ANALISIS USAHA PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN
PADA RANSUM AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
Oleh:
WINA ANGRAINI SEMBIRING 100306054
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS USAHA PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN
PADA RANSUM AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
Oleh:
WINA ANGRAINI SEMBIRING 100306054/PETERNAKAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Biji Durian Pada Ransum Ayam Kampung Di Kota Medan
Nama : Wina Angraini Sembiring
NIM : 100306054
Program Studi : Peternakan
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
Ir. Armyn Hakim Daulay, M.BA Ir. R. Edhy Mirwandhono, M.Si Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr.Ir.Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan
ABSTRAK
WINA A SEMBIRING, 2015,“Analisis Usaha Ayam Kampung Yang Menggunakan Tepung Biji Durian Pada Ransum Di Kota Medan”. Dibimbing oleh ARMYN HAKIM DAULAY dan R. EDHY MIRWANDHONO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan efisiensi nilai ekonomis usaha pemeliharaan ternak ayam kampung dengan pemanfaatan tepung biji durian dalam pakan dengan berbagai level pada ayam kampung umur 0 – 12 minggu.Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Mei 2015 sampai Juli 2015.Penelitian ini menggunakan metode survey untuk menentukan harga pakan yang digunakan dalam penelitian.Perlakuan tepung biji durian terdiri dari level 0% (P0), 10(P1), 20% (P2), 30%(P3). Parameter yang diamati yaitu total biaya produksi, total hasil produksi, analisis laba/rugi, Revenue/Cost ratio (R/C ratio) dan Income Over Feed Cost (IOFC) untuk periode 3 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan analisis laba/rugi (Rp/ekor/minggu) tertinggi pada perlakuan P3 (279.468,89) dan laba/rugi terendah pada perlakuan P0 (234.395,64), rataan R/C ratio tertinggi pada perlakuan P3 (1,44) dan terendah pada perlakuan P0 (1,34), rataan IOFC (Rp/ekor/minggu) tertinggi pada perlakuan P3 (11,70) dan terendah pada perlakuan P1 (9,94). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tepung biji durian sebagai campuran bahan pakan dalam ransum sampai level 30% dapat memberikan keuntungan.
ABSTRACT
WINA A SEMBIRING, 2015, "The Native Chicken Business Analysis Using Seed Flour Durian On Rations In Medan". Guided by ARMYN HAKIM DAULAYand EDHY MIRWANDHONO.
This study aims to determine the feasibility and efficiency of the economic value of the business of raising livestock chicken with durian seed flour utilization in feed at various levels in chicken age 0-12 minggu.Penelitian was conducted at the Laboratory of Animal Biology of the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in May 2015 until July this 2015.Penelitian using a survey method to determine the price of feed used in penelitian.Perlakuan durian seed flour consists of level 0% (P0), 10 (P1), 20% (P2), 30% (P3). Parameters observed that the total cost of production, total production, analysis of profit / loss, Revenue / Cost ratio (R / C ratio) and Income Over Feed Cost (IOFC) for a period of 3 months.
The results showed that the average analysis of profit / loss (USD / head / week), the highest in treatment P3 (279.468,89) and the profit / loss of the lowest in treatment P0 (234.395,64), the average R / C ratio was the highest in treatment P3 (1,44) and the lowest in treatment P0 (1,34), the average IOFC (USD / head / week), the highest in treatment P3 (11,70) and the lowest in treatment P1 (9,94). The conclusion from this study indicate that the durian seed flour as a mixture of feed ingredients in the ration to the level of 30% can provide advantages.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 20 Juni 1993 dari ayah
Drs.P. Sembiring dan ibu R. Br. Munte, penulis merupakan anak ketiga dari
empat bersaudaraTahun 2011 tamat dari SMA Negeri 3 PematangSiantar dan
pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
melalui jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN).Penulis memilih Program Studi Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan
Mahasiswa Peternakan (IMAPET).Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi
Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP).
Penulis juga telah melakukan praktek kerja lapangan (PKL) pada bulan
Juli 2014 sampai Agustus 2014 di BPTU – HPT Siborong-borong Instalasi Bahal
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik yang berjudul “Analisis Usaha Peternakan Ayam Kampung Yang
Menggunakan Tepung Biji Durian Pada Ransum Di Kota Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua atas doa, semangat
dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Penulis
juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Ir. Armyn Hakim
Daulay, M.BA, selaku ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. R. Edhy
Mirwandhono, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan
arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semua pihak yang ikut
membantu.
Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada civitas
akademika di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu persatu yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat membantu memberikan informasi dan
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan serta pelaku usaha bidang peternakan
DAFTAR ISI
Analisis Usaha Ternak Ayam Kampung ... 4Total Biaya Produksi ... 6
Biaya bibit ... 8
Biaya pakan ... 8
Biaya obat-obatan ... 8
Biaya sewa kandang dan peralatan kandang ... 9
Biaya tenaga kerja... 9
Total Hasil Produksi ... 10
Hasil penjualan ayam kampung ... 11
Hasil penjualan kotoran ayam kampung ... 11
Analisis Laba-Rugi (Keuntungan-Kerugian) ... 11
Analisis R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) ... 12
Income Over Feed Cost (IOFC) ... 13
Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung ... 13
Metode Pengambilan Data ... 17
Parameter Penelitian ... 17
Total biaya produksi ... 17
Total hasil produksi ... 17
Analisis laba rugi (keuntungan-kerugian) ... 17
Analisis R/C ratio (revenue cost ratio) ... 18
Analisis IOFC (income over feed cost) ... 18
Pelaksanaan Penelitian ... 19
Prosedur Kerja ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Total Biaya Produksi ... 25
Total Hasil Produksi ... 27
Analisis Laba/Rugi ... 30
Analisis Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) ... 33
Income Over Feed Cost (IOFC) ... 36
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39
Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA ... 40
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Rekapitulasi data hasil penelitian dengan menggunakan tepung biji durian (Rp/bulan) ... 22
2. Rekapitulasi data survey peternakan masyarakat di Kota Medan
(Rp/bulan) ... 23
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Prosedur Kerja Pembuatan Tepung Biji Durian... 20
2. Total biaya produksi peternakan rakyat yang diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian (Rp/bulan) ... 27
3. Total biaya produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30%(Rp/Ekor/bulan) ... 28
4. Total hasil Produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian30% (Rp/bulan) ... 30
5. Total hasil Produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% (Rp/ekor/bulan) ... 30
6. Laba/Rugi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30% tepung biji durian (Rp//bulan) ... 33
7. Laba/Rugi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30% tepung biji durian (Rp/ekor/bulan) ... 34
8. R/C peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30% tepung biji durian (Rp//bulan) ... 36
9. Laba/Rugi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30% tepung biji durian (Rp/ekor//bulan) ... 36
10.IOFC pada peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30% tepung biji durian (Rp//bulan) ... 38
