• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Biji Durian Pada Ransum Ayam Kampung di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Biji Durian Pada Ransum Ayam Kampung di Kota Medan"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHA PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN

PADA RANSUM AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

WINA ANGRAINI SEMBIRING 100306054

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS USAHA PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN

PADA RANSUM AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

WINA ANGRAINI SEMBIRING 100306054/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul : Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Biji Durian Pada Ransum Ayam Kampung Di Kota Medan

Nama : Wina Angraini Sembiring

NIM : 100306054

Program Studi : Peternakan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ir. Armyn Hakim Daulay, M.BA Ir. R. Edhy Mirwandhono, M.Si Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr.Ir.Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan

(4)

ABSTRAK

WINA A SEMBIRING, 2015,“Analisis Usaha Ayam Kampung Yang Menggunakan Tepung Biji Durian Pada Ransum Di Kota Medan”. Dibimbing oleh ARMYN HAKIM DAULAY dan R. EDHY MIRWANDHONO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan efisiensi nilai ekonomis usaha pemeliharaan ternak ayam kampung dengan pemanfaatan tepung biji durian dalam pakan dengan berbagai level pada ayam kampung umur 0 – 12 minggu.Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Mei 2015 sampai Juli 2015.Penelitian ini menggunakan metode survey untuk menentukan harga pakan yang digunakan dalam penelitian.Perlakuan tepung biji durian terdiri dari level 0% (P0), 10(P1), 20% (P2), 30%(P3). Parameter yang diamati yaitu total biaya produksi, total hasil produksi, analisis laba/rugi, Revenue/Cost ratio (R/C ratio) dan Income Over Feed Cost (IOFC) untuk periode 3 bulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan analisis laba/rugi (Rp/ekor/minggu) tertinggi pada perlakuan P3 (279.468,89) dan laba/rugi terendah pada perlakuan P0 (234.395,64), rataan R/C ratio tertinggi pada perlakuan P3 (1,44) dan terendah pada perlakuan P0 (1,34), rataan IOFC (Rp/ekor/minggu) tertinggi pada perlakuan P3 (11,70) dan terendah pada perlakuan P1 (9,94). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tepung biji durian sebagai campuran bahan pakan dalam ransum sampai level 30% dapat memberikan keuntungan.

(5)

ABSTRACT

WINA A SEMBIRING, 2015, "The Native Chicken Business Analysis Using Seed Flour Durian On Rations In Medan". Guided by ARMYN HAKIM DAULAYand EDHY MIRWANDHONO.

This study aims to determine the feasibility and efficiency of the economic value of the business of raising livestock chicken with durian seed flour utilization in feed at various levels in chicken age 0-12 minggu.Penelitian was conducted at the Laboratory of Animal Biology of the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in May 2015 until July this 2015.Penelitian using a survey method to determine the price of feed used in penelitian.Perlakuan durian seed flour consists of level 0% (P0), 10 (P1), 20% (P2), 30% (P3). Parameters observed that the total cost of production, total production, analysis of profit / loss, Revenue / Cost ratio (R / C ratio) and Income Over Feed Cost (IOFC) for a period of 3 months.

The results showed that the average analysis of profit / loss (USD / head / week), the highest in treatment P3 (279.468,89) and the profit / loss of the lowest in treatment P0 (234.395,64), the average R / C ratio was the highest in treatment P3 (1,44) and the lowest in treatment P0 (1,34), the average IOFC (USD / head / week), the highest in treatment P3 (11,70) and the lowest in treatment P1 (9,94). The conclusion from this study indicate that the durian seed flour as a mixture of feed ingredients in the ration to the level of 30% can provide advantages.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 20 Juni 1993 dari ayah

Drs.P. Sembiring dan ibu R. Br. Munte, penulis merupakan anak ketiga dari

empat bersaudaraTahun 2011 tamat dari SMA Negeri 3 PematangSiantar dan

pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

melalui jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN).Penulis memilih Program Studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Peternakan (IMAPET).Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi

Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP).

Penulis juga telah melakukan praktek kerja lapangan (PKL) pada bulan

Juli 2014 sampai Agustus 2014 di BPTU – HPT Siborong-borong Instalasi Bahal

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik yang berjudul “Analisis Usaha Peternakan Ayam Kampung Yang

Menggunakan Tepung Biji Durian Pada Ransum Di Kota Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua atas doa, semangat

dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Penulis

juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Ir. Armyn Hakim

Daulay, M.BA, selaku ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. R. Edhy

Mirwandhono, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan

arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semua pihak yang ikut

membantu.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada civitas

akademika di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu persatu yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat membantu memberikan informasi dan

bermanfaat bagi ilmu pengetahuan serta pelaku usaha bidang peternakan

(8)

DAFTAR ISI

Analisis Usaha Ternak Ayam Kampung ... 4

Total Biaya Produksi ... 6

Biaya bibit ... 8

Biaya pakan ... 8

Biaya obat-obatan ... 8

Biaya sewa kandang dan peralatan kandang ... 9

Biaya tenaga kerja... 9

Total Hasil Produksi ... 10

Hasil penjualan ayam kampung ... 11

Hasil penjualan kotoran ayam kampung ... 11

Analisis Laba-Rugi (Keuntungan-Kerugian) ... 11

Analisis R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) ... 12

Income Over Feed Cost (IOFC) ... 13

Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung ... 13

(9)

Metode Pengambilan Data ... 17

Parameter Penelitian ... 17

Total biaya produksi ... 17

Total hasil produksi ... 17

Analisis laba rugi (keuntungan-kerugian) ... 17

Analisis R/C ratio (revenue cost ratio) ... 18

Analisis IOFC (income over feed cost) ... 18

Pelaksanaan Penelitian ... 19

Prosedur Kerja ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Total Biaya Produksi ... 25

Total Hasil Produksi ... 27

Analisis Laba/Rugi ... 30

Analisis Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) ... 33

Income Over Feed Cost (IOFC) ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Rekapitulasi data hasil penelitian dengan menggunakan tepung biji durian (Rp/bulan) ... 22

2. Rekapitulasi data survey peternakan masyarakat di Kota Medan

(Rp/bulan) ... 23

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Prosedur Kerja Pembuatan Tepung Biji Durian... 20

2. Total biaya produksi peternakan rakyat yang diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian (Rp/bulan) ... 27

3. Total biaya produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30%(Rp/Ekor/bulan) ... 28

4. Total hasil Produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian30% (Rp/bulan) ... 30

5. Total hasil Produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% (Rp/ekor/bulan) ... 30

6. Laba/Rugi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30% tepung biji durian (Rp//bulan) ... 33

7. Laba/Rugi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30% tepung biji durian (Rp/ekor/bulan) ... 34

8. R/C peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30% tepung biji durian (Rp//bulan) ... 36

9. Laba/Rugi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30% tepung biji durian (Rp/ekor//bulan) ... 36

10.IOFC pada peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30% tepung biji durian (Rp//bulan) ... 38

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Formula ransum ayam penelitian ... 42

2. Harga ransum tiap perlakuan ... 43

3. Harga bibit DOC (Rp/4 ekor) ... 44

4. Biaya obat-obatan selama penelitian (Rp/4 ekor) ... 44

5. Biaya peralatan kandang selama penelitian (Rp/4 ekor) ... 44

6. Biaya sewa kandang selama penelitian (Rp/4 ekor) ... 45

7. Biaya transportasi selama penelitian (Rp/4 ekor) ... 45

8. Biaya tenaga Kerja (Rp/4 ekor) ... 45

9. Data rataan konsumsi ransum (gr/4ekor) ... 45

10. Biaya konsumsi ransum selama penelitian (gr/4ekor) ... 46

11. Data rataan konsumsi ransum Per Minggu selama Penelitian (gr/4ekor) .... 47

12. Total BiayaProduksi selama penelitian (gr/ 4 ekor)... 48

13. Rataan PBB ayam kampung selama penelitian... 49

14. Hasil penjualan ayam kampung selama penelitian (kg/4ekor) ... 50

15. Hasil penjualan feses selama penelitian (Rp/ekor) ... 50

16. Total hasil produksi selama penelitian (Rp/ekor) ... 50

17. Laba-rugi ... 50

18. R/C Ratio ... 51

19. IOFC ... 51

20. Biaya bibit di peternakan masyarakat(Rp/ekor)... 51

(13)

