoleh nilai tambah. Pengemasan yang dilakukan koperasi adalah dengan mengumpulkan tomat pada keranjang plastik di lahan petani untuk kemudian disortir sehingga dapat memisahkan tomat grade super dengan tomat grade non super. Pengangkutan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul pasar lokal adalah mengangkut tomat hasil panen ke Pasar Induk Cianjur dengan menggunakan mobil pick up sedangkan pedagang pengumpul pasar non lokal mengangkut tomat hasil panen ke pedagang besar di Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang dengan menggunakan mobilpick up.Koperasi mengangkut tomat hasil panen ke supermarket dengan menggunakan mobilcolt diesel.

Pedagang pengumpul (lokal dan non lokal) dan koperasi melakukan semua fungsi fasilitas, yaitu sortasi/grading, pembiayaan, penanggungan risiko, dan informasi pasar. Sortasi/grading yang dilakukan pedagang pengumpul adalah

dengan melakukan pemisahan tomat berdasarkan ukuran pada saat tomat selesai dipanen di lahan petani sedangkan sortasi/gradingyang dilakukan koperasi adalah dengan hanya mengambil tomat berukuran paling besar. Pedagang pengumpul memisahkan tomat menjadi 3 jenis ukuran, yaitu grade A (ukuran besar), B (ukuran sedang), dan C (ukuran kecil) sedangkan koperasi hanya menyortir tomat grade super (ukuran sangat besar dengan bobot ± 100 g per buah). Dengan melakukan aktivitas ini pedagang pengumpul memperoleh tiga jenis keuntungan dari satu harga tomat yang dibeli dari petani. Kondisi ini membuat pedagang pengumpul memperoleh potential benefit yang lebih besar. Selisih harga antara tomat grade A dan grade B mencapai Rp346 per kg sedangkan selisih harga antara tomatgradeB dangradeC mencapai Rp460 per kg.

Pembiayaan yang dilakukan oleh kedua jenis pedagang pengumpul ini adalah dengan menyediakan kebutuhan biaya modal awal panen untuk petani dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama menangani tomat dari petani sampai ke pedagang besar luar Cianjur maupun pedagang pengecer Cianjur. Pembiayaan yang dilakukan oleh koperasi adalah dengan menyediakan kebutuhan input produksi tomat seperti bibit, pupuk, dan sarana produksi pertanian lain. Penanggungan risiko yang dilakukan oleh pedagang pengumpul dan koperasi adalah menanggung kerugian akibat penyusutan tomat yang busuk selama di perjalanan menuju Pasar Induk Cianjur, Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang, dan supermarket. Fungsi fasilitas lainnya yang dilakukan pedagang pengumpul dan koperasi adalah mencari informasi pasar dengan mengamati informasi perkembangan harga tomat dari pedagang-pedagang di Pasar Induk Cianjur, Pasar Induk Tanah Tinggi, dan supermarket untuk menentukan harga tomat di tingkat petani.

Fungsi Tataniaga di Tingkat Pedagang Besar

Pedagang besar yang ada pada sistem tataniaga tomat di Desa Gekbrong adalah pedagang besar di Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang. Secara umum pedagang besar ini melakukan 3 fungsi tataniaga, yaitu fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang besar adalah pembelian dan penjualan. Pedagang besar selalu mendapat pasokan tomat dari pedagang pengumpul. Pedagang besar membeli tomat dari pedagang pengumpul dengan jumlah yang tidak ditentukan, sebanyak apapun tomat yang masuk ke lapak pedagang besar akan diterima. Sistem penentuan harga ditentukan oleh pedagang besar namun untuk harga total keseluruhan ditentukan setelah tomat yang dibawa pedagang pengumpul habis terjual. Pedagang besar menjual tomat kepada pedagang-pedagang pengecer yang berasal dari Tangerang dan sebagian dari Jakarta.

Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang besar adalah pengangkutan. Pengangkutan yang dilakukan pedagang besar adalah bongkar muat yang menggunakan tenaga kerja untuk mengangkut peti-peti tomat dari mobil pick up pedagang pengumpul menuju lapak pedagang besar.

