• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedagang Besar Luar Cianjur Pedagang Pengecer Cianjur Pedagang Pengecer Luar Cianjur Konsumen Cianjur Konsumen Luar Cianjur Supermarket Pedagang Pengumpul 1.58 ton (1.3 %) 106.76 ton (88.71%) 11.54 ton (9.59%) 0.47 ton (0.39%) 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 2 1 3 4

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa interaksi antara petani dan beberapa lembaga tataniaga yang menyalurkan tomat sampai kepada konsumen akhir membentuk 4 pola saluran tataniaga tomat di Desa Gekbrong. Lembaga tataniaga yang terlibat dalam saluran tataniaga tersebut adalah pedagang pengumpul, koperasi, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Pola saluran tataniaga tomat yang terbentuk di Desa Gekbrong adalah sebagai berikut:

1) Saluran tataniaga I: Petani Pedagang pengumpul Pedagang Pengecer Cianjur Konsumen Cianjur.

2) Saluran Tataniaga II: Petani Pedagang pengumpul Pedagang Besar luar Cianjur Pedagang Pengecer Luar Cianjur Konsumen Luar Cianjur.

3) Saluran Tataniaga III: Petani Pedagang Pengecer Cianjur Konsumen Cianjur.

4) Saluran Tataniaga IV: Petani Koperasi Supermarket Konsumen Luar Cianjur.

Panen tomat dilakukan secara berkala yaitu 3 sampai 4 hari sekali selama 1 sampai 2 bulan. Panen tomat pada kondisi normal adalah 10 sampai 12 kali pemetikan dalam sekali musim panen. Tomat yang dihasilkan oleh petani responden selama periode pertengahan Bulan November hingga pertengahan Bulan Desember 2012 adalah sebanyak 120.35 ton. Jumlah tersebut dipasarkan ke beberapa lembaga tataniaga untuk kemudian dipasarkan lagi ke beberapa lembaga tataniaga sampai akhirnya sampai di tangan konsumen. Petani menjual tomat kepada pedagang pengumpul, koperasi, atau langsung ke pedagang pengecer Cianjur yang ada di Desa Gekbrong.

Pasar akhir yang dituju dalam pemasaran tomat yang dihasilkan oleh petani di Desa Gekbrong adalah pasar lokal dan pasar non lokal. Pasar lokal adalah pasar induk Cianjur dan pasar lokal Gekbrong sedangkan pasar non lokal adalah pasar induk Tanah Tinggi Tangerang dan supermarket. Penjualan tomat ke pasar lokal dilakukan oleh petani secara individu melalui pedagang pengumpul dan pedagang pengecer Cianjur. Penjualan tomat ke pasar non lokal dilakukan oleh petani secara individu melalui pedagang pengumpul dan koperasi Mitra Tani Parahyangan.

Tomat sebanyak 120.35 ton yang dihasilkan petani selama periode musim tanam bulan November-Desember tersebut tersebar pada 4 saluran tataniaga di Desa Gekbrong. Tomat yang disalurkan pada saluran tataniaga I adalah sebanyak 11.54 ton atau 9.59% dari total tomat petani responden. Sebanyak 4 orang petani atau 13.33% dari total responden petani menjual tomat tersebut kepada pedagang pengumpul dengan harga jual rata-rata tomat dari semua gradesebesar Rp400 per kg. Saluran tataniaga II merupakan saluran dengan jumlah petani responden dan tomat terbanyak, yaitu sebanyak 21 orang petani responden (70%) yang menjual tomat sebanyak 106 76 ton (88.71%) kepada pedagang pengumpul dengan harga jual rata-rata tomat dari semuagradeRp496.71 per kg. Harga jual tomat di tingkat petani pada saluran I dan II merupakan harga yang diterima dari tomat grade A, B, dan C. Artinya, petani hanya mendapatkan satu jenis harga dari semua grade tomat yang dihasilkan. Selain itu, sistem penentuan harga juga ditentukan oleh pedagang pengumpul sebagai pembeli tomat sebagaimana dijelaskan dalam bahasan sebelumnya pada identifikasi fungsi tataniaga di tingkat petani.