22. Biaya Penyusutan kandang dan peralatan kandang di petenakan masyarakat (Rp/ekor) ... 53

23. Biaya obat-obatan dan transportasi di peternakan masyarakat (Rp/ekor).... 54

24. Total biaya produksi peternakan masyarakat (Rp/ekor) ... 55

25. Konsumsi Pakan dan biaya pakan bila diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian (Rp/ekor) ... 56

(14)

ABSTRAK

WINA A SEMBIRING, 2015,“Analisis Usaha Ayam Kampung Yang Menggunakan Tepung Biji Durian Pada Ransum Di Kota Medan”. Dibimbing oleh ARMYN HAKIM DAULAY dan R. EDHY MIRWANDHONO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan efisiensi nilai ekonomis usaha pemeliharaan ternak ayam kampung dengan pemanfaatan tepung biji durian dalam pakan dengan berbagai level pada ayam kampung umur 0 – 12 minggu.Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Mei 2015 sampai Juli 2015.Penelitian ini menggunakan metode survey untuk menentukan harga pakan yang digunakan dalam penelitian.Perlakuan tepung biji durian terdiri dari level 0% (P0), 10(P1), 20% (P2), 30%(P3). Parameter yang diamati yaitu total biaya produksi, total hasil produksi, analisis laba/rugi, Revenue/Cost ratio (R/C ratio) dan Income Over Feed Cost (IOFC) untuk periode 3 bulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan analisis laba/rugi (Rp/ekor/minggu) tertinggi pada perlakuan P3 (279.468,89) dan laba/rugi terendah pada perlakuan P0 (234.395,64), rataan R/C ratio tertinggi pada perlakuan P3 (1,44) dan terendah pada perlakuan P0 (1,34), rataan IOFC (Rp/ekor/minggu) tertinggi pada perlakuan P3 (11,70) dan terendah pada perlakuan P1 (9,94). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tepung biji durian sebagai campuran bahan pakan dalam ransum sampai level 30% dapat memberikan keuntungan.

(15)

ABSTRACT

WINA A SEMBIRING, 2015, "The Native Chicken Business Analysis Using Seed Flour Durian On Rations In Medan". Guided by ARMYN HAKIM DAULAYand EDHY MIRWANDHONO.

This study aims to determine the feasibility and efficiency of the economic value of the business of raising livestock chicken with durian seed flour utilization in feed at various levels in chicken age 0-12 minggu.Penelitian was conducted at the Laboratory of Animal Biology of the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in May 2015 until July this 2015.Penelitian using a survey method to determine the price of feed used in penelitian.Perlakuan durian seed flour consists of level 0% (P0), 10 (P1), 20% (P2), 30% (P3). Parameters observed that the total cost of production, total production, analysis of profit / loss, Revenue / Cost ratio (R / C ratio) and Income Over Feed Cost (IOFC) for a period of 3 months.

The results showed that the average analysis of profit / loss (USD / head / week), the highest in treatment P3 (279.468,89) and the profit / loss of the lowest in treatment P0 (234.395,64), the average R / C ratio was the highest in treatment P3 (1,44) and the lowest in treatment P0 (1,34), the average IOFC (USD / head / week), the highest in treatment P3 (11,70) and the lowest in treatment P1 (9,94). The conclusion from this study indicate that the durian seed flour as a mixture of feed ingredients in the ration to the level of 30% can provide advantages.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam kampung yang memiliki kelebihan seperti daya tahan tubuhnya

tinggi dan cepat beradaptasi terhadap lingkungan. Ditinjau dari segi permodalan,

memelihara ayam kampung relatif lebih murah dan tidak serumit pengelolaan

ternak ayam ras. Harga daging ayam kampung dipasaran tidak tergantung pada

jenisnya. Melainkan pada berat badannya. Hal ini dapat mendorong banyak

peternak melakukan usaha peternakan ayam kampung. Untuk meningkatkan

produksi daging yang tinggi sangat diperlukan pemberian ransum yang baik juga,

salah satunya yaitu tepung biji durian.

Kesulitan dalam memenuhi permintaan akan produk dari ayam kampung

disebabkan oleh produktivitas dari ayam kampung yang masih rendah

dibandingkan dengan ayam ras. Rendahnya produktivitas dari ayam kampung ini

disebabkan karena kebanyakan dari petani dalam mengusahakan ayam kampung

masih secara tradisional. Sifat genetik ayam kampung merupakan tipe ayam yang

kecil dengan pertumbuhan yang lambat dan daya alih (konversi) makanan menjadi

produk protein esensial yang juga rendah. Semua kekurangan tersebut tentu perlu

diatasi agar diperoleh hasil yang memuaskan. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan memperbaiki kualitas pakan yang diberikan kepada ayam

kampung.

Produksi durian di Indonesia cukup melimpah. Data Biro Pusat Statistik

(2004) menunjukkan bahwa produksi durian meningkat setiap tahun. Seiring

dengan meningkatnya luas daerah panen durian yaitu dari 24.031 ha pada tahun

(17)

durian di Indonesia sebesar 194.359 ton pada tahun 2002. Pada tahun 2010

produksi durian sebanyak 491.179 ton. Pada tahun 2013 produksi durian sebesar

759,054 ton. Untuk daerah sumatera utara jumlah produksi durian pada tahun

2015 sebesar 202.580 ton. Durian tersebut berasal dari berbagai daerah yaitu dairi,

sidikalang, tanah jawa, tiga lingga, sibolga. Untuk 3 buah durian berukuran besar

memiliki rataan berat sebesar 3,5 kg. Terdiri dari kulit durian 2 kg, biji duriannya

1 kg, dan dagingnya sebesar 500 gr. Untuk 3 buah durian berukuran sedang

memiliki rataan berat sebesar 2 kg. Terdiri dari kulit durian 1 kg, biji durian

sebesar 700 gr dan daging duriannya sebesar 300 gr. Untuk 3 buah durian

berukuran kecil memiliki berat sebesar 1 kg. Terdiri dari kulit durian sebesar 500

gr, biji durian sebesar 300 gr dan daging durian sebesar 200 gr. Untuk durian

berukuran besar yang memiliki biji durian dengan rataan berat sebesar 1 kg dapat

menghasilkan 500 gr tepung biji durian. Hal ini terjadi karena adanya penyusutan

berat disebabkan oleh proses penjemuran, mencoper dan menggrinder sehingga

menyebabkan penyusutan hingga 50 %. Dari data tersebut kita ketahui bahwa

produksi durian terus meningkat, hal tersebut sangat memberikan potensi untuk

memanfaatkan limbah durian untuk diolah menjadi pakan ternak. Data biro pusat

statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi ayam kampung di sumatera utara

pada tahun 2014 mencapai 19.539 ekor. Beternak ayam kampung dapat menjadi

salah satu peluang yang berpotensial untuk dijadikan salah satu usaha karena

permintaan ayam kampung tiap tahun semakin meningkat.

Analisa usaha dalam suatu peternakan ayam kampung merupakan hal yang

penting bagi suatu peternakan untuk mengetahui prospek kedepannya, Untuk

(18)

3

dijalankan. Dengan analisis usaha dapat memberikan informasi tentang modal

yang diperlukan biaya untuk bibit, ransum, kandang, peralatan kandang, dan

lamanya modal kembali dengan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Pemanfaatan tepung biji durian sebagi salah satu bahan penyusun ransum

ternak unggas dapat dilakukan disebabkan limbah tersebut mempunyai kandungan

zat – zat makanan yang cukup tinggi terutama kandungan karbohidratnya.

Kandungan karbohidrat limbah yang tinggi merupakan potensi yang perlu

dimanfaatkan. Disamping itu biji durian juga mengandung protein dan lemak. Biji

durian mengandung 51,1 % air, 46,2 % karbohidrat, 2,5 % protein dan 0,2 %.

