• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh elemen lanskap terhadap kualitas estetika lanskap kota Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengaruh elemen lanskap terhadap kualitas estetika lanskap kota Depok"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP

TERHADAP KUALITAS ESTETIKA

LANSKAP KOTA DEPOK

Oleh:

Medyuni Ruswan

A34201045

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

MEDYUNI RUSWAN. Analisis Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kualitas

Estetika Lanskap Kota Depok (Dibawah bimbingan ANDI GUNAWAN dan AKHMAD ARIFIN HADI).

Pembangunan kota dalam perkembangannya selalu mengalami perubahan fisik, sosial, maupun ekonomi. Pembangunan fisik suatu kota diharapkan mampu mendukung aktivitas dan dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat berkaitan dengan kompleksitas, keanekaragaman, serta keaktifan yang dimiliki oleh suatu kota (Branch, 1995). Pembangunan kota yang cenderung tidak mempertimbangkan aspek lingkungan akan berdampak buruk terhadap kenyamanan, kesehatan masyarakat maupun segi kualitas estetika lanskap kota.

Elemen lanskap sebagai pembentuk lanskap kota, dapat mempengaruhi kualitas estetika kota. Salah satu upaya perbaikan kualitas estetika lanskap kota adalah mengevaluasi elemen dasar pembentuk lanskap kota berdasarkan pemahaman persepsi masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, telah dilakukan penelitian mengenai pendugaan kualitas estetika berdasarkan metode SBE (Scenic Beauty Estimation) yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976). Agar evaluasi kualitas estetika lanskap kota dapat dilakukan dengan mudah dalam waktu yang relatif singkat, perlu diketahui elemen-elemen lanskap apa saja yang berpengaruh dan dapat digunakan untuk menduga kualitas estetika lanskap kota. Untuk itu diperlukan analisis terhadap pengaruh elemen-elemen lanskap terhadap kualitas estetikanya.

(3)

seluruh nilai SBE tersebut dikelompokkan ke dalam lanskap dengan kualitas estetika rendah, sedang, dan tinggi. Pengelompokan bertujuan mengetahui karakteristik lanskap berdasarkan kualitas estetikanya. Setelah dilakukan tahap evaluasi SBE, dilakukan tahap analisis korelasi dan analisis regresi berganda. Kedua analisis tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan elemen lanskap dengan kualitas estetika (SBE), serta elemen lanskap apa saja yang dapat digunakan untuk memprediksi kualitas estetika suatu lanskap kota.

Berdasarkan hasil evaluasi, nilai SBE untuk setiap lanskap perkotaan berkisar –142 hingga 135, dimana nilai SBE < -47 adalah lanskap dengan kualitas estetika rendah, nilai SBE antara -47 sampai 53 adalah kualitas sedang, dan nilai SBE > 53 adalah kualitas estetika tinggi. Nilai SBE untuk kawasan lanskap kota cukup beragam. Hal ini karena lanskap kota mempunyai karakteristik lanskap yang berbeda. Tipe lanskap yang umum dijumpai dalam kawasan perkotaan antara lain adalah kawasan perdagangan atau Central Business Distric (CBD), kawasan perkantoran, kawasan pemukiman dan perumahan, kawasan rekreasi, ruang terbuka hijau, jalan raya, serta kawasan tepi sungai.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui, bahwa elemen vegetasi, elemen bangunan dan elemen air adalah elemen dasar pembentuk lanskap yang dapat mempengaruhi kualitas estetika lanskap kota. Lanskap yang memiliki kerapihan elemen vegetasi, elemen bangunan serta elemen air yang baik dan lingkungan sekitar yang bersih dari sampah, dapat meningkatkan kualitas estetika.