Saluran tataniaga III merupakan saluran terpendek. Sebanyak 4 orang petani responden (13.33%) pada saluran ini menjual 0.47 ton tomat (0.39%) langsung kepada pedagang pengecer Cianjur di Desa Gekbrong dengan harga jual rata-rata tomat semuagradeRp562.5 per kg. Sama seperti saluran I dan II, harga jual tomat di tingkat petani pada saluran III merupakan harga yang diterima dari tomatgrade A, B, dan C namun dilakukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Saluran tataniaga IV merupakan saluran yang hanya digunakan oleh 1 petani (3.33%). Petani tersebut menjual sebanyak 1.58 ton tomat (1,31%) kepada koperasi Mitra Tani Parahyangan dengan harga jual rata-rata Rp1 600 per kg. Harga jual tomat di tingkat petani pada saluran ini merupakan harga jual untuk grade super. Jumlah tomat yang diperdagangkan pada setiap saluran tataniaga tersebut kemudian disalurkan sampai kepada konsumen akhir, baik konsumen Cianjur (saluran I dan saluran III) maupun konsumen luar Cianjur (saluran II dan saluran IV). Sebaran petani responden yang ada pada setiap saluran tataniaga di Desa Gekbrong dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Sebaran petani responden dan volume penjualan tomat di setiap saluran tataniaga tomat di Desa Gekbrong pada musim panen Bulan November- Desember 2012a Saluran tataniaga Jumlah responden (orang) Persentase (%) Volume tomat (ton) Persentase (%) Saluran I 4 13.33 11.54 9.59 Saluran II 21 70.00 106.76 88.71 Saluran III 4 13.33 0.47 0.39 Saluran IV 1 3.33 1.58 1.30 Total 30 100.00 120.35 100 a

Sumber: Data primer.

Jika dilihat berdasarkan grade tomat yang diperjualbelikan pada tataniaga tomat di Desa Gekbrong, hanyagradeA, B, dan C yang bisa dibandingkan karena mempunyai pembanding yang setara (equivalent) pada saluran tataniaga I, II, dan III. Di sisi lain, tomat grade super hanya diperjualbelikan pada saluran tataniaga IV. Oleh karena itu penelitian membatasi grade super pada saluran IV hanya sebagai pembanding dengan saluran lainnya. Artinya akan diketahui apakah petani akan memperoleh keunggulan yang lebih baik pada farmer s share,marjin tataniaga, rasio keuntungan terhadap biaya jika memproduksigradesuper.

Berikut adalah penjelasan kondisi sistem tataniaga yang ada pada setiap saluran tataniaga tomat di Desa Gekbrong. Penjelasan mencakup penjelasan menyeluruh mengenai biaya-biaya tataniaga yang diidentifikasi berdasarkan fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga pada sistem tataniaga di lokasi penelitian.

Saluran Tataniaga I

Saluran tataniaga I digunakan oleh sebanyak 4 petani responden (13.33%). Petani pada saluran ini menjual tomatnya kepada pedagang pengumpul kemudian ke pedagang pengecer Cianjur di Pasar Induk Cianjur sampai di konsumen akhir

(lokal). Jumlah tomat yang dijual petani ke pedagang pengumpul adalah 11.54 ton (9.59%). Saluran ini merupakan saluran yang cukup panjang dan sedikit digunakan karena pedagang pengumpul di Desa Gekbrong lebih banyak memasarkan tomat ke pasar luar daerah, hanya sedikit pedagang pengumpul yang mau menjualnya ke pasar lokal.

Saluran ini dipilih petani karena petani dapat menjual tomat dalam jumlah yang banyak maupun sedikit. Petani bisa saja menjual tomat langsung ke pasar Induk Cianjur namun keterbatasan sarana transportasi dan jauhnya lahan ke pasar menjadi hambatan sehingga petani lebih memilih menjualnya ke pedagang pengumpul. Hambatan yang dirasakan petani pada saluran ini adalah penerimaan harga jual tomat yang sangat rendah dari pedagang pengumpul. Pada saat panen tomat yang tidak terlalu banyak, petani lebih memilih menjual tomatnya ke pedagang pengumpul pada saluran ini. Petani membuat janji dengan pedagang pengumpul melalui telepon untuk kemudian pedagang pengumpul mendatangi lahan petani untuk melihat kondisi tomat.

