Hasil
Tabel 1. Rekapitulasi data hasil penelitian dengan menggunakan tepung biji durian
ANOVA IOFC SK JK db KT Fhit 0,05 0,01 Perlakuan 9,231175 3 3,077058333 10,18657375 3,238871522 5,292214052 Galat 4,83312 16 0,30207 Total 14,064295 19 PARAMETER PERLAKUAN 0 % 10 % 20 % 30 % Biaya Bibit 140.000 140.000 140.000 140.000 Biaya Pakan 97.994,77 96.018,64 92.256,09 83.345,96 Biaya Obat – Obatan 20.800 20.800 20.800 20.800 Biaya
PeralatanKandang 19.530 19.530 19.530 19.530
Biaya Sewa Kandang 62.500 62.500 62.500 62.500 Biaya Transportasi 40.000 40.000 40.000 40.000 Biaya Tenaga Kerja 102.077 102.077 102.077 102.077 Total Biaya Produksi 686.404,36 680.323,97 668.746,90 641.331,11
Hasil Penjualan PenjualAyam
Kampung 900.000,00 900.000,00 900.000,00 900.000,00
Feses 20.800 20.800 20.800 20.800
Total Hasil Produksi 920.800 920.800 920.800 920.800 Laba –Rugi 234.395,64 240.476,03 252.053,10 279.468,89
R / C 1,34 1,36 1,38 1,44
28
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan yang menggunakan 30 % tepung biji durian lebih efisien dibandingkan dengan perlakuan yang menggunakan 0 %, 10 %, dan 20% tepung biji durian. Hal ini disebabkan karena biaya pakan dengan 30 % tepung biji durian lebih murah dengan harga Rp.4.299/kg,dibandingkan harga pakan dengan perlakuan 20% tepung biji durian yaitu seharga Rp. 4.591,5/kg, dengan perlakuan 10 % tepung biji durian seharga Rp.4.681,5/kg dan perlakuan dengan 0 % biji durian dengan harga sebesar Rp.4.746,5/kg.
Tabel 2. Rekapitulasi data survey peternakan masyarakat di Kota Medan (Rp/bulan)
Skala No. Total Biaya Produksi
Total Hasil
Produksi Laba/Rugi R/C IOFC Skala I 1 2.335.000 4.500.000 2.165.000 1,93 6,818 2 2.185.000 4.500.000 2.315.000 2,06 6,818 3 2.235.000 4.500.000 2.265.000 2,01 6,818 4 2.235.000 4.500.000 2.265.000 2,01 6,818 5 2.210.000 4.500.000 2.290.000 2,04 6,818 6 2.285.000 4.500.000 2.215.000 1,97 6,818 7 2.285.000 4.500.000 2.215.000 1,97 6,818 8 2.095.000 4.500.000 2.405.000 2,15 9,000 9 2.565.000 5.400.000 2.835.000 2,11 6,545 10 2.555.000 5.400.000 2.845.000 2,11 6,545 11 2.565.000 5.400.000 2.835.000 2,11 8,182 12 2.615.000 5.400.000 2.785.000 2,07 8,182 13 2.650.000 5.400.000 2.750.000 2,04 6,545 14 2.615.000 5.400.000 2.785.000 2,07 6,545 15 2.630.000 5.400.000 2.770.000 2,05 6,545 16 2.525.000 5.625.000 3.100.000 2,23 6,818 17 2.660.000 5.625.000 2.965.000 2,11 8,523 18 2.662.500 5.625.000 2.962.500 2,11 6,818 Total 43.907.500 90.675.000 46.767.500 37,14 127,977 Rataan 2.439.305,55 5.037.500 2.598.194,444 2,06 7,11
Tabel 2. Rekapitulasi data survey peternakan masyarakat di Kota Medan (Rp/bulan)
Kriteria penentuan skala usaha adalah berdasarkan jumlah kepemilikan ternak yang diusahakan. Penentuan batas distribusi frekuensi panjang kelas, bahwa penentuan rentang yaitu kepemilikan terbesar dikurangi dengan kepemilikan terkecil di bagi panjang kelas. Pembagian skala usaha berdasarkan pada rumus :
Interval I = kepemilikan besar – kepemilikan kecil / 2 skala Interval = 150 – 100 / 2 skala = 25 ekor
3. Skala I = 100+ 25 = 125 ekor Jumlah ternak 100 – 125 ekor 4. Skala II = 126 + 25 = 151 ekor
Jumlah ternak 126 – 151 ekor Skala No. Total Biaya
Produksi
Total Hasil