(4)

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa, persentase elemen vegetasi, elemen perkerasan, dan elemen air dapat dijadikan sebagai variabel penduga yang dapat memprediksi kualitas estetika lanskap kota (SBE). Persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = -91.752 + 0.972X1 + 1.726X2 + 1.967X3, dengan R2 = 0.182,

dimana Y = Nilai SBE, X1 = Persentase elemen vegetasi, X2 = Persentase elemen

perkerasan, dan X3 = Persentase elemen air, serta R2 adalah nilai koefisien

determinasi. Kenaikan seluruh variabel penduga, akan meningkatkan nilai SBE karena seluruh koefisien regresi bernilai positif.

Berdasarkan tingkat kerapihan dan kebersihan, diperoleh tiga jenis persamaan pendugaan kualitas estetitka. Lanskap dengan kerapihan dan kebersihan rendah adalah Y1 = -68.166 + 0.436X1 dengan R2 = 0.316, dimana Y1

= Nilai SBE dan X1 = Persentase elemen vegetasi. Lanskap dengan kerapihan dan

kebersihan sedang adalah Y2 = -8.352 + 0.253X1 dengan R2 = 0.077, dimana Y2 =

Nilai SBE dan X1 = Persentase elemen vegetasi. Lanskap dengan kerapihan dan

kebersihan tinggi adalah Y3 = 110.084 – 1.522X2dengan R2 =0.347, dimana Y3 =

(5)

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP

TERHADAP KUALITAS ESTETIKA

LANSKAP KOTA DEPOK

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Insitut Pertanian Bogor

Oleh : Medyuni Ruswan

A34201045

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul : Analisis Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kualitas Estetika Lanskap Kota Depok

Nama : Medyuni Ruswan

NRP : A34201045

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Sc Akhmad Arifin Hadi, SP

NIP. 131 681 404 NIP. 132 310 805

Menge tahui

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Kobe, Jepang pada tanggal 14 Juni 1982. Penulis merupakan putri tunggal dari Bapak Lemana Ruswan dan Ibu Sularti Ruswan.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Kota Kobe, Jepang kurang lebih selama 12 tahun. Tahun 1990 penulis lulus dari TK Maiko. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SD Kozukayama hingga lulus pada tahun 1995. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di SMP Tamon Higashi kurang lebih satu bulan. Pada tahun 1995 penulis kembali ke Jakarta dan meneruskan pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP PUTRA I Jakarta Timur hingga lulus tahun 1998. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah umum di SMU Negeri 61 Jakarta hingga lulus 2001. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswi Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN. Selama menjadi mahasiswa, penulis tergabung sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dan mengikuti International Student Planning and Design Competition Riau Equatorial Park pada tahun 2005/2006.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwasanya atas rahmat-Nya penulisan skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kualitas Estetika Lanskap Kota Depok ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berisi hasil seluruh kegiatan penelitian yang dilaksanakan selama bulan Februari hingga Juli 2006 , berlokasi di Kecamatan Beji, Kota Depok.

Selama penulisan skripsi, penulis telah benyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Papa dan mama tesayang atas segala doa, kasih sayang, dukungan, bantuan moril maupun materiil, serta kepercayaan yang telah diberikan selama ini. 2. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Sc dan Akhmad Arifin Hadi, SP selaku dosen

pembimbing skripsi pertama dan kedua, atas bimbingan, bantuan, nasehat yang berharga, serta dorongan yang luar biasa selama proses penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku dosen penguji atas kritik dan sarannya. 4. Julina atas foto-fotonya dan telah mengizinkan saya untuk memakainya

dalam penelitian ini.

