LAMPIRAN
Lampiran 1. bobot potong ayam kampung umur 12 minggu(g/ekor)
perlakuan ulangan total rataan ±sd
Lampiran 2. Analisis sidik ragam bobot potong
SK JK dB KT F Hit
Lampiran 3. Bobot Karkas Ayam Kampung (g/Ekor)
perlakuan ulangan total rataan ±sd
Lampiran 5. Persentase Bobot Karkas Ayam Kampung (%)
Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Persentase Bobot Karkas Ayam Kampung
SK JK Db KT F Hit
F Tabel 0,01 0,05 Perlakuan 17.772 3 5.924 0.1983 5,292,214 3.238872
Galat 478.08 16 29.88
Total 495.85 19
Lampiran 7. Rekapitulasi hasil parameter penelitian
Perlakuan Bobot Potong (g) Bobot Karkas (g) Persentase karkas (%) P0 829,30±46,69tn 573,38±35,38tn 70,10±1,87n
P1 867,25±40,04tn 616,63±46,17tn 72,06±3,19tn P2 845,65±38,55tn 600,15±62,14tn 71,22±9,73tn P3 785,65±52,17tn 536,56±26,88tn 69,59±3,34tn
Lampiran 8. Grafik Bobot Potong (g/ekor)
Lampiran 10. Grafik Rataan Persentase karkas (%)
70,10
72,06
71,22
69,59
68,00 68,50 69,00 69,50 70,00 70,50 71,00 71,50 72,00 72,50
P0 P1 P2 P3
Persentase Karkas
Lampiran 12. Formulasi Ransum Ayam Kampung
Bahan P0 P1 P2 P3
Tepung Jagung 30,00 20,00 10,00 00,00
Dedak 5,00 5,00 5,00 5 ,00
Bungkil Kelapa 13,50 12,50 10,50 14,00
Tepung Ikan 10,00 10,00 10,00 10,00
Tepung Limbah Biji Durian
0,00 10.00 20,00 30,00
Bungkil Kedelai 9.90 9.90 9.90 9.90
Premix 0,10 0,10 0,10 0,10
Minyak Nabati 2,00 2,00 2,00 2,00
Total 100 100 100 100
Protein (%) 19,95 20,34 19,77 19,47
EM (Kkal/kg) 2681,61 2670,71 2639,16 2698,21
SK (%) 7,17 7,19 7,13 7,17
LK (%) 6,00 5,54 6,51 6,28
Ca (%) 1,09 1,18 1,00 1,04
P (%) 0,99 0,97 1,00 1,00
DAFTAR PUSTAKA
Abun. 2008. Karbohidrat pada unggas dan monogastrik. Jurusan nutrisi dan makanan ternak. Fakultas peternakan. Universitas padjadjaran.
Anwar,A.S, dan Laelia, A. 2010. Pemanfaatan tepung biji durian sebagai glukosa cair melalui proses hidrolisa dengan menggunakan enzim α- amilase
Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Buah –Buahan Menurut Provinsi (Ton). Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Buah – Buahan Menurut Provinsi (Ton). Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik Peternakan
dan Kesehatan Hewan 2011. (Katalog Dalam Terbitan (KDT) Perpustakaan Nasional RI. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian RI. CV Karya Cemerlang. Jakarta.
Djaeni M Dan Prasetyaningrum,A. 2010. Kelayakan Biji Durian Sebagai Bahan Pangan Alternatif : Aspek Nutrisi Dan Tekno Ekonomi
Hafez, E. S. E. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7 th Ed. Lea & Febiger. Philadelphia. P: 385-393
Jhonprimen, A.Turnip, dan M.H. Dahlan. 2012. Pengaruh Massa Ragi, Jenis Ragi, Dan Waktu Fermentasi Pada Bioetanol Dari Biji Durian. Jurnal Tekhnik Kimia No. 2, Vol. 18, April 2012.
Kartadisastra,H.R., 1994. Pengolahan Pakan Ayam.Kosius. Yogyakarta. Koswara, S. 2009. Pengolahan unggas. Ebookpangan.com
Lesson , S and J. D. 2000. Pengaruh Penggunaan Ampas Tahu Terhadap Efesiensi Penggunaan Protein Oleh Ayam Pedaging. Jurnal Ilmiah, Semarang. Mc Nitt, J. L,. 1983. Livestock Husbandry Techniques. Granada Publishing. Lubis, A.H. 1992. Respon ayam broiler terhadap penurunan tingkat protein dalam
ransum berdasarkan efisiensi penggunaan protein dan suplementasi asam amino methionin dan lysine. Disertasi. Pasca sarjana IPB. Bogor.
Maynard, L. A. dan J. K. Loosli., 1969. Animal Nutrition. 6th Ed., Mc Graw Hill Book Company, New Delhi.
