• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada tataniaga tomat di Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)dengan pertimbangan bahwa Desa Gekbrong merupakan salah satu sentra produksi tomat di Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengamatan secara langsung (observasi) dan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) kepada petani responden dan lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tomat di Desa Gekbrong seperti pedagang pengumpul, koperasi, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Pertanyaan yang diajukan berupa pertanyaan tertutup (terstruktur) dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup (terstruktur) berupa pertanyaan sistematis yang jawabannya telah disediakan sedangkan pertanyaan terbuka berupa pertanyaan yang jawabannya tidak disediakan.

Data sekunder diperoleh melalui pencarian dari berbagai studi pustaka dan literatur. Data-data tersebut dapat bersumber dari laporan penelitian, jurnal, buku teks, situs internet, dan data-data lainnya yang berasal dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Hortikultura Republik Indonesia, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan Gekbrong, Perpustakaan LSI IPB, dan lainnya. Data sekunder digunakan dalam penelitian ini untuk mengisi kebutuhan atas referensi (rujukan) khusus pada beberapa hal untuk melengkapi data primer.

Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel

Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan (observasi) dan wawancara langsung kepada petani responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data primer yang dikumpulkan melalui wawancara adalah data penjualan tomat di tingkat petani pada musim panen Bulan November- Desember 2012. Selain itu data yang dikumpulkan juga berupa data pembelian dan penjualan tomat di tingkat lembaga tataniaga pada periode waktu yang sama. Informasi harga tersebut digunakan untuk menghitung marjin tataniaga, farmer s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Data primer yang dikumpulkan melalui pengamatan (observasi) adalah informasi tentang aktivitas-aktivitas

pemasaran yang dilakukan oleh petani dan lembaga tataniaga untuk mengetahui lembaga, fungsi, saluran, dan struktur pasar pada tataniaga di Desa Gekbrong.

Penentuan responden petani ditentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan informasi yang diperoleh dari perangkat desa dan Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan Gekbrong. Responden yang digunakan sebagai sampel adalah petani tomat yang berada di Desa Gekbrong. Jumlah responden petani yang digunakan sebagai sampel adalah sebanyak 30 orang petani yang ada di Desa Gekbrong. Jumlah tersebut dianggap mewakili keragaman saluran tataniaga tomat yang digunakan di Desa Gekbrong.

Penentuan responden lembaga tataniaga dilakukan dengan metode non probability sampling, yaitu metode snowball sampling. Informasi dari metode ini diperoleh berdasarkan informasi dari responden sebelumnya yaitu petani tomat di Desa Gekbrong dengan melakukan penelusuran saluran tataniaga mulai dari petani sampai ke konsumen akhir. Metode ini berusaha mengetahui kemana aliran produk dan lembaga-lembaga apa saja yang terlibat dalam tataniaga tomat sampai ke konsumen akhir.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Nazir (1999) mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan, secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah identifikasi saluran, lembaga, fungsi, dan struktur pasar secara kualitatif dan analisis marjin tataniaga, farmer s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya secara kuantitatif.

Data mengenai lembaga, fungsi, saluran, dan struktur pasar pada tataniaga tomat diidentifikasi dan disajikan dalam bentuk perbandingan dan tabulasi sederhana. Di samping itu data mengenai biaya, marjin, farmer s share,dan rasio keuntungan terhadap biaya pada masing-masing lembaga tataniaga diolah dengan melakukan perhitungan menggunakan kalkulator dan software Ms Excel di komputer melalui persamaan yang akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya pada sub bab ini. Data yang telah diolah tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi untuk kemudian dianalisis.

Identifikasi Lembaga, Fungsi, dan Saluran Tataniaga

Identifikasi lembaga tataniaga digunakan untuk mengetahui karakteristik lembaga-lembaga tataniaga yang melakukan fungsi-fungsi tataniaga di lokasi penelitian. Dengan mengidentifikasi lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses sistem tataniaga, dapat diketahui informasi mengenai pergerakan sumber dan tujuan tomat sampai ke tangan konsumen akhir. Dengan mengetahui alur barang dan jasa yang membentuk rantai pemasaran melalui identifikasi karakteristik lembaga-lembaga tataniaga, dapat membantu menjelaskan pola-pola

tataniaga apa saja yang akan membentuk saluran tataniaga pada tataniaga tomat di Desa Gekbrong.