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Formula ransum ayam penelitian ... 42
2. Harga ransum tiap perlakuan ... 43
3. Harga bibit DOC (Rp/4 ekor) ... 44
4. Biaya obat-obatan selama penelitian (Rp/4 ekor) ... 44
5. Biaya peralatan kandang selama penelitian (Rp/4 ekor) ... 44
6. Biaya sewa kandang selama penelitian (Rp/4 ekor) ... 45
7. Biaya transportasi selama penelitian (Rp/4 ekor) ... 45
8. Biaya tenaga Kerja (Rp/4 ekor) ... 45
9. Data rataan konsumsi ransum (gr/4ekor) ... 45
10. Biaya konsumsi ransum selama penelitian (gr/4ekor) ... 46
11. Data rataan konsumsi ransum Per Minggu selama Penelitian (gr/4ekor) .... 47
12. Total BiayaProduksi selama penelitian (gr/ 4 ekor)... 48
13. Rataan PBB ayam kampung selama penelitian... 49
14. Hasil penjualan ayam kampung selama penelitian (kg/4ekor) ... 50
15. Hasil penjualan feses selama penelitian (Rp/ekor) ... 50
16. Total hasil produksi selama penelitian (Rp/ekor) ... 50
17. Laba-rugi ... 50
18. R/C Ratio ... 51
19. IOFC ... 51
20. Biaya bibit di peternakan masyarakat(Rp/ekor)... 51
22. Biaya Penyusutan kandang dan peralatan kandang di petenakan masyarakat (Rp/ekor) ... 53
23. Biaya obat-obatan dan transportasi di peternakan masyarakat (Rp/ekor).... 54
24. Total biaya produksi peternakan masyarakat (Rp/ekor) ... 55
25. Konsumsi Pakan dan biaya pakan bila diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian (Rp/ekor) ... 56
ABSTRAK
WINA A SEMBIRING, 2015,“Analisis Usaha Ayam Kampung Yang Menggunakan Tepung Biji Durian Pada Ransum Di Kota Medan”. Dibimbing oleh ARMYN HAKIM DAULAY dan R. EDHY MIRWANDHONO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan efisiensi nilai ekonomis usaha pemeliharaan ternak ayam kampung dengan pemanfaatan tepung biji durian dalam pakan dengan berbagai level pada ayam kampung umur 0 – 12 minggu.Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Mei 2015 sampai Juli 2015.Penelitian ini menggunakan metode survey untuk menentukan harga pakan yang digunakan dalam penelitian.Perlakuan tepung biji durian terdiri dari level 0% (P0), 10(P1), 20% (P2), 30%(P3). Parameter yang diamati yaitu total biaya produksi, total hasil produksi, analisis laba/rugi, Revenue/Cost ratio (R/C ratio) dan Income Over Feed Cost (IOFC) untuk periode 3 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan analisis laba/rugi (Rp/ekor/minggu) tertinggi pada perlakuan P3 (279.468,89) dan laba/rugi terendah pada perlakuan P0 (234.395,64), rataan R/C ratio tertinggi pada perlakuan P3 (1,44) dan terendah pada perlakuan P0 (1,34), rataan IOFC (Rp/ekor/minggu) tertinggi pada perlakuan P3 (11,70) dan terendah pada perlakuan P1 (9,94). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tepung biji durian sebagai campuran bahan pakan dalam ransum sampai level 30% dapat memberikan keuntungan.
ABSTRACT
WINA A SEMBIRING, 2015, "The Native Chicken Business Analysis Using Seed Flour Durian On Rations In Medan". Guided by ARMYN HAKIM DAULAYand EDHY MIRWANDHONO.
This study aims to determine the feasibility and efficiency of the economic value of the business of raising livestock chicken with durian seed flour utilization in feed at various levels in chicken age 0-12 minggu.Penelitian was conducted at the Laboratory of Animal Biology of the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in May 2015 until July this 2015.Penelitian using a survey method to determine the price of feed used in penelitian.Perlakuan durian seed flour consists of level 0% (P0), 10 (P1), 20% (P2), 30% (P3). Parameters observed that the total cost of production, total production, analysis of profit / loss, Revenue / Cost ratio (R / C ratio) and Income Over Feed Cost (IOFC) for a period of 3 months.
The results showed that the average analysis of profit / loss (USD / head / week), the highest in treatment P3 (279.468,89) and the profit / loss of the lowest in treatment P0 (234.395,64), the average R / C ratio was the highest in treatment P3 (1,44) and the lowest in treatment P0 (1,34), the average IOFC (USD / head / week), the highest in treatment P3 (11,70) and the lowest in treatment P1 (9,94). The conclusion from this study indicate that the durian seed flour as a mixture of feed ingredients in the ration to the level of 30% can provide advantages.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam kampung yang memiliki kelebihan seperti daya tahan tubuhnya
tinggi dan cepat beradaptasi terhadap lingkungan. Ditinjau dari segi permodalan,
memelihara ayam kampung relatif lebih murah dan tidak serumit pengelolaan
ternak ayam ras. Harga daging ayam kampung dipasaran tidak tergantung pada
jenisnya. Melainkan pada berat badannya. Hal ini dapat mendorong banyak
peternak melakukan usaha peternakan ayam kampung. Untuk meningkatkan
produksi daging yang tinggi sangat diperlukan pemberian ransum yang baik juga,
salah satunya yaitu tepung biji durian.
Kesulitan dalam memenuhi permintaan akan produk dari ayam kampung
disebabkan oleh produktivitas dari ayam kampung yang masih rendah
dibandingkan dengan ayam ras. Rendahnya produktivitas dari ayam kampung ini
disebabkan karena kebanyakan dari petani dalam mengusahakan ayam kampung
masih secara tradisional. Sifat genetik ayam kampung merupakan tipe ayam yang
kecil dengan pertumbuhan yang lambat dan daya alih (konversi) makanan menjadi
produk protein esensial yang juga rendah. Semua kekurangan tersebut tentu perlu
diatasi agar diperoleh hasil yang memuaskan. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan memperbaiki kualitas pakan yang diberikan kepada ayam
kampung.
Produksi durian di Indonesia cukup melimpah. Data Biro Pusat Statistik
(2004) menunjukkan bahwa produksi durian meningkat setiap tahun. Seiring
dengan meningkatnya luas daerah panen durian yaitu dari 24.031 ha pada tahun
durian di Indonesia sebesar 194.359 ton pada tahun 2002. Pada tahun 2010
produksi durian sebanyak 491.179 ton. Pada tahun 2013 produksi durian sebesar
759,054 ton. Untuk daerah sumatera utara jumlah produksi durian pada tahun
2015 sebesar 202.580 ton. Durian tersebut berasal dari berbagai daerah yaitu dairi,
sidikalang, tanah jawa, tiga lingga, sibolga. Untuk 3 buah durian berukuran besar
memiliki rataan berat sebesar 3,5 kg. Terdiri dari kulit durian 2 kg, biji duriannya
1 kg, dan dagingnya sebesar 500 gr. Untuk 3 buah durian berukuran sedang
memiliki rataan berat sebesar 2 kg. Terdiri dari kulit durian 1 kg, biji durian
sebesar 700 gr dan daging duriannya sebesar 300 gr. Untuk 3 buah durian
berukuran kecil memiliki berat sebesar 1 kg. Terdiri dari kulit durian sebesar 500
gr, biji durian sebesar 300 gr dan daging durian sebesar 200 gr. Untuk durian
berukuran besar yang memiliki biji durian dengan rataan berat sebesar 1 kg dapat
menghasilkan 500 gr tepung biji durian. Hal ini terjadi karena adanya penyusutan
berat disebabkan oleh proses penjemuran, mencoper dan menggrinder sehingga
menyebabkan penyusutan hingga 50 %. Dari data tersebut kita ketahui bahwa
produksi durian terus meningkat, hal tersebut sangat memberikan potensi untuk
memanfaatkan limbah durian untuk diolah menjadi pakan ternak. Data biro pusat
statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi ayam kampung di sumatera utara
pada tahun 2014 mencapai 19.539 ekor. Beternak ayam kampung dapat menjadi
salah satu peluang yang berpotensial untuk dijadikan salah satu usaha karena
permintaan ayam kampung tiap tahun semakin meningkat.
Analisa usaha dalam suatu peternakan ayam kampung merupakan hal yang
penting bagi suatu peternakan untuk mengetahui prospek kedepannya, Untuk
3
dijalankan. Dengan analisis usaha dapat memberikan informasi tentang modal
yang diperlukan biaya untuk bibit, ransum, kandang, peralatan kandang, dan
lamanya modal kembali dengan tingkat keuntungan yang diperoleh.
