Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh Perahu Bermotor < 5 GT Di Kecamatan Datuk Bandar
Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih yang diperoleh nelayan dari
hasil kegiatan menangkap ikan di laut. Dalam hal ini pendapatan nelayan di
nyatakan dalam satu tahun.
Nelayan toke adalah nelayan pemilik kapal dalam hal ini adalah kapal < 5
GT, sedangkan nelayan buruh adalah orang yang bekerja pada kapal milik nelayan
toke < 5 GT. Pendapatan nelayan toke dan nelayan buruh / orang / tahun untuk
ukuran kapal < 5 GT dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 21 Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh / orang / Tahun Ukuran Perahu < 5 GT Kecamatan Datuk Bandar
No Sampel Jumlah sampel
(orang)
Rata-rata Pendapatan (Rp)
Range Pendapatan Nelayan (Rp)
1 n1 8 84,331,432.00 58,884,920.40 – 133,169,999.80 2 n2 8 11,567,078.97 8,412,131.40 – 16,646,249.52
Over-All 16 95,898,510.97
Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 20
Keterangan : n1 = Nelayan toke kapal < 5 GT (8 orang) n4 = Nelayan buruh kapal < 5 GT (8orang)
Berdasarkan tabel 21 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan nelayan toke
kapal < 5 GT sebesar Rp. 84,331,432.00 per tahun dan rata-rata pendapatan
nelayan buruh kapal < 5 GT sebesar Rp. 11,567,078.97 per tahun. Pendapatan
nelayan toke lebih besar dari pada pendapatan nelayan buruh, dengan demikian
hipotesis yang menyatakan pendapatan nelayan toke Di Kecamatan Datuk Bandar
Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh Perahu Bermotor 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar
Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih yang diperoleh nelayan dari
hasil kegiatan menangkap ikan di laut. Nelayan toke adalah nelayan pemilik kapal
dalam hal ini kapal 5-9 GT, sedangkan nelayan buruh adalah oranng yang bekerja
pada kapal milik nelayan toke 5-9 GT.
Pendapatan nelayan toke dan nelayan buruh/orang/tahun untuk kapal 5-9
GT dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 22 Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh / orang / Tahun Ukuran Kapal 5-9 GT Kecamatan Datuk Bandar
No Sampel Jumlah sampel
(orang)
Rata-rata Pendapatan (Rp)
Range Pendapatan Nelayan (Rp)
1 n1 6 135,846,712.92 96,641,785.92 – 167,417,857.20 2 n2 6 14,561,660.49 10,737,975.84 – 16,395,833.40
Over-All 12 150,408,373.41
Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 20
Keterangan : n1 = Nelayan toke kapal 5-9 GT (6 orang) n2 = Nelayan buruh kapal 5-9 GT (6 orang)
Berdasarkan tabel 22 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan nelayan toke
kapal 5-9 GT sebesar Rp. 135,846,712.92 per tahun dan rata-rata pendapatan
nelayan buruh kapal 5-9 GT sebesar Rp. 14,561,660.49 per tahun. Pendapatan
Nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar lebih besar daripada
pendapatan nelayan buruh, dengan demikian hipotesis yang menyatakan
pendapatan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar lebih besar
Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh Perahu Bermotor < 5 GT Di Kecamatan Teluk Nibung
Tabel 23 Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh / orang / Tahun Ukuran Perahu < 5 GT Kecamatan Teluk Nibung
No Sampel Jumlah sampel
(orang)
Rata-rata Pendapatan (Rp)
Range Pendapatan Nelayan (Rp)
1 n1 11 72,188,096.84 46,470,909.12 – 90,348,214.20 2 n2 11 9,335,947.72 6,418,610.80 – 12,760,317.00
Over-All 22 81,524,044.56
Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 20
Keterangan : n1 = Nelayan toke kapal < 5 GT (11 orang) n4 = Nelayan buruh kapal < 5 GT (11 orang)
Berdasarkan tabel 23 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan nelayan toke
kapal < 5 GT sebesar Rp. 72,188,096.84 per tahun dan rata-rata pendapatan
nelayan buruh kapal < 5 GT sebesar Rp. 9,335,947.72 per tahun. Pendapatan
nelayan toke lebih besar daripada pendapatan nelayan buruh, dengan demikian
hipotesis yang menyatakan pendapatan nelayan toke kapal < 5 GT di Kecamatan
Teluk Nibung lebih besar daripada nelayan buruh dapat diterima.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sistem pengupahan yang
diterima oleh nelayan toke didasarkan pada sistem bagi hasil. Bagi hasil
pendapatan berupa upah untuk nelayan buruh, berdasarkan hasil bersih yakni hasil
penjualan tangkapan kapal dikurangi dengan biaya operasi penangkapan ikan.
