• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil pengamatan, Kecamatan Beji terdiri dari tipe lanskap pemukiman, perdagangan, perkantoran, ruang terbuka hijau, lahan pertanian dan tepi sungai. Tipe lanskap yang dominan adalah kawasan pemukiman dengan arsitektur sederhana, sedang, maupun menarik. Secara keseluruhan, lanskap kota Depok memiliki kualitas estetika yang cukup beragam sesuai dengan karakter tiap tipe lanskap.

Pada Gambar 2 dapat dilihat, nilai SBE untuk 94 titik pengamatan berkisar antara -142 sampai dengan 135. Lanskap dengan SBE tertinggi adalah kawasan ruang terbuka hijau, artinya lanskap tersebut semakin indah dan semakin disukai. Lanskap dengan SBE terendah adalah kawasan perdagangan tradisional, artinya lanskap tersebut tidak indah dan tidak disukai. Lanskap dengan nilai SBE negatif sebanyak 49 dan SBE positif sebanyak 45.

Nilai SBE pada lanskap kota cukup beragam sesuai dengan karakter yang dimiliki oleh masing- masing tipe penggunaan lahan. Menurut Gunawan (2005), tipe lanskap kota terdiri dari kawasan perdagangan (CBD, Central Business Distric), kawasan perkantoran, kawasan pemukiman, kawasan rekreasi, ruang terbuka hijau, jalan raya, serta tepi sungai.

Kualitas Estetika Lanskap Kota

Berdasarkan sebaran normal, seluruh nilai SBE hasil evaluasi dikelompokkan ke dalam kualitas estetika rendah, sedang dan tinggi, seperti pada Tabel 2. Lanskap dengan nilai SBE < - 47 termasuk ke dalam lanskap dengan kualitas estetika rendah, lanskap dengan nilai SBE antara - 47 sampai 53 adalah lanskap dengan kualitas estetika sedang. Lanskap dengan nilai SBE > 53 termasuk ke dalam lanskap dengan kualitas estetika tinggi. Data sebaran normal nilai SBE dapat dilihat pada Lampiran 4.

23 -200 -150 -100 -50 0 50 100 150 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58 61 64 67 70 73 76 79 82 85 88 91 94

Vantage Point (Lanskap)

Nilai SBE

Tabel 2. Lanskap berdasarkan Kualitas Estetika

Kualitas

Estetika Lanskap Jumlah

Rendah (SBE < -47) 14, 21, 22, 24, 25, 27, 37, 38, 51, 54, 58, 60, 64 13 Sedang (-47 = SBE = 53) 1, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 16, 17, 18, 19, 20, 26, 30, 31, 34, 35, 36, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 52, 53, 55, 56, 57, 59, 61, 62, 63, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 85, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93 66 Tinggi (SBE > 53) 2, 3, 4, 5, 13, 15, 23, 28, 29, 32, 33, 44, 84, 86, 94 15

Lanskap dengan kualitas estetika tinggi didominasi oleh elemen vegetasi dan air. Elemen vegetasi cukup tertata dengan baik dan rapi, baik dari segi pola penanaman maupun proporsinya. Elemen air berupa danau, kolam, serta sungai, cukup bersih dari sampah. Tipe lanskap yang termasuk ke dalam kualitas estetika tinggi adalah kawasan ruang terbuka hijau, kawasan perkantoran serta kawasan pemukiman. Gambar 3 memperlihatkan lanskap dengan kualitas estetika tertinggi berupa kawasan terbuka hijau yang didominasi oleh elemen air dan dikelilingi oleh vegetasi yang cukup rimbun dan terkesan alami, sejuk, dan nyaman. Di sekitar danau terlihat bangunan dengan arsitektur ya ng cukup menarik dan memperkuat karakter lanskap tersebut sehingga semakin indah untuk dipandang. Hal ini sesuai dengan penelitian Afrianita (2005) bahwa lanskap dengan kualitas estetika tinggi dicirikan oleh proporsi vegetasi yang dominan dan sedikit bangunan dengan arsitektur yang terlihat menarik.