Produksi Laba/Rugi R/C IOFC Skala II 19 2.895.000 5.850.000 2.955.000 2,02 7,091 20 2.745.000 5.850.000 3.105.000 2,13 7,091 21 2.877.500 6.075.000 3.197.500 2,11 7,364 22 2.802.500 6.075.000 3.272.500 2,17 7,364 23 2.935.000 6.300.000 3.365.000 2,15 7,636 24 3.085.000 6.525.000 3.440.000 2,12 7,676 25 3.190.000 6.750.000 3.560.000 2,12 7,500 26 3.140.000 6.750.000 3.610.000 2,15 7,500 27 2.935.000 6.750.000 3.815.000 2,30 7,500 Total 26.605.000 56.925.000 30.320.000 19,26 66,72 Rataan 2.956.111,11 6.325.000,00 3.368.888,89 2,14 7,41
30
Tabel 3. Rekapitulasi data survey penelitian jika diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian (Rp/bulan)
Skala No Total Biaya Produksi
Total Hasil
Produksi Laba/Rugi R/C IOFC Skala I 1 1.778.350 4.500.000 2.721.650 2,53 11,156 2 1.569.280 4.500.000 2.930.720 2,86 13,070 3 1.745.000 4.500.000 2.755.000 2,57 10,714 4 1.688.210 4.500.000 2811790 2,66 12,389 5 1.644.280 4.500.000 2855720 2,73 13,070 6 1.728.350 4.500.000 2771650 2,60 11,156 7 1.719.280 4.500.000 2780720 2,61 13,070 8 1.746.070 4.500.000 2753930 2,57 11,219 9 1.920.350 5.400.000 3479650 2,81 12,547 10 1.910.350 5.400.000 3489650 2,82 12,547 11 2.067.140 5.400.000 3332860 2,61 11,085 12 2.033.350 5.400.000 3366650 2,65 13,387 13 1.990.000 5.400.000 3410000 2,71 11,612 14 1.920.350 5.400.000 3479650 2,81 12,547 15 1.935.350 5.400.000 3464650 2,79 12,547 16 1.830.350 5.625.000 3794650 3,07 13,070 17 2.019.280 5.625.000 3605720 2,78 16,338 18 2.024.640 5.625.000 3600360 2,77 11,546 Total 33.269980 90.675.000 57405020 49,03 223,082 Rataan 1.848.332,222 5.037.500 3.189.167,778 2,72 12,393 Skala II 19 2.100.350 5.850.000 3.749.650 2,78 13,593 20 2.126.070 6.075.000 3.948.930 2,85 12,004 21 2.025.180 6.075.000 4.049.820 2,99 18,826 22 1.950.180 6.300.000 4.349.820 3,23 19,523 23 2.082.680 6.300.000 4.217.320 3,02 19,523 24 2.148.350 6.525.000 4.376.650 3,03 16,177 25 2.203.350 6.750.000 4.546.650 3,06 16,734 26 2.122.680 6.750.000 4.627.320 3,17 20,918 27 1.917.680 6.750.000 4.832.320 3,519 20,918 Total 18.676.520 14.805.0000 38.698.480 27,69 158,221 Rataan 2.075.168,889 5.483.333,333 4.299.831,111 3,07 17,580
Pembahasan
Total Biaya Produksi
Pada tabel 1 biaya produksi pemeliharaan ayam kampung jika diasumsikan 100 ekor selama satu bulan penelitian menunjukkan perbedaan yaitu dimana rataan biaya produksi pemeliharaan ayam kampung selama penelitian yang tertinggi terdapat pada perlakuan 0 % tepung biji durian sebesar Rp.686.404,36,- dan yang terendah pada perlakuan 30 % tepung biji durian sebesar Rp. 641.331,11. Hal ini terjadi karena pada perlakuan 0 % tepung biji durian rataan biaya ransumnya sebesar Rp.97.994,77,- lebih besar dibandingkan biaya ransum pada perlakuan 30 % tepung biji durian yaitu dengan rataan sebesar Rp. 83.345,96,-, sementara biaya produksi lainnya seperti biaya bibit, obat – obatan, penyusutan kandang, perlengkapan kandang, tenaga kerja, transportasi
dan biaya listrik air adalah sama. Hal ini seperti diungkapkan oleh Budiono (1990) bahwa Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan
untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang - barang produksi oleh penelitian. Biaya produksi yang digunakan meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan, biaya penyusutan, biaya sewa tanah dan bunga modal. Biaya tidak tetap antara lain biaya pembelian pakan, biaya pembelian obat-obatan dan biaya pembayaran listrik dan telepon.