Kadar karbohidrat biji durian lebih tinggi dibandingkan singkong (karbohidrat

34,7 %), ataupun ubi jalar (karbohidrat 27,9 %). Kandungan karbohidrat yang

tinggi ini memungkinkan dimanfaatkannya biji durian sebagai bahan pakan

ternak.

Rumusan Masalah

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ayam kampung

yaitu biaya produksi. Biaya produksi diantaranya terdapat harga pakan, harga

bibit, biaya obat – obatan, sewa kandang dan biaya peralatan kandang, dan biaya

transportasi. Namun yang paling membutuhkan biaya besar yaitu biaya pakan.

Salah satu upaya alternatif untuk mengurangi biaya produksi ransum dalam

pemeliharaan yaitu dengan memanfaatkan tepung biji durian.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kelayakan pemanfaatan pemberian biji durian yang

(19)

mengetahui efisiensi nilai ekonomis dan IOFC usaha pemeliharaan ternak ayam

kampung.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti

atau masyarakat peternak ayam kampung dalam pengembangan usaha peternakan

mengenai pemanfaatan tepung biji durian dalam pakan dengan berbagai level

terhadap ayam kampung umur 0 – 12 minggudalam ransum ayam kampung

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Usaha Ayam Kampung

Analisa usaha dilakukan untuk mengukur atau menghitung apakah usaha

tersebut menguntungkan atau merugikan. Analisa usaha memberikan gambaran

kepada peternak untuk melakukan perencanaan usaha. Dalam analisis usaha

diperlukan beberapa asumsi dasar. Asumsi dasar dapat berubah sesuai dengan

perkembangan waktu (Supriyadi, 2009).

Untuk meningkatkan populasi, produksi, produktivitas, dan efisiensi usaha

dalam ayam kampung, sistem pemeliharaannya harus ditingkatkan dari tradisional

ke arah yang lebih intensif dengan menerapkan teknologi. Budidaya ayam

kampung secara lebih intensif diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap

peningkatan perekonomian masyarakat, karena dengan penerapan teknologi akan

meningkatkan produktivitas ayam kampung dan pendapatan petani. Menurut

Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 948/Kpts/OT.210/10/97,

usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan

dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat yang diselenggarakan

secara teratur dan terus-menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu

tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk

menghasilkan ternak bibit/ternak potong, telur, susu serta menggemukan suatu

jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan. Modal

dalam usahatani yang didalamnya termasuk usaha peternakan ayam petelur dapat

diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang

digunakan untuk menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak

(21)

Untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam kampung pedaging

maka diperlukan analisis biaya dan penerimaan pada akhir masa produksi. Dengan

demikian akan diketahui modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya

untuk bibit, ransum, kandang, dan lamanya modal kembali dan keuntungan yang

diperoleh (Cahyono, 1998).

Keberhasilan pada suatu usaha peternakan ayam tidak cukup hanya dengan

tercapainya tingkat produksi tapi juga perlu memperhatikan tingkat pembiayaan

produksinya (ekonomis). Tingkat produksi yang tinggi harus dicapai dengan

tingkat pembiayaan yang seminimal mungkin sehingga dicapai tingkat efisiensi

yang tinggi. Dengan demikian, akan diperoleh tingkat keuntungan yang tinggi

(Suprijatna, 2005).

Pakan merupakan faktor yang cukup menentukan dalam suatu usaha

peternakan ayam. Hal ini bisa dilihat dari besarnya komponen biaya yang harus

dikeluarkan untuk sektor ini, yaitu 60 - 70% dari total biaya produksi. Oleh karena

itu, penggunaan makanan haruslah dilakukan seefisien mungkin, tanpa

mengabaikan kebutuhan ayam. Salah satunya adalah melalui pemberian makanan

dalam imbalan yang tepat.

Kondisi yang akan terkait dengan masalah utama dalam pengembangan

ayam kampung adalah rendahnya produktivitas. Salah satu faktor penyebabnya

adalah sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional, jumlah pakan yang

diberikan belum mencukupi dan pemberian pakan yang belum mengacu kepada

kaidah ilmu nutrisi terutama sekali pemberian pakan yang belum

memperhitungkan kebutuhan zat-zat makanan untuk berbagai tingkat produksi

(22)

7

Ayam kampung memiliki arti penting bagi pembangunan peternakan di

Indonesia. Ayam kampung merupakan bahan pangan sumber protein hewani guna

memenuhi kebutuhan masyarakat dan sebagai ternak yang dapat dijadikan usaha

sambilan bagi mayarakat, terutama yang tinggal di pedesaan (Suprijatna, 2005).

Karena harganya yang mahal maka ayam kampung dan telurnya

dikonsumsi secara terbatas oleh beberapa kalangan. Di zaman modern, orang

lebih banyak mengkomsumsi daging ayam potong dan telur ayam petelur .Karena

kondisi seperti itu maka kita sangat layak untuk mengembangbiakkan ayam

kampung secara lebih baik dan intensif. Hal ini layak untuk dilakukan karena

daging ayam kampung jauh lebih enak, gurih, lezat dan lebih dibandingkan ayam

jenis lainnya khususnya ayam potong (Suhaeni, 2007).

Populasi ayam kampung dan selera konsumen terhadap ayam kampung

sangat tinggi. Hal ini terlihat dari pertumbuhan populasi dan permintaan ayam

kampung yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, dimana pada tahun

2001 – 2005 terjadi peningkatan sebanyak 4,5 % dan pada tahun tahun

2005 – 2009 konsumsi ayam kampung dari 1,49 juta ton meningkat menjadi

1,52 juta ton (Aman, 2011).

Total Biaya Produksi

Adanya perencanaan biaya produksi maka anggaran biaya produksi

diketahui. Pengontrolan terhadap perkembangan usaha untuk mencapai

peningkatan produktivitas dapat dilakukan. Untuk tercapainya tujuan tersebut

maka perlu dilakukan suatu sistem pelaporan yang dibuat sedemikian rupa

sehingga dapat digunakan sebagai alat pengawasan dan pengambilan keputusan.

(23)

pembiayaan dan pelaksanaan. Produksi biaya terbagi dua yaitu biaya tetap dan

biaya tidak tetap.

Biaya produksi menurut Harih (2010), adalah semua pengeluaran

perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk

menghasilkan barang-barang produksi oleh perusahaan tersebut.

Biaya produksi dibagi atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap

merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada

perubahan volume produksi atau sedangkan biaya variabel adalah biaya yang

secara total berubah sesuai dengan perubahan volume produksi (Kasmir,2008).

Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi karena biaya

produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harga. Maka dapat

dikatakan bahwa biaya produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban

yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang

atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen (Nuraini, 2003).

Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh

faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang - barang

produksi oleh penelitian. Biaya produksi yang digunakan meliputi biaya tetap dan

biaya tidak tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan, biaya penyusutan, biaya sewa

tanah dan bunga modal. Biaya tidak tetap antara lain biaya pembelian pakan,

biaya pembelian obat-obatan dan biaya pembayaran listrik dan telepon

(24)

9

Biaya Bibit

Biaya bibit adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit. Harga

biaya bibit diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah bibit dengan harga per

ekor DOC. Harga bibit ayam kampung (DOC) mencapai Rp.7.000. Pemilihan

bibit ayam yang dipelihara sangat penting untuk diperhatikan, karena menentukan

keberhasilan dalam beternak. DOC (Day old chick) yang baik mempunyai sifat yang lincah, tidak mempunyai cacat tubuh dan tidak menunjukkan adanya

penyakit - penyakit tertentu (Sentral-ternak, 2013).

Biaya Pakan

Biaya pakan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang

diperoleh dari hasil perkalian antara pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan

perkilogramnya. Efisiensi penggunaan pakan diharapkan mampu mengurangi

dampak dari kenaikan harga pakan yang seringkali berfluktuasi dan sangat

mempengaruhi tingkat pendapatan peternak. Biaya yang dikeluarkan untuk

pembelian pakan ayam kampung yang berjumlah 100 ekor ialah sebesar

Rp. 21791,25, dimana biaya ini terdiri dari pakan komersial dan pakan olahan.