Tabel 23 Biaya tataniaga tomat pada saluran tataniaga Ia

Lembaga tataniaga Grade

A B C Pedagang Pengumpul Penyimpanan 0.00 0.00 0.00 Pengemasan 200.00 200.00 200.00 Transportasi 50.00 50.00 50.00 Sortasi 50.00 50.00 50.00 Bongkar muat 0.00 0.00 0.00 Penyusutan 16.00 20.00 60.00 Retribusi 50.00 50.00 50.00 Tenaga kerja 0.00 0.00 0.00 Jumlah 366.00 370.00 410.00 Pedagang Pengecer Penyimpanan 0.00 0.00 0.00 Pengemasan 77.50 77.50 77.50 Transportasi 62.50 62.50 62.50 Sortasi 0.00 0.00 0.00 Bongkar muat 0.00 0.00 0.00 Penyusutan 85.80 68.50 136.50 Retribusi 47.50 47.50 47.50 Tenaga kerja 0.00 0.00 0.00 Jumlah 273.30 256.00 324.00 Total biaya 639.30 626.00 734.00 a

Sumber: Data primer.

Tabel 23 meperlihatkan rincian biaya tomatgradeA, B, dan C pada saluran I. Biaya diidentifikasi berdasarkan fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer yang telah dikonversi dalam satuan Rp/kg. Biaya tataniaga untuk penanganan tomat pada ketiga grade hampir sama karena tomat ditangani dalam waktu yang sama, yang membedakan adalah tingkat penyusutan. Berikut adalah penjelasan sistem tataniaga yang ada pada saluran I

dengan mengidentifikasi biaya-biaya tataniaga berdasarkan fungsi tataniaga yang telah dilakukan.

Setelah pedagang pengumpul mengetahui kondisi tomat, tomat dipanen oleh petani dengan menggunakan jasa tenaga kerja pemetik tomat. Setelah tomat dipetik, tomat dipisah atau disortasi menurut ukuran, yaitu ukuran besar (grade A), sedang (grade B) dan kecil (grade C). Tomat grade A, B, dan C tersebut kemudian dikemas dengan menggunakan peti yang diikat dengan tali plastik. Biaya pengemasan dengan peti dan biaya sortasi ditanggung oleh pedagang pengumpul. Biaya pengemasan adalah Rp8 000 per peti (setiap peti mampu menampung 40-60 kg tomat) sedangkan biaya tenaga kerja untuk melakukan pengemasan dan sortasi adalah Rp50 000 per orang.

Ketika panen sudah selesai dikerjakan, pedagang pengumpul memberitahu petani agar menaruh tomat di pinggir jalan untuk diangkut ke Pasar Induk Cianjur. Petani dalam mengangkut tomat ke pinggir jalan menggunakan jasa tenaga kerja pemikul. Biaya tenaga kerja untuk pemikulan sebesar Rp62.5 per kg tomat ditanggung oleh petani. Harga jual rata-rata tomat yang diterima petani dari pedagang pengumpul pada saluran ini adalah sebesar Rp400 per kg. Harga jual ini merupakan harga untuk semua jenis tomat baik untuk grade A, B, maupun C. Diferensiasi harga tomat berdasarkan ukuran tidak berlaku di tingkat petani. Sistem pembayaran kepada petani dilakukan secara tunda, yaitu setelah tomat laku dijual di pasar sehingga harus menunggu sampai beberapa hari untuk memperoleh hasilnya.