Pemanfaatan tepung biji durian sebagi salah satu bahan penyusun ransum
ternak unggas dapat dilakukan disebabkan limbah tersebut mempunyai kandungan
zat – zat makanan yang cukup tinggi terutama kandungan karbohidratnya.
Kandungan karbohidrat limbah yang tinggi merupakan potensi yang perlu
dimanfaatkan. Disamping itu biji durian juga mengandung protein dan lemak. Biji
durian mengandung 51,1 % air, 46,2 % karbohidrat, 2,5 % protein dan 0,2 %.
Kadar karbohidrat biji durian lebih tinggi dibandingkan singkong (karbohidrat
34,7 %), ataupun ubi jalar (karbohidrat 27,9 %). Kandungan karbohidrat yang
tinggi ini memungkinkan dimanfaatkannya biji durian sebagai bahan pakan
ternak.
Rumusan Masalah
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ayam kampung
yaitu biaya produksi. Biaya produksi diantaranya terdapat harga pakan, harga
bibit, biaya obat – obatan, sewa kandang dan biaya peralatan kandang, dan biaya
transportasi. Namun yang paling membutuhkan biaya besar yaitu biaya pakan.
Salah satu upaya alternatif untuk mengurangi biaya produksi ransum dalam
pemeliharaan yaitu dengan memanfaatkan tepung biji durian.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kelayakan pemanfaatan pemberian biji durian yang
mengetahui efisiensi nilai ekonomis dan IOFC usaha pemeliharaan ternak ayam
kampung.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti
atau masyarakat peternak ayam kampung dalam pengembangan usaha peternakan
mengenai pemanfaatan tepung biji durian dalam pakan dengan berbagai level
terhadap ayam kampung umur 0 – 12 minggudalam ransum ayam kampung
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Usaha Ayam Kampung
Analisa usaha dilakukan untuk mengukur atau menghitung apakah usaha
tersebut menguntungkan atau merugikan. Analisa usaha memberikan gambaran
kepada peternak untuk melakukan perencanaan usaha. Dalam analisis usaha
diperlukan beberapa asumsi dasar. Asumsi dasar dapat berubah sesuai dengan
perkembangan waktu (Supriyadi, 2009).
Untuk meningkatkan populasi, produksi, produktivitas, dan efisiensi usaha
dalam ayam kampung, sistem pemeliharaannya harus ditingkatkan dari tradisional
ke arah yang lebih intensif dengan menerapkan teknologi. Budidaya ayam
kampung secara lebih intensif diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap
peningkatan perekonomian masyarakat, karena dengan penerapan teknologi akan
meningkatkan produktivitas ayam kampung dan pendapatan petani. Menurut
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 948/Kpts/OT.210/10/97,
usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan
dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat yang diselenggarakan
secara teratur dan terus-menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu
tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk
menghasilkan ternak bibit/ternak potong, telur, susu serta menggemukan suatu
jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan. Modal
dalam usahatani yang didalamnya termasuk usaha peternakan ayam petelur dapat
diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang
digunakan untuk menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak
Untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam kampung pedaging
maka diperlukan analisis biaya dan penerimaan pada akhir masa produksi. Dengan
demikian akan diketahui modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya
untuk bibit, ransum, kandang, dan lamanya modal kembali dan keuntungan yang
diperoleh (Cahyono, 1998).
Keberhasilan pada suatu usaha peternakan ayam tidak cukup hanya dengan
tercapainya tingkat produksi tapi juga perlu memperhatikan tingkat pembiayaan
produksinya (ekonomis). Tingkat produksi yang tinggi harus dicapai dengan
tingkat pembiayaan yang seminimal mungkin sehingga dicapai tingkat efisiensi
yang tinggi. Dengan demikian, akan diperoleh tingkat keuntungan yang tinggi
(Suprijatna, 2005).
Pakan merupakan faktor yang cukup menentukan dalam suatu usaha
peternakan ayam. Hal ini bisa dilihat dari besarnya komponen biaya yang harus
dikeluarkan untuk sektor ini, yaitu 60 - 70% dari total biaya produksi. Oleh karena
itu, penggunaan makanan haruslah dilakukan seefisien mungkin, tanpa
mengabaikan kebutuhan ayam. Salah satunya adalah melalui pemberian makanan
dalam imbalan yang tepat.
Kondisi yang akan terkait dengan masalah utama dalam pengembangan
ayam kampung adalah rendahnya produktivitas. Salah satu faktor penyebabnya
adalah sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional, jumlah pakan yang
diberikan belum mencukupi dan pemberian pakan yang belum mengacu kepada
kaidah ilmu nutrisi terutama sekali pemberian pakan yang belum
memperhitungkan kebutuhan zat-zat makanan untuk berbagai tingkat produksi
7
Ayam kampung memiliki arti penting bagi pembangunan peternakan di
Indonesia. Ayam kampung merupakan bahan pangan sumber protein hewani guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan sebagai ternak yang dapat dijadikan usaha
sambilan bagi mayarakat, terutama yang tinggal di pedesaan (Suprijatna, 2005).
Karena harganya yang mahal maka ayam kampung dan telurnya
dikonsumsi secara terbatas oleh beberapa kalangan. Di zaman modern, orang
lebih banyak mengkomsumsi daging ayam potong dan telur ayam petelur .Karena
kondisi seperti itu maka kita sangat layak untuk mengembangbiakkan ayam
kampung secara lebih baik dan intensif. Hal ini layak untuk dilakukan karena
daging ayam kampung jauh lebih enak, gurih, lezat dan lebih dibandingkan ayam
jenis lainnya khususnya ayam potong (Suhaeni, 2007).
Populasi ayam kampung dan selera konsumen terhadap ayam kampung
sangat tinggi. Hal ini terlihat dari pertumbuhan populasi dan permintaan ayam
kampung yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, dimana pada tahun
2001 – 2005 terjadi peningkatan sebanyak 4,5 % dan pada tahun tahun
2005 – 2009 konsumsi ayam kampung dari 1,49 juta ton meningkat menjadi
1,52 juta ton (Aman, 2011).
Total Biaya Produksi
Adanya perencanaan biaya produksi maka anggaran biaya produksi
diketahui. Pengontrolan terhadap perkembangan usaha untuk mencapai
peningkatan produktivitas dapat dilakukan. Untuk tercapainya tujuan tersebut
maka perlu dilakukan suatu sistem pelaporan yang dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat digunakan sebagai alat pengawasan dan pengambilan keputusan.
pembiayaan dan pelaksanaan. Produksi biaya terbagi dua yaitu biaya tetap dan
biaya tidak tetap.
Biaya produksi menurut Harih (2010), adalah semua pengeluaran
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk
menghasilkan barang-barang produksi oleh perusahaan tersebut.
Biaya produksi dibagi atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap
merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada
perubahan volume produksi atau sedangkan biaya variabel adalah biaya yang
secara total berubah sesuai dengan perubahan volume produksi (Kasmir,2008).
Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi karena biaya
produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harga. Maka dapat
dikatakan bahwa biaya produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban
yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang
atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen (Nuraini, 2003).
Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh
faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang - barang
produksi oleh penelitian. Biaya produksi yang digunakan meliputi biaya tetap dan
biaya tidak tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan, biaya penyusutan, biaya sewa
tanah dan bunga modal. Biaya tidak tetap antara lain biaya pembelian pakan,
biaya pembelian obat-obatan dan biaya pembayaran listrik dan telepon
9
Biaya Bibit
Biaya bibit adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit. Harga
biaya bibit diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah bibit dengan harga per
ekor DOC. Harga bibit ayam kampung (DOC) mencapai Rp.7.000. Pemilihan
bibit ayam yang dipelihara sangat penting untuk diperhatikan, karena menentukan
keberhasilan dalam beternak. DOC (Day old chick) yang baik mempunyai sifat yang lincah, tidak mempunyai cacat tubuh dan tidak menunjukkan adanya
penyakit - penyakit tertentu (Sentral-ternak, 2013).