Murtidjo, B. A. 2006. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius: Yogyakarta. Nawawi, T dan Nurrohmah. 1996. Ransum Ayam Kampung. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Presdi, H., 2001. Pengaruh Pemberian Tepung Bulu Ayam Dalam Ransum Terhadap Persentase Karkas Ayam Buras Umur 16 Minggu. Skripsi Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan Rasyaf . 1992. Memelihara Ayam Buras. Kanisius. Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1998. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya.Jakarta
Rasyaf, M. 1999. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-14. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rizal, Y. 2006. Ilmu Nutri Unggas. Andalas University Press: Padang. Swadaya: Jakarta.394-398.
Rukmana, R., 1996. Durian. Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta. Sarwono, B. 1991. Beternak Ayam Buras. Cetakan ke 3. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Scott, M.L.M.C. Nesheim and R.J. Young. 1982. Nutrition of the Chickens. Second Ed. M.L.Scott and Associates, Ithaca, New York
Sinurat, A.P. 1991. Penyusunan Ransum Ayam Buras. Wartazoa Vol. 9 No. 1 Th. 1999
Siregar,A.P. M.Sabrani dan Soeprawiro.1982. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Cetakan kedua. Margie Group. Jakarta.Siregar, A.P., 1983. Pengaruh Pemberian Sludge Terhadap Pertambahan Berat Badan Ayam Buras Fase Grower, Fakultas Peternakan Universitas HKBP Nomensen, Medan.
Siregar, A.P., 1983. Pengaruh Pemberian Sludge Terhadap Pertambahan Berat Badan Ayam Buras Fase Grower, Fakultas Peternakan Universitas HKBP Nomensen, Medan.
Siregar, S. B., 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta. 1994. Tehnik Beternak Ayam Pedaging Indonesia. Merdie Group, Jakarta. Soeparno. 1994. Ilmu dan Tekhnologi Daging. Penerbit Gajah Mada University
Press. Yogyakarta
Soeparno. 2005. Ilmu dan Tekhnologi Daging. Penerbit Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Srigandono, B., 1998. Beternak Itik Pedaging. Trubus Agriwidya, Ungaran. Suhaidi, I. 2004. Pemanfaatan limbah biji durian sebagai bahan pakan ternak
ayam pedaging. Thesis. Program pasca sarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Supraptini, S.M., dan H. Martojo. 1977. Produktivitas Ayam Kampung dan Ayam Persilangan F1 (Kampung X RIR) pada Pemeliharaan dalam Kandang. Seminar Ilmu dan Industri Perunggasan I Cisarua. Bogor. Hal 1-17.
Sutardi. 1997. Peluang dan tantangan pengembangan ilmu-ilmu nutrisi ternak. Pidato Orasi ilmiah Guru Besar.Fapet.IPB.Winarti, E. dan N.R. Bariroh. 15 Desember 1998. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Samarinda.
Winarti, Sri dan Yudi Purnomo. 2006. Olahan Biji Buah. Trubus Agrisarana, Surabaya.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakana di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan dimulai bulan Maret 2015 sampai Juni 2015.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah DOC ayam kampung sebanyak 100 ekor, pakan konsrentrat yang terdiri dari biji durian, dedak padi, tepung ikan, tepung jagung, minyak ikan dan tepung mineral. Obat-obatan seperti vaksin ND dan vaksin gumboro, rhodalon untuk membersihkan tempat pakan dan minum vitamin. Air minum yang diberikan secara ad-libitum.
Alat
Adapun alat yang digunakan adalah kandang yang terdiri dari 20 unit dengan ukuran 70 x 80 x 70 cm, tempat pakan dan minum, timbangan untuk menimbang pakan dan ternak, alat penerang, alat tulis, ember, alat pembersih kandang dan perlengkapan fumigasi. Mesin grinder untuk menghaluskan biji durian, perlengkapan fermentasi.
Metode Penelitian
Adapun perlakuan tersebut adalah:
Mode linier rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berrikut: Yij = ∑
Keterangan:
i = 1,2,…. Perlakuan j = 1,2,…. Ulangan
Yij = respon atau milai pengamatan dari perlakuan ke- i dan ulangan ke-j = nilai tengah umum
Tij = pengaruh perlakuan ke-i
∑ = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Parameter Penelitian 1. Bobot potong (g)
Bobot potong diperoleh dari penimbangan bobot ayam setelah dipuasakan 6 jam
2. Bobot Karkas (g)
Bobot karkas merupakan bobot yang diperoleh dari hasil penimbangan setelah komponen karkas dipisahkan.
3. Persentasi karkas ayam kampung (%)
Persentasi karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup
dikali dengan 100 %.