Harga pakan yang cenderung naik dan berfluktuasi dipengaruhi oleh kondisi

tingkat harga bahan baku pembuatan pakan (Luthfan et al., 2011).

Biaya Obat-obatan

Biaya obat-obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat-obatan

yang diberikan pada ternak yang terserang penyakit. Pengobatan pada ternak

diharapkan dapat mengurangi resiko kematian, menghambat penyebaran penyakit

(25)

Luthfan et al., (2011) biaya yang dikeluarkan untuk membeli vitamin dan vaksin untuk ayam kampung sebesar Rp. 83.200/bulan.

Biaya Sewa Kandang dan Peralatan Kandang

Biaya sewa kandang adalah biaya yang dikeluarkan untuk

penggunaan kandang yang diperhitungkan berdasarkan nilai sewa kandang.

Kandang berfungsiuntuk melindungi ternak dari hujan dan mengurangi stimulasi

yang dapat menyebabkan ternak stres. Biaya peralatan kandang adalah biaya

yangdigunakan untuk membeli perlengkapan kandang selama pemeliharaan

ternak. Biaya perlengkapan kandang sebesar Rp. 328.120,00- untuk 100 ekor

ayam kampung meliputi kandang, tempat minum dan tempat pakan. Menurut

Santoso (2009) Peralatan kandang lainnya antara lain meliputi, instalasi listrik,

instalasi air minum, alas kandang, pemanas ruangan, tirai kandang.

Biaya Tenaga Kerja

Biaya atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan

untuk memelihara beberapa ternak. Setiap proses produksi diperlukan

tenaga kerja yang cukup memadai. Berdasarkan UMRP SUMUT 2015

(Upah Minimum Regional Provinsi Sumatera Utara) saat ini sebesar

Rp. 1.851.000/bulan. Menurut Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan

Pengolahan Hasil Peternakan (1985) bahwa 1 orang tenaga kerja dapat

memelihara 1088 ekor ayam, sehingga biaya tenaga kerja pemeliharaan

1 ekor ayam/bulan adalah sebesar Rp. 1.851.000/1088 ekor ayam =

Rp. 1.701.-/ekor/bulan. Menurut Rasyaf (1992) jumlah tenaga kerja yang

(26)

11

sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang

masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis

kelamin, musim dan upah tenaga kerja.

Total Hasil Produksi(Pendapatan)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah volume penjualan

produk dan harga jual. Pada umumnya, tujuan utama yang ingin dicapai suatu

perusahaan yaitu untuk memperoleh pendapatan. Volume penjualan merupakan

faktor yang sangat penting mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang akan

didapatkan oleh peternak atas usahanya dalam melakukan pemeliharaan ayam

kampung. Sehingga untuk mendapatkan keuntungan penjualan yang besar,

peternak harus menjaga agar kematian ternaknya sekecil mungkin. Kemudian

untuk harga jual produk merupakan nilai yangberupa uang untuk menghargai

setiap produk yang dihasilkan dari usaha, seperti usaha ternak ayam pedaging

yang produknya berupa ayam hidup yang dihargai dengan sejumlah uang setiap

kilogramnya (Jatmiko,2006).

Setelah perencanaan produksi pembiayaan disusun maka selanjutnya perlu

diakukan perencanaan hasil usaha.Perencanaan hasil usaha dihitung berdasarkan

hasil penjualan produk, biaya pemasaran dan biaya produksi (Suprijatna, 2005).

Pendapatan usaha merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh oleh

suatu usaha peternakan, baik yang berupa hasil pokok (misal: penjualan ternak,

baik itu hidup atau karkas) maupun hasil samping (misal: penjualan feses dan

(27)

Hasil Penjualan Ayam Kampung

Menurut Kotler (1994) harga jual ditetapkan oleh pembeli dan penjual

dalam suatu proses tawar menawar, penjual akan meminta harga jual yang lebih

tinggi dari yang diharapkan diterimanya, sedangkan pembeli akan menawarkan

lebih rendah dari yang diharapkan akan dibayarnya. Dengan tawar-menawar

mereka akan sampai pada suatu kesepakatan tentang harga yang disetujui.

Harga jual ayam kampung lebih mahal dari pada harga daging ayam

ras.Harga ayam kampung pedaging bisa mencapai Rp. 40.000-Rp. 45.000/kg di

pasar. Sementara itu, harga jual ayam ras pedaging hanya berkisar belasan ribu

saja (Sentral-ternak, 2013).

Hasil Penjualan Kotoran Ayam Kampung

Penjualan kotoran ayam kampung diperoleh dari harga jual kotoran ayam

kampung per kilogramnya. Harga pupuk yang berasal dari kotoran ayam di

pasaran mencapai Rp. 450/kg, dalam keadaan basah harga kotoran ayam adalah

Rp. 300/kg (Sentral-ternak, 2013).

Analisa Ratio Keuangan

Analisis Laba Rugi

Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan

masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya.

Perhitungan laba jelas untuk keputusan manajemen. Bila laba konsisten positif,

perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika perusahaan

mengalami penurunan produksi pengusaha dapat mencari produk yang lain akan

(28)

13

Keuntungan (laba) suatu usaha secara matematis dapat dituliskan sebagai

berikut :

K = TR – TC

Dimana :

K = keuntungan

Total Revenue = total penerimaan kembali

Total Cost = total pengeluaran

Total pengeluaran seperti biaya pakan, biaya bibit, biaya obat – obatan,

biaya transportasi, biaya sewa kandang, biaya upah pekerja dan biaya transportasi.

Laporan laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada

suatu periodeke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis – jenis

biaya yang akan dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama

(Kasmir, 2008).

Analisis R/C Ratio (revenue cost ratio)

Menurut Kadariah (1997), Untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha

dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan bagi

besarnya pengeluaran, dimana bila :

R/C Ratio > : Efisien

R/C Ratio = 1 : Impas

R/C ratio < 1 : Tidak Efisien

MenurutCahyono (2002), pendapatan dan keuntungan usahatani yang

besar tidak selalu mencerminkan tingkat efisiensi usaha yang tinggi. Guna

(29)

merupakan singkatan dari return cost ratio, atau dikenal dengan perbandingan

antara penerimaan dan biaya.

Income Over F eed Cost (IOF C)

Income OverFeedCost (IOFC )ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha

penggemukan ternak. Income Over Feed Cost (IOFC) diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan. Pendapatan

merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan berupa daging dan harga

jual. Jumlah ransum yang dihabiskan dikali dengan harga selama masa

pembesaran hingga saat dijual. Nilai yang diperoleh dibandingkan antara

pendapatan dengan biaya ransum tersebut (Siregar,2002).

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan biaya pakan yang digunakan selama usaha pemeliharaan ternak

(Prawirokusumo, 1990).

Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung

Pertumbuhan pada ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Pada faktor lingkungan yang paling mempengaruhi adalah pakan. Hafez dan

Dryer (2000) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah

hereditas, pakan dan kondisi lingkungan. Penurunan bobot badan akan terjadi

pada ternak pada fase pertumbuhan bila diberikan pakan dengan kandungan

nutrisi yang rendah. Sutardi (1997) menyatakan bahwa ternak ayam kampung

akan dapat tumbuh secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya bila

(30)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sembilan desa yang ada dikota Medan yaitu

desa Tanjung Slamat, Tanjung Anom, Tanjung Rejo, Gedung Johor, Kedai

Durian, Desa Suka Maju, Namu Gajah, Sidomulyo, Ladang Bambu.Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2015

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini Quisioner, bahan

baku, komponen biaya produksi, asumsi – asumsi biaya dan Peternak yang ada di

Desa Tanjung Slamat, Desa Tanjung Anom, Desa Tanjung Rejo, Desa Gedung

Johor, Desa Kedai Durian, Desa Suka Maju, Desa Namu Gajah, Desa Sidomulyo,

Desa Ladang Bambu

Alat

Adapun alat yang digunakan adalah buku data dan alat – alat tulis

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey yaitu untuk mengetahui harga

jual ayam kampung dan mengetahui biaya produksinya.Informasi tentang harga

ayam kampung di suatu peternakan yang ada di Medan diperoleh dengan

melakukan pengamatan langsung.Data dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

informasi yang dapat dilihat secara langsung di lingkungan peternakan ayam

(31)

Data Usaha Peternakan

Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) kota medan menyatakan

bahwa terdapat 21 kecamatan yang ada di kota Medan. Dalam penelitian ini,

sampel diambil dari 3 kecamatan. Diantara tiga kecamatan tersebut terdiri tiga

desa dari masing masing kecamatan yaitu Desa Tanjung Slamat, Desa Tanjung

Anom, Desa Tanjung Rejo, Desa Gedung Johor, Desa Kedai Durian, Desa Suka

Maju, Desa Namu Gajah, Desa Sidomulyo, Desa Ladang Bambu. Alasan

pemilihan kecamatan dan desa dikarenakan masih daerah perkampungan Masih

memiliki banyak peternak ayam kampung memiliki lahan yang cukup untuk

beternak.

Penentuan Kepemilikan Skala Usaha Peternakan Masyarakat

Interval I = kepemilikan besar – kepemilikan kecil / 2 skala

Interval = 150 – 100 / 2 skala = 25 ekor

1. Skala I = 100+ 25 = 125 ekor

Jumlah ternak 100 – 125 ekor

2. Skala II = 126 + 25 = 151 ekor

Jumlah ternak 126 – 151 ekor

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi langsung

ke peternakan untuk mengetahui keadaan lokasi dan wawancara seputar tentang

peternakan tersebut.Dalam wawancara pengumpulan data yang digunakan adalah

data sekunder dari instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik

(BPS).sedangkan data primer yaitu data dari peternak ayam kampung yang di

(32)

Analisis Data

Analisis Data Analisis data yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data, dengan pengamatan

langsung terhadap suatu obyek penelitian guna mengetahui keadaan lokasi

usaha dan karakteristik peternakan ayam kampung

2. Analisis ekonomi atau kuantitatif yang digunakan untuk melakukan

perhitungan sebagai berikut:

a. Total biaya TC = FC + VC

Keterangan : TC = Biaya total

FC = Biaya tetap

VC = Biaya tidak tetap

b. Total penerimaan TR = (p1 x Q) + (p2 x Q)

Keterangan : TR = Total revenue

p1 = Harga / kg daging

p2= Harga / hasilsamping

Q = Tingkat produksi

c. Pendapatan ∏ = TR – TC

Keterangan :∏ = Pendapatan

TR = Total revenue

TC = Total cost

d. R/C rasio

Keterangan :

(33)

C = Total biaya

Kriteria penilaian R/C rasio sebagai berikut :

R/C rasio > 1, usaha peternakan ayam kampung layak dikembangkan.

R/C rasio = 1, usaha peternakan ayam petelur tersebut tidak untung tidak rugi

(impas).

R/C rasio < 1, usaha peternakan ayam petelur tidak layak dikembangkan.

e. IOFC = (Bobot Badan Akhir – Bobot Badan Awal ayam) x Harga Jual ayam/kg - (Total Konsumsi Pakan x Harga Pakan Perlakuan/kg)

Metode Pengambilan Data

Dilakukan survey dan observasi langsung ke peternakan dan melakukan

wawancara seputar peternakan

1. Survey dilaksanakan Desa Tanjung Slamat, Desa Tanjung Anom, Desa

Tanjung Rejo, Desa Gedung Johor, Desa Kedai Durian, Desa Suka Maju,

Desa Namu Gajah, Desa Sidomulyo, Desa Ladang Bambu

2. Pengambilan data dengan menggunakan Quisioner

3. Melakukan analisis ekonomi dari hasil penelitian performance

pemanfaatan tepung biji durian dan membandingkan dengan peternakan

yang menggunakan pakan konvensional

Parameter Penelitian

1. Total Biaya Produksi

Total Biaya Produksi atau total pengeluaran yaitu biaya – biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara

menghitung biaya bibit, biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya pembuatan

kandang, biaya sewa lahan dan biaya obat – obatan

(34)

Total Hasil Produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang

dihasilkan dalam kegiatan ekonomi yang diperoleh dengan cara

menghitung penjualan ayam kampung dan kotoran ayam.

3. Laba – Rugi

Analisa laba – rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut

menguntungkan atau rugi dengan cara menghitung selisih antara total

penerimaan dengan total pengeluaran.

Keuntungan (laba) suatu usaha dapat diperoleh dengan cara :

K = TR – TC

Keterangan :

K = Keuntungan

TR = total penerimaan

TC = total pengeluaran

Total pengeluaran seperti biaya pakan, biaya bibit, biaya obat – obatan,

biaya transportasi, biaya sewa kandang, biaya upah pekerja dan biaya transportasi,

biaya peralatan kandang. Laporan laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan

yang diperoleh pada suatu periode ke periode berikutnya.

4. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

R/C ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya

yang dikeluarkan

(35)

Total Biaya Produksi

5. Income Over F eed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost diperoleh dengan cara menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi dengan biaya ransum. Pendapatan

merupakan perkalian antara penambahan bobot badan akibat

perlakuan(dalam Kg bobot hidup) dengan harga jual, sedangkan biaya

ransum adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pertumbuhan

bobot badan ternak (Prawirokusumo, 1990).

Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang

dibutuhkan pada saat survey seperti Quisioner, dan Buku data

2. Survey Pendahuluan

Melakukan survey pendahuluan untuk mengetahui keadaan dan situasi

peternakan agar mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan survey

pagi, siang atau pada malam hari dan menentukan lokasi yang akan disurvey

3. Survey dan Melakukan Wawancara

Survey dilakukan di peternakan yang telah dipilih dan dilakukan wawancara

dengan menggunakan Quesioner yang telah di siapkan.

4. Tabulasi Data

Mengumpulkan dan menyusun data – data yang telah di dapatkan dari survey

yang telah dikumpulkan

(36)

Dianalisis data yang sudah terkumpul untuk mengetahui data – data mana

yang kita perlukan dan dapat menjadi sebuah informasi bagi penelitian tersebut

6. Menyimpulkan Data

Disimpulkan semua data menjadi sebuah rangkuman informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian

Prosedur kerja

Gambar 1. Prosedur kerja pengolahan biji durian

Biaya pengolahan biji durian sebesar Rp. 170.000,00,-. Biaya tersebut

terdiri dari Biji Durian Rp. 70.000 untuk 50 kg, sedangkan biaya untuk Coper,

Grinder, dan biaya transportasi adalah sebanyak Rp. 100.000,00,- . Pengumpulan biji durian

Pembersihan biji dengan air

mengalir

Penganginan / dikeringkan

Di cacah / Di coper

Di Keringkan Kembali

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Rekapitulasi data hasil penelitian dengan menggunakan tepung biji durian

ANOVA IOFC

SK JK db KT Fhit 0,05 0,01

Perlakuan 9,231175 3 3,077058333 10,18657375 3,238871522 5,292214052

Galat 4,83312 16 0,30207

Total 14,064295 19

PARAMETER PERLAKUAN

0 % 10 % 20 % 30 %

Biaya Bibit 140.000 140.000 140.000 140.000

Biaya Pakan 97.994,77 96.018,64 92.256,09 83.345,96 Biaya Obat – Obatan 20.800 20.800 20.800 20.800 Biaya

PeralatanKandang 19.530 19.530 19.530 19.530

Biaya Sewa Kandang 62.500 62.500 62.500 62.500 Biaya Transportasi 40.000 40.000 40.000 40.000 Biaya Tenaga Kerja 102.077 102.077 102.077 102.077 Total Biaya Produksi 686.404,36 680.323,97 668.746,90 641.331,11