Peti-peti tomat yang sudah selesai dikemas kemudian diangkut dengan menggunakan mobil pick up yang digunakan oleh pedagang pengumpul. Tujuan pengiriman tomat ini adalah pedagang-pedagang pengecer di Pasar Induk Cianjur. Kondisi jalan dari lahan petani menuju ke jalan raya yang sangat buruk membuat pedagang pengumpul memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa mengangkut tomat ke lokasi penjualan tomat. Mobil pick up mampu menampung maksimal 50 peti tomat sekali angkut. Biaya transportasi untuk mengangkut tomat dari pinggir jalan dekat lahan petani sampai ke pasar Induk Cianjur dengan menggunakan mobil pick up adalah Rp100 000. Setibanya di pasar, pedagang pengumpul dikenakan biaya retribusi sebesar Rp50 per kg tomat. Beberapa lapak pedagang pengecer ada yang sudah menjadi langganan dari pedagang pengumpul sehingga pedagang pengumpul tinggal mengisi lapak-lapak tersebut.

Pedagang pengumpul menjual tomat kepada pedagang pengecer dengan membedakan harga tomat berdasarkan ukuran. Harga jual tomat yang diterima pedagang pengecer adalah Rp1 716 per kg tomat gradeA, Rp1 370 per kg tomat grade B, dan Rp910 per kg tomat grade C. Pedagang pengumpul menanggung biaya penyusutan yang berbeda dari setiap ukuran tomat. Penyusutan tomat untuk gradeA sebesar 4% atau Rp16 per kg, gradeB sebesar 5% atau Rp20 per kg, dan gradeC sebesar 15% atau Rp60 per kg.

Setiap hari pedagang pengecer hanya membeli tomat dalam jumlah yang sedikit dan umumnya lebih banyak membeli tomat grade A dan B, hanya sedikit tomat grade C yang diminta pedagang pengecer. Pasokan harian tomat di pedagang pengecer Pasar Induk Cianjur adalah 20 sampai 100 kg. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer meliputi biaya kantong plastik, biaya retribusi lapak, angkut, dan penyusutan. Biaya kantong plastik per packRp1 500 per hari.

Biaya pungutan untuk sewa lapak kepada Pemda Cianjur Rp5 000 perhari. Biaya angkut tomat Rp5 000 per peti.

Pedagang pengecer kemudian menjual tomat ke konsumen dengan harga Rp2 989.3 per kggradeA, Rp2 126 per kggradeB, dan Rp1 294 per kggradeC. Penyusutan tomat yang ditanggung pedagang pengecer untuk gradeA sebesar 5% atau Rp85.8 per kg,gradeB sebesar 5% atau Rp68.5 per kg, dangradeC sebesar 15% atau Rp136.5 per kg.

Saluran Tataniaga II

Saluran tataniaga II merupakan saluran yang paling banyak digunakan oleh petani yaitu sebanyak 21 petani responden (70%). Petani pada saluran ini menjual tomatnya kepada pedagang pengumpul, kemudian ke pedagang besar di Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang, pedagang pengecer, sampai di konsumen akhir. Jumlah tomat yang dijual petani ke pedagang pengumpul adalah 106.76 ton (88.71%). Saluran ini merupakan saluran yang paling panjang (melibatkan banyak lembaga tataniaga) dan paling banyak digunakan oleh petani di Desa Gekbrong.

Saluran ini dipilih petani karena petani dapat menjual tomat dalam jumlah yang banyak sehingga dapat mengurangi risiko tomat tidak terjual. Kondisi petani dan kelompok tani yang fungsinya belum berjalan optimal dalam menangani pemasaran hasil panen membuat petani di Desa Gekbrong sebagian besar sangat bergantung pada saluran ini. Pada saat panen tomat dengan jumlah yang banyak, petani lebih memilih menjual tomatnya ke pedagang pengumpul di saluran ini. Seperti halnya pada saluran tataniaga I, ketika ingin menjual hasil panennya petani membuat janji dengan pedagang pengumpul melalui telepon. Pedagang pengumpul mendatangi lahan petani untuk melihat kondisi tomat.

Tabel 24 meperlihatkan rincian biaya tomatgradeA, B, dan C pada saluran II. Biaya diidentifikasi berdasarkan fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer yang telah dikonversi dalam satuan Rp/kg. Biaya tataniaga untuk penanganan tomat pada ketiga grade hampir sama karena tomat ditangani dalam waktu yang sama, yang membedakan adalah tingkat penyusutan. Berikut adalah penjelasan sistem tataniaga yang ada pada saluran II dengan mengidentifikasi biaya-biaya tataniaga berdasarkan fungsi tataniaga yang telah dilakukan.