5. Semua pihak yang tidak disebukan namun turut membantu selama proses penulisan skripsi ini.

Penulis mohon maaf atas keterbatasan serta kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan ini di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Juli 2006

(9)

DAFTAR ISI

Lokasi dan Waktu Penelitian... 11

Metode Penelitian... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Estetika Lanskap Kota ... 22

Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Nilai SBE ... 26

Elemen Vegetasi... 27

Elemen Bangunan ... 30

Elemen Perkerasan ... 33

Elemen Air ... 35

Hubungan Elemen Vegetasi dengan Kualitas Estetika ... 37

Hubungan Elemen Bangunan dengan Kualitas Estetika ... 39

Hubungan Elemen Perkerasan dengan Kualitas Estetika ... 40

Hubungan Elemen Air dengan Kualitas Estetika ... 41

Analisis Regresi Elemen Lanskap terhadap Nilai SBE... 42

Pengaruh Kerapihan dan Kebersihan terhadap Nilai SBE ... 46

Hubungan Kerapihan dan Kebersihan dengan Kualitas Estetika... 49

Aplikasi dalam Evaluasi Kualitas Estetika Lanskap Kota ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 54

Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Klasifikasi Nilai Kerapihan dan Kebersihan ... 14

2. Lanskap berdasarkan Kualitas Estetika ... 24

3. Hasil Analisis Regresi Berganda... 42

4. Signifikansi Koefisien Regresi... 44

5. Hasil Penilaian Kerapihan dan Kebersihan ... 48

(11)

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP

TERHADAP KUALITAS ESTETIKA

LANSKAP KOTA DEPOK

Oleh:

Medyuni Ruswan

A34201045

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

MEDYUNI RUSWAN. Analisis Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kualitas

Estetika Lanskap Kota Depok (Dibawah bimbingan ANDI GUNAWAN dan AKHMAD ARIFIN HADI).

Pembangunan kota dalam perkembangannya selalu mengalami perubahan fisik, sosial, maupun ekonomi. Pembangunan fisik suatu kota diharapkan mampu mendukung aktivitas dan dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat berkaitan dengan kompleksitas, keanekaragaman, serta keaktifan yang dimiliki oleh suatu kota (Branch, 1995). Pembangunan kota yang cenderung tidak mempertimbangkan aspek lingkungan akan berdampak buruk terhadap kenyamanan, kesehatan masyarakat maupun segi kualitas estetika lanskap kota.

Elemen lanskap sebagai pembentuk lanskap kota, dapat mempengaruhi kualitas estetika kota. Salah satu upaya perbaikan kualitas estetika lanskap kota adalah mengevaluasi elemen dasar pembentuk lanskap kota berdasarkan pemahaman persepsi masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, telah dilakukan penelitian mengenai pendugaan kualitas estetika berdasarkan metode SBE (Scenic Beauty Estimation) yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976). Agar evaluasi kualitas estetika lanskap kota dapat dilakukan dengan mudah dalam waktu yang relatif singkat, perlu diketahui elemen-elemen lanskap apa saja yang berpengaruh dan dapat digunakan untuk menduga kualitas estetika lanskap kota. Untuk itu diperlukan analisis terhadap pengaruh elemen-elemen lanskap terhadap kualitas estetikanya.

(13)

seluruh nilai SBE tersebut dikelompokkan ke dalam lanskap dengan kualitas estetika rendah, sedang, dan tinggi. Pengelompokan bertujuan mengetahui karakteristik lanskap berdasarkan kualitas estetikanya. Setelah dilakukan tahap evaluasi SBE, dilakukan tahap analisis korelasi dan analisis regresi berganda. Kedua analisis tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan elemen lanskap dengan kualitas estetika (SBE), serta elemen lanskap apa saja yang dapat digunakan untuk memprediksi kualitas estetika suatu lanskap kota.