Nelayan toke dan nelayan buruh kapal < 5 GT memperoleh pendapatan
bersih berdasarkan sistem bagi hasil yang telah ditetapkan oleh nelayan toke.
Secara umum sistem bagi hasil yang dilaksanakan pada kegiatan penangkapan
ikan di daerah penelitian adalah 50 : 50 artinya 50 % dari hasil bersih adalah
nelayan buruh dan nelayan juragan. Untuk lebih jelasnya sistem pembagian hasil
yang berlaku di daerah penelitian adalah sebagai berikut:
Dari hasil penjualan ikan hasil tangkapan kapal diperolehlah penerimaan per
kapal. Di samping itu, nelayan toke juga mengambil komisi sebesar Rp.2000/kg
ikan yang diperoleh dari hasil tangkapan kapal. Dari total penerimaan per kapal
ini di keluarkan niaya melaut yang telah didahului oleh nelayan toke, sehingga
diperoleh pendapatan per kapal.
Pendapatan per kapal ini kemudian dibagi berdasarkan sistem bagi hasil
yakni 50 % dari hasil pendapatan per kapal adalah menjadi milik nelayan toke dan
50 % nya lagi menjadi milik nelayan buruh dan nelayan juragan. Pendapatan
untuk nelayan buruh dan nelayan juragan dibagi berdasarkan jumlah tenaga kerja
yang terdapat di dalam satu kapal. Untuk kapal < 5 GT di Kecamatan Datuk
Bandar umumnya rata-rata jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam satu kapal
adalah 7 orang, yang terdiri atas 6 orang nelayan buruh dan 1 orang nelayan
juragan. Untuk kapal < 5 GT di Kecamatan Teluk Nibung umunya rata-rata
jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam satu kapal adalah 8 orang, yang terdiri
atas 7 orang nelayan buruh dan 1 orang nelayan juragan. Jika jumlah tenaga kerja
dalam satu kapal 7 orang, maka pembagian pendapatan nelayan juragan dan
nelayan buruh dibagi untuk 7 orang. Jika jumlah tenaga kerja dalam satu kapal 8
orang, maka pembagian pendapatan nelayan juragan dan nelayan buruh di bagi
untuk 7 orang. Nelayan juragan adalah nelayan yang membawa kapal milik
nelayan toke. Nelayan juragan di daerah penelitian disebut tekong. Tekong juga
memperoleh komisi tambahan dari nelayan dari nelayan toke sebesar Rp.300/kg
memberikan ikan untuk konsumsi keluarga kepada tiap-tiap nelayan buruh lebih
kurang 3-5 kg satu kali trip melaut.
Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh Perahu Bermotor 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung
Tabel 24 Pendapatan Nelayan Toke dan Nelayan Buruh / orang / Tahun Ukuran Kapal 5-9 GT Kecamatan Teluk Nibung
No Sampel Jumlah sampel
(orang)
Rata-rata Pendapatan (Rp)
Range Pendapatan Nelayan (Rp)
1 n1 5 114,736,698.52 83,737,500.00 – 135,199,206.60 2 n2 5 12,729,916.27 11,242,332.96 – 14,032,500.00
Over-All 10 127,466,614.79
Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 20
Keterangan : n1 = Nelayan toke kapal 5-9 GT (5 orang) n2 = Nelayan buruh kapal 5-9 GT (5orang)
Berdasarkan tabel 24 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan nelayan toke
kapal 5-9 GT sebesar Rp. 114,736,698.52 per tahun dan rata-rata pendapatan
nelayan buruh kapal 5-9 GT sebesar Rp.12,729,916.27 per tahun. Pendapatan
nelayan toke lebih besar daripada pendapatan nelayan buruh, dengan demikian
hipotesis yang menyatakan pendapatan nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan
Datuk Bandar lebih besar daripada nelayan buruh dapat diterima.