Persentasi karkas = Bobot karkas x 100 % (Siregar, 1994).
P2U1 P0U1 P1U2 P0U2 P2U3
P3U1 P0U5 P2U5 P3U2 P3U3
P0U4 P1U5 P1U4 P3U5 P1U3
Bobot hidup
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan kandang dan peralatan
Kandang terlebih dahulu didesinfeksi dengan detergen dan rodhalon kemudian
difumigasi dengan pengasapan KMnO4 dan formalin kemudian dibiarkan selama 3
hari. Peralatan kandang dibersihkan dan didesinfeksi sebelum digunakan.
2. Mengumpulkan biji durian
Biji durian dikumpulkan dari pengusaha pengolahan biji durian, dibersihkan
dengan air bersih dan dianginkan, kemudian diremukan dan dikeringkan dibawah
sinar matahari. Biji durian yang sudah kering digiling dengan menggunakan grinder.
3. Analisis bahan pakan
Biji durian yang sudah digiling dianalisis kandungan PK, SK, energi, lemak
kasar, kadar abu dan TDN. Kemudian dibandingkan bahan pakan sebelum dan
sesudah fermentasi dan kemudian akhirnya diaplikasikan kedalam ransum.
4. Persiapan ayam kampung
Sebelum DOC dimasukkan kedalam kandang yang sudah disediakan, terlebih
dahulu dilakukan penimbangan untuk mengetahui kisaran bobot badan awal yang
digunakan, kemudian dilakukan pemilihan secara acak (random) untuk menghindari
bias (galat percobaan) lalu ditempatkan pada masing – masing plot yang tersedia.
5. Pengambilan Data
Data diambil setelah umur ayam mencapai umur pemotongan karkas yaitu umur
12 minggu. Pengambilan data dilakukan dengan menimbang dan mengukur parameter
yang telah ditentukan.
Persiapan yang dilakukan untuk memperoleh karkas adalah :
1. Pemuasaan, ayam dipuasakan selama enam jam untuk mengosongkan isi
2. Pemotongan, ayam dipotong di bawah rahang termasuk vena jugularis, pipa
tenggorokan dan kerongkongan.
3. Pengeluaran darah, setelah dipotong ayam digantung dengan posisi kepala ke
bawah dan biarkan selama dua menit.
4. Penyeduhan (scalding), ayam dicelupkan ke dalam air panas dengan suhu sekitar 60
0
C selama 1 menit untuk mempermudah pencabutan bulu.
5. Pencabutan bulu, bulu dicabut secara manual.
6. Pemisahan komponen non karkas, kepala hingga batas leher dipotong, kaki hingga
batas lutut dipotong, isi rongga perut dikeluarkan dan dipisahkan.
6. Analisis Data
Pengujian Parameter dilakukan dengan Analisa Sidik Ragam, bila perlakuan berbeda nyata (P<0,05) atau sangat nyata (P<0,01) dilanjutkan dengan uji beda nyata yang sesuai.
Prosedur Kerja
Gambar 1. Prosedur kerja pengolahan biji durian
Sumber: (Suhaidi, 2004)
Pengumpulan biji durian
Pembersihan biji durian
penganginan
pencacahan
Digrinder
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Potong
Bobot potong merupakan hasil penimbangan bobot ayam sebelum dilakukan pemotongan setelah dipuasakan 6 jam. Rataan bobot potong ayam kampung umur 12 minggu dapat dilihat pada tabel1 sebagai berikut:
Tabel 1. Rataan bobot potong ayam kampung umur 12 minggu(g/ekor)
Perlakuan ulangan total rataan ±SDtn g/ekor, dan yang paling rendah adalah ayam kampung yang diberi perlakuan P3 (30% biji durian) yaitu sebesar 785,65 g/ ekor. kemudian diikuti berturut – turut oleh perlakuan P2, P0 dan P3 Interval antaran P1 dengan P0 yaitu sebesar 37,95 g, P2 dengan P0 sebesar 16,35 g dan P3 dengan P0 sebesar 43,65 g.
Rataan bobot karkas umur 12 minggu penelitian ini adalah 831,96 gram hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilaporkan muryanto et al (2002) yaitu sebesar 713,70 gram. Hasil bobot potong dalam penelitian ini sudah mencapai standar dimana berat potong yang standar. Hal ini sesuai dengan pernyataan murtidjo (1998), dimana berat standar bobot potong untuk ayam kampung umur 12 minggu adalah 830 gram. Hal ini disebabkan faktor selama penelitian antara lain konsumsi ransum, suhu lingkungan dan kesehatan ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan rasyaf (1992), yang menyatakan bahwa bobot potong di pengaruhi oleh konsumsi ransum, kesehatan ternak, suhu lingkungan dan jenis kelamin ternak.