Tabel 2 pada peternakan ayam kampung di Kota Medan memiliki ternak antara 100 sampai 150 ekor dan dibagi dalam 2 skala yaitu skala 1, skala 2. Tabel 2 rekapitulasi biaya menunjukkan bahwa total biaya produksi tertinggi terdapat pada skala II yaitu dengan rataan sebesar Rp.2.956.111,11/bulan,- dibandingkan
26
total biaya prodiuksi pada skala I Rp.2.439.305,55/bulan. Hal ini terjadi karena jumlah ternak yang dimiliki pada skala II lebih banyak dibandingkan jumlah ternak pada skala I sehingga total biaya produksi yang dikeluarkan akan lebih besar juga. apabila semakin besar skala usaha maka semakin besar pula biaya produksinya.
Pada tabel 3 jika peternakan ayam kampung di Kota Medan yang diasumsikan menggunakan pakan 30 % tepung biji durian maka pada skala I total biaya produksi yang akan dikeluarkan setiap bulan yaitu dengan rataan sebesar Rp.1.848.332,222/bulan,-, sedangkan pada skala II dengan rataaan sebesar Rp. 2.075.168,889/bulan,-.
Gambar 1. Total biaya produksi peternakan rakyat yang diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian (Rp/bulan).
1.848.332,222 2.075.168,889 1700000 1750000 1800000 1850000 1900000 1950000 2000000 2050000 2100000 skala 1 skala 2
Gambar 2. Total biaya produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30 % (Rp/Ekor/bulan).
Gambar 1 menunjukkan peternakan rakyat di Kota Medan bahwa total biaya produksi tertinggi per bulannya yaitu pada skala II. Tetapi bila dilihat dari total biaya produksi per ekornya pada gambar 2 yaitu total biaya produksi
tertinggi terdapat juga pada skala II yaitu sebesar tertinggi sebesar Rp.17.030,261/ekor/bulan, dibandingkan skala I yaitu sebesar
Rp.16.511,156/ekor/bulan. Hal ini terjadi dikarenakan biaya produksi yang dikeluarkan seperti biaya pakan, biaya penyusutan kandang, biaya bibit pada skala II lebih besar dibandingkan pada skala I. Jumlah ini didapat dari total biaya produksi dibagi jumlah ternak tiap skala.
Total Hasil Produksi
Pada tabel 1 total hasil produksi pemeliharaan ayam kampung jika diasumsikan 100 ekor selama satu bulan mempunyai hasil produksi yang sama . Hal ini terjadi karena samanya harga penjualan terhadap hasil produksi seperti penjualan ayam kampung dan feses sehingga mendapatkan hasil produksi yang sama juga yaitu sebesar Rp.920.800. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Rasyaf, 1995), Pendapatan usaha merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh oleh
16.511,15 17.030,26 16200 16300 16400 16500 16600 16700 16800 16900 17000 17100 skala 1 skala 2
28
suatu usaha peternakan, baik yang berupa hasil pokok (misal: penjualan ternak, baik itu hidup atau karkas) maupun hasil samping (misal: penjualan feses dan urin) .
Tabel 2 terdapat peternakan ayam kampung di Kota Medan memiliki ternak antara 100 sampai 150 ekor dan dibagi dalam 2 skala yaitu skala I, dan skala II. Total hasil produksi dari hasil survey yang dilakukan jika diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian pada peternakan di Kota Medan menunjukkan bahwa memiliki perbedaan pada setiap skala. Dimana total hasil
produksi yang tertinggi terdapat pada skala II yaitu sebesar Rp. 6.325.000,00/bulan, sedangkan pada sakala I sebesar Rp. 5.037.500/bulan.