Nelayan toke dan nelayan buruh kapal 5-9 GT memperoleh pendapatan bersih
berdasarkan sistem bagi hasil yang telah ditetapkan oleh nelayan toke. Secara
umum sistem bagi hasil yang dilaksanakan pada kegiatan penangkapan ikan di
daerah penelitian adalah 50 : 50 artinya 50 % dari hasil bersih adalah untuk
nelayan toke (pemilik kapal) dan 50 % lagi dari hasil bersih adalah untuk nelayan
Dari hipotesis 1,2,3 dan 4 diperoleh hasil bahwa pendapatan nelayan toke
lebih besar dari nelayan buruh. Menurut Mulyadi bahwa distribusi pendapatan
dari pola bagi hasil tangkapan sangatlah timpang diterima antara pemilik dan
awak kapal. Secara umum hasil bagi bersih yang diterima awak kapal dan
pemilikadalah separo-separo. Akan tetapi, bagian yang diterima awak kapal harus
dibagi lagi dengan sejumlah awak yang terlibat dalam aktivitas kegiatan di kapal.
Semakin banyak jumlah awak kapal, semakin kecil bagian yang diperoleh setiap
awaknya (Mulyadi,2005).
nelayan toke juga mengambil komisi sebesar Rp.2500/kg ikan yang diperoleh dari
hasil tangkapan kapal. Dari total penerimaan per kapal ini di keluarkan niaya
melaut yang telah didahului oleh nelayan toke, sehingga diperoleh pendapatan per
kapal.
Untuk kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar umumnya rata-rata jumlah
tenaga kerja yang terdapat dalam satu kapal adalah 9 orang, yang terdiri atas 8
orang nelayan buruh dan 1 orang nelayan juragan. Untuk kapal 5-9 GT di
Kecamatan Teluk Nibung umunya rata-rata jumlah tenaga kerja yang terdapat
dalam satu kapal adalah 9 orang, yang terdiri atas 8 orang nelayan buruh dan 1
orang nelayan juragan. Jika jumlah tenaga kerja dalam satu kapal 9 orang, maka
pembagian pendapatan nelayan juragan dan nelayan buruh dibagi untuk 9 orang.
Nelayan juragan di daerah penelitian disebut tekong. Tekong juga memperoleh
komisi tambahan dari nelayan dari nelayan toke sebesar Rp.300/kg dari hasil
tangkapan yang diperoleh. Di samping itu nelayan toke biasanya juga
memberikan ikan untuk konsumsi keluarga kepada tiap-tiap nelayan buruh lebih
Produksi merupakan jumlah hasil tangkapan kapal yang diperoleh dari
hasil melaut dalam ton pertahun. Kegiatan penangkapan dilakukan oleh nelayan
buruh setelah berada di daerah penangkapan. Nelayan buruh setelah berada di
daerah penangkapan segera menebarkan alat tangkapnya. Menebarkan jaring ke
laut kemudian setelah beberapa jam kenudian ditarik kembali. Rata-rata hasil
tangkapan pertahun dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 25 Rata-Rata Hasil Tangkapan Kapal Nelayan Pertahun di Kecamatan Datuk Bandar
No Ukuran Kapal Hasil Tangkapan (ton) Frekuensi Melaut (trip/tahun) Lama Melaut/ trip (hari) Jumlah Hari Kerja/ tahun (Hari) 1 < 5 GT 36.60 63 4.37 274.5 2 5-9 GT 45.50 58 4.33 250 Over All 82.1 121 8.7 524.5
Sumber : Data Primer dari lampiran 6
Berdasarkan tabel 25 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah hasil tangkapan
kapal ukuran < 5 GT sebesar 36.60 ton/tahun, sedangkan rata-rata jumlah hasil
tangkapan kapal 5-9 GT sebesar 45.50 ton/tahun. Perbedaan jumlah hasil
tangkapan kapal yang diperoleh nelayan antara lain disebabkan karena perbedaan
ukuran kapal, jumlah frekuensi melaut, lama melaut pertrip dan jumlah hari kerja.