Karakter yang menonjol dari lanskap dengan kualitas estetika sedang adalah elemen vegetasi masih cukup dominan, namun penataannya kurang rapi. Persentase elemen bangunan dengan elemen perkerasan cukup seimbang. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Meliawati (2003) bahwa lanskap dengan kualitas estetika sedang memiliki proposi elemen vegetasi yang cukup seimbang dengan elemen bangunan dan perkerasan, dan secara umum terlihat cukup baik. Sebagian

besar tipe lanskap termasuk ke dalam kelompok kualitas estetika sedang. Contoh lanskap dengan kualitas estetika sedang disajikan pada Gambar 4, yaitu sebuah lapangan terbuka hijau yang hanya didominasi oleh vegetasi berupa ground cover dan tegakan pohon besar di sekitarnya.

Gambar 3. Lanskap dengan Kualitas Estetika Tertinggi (Lanskap 4)

Lanskap dengan kualitas estetika rendah didominasi oleh elemen bangunan dengan kualitas bangunan kurang baik dan kurang menarik. Tipe lanskap yang tergolong kualitas estetika rendah adalah kawasan perdagangan dan pemukiman sederhana, serta ruang terbuka hijau yang tidak tertata. Gambar 5 adalah lanskap kawasan perdagangan tradisional dengan nilai SBE terendah. Tidak terlihat adanya elemen vegetasi, hanya didominasi oleh elemen bangunan kios non permanen. Penataan elemen bangunan kurang baik. Jalan setapak terkesan kurang nyaman karena tidak menggunakan elemen perkerasan. Banyaknya sampah menimbulkan kesan tidak bersih dan tidak indah untuk dipandang.

Gambar 5. Lanskap dengan Kualitas Estetika Terendah (Lanskap 27)

Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kualitas Estetika

Elemen vegetasi, elemen bangunan, elemen perkerasan serta elemen air sebagai elemen dasar pembentuk lanskap kota memiliki karakter yang berbeda-beda dan memberi pengaruh yang berberbeda-beda pula terhadap kualitas estetikanya. Hal ini dapat dilihat pada grafik (Gambar 6), bahwa semakin tinggi elemen vegetasi, kualitas estetika lanskap semakin meningkat, dan sebaliknya semakin tinggi elemen bangunan, kualitas estetika lanskap semakin menurun. Penyebaran

persentase elemen perkerasan relatif sama untuk tiap kualitas estetika, namun peningkatan elemen perkerasan cenderung menurunkan kualitas estetikanya. Elemen air tidak membentuk pola yang jelas, namun lanskap yang memiliki elemen air, cenderung dapat meningkatkan kualitas estetika apabila ditunjang dengan kebersihannya.

Pembahasan mengenai pengaruh persentase elemen lanskap terhadap kualitas estetika lanskap kota, diuraikan lebih rinci menurut karakter masing-masing elemen lanskap, yaitu elemen vegetasi, elemen bangunan, elemen perkerasan, dan elemen air.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

vegetasi bangunan perkerasan air

Elemen Lanskap

Rata-rata Persentase Elemen Lanskap (%)

Kualitas estetika tinggi Kualitas estetika sedang Kualitas estetika rendah

Gambar 6. Rata-rata Persentase Elemen Lanksap berdasarkan Kualitas Estetika

Elemen Vegetasi

Berdasarkan grafik yang diperoleh (Gambar 6), elemen vegetasi paling mendominasi diantara elemen lainnya. Lanskap kualitas estetika tinggi memiliki rata-rata persentase elemen vegetasi sebesar 68%. Semakin tinggi persentase elemen vegetasi, kualitas estetika cenderung meningkat. Penutupan elemen vegetasi yang rimbun pada suatu kawasan lanskap kota, memberi kesan yang sejuk dan nyaman. Hal ini sesuai dengan penelitian Meliawati (2003) bahwa karakter yang menonjol dari lanskap dengan kualitas estetika tinggi adalah proporsi vegetasi yang cukup dominan, sehingga terkesan teduh dan nyaman.

Tidak hanya proporsi penutupan vegetasi, namun jenis dan bentuk vegetasi juga sangat mempengaruhi kualitas estetika. Berdasarkan penelitian Laila (2002), lanskap dengan kualitas estetika tinggi dicirikan oleh terdapatnya vegetasi pohon dan semak yang tertata dengan baik. Perubahan tinggi pohon akibat pertumbuhan juga mempengaruhi kualitas estetika, yakni semakin tinggi pohon, maka lanskap akan semakin indah. Lestari (2005) menyatakan bahwa, bentuk pohon dengan skala horizontal memberi kesan sejuk, sehingga dapat meningkatkan kualitas estetika suatu lanskap.