Setelah mengetahui kondisi tomat, tomat dipanen oleh petani dengan menggunakan jasa tenaga kerja pemetik tomat. Tomat dipisah atau disortir berdasarkan ukuran, yaitu ukuran besar (grade A), sedang (grade B) dan kecil (grade C). Tomat grade A, B, dan C tersebut kemudian dikemas dengan menggunakan peti yang diikat dengan tali plastik. Biaya pengemasan dengan peti dan biaya sortasi ditanggung oleh pedagang pengumpul. Biaya pengemasan adalah Rp8 000 per peti (setiap peti mampu menampung 40-60 kg tomat) sedangkan biaya tenaga kerja untuk melakukan pengemasan dan sortasi adalah Rp70 000 per orang.

Pedagang pengumpul memberitahu petani untuk menaruh tomat di pinggir jalan untuk diangkut ke Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang. Petani menggunakan jasa tenaga kerja pemikul untuk mengangkut tomat ke pinggir jalan. Biaya tenaga kerja untuk pemetikan dan pemikulan tomat ditanggung oleh petani sebesar Rp148.86 per kg. Harga jual rata-rata tomat yang diterima petani dari pedagang pengumpul pada saluran ini adalah sebesar Rp496.71 per kg. Harga jual ini

merupakan harga untuk semua jenis tomat baik untuk grade A, B, maupun C. Diferensiasi harga tomat menurut ukuran tidak berlaku di tingkat petani. Sistem pembayaran pedagang pengumpul kepada petani secara umum sama yaitu dibayar kemudian setelah tomat terjual di pasar sehingga harus menunggu sampai beberapa hari untuk memperoleh hasilnya.

Tabel 24 Biaya tataniaga tomat pada saluran tataniaga IIa

Lembaga tataniaga Grade

A B C Pedagang Pengumpul Penyimpanan 0.00 0.00 0.00 Pengemasan 200.00 200.00 200.00 Transportasi 250.00 250.00 250.00 Sortasi 70.00 70.00 70.00 Bongkar muat 0.00 0.00 0.00 Penyusutan 19.87 24.84 74.51 Retribusi 125.00 125.00 125.00 Tenaga kerja 0.00 0.00 0.00 Jumlah 664.87 669.84 719.51 Pedagang Besar Penyimpanan 0.00 0.00 0.00 Pengemasan 0.00 0.00 0.00 Transportasi 0.00 0.00 0.00 Sortasi 0.00 0.00 0.00 Bongkar muat 10.00 10.00 10.00 Penyusutan 88.08 70.83 106.62 Retribusi 10.00 10.00 10.00 Tenaga kerja 32.00 32.00 32.00 Jumlah 140.08 122.83 158.62 Pedagang Pengecer Penyimpanan 0.00 0.00 0 Pengemasan 83.33 83.33 83.33 Transportasi 125.00 125.00 125.00 Sortasi 0.00 0.00 0.00 Bongkar muat 0.00 0.00 0.00 Penyusutan 110.08 84.47 191.23 Retribusi 225.00 225.00 225.00 Tenaga kerja 250.00 250.00 250.00 Jumlah 793.42 767.80 874.56 Total biaya 1 598.36 1 560.46 1 752.69 a

Sumber: Data primer.