Bobot karkas
Bobot karkas adalah berat bagian tubuh unggas barsama kulit setelah dipotong dan dibuang bulu, lemak abdomen, organ dalam, kaki, kepala, leher dan darah, kecuali paru-paru dan ginjal (Rizal, 2006). Rataan bobot karkas ayam kampung umur 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Rataan bobot karkas ayam kampung (g/ekor)
Perlakuan Ulangan total rataan sd
antara P1 dengan P0 sebesar 43,25 g, P2 dengan P0 sebesar 26,77 g dan P3 dengan P0 sebesar 36,82 g.
Rataan bobot karkas ayam kampung umur 12 mimggu hasil penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian hendra (2011) rataan bobot karkas ayan kampung dengan pemanfaatan bungkil biji jarak pakar sebesar 620,33 gram.
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemanfaatan limbah biji durian memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap bobot karkas ayam kampung. Dari hasil penelitian ini juga didapat bahwa bobot karkas tertinggi terdapat pada perlakuan P1(10% biji durian) dan juga bobot potong tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (10% biji durian). Yang berarti bobot pong yang rendah menghasilkan bobot karkas yang rendah juga. Hal ini menunjukkan bahwa bobot badan erat hubungannya dengan bobot karkas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soeparno (1994) yang menyatakan selain faktor umur, gen, mutu ransum tatalaksana serta kesehatan ternak, produksi karkas erat juga hubungannya dengan bobot badan.
Persentase karkas
Tabel 4. Persentase Bobot Karkas Ayam Kampung (%)
Tabel 3. Menunjukkan bahwa rata-rata persentase karkas tertinggi ayam kampung umur 12 minggu adalah perlakuan P1 yaitu 72,06 g/ekor dan yang paling rendah adalah ayam kampung yang diberi perlakuan P3 yaitu sebesar 69,59 g/ekor. Jika diurutkan berdasarkan bobot karkas yang tertinggi ke yang terendah maka urutannya adalah sebagai berikut, yaitu P1, P2, P0, P3. Interval antara P1 dengan P0 sebesar 1,96 g, P2 dengan P0 sebesar 1,12 g dan P3 dengan P0 sebesar 0,51.
Penelitian ini memberika hasil bahwa ayam kampong yang memiliki bobot karkas terbesar memiliki persentase karkas yang besar juga. Hal ini ditegaskan juga oleh Presdi (2001) menyatakan bahwa ayam yang bobot tubuhnya tinggi akan menghasilkan persentase karkas yang tinggi.
Rataan persentase karkas ayam kampong umur 12 minggu dari hasil penelitian ini adalah sebesar 70,74 % lebih tinggi jika dibandingkn dengan penelitian Iskandar et al. (1998) persentase karkas ayam kampung umur 12 minggu sebesar 62,89 % .
persentase karkas. Pendapat ini didukung oleh soeparno (2005), bahwa semakin besar bobot potong maka produksi karkas semakin meningkat.
Persentase karkas yang tidak berbeda disebabkan hasil bobot potong yang diperoleh selaras dengan bobot karkas, sehingga persentasi karkas yng diperoleh relative sama. komponen karkas yang relatif sama dan sebanding dengan pertambahan bobot badan akan menghasilkan persentase karkas yang tidak berbeda.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Rekapitulasi penelitian terhadap bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini
Tabel . Rekapitulasi hasil parameter penelitian
Perlakuan Bobot Potong (g) Bobot Karkas (g) Persentase karkas (%) P0 829,30±46,69tn 573,38±35,38tn 70,10±1,87n
P1 867,25±40,04tn 616,63±46,17tn 72,06±3,19tn P2 845,65±38,55tn 600,15±62,14tn 71,22±9,73tn P3 785,65±52,17tn 536,56±26,88tn 69,59±3,34tn
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tepung biji durian dapat dimanfaatkan sebagai pengganti tepung jagung dalam ransum ayam kampung karena secara statistik memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap bobot potong, bobot karkas serta persentase karkas.
Saran
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Kampung
Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan merah yang berhasil dijinakkan. Akibat dari proses evolusi dan domestikasi maka terciptalah ayam kampung yang telah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan penyakit dan cuaca dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).
Keistimewaan ayam kampung adalah tahan terhadap pengelolaan dan lingkungan buruk, tidak peka terhadap kadar amoniak tinggi, dapat diberi pakan kualitas jelek, serta tidak mudah stress bila memperoleh perlakuan kasar. Sedangkan kendalanya adalah sangat rendah produktivitas dan tanggapan terhadap makanan yang berkualitas (Murtidjo, 1985).
Populasi Ayam kampung
Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Perkembangan populasi ayam kampung tampak jelas seperti yang dilaporkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan(2012)
bahwa pada tahun 2010 sebanyak 251.173.531 ekor, sedangkan pada tahun 2011 meningkat mencapai 257.544.104 ekor.