Identifikasi fungsi tataniaga digunakan untuk mengetahui kegiatan pemasaran apa saja yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga dalam menyalurkan barang dan jasa mulai dari petani produsen sampai ke tangan konsumen akhir. Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga dapat berupa fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (penyimpanan, pengemasan, dan pengangkutan), dan fungsi fasilitas (fungsi standarisasi, pembiayaan, penganggungan risiko, dan informasi pasar).

Identifikasi Struktur Pasar

Identifikasi struktur pasar digunakan untuk mengetahui struktur pasar apa yang terbentuk dari kondisi tataniaga yang terbentuk di lokasi penelitian. Struktur pasar dari tataniaga tomat dapat diketahui berdasarkan karakteristik pasar (Hammond dan Dahl 1977), yaitu (1) jumlah dan ukuran perusahaan; (2) sifat produk (dari sudut pandang pembeli); (3) hambatan keluar dan masuk pasar; dan (4) pengetahuan tentang biaya, harga dan kondisi pasar diantara partisipan tataniaga. Perilaku pasar didefinisikan sebagai suatu pola yang muncul dari tindakan-tindakan atau tingkah laku dari lembaga-lembaga tataniaga yang menyesuaikan dengan struktur pasar yang terbentuk. Lembaga-lembaga tataniaga tersebut melakukan transaksi penjualan dan pembelian dan menentukan bentuk- bentuk keputusan apa yang harus dilakukan dalam menghadapi struktur pasar (Hammond dan Dahl 1977).

Tabel 6 Kriteria penentuan jenis struktur pasar di lokasi penelitian berdasarkan karakteristik pasara

Karakteristik

Struktur pasar Jumlah

perusahaan Sifat produk

Informasi pasar

Hambatan keluar/ masuk pasar

Banyak Homogen Sedikit Rendah Persaingan murni

Banyak Diferensiasi Sedikit Tinggi Persaingan

monopolistik

Sedikit Homogen Banyak Tinggi Oligopoli murni

Sedikit Diferensiasi Banyak Tinggi Oligopoli

terdiferensiasi

Satu Unik Banyak Tinggi Monopoli

a

Sumber: Hammond dan Dahl (1977).

Tabel 6 memperlihatkan kriteria penentuan jenis struktur pasar di lokasi penelitian berdasarkan struktur pasar yang dijelaskan dalam Hammond dan Dahl (1997). Struktur pasar yang terbentuk dapat berupa struktur pasar persaingan sempurna sampai pada struktur pasar persaingan tidak sempurna, bergantung pada karakteristik pasar yang ada di lokasi penelitian. Struktur pasar dapat dilihat dari sisi penjual dan pembeli. Penelitian ini membatasi identifikasi struktur pasar dari sisi penjual pada setiap lembaga tataniaga. Selanjutnya perilaku pasar diidentifikasi berdasarkan struktur pasar yang terbentuk di lokasi penelitian.

Kegiatan yang diamati dalam menentukan perilaku pasar dapat dilihat melalui praktik pembelian dan penjualan, sistem penentuan harga dalam transaksi, sistem pembayaran dalam transaksi, dan kerja sama di antara lembaga tataniaga.