Kapal ukuran < 5 GT frekuensi melautnya lebih besar yakni rata-rata 63
trip/tahun, sedangkan kapal 5-9 GT frekuensi melautnya lebih kecil yakni rata-rata
58 trip/tahun. Lama melaut pertrip kedua jenis kapal ini juga berbeda. Kapal < 5
GT rata-rata lama melaut pertripnya selama 4.37 hari, sedangkan kapal ukuran 5-9
GT rata-rata melaut pertripnya adalah 4.33 hari. Jumlah hari kerja kapal ukuran <
5 GT lebih besar dari jumlah hari kerja kapal ukuran 5-9 GT yakni selama 274,5
Tabel 26 Rata-Rata Hasil Tangkapan Kapal Nelayan Pertahun di Kecamatan Teluk Nibung
No Ukuran Kapal Hasil Tangkapan (ton) Frekuensi Melaut (trip/tahun) Lama Melaut/ trip (hari) Jumlah Hari Kerja/ tahun (Hari) 1 < 5 GT 30.96 54.54 4.54 204 2 5-9 GT 39.90 55.20 4.40 244 Over All 70.86 109.74 8.94 448
Sumber : Data Primer dari lampiran 6
Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah hasil tangkapan
kapal ukuran < 5 GT sebesar 30.96 ton/tahun, sedangkan rata-rata jumlah hasil
tangkapan kapal 5-9 GT sebesar 39.90 ton/tahun. Perbedaan jumlah hasil
tangkapan kapal yang diperoleh nelayan antara lain disebabkan karena perbedaan
ukuran kapal, jumlah frekuensi melaut, lama melaut pertrip dan jumlah hari kerja.
Kapal ukuran < 5 GT frekuensi melautnya lebih kecil yakni rata-rata 54.54
trip/tahun, sedangkan kapal 5-9 GT frekuensi melautnya lebih besar yakni rata-
rata 55.20 trip/tahun. Lama melaut pertrip kedua jenis kapal ini juga berbeda.
Kapal < 5 GT rata-rata lama melaut pertripnya selama 4.54 hari, sedangkan kapal
ukuran 5-9 GT rata-rata melaut pertripnya adalah 4.40 hari. Jumlah hari kerja
kapal ukuran < 5 GT lebih kecil dari jumlah hari kerja kapal ukuran 5-9 GT yakni
selama 204 hari sedangkan kapal 5-9 GT jumlah hari kerjanya 244 hari.
Ikan hasil tangkapan dari melaut ditempatkan di dalam fiber atau peti ikan
yang telah disediakan oleh nelayan. Fiber atau peti tersebut telah diisi dengan es
balok. Ikan disusun berlapis dengan menempatkan butiran es secukupnya diantara
lapisan. Biasanya es yang habis terpakai sekali trip melaut sekitar 10-20 batang,
Hasil tangkapan yang diperoleh dari melaut ditimbang terlebih dahulu di
gudang ikan. Penimbangan ini biasanya di lakukan langsung oleh nelayan toke,
terkadang ada juga yang diserahkan kepada krani timbang di gudang dan langsung
disaksikan oleh nelayan toke. Setelah ditimbang, hasil tangkapan kemudian di
kelompokkan berdasarkan jenisnya. Ini dilakukan oleh nelayan buruh atau anak
buah kapal, biasanya menghabiskan 2-3 jam kemudian diserahkan lagi ke nelayan
toke.