Karakteristik Ayam Kampung
cermin dari keragaman genetiknya. Disamping itu badan ayam kampung kecil, mirip dengan badan ayam ras petelur tipe ringan (Rasyaf, 1998).
Nutrisi Ayam Kampung
Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah pakan. Hafez dan Dryer (2000) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah hereditas, pakan dan kondisi lingkungan. Penurunan bobot badan akan terjadi pada ternak pada fase pertumbuhan bila diberikan pakan dengan kandungan nutrisi yang rendah. Sutardi (1997) menyatakan bahwa ternak ayam kampung akan dapat tumbuh secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya bila mendapat zat zat makanan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Tabel 7. Kandungan nutrisi tepung jagung
Buah durian merupakan buah yang tersedia sepanjang tahun. Menurut Data Badan Pusat Statistik (2013) Indonesia merupakan Negara yang mempunyai potensi yang besar dalam produksi buah durian. Pada tahun 2012 produksi meningkat yaitu 834.011 ton/tahun .
Menurut Rukmana (1996) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Sub-divisi : Angiospermae, Kelas :Dicotyledonae, Ordo :Bombacales, Famili :Bombacaceae, Genus :Durio,
Spesies : Durio zibethinus Murr. Persentase daging durian termasuk rendah yaitu
20 – 25%. Hal ini berarti bagian kulit 60 – 75% dan biji durian 5 – 15% belum dimanfaatkan secara maksimal (Djaeni dan Prasetyaningrum, 2010).
Komposisi nutrisi dan gizi yang terkandung dalam biji durian yaitu mengandung 30% karbohidrat 9.97% protein 9.79, kalsium 0.27%, fosfor 0.9% (Jhonprimen, Turnip, dan Dahlan, 2012).
Zat nutrisi karbohidrat yang dikonsumsi manusia dan hewan terutama digunakan sebagai sumber energi metabolik yaitu ATP, reaksinya sebagai berikut : C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + 38 ATP. Oleh karena itu zat nutrisi karabohidrat untuk manusia dan ternak adalah sangat mutlak diperlukan. Pada ternak unggas zat nutrisi tersebut sangat mutlak diperlukan sebagai sumber energi dibandingkan zat nutrisi protein dan lemak.
Pada unggas, karbohidrat digunakan sebagai sumber energi utama. Efisiensi penggunaan karbohidrat sebagai zat nutrisi pada ternak monogastrik tergantung kepada jenis ternaknya. Untuk ternak monogastrik jenis unggas, kemampuan menghidrolisis atau mencerna karbohidrat sangat terbatas karena aktivitas enzim selulolitik dalamproses pencernaannya sangat rendah. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian karbohidrat yang terlalu tinggi pada ternak unggas akan menurunkan tingkat pertumbuhan dan menaikkan deposit glikogen pada hati dan pada akhirnya menyebabkan penurunan pertumbuhan (Abun, 2008).
Pemberian tepung biji durian yang terbaik adalah 10% biji durian dalam ransum. Semakin tinggi penambahan biji durian dalam perlakuan semakin rendah rataan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan akan semakin menurun pada ayam pedaging Suhaidi (2004).
dominan. Konsentrasi asam lemak siklopropena >10 ppm dan akan berbahaya bila di komsumsi. Mekanisme yang terjadi adalah dalam tubuh asam itu akan bersifat penenang. Selain itu asam ini juga mempengaruhi mekanisme tubuh. Akibatnya keberadaan senyawa ini akan sulit memecah lemak sehingga timbunan lemak semakin meningkat dalam tubuh. Hal negatif lainnya adalah menyebabkan tubuh menjadi kurus dan nafsu makan berkurang. Dan jika ransum pakan ternak
mengandung senyawa ini maka produktivitasnya akan menurun (Anwar dan laelia, 2010).
Pemotongan Ayam
Syarat- syarat yang harus dipenuhi saat penyembelihan ayam adalah ayam harus sehat dan tidak dalam keadaan lelah. Pada dasarnya ada dua cara pengistirahatan ayam sebelum disembelih dengan dipuasakan dan tanpa pemuasaan. Maksud dipuasakan adalah untuk memperoleh bobot tubuh yang kosong dan mempermudah proses penyembelihan terutama ayam liar. Pada saat penyembelihan darah harus keluar sebanyak mungkin. Jika darah keluar sempurna maka darah 4 % dari bobot tubuh. Peruses pengeluaran darah biasanya selama 50– 120 detik tergantung pada besar kecilnya ayam yang dipotong (Soeparno, 1994).