Biaya Pakan
Biaya pakan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang
diperoleh dari hasil perkalian antara pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan
perkilogramnya. Efisiensi penggunaan pakan diharapkan mampu mengurangi
dampak dari kenaikan harga pakan yang seringkali berfluktuasi dan sangat
mempengaruhi tingkat pendapatan peternak. Biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian pakan ayam kampung yang berjumlah 100 ekor ialah sebesar
Rp. 21791,25, dimana biaya ini terdiri dari pakan komersial dan pakan olahan.
Harga pakan yang cenderung naik dan berfluktuasi dipengaruhi oleh kondisi
tingkat harga bahan baku pembuatan pakan (Luthfan et al., 2011).
Biaya Obat-obatan
Biaya obat-obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat-obatan
yang diberikan pada ternak yang terserang penyakit. Pengobatan pada ternak
diharapkan dapat mengurangi resiko kematian, menghambat penyebaran penyakit
Luthfan et al., (2011) biaya yang dikeluarkan untuk membeli vitamin dan vaksin untuk ayam kampung sebesar Rp. 83.200/bulan.
Biaya Sewa Kandang dan Peralatan Kandang
Biaya sewa kandang adalah biaya yang dikeluarkan untuk
penggunaan kandang yang diperhitungkan berdasarkan nilai sewa kandang.
Kandang berfungsiuntuk melindungi ternak dari hujan dan mengurangi stimulasi
yang dapat menyebabkan ternak stres. Biaya peralatan kandang adalah biaya
yangdigunakan untuk membeli perlengkapan kandang selama pemeliharaan
ternak. Biaya perlengkapan kandang sebesar Rp. 328.120,00- untuk 100 ekor
ayam kampung meliputi kandang, tempat minum dan tempat pakan. Menurut
Santoso (2009) Peralatan kandang lainnya antara lain meliputi, instalasi listrik,
instalasi air minum, alas kandang, pemanas ruangan, tirai kandang.
Biaya Tenaga Kerja
Biaya atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan
untuk memelihara beberapa ternak. Setiap proses produksi diperlukan
tenaga kerja yang cukup memadai. Berdasarkan UMRP SUMUT 2015
(Upah Minimum Regional Provinsi Sumatera Utara) saat ini sebesar
Rp. 1.851.000/bulan. Menurut Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan
Pengolahan Hasil Peternakan (1985) bahwa 1 orang tenaga kerja dapat
memelihara 1088 ekor ayam, sehingga biaya tenaga kerja pemeliharaan
1 ekor ayam/bulan adalah sebesar Rp. 1.851.000/1088 ekor ayam =
Rp. 1.701.-/ekor/bulan. Menurut Rasyaf (1992) jumlah tenaga kerja yang
11
sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang
masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis
kelamin, musim dan upah tenaga kerja.
Total Hasil Produksi(Pendapatan)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah volume penjualan
produk dan harga jual. Pada umumnya, tujuan utama yang ingin dicapai suatu
perusahaan yaitu untuk memperoleh pendapatan. Volume penjualan merupakan
faktor yang sangat penting mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang akan
didapatkan oleh peternak atas usahanya dalam melakukan pemeliharaan ayam
kampung. Sehingga untuk mendapatkan keuntungan penjualan yang besar,
peternak harus menjaga agar kematian ternaknya sekecil mungkin. Kemudian
untuk harga jual produk merupakan nilai yangberupa uang untuk menghargai
setiap produk yang dihasilkan dari usaha, seperti usaha ternak ayam pedaging
yang produknya berupa ayam hidup yang dihargai dengan sejumlah uang setiap
kilogramnya (Jatmiko,2006).
Setelah perencanaan produksi pembiayaan disusun maka selanjutnya perlu
diakukan perencanaan hasil usaha.Perencanaan hasil usaha dihitung berdasarkan
hasil penjualan produk, biaya pemasaran dan biaya produksi (Suprijatna, 2005).
Pendapatan usaha merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh oleh
suatu usaha peternakan, baik yang berupa hasil pokok (misal: penjualan ternak,
baik itu hidup atau karkas) maupun hasil samping (misal: penjualan feses dan
Hasil Penjualan Ayam Kampung
Menurut Kotler (1994) harga jual ditetapkan oleh pembeli dan penjual
dalam suatu proses tawar menawar, penjual akan meminta harga jual yang lebih
tinggi dari yang diharapkan diterimanya, sedangkan pembeli akan menawarkan
lebih rendah dari yang diharapkan akan dibayarnya. Dengan tawar-menawar
mereka akan sampai pada suatu kesepakatan tentang harga yang disetujui.
Harga jual ayam kampung lebih mahal dari pada harga daging ayam
ras.Harga ayam kampung pedaging bisa mencapai Rp. 40.000-Rp. 45.000/kg di
pasar. Sementara itu, harga jual ayam ras pedaging hanya berkisar belasan ribu
saja (Sentral-ternak, 2013).
Hasil Penjualan Kotoran Ayam Kampung
Penjualan kotoran ayam kampung diperoleh dari harga jual kotoran ayam
kampung per kilogramnya. Harga pupuk yang berasal dari kotoran ayam di
pasaran mencapai Rp. 450/kg, dalam keadaan basah harga kotoran ayam adalah
Rp. 300/kg (Sentral-ternak, 2013).
Analisa Ratio Keuangan
Analisis Laba Rugi
Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan
masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya.
Perhitungan laba jelas untuk keputusan manajemen. Bila laba konsisten positif,
perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika perusahaan
mengalami penurunan produksi pengusaha dapat mencari produk yang lain akan
13
Keuntungan (laba) suatu usaha secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut :
K = TR – TC
Dimana :
K = keuntungan
Total Revenue = total penerimaan kembali
Total Cost = total pengeluaran
Total pengeluaran seperti biaya pakan, biaya bibit, biaya obat – obatan,
biaya transportasi, biaya sewa kandang, biaya upah pekerja dan biaya transportasi.
Laporan laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada
suatu periodeke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis – jenis
biaya yang akan dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama
(Kasmir, 2008).
Analisis R/C Ratio (revenue cost ratio)
Menurut Kadariah (1997), Untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha
dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan bagi
besarnya pengeluaran, dimana bila :
R/C Ratio > : Efisien
R/C Ratio = 1 : Impas
R/C ratio < 1 : Tidak Efisien
MenurutCahyono (2002), pendapatan dan keuntungan usahatani yang
besar tidak selalu mencerminkan tingkat efisiensi usaha yang tinggi. Guna
merupakan singkatan dari return cost ratio, atau dikenal dengan perbandingan
antara penerimaan dan biaya.
Income Over F eed Cost (IOF C)
Income OverFeedCost (IOFC )ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha
penggemukan ternak. Income Over Feed Cost (IOFC) diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan. Pendapatan
merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan berupa daging dan harga
jual. Jumlah ransum yang dihabiskan dikali dengan harga selama masa
pembesaran hingga saat dijual. Nilai yang diperoleh dibandingkan antara
pendapatan dengan biaya ransum tersebut (Siregar,2002).
Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan biaya pakan yang digunakan selama usaha pemeliharaan ternak
(Prawirokusumo, 1990).
Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung
Pertumbuhan pada ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
Pada faktor lingkungan yang paling mempengaruhi adalah pakan. Hafez dan
Dryer (2000) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah
hereditas, pakan dan kondisi lingkungan. Penurunan bobot badan akan terjadi
pada ternak pada fase pertumbuhan bila diberikan pakan dengan kandungan
nutrisi yang rendah. Sutardi (1997) menyatakan bahwa ternak ayam kampung
akan dapat tumbuh secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya bila
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sembilan desa yang ada dikota Medan yaitu
desa Tanjung Slamat, Tanjung Anom, Tanjung Rejo, Gedung Johor, Kedai
Durian, Desa Suka Maju, Namu Gajah, Sidomulyo, Ladang Bambu.Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2015
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini Quisioner, bahan
baku, komponen biaya produksi, asumsi – asumsi biaya dan Peternak yang ada di
Desa Tanjung Slamat, Desa Tanjung Anom, Desa Tanjung Rejo, Desa Gedung
Johor, Desa Kedai Durian, Desa Suka Maju, Desa Namu Gajah, Desa Sidomulyo,
Desa Ladang Bambu
Alat
Adapun alat yang digunakan adalah buku data dan alat – alat tulis
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survey yaitu untuk mengetahui harga
jual ayam kampung dan mengetahui biaya produksinya.Informasi tentang harga
ayam kampung di suatu peternakan yang ada di Medan diperoleh dengan
melakukan pengamatan langsung.Data dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
informasi yang dapat dilihat secara langsung di lingkungan peternakan ayam
Data Usaha Peternakan
Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) kota medan menyatakan
bahwa terdapat 21 kecamatan yang ada di kota Medan. Dalam penelitian ini,
sampel diambil dari 3 kecamatan. Diantara tiga kecamatan tersebut terdiri tiga
desa dari masing masing kecamatan yaitu Desa Tanjung Slamat, Desa Tanjung
Anom, Desa Tanjung Rejo, Desa Gedung Johor, Desa Kedai Durian, Desa Suka
Maju, Desa Namu Gajah, Desa Sidomulyo, Desa Ladang Bambu. Alasan
pemilihan kecamatan dan desa dikarenakan masih daerah perkampungan Masih
memiliki banyak peternak ayam kampung memiliki lahan yang cukup untuk
beternak.
Penentuan Kepemilikan Skala Usaha Peternakan Masyarakat
Interval I = kepemilikan besar – kepemilikan kecil / 2 skala
Interval = 150 – 100 / 2 skala = 25 ekor
1. Skala I = 100+ 25 = 125 ekor
Jumlah ternak 100 – 125 ekor
2. Skala II = 126 + 25 = 151 ekor
Jumlah ternak 126 – 151 ekor
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi langsung
ke peternakan untuk mengetahui keadaan lokasi dan wawancara seputar tentang
peternakan tersebut.Dalam wawancara pengumpulan data yang digunakan adalah
data sekunder dari instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik
(BPS).sedangkan data primer yaitu data dari peternak ayam kampung yang di
Analisis Data
Analisis Data Analisis data yang dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data, dengan pengamatan
langsung terhadap suatu obyek penelitian guna mengetahui keadaan lokasi
usaha dan karakteristik peternakan ayam kampung
2. Analisis ekonomi atau kuantitatif yang digunakan untuk melakukan
perhitungan sebagai berikut:
a. Total biaya TC = FC + VC
Keterangan : TC = Biaya total
FC = Biaya tetap
VC = Biaya tidak tetap
b. Total penerimaan TR = (p1 x Q) + (p2 x Q)
Keterangan : TR = Total revenue
p1 = Harga / kg daging
p2= Harga / hasilsamping
Q = Tingkat produksi
c. Pendapatan ∏ = TR – TC
Keterangan :∏ = Pendapatan
TR = Total revenue
TC = Total cost
d. R/C rasio
Keterangan :
C = Total biaya
Kriteria penilaian R/C rasio sebagai berikut :
R/C rasio > 1, usaha peternakan ayam kampung layak dikembangkan.
R/C rasio = 1, usaha peternakan ayam petelur tersebut tidak untung tidak rugi
(impas).
R/C rasio < 1, usaha peternakan ayam petelur tidak layak dikembangkan.
e. IOFC = (Bobot Badan Akhir – Bobot Badan Awal ayam) x Harga Jual ayam/kg - (Total Konsumsi Pakan x Harga Pakan Perlakuan/kg)
Metode Pengambilan Data
Dilakukan survey dan observasi langsung ke peternakan dan melakukan
wawancara seputar peternakan
1. Survey dilaksanakan Desa Tanjung Slamat, Desa Tanjung Anom, Desa
Tanjung Rejo, Desa Gedung Johor, Desa Kedai Durian, Desa Suka Maju,
Desa Namu Gajah, Desa Sidomulyo, Desa Ladang Bambu
2. Pengambilan data dengan menggunakan Quisioner
3. Melakukan analisis ekonomi dari hasil penelitian performance
pemanfaatan tepung biji durian dan membandingkan dengan peternakan
yang menggunakan pakan konvensional
Parameter Penelitian
1. Total Biaya Produksi
Total Biaya Produksi atau total pengeluaran yaitu biaya – biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara
menghitung biaya bibit, biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya pembuatan
kandang, biaya sewa lahan dan biaya obat – obatan
Total Hasil Produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang
dihasilkan dalam kegiatan ekonomi yang diperoleh dengan cara
menghitung penjualan ayam kampung dan kotoran ayam.
3. Laba – Rugi
Analisa laba – rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut
menguntungkan atau rugi dengan cara menghitung selisih antara total
penerimaan dengan total pengeluaran.
Keuntungan (laba) suatu usaha dapat diperoleh dengan cara :
K = TR – TC
Keterangan :
K = Keuntungan
TR = total penerimaan
TC = total pengeluaran
Total pengeluaran seperti biaya pakan, biaya bibit, biaya obat – obatan,
biaya transportasi, biaya sewa kandang, biaya upah pekerja dan biaya transportasi,
biaya peralatan kandang. Laporan laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan
yang diperoleh pada suatu periode ke periode berikutnya.
4. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
R/C ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya
yang dikeluarkan
Total Biaya Produksi
5. Income Over F eed Cost (IOFC)
Income Over Feed Cost diperoleh dengan cara menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi dengan biaya ransum. Pendapatan
merupakan perkalian antara penambahan bobot badan akibat
perlakuan(dalam Kg bobot hidup) dengan harga jual, sedangkan biaya
ransum adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pertumbuhan
bobot badan ternak (Prawirokusumo, 1990).
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan pada saat survey seperti Quisioner, dan Buku data
2. Survey Pendahuluan
Melakukan survey pendahuluan untuk mengetahui keadaan dan situasi
peternakan agar mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan survey
pagi, siang atau pada malam hari dan menentukan lokasi yang akan disurvey
3. Survey dan Melakukan Wawancara
Survey dilakukan di peternakan yang telah dipilih dan dilakukan wawancara
dengan menggunakan Quesioner yang telah di siapkan.