Nelayan toke di daerah penelitian biasanya menjual hasil tangkapan
melaut pada pemborong-pemborong ikan (agen) di gudang ikan. Harga jual
ditetapkan biasanya sesuai harga pasaran. Ini berdasarkan kesepakatan antara
nelayan toke dan pemborong (agen). Pemborong-pemborong ikan (agen) ini
selanjutnya akan memasarkan ikan kembali kepada pedagang-pedagang ikan yang
lain maupun ke konsumen dengan harga yang lebih tinggi.
Biaya produksi adalah jumlah pengeluaran yang digunakan dalam operasi
penangkapan ikan, dihitung dalam rupiah per tahun. Biaya produksi dalam hal ini
ditujukan pada seluruh biaya yang dikeluarkan nelayan toke kapal < 5 GT dan 5-9
GT baik di Kecamatan Datuk Bandar maupun Kecamatan Teluk Nibung,
sedangkan nelayan buruh (anak buah kapal) tidak mengeluarkan biaya apa-apa
untuk melaut karena semuanya ditanggung oleh nelayan toke. Mereka hanya
berperan sebagai tenaga kerja saja.
Biaya produksi terdiri dari biaya tetap meliputi biaya penyusutan dan
pemeliharaan perahu, mesin, dan alat tangkap, biaya variabel meliputi bahan
bakar, oli, es, dan konsumsi selama melaut yang disebut juga dengan biaya
Biaya produksi yang dikeluarkan oleh nelayan toke kapal < 5 GT dan
nelayan toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Datuk Bandar dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 27 Biaya produksi Per Tahun Nelayan Toke di Kecamatan Datuk Bandar
Jumlah biaya Produksi Nelayan Toke (Rp) No Jenis
Biaya Jumlah sampel n1
Rata-Rata (%) Jumlah sampel
n3 Rata-Rata (%) 1 Biaya Tetap 145,119,074.04 18,139,884.26 18.68 108,249,442.56 18,041,573.76 16.11 2 Biaya Melaut 631,740,000 78,967,500 81.32 563,640,000 93,940,000 83.89 Total 776,859,074.04 97,107,384.26 100 671,889,442.56 111,981,573.76 100
Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 16 Keterangan : n1 = Nelayan toke kapal < 5 GT (8 orang) n3 = Nelayan toke kapal 5-9 GT (6 orang)
Berdasarkan tabel 27 di atas dapat diketahui bahwa total biaya produksi
terbesar di keluarkan oleh nelayan toke kapal < 5 GT yakni Rp. 776,859,074
dengan rata-rata Rp.97,107,384.26 per tahun yang terdiri dari biaya tetap
Rp.145,119,074.04 dengan rata-rata Rp.18.139.884,26 pertahun atau 18.68 % dan
biaya melaut Rp.631,740,000 dengan rata-rata Rp.78,967,500 atau 81.32 %.
Nelayan toke kapal 5- 9 GT mengeluarkan total biaya produksi lebih kecil
yaitu Rp.671,889,442.56 dengan rata-rata sebesar Rp. 111,981,573.76 per tahun
yang terdiri dari biaya tetap Rp. 108,249,442.56 dengan rata-rata Rp.
18,041,573.76 atau 16.11 % dan biaya melaut Rp. 563,640,000 dengan rata-rata
Rp. 93,940,000 atau 83.89 %. Jika di lihat dari total biaya produksi, kapal < 5 GT
dilihat dari rata-ratanya maka kapal 5-9 GT mengeluarkan biaya produksi yang
lebih besar dari kapal < 5 GT.
Nelayan toke kapal 5-9 GT mengeluarkan biaya produksi lebih besar
disebabkan oleh besarnya biaya melaut yang harus di keluarkan setiap satu kali
trip melaut. Selain itu, biaya pemeliharaan perahu dan alat tangkap juga cukup
besar sehingga ini mempengaruhi besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh
nelayan toke.
