II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.2 Landasan Teor
Kesenjangan antara nelayan pemilik dan non pemilik sangat tampak dari
pendapatan dan pengeluarannya, dimana hampir sebagian besar pemilik yang
dikategorikan dalam kelompok nelayan kaya berpenghasilan diatas Rp.1000.000,
sedangkan kelompok nelayan sedang yang terdiri daripara juru mudi (tekong)
berpenghasilan antara Rp.500.000 - <Rp.1000.000 dan para anak buah kapal yang
bukan pemilik alat produksi termasuk dalam golongan berpenghasilan rendah
yang rata-rata perbulannya < Rp.500.000 (Nasution,dkk.,2005).
Pendapatan nelayan toke dipengaruhi oleh pengalaman nelayan toke,lama
melaut, ukuran kapal dan frekuensi melaut. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
lama pengalaman nelayan toke semakin besar pula pendapatan yang diterima.
Dengan pengalaman yang dimiliki mereka paham dengan usaha yang dijalankan.
Mereka tahu menentukan di daerah mana operasi penangkapan ikan yang tepat
sehingga produksi lebih tinggi, kapan saat melaut yang tepat, bagaimana
penggunaan alat tangkap yang tepat, kondisi musim, semua ini tentu berpengaruh
terhadap pendapatan yang mereka terima. Semakin lama melaut maka jumlah
hasil tangkapan melaut yang diperoleh juga lebih besar dan hal ini akan
mempengaruhi penerimaan nelayan toke yang selanjutnyaakan berpengaruh pada
pendapatan nelayan toke. Semakin besar ukuran kapal maka jumlah hasil
tangkapan yang diperoleh juga lebih besar karena kapal dapat beroperasi lebih
jauh dari pantai dan hal ini akan mempengaruhi pendapatan nelayan toke.
Semakin banyak frekuensi melaut maka jumlah hasil tangkapan kapal yang
diperoleh juga lebih besar dan hal ini akan berpengaruh pada pendapatan nelayan
Pendapatan nelayan buruh dipengaruhi oleh hasil tangkapan, frekuensi
melaut,lama melaut dan jumlah tenaga kerja perperahu. Semakin besar jumlah
hasil tangkapan kapal maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh
nelayan buruh. Semakin banyak frekuensi melaut yang dilakukan oleh nelayan
buruh maka jumlah hasil tangkapan kapal yang diperoleh juga lebih besar dan hal
ini akan mempengaruhi penerimaan perkapal yang selanjutnya akan berpengaruh
pada pendapatan nelayan buruh. Semakin lama melaut maka jumlah hasil
tangkapan melaut yang diperoleh juga lebih besar sehingga akan berpengaruh
pada pendapatan nelayan buruh. Semakin besar jumlah tenaga kerja yang terdapat
di dalam satu kapal maka jumlah hasil tangkapan yang diperoleh juga lebih besar,
sehingga akan mempengaruhi pendapatan nelayan buruh
(Sari, 2005).
Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut:
TR = Y.Py
Dimana:
TR = Total Penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py = Harga Y
(Soekartawi,1995).
Biaya Usahatani
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tertap
didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan
walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Besarnya biaya tetap ini
tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya
tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar
kecilnya dipengaruhi produksi yang diperoleh. Total biaya adalah jumlah dari
biaya tetap dan biaya tidak tetap (Soekartawi, 1995).
Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani adalah selisih penerimaan dan semua biaya. Jadi:
Pd = TR – TC Dimana: Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya (Soekartawi, 1995).
Upaya peningkatan pendapatan nelayan tidak terlepas dari pola
penguasaan unit penangkapan pola bagi hasil dalam kegiatan usaha penangkapan
ikan. Status penguasaan alat seperti perahu biasanya menentyukan besarnya bagi
hasil yang diterima baik nelayan maupun oleh pemilik perahu dan alat tangkap
Bagi Hasil
Sistem bagi hasil adalah wahana untuk membagi risiko antara pemilik
kapal (kapital) atau juragan darat dengan nelayan buruh. Sistem bagi hasil dapat
berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya atau berbeda antara satu jenis
alat tangkap dengan jenis alat tangkap lainnya (Anonimous,1997).