Perbedaan total hasil produksi ini pada tiap skala dikarenakan jumlah pemeliharaan ternak dan jumlah produksi yang dihasilkan berbeda sehingga hasil produksi yang dihasilkan juga tidak sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Jatmiko, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah volume penjualan produk danharga jual. Pada umumnya, tujuan utama yang ingin dicapai suatu perusahaan yaitu untuk memperoleh pendapatan. Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting mempengaruhi besar kecilnya pedapatan yang akan didapatkan oleh peternak atas usahanya dalam melakukan pemeliharaan ayam kampung. Sehingga untuk mendapatkan keuntungan penjualan yang besar, peternak harus menjaga agar kematian ternaknya sekecil mungkin. Kemudian untuk harga jual produk merupakan nilai yang berupa uang untuk menghargai setiap produk yang dihasilkan dari usaha, seperti usaha ternak ayam pedaging yang produknya berupa ayam hidup yang dihargai dengan sejumlah uang setiap kilogramnya. Suprijatna, (2005), juga menyatakan
keberhasilan pada suatu usaha peternakan ayam tidak cukup hanya dengan tercapainya tingkat produksi tapi juga perlu memperhatikan tingkat pembiayaan produksinya (ekonomis). Tingkat produksi yang tinggi harus dicapai dengan tingkat pembiayaan yang seminimal mungkin sehingga dicapai tingkat efisiensi yang tinggi. Dengan demikian, akan diperoleh tingkat keuntungan yang tinggi.
Gambar 3. Total hasil Produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% (Rp/bulan).
Gambar 4. Total hasil Produksi peternakan rakyat diasumsikan 5.037.500 5.483.333 4800000 4900000 5000000 5100000 5200000 5300000 5400000 5500000 5600000 skala 1 skala 2 28.488 45.000 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 skala 1 skala 2
30
Tabel 3 pada peternakan rakyat di Kota Medan yang diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian diperoleh total hasil produksi tertinggi terdapat pada skala II yaitu sebesar Rp. 5.483.333,333,-/bulan dibandingkan dengan dan skala I sebesar Rp. 5.037.500/bulan. Hal ini terjadi karena perbedaan penerimaan pada masing masing skala dan biaya produksi yang dikeluarkan seperti biaya pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirokusumo (1991), juga mengatakan bahwa besarnya biaya pakan dapat mempengaruhi biaya produksi hingga sebesar 60 – 80 % dari total biaya produksi.
Gambar 4 menunjukkan hasil biaya produksi yang tertinggi yaitu pada skala I dengan rataan sebesar Rp.45.000/ekor/bulan. Sedangkan skala I rataan hasil produksi sebesar Rp.28.488/ekor. Hal ini terjadi karena jumlah ternak tiap skala berbeda sehingga hasil produksi yang di dapatkan juga berbeda.
Laba/Rugi
Analisa laba/rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut menguntungkan atau rugi dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan dengan total pengeluaran. Pada tabel 1 analisis laba rugi pada pemeliharaan ayam kampung yang menggunakan tepung biji durian diasumsikan 100 ekor ayam kampung selama satu bulan pemeliharaan menunjukkan perbedaan pada setiap level dimana keuntungan yang tertinggi terdapat pada perlakuan 30 % tepung biji durian yaitu dengan sebesar Rp.279.468,- dan yang laba/rugi yang terendah terdapat pada perlakuan 0% tepung biji durian yaitu sebesar Rp.234.395,64,- sedangkan pada perlakuan 10 % dengan rataan sebesarRp.240.476,03,- dan perlakuan 20% dengan rataan sebesar Rp. 252.053,10,-. Hal ini terjadi karena
biaya produksi yang dikeluarkan pada perlakuan 30% seperti biaya pakan sedikit dibandingkan pada perlakuan yang lain sedangkan biaya bibit, biaya penyusutan kandang, biaya tenaga kerja,biaya transportasi, dan biaya obat-obatan adalah sama. Sehingga total hasil produksi seperti penjualan daging dan feses ayam kampung yang diperoleh dapat mengimbangi total biaya produksi yang dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kasmir (2008), yang menyatakan bahwa total pengeluaran seperti biaya pakan, biaya bibit, biaya obat – obatan, biaya transportasi, biaya sewa kandang, biaya upah pekerja dan biaya transportasi. Laporan laba/rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis – jenis biaya yang akan dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama.