4. Tabulasi Data
Mengumpulkan dan menyusun data – data yang telah di dapatkan dari survey
yang telah dikumpulkan
Dianalisis data yang sudah terkumpul untuk mengetahui data – data mana
yang kita perlukan dan dapat menjadi sebuah informasi bagi penelitian tersebut
6. Menyimpulkan Data
Disimpulkan semua data menjadi sebuah rangkuman informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian
Prosedur kerja
Gambar 1. Prosedur kerja pengolahan biji durian
Biaya pengolahan biji durian sebesar Rp. 170.000,00,-. Biaya tersebut
terdiri dari Biji Durian Rp. 70.000 untuk 50 kg, sedangkan biaya untuk Coper,
Grinder, dan biaya transportasi adalah sebanyak Rp. 100.000,00,- . Pengumpulan biji durian
Pembersihan biji dengan air
mengalir
Penganginan / dikeringkan
Di cacah / Di coper
Di Keringkan Kembali
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Rekapitulasi data hasil penelitian dengan menggunakan tepung biji durian
ANOVA IOFC
SK JK db KT Fhit 0,05 0,01
Perlakuan 9,231175 3 3,077058333 10,18657375 3,238871522 5,292214052
Galat 4,83312 16 0,30207
Total 14,064295 19
PARAMETER PERLAKUAN
0 % 10 % 20 % 30 %
Biaya Bibit 140.000 140.000 140.000 140.000
Biaya Pakan 97.994,77 96.018,64 92.256,09 83.345,96 Biaya Obat – Obatan 20.800 20.800 20.800 20.800 Biaya
PeralatanKandang 19.530 19.530 19.530 19.530
Biaya Sewa Kandang 62.500 62.500 62.500 62.500 Biaya Transportasi 40.000 40.000 40.000 40.000 Biaya Tenaga Kerja 102.077 102.077 102.077 102.077 Total Biaya Produksi 686.404,36 680.323,97 668.746,90 641.331,11
Hasil Penjualan PenjualAyam
Kampung 900.000,00 900.000,00 900.000,00 900.000,00
Feses 20.800 20.800 20.800 20.800
Total Hasil Produksi 920.800 920.800 920.800 920.800
Laba –Rugi 234.395,64 240.476,03 252.053,10 279.468,89
R / C 1,34 1,36 1,38 1,44
28
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan yang menggunakan 30 %
tepung biji durian lebih efisien dibandingkan dengan perlakuan yang
menggunakan 0 %, 10 %, dan 20% tepung biji durian. Hal ini disebabkan karena
biaya pakan dengan 30 % tepung biji durian lebih murah dengan harga
Rp.4.299/kg,dibandingkan harga pakan dengan perlakuan 20% tepung biji durian
yaitu seharga Rp. 4.591,5/kg, dengan perlakuan 10 % tepung biji durian seharga
Tabel 2. Rekapitulasi data survey peternakan masyarakat di Kota Medan (Rp/bulan)
Kriteria penentuan skala usaha adalah berdasarkan jumlah kepemilikan
ternak yang diusahakan. Penentuan batas distribusi frekuensi panjang kelas,
bahwa penentuan rentang yaitu kepemilikan terbesar dikurangi dengan
kepemilikan terkecil di bagi panjang kelas. Pembagian skala usaha berdasarkan
pada rumus :
Interval I = kepemilikan besar – kepemilikan kecil / 2 skala
30
Tabel 3. Rekapitulasi data survey penelitian jika diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian (Rp/bulan)
Pembahasan
Total Biaya Produksi
Pada tabel 1 biaya produksi pemeliharaan ayam kampung jika
diasumsikan 100 ekor selama satu bulan penelitian menunjukkan perbedaan yaitu
dimana rataan biaya produksi pemeliharaan ayam kampung selama penelitian
yang tertinggi terdapat pada perlakuan 0 % tepung biji durian sebesar
Rp.686.404,36,- dan yang terendah pada perlakuan 30 % tepung biji durian
sebesar Rp. 641.331,11. Hal ini terjadi karena pada perlakuan 0 % tepung biji
durian rataan biaya ransumnya sebesar Rp.97.994,77,- lebih besar dibandingkan
biaya ransum pada perlakuan 30 % tepung biji durian yaitu dengan rataan sebesar
Rp. 83.345,96,-, sementara biaya produksi lainnya seperti biaya bibit, obat –
obatan, penyusutan kandang, perlengkapan kandang, tenaga kerja, transportasi
dan biaya listrik air adalah sama. Hal ini seperti diungkapkan oleh
Budiono (1990) bahwa Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan
untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk
menghasilkan barang - barang produksi oleh penelitian. Biaya produksi yang
digunakan meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap yang
dikeluarkan, biaya penyusutan, biaya sewa tanah dan bunga modal. Biaya tidak
tetap antara lain biaya pembelian pakan, biaya pembelian obat-obatan dan biaya
pembayaran listrik dan telepon.
Tabel 2 pada peternakan ayam kampung di Kota Medan memiliki ternak
antara 100 sampai 150 ekor dan dibagi dalam 2 skala yaitu skala 1, skala 2. Tabel
2 rekapitulasi biaya menunjukkan bahwa total biaya produksi tertinggi terdapat
26
total biaya prodiuksi pada skala I Rp.2.439.305,55/bulan. Hal ini terjadi karena
jumlah ternak yang dimiliki pada skala II lebih banyak dibandingkan jumlah
ternak pada skala I sehingga total biaya produksi yang dikeluarkan akan lebih
besar juga. apabila semakin besar skala usaha maka semakin besar pula biaya
produksinya.
Pada tabel 3 jika peternakan ayam kampung di Kota Medan yang
diasumsikan menggunakan pakan 30 % tepung biji durian maka pada skala I total
biaya produksi yang akan dikeluarkan setiap bulan yaitu dengan rataan sebesar
Rp.1.848.332,222/bulan,-, sedangkan pada skala II dengan rataaan sebesar
Rp. 2.075.168,889/bulan,-.
Gambar 1. Total biaya produksi peternakan rakyat yang diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian (Rp/bulan).
1.848.332,222
2.075.168,889
1700000 1750000 1800000 1850000 1900000 1950000 2000000 2050000 2100000
Gambar 2. Total biaya produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30 % (Rp/Ekor/bulan).
Gambar 1 menunjukkan peternakan rakyat di Kota Medan bahwa total
biaya produksi tertinggi per bulannya yaitu pada skala II. Tetapi bila dilihat dari
total biaya produksi per ekornya pada gambar 2 yaitu total biaya produksi
tertinggi terdapat juga pada skala II yaitu sebesar tertinggi sebesar
Rp.17.030,261/ekor/bulan, dibandingkan skala I yaitu sebesar
Rp.16.511,156/ekor/bulan. Hal ini terjadi dikarenakan biaya produksi yang
dikeluarkan seperti biaya pakan, biaya penyusutan kandang, biaya bibit pada
skala II lebih besar dibandingkan pada skala I. Jumlah ini didapat dari total biaya
produksi dibagi jumlah ternak tiap skala.
Total Hasil Produksi
Pada tabel 1 total hasil produksi pemeliharaan ayam kampung jika
diasumsikan 100 ekor selama satu bulan mempunyai hasil produksi yang sama .
Hal ini terjadi karena samanya harga penjualan terhadap hasil produksi seperti
penjualan ayam kampung dan feses sehingga mendapatkan hasil produksi yang
sama juga yaitu sebesar Rp.920.800. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Rasyaf,
28
suatu usaha peternakan, baik yang berupa hasil pokok (misal: penjualan ternak,
baik itu hidup atau karkas) maupun hasil samping (misal: penjualan feses dan
urin) .
Tabel 2 terdapat peternakan ayam kampung di Kota Medan memiliki
ternak antara 100 sampai 150 ekor dan dibagi dalam 2 skala yaitu skala I, dan
skala II. Total hasil produksi dari hasil survey yang dilakukan jika diasumsikan
menggunakan 30 % tepung biji durian pada peternakan di Kota Medan
menunjukkan bahwa memiliki perbedaan pada setiap skala. Dimana total hasil
produksi yang tertinggi terdapat pada skala II yaitu sebesar
Rp. 6.325.000,00/bulan, sedangkan pada sakala I sebesar Rp. 5.037.500/bulan.