Berdasarkan hasil evaluasi, nilai SBE untuk setiap lanskap perkotaan berkisar –142 hingga 135, dimana nilai SBE < -47 adalah lanskap dengan kualitas estetika rendah, nilai SBE antara -47 sampai 53 adalah kualitas sedang, dan nilai SBE > 53 adalah kualitas estetika tinggi. Nilai SBE untuk kawasan lanskap kota cukup beragam. Hal ini karena lanskap kota mempunyai karakteristik lanskap yang berbeda. Tipe lanskap yang umum dijumpai dalam kawasan perkotaan antara lain adalah kawasan perdagangan atau Central Business Distric (CBD), kawasan perkantoran, kawasan pemukiman dan perumahan, kawasan rekreasi, ruang terbuka hijau, jalan raya, serta kawasan tepi sungai.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui, bahwa elemen vegetasi, elemen bangunan dan elemen air adalah elemen dasar pembentuk lanskap yang dapat mempengaruhi kualitas estetika lanskap kota. Lanskap yang memiliki kerapihan elemen vegetasi, elemen bangunan serta elemen air yang baik dan lingkungan sekitar yang bersih dari sampah, dapat meningkatkan kualitas estetika.

(14)

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa, persentase elemen vegetasi, elemen perkerasan, dan elemen air dapat dijadikan sebagai variabel penduga yang dapat memprediksi kualitas estetika lanskap kota (SBE). Persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = -91.752 + 0.972X1 + 1.726X2 + 1.967X3, dengan R2 = 0.182,

dimana Y = Nilai SBE, X1 = Persentase elemen vegetasi, X2 = Persentase elemen

perkerasan, dan X3 = Persentase elemen air, serta R2 adalah nilai koefisien

determinasi. Kenaikan seluruh variabel penduga, akan meningkatkan nilai SBE karena seluruh koefisien regresi bernilai positif.

Berdasarkan tingkat kerapihan dan kebersihan, diperoleh tiga jenis persamaan pendugaan kualitas estetitka. Lanskap dengan kerapihan dan kebersihan rendah adalah Y1 = -68.166 + 0.436X1 dengan R2 = 0.316, dimana Y1

= Nilai SBE dan X1 = Persentase elemen vegetasi. Lanskap dengan kerapihan dan

kebersihan sedang adalah Y2 = -8.352 + 0.253X1 dengan R2 = 0.077, dimana Y2 =

Nilai SBE dan X1 = Persentase elemen vegetasi. Lanskap dengan kerapihan dan

kebersihan tinggi adalah Y3 = 110.084 – 1.522X2dengan R2 =0.347, dimana Y3 =

(15)

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP

TERHADAP KUALITAS ESTETIKA

LANSKAP KOTA DEPOK

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Insitut Pertanian Bogor

Oleh : Medyuni Ruswan

A34201045

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(16)

Judul : Analisis Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kualitas Estetika Lanskap Kota Depok

Nama : Medyuni Ruswan

NRP : A34201045

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Sc Akhmad Arifin Hadi, SP

NIP. 131 681 404 NIP. 132 310 805

Menge tahui

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Kobe, Jepang pada tanggal 14 Juni 1982. Penulis merupakan putri tunggal dari Bapak Lemana Ruswan dan Ibu Sularti Ruswan.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Kota Kobe, Jepang kurang lebih selama 12 tahun. Tahun 1990 penulis lulus dari TK Maiko. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SD Kozukayama hingga lulus pada tahun 1995. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di SMP Tamon Higashi kurang lebih satu bulan. Pada tahun 1995 penulis kembali ke Jakarta dan meneruskan pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP PUTRA I Jakarta Timur hingga lulus tahun 1998. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah umum di SMU Negeri 61 Jakarta hingga lulus 2001. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswi Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN. Selama menjadi mahasiswa, penulis tergabung sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dan mengikuti International Student Planning and Design Competition Riau Equatorial Park pada tahun 2005/2006.

(18)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwasanya atas rahmat-Nya penulisan skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kualitas Estetika Lanskap Kota Depok ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berisi hasil seluruh kegiatan penelitian yang dilaksanakan selama bulan Februari hingga Juli 2006 , berlokasi di Kecamatan Beji, Kota Depok.