Biaya produksi yang dikeluarkan oleh nelayan toke kapal < 5 GT dan nelayan
toke kapal 5-9 GT di Kecamatan Teluk Nibung dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 28 Biaya produksi Per Tahun Nelayan Toke di Kecamatan Teluk NIbung
Jumlah biaya Produksi Nelayan Toke (Rp) No Jenis
Biaya Jumlah sampel n1
Rata-Rata (%) Jumlah sampel
n3 Rata-Rata (%) 1 Biaya Tetap 179,371,866.42 16,306,533.31 18.44 87,313,014.72 17,462,602.94 16.94 2 Biaya Melaut 793,500,000 72,136,363.64 81.56 428,220,000.00 85,644,000.00 83.06 Total 972,871,866.42 88,442,896.95 100 515,533,014.72 103,106,602.94 100
Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 16
Keterangan : n1 = Nelayan toke kapal < 5 GT (11 orang) n3 = Nelayan toke kapal 5-9 GT (5 orang)
Berdasarkan tabel 28 di atas dapat diketahui bahwa total biaya produksi
terbesar di keluarkan oleh nelayan toke kapal < 5 GT yakni Rp. 972,871,866.42
dengan rata-rata Rp. 88,442,896.95 per tahun yang terdiri dari biaya tetap Rp.
179,371,866.42 dengan rata-rata Rp. 16,306,533.31 pertahun atau 18.44 % dan
Nelayan toke kapal 5-9 GT mengeluarkan total biaya produksi lebih kecil
yaitu Rp.515,533,014.72 dengan rata-rata sebesar Rp. 103,106,602.94 per tahun
yang terdiri dari biaya tetap Rp.87,313,014.72 dengan rata-rata
Rp.17,462,602.94 atau 16.94 % dan biaya melaut Rp. 428,220,000 dengan rata-
rata Rp. 85,644,000 atau 83.06%. Jika di lihat dari total biaya produksi, kapal < 5
GT mengeluarkan biaya yang lebih besar dari kapal 5-9 GT, namun sebenarnya
jika dilihat dari rata-ratanya maka kapal 5-9 GT mengeluarkan biaya produksi
yang lebih besar dari kapal < 5 GT.
Nelayan toke kapal 5-9 GT mengeluarkan biaya produksi lebih besar
disebabkan oleh besarnya biaya melaut yang harus di keluarkan setiap satu kali
trip melaut. Selain itu , biaya pemeliharaan perahu dan alat tangkap juga cukup
besar sehingga ini mempengaruhi besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh
nelayan toke.
Penerimaan per unit kapal dalam hal ini dimaksudkan adalah besarnya
nilai penjualan produksi yang diperoleh dari kegiatan penangkapan ikan dikalikan
dengan harga yang berlaku. Penerimaan nelayan pertahun dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 29 Rata-Rata Penerimaan Per Unit Kapal Per Tahun Di Kecamatan Datuk Bandar
No Ukuran Kapal Rata-Rata Penerimaan
(Rp)
Range Penerimaan (Rp)
1 < 5 GT 187,555,000 142,800,000 – 226,580,000 2 5-9 GT 247,540,000 204,240,000 – 325,500,000
Total 435,095,000
Tabel 30 Rata-Rata Penerimaan Per Unit Kapal Per Tahun Di Kecamatan Teluk Nibung Tahun 2006.
No Ukuran Kapal Rata-Rata Penerimaan
(Rp)
Range Penerimaan (Rp)
1 < 5 GT 170,899,091 125,040,000 – 210,150,000 2 5-9 GT 240,750,000 199,500,000 – 269,250,000
Total 411,649,091
Sumber : Data Primer diolah dari lampiran 9
Berdasarkan tabel 29 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan kapal < 5
GT di Kecamatan Datuk Bandar lebih kecil daripada rata-rata penerimaan kapal 5-
9 GT yakini sebesar Rp.187,555,000 per tahun dengan range penerimaan per
kapal Rp. 142,800,000 sampai dengan Rp.226,580,000, sedangkan kapal 5-9 GT
rata-rata penerimaannya per tahun sebesar Rp.247,540,000 dengan range
penerimaan per unit kapal sebesar Rp.204,240,000 sampai dengan
Rp.325,500,000.