Bagi hasil merupakan salah satu cara pengupahan yang dibayarkan secara
natura atau uang dan ditentukan atas dasar kesepakatan bersama antara anak buah
perahu dengan pemilik perahu dan jumlahnya berdasarkan jumlah hasil tangkapan
(Anonimous, 1991).
Dalam sistem bagi hasil, bagian yang dibagi ialah pendapatan setelah dikurangi
ongkos-ongkos eksploitasi yang dikeluarkan pada waktu beroperasi ditambah
dengan ongkos penjualan hasil. Jadi disini termasuk ongkos bahan bakar, oli, es,
dan garam, biaya makanan paraawak dan pembayaran retribusi. Biaya lain yang
masih termasuk ongkos eksploitasi seperti biaya reparasi dengan demikian adalah
seluruhnya tanggungan dari pemilik alat dan boat. Dalam hal bagi hasil yang
dibagi adalah hasil penjualan ikan hasil tangkapan. Caranya ialah ikan hasil
tangkapan satu unit dijual oleh pemilik kemudian barulah dilakukan perhitungan
bagi hasil. Secara umum hasil bagi bersih yang diterima awak kapal dan pemilik
kapal harus dibagi lagi dengan sejumlah awak yang terlibat dalam aktifitas
kegiatan di kapal.
Pd Total = TR – TC
Pd nelayan toke/pemilik kapal = 50% x Pd Total
Dimana:
Pd total = Pendapatan total
TR = Total Penerimaan
TC = Total biaya
n = Jumlah awak kapal
Hubungan antara pemilik modal dan nelayan yang berlangsung selama ini,
bergerak dalam bentuk saling bergantungan antara kedua belah pihak, meskipun
dalam kenyataannya di berbagai komunitas nelayan memperlihatkan bahwa pihak
anak buah kapal (ABK) berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Hal ini
terjadi karena pendapatan dari para ABK sangat kecil (Mulyadi,2005).
2.3 Kerangka Pemikiran
Nelayan bermotor adalah nelayan yang menggunakan mesin bermotor
dalam usaha perikanan laut. Objek dalam penelitian adalah nelayan toke dan
nelayan buruh perahu bermotor <5GT serta nelayan toke dan nelayan buruh
perahu bermotor 5-9 GT baik di Kecamatan Datuk Bandar maupun Kecamatan
Teluk Nibung.
Kegiatan menangkap ikan di laut didukung oleh ketersediaan perahu
motor, alat tangkap dan konsumsi selama melaut. Nelayan toke mengeluarkan
biaya dalam usaha penangkapan ikan di laut yang disebut dengan biaya produksi.
Biaya produksi ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari
biaya penyusutan dan pemeliharaan perahu, mesin, dan alat tangkap yang
dikeluarkan oleh nelayan toke sedangkan biaya variabel adalah biaya yang
biaya melaut. Biaya melaut ini meliputi biaya solar/bensin, oli, es, dan konsumsi
selama melaut.
Besarnya hasil tangkapan melaut apabila dikalikan dengan harga jual akan
menghasilkan penerimaan nelayan perkapal. Penerimaan nelayan antara lain
dipengaruhi oleh jumlah produksi dan jenis ikan yang diperoleh karena jenis ikan
ini selanjtnya berpengaruh terhadap harga jual. Besar penerimaan nelayan
perkapal setelah dikurangi dengan biaya produksi akan menghasilkan pendapatan
perkapal. Pendapatan perkapal ini kemudian akan dibagi kepada nelayan buruh
berdasarkan sistem bagi hasil yang telah ditetapkan oleh nelayan toke. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan toke antara lain adalah
pengalaman nelayan toke, lama melaut, ukuran kapal, dan frekuensi melaut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan buruh antara lain adalah
hasil tangkapan kapal, frekuensi melaut, lama melaut, dan jumlah tenaga kerja
dalam satu kapal.
Hasil penerimaan dalam satu kapal yang diperoleh dari penjualan hasil
tangkapan setelah dikurangi dengan ongkos-ongkos kemudian dibagi antara
pemilik kapal dengan anak buah kapal. Sistem bagi hasil inilah yang merupakan
pendapatan dari pemilik kapal dan anak buah kapal.