Peti-peti tomat yang sudah selesai dikemas kemudian diangkut dengan menggunakan mobil pick up yang digunakan oleh pedagang pengumpul. Selain kondisi jalan yang buruk, jauhnya perjalanan dari Cianjur ke Tangerang menjadi hambatan yang cukup signifikan bagi pedagang pengumpul dalam mempertahankan kesegaran tomat. Tujuan pengiriman tomat ini adalah pedagang besar di Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang. Mobilpick upmampu menampung maksimal 50 peti tomat sekali angkut. Biaya transportasi untuk mengangkut tomat

dari pinggir jalan dekat lahan petani sampai ke Pasar Induk Tanah Tinggi adalah Rp500 000. Pedagang pengumpul dalam perjalanan menuju pasar dikenakan biaya pungutan sebesar Rp250 000 sekali jalan. Setibanya di pasar, mobil pick up biasanya didatangi orang-orang yang terdiri atas pembeli dan pekerja bongkar muat liar yang ingin menurunkan tomat dari mobil. Pembeli-pembeli tersebut biasanya langsung menandai peti tomat yang akan dibelinya dengan spidol lalu bertransaksi dengan pedagang besar. Pedagang besar yang menjadi tujuan penjualan dari pedagang pengumpul merupakan rekan kerja yang sudah saling kenal baik. Pedagang pengumpul hanya tinggal menunggu barang dagangannya sampai terjual semua.

Pedagang pengumpul menjual tomat ke pedagang besar dengan tiga jenis harga dari satu jenis harga yang diterima dari petani. Harga tomat dari petani Rp496.71 per kg dijual kepada pedagang besar dengan harga Rp1 761.58 per kg grade A, Rp1 416.55 per kg grade B, dan Rp1 066.22 per kg grade C. Sistem pembayaran antara pedagang pengumpul dengan pedagang besar adalah tunai pada saat tomat telah habis terjual. Penyusutan tomat yang ditanggung pedagang pengumpul untuk grade A sebesar 4% atau Rp19.87 per kg,grade B sebesar 5% atau Rp24.84 per kg, dangradeC sebesar 15% atau Rp74.51 per kg.

Setiap hari, pedagang besar membeli tomat dari beberapa pedagang pengumpul sebanyak kurang lebih 10 ton. Tomat tersebut terdiri atas tomat grade A, B, dan C, namun untuk jenis C biasanya hanya dalam jumlah kecil, bahkan beberapa di antaranya dibiarkan busuk. Biaya yang dikeluarkan pedagang besar meliputi biaya bongkar muat, biaya retribusi lapak, biaya tenaga kerja, dan penyusutan. Biaya bongkar muat Rp300 000 per hari. Biaya pungutan untuk sewa lapak pada pengelola pasar Rp3 000 000 per bulan. Biaya tenaga kerja Rp80 000 per orang per hari. Biaya penyusutan tomat yang ditanggung oleh pedagang besar untuk grade A sebesar 5% atau Rp88.08 per kg, grade B sebesar 5% atau Rp70.83 per kg, dangradeC sebesar 10% atau Rp106.62 per kg.

Pedagang besar pada hari yang sama pada saat tomat masuk lapak langsung menjual tomat ke pedagang-pedagang pengecer yang telah menandai peti-peti tomat sebelumnya dengan harga Rp2 021.66 per kg grade A, Rp1 689.38 pe kg grade B, dan Rp1 274.84 per kg grade C. Harga di pedagang besar terhitung murah karena pedagang besar memasok tomat dalam skala yang sangat besar setiap harinya.

Pedagang pengecer juga membedakan harga untuk setiap ukuran karena mereka juga membeli dengan harga berbeda dari ukuran yang berbeda. Setiap hari, pedagang pengecer hanya membeli tomat dalam jumlah yang sedikit dan pada umumnya lebih banyak membeli tomat grade A dan B, hanya sedikit tomat grade C. Pasokan tomat harian pedagang pengecer adalah 120 kg. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer meliputi biaya kantong plastik, biaya retribusi lapak, angkut, dan penyusutan. Pedagang pengecer kemudian menjual tomat ke konsumen di pasar tradisional yang ada di Kota Tangerang dan DKI Jakarta dengan harga Rp3 570.08 per kg grade A, 2.832,18 per kg grade B, dan Rp2 274.4 per kg grade C. Penyusutan tomat yang ditanggung pedagang pengecer untuk grade A sebesar 5% atau Rp110.08 per kg, grade B sebesar 5% atau Rp84.47 per kg, dangradeC sebesar 15% atau Rp191.23 per kg.