Perbedaan total hasil produksi ini pada tiap skala dikarenakan jumlah
pemeliharaan ternak dan jumlah produksi yang dihasilkan berbeda sehingga hasil
produksi yang dihasilkan juga tidak sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Jatmiko, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah volume
penjualan produk danharga jual. Pada umumnya, tujuan utama yang ingin dicapai
suatu perusahaan yaitu untuk memperoleh pendapatan. Volume penjualan
merupakan faktor yang sangat penting mempengaruhi besar kecilnya pedapatan
yang akan didapatkan oleh peternak atas usahanya dalam melakukan
pemeliharaan ayam kampung. Sehingga untuk mendapatkan keuntungan
penjualan yang besar, peternak harus menjaga agar kematian ternaknya sekecil
mungkin. Kemudian untuk harga jual produk merupakan nilai yang berupa uang
untuk menghargai setiap produk yang dihasilkan dari usaha, seperti usaha ternak
ayam pedaging yang produknya berupa ayam hidup yang dihargai dengan
keberhasilan pada suatu usaha peternakan ayam tidak cukup hanya dengan
tercapainya tingkat produksi tapi juga perlu memperhatikan tingkat pembiayaan
produksinya (ekonomis). Tingkat produksi yang tinggi harus dicapai dengan
tingkat pembiayaan yang seminimal mungkin sehingga dicapai tingkat efisiensi
yang tinggi. Dengan demikian, akan diperoleh tingkat keuntungan yang tinggi.
Gambar 3. Total hasil Produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% (Rp/bulan).
30
Tabel 3 pada peternakan rakyat di Kota Medan yang diasumsikan
menggunakan 30 % tepung biji durian diperoleh total hasil produksi tertinggi
terdapat pada skala II yaitu sebesar Rp. 5.483.333,333,-/bulan dibandingkan
dengan dan skala I sebesar Rp. 5.037.500/bulan. Hal ini terjadi karena perbedaan
penerimaan pada masing masing skala dan biaya produksi yang dikeluarkan
seperti biaya pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirokusumo (1991),
juga mengatakan bahwa besarnya biaya pakan dapat mempengaruhi biaya
produksi hingga sebesar 60 – 80 % dari total biaya produksi.
Gambar 4 menunjukkan hasil biaya produksi yang tertinggi yaitu pada
skala I dengan rataan sebesar Rp.45.000/ekor/bulan. Sedangkan skala I rataan
hasil produksi sebesar Rp.28.488/ekor. Hal ini terjadi karena jumlah ternak tiap
skala berbeda sehingga hasil produksi yang di dapatkan juga berbeda.
Laba/Rugi
Analisa laba/rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut
menguntungkan atau rugi dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan
dengan total pengeluaran. Pada tabel 1 analisis laba rugi pada pemeliharaan ayam
kampung yang menggunakan tepung biji durian diasumsikan 100 ekor ayam
kampung selama satu bulan pemeliharaan menunjukkan perbedaan pada setiap
level dimana keuntungan yang tertinggi terdapat pada perlakuan 30 % tepung biji
durian yaitu dengan sebesar Rp.279.468,- dan yang laba/rugi yang terendah
terdapat pada perlakuan 0% tepung biji durian yaitu sebesar Rp.234.395,64,-
sedangkan pada perlakuan 10 % dengan rataan sebesarRp.240.476,03,- dan
biaya produksi yang dikeluarkan pada perlakuan 30% seperti biaya pakan sedikit
dibandingkan pada perlakuan yang lain sedangkan biaya bibit, biaya penyusutan
kandang, biaya tenaga kerja,biaya transportasi, dan biaya obat-obatan adalah
sama. Sehingga total hasil produksi seperti penjualan daging dan feses ayam
kampung yang diperoleh dapat mengimbangi total biaya produksi yang
dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kasmir (2008), yang menyatakan
bahwa total pengeluaran seperti biaya pakan, biaya bibit, biaya obat – obatan,
biaya transportasi, biaya sewa kandang, biaya upah pekerja dan biaya transportasi.
Laporan laba/rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada
suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis – jenis
biaya yang akan dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama.
Keuntungan terendah terdapat pada perlakuan 0% tepung biji durian
dengan rataan sebesar Rp.234.395,64. Karena biaya produksi yang di
keluarkannya lebih besar yaitu pada biaya ransum yang digunakan dibandingkan
hasil produksi yang dihasilkan pada perlakuan tersebut.Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hansen dan Mowen, (2005), yang menyatakan bahwa laba merupakan
ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukkan untuk membuat
dan menjual produk dengan apa yang diterimanya. Perhitungan laba jelas untuk
keputusan manajemen. Bila laba konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada
dalam bisnis tersebut, tetapi jika perusahaan mengalami penurunan produksi
pengusaha dapat mencari produk yang lain akan diolah yang dapat mendatangkan
keuntungan.
Berdasarkan tabel 2 hasil analisis laba/rugi yang dilakukan pada
32
skala, yaitu dimana laba/rugi yang tertinggi terdapat skala II yaitu dengan sebesar
Rp.3.368.888,89/bulan, sedangkan skala terendah pada skala I yaitu dengan
sebesar Rp.2.598.194,44/bulan. Perbedaan laba/rugi ini terjadi dikarenakan
jumlah rataan ternak yang dimilki tiap skala tidak sama, sehingga skala II lebih
menguntungkan.
Pada peternakan ayam kampung masyarakat di kota medan yang
diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% akan menghasilkan laba/rugi
setiap bulannya pada skala II yaitu sebesar Rp. 4.299.831,111/bulan, pada skala I sebesar Rp. 3.189.167,778/ bulan.
Gambar 5. Laba/rugi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% (Rp/bulan)
3.189.167,778
4.299.831,111
0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000 4500000 5000000
Gambar 6. Laba/rugi yang diperoleh pada peternakan rakyat di kotamedan jika diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% (Rp/Ekor/bulan).
Laba/rugi yang diperoleh pada peternakan ayam masyarakat di kota
Medan jika diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian dapat dilihat pada
gambar 5 yang menunjukkan bahwa laba/rugi pada skala II merupakan laba/rugi
yang paling tinggi yaitu sebesar Rp. 4.299.831,111/bulan. Hal ini terjadi karena
semakin kecil biaya produksi akan mengurangi biaya produksi dan dapat
mempengaruhi keuntungan yang diperoleh.
Gambar 6 menunjukkan bahwa laba/rugi per ekornya tertinggi diperoleh
pada skala II yaitu sebesar Rp.35.287,36/ekor, dan yang terendah pada skala
Isebesar Rp. 28.488,84/ekor/bulan.
R/C Ratio
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa R/C ratio yang diperoleh dari
pemeliharaanayam kampung jika diasumsikan 100 ekor yang menggunakan pakan
30% tepung biji durian dianggap memiliki kelayakan untuk dilanjutkan karena
memiliki rataan sebesar 1,44yaitu (R/C > 1), sedangkan pada pakan 20 % tepung
34
pakan 0 % tepung biji durian sebesar 1,34 (R/C > 1) juga layak untuk dijalankan.
Namun R/C tertinggi terdapat pada pakan yang menggunakan 30% tepung biji
durian . Hal ini sesuai dengan pernyataan Kadariah (1997), menyatakan bahwa
untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu
dengan mengukur besarnya pemasukan bagi besarnya pengeluaran, dimana bila :
R/C Ratio > : Efisien
R/C Ratio = 1 : Impas
R/C ratio < 1 : Tidak Efisien
Rataan R/C Ratio tertinggi terdapat pada pakan 30 % tepung biji durian
yaitu sebesar 1,44dan nilai rataan R/C terendah terdapat pada 0% tepung biji
durian yaitu sebesar 1,34.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada peternakan ayam
kampung di masyarakat kota medan dapat dilihat pada tabel 2 dimana memiliki
nilai R/C ratio yang berbeda pada setiap skala . R/C ratio yang tertinggi terdapat
pada skala II sebesar 2,14 , pada skala I sebesar 2,06. Hal ini menunjukkan bahwa
skala II lebih efisien untuk dijalankan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
soekartawi (1986), yang menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan memberikan
manfaat apabila nilai R/C ratio > 1. Semakin besar nilai R/C ratio maka semakin
efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai R/C rationya maka
semakin tidak efisien usah tersebut untuk dijalankan
Jika diasumsikan penggunakan 30% tepung biji durian pada peternakan
ayam kampung di kota medan mengghasilkan R/C ratio yang tertinggi pada skala
II yaitu sebesar 3,07/bulan dan yang terendah pada pada skala I yaitu sebesar
Gambar 7. R/C peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30 % tepung bjii durian (Rp/bulan)
Gambar .8 R/C peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30 % tepung bjii durian (Rp/ekor/bulan)
Pada gambar 8 menunjukkan bahwa peternakan ayam kampung
masyarakat di kota medan menghasilkan R/C pada skala I sebesar2,72 dan pada
skala II menghasilkan R/C sebesar 3,07. Hal ini terjadi karena jumlah penerimaan
36
IOFC
Income OverFeedCost (IOFC) ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha
penggemukan ternak.Income OverFeedCost (IOFC)diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan. Pendapatan merupakan
perkalian antara hasil produksi peternakan berupa daging dan harga jual.Jumlah
ransum yang dihabiskan dikali dengan harga selama masa pembesaran hingga saat
dijual.Nilai yang diperoleh dibandingkan antara pendapatan dengan biaya ransum
tersebut.