Gambar 7. Frekuensi Kisaran Persentase Elemen Vegetasi

Pada Gambar 7 terlihat bahwa frekuensi persentase elemen vegetasi menyebar cukup merata khususnya pada lanskap dengan kualitas estetika rendah. Lanskap dengan kualitas estetika rendah didominasi oleh penutupan elemen vegetasi 1% - 20% dari total elemen lanskap sebanyak 38%, bahkan 8% dari total 13 lanskap kualitas estetika rendah tidak memiliki penutupan vegetasi, sedangkan lanskap dengan kualitas estetika sedang dan tinggi didominasi oleh penutupan vegetasi 81% - 100 % dari total elemen lanskap, dan tidak ditemukan kawasan

8% 15% 8% 8% 23% 38% 20% 24% 12% 32% 12% 47% 20% 20% 13%

Kualitas Estetika Rendah Kualitas Estetika Sedang

Kualitas Estetika Tinggi

0% vegetasi 1% - 20% vegetasi 21% - 40% vegetasi 41% - 60% vegetasi 61% - 80% vegetasi 81% - 100% vegetasi

tanpa penutupan vegetasi. Lanskap dengan kualitas estetika tinggi, memiliki elemen vegetasi dengan kisaran 21% hingga 100% dari total elemen lanskap. Berdasarkan pengamatan tersebut, dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi penutupan vegetasi, kualitas estetika cenderung meningkat karena vegetasi mampu memberi kesan visual yang asri dan sejuk.

1% – 20% Vegetasi (SBE = 8) 21% – 40% Vegetasi (SBE = 18)

41% – 60% Vegetasi (SBE = -24) 61% – 80% Vegetasi (SBE = 19)

81% – 100 % Vegetasi (SBE = 66)

Secara keseluruhan, persentase elemen vegetasi pada gambaran lanskap kota menyebar cukup merata dari 0% hingga 100%, tergantung dari tipe lanskap. Lanskap kota yang memiliki persentase elemen vegetasi 0% adalah lanskap tanpa vegetasi, dimana hanya didominasi oleh elemen hardscape seperti bangunan, perkerasan, dan site furniture. Lanskap yang memiliki persentase elemen vegetasi sebesar 100% adalah suatu kawasan ruang terbuka hijau yang masih bersifat alami, hutan kota, atau kawasan rekreasi alami dimana hanya didominasi oleh vegetasi berupa ground cover, semak maupun pohon, dan dapat juga berupa lahan pertanian. Lanskap dengan persentase elemen vegetasi 21% hingga 80 % dimiliki oleh hampir seluruh kawasan perkotaan seperti kawasan pemukiman, perkantoran, perdagangan dan sebagainya.

Contoh lanskap dengan berbagai kategori persentase elemen vegetasi dapat dilihat pada Gambar 8. Lanskap dengan penutupan vegetasi 41% - 60%, memiliki SBE rendah. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kerapihan, yaitu vegetasi kurang tertata rapi. Seluruh lanskap pada gambar 8 tergolong ke dalam kualitas estetika sedang, kecuali lanskap dengan penutupan 81% – 100% tergolong ke dalam lanskap dengan kualitas estetika tinggi.

Elemen Bangunan

Berdasarkan Gambar 6, rata-rata persentase elemen bangunan pada lanskap kualitas estetika rendah adalah sebesar 38%, dan paling dominan diantara ketiga kelompok kualitas estetika. Semakin tinggi elemen bangunan dalam suatu lanskap, cenderung mempengaruhi penurunan kualitas estetika. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmawati (2002), Meliawati (2003), dan Afrianita (2005) bahwa peningkatan persentase elemen bangunan dalam suatu lanskap mengakibatkan menurunnya kualitas estetika, kecuali bangunan dengan arsitektur menarik tidak selalu mengakibatkan penurunan kualitas estetika.