Penyeduhan
Bobot Potong
Bobot potong merupakan hasil penimbangan bobot ayam sebelum dilakukan pemotongan setelah dipuasakan 6 jam. Pemuasaan mempunyai tujuan agar saluran pencernaan relatif sudah kosong sehingga pada saat proses pemotongan, karkas tidak terkontaminasi oleh kotoran saluran pencernaan ayam (Srigandono, 1998).
Ayam akan mengkonsumsi ransum lebih banyak apabila kandungan energi didalam ransumnya rendah, karena ayam akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan energinya. Hal ini sejalan dengan Scott et al., (1982) yang menyatakan bahwa semakin rendah energi ransum maka ayam akan mengkonsumsi ransum lebih banyak daripada ransum berenergi tinggi. Menurunnya kandungan energi dan protein akan menyebabkan semakin rendah protein yang dicerna dan menurunnya protein yang diserap untuk bobot potong ayam (Wiranata, 2013).
Bobot potong dan persentase karkas ayam buras jantan umur 12 minggu masing masing mencapai 713,70 g dan 60,05%. Karkas meliputi punggung 11%, sayap 15,81%, dada 24,20%, paha atas 19%, dan paha bawah 18% (Muryanto et al. 2002). Iskandar et al. (1998) menyatakan pertambahan bobot badan dan persentase karkas ayam buras pada umur 12 minggu masing-masing sebesar 704 g dan 62,89%.
Bobot Karkas
Faktor yang mempengaruhi bobot karkas pada dasarnya adalah faktor genetis dan lingkungan. Faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu fisiologi dan kandungan zat makanan dalam pakan. Zat makanan merupakan faktor penting yang mempengaruhi komposisi karkas terutama proporsi kadar lemak (Lesson, 2000).
Komposisi karkas ayam dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain bangsa, jenis kelamin, umur dan tingkat kepadatan kandang. Produksi karkas erat hubungannya dengan bobot badan. Selain faktor bobot badan, bobot karkas juga mempengaruhi genetis, umur, mutu ransum, tata laksana dan kesehatan ternak (Soeparno, 1994). Siregar et al., (1982) menyatakan bahwa bobot karkas yang normal adalah 65-75% dari bobot hidup.
Meningkatnya kandungan protein dalam karkas, dan meningkatnya deposisi protein yang merupakan indikasi dari proses pemanfaatan protein pakan. Deposisi protein yang bernilai positif, berarti ternak tersebut memanfaatkan protein yang tinggal ditubuh untuk meningkatkan bobot badan (Maynard dan Loosli, 1969).
Persentase Karkas
Persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup dikalikan 100% (Siregar, 1994). Menurut Murtidjo (1987) menyatakan bahwa persentase karkas merupakan faktor yang penting untuk menilai produksi ternak, karena produksi erat hubungannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah bobot hidupnya maka produksi karkasnya semakin meningkat. Hal ini ditegaskan juga oleh Presdi (2001) menyatakan bahwa ayam yang bobot tubuhnya tinggi akan menghasilkan persentase karkas yang tinggi.
Kandungan protein ransum sangat mempengaruhi persentase karkas ayam. Menurut Lubis (1992) persentase karkas ayam yang mendapat ransum dengan kandungan protein 23% akan lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang mendapat ransum dengan protein rendah, protein yang tinggi dalam ransum akan menjamin produksi jaringan-jaringan otot (daging) tubuh yang lebih tinggi pula.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertambahan penduduk yang terus meningkat sejalan dengan tingkat pendidikan yang tinggi menyebabkan kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani juga semakin tinggi dan permintaan akan produk peternakan terutama daging dari tahun ketahun juga semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut maka ayam kampung digunakan untuk mencukupi kebutuhan akan protein hewani.
Upaya tersebut mempunyai manfaat ganda yaitu selain meningkatkan jumlah produksi sekaligus melestarikan ayam kampung. Produksi total daging ayam di Indonesia yang bersumber dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2012 sebesar 1,67 juta ton, dengan produksi sebesar 1,4 juta ton daging ayam ras dan 267 ribu daging ayam bukan ras/kampung.
Peningkatan produksi daging ayam kampung dapat dilakukan dengan cara manajemen yang baik terutama pakan, pakan yang diberikan harus memiliki nilai gizi yang tinggi dan dapat dicerna oleh ayam kampung. Biaya pakan sangat tinggi hampir mencapai 60-70 % dari total produksi (Rasyaf, 1992). Untuk itu dilakukan alternatif pemanfaatan biji durian sebagai pakan ternak.