Pada tabel 1 dari pemeliharaan ayam kampung jika diasumsikan 100 ekor
dapat dilihat bahwaIncome Over Feed Cost(IOFC) tertinggi terdapat pada pakan 30 % tepung biji durian dengan rataan sebesar 11,70dan rataan terendah terdapat
pada 0 % tepung biji durian yaitu dengan rataan sebesar 9,94, sedangkan pada
pakan 10 % dengan rataan sebesar 10,16dan 20 % dengan rataan sebesar 10,56.
Hal ini sesuai dengan pernyataan prawirokusumo (1990) yang menyatakan bahwa
Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan biaya pakan yang digunakan selama usaha pemeliharaan ternak.
Pada tabel 2 terdapat nilaiIncome Over Feed Cost(IOFC) dari peternakan ayam kampung masyarakat di Kota Medan. Nilai Income Over Feed Cost(IOFC) yang tertinggi berada pada skala II yaitu sebesar 7,41 dan yang terendah terdapat
pada skala I sebesar 7,11. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh biaya produksi
yang dikeluarkan berbeda baik di biaya bibit maupun di biaya pakan sehingga
Pada tabel 3 terdapat peternakan ayam kampung masyarakat di Kota
Medan diasumsikan menggunakan pakan 30% tepung biji durian akan
menghasilkan IOFC tertinggi pada skala II yaitu sebesar 17,58pada skala I sebesar
38
Pada gambar 10 menunjukkan peternakan ayam kampung masyarakat di
Kota Medan diasumsikan menggunakan pakan 30% tepung biji durian akan
menghasilkan IOFC tertinggi pada skala II yaitu sebesar 17,58 skala II sebesar
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Hasil Penelitian laba/rugi di hasil penelitian pemeliharaan ayam
kampung yang menggunakan 30 % tepung biji durian yang dalam
ransum lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan 0% ,10, dan
20% tepung biji durian.
2. Hasil survey peternakan rakyat di Kota Medan skala kepemilikan ternak
yang paling efisien adalah skala II yaitu 7,41 jika dibandingkan dengan
skala I yaitu 7,11.
3. Peternakan rakyat di Kota Medan diasumsikan menggunakan tepung biji
durian sebanyak 30% , skala kepemilikan ternak yang paling efisien
adalah skala II yaitu 17,58, pada skala I yaitu 12,39.
Saran
Disarankan kepada peternak yang berada di Kota Medan untuk
menggantikan pakan komersil dengan menggunakan tepung biji durian sehingga
dapat mengurangi biaya produksi (biaya pakan) dan meningkatkan pendapatan
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, 1990. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1. Edisi kedua. Cetakan ke II. BPFE, YogyakartaCahyono, B., 1998. Ayam Buras Pedaging. Trubus Agriwidy. Yogyakarta
Cahyono,2002.Teknik Budi Daya Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta
Gunawan, 2002.Produktivitas dan Nilai Ekonomis. Kanisius, Yogyakarta.
Hafez dan Drayer. 2000. Reproduction in Farm Animals. Ed. Lea& Febiger.Phildephia. P:385-393. 394-398
Hansen dan Mowen. 2005. Akutansi Manajemen. Jakarta : Saalemba Empat
Harih.2010. Biaya Produksi dan Penerimaan. Liberty. Yogyakarta .
http://sentral ternak.com/2015/12/harga-ternak. html. Diakses tanggal 20 November 2015.
Jatmiko. B, 2006 Presepsi Pengusaha Atas Pengaruh Kesedian Faktor – faktor Produksi Terhadap Laba. Studi Kasus Pada Industri Ayam Ras Pedaging Model Plasma di Kab. Semarang. Program Pasca Sarjana. Program Studi Magister Managemen. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.
Karadiah. 1997. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada, Jakarta Suhaeni, N., 2007. Petunjuk Praktis Beternak Ayam Kampung. Penerbit Nuansa. Bandung
Luthfan., F. Rosyady dan M. Khoiriyah, 2011. Pelet Fermentasi Bahan Pakan Lokal Sebagai Alternatif Pakan Ayam Buras yang Murah.Praktis dan Alami. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Nuraini, I. 2003 Pengantar Ekonomi Mikro. Universitas Muhammadiyah, Malang
Prawirokusumo, S., 1990. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE, Yogyakarta.
Rasyaf, M., 1995. Memelihara Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta
Siregar, E., 2002 Pengaruh Pemberian Tepung Tanjung (Minusops elengi L) dalam Ransum terhadap Performans Kelinci Lokal Umur 8 – 16 Minggu. Skripsi Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
Soekartawi,1995. Dasar Penyususnan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan
Jakarta.
Suhaeni . 2007. Pembibitan Ayam Buras. Cetakan kesembilan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprijatna, E. 2005. Ayam Buras Krosing Petelur . Penebar Swadaya. Jakarta
Supriyadi. 2009. Pengelolaan Ayam Kampung. PT. Penebar Swadaya. Jakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1. Formula Ransum Penelitian
No Bahan Pakan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 T. Jagung(%) 30,00 20,00 10,00 00,00
2 T. Biji Durian(%)
00,00 10,00 20,00 30,00
3 B. Kedelai(%) 9,90 9,90 9,90 9,90
4 Dedak(%) 13,50 12,50 10,50 14,00
4 B. Kelapa(%) 18,00 18,00 19,50 18,50
5 BIS(%) 16,50 16,50 16,50 16,50
6 Tepung Ikan (%) 10,00 10,00 10,00 10,00
7 Premix(%) 0,10 0,10 0,10 0,10
8 M. Nabati(%) 2,00 3,00 3,50 2,00
Total 100 100 100 100
Kandungan Nutrisi
1 PK (%) 19,95 20,34 19,77 19,47
2 EM (%) 2681,61 2670,71 2639,16 2698,21
3 SK (%) 7,17 7,19 7,13 7,17
4 LK (%) 6,00 5,54 6,51 6,28
5 Ca (%) 1,09 1,18 1,00 1,04
Lampiran 2. Harga ransum tiap perlakuan
Perlakuan Bahan Pakan Jumlah Harga pakan Harga ransum
44
Lampiran 3.Biaya Bibit DOC (Rp/ 4 Ekor)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
U1 U2 U3 U4 U5
Lampiran 4.Biaya Obat – obatan Selama Penelitian (Rp/ 4 Ekor)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
U1 U2 U3 U4 U5
Lampiran 5.Biaya Peralatan Kandang Selama Penelitian (Rp/ 4 Ekor)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
U1 U2 U3 U4 U5
P0 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 19.505 3.900,96 P1 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 19.505 3.900,96 P2 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 19.505 3.900,96 P3 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 19.505 3.900,96 Total 15.603,84 15.603,84 15.603,84 15.603,84 15.603,84 78.019,2