Selama penulisan skripsi, penulis telah benyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Papa dan mama tesayang atas segala doa, kasih sayang, dukungan, bantuan moril maupun materiil, serta kepercayaan yang telah diberikan selama ini. 2. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Sc dan Akhmad Arifin Hadi, SP selaku dosen

pembimbing skripsi pertama dan kedua, atas bimbingan, bantuan, nasehat yang berharga, serta dorongan yang luar biasa selama proses penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku dosen penguji atas kritik dan sarannya. 4. Julina atas foto-fotonya dan telah mengizinkan saya untuk memakainya

dalam penelitian ini.

5. Semua pihak yang tidak disebukan namun turut membantu selama proses penulisan skripsi ini.

Penulis mohon maaf atas keterbatasan serta kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan ini di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Juli 2006

(19)

DAFTAR ISI

Lokasi dan Waktu Penelitian... 11

Metode Penelitian... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Estetika Lanskap Kota ... 22

Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Nilai SBE ... 26

Elemen Vegetasi... 27

Elemen Bangunan ... 30

Elemen Perkerasan ... 33

Elemen Air ... 35

Hubungan Elemen Vegetasi dengan Kualitas Estetika ... 37

Hubungan Elemen Bangunan dengan Kualitas Estetika ... 39

Hubungan Elemen Perkerasan dengan Kualitas Estetika ... 40

Hubungan Elemen Air dengan Kualitas Estetika ... 41

Analisis Regresi Elemen Lanskap terhadap Nilai SBE... 42

Pengaruh Kerapihan dan Kebersihan terhadap Nilai SBE ... 46

Hubungan Kerapihan dan Kebersihan dengan Kualitas Estetika... 49

Aplikasi dalam Evaluasi Kualitas Estetika Lanskap Kota ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 54

Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Klasifikasi Nilai Kerapihan dan Kebersihan ... 14

2. Lanskap berdasarkan Kualitas Estetika ... 24

3. Hasil Analisis Regresi Berganda... 42

4. Signifikansi Koefisien Regresi... 44

5. Hasil Penilaian Kerapihan dan Kebersihan ... 48

(21)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Analisis Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kuliatas

Estetika Lanskap Kota Depok ... 21

2. Nilai SBE Tiap Lanskap... 23

3. Lanskap dengan Kualitas Pemandangan Tertinggi (Lanskap 4) ... 25

4. Lanskap dengan Kualitas Estetika Sedang (Lanskap 66)... 25

5. Lanskap dengan Kualitas Estetika Terendah (Lanskap 27) ... 26

6. Rata-rata Persentase Elemen Lanksap berdasarkan Kualitas Estetika ... 27

7. Frekuensi Kisaran Persentase Elemen Vegetasi... 28

8. Contoh Lanskap berdasarkan Kisaran Persentase Elemen Vegetasi... 29

9. Frekuensi Kisaran Persentase Elemen Bangunan ... 31

10. Contoh Lanskap berdasarkan Kisaran Persentase Elemen Bangunan ... 32

11. Frekuensi Kisaran Persentase Elemen Perkerasan ... 33

12. Contoh Lanskap berdasarkan Kisaran Persentase Elemen Perkerasan ... 34

13. Frekuensi Kisaran Persentase Elemen Air ... 36

14. Contoh Lanskap berdasarkan Kisaran Persentase Elemen Air ... 37

15. Hubungan Elemen Vegetasi dengan Nilai SBE ... 38

16. Hubungan Elemen Bangunan dengan Nilai SBE ... 39

17. Hubungan Elemen Perkerasan dengan Nilai SBE... 40

18. Hubungan Elemen Air dengan Nilai SBE... 41

19. Contoh Lanskap yang Tercemar oleh Sampah... 46

20. Hubungan Kerapihan dan Kebersihan dengan Nilai SBE... 49

21. Foto Eksisting Lanskap Pemukiman ... 52

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Foto Hasil Pemotretan ... 59 2. Format Kuisioner... 66 3. Contoh Perhitungan Nilai SBE ... 67