Berdasarkan tabel 30 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan
kapal <5 GT di Kecamatan Teluk Nibung lebih kecil daripada rata-rata
penerimaan kapal 5-9 GT yakni sebesar Rp.170,899,091 per tahun dengan range
penerimaan per kapal Rp.125.040.000 sampai dengan Rp.210,150,000, sedangkan
kapal 5-9 GT rata-rata penerimaannya per tahun sebesar Rp.240,750,000 dengan
range penerimaan per unit kapal sebesar Rp.199,500,000 sampai dengan Rp.
269,250,000.
Adanya perbedaan penerimaan ini disebabkan antara lain karena adanya
perbedaan jumlah hasil tangkapan kapal yang diterima dan jenis ikan yang
diperoleh. Nelayan yang menggunakan kapal 5-9 GT rata-rata hasil tangkapan
kapalnya lebih besar dibandingkan dengan nelayan yang menggunakan kapal <5
Jenis ikan turut menentukan harga. Bisa saja dengan volume hasil
tangkapan kapal yang sama nelayan memperoleh penerimaan yang berbeda. Ikan
kembung misalnya harganya Rp.6000/Kg sedangkan ikan cincaru harganya
4000/kg maka nelayan yang mendapatkan ikan kembung dengan nelayan yang
mendapatkan ikan cincaru dalam jumlah yang sama akan mendapatkan
penerimaan yang berbeda karena perbedaan jenis ikan yang turut menentukan
harga jual.
Menurut Mulyadi, pola bagi hasil juga akan dapat mengurangi risikobagi
pemilik kapal serta menjaminnya tidak memberi upah yang tidak sepadan
bilamana hasil tangkapannya sedang buruk. Hal ini terjadi karena penghasilan
nelayan yang tidak dapat ditentukan kepastiannya, tergantung dari jumlah ikan
yang ditangkap dan hasil penjualan yang dilakukan(Mulyadi,2005).
TPI (tempat pelelangan ikan) di daerah penelitian belum ada. Umumnya
nelayan toke di daerah penelitian menjual hasil tangkapan kapal ke gudang ikan.
Di gudang ikan, telah menanti pemborong-pemborong ikan (agen). Harga jual
tentunya sesuai harga pasaran dan juga kesepakatan nelayan toke dan pemborong
ikan(agen). Pemborong-pemborong ikan (agen) ini nantinya akan menjual
kembali ikan yang telah dibelinya dari nelayan toke pada pedagang ikan yang lain
maupun pada konsumen dengan harga jual yang lebih tinggi.
Lain halnya dengan nelayan buruh (anak buah kapal), mereka harus
menyerahkan hasil tangkapan mereka selama melaut kepada toke mereka masing-
masing kemudian toke merekalah yang menjual hasil melaut ke gudang ikan.
Semakin besar jumlah hasil tangkapan yang didapat, maka tentunya penerimaan
untuk konsumsi keluarga kepada tiap-tiap nelayan buruh (anak buah kapal) lebih
kurang 3-5 kg setiap satu kali trip.
Perbedaan Pendapatan Nelayan Toke Perahu Bermotor <5 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan Nelayan Toke Perahu Bermotor <5 GT di Kecamatan Teluk Nibung
Berdasarkan hasil penelitian dapat di ketahui bahwa pendapatan nelayan
toke kapal < 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar lebih besar daripada pendapatan
nelayan toke kapal <5 GT di Kecamatan Teluk Nibung. Pendapatan nelayan toke
kapal < 5 GT di Kecamatan Datuk Bandar dan pendapatan nelayan toke kapal <5
GT di Kecamatan Teluk Nibung dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 31 Pendapatan Nelayan Toke/orang/Tahun Ukuran Perahu < 5 GTdi Kecamatan Dtuk Bandar dan <5 GT Kecamatan Teluk Nibung.
No Sampel Jumlah sampel