Analisis Marjin Tataniaga

Marjin tataniaga merupakan perbedaan harga antara harga yang diterima oleh petani (Pf) dengan harga yang diterima oleh konsumen akhir (Pr). Sehingga marjin tataniaga dapat dikatakan sebagai selisih dari harga yang diterima oleh petani dengan harga yang diterima oleh konsumen akhir (Pr-Pf). Marjin tataniaga hanya mengacu pada perbedaan harga, tidak ada hubungan dengan jumlah produk yang ada di pasar (Hammond dan Dahl 1977). Selain itu, Asmarantaka (2012) menjelaskan marjin tataniaga sebagai kumpulan jasa-jasa pemasaran akibat adanya aktivitas produktif atau peningkatan nilai tambah (value added) dan merupakan harga dari semua nilai guna dan nilai tambah dari aktivitas fungsi penanganan yang dilakukan oleh lembaga tataniaga dalam sistem tataniaga. Konsumen membayar dua bentuk harga untuk pangan yaitu harga produk dan marjin tataniaga.

Marjin tataniaga total (MT) digunakan untuk menghitung nilai marjin absolut mulai dari petani sampai konsumen akhir. Marjin total diperoleh dari selisih harga jual petani (Pf) dengan harga jual pedagang pengecer (Pr). Di samping itu marjin total juga diperoleh dari jumlah marjin yang dihasilkan oleh semua lembaga tataniaga. Secara matematis, marjin tataniaga total dapat dirumuskan seperti pada persamaan (1) dan (2) sebagai berikut.

= − (1)

= (2)

Keterangan:

MT & Mi = Marjin Total & Marjin tataniaga lembaga ke-i

Pf &Pr = Harga di tingkat petani & konsumen

Marjin tataniaga setiap lembaga (Mi) dihitung untuk memperoleh nilai marjin pada setiap lembaga tataniaga yang terlibat dalam tataniaga tomat di Desa Gekbrong. Dengan mengetahui marjin tataniaga pada setiap lembaga, analisis efisiensi operasional dapat diketahui dengan membandingkan nilai marjin yang diperoleh pada setiap lembaga tataniaga. Marjin tataniaga pada lembaga ke-i diperoleh dari selisih harga jual pada lembaga ke-i (Pji) dengan harga beli pada lembaga ke-i(Pbi). Di samping itu marjin tataniaga pada lembaga ke-iterdiri atas biaya tataniaga pada lembaga ke-i (Ci) dan keuntungan tataniaga pada lembaga ke-i. Secara matematis, marjin tataniaga pada lembaga ke-i dapat dirumuskan seperti pada persamaan (3) dan (4) sebagai berikut.

= − (3)

= + (4)

Keterangan:

Pbi&Pji = Harga beli & jual lembaga ke-i

Ci& i =Biaya dan keuntungan tataniaga lembaga ke-i

Berdasarkan persamaan (1) dan (2) diperoleh persamaan (5),

− = + (5)

Sehingga keuntungan yang diperoleh pada lembaga ke-i merupakan selisih harga jual pada lembaga ke-i (Pji) dengan harga beli pada lembaga ke-i (Pbi) dikurangi dengan biaya tataniaga pada lembaga ke-i. Secara matematis, keuntungan tataniaga pada lembaga ke-idapat dirumuskan seperti pada persamaan (6) sebagai berikut.

= − − (6)

Sumber: Asmarantaka (2012) AnalisisFarmer s Share

Farmer s share adalah bagian dari nilai yang dibayar konsumen akhir yang pada akhirnya diterima oleh petani, nilainya dinyatakan dalam presentase (%) (Kohls dan Uhl 1985). Semakin tinggi harga yang diterima konsumen dari harga yang ditawarkan lembaga tataniaga, bagian nilai yang diterima oleh petani menjadi semakin sedikit. Hal ini karena petani menjual produk pangannya dengan harga yang relatif rendah. Dengan demikian, ada hubungan negatif antara marjin tataniaga dengan farmer s share. Semakin tinggi nilai marjin tataniaga dalam sistem tataniaga, maka nilai yang diterima oleh petani (farmer s share) akan semakin rendah. Secara matematis, farmer s share dapat dirumuskan sebagai berikut.