Saluran Tataniaga III

Saluran tataniaga III digunakan oleh sebanyak 4 petani responden (13.33%). Petani pada saluran ini menjual tomatnya langsung ke pedagang pengecer Cianjur di Desa Gekbrong sampai kepada konsumen akhir (lokal). Jumlah tomat yang dijual petani ke pedagang pengecer hanya 0.47 ton (0.39%). Saluran ini merupakan saluran yang jarang digunakan petani karena tidak mampu menampung seluruh tomat hasil panen dari petani. Petani yang menjual tomat pada saluran ini adalah petani yang produksinya sedikit karena mengalami gagal panen atau petani yang melakukan penjualan dalam jumlah kecil selain ke pedagang pengumpul. Saluran ini tidak cukup membantu petani yang produksi tomatnya sangat besar.

Saluran ini dipilih petani karena petani dapat menjual tomat dalam jumlah yang sedikit dengan harga sedikit lebih tinggi dari harga yang ditawarkan pedagang pengumpul. Hal ini dilakukan karena pedagang pengecer dapat memperoleh keuntungan lebih besar walaupun membeli tomat dengan harga sedikit lebih mahal. Pedagang pengecer kemudian menjualnya di bawah harga yang ditawarkan di pasar. Pada saat melakukan transaksi, pedagang pengecer lah yang menghampiri petani yang mau menjual tomat dalam skala kecil. Jika pedagang pengecer tidak mendatangi petani, tidak akan terjadi transaksi sehingga pedagang pengecer menjadi penentu terbentuknya kontinuitas saluran ini.

Tabel 25 Biaya tataniaga tomat pada saluran tataniaga IIIa

Lembaga tataniaga Grade

A B C Pedagang Pengecer Penyimpanan 0.00 0.00 0.00 Pengemasan 572.73 572.73 572.73 Transportasi 286.36 286.36 286.36 Sortasi 0.00 0.00 0.00 Bongkar muat 0.00 0.00 0.00 Penyusutan 56.25 56.25 84.38 Retribusi 0.00 0.00 0.00 Tenaga kerja 0.00 0.00 0.00 Jumlah 915.34 915.34 943.47 Total biaya 915.34 915.34 943.47 a

Sumber: Data primer.

Tabel 25 meperlihatkan rincian biaya tomatgrade A, B, dan C pada saluran III. Biaya diidentifikasi berdasarkan fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani dan pedagang pengecer yang telah dikonversi dalam satuan Rp/kg. Biaya tataniaga untuk penanganan tomat pada ketiga grade hampir sama karena tomat ditangani dalam waktu yang sama, yang membedakan adalah tingkat penyusutan. Berikut adalah penjelasan sistem tataniaga yang ada pada saluran III dengan mengidentifikasi biaya-biaya tataniaga berdasarkan fungsi tataniaga yang telah dilakukan.

Petani tidak mengeluarkan biaya pengangkutan karena pedagang pengecer mengambil tomat langsung ke lahan petani. Pedagang pengecer membeli tomat

dari petani dengan harga rata-rata Rp562.5 per kg untuk ukuran A, B, maupun C. Pasokan tomat yang biasa dijual setiap hari oleh pedagang pengecer hanya sedikit, yaitu 50-60 kg. Pedagang pengecer mengambil tomat di lahan dengan menggunakan keranjang plastik kemudian diangkut dengan menggunakan kendaraan bermotor roda tiga. Pedagang pengecer menjual tomat dengan sistem keliling desa menggunakan kendaraan motor roda tiga ke rumah-rumah warga di Desa Gekbrong dan sebagian dijual secara langsung di Pasar Gekbrong.

Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer meliputi biaya kantong plastik, biaya angkut, dan penyusutan. Biaya pengemasan dengan kantong plastik Rp30 000 per hari. Biaya angkut tomat dengan menggunakan motor roda tiga Rp15 000 per hari. Biaya penyusutan yang ditanggung pedagang pengecer yaitu untukgrade A dan B sebesar 10% atau Rp56.25 per kg dangradeC sebesar 15% atau Rp84.38per kg. Pedagang pengecer kemudian menjual tomat ke konsumen di

Dokumen terkait