Keuntungan terendah terdapat pada perlakuan 0% tepung biji durian dengan rataan sebesar Rp.234.395,64. Karena biaya produksi yang di keluarkannya lebih besar yaitu pada biaya ransum yang digunakan dibandingkan hasil produksi yang dihasilkan pada perlakuan tersebut.Hal ini sesuai dengan pernyataan Hansen dan Mowen, (2005), yang menyatakan bahwa laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya. Perhitungan laba jelas untuk keputusan manajemen. Bila laba konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika perusahaan mengalami penurunan produksi pengusaha dapat mencari produk yang lain akan diolah yang dapat mendatangkan keuntungan.
Berdasarkan tabel 2 hasil analisis laba/rugi yang dilakukan pada peternakan ayam kampung masyarakat di Kota Medan terdapat perbedaan disetiap
32
skala, yaitu dimana laba/rugi yang tertinggi terdapat skala II yaitu dengan sebesar Rp.3.368.888,89/bulan, sedangkan skala terendah pada skala I yaitu dengan sebesar Rp.2.598.194,44/bulan. Perbedaan laba/rugi ini terjadi dikarenakan jumlah rataan ternak yang dimilki tiap skala tidak sama, sehingga skala II lebih menguntungkan.
Pada peternakan ayam kampung masyarakat di kota medan yang diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% akan menghasilkan laba/rugi setiap bulannya pada skala II yaitu sebesar Rp. 4.299.831,111/bulan, pada skala I sebesar Rp. 3.189.167,778/ bulan.
Gambar 5. Laba/rugi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% (Rp/bulan)
3.189.167,778 4.299.831,111 0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000 4500000 5000000 skala 1 skala 2
Gambar 6. Laba/rugi yang diperoleh pada peternakan rakyat di kotamedan jika diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% (Rp/Ekor/bulan).
Laba/rugi yang diperoleh pada peternakan ayam masyarakat di kota Medan jika diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian dapat dilihat pada gambar 5 yang menunjukkan bahwa laba/rugi pada skala II merupakan laba/rugi yang paling tinggi yaitu sebesar Rp. 4.299.831,111/bulan. Hal ini terjadi karena semakin kecil biaya produksi akan mengurangi biaya produksi dan dapat mempengaruhi keuntungan yang diperoleh.
Gambar 6 menunjukkan bahwa laba/rugi per ekornya tertinggi diperoleh pada skala II yaitu sebesar Rp.35.287,36/ekor, dan yang terendah pada skala Isebesar Rp. 28.488,84/ekor/bulan.
R/C Ratio
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa R/C ratio yang diperoleh dari pemeliharaanayam kampung jika diasumsikan 100 ekor yang menggunakan pakan 30% tepung biji durian dianggap memiliki kelayakan untuk dilanjutkan karena memiliki rataan sebesar 1,44yaitu (R/C > 1), sedangkan pada pakan 20 % tepung biji durian sebesar 1,36 (R/C > 1) , pakan 10% sebesar 1,38 (R/C > 1) dan pada
28.488,847 35.287,367 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 SKALA 1 SKALA 2
34
pakan 0 % tepung biji durian sebesar 1,34 (R/C > 1) juga layak untuk dijalankan. Namun R/C tertinggi terdapat pada pakan yang menggunakan 30% tepung biji durian . Hal ini sesuai dengan pernyataan Kadariah (1997), menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan bagi besarnya pengeluaran, dimana bila :
R/C Ratio > : Efisien R/C Ratio = 1 : Impas R/C ratio < 1 : Tidak Efisien
Rataan R/C Ratio tertinggi terdapat pada pakan 30 % tepung biji durian yaitu sebesar 1,44dan nilai rataan R/C terendah terdapat pada 0% tepung biji durian yaitu sebesar 1,34.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada peternakan ayam kampung di masyarakat kota medan dapat dilihat pada tabel 2 dimana memiliki nilai R/C ratio yang berbeda pada setiap skala . R/C ratio yang tertinggi terdapat pada skala II sebesar 2,14 , pada skala I sebesar 2,06. Hal ini menunjukkan bahwa skala II lebih efisien untuk dijalankan. Hal ini sesuai dengan pernyataan soekartawi (1986), yang menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan memberikan manfaat apabila nilai R/C ratio > 1. Semakin besar nilai R/C ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai R/C rationya maka semakin tidak efisien usah tersebut untuk dijalankan
Jika diasumsikan penggunakan 30% tepung biji durian pada peternakan ayam kampung di kota medan mengghasilkan R/C ratio yang tertinggi pada skala II yaitu sebesar 3,07/bulan dan yang terendah pada pada skala I yaitu sebesar 2,72/bulan.