Pedagang besar melakukan semua fungsi fasilitas, yaitu pembiayaan, penanggungan risiko, dan informasi pasar. Pembiayaan yang dilakukan pedagang besar adalah dengan menyediakan biaya-biaya yang dikeluarkan seperti biaya bongkar muat, biaya retribusi lapak, biaya tenaga kerja, dan penyusutan. Penanggungan risiko yang dilakukan oleh pedagang besar adalah menanggung

kerugian akibat penyusutan tomat yang busuk selama disimpan di lapak Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang. Fungsi fasilitas lainnya yang dilakukan pedagang besar adalah informasi pasar, yaitu mencari informasi perkembangan harga tomat dari sesama pedagang di Pasar Induk Tanah Tinggi untuk menentukan harga jual tomat di ke pedagang pengecer.

Fungsi Tataniaga di Tingkat Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer yang terlibat pada sistem tataniaga menjual tomat kepada konsumen akhir di 3 pasar berbeda, baik pasar lokal maupun non lokal. Pedagang pengecer Cianjur menjual tomat di pasar Pasar Gekbrong dan Pasar Induk Cianjur sedangkan pedagang pengecer luar Cianjur menjual tomat di pasar luar Kabupaten Cianjur (Tangerang dan Jakarta). Ketiga jenis pedagang pengecer ini melakukan 3 fungsi tataniaga yang hampir sama, yaitu fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas.

Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah pembelian dan penjualan. Pengecer membeli tomat dari pedagang pengumpul, pedagang besar, dan langsung dari petani. Tujuan penjualan dari pedagang pengecer adalah konsumen akhir, baik konsumen Cianjur maupun non lokal.

Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengecer berbeda-beda bergantung pada sumber pasokan tomat dan tujuan penjualan tomat. Pedagang pengecer Cianjur di Pasar Induk Cianjur yang memperoleh tomat dari pedagang pengumpul pasar lokal melakukan fungsi fisik yaitu pengemasan dan penyimpanan. Pengemasan dilakukan secara sederhana hanya dengan melakukan kantong plastik sedangkan penyimpanan dilakukan hanya jika sisa tomat tidak terjual dan disimpan dalam waktu 2 sampai 4 hari bergantung pada varietas tomat yang dijual. Pedagang pengecer Cianjur yang langsung membeli tomat langsung dari petani dan pedagang pengecer luar Cianjur yang membeli tomat dari pedagang besar melakukan semua fungsi fisik berupa penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan. Pedagang pengecer Cianjur mengambil tomat langsung dari lahan petani dalam jumlah yang kecil dan mengangkutnya dengan kendaraan motor roda tiga untuk dijual langsung ke konsumen di Desa Gekbrong dan di Pasar Gekbrong. Pedagang pengecer luar Cianjur mengambil tomat dari pedagang besar dengan menggunakan jasa becak atau sepeda motor pribadi untuk dijual di Pasar Induk Tanah Tinggi atau pasar lokal di Tangerang dan Jakarta.

Pedagang pengecer baik lokal maupun non lokal melakukan fungsi fasilitas untuk memperoleh nilai tambah dari penjualan tomat. Fungsi fasilitas yang dilakukan berupa pembiayaan, penanggungan risiko, informasi pasar, dan sebagian ada yang melakukan sortasi/grading. Sortasi/grading hanya dilakukan oleh pedagang pengecer yang membeli tomat langsung dari petani sedangkan pedagang pengecer yang membeli tomat dari pedagang pengumpul dan pedagang besar membeli tomat dengan harga berdasarkan grade A, B, atau C. Pedagang pengecer yang membeli tomat langsung dari petani menentukan harga yang sama untuk tomat grade A dan B dengan alasan ukuran yang tidak terlalu berbeda sehingga hanya grade C yang harganya dibedakan atas grade lainnya. Aktivitas ini meningkatkan potential benefit dari pedagang pengecer dan dianggap tidak terlalu berpengaruh atas pendapatan petani karena hanya dilakukan dalam jumlah kecil.

Pembiayaan yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah menyediakan modal untuk membeli tomat dari petani, pedagang pengumpul atau pedagang besar serta biaya-biaya untuk kantong plastik, biaya retribusi lapak, pengangkutan, dan penyusutan. Informasi pasar yang didapatkan pedagang

Dokumen terkait