Produksi durian di Indonesia cukup melimpah. Data Biro Pusat Statistik (2004) menunjukkan bahwa produksi durian meningkat
Biji durian yang merupakan limbah durian merupakan bahan yang cukup potensial untuk dijadikan pakan ternak unggas sebagai sumber karbohidrat hal ini Bila ditinjau dari komposisi kimianya, biji durian cukup berpotensi sebagai sumber gizi, yaitu mengandung protein 9,79%, karbohidrat 30%, kalsium 0,27% dan fosfor 0,9% (Winarti, 2006). %. Dilihat dari segi komposisi biji durian dengan komposisi jagung tidak jauh berbeda yaitu protein 8.5%, fosfor 0.30% serta kalsium 0.02% (Sinurat, 1999), sehingga sangat berpotensi untuk menggantikan jagung yang merupakan salah satu bahan pakan yang sangat penting dalam menyusun ransum ayam. Terutama dilihat dari segi ekonomis harga jagung jauh lebih mahal dibandingkan biji durian yang merupakan limbah perkebunan yang belum dimanfaatkan. Tingginya karbohidrat dan kandungan protein yang dikandung biji durian diharap dapat menghasilkan karkas yang optimal juga. Dimana karkas merupakan bagian tubuh yang sangat menentukan dalam produksi ayam pedaging.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis mempunyai keinginan untuk meneliti bagaimana pengaruh pemamfaatan tepung biji durian terhadap bobot potong, bobot kaskas, dan persentase karkas ayam kampung.
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Tepung limbah biji durian dapat menggantikan tepung jagung dan berpengaruh positif terhadap bobot potong, bobot karkas, dan persentase karkas ayam kampung umur 12 minggu.
Kegunaan Penelitian
ABSTRAK
EKA NIRWANA HASIBUAN, 2015. “Pemanfaatan Tepung Limbah Biji Durian Sebagai Pengganti Tepung Jagung Dalam Ransum Terhadap Karkas
Ayam Kampung”. Dibimbing oleh SAYED UMAR dan HAMDAN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah biji durian terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas ayam kampung umur 12 minggu. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Mei – Juli 2015. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 4 ekor ayam kampung. Perlakuan terdiri atas P0 (30 % tepung jagung), P1 (10% tepung biji durian), P2 (20% tepung biji durian), P3 (30% tepung biji durian).
Hasil penelitian meunjukkan Rataan bobot potong (g) secara berturut – turut untuk perlakuan P0, P1, P2 dan P3 sebesar ; (829,30, 867,25, 845,65, dan 785,65). dan Bobot karkas (g) ; (573,38, 616,63, 600,15 dan 536,56). Persentase karkas (%) ; (70,10, 72,06, 71,22 dan 69,59). Uji statistik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa parameter bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas tidak berbeda nyata (P>0,05). Kesimpulannya adalah bahwa tepung limbah biji durian dapat digunakan dalam ransum untuk menggantikan tepung jagung pada level 30% dalam ransum.
ABSTRACT
EKA NIRWANA HASIBUAN, 2015. " the Utilization of waste of Durian seed
meal complete feed on carcassh weeks local chicken. The ration Against Native
Chicken Carcass". Guided by SAYED UMAR and HAMDAN.
The research aimed to determine the utilization of the use of waste durian
seed meal to slaughter weight, carcass weight and carcass percentage of 12th
weeks local chicken. This research was in the Laboratory of Animal Biology Livestock Studies Program in the University of North Sumatra from may until july 2015. The design used in completely randomized design (CRD) with 4 treatment and 5 each replications consists of 4 chickens. The treatment were consisted of P0 (0 % durian seed meal), P1 (10% durian seed meal), P2 (20% durian seed meal), P3 (30% durian seed meal).
The results showed the average slaughter weight (g/head) for the treatment of P0, P1, P2 and P3 were;(829,30, 867,25, 845,65, and 785,65)respectively). Average carcass (g/head) weight (573,38, 616,63, 600,15 and 536,56 respectively). average Carcass percentage (%) (70,10, 72,06, 71,22 and 69,59 respectively).The test Statistic the results showed that the indicate on slaughter weight, carcass weight and carcass percentage were not significant (P>0,05).. The conclusion of this research that of waste of durian seed meal can be used to 30 % level of durian seed meal in the ration
PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH BIJI DURIAN
SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG JAGUNG DALAM
RANSUM TERHADAP KARKAS AYAM KAMPUNG
SKRIPSI
Oleh:
EKA NIRWANA HASIBUAN 110306001
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH BIJI DURIAN
SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG JAGUNG DALAM
RANSUM TERHADAP KARKAS AYAM KAMPUNG
SKRIPSI
Oleh:
EKA NIRWANA HASIBUAN 110306001/PETERNAKAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Pemanfaatan Tepung Limbah Biji Durian Sebagai Pengganti Tepung Jagung Dalam Ransum Terhadap Karkas Ayam Kampung
Nama : Eka Nirwana Hasibuan
NIM : 110306001
Program Studi : Peternakan
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, M.s Hamdan S. Pt., MSi
Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr.Ir.Ma’ruf Tafsin, M.Si
Ketua Program Studi Peternakan
ABSTRAK
EKA NIRWANA HASIBUAN, 2015. “Pemanfaatan Tepung Limbah Biji Durian Sebagai Pengganti Tepung Jagung Dalam Ransum Terhadap Karkas
Ayam Kampung”. Dibimbing oleh SAYED UMAR dan HAMDAN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah biji durian terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas ayam kampung umur 12 minggu. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Mei – Juli 2015. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 4 ekor ayam kampung. Perlakuan terdiri atas P0 (30 % tepung jagung), P1 (10% tepung biji durian), P2 (20% tepung biji durian), P3 (30% tepung biji durian).