Hasil Penjualan PenjualAyam

Kampung 900.000,00 900.000,00 900.000,00 900.000,00

Feses 20.800 20.800 20.800 20.800

Total Hasil Produksi 920.800 920.800 920.800 920.800

Laba –Rugi 234.395,64 240.476,03 252.053,10 279.468,89

R / C 1,34 1,36 1,38 1,44

(38)

28

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan yang menggunakan 30 %

tepung biji durian lebih efisien dibandingkan dengan perlakuan yang

menggunakan 0 %, 10 %, dan 20% tepung biji durian. Hal ini disebabkan karena

biaya pakan dengan 30 % tepung biji durian lebih murah dengan harga

Rp.4.299/kg,dibandingkan harga pakan dengan perlakuan 20% tepung biji durian

yaitu seharga Rp. 4.591,5/kg, dengan perlakuan 10 % tepung biji durian seharga

(39)

Tabel 2. Rekapitulasi data survey peternakan masyarakat di Kota Medan (Rp/bulan)

Kriteria penentuan skala usaha adalah berdasarkan jumlah kepemilikan

ternak yang diusahakan. Penentuan batas distribusi frekuensi panjang kelas,

bahwa penentuan rentang yaitu kepemilikan terbesar dikurangi dengan

kepemilikan terkecil di bagi panjang kelas. Pembagian skala usaha berdasarkan

pada rumus :

Interval I = kepemilikan besar – kepemilikan kecil / 2 skala

(40)

30

Tabel 3. Rekapitulasi data survey penelitian jika diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian (Rp/bulan)

(41)

Pembahasan

Total Biaya Produksi

Pada tabel 1 biaya produksi pemeliharaan ayam kampung jika

diasumsikan 100 ekor selama satu bulan penelitian menunjukkan perbedaan yaitu

dimana rataan biaya produksi pemeliharaan ayam kampung selama penelitian

yang tertinggi terdapat pada perlakuan 0 % tepung biji durian sebesar

Rp.686.404,36,- dan yang terendah pada perlakuan 30 % tepung biji durian

sebesar Rp. 641.331,11. Hal ini terjadi karena pada perlakuan 0 % tepung biji

durian rataan biaya ransumnya sebesar Rp.97.994,77,- lebih besar dibandingkan

biaya ransum pada perlakuan 30 % tepung biji durian yaitu dengan rataan sebesar

Rp. 83.345,96,-, sementara biaya produksi lainnya seperti biaya bibit, obat –

obatan, penyusutan kandang, perlengkapan kandang, tenaga kerja, transportasi

dan biaya listrik air adalah sama. Hal ini seperti diungkapkan oleh

Budiono (1990) bahwa Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan

untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk

menghasilkan barang - barang produksi oleh penelitian. Biaya produksi yang

digunakan meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap yang

dikeluarkan, biaya penyusutan, biaya sewa tanah dan bunga modal. Biaya tidak

tetap antara lain biaya pembelian pakan, biaya pembelian obat-obatan dan biaya

pembayaran listrik dan telepon.

Tabel 2 pada peternakan ayam kampung di Kota Medan memiliki ternak

antara 100 sampai 150 ekor dan dibagi dalam 2 skala yaitu skala 1, skala 2. Tabel

2 rekapitulasi biaya menunjukkan bahwa total biaya produksi tertinggi terdapat

(42)

26

total biaya prodiuksi pada skala I Rp.2.439.305,55/bulan. Hal ini terjadi karena

jumlah ternak yang dimiliki pada skala II lebih banyak dibandingkan jumlah

ternak pada skala I sehingga total biaya produksi yang dikeluarkan akan lebih

besar juga. apabila semakin besar skala usaha maka semakin besar pula biaya

produksinya.

Pada tabel 3 jika peternakan ayam kampung di Kota Medan yang

diasumsikan menggunakan pakan 30 % tepung biji durian maka pada skala I total

biaya produksi yang akan dikeluarkan setiap bulan yaitu dengan rataan sebesar

Rp.1.848.332,222/bulan,-, sedangkan pada skala II dengan rataaan sebesar

Rp. 2.075.168,889/bulan,-.

Gambar 1. Total biaya produksi peternakan rakyat yang diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian (Rp/bulan).

1.848.332,222

2.075.168,889

1700000 1750000 1800000 1850000 1900000 1950000 2000000 2050000 2100000

(43)

Gambar 2. Total biaya produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30 % (Rp/Ekor/bulan).

Gambar 1 menunjukkan peternakan rakyat di Kota Medan bahwa total

biaya produksi tertinggi per bulannya yaitu pada skala II. Tetapi bila dilihat dari

total biaya produksi per ekornya pada gambar 2 yaitu total biaya produksi

tertinggi terdapat juga pada skala II yaitu sebesar tertinggi sebesar

Rp.17.030,261/ekor/bulan, dibandingkan skala I yaitu sebesar

Rp.16.511,156/ekor/bulan. Hal ini terjadi dikarenakan biaya produksi yang

dikeluarkan seperti biaya pakan, biaya penyusutan kandang, biaya bibit pada

skala II lebih besar dibandingkan pada skala I. Jumlah ini didapat dari total biaya

produksi dibagi jumlah ternak tiap skala.

Total Hasil Produksi

Pada tabel 1 total hasil produksi pemeliharaan ayam kampung jika

diasumsikan 100 ekor selama satu bulan mempunyai hasil produksi yang sama .

Hal ini terjadi karena samanya harga penjualan terhadap hasil produksi seperti

penjualan ayam kampung dan feses sehingga mendapatkan hasil produksi yang

sama juga yaitu sebesar Rp.920.800. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Rasyaf,

(44)

28

suatu usaha peternakan, baik yang berupa hasil pokok (misal: penjualan ternak,

baik itu hidup atau karkas) maupun hasil samping (misal: penjualan feses dan

urin) .

Tabel 2 terdapat peternakan ayam kampung di Kota Medan memiliki

ternak antara 100 sampai 150 ekor dan dibagi dalam 2 skala yaitu skala I, dan

skala II. Total hasil produksi dari hasil survey yang dilakukan jika diasumsikan

menggunakan 30 % tepung biji durian pada peternakan di Kota Medan

menunjukkan bahwa memiliki perbedaan pada setiap skala. Dimana total hasil

produksi yang tertinggi terdapat pada skala II yaitu sebesar

Rp. 6.325.000,00/bulan, sedangkan pada sakala I sebesar Rp. 5.037.500/bulan.

Perbedaan total hasil produksi ini pada tiap skala dikarenakan jumlah

pemeliharaan ternak dan jumlah produksi yang dihasilkan berbeda sehingga hasil

produksi yang dihasilkan juga tidak sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan

(Jatmiko, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah volume

penjualan produk danharga jual. Pada umumnya, tujuan utama yang ingin dicapai

suatu perusahaan yaitu untuk memperoleh pendapatan. Volume penjualan

merupakan faktor yang sangat penting mempengaruhi besar kecilnya pedapatan

yang akan didapatkan oleh peternak atas usahanya dalam melakukan

pemeliharaan ayam kampung. Sehingga untuk mendapatkan keuntungan

penjualan yang besar, peternak harus menjaga agar kematian ternaknya sekecil

mungkin. Kemudian untuk harga jual produk merupakan nilai yang berupa uang

untuk menghargai setiap produk yang dihasilkan dari usaha, seperti usaha ternak

ayam pedaging yang produknya berupa ayam hidup yang dihargai dengan

(45)

keberhasilan pada suatu usaha peternakan ayam tidak cukup hanya dengan

tercapainya tingkat produksi tapi juga perlu memperhatikan tingkat pembiayaan

produksinya (ekonomis). Tingkat produksi yang tinggi harus dicapai dengan

tingkat pembiayaan yang seminimal mungkin sehingga dicapai tingkat efisiensi

yang tinggi. Dengan demikian, akan diperoleh tingkat keuntungan yang tinggi.

Gambar 3. Total hasil Produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% (Rp/bulan).