Faktor kerapihan elemen bangunan juga sangat mempengaruhi penurunan kualitas estetika lanskap. Umumnya lanskap yang termasuk ke dalam kualitas estetika tinggi, elemen bangunan memiliki arsitektur yang baik sehingga dapat memperkuat karakter lanskap tersebut dan dapat meningkatkan kualitas estetikanya. Hal ini sesuai dengan penelitian Siregar (2004) bahwa bangunan

berkualitas baik dengan arsitektur yang menarik dapat memperkuat karakter lanskap disekitarnya apabila komposisi vegetasi yang menutupinya tidak lebih dari 60%. Booth (1983) menambahkan, karakter bangunan seperti tekstur, warna, dan detil menentukan kualitas dimana bangunan itu berada. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Sadik (2004) bahwa perbaikan pemberian warna pada elemen bangunan dapat meningkatkan kualitas estetika kawasan dimana bangunan itu berada.

Gambar 9. Frekuensi Kisaran Persentase Elemen Bangunan

Pada Gambar 9 terlihat bahwa kis aran persentase elemen bangunan pada lanskap kualitas estetika rendah, sedang, maupun tinggi, tidak ditemukan lanskap yang hanya didominasi oleh bangunan. Lanskap dengan kualitas estetika rendah didominasi oleh kisaran 41% - 80% bangunan. Lanskap dengan kualitas estetika sedang didominasi oleh lanskap tanpa bangunan dan kisaran bangunan 1% hingga 40% dari total elemen lanskap. Lanskap dengan kualitas estetika tinggi memiliki proporsi bangunan yang tidak melebihi 40%, namun paling banyak didominasi oleh proporsi bangunan 1% – 20%. Berdasarkan pengamatan secara keseluruhan,

0% Bangunan 1% - 20% Bangunan 21% - 40% Bangunan 41% - 60% Bangunan 61% - 80% Bangunan 81% - 100% Bangunan 25% 25% 17% 25% 8% 27% 27% 27% 17% 2% 54% 13% 33%

Kualitas Estetika Rendah Kualitas Estetika Sedang

baik lanskap dengan kualitas estetika rendah, sedang, maupun tinggi, cenderung didominasi oleh persentase elemen bangunan 1% – 20%, dan umumnya dimiliki oleh kawasan pemukiman. Artinya, kawasan pemukiman adalah tipe lanskap yang mendominasi lanskap kota, khususnya di Kecamatan Beji, Kota Depok. Hal ini didukung oleh pernyataan Branch (1995) bahwa lanskap kota didominasi oleh kawasan pemukiman.

Pada penelitian ini, tidak ditemukan lanskap dengan persentase bangunan 81% hingga 100%. Dimana elemen bangunan berada, ditemukan elemen perkerasan sebagai jalur sirkulasi kendaraan maupun pejalan kaki. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, elemen bangunan tidak dapat berdiri sendiri dan dipengaruhi oleh elemen lain. Pada Gambar 10 dapat dilihat, jika suatu lanskap memiliki persentase elemen bangunan lebih dari 40% dari total elemen lanskap, maka kualitas estetika (nilai SBE) cenderung mengalami penurunan.

1% – 20% Bangunan (SBE = 55)

41% – 60% Bangunan (SBE = -17) 61% – 80% Bangunan (SBE = -57) 21% – 40% Bangunan (SBE = 86)

Elemen Perkerasan

Berdasarkan kualitas estetikanya, rata-rata persentase elemen perkerasan untuk kualitas estetika seang maupun rendah relatif sama yaitu ± 20%, namun semakin rendah persentase elemen perkerasan, cenderung meningkatkan kualitas estetikanya (Gambar 6). Penggunaan material perkerasan pada jalur sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki, seperti aspal, paving block, semen, batu koral dan sebagainya dapat memberi kesan visual yang baik sehingga mempengaruhi kualitas estetika lanskap sekitar. Elemen perkerasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jalan berupa jalur kendaraan dan pejalan kaki, jalan setapak, plaza, dan sejenisnya. Lanskap dengan kualitas estetika tinggi, memiliki kualitas material perkerasan yang cukup baik seperti aspal.