Gambar 7. R/C peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30 % tepung bjii durian (Rp/bulan)
Gambar .8 R/C peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30 % tepung bjii durian (Rp/ekor/bulan)
Pada gambar 8 menunjukkan bahwa peternakan ayam kampung masyarakat di kota medan menghasilkan R/C pada skala I sebesar2,72 dan pada skala II menghasilkan R/C sebesar 3,07. Hal ini terjadi karena jumlah penerimaan lebih besar dari pada pengeluaran.
2,72 3,07 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3 3,1 3,2 skala 1 skala 2 2,72 3,07 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3 3,1 3,2 skala 1 skala 2
36
IOFC
Income OverFeedCost (IOFC) ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak.Income OverFeedCost (IOFC)diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan berupa daging dan harga jual.Jumlah ransum yang dihabiskan dikali dengan harga selama masa pembesaran hingga saat dijual.Nilai yang diperoleh dibandingkan antara pendapatan dengan biaya ransum tersebut.
Pada tabel 1 dari pemeliharaan ayam kampung jika diasumsikan 100 ekor dapat dilihat bahwaIncome Over Feed Cost(IOFC) tertinggi terdapat pada pakan 30 % tepung biji durian dengan rataan sebesar 11,70dan rataan terendah terdapat pada 0 % tepung biji durian yaitu dengan rataan sebesar 9,94, sedangkan pada pakan 10 % dengan rataan sebesar 10,16dan 20 % dengan rataan sebesar 10,56. Hal ini sesuai dengan pernyataan prawirokusumo (1990) yang menyatakan bahwa
Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan biaya pakan yang digunakan selama usaha pemeliharaan ternak.
Pada tabel 2 terdapat nilaiIncome Over Feed Cost(IOFC) dari peternakan ayam kampung masyarakat di Kota Medan. Nilai Income Over Feed Cost(IOFC) yang tertinggi berada pada skala II yaitu sebesar 7,41 dan yang terendah terdapat pada skala I sebesar 7,11. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh biaya produksi yang dikeluarkan berbeda baik di biaya bibit maupun di biaya pakan sehingga dapat mempengaruhi pendapatan
Pada tabel 3 terdapat peternakan ayam kampung masyarakat di Kota Medan diasumsikan menggunakan pakan 30% tepung biji durian akan menghasilkan IOFC tertinggi pada skala II yaitu sebesar 17,58pada skala I sebesar 12,39.
Gambar 9. IOFC peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30 % tepung bjii durian (Rp/bulan)
Gambar. 10. IOFC peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30 % tepung bjii durian (Rp/ekor/bulan)
12,39349884 17,58016741 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 skala 1 skala 2 12,39 17,58 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 skala 1 skala 2
38
Pada gambar 10 menunjukkan peternakan ayam kampung masyarakat di Kota Medan diasumsikan menggunakan pakan 30% tepung biji durian akan menghasilkan IOFC tertinggi pada skala II yaitu sebesar 17,58 skala II sebesar 12,39.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Hasil Penelitian laba/rugi di hasil penelitian pemeliharaan ayam kampung yang menggunakan 30 % tepung biji durian yang dalam ransum lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan 0% ,10, dan 20% tepung biji durian.
2. Hasil survey peternakan rakyat di Kota Medan skala kepemilikan ternak yang paling efisien adalah skala II yaitu 7,41 jika dibandingkan dengan skala I yaitu 7,11.
3. Peternakan rakyat di Kota Medan diasumsikan menggunakan tepung biji durian sebanyak 30% , skala kepemilikan ternak yang paling efisien adalah skala II yaitu 17,58, pada skala I yaitu 12,39.
Saran
Disarankan kepada peternak yang berada di Kota Medan untuk menggantikan pakan komersil dengan menggunakan tepung biji durian sehingga dapat mengurangi biaya produksi (biaya pakan) dan meningkatkan pendapatan peternak.