(46)

30

Tabel 3 pada peternakan rakyat di Kota Medan yang diasumsikan

menggunakan 30 % tepung biji durian diperoleh total hasil produksi tertinggi

terdapat pada skala II yaitu sebesar Rp. 5.483.333,333,-/bulan dibandingkan

dengan dan skala I sebesar Rp. 5.037.500/bulan. Hal ini terjadi karena perbedaan

penerimaan pada masing masing skala dan biaya produksi yang dikeluarkan

seperti biaya pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirokusumo (1991),

juga mengatakan bahwa besarnya biaya pakan dapat mempengaruhi biaya

produksi hingga sebesar 60 – 80 % dari total biaya produksi.

Gambar 4 menunjukkan hasil biaya produksi yang tertinggi yaitu pada

skala I dengan rataan sebesar Rp.45.000/ekor/bulan. Sedangkan skala I rataan

hasil produksi sebesar Rp.28.488/ekor. Hal ini terjadi karena jumlah ternak tiap

skala berbeda sehingga hasil produksi yang di dapatkan juga berbeda.

Laba/Rugi

Analisa laba/rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut

menguntungkan atau rugi dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan

dengan total pengeluaran. Pada tabel 1 analisis laba rugi pada pemeliharaan ayam

kampung yang menggunakan tepung biji durian diasumsikan 100 ekor ayam

kampung selama satu bulan pemeliharaan menunjukkan perbedaan pada setiap

level dimana keuntungan yang tertinggi terdapat pada perlakuan 30 % tepung biji

durian yaitu dengan sebesar Rp.279.468,- dan yang laba/rugi yang terendah

terdapat pada perlakuan 0% tepung biji durian yaitu sebesar Rp.234.395,64,-

sedangkan pada perlakuan 10 % dengan rataan sebesarRp.240.476,03,- dan

(47)

biaya produksi yang dikeluarkan pada perlakuan 30% seperti biaya pakan sedikit

dibandingkan pada perlakuan yang lain sedangkan biaya bibit, biaya penyusutan

kandang, biaya tenaga kerja,biaya transportasi, dan biaya obat-obatan adalah

sama. Sehingga total hasil produksi seperti penjualan daging dan feses ayam

kampung yang diperoleh dapat mengimbangi total biaya produksi yang

dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kasmir (2008), yang menyatakan

bahwa total pengeluaran seperti biaya pakan, biaya bibit, biaya obat – obatan,

biaya transportasi, biaya sewa kandang, biaya upah pekerja dan biaya transportasi.

Laporan laba/rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada

suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis – jenis

biaya yang akan dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama.

Keuntungan terendah terdapat pada perlakuan 0% tepung biji durian

dengan rataan sebesar Rp.234.395,64. Karena biaya produksi yang di

keluarkannya lebih besar yaitu pada biaya ransum yang digunakan dibandingkan

hasil produksi yang dihasilkan pada perlakuan tersebut.Hal ini sesuai dengan

pernyataan Hansen dan Mowen, (2005), yang menyatakan bahwa laba merupakan

ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukkan untuk membuat

dan menjual produk dengan apa yang diterimanya. Perhitungan laba jelas untuk

keputusan manajemen. Bila laba konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada

dalam bisnis tersebut, tetapi jika perusahaan mengalami penurunan produksi

pengusaha dapat mencari produk yang lain akan diolah yang dapat mendatangkan

keuntungan.

Berdasarkan tabel 2 hasil analisis laba/rugi yang dilakukan pada

(48)

32

skala, yaitu dimana laba/rugi yang tertinggi terdapat skala II yaitu dengan sebesar

Rp.3.368.888,89/bulan, sedangkan skala terendah pada skala I yaitu dengan

sebesar Rp.2.598.194,44/bulan. Perbedaan laba/rugi ini terjadi dikarenakan

jumlah rataan ternak yang dimilki tiap skala tidak sama, sehingga skala II lebih

menguntungkan.

Pada peternakan ayam kampung masyarakat di kota medan yang

diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% akan menghasilkan laba/rugi

setiap bulannya pada skala II yaitu sebesar Rp. 4.299.831,111/bulan, pada skala I sebesar Rp. 3.189.167,778/ bulan.

Gambar 5. Laba/rugi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% (Rp/bulan)

3.189.167,778

4.299.831,111

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000 4500000 5000000

(49)

Gambar 6. Laba/rugi yang diperoleh pada peternakan rakyat di kotamedan jika diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% (Rp/Ekor/bulan).

Laba/rugi yang diperoleh pada peternakan ayam masyarakat di kota

Medan jika diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian dapat dilihat pada

gambar 5 yang menunjukkan bahwa laba/rugi pada skala II merupakan laba/rugi

yang paling tinggi yaitu sebesar Rp. 4.299.831,111/bulan. Hal ini terjadi karena

semakin kecil biaya produksi akan mengurangi biaya produksi dan dapat

mempengaruhi keuntungan yang diperoleh.

Gambar 6 menunjukkan bahwa laba/rugi per ekornya tertinggi diperoleh

pada skala II yaitu sebesar Rp.35.287,36/ekor, dan yang terendah pada skala

Isebesar Rp. 28.488,84/ekor/bulan.

R/C Ratio

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa R/C ratio yang diperoleh dari

pemeliharaanayam kampung jika diasumsikan 100 ekor yang menggunakan pakan

30% tepung biji durian dianggap memiliki kelayakan untuk dilanjutkan karena

memiliki rataan sebesar 1,44yaitu (R/C > 1), sedangkan pada pakan 20 % tepung

(50)

34

pakan 0 % tepung biji durian sebesar 1,34 (R/C > 1) juga layak untuk dijalankan.

Namun R/C tertinggi terdapat pada pakan yang menggunakan 30% tepung biji

durian . Hal ini sesuai dengan pernyataan Kadariah (1997), menyatakan bahwa

untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu

dengan mengukur besarnya pemasukan bagi besarnya pengeluaran, dimana bila :

R/C Ratio > : Efisien

R/C Ratio = 1 : Impas

R/C ratio < 1 : Tidak Efisien

Rataan R/C Ratio tertinggi terdapat pada pakan 30 % tepung biji durian

yaitu sebesar 1,44dan nilai rataan R/C terendah terdapat pada 0% tepung biji

durian yaitu sebesar 1,34.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada peternakan ayam

kampung di masyarakat kota medan dapat dilihat pada tabel 2 dimana memiliki

nilai R/C ratio yang berbeda pada setiap skala . R/C ratio yang tertinggi terdapat

pada skala II sebesar 2,14 , pada skala I sebesar 2,06. Hal ini menunjukkan bahwa

skala II lebih efisien untuk dijalankan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

soekartawi (1986), yang menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan memberikan

manfaat apabila nilai R/C ratio > 1. Semakin besar nilai R/C ratio maka semakin

efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai R/C rationya maka

semakin tidak efisien usah tersebut untuk dijalankan

Jika diasumsikan penggunakan 30% tepung biji durian pada peternakan

ayam kampung di kota medan mengghasilkan R/C ratio yang tertinggi pada skala

II yaitu sebesar 3,07/bulan dan yang terendah pada pada skala I yaitu sebesar

(51)

Gambar 7. R/C peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30 % tepung bjii durian (Rp/bulan)

Gambar .8 R/C peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30 % tepung bjii durian (Rp/ekor/bulan)

Pada gambar 8 menunjukkan bahwa peternakan ayam kampung

masyarakat di kota medan menghasilkan R/C pada skala I sebesar2,72 dan pada

skala II menghasilkan R/C sebesar 3,07. Hal ini terjadi karena jumlah penerimaan

(52)

36

IOFC

Income OverFeedCost (IOFC) ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha

penggemukan ternak.Income OverFeedCost (IOFC)diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan. Pendapatan merupakan

perkalian antara hasil produksi peternakan berupa daging dan harga jual.Jumlah

ransum yang dihabiskan dikali dengan harga selama masa pembesaran hingga saat

dijual.Nilai yang diperoleh dibandingkan antara pendapatan dengan biaya ransum

tersebut.