Gambar 11. Frekuensi Kisaran Persentase Elemen Perkerasan

Gambar 11 memperlihatkan kisaran persentase elemen perkerasan pada lanskap secara keseluruhan yang berkisar 0% hingga 80%. Elemen perkerasan berdasarkan penge lompokan kualitas estetika, memperlihatkan trend yang

8% 8% 23% 61% 0% Perkerasan 1% - 20% Perkerasan 21% - 40% Perkerasan 41% - 60% Perkerasan 61% - 80% Perkerasan 81% - 100% Perkerasan 2% 5% 52% 9% 32% 33% 27% 33% 7%

Kualitas Estetika Rendah Kualitas Estetika Sedang

cenderung sama. Lanskap kualitas estetika rendah, sedang, maupun tinggi, paling banyak didominasi oleh kisaran perkerasan 21% – 40%. Hal ini dapat diartikan bahwa, proporsi elemen perkerasan tidak terla lu mempengaruhi kualitas estetika. Elemen perkerasan 21% – 40%, umumnya dijumpai pada kawasan perkantoran dan CBD, bahkan dapat mencapai lebih dari 40% atau hampir setengah bagian dari total luasan elemen lanskap. Hal ini karena, jalan raya sebagai jalur sirkulasi utama kendaraan, harus dapat mendukung lalu lintas kendaraan bermotor dari ukuran kecil hingga besar, sehingga memiliki ukuran yang cukup lebar.

Gambar 12. Contoh Lanskap berdasarkan Kisaran Persentase Elemen Perkerasan

1% – 20% Perkerasan (SBE = -30)

41% – 60% Perkerasan (SBE = 20)

61% – 80 % Perkerasan (SBE = 12) 21% – 40% Perkerasan (SBE = -8)

Contoh lanskap dengan berbagai kategori persentase elemen perkerasan dapat dilihat pada Gambar 12. Kisaran 1% – 20% elemen perkerasan, umumnya dijumpai pada kawasan pemukiman dengan kualitas estetika rendah, sedang, maupun tinggi. Pada lanskap yang masih alami, seperti halnya pada kawasan ruang terbuka hijau atau lahan pertanian, tidak dijumpai elemen perkerasan berupa jalan setapak. Pada beberapa lanskap ditemukan jalan setapak yang masih bersifat alami, yang artinya tidak menggunakan material perkerasan seperti semen, batu, beton atau aspal. Pada studi ini jalan setapak alami juga dimasukkan ke dalam kategori elemen perkerasan.

Sama dengan elemen bangunan, jarang sekali ditemukan lanskap yang hanya terdiri dari elemen perkerasan. Elemen perkerasan tidak dapat berdiri sendiri dalam suatu lanskap. Dimana ada elemen perkerasan, selalu ditemukan elemen bangunan maupun elemen lanskap lain di sekitarnya. Elemen perkerasan sebagai sarana pejalan kaki maupun lalu lintas kendaraan pada suatu lanskap, diharapkan dapat menunjang berbagai aktivitas di kawasan perkotaan. Hal ini didukung oleh pernyataan Branch (1995) bahwa jalur sirkulasi sebagai elemen perkerasan dapat berfungsi produktif, dan bermanfaat bila jalur tersebut melayani kegiatan yang ada disekitarnya.

Elemen Air

Gambar 6 terlihat bahwa, lanskap dengan kualitas estetika tinggi memiliki rata-rata persentase elemen air sebesar 10% dan paling dominan diantara ketiga kelompok kualitas estetika. Elemen air memiliki karakter yang cukup unik sehingga hal tersebut mempengaruhi penilaian kualitas estetika. Karakteristik berupa plastisitas, pergerakan, suara dan refleksivitas menjadi daya tarik yang menjadi ciri khas dari elemen air (Booth, 1983). Namun demikian, peningkatan persentase elemen air pada lanskap kawasan kota tidak memperlihatkan trend yang jelas. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor luar seperti kebersihan, keberadaan elemen vegetasi, bangunan, atau perkerasan di sekitarnya. Menurut Meliawati (2003), secara visual, air yang tampak tidak jernih dan tercemar oleh sampah sangat mengganggu pemandangan.

Gambar 13 memperlihatkan pembagian kisaran elemen air berdasarkan kualitas estetika. Secara keseluruhan elemen air berkisar 0% hingga 80%. Lanskap yang memiliki elemen air umumnya dijumpai di kawasan ruang terbuka. Pada kawasan ini terdapat badan air berupa danau, kolam, dan sungai. Lanskap dengan kualitas estetika tinggi, memiliki elemen air hingga 60%. Lanskap kualitas estetika sedang mencapai 40%. Pesentase elemen air pada lanskap kualitas estetika rendah mencapai hingga 80%, namun karakter visual air sangat keruh dan tercemar oleh sampah (Gambar 14).