Hasil penelitian meunjukkan Rataan bobot potong (g) secara berturut – turut untuk perlakuan P0, P1, P2 dan P3 sebesar ; (829,30, 867,25, 845,65, dan 785,65). dan Bobot karkas (g) ; (573,38, 616,63, 600,15 dan 536,56). Persentase karkas (%) ; (70,10, 72,06, 71,22 dan 69,59). Uji statistik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa parameter bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas tidak berbeda nyata (P>0,05). Kesimpulannya adalah bahwa tepung limbah biji durian dapat digunakan dalam ransum untuk menggantikan tepung jagung pada level 30% dalam ransum.
ABSTRACT
EKA NIRWANA HASIBUAN, 2015. " the Utilization of waste of Durian seed
meal complete feed on carcassh weeks local chicken. The ration Against Native
Chicken Carcass". Guided by SAYED UMAR and HAMDAN.
The research aimed to determine the utilization of the use of waste durian
seed meal to slaughter weight, carcass weight and carcass percentage of 12th
weeks local chicken. This research was in the Laboratory of Animal Biology Livestock Studies Program in the University of North Sumatra from may until july 2015. The design used in completely randomized design (CRD) with 4 treatment and 5 each replications consists of 4 chickens. The treatment were consisted of P0 (0 % durian seed meal), P1 (10% durian seed meal), P2 (20% durian seed meal), P3 (30% durian seed meal).
The results showed the average slaughter weight (g/head) for the treatment of P0, P1, P2 and P3 were;(829,30, 867,25, 845,65, and 785,65)respectively). Average carcass (g/head) weight (573,38, 616,63, 600,15 and 536,56 respectively). average Carcass percentage (%) (70,10, 72,06, 71,22 and 69,59 respectively).The test Statistic the results showed that the indicate on slaughter weight, carcass weight and carcass percentage were not significant (P>0,05).. The conclusion of this research that of waste of durian seed meal can be used to 30 % level of durian seed meal in the ration
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal ini.
Adapun judul dari proposal adalah “Pemanfaatan Limbah Biji Durian Berbagai Level Dalam Ransum Terhadap Karkas Ayam kampung” yang
merupakan sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Orang Tua dan keluarga yang telah mendukung penulis untuk dapat menyelesaikan proposal ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Sayed Umar sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Hamdan selaku anggota komisi Pembimbing penulis yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan
kepada penulis, serta kepada Bapak Ma’ruf Tafsin sebagai ketua Program Studi
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada civitas akademika di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
DAFTAR ISI
Biji Durian Sebagai Pakan Ternak ... 5
Pemotongan Ayam ... 7 Tempat dan Waktu Penelitian ... 11
Bahan dan Alat Penelitian ... 11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 21
Saran ... 21
DAFTAR PUSTAKA ... 21
DAFTAR TABEL
No Hal
1) Kebutuhan Gizi Ayam Kampung ... 5
2) Rataan Bobot Potong Ayam Kampung Umur 12 Minggu (g/Ekor) ... 17
3) Rataan Bobot Karkas Ayam Kampung (g/Ekor) ... 18
4) Persentase Bobot Karkas Ayam Kampung (%) ... 20
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Rataan Bobot Potong Ayam Kampung Umur 12 Minggu(g/Ekor) ... 26
2. Analisis Sidik Ragam Bobot Potong ... 26
3. Rataan Bobot Karkas Ayam Kampung (g/Ekor) ... 26
4. Analisis Sidik Ragam Bobot Karkas ... 26
5. Persentase Bobot Karkas Ayam Kampung (%) ... 26
6. Analisis Sidik Ragam Persentase Karkas ... 27
7. Rekapitulasi Hasil Parameter Penelitian ... 27
8. Grafik Rataan Bobot Potong (g/Ekor)... 28
9. Grafik Rataan Bobot Karkas (g/Ekor) ... 28
10.Grafik Persentase Karkas (g/ekor) ... 29