Pada tabel 1 dari pemeliharaan ayam kampung jika diasumsikan 100 ekor

dapat dilihat bahwaIncome Over Feed Cost(IOFC) tertinggi terdapat pada pakan 30 % tepung biji durian dengan rataan sebesar 11,70dan rataan terendah terdapat

pada 0 % tepung biji durian yaitu dengan rataan sebesar 9,94, sedangkan pada

pakan 10 % dengan rataan sebesar 10,16dan 20 % dengan rataan sebesar 10,56.

Hal ini sesuai dengan pernyataan prawirokusumo (1990) yang menyatakan bahwa

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan biaya pakan yang digunakan selama usaha pemeliharaan ternak.

Pada tabel 2 terdapat nilaiIncome Over Feed Cost(IOFC) dari peternakan ayam kampung masyarakat di Kota Medan. Nilai Income Over Feed Cost(IOFC) yang tertinggi berada pada skala II yaitu sebesar 7,41 dan yang terendah terdapat

pada skala I sebesar 7,11. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh biaya produksi

yang dikeluarkan berbeda baik di biaya bibit maupun di biaya pakan sehingga

(53)

Pada tabel 3 terdapat peternakan ayam kampung masyarakat di Kota

Medan diasumsikan menggunakan pakan 30% tepung biji durian akan

menghasilkan IOFC tertinggi pada skala II yaitu sebesar 17,58pada skala I sebesar

(54)

38

Pada gambar 10 menunjukkan peternakan ayam kampung masyarakat di

Kota Medan diasumsikan menggunakan pakan 30% tepung biji durian akan

menghasilkan IOFC tertinggi pada skala II yaitu sebesar 17,58 skala II sebesar

(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil Penelitian laba/rugi di hasil penelitian pemeliharaan ayam

kampung yang menggunakan 30 % tepung biji durian yang dalam

ransum lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan 0% ,10, dan

20% tepung biji durian.

2. Hasil survey peternakan rakyat di Kota Medan skala kepemilikan ternak

yang paling efisien adalah skala II yaitu 7,41 jika dibandingkan dengan

skala I yaitu 7,11.

3. Peternakan rakyat di Kota Medan diasumsikan menggunakan tepung biji

durian sebanyak 30% , skala kepemilikan ternak yang paling efisien

adalah skala II yaitu 17,58, pada skala I yaitu 12,39.

Saran

Disarankan kepada peternak yang berada di Kota Medan untuk

menggantikan pakan komersil dengan menggunakan tepung biji durian sehingga

dapat mengurangi biaya produksi (biaya pakan) dan meningkatkan pendapatan

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, 1990. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1. Edisi kedua. Cetakan ke II. BPFE, YogyakartaCahyono, B., 1998. Ayam Buras Pedaging. Trubus Agriwidy. Yogyakarta

Cahyono,2002.Teknik Budi Daya Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta

Gunawan, 2002.Produktivitas dan Nilai Ekonomis. Kanisius, Yogyakarta.

Hafez dan Drayer. 2000. Reproduction in Farm Animals. Ed. Lea& Febiger.Phildephia. P:385-393. 394-398

Hansen dan Mowen. 2005. Akutansi Manajemen. Jakarta : Saalemba Empat

Harih.2010. Biaya Produksi dan Penerimaan. Liberty. Yogyakarta .

http://sentral ternak.com/2015/12/harga-ternak. html. Diakses tanggal 20 November 2015.

Jatmiko. B, 2006 Presepsi Pengusaha Atas Pengaruh Kesedian Faktor – faktor Produksi Terhadap Laba. Studi Kasus Pada Industri Ayam Ras Pedaging Model Plasma di Kab. Semarang. Program Pasca Sarjana. Program Studi Magister Managemen. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

Karadiah. 1997. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada, Jakarta Suhaeni, N., 2007. Petunjuk Praktis Beternak Ayam Kampung. Penerbit Nuansa. Bandung

Luthfan., F. Rosyady dan M. Khoiriyah, 2011. Pelet Fermentasi Bahan Pakan Lokal Sebagai Alternatif Pakan Ayam Buras yang Murah.Praktis dan Alami. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Nuraini, I. 2003 Pengantar Ekonomi Mikro. Universitas Muhammadiyah, Malang

Prawirokusumo, S., 1990. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE, Yogyakarta.

Rasyaf, M., 1995. Memelihara Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta

(57)

Siregar, E., 2002 Pengaruh Pemberian Tepung Tanjung (Minusops elengi L) dalam Ransum terhadap Performans Kelinci Lokal Umur 8 – 16 Minggu. Skripsi Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Soekartawi,1995. Dasar Penyususnan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan

Jakarta.

Suhaeni . 2007. Pembibitan Ayam Buras. Cetakan kesembilan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E. 2005. Ayam Buras Krosing Petelur . Penebar Swadaya. Jakarta

Supriyadi. 2009. Pengelolaan Ayam Kampung. PT. Penebar Swadaya. Jakarta

(58)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Formula Ransum Penelitian

No Bahan Pakan Perlakuan

P0 P1 P2 P3

1 T. Jagung(%) 30,00 20,00 10,00 00,00

2 T. Biji Durian(%)

00,00 10,00 20,00 30,00

3 B. Kedelai(%) 9,90 9,90 9,90 9,90

4 Dedak(%) 13,50 12,50 10,50 14,00

4 B. Kelapa(%) 18,00 18,00 19,50 18,50

5 BIS(%) 16,50 16,50 16,50 16,50

6 Tepung Ikan (%) 10,00 10,00 10,00 10,00

7 Premix(%) 0,10 0,10 0,10 0,10

8 M. Nabati(%) 2,00 3,00 3,50 2,00

Total 100 100 100 100

Kandungan Nutrisi

1 PK (%) 19,95 20,34 19,77 19,47

2 EM (%) 2681,61 2670,71 2639,16 2698,21

3 SK (%) 7,17 7,19 7,13 7,17

4 LK (%) 6,00 5,54 6,51 6,28

5 Ca (%) 1,09 1,18 1,00 1,04

(59)

Lampiran 2. Harga ransum tiap perlakuan

Perlakuan Bahan Pakan Jumlah Harga pakan Harga ransum

(60)

44

Lampiran 3.Biaya Bibit DOC (Rp/ 4 Ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

Lampiran 4.Biaya Obat – obatan Selama Penelitian (Rp/ 4 Ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

Lampiran 5.Biaya Peralatan Kandang Selama Penelitian (Rp/ 4 Ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 19.505 3.900,96 P1 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 19.505 3.900,96 P2 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 19.505 3.900,96 P3 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 19.505 3.900,96 Total 15.603,84 15.603,84 15.603,84 15.603,84 15.603,84 78.019,2

Gambar

Gambar 1. Prosedur kerja pengolahan biji durian
Tabel 1. Rekapitulasi data hasil penelitian dengan menggunakan tepung biji durian
Tabel 2. Rekapitulasi data survey peternakan masyarakat di Kota Medan (Rp/bulan)
Tabel 2. Rekapitulasi data survey peternakan masyarakat di Kota Medan (Rp/bulan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

At a time when federal and state accountability mandates have made data analysis a fact of school life, efective principals also know how to make the best use of data, learning to

Terlaksananya 2 belanja, pelaksanaan pendataan akreditasi sekolah dan lembaga dan monev pemanfaatan dana BOS. Outcome : Memverifikasi

13.5 Invois mesti dikembalikan (dengan segera) kepada Pembantu Tadbir Kewangan untuk urusan bayaran. Semua pembayaran mesti dijelaskan dalam tempoh 14 hari. 13.6

[r]

Since 2010 the Land Surveying Office and VGHMÚ has been using for the orthogonalization of aerial survey photographs the recently created digital terrain model of the Czech

pemerintahan tingkat pusat 3.1 lembaga-lembaga negara dalam Mengenal susunan pemerintahan tingkat pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK dan BPK dll.. Stándar

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B3, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

Pengadaan barang/jasa dilaksanakan secara elektronik, dengan mengakses aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (aplikasi SPSE) pada alamat website