Gambar 13. Frekuensi Kisaran Persentase Elemen Air

Lanskap tanpa elemen air sangat mendominasi. Hal ini menunjukkan bahwa elemen air sulit ditemukan pada lanskap perkotaan. Elemen air hanya dijumpai di kawasan ruang terbuka yang masih bersifat alami dan sedikit buatan manusia. Berdasarkan data pada tabel (Lampiran 5), hanya 17% dari seluruh lanskap yang ditampilkan memiliki elemen air. Hal ini mencerminkan adanya pembangunan yang cenderung mengutamakan sarana pemukiman, perkantoran dan perdagangan. Elemen air pada lanskap kota tidak hanya berupa badan air yang

8% 92% 0% Air 1% - 20% Air 21% - 40% Air 41% - 60% Air 61% - 80% Air 81% - 100% Air 3% 86% 11% 7% 13% 20% 60%

Kualitas Estetika Rendah Kualitas Estetika Sedang

bersifat alami seperti danau, kolam, dan sungai. Namun demikian elemen air dapat berupa air mancur dan sejenisnya.

Gambar 14 menampilkan beberapa lanskap yang memiliki elemen air pada kawasan ruang terbuka. Pada gambar 61% – 80% elemen air, terlihat adanya genangan sampah. Secara visual, hal ini sangat mengganggu keindahan lanskap sekitar sehingga mengakibatkan penurunan kualitas estetika. Hal ini terbukti dengan perolehan nilai SBE sebesar - 60.

Gambar 14. Contoh Lanskap berdasarkan Kisaran Persentase Elemen Air

Hubungan Elemen Vegetasi dengan Kualitas Estetika

Tingkat keeratan hubungan antara elemen lanskap dengan kualitas estetika dapat diketahui melalui analisis korelasi. Nilai korelasi ditunjukkan oleh nilai korelasi r. Elemen lanskap yang dianalisis adalah elemen vegetasi, elemen

1% – 20% Air (SBE = -13)

41% – 60% Air (SBE = 135) 61% – 80% Air (SBE = -60)

bangunan, elemen perkerasan, dan elemen air. Selain elemen lanskap, dianalisis pula hubungan faktor kerapihan dan kebersihan dengan kualitas estetika.

Persentase elemen vegetasi dan nilai SBE memiliki nilai korelasi (r) sebesar 0.227 pada taraf signifikansi 0.05 (a = 5%) dan nilai korelasi positif. Artinya, kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang rendah dan searah. Kedua variabel tersebut mempengaruhi satu sama lain, namun peningkatan elemen vegetasi tidak mutlak diikuti dengan peningkatan nilai SBE (Gambar 15). Meliawati (2003) menyatakan bahwa peningkatan persentase elemen vegetasi tidak mutlak selalu berakibat naiknya nilai SBE. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh faktor luar seperti kerapihan vegetasi, jenis vegetasi, warna vegetasi, serta kerapihan dan kebersihan pada lanskap sekitar. Namun bilamana suatu lanskap memiliki penutupan vegetasi yang tinggi dan didukung dengan faktor-faktor luar yang cukup baik, maka lanskap tersebut dapat dianggap indah atau memiliki kualitas estetika tinggi.

Gambar 15. Hubungan Elemen Vegetasi dengan Nilai SBE 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 vegetasi -150.00 -100.00 -50.00 0.00 50.00 100.00 150.00 SBE r = 0.227*

Hubungan Elemen Bangunan dengan Kualitas Estetika

Nilai korelasi (r) antara persentase elemen bangunan dengan nilai SBE adalah sebesar -0.442 pada taraf signifikansi 0.01 (a = 1%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa elemen bangunan dan nilai SBE memiliki hubungan yang cukup erat yang bersifat berlawanan karena korelasi bernilai negatif. Semakin tinggi persentase elemen bangunan dalam suatu lanskap, semakin rendah nilai SBE. Semakin tinggi nilai SBE maka semakin rendah persentase elemen bangunan. Hal ini didukung oleh penelitian Meliawati (2003) dan Afrianita (2005), bahwa peningkatan persentase elemen bangunan dalam lanskap mengakibatkan penurunan nilai SBE. Hal ini mungkin disebabkan oleh lanskap yang bersifat alami atau sedikit campur tangan manusia cenderung lebih disukai. Elemen bangunan memberi kesan kaku dan keras. Untuk itu, lanskap yang dianggap indah umumnya memiliki elemen lunak seperti vegetasi dan air. Hubungan linier negatif elemen bangunan dan kualitas estetika dapat dilihat pada Gambar 16, dimana plot-plot antara variabel SBE dan bangunan cenderung menurun ke arah kanan.