= × 100%

Keterangan:

Pf = Harga di tingkat petani

Pr = Harga di tingkat konsumen akhir

Fs = Bagian nilai yang diterima oleh petani (Farmer s share)

Sumber: Asmarantaka (2012)

Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya

Salah satu indikator efisiensi tataniaga adalah dengan membandingkan laju profit dengan biaya-biaya antar sistem lembaga tataniaga ( / ). Hal ini sering dilakukan untuk perusahaan atau industri sebagai indikator efisiensi relatif dan keragaan pasar (Asmarantaka 2012). Dengan rasio keuntungan terhadap biaya, efisiensi teknis (operasional) dapat dicapai dengan semakin meratanya rasio biaya dan keuntungan dalam sistem tataniaga. Artinya, jika / positif maka sistem tataniaga efisien sedangkan jika / bernilai nol atau negatif maka sistem tataniaga tidak efisien. Secara matematis, rasio keuntungan terhadap biaya dapat dirumuskan sebagai berikut.

= Keterangan

i = Keuntungan (profit) lembaga tataniaga

Ci =Biaya tataniaga (marketing cost)

Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional pada penelitian ini ditujukan untuk membatasi ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan. Selain itu definisi operasional ini digunakan untuk menjelaskan setiap variabel yang akan diidentifikasi dalam penelitian.

1. Tataniaga tomat adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan proses pemindahan kepemilikan dan fisik atas komoditas tomat mulai dari petani di Desa Gekbrong sampai kepada konsumen (lokal maupun non lokal ) pada Bulan November-Desember 2012 yang melibatkan lembaga beserta fungsi tataniaga yang dilakukannya.

2. Tomat adalah komoditas hortikultura sayuran yang dibudidayakan oleh petani dengan ciri-ciri buah berbentuk bulat, warna buah merah, dan memiliki tangkai berwarna hijau. Varietas yang dikembangkan adalah adalah amira, maya, menara, amala, dan super hawai di Desa Gekbrong selama Bulan November sampai Desember 2012.

3. Harga tomat di tingkat petani adalah harga rata-rata tomat semua grade (A,B,C, maupun super) yang dihasilkan dari sebanyak 30 petani responden di Desa Gekbrong. Harga tomat dikonversi ke dalam satuan Rp per kg selama musim panen Bulan November sampai Desember 2012.

4. Harga tomat di tingkat konsumen akhir adalah harga rata tomat grade A,B,C, maupun super yang diterima oleh konsumen Cianjur maupun non lokal (sama dengan harga jual di tingkat pedagang pengecer). Harga tomat dikonversi ke dalam satuan Rp per kg selama musim panen Bulan November sampai Desember 2012.

5. Marjin tataniaga total adalah perbedaan harga antara harga di tingkat petani (harga jual petani) dengan harga di tingkat pedagang pengecer baik lokal maupun non lokal yang terdiri atas total biaya dan total keuntungan tataniaga yang telah dikonversi ke dalam rata rata Rp per kg selama musim panen Bulan November sampai Desember 2012.

6. Marjin tataniaga pada setiap lembaga adalah perbedaan harga antara harga jual dengan harga beli pada setiap lembaga tataniaga yang tertlibat pada tataniaga tomat di Desa Gekbrong. Marjin ini terdiri atas biaya dan keuntungan tataniaga setiap lembaga yang telah dikonversi ke dalam rata- rata Rp per kg selama musim panen Bulan November sampai Desember 2012.

7. Biaya tataniaga pada setiap lembaga adalah biaya yang dikeluarkan oleh setiap pelaku usaha (lembaga tataniaga) pada sistem tataniaga yang timbul sebagai konsekuensi dari fungsi tataniaga yang dilakukan selama proses penanganan tomat. Biaya tataniaga ini telah dikonversi ke dalam rata-rata Rp per kg selama musim panen Bulan November sampai Desember 2012. 8. Keuntungan tataniaga adalah nilai yang diperoleh sebagai balas jasa atas

fungsi tataniaga yang telah dilakukan dan sejumlah biaya tataniaga yang telah dikeluarkan oleh setiap pelaku usaha pada sistem tataniaga selama proses penanganan tomat. Keuntungan tataniaga ini telah dikonversi ke dalam rata-rata Rp per kg selama musim panen Bulan November sampai Desember 2012.

Dokumen terkait