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 bangunan -150.00 -100.00 -50.00 0.00 50.00 100.00 150.00 SBE r = -0.442**

Gambar 16. Hubungan Elemen Bangunan dengan Nilai SBE

Hubungan Elemen Perkerasan dengan Kualitas Estetika

Nilai korelasi antara persentase elemen perkerasan dengan nilai SBE adalah sebesar 0.117 dengan derajat asosiasi sangat rendah atau dapat dikatakan tidak ada korelasi antar kedua variabel. Gambar 17 terlihat, plot-plot menyebar dan tidak memperlihatkan pola yang jelas. Artinya, persentase elemen perkerasan tidak mempengaruhi penurunan maupun peningkatan nilai SBE. Hal ini sesuai dengan penelitian Afrianita (2005) bahwa elemen perkerasan tidak memiliki keterkaitan yang signifikan terhadap kualitas estetika lanskap. Meliawati (2003) juga menyatakan bahwa peningkatan persentase elemen perkerasan tidak mutlak selalu berakibat turunnya nilai SBE. Hal ini dikarenakan umumnya elemen perkerasan hanya berbentuk jalan setapak dengan karakter yang monoton sehingga responden cenderung memperhatikan elemen lanskap di sekitarnya, seperti penutupan elemen vegetasi dan bangunan. Namun demikian, bilamana suatu jalan setapak bermotif atau menggunakan kombinasi beberapa material seperti paving block, dapat mempengaruhi penilaian kualitas estetika.

Gambar 17. Hubungan Elemen Perkerasan dengan Nilai SBE

Hubungan Elemen Air dengan Kualitas Estetika

Nilai korelasi antara persentase elemen air dengan nilai SBE adalah sebesar 0.636 pada taraf signifikansi 0.05 (a = 5%), maka hubungan kedua variabel tersebut adalah sedang. Peningkatan persentase elemen air selalu diikuti dengan peningkatan nilai SBE. Hal ini sesuai dengan penelitian Meliawati (2003) bahwa, semakin besar proporsi elemen air dalam suatu lanskap akan meningkatkan kualitas estetika lanskap tersebut.

Air merupakan elemen lanskap yang cukup unik dan disenangi oleh manusia. Karakteristik berupa plastisitas, pergerakan, suara dan refleksivitas menjadi daya tarik yang menjadi ciri khas elemen air (Booth, 1983). Oleh karenanya dari segi karakteristiknya, elemen air sangat mempengaruhi penilaian keindahan. Gambar 18 memperlihatkan korelasi kedua variabel membentuk garis yang mengarah ke kanan atas.

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 perkerasan -150.00 -100.00 -50.00 0.00 50.00 100.00 150.00 SBE r = 0.117

Gambar 18. Hubungan Elemen Air dengan Nilai SBE

Analisis Regresi Elemen Lanskap terhadap Nilai SBE

Untuk mengetahui besarnya perubahan variabel nilai SBE yang disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada variabel persentase elemen lanskap, digunakan analisis regresi berganda (Rahayu, 2005). Adapun data hasil analisis regresi dapat dilihat pada Lampiran 7.

Berdasarkan Tabel 3, diketahui koefisien korelasi R sebesar 0.426, hal ini berarti hubungan variabel elemen vegetasi (X1), elemen perkerasan (X2), serta elemen air (X3) dengan variabel nilai SBE (Y) rendah. Nmun demikian, berdasarkan uji ANOVA atau uji F (Lampiran 7) diperoleh nilai Sig F sebesar 0.000 yang jauh lebih kecil dari 0.05, maka model regresi yang diperoleh dapat dipakai untuk memprediksi kualitas estetika (nilai SBE). Koefisien determinasi (R2) pada persamaan regresi yang diperoleh adalah sebesar 0.182 yang artinya kemampuan variabel elemen lanskap untuk menjelaskan variasi pada variabel

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 Air -50.00 0.00 50.00 100.00 150.00 SBE r = 0.636 *

nilai SBE adalah sebesar 18.2 persen, selebihnya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam model regresi yang diperoleh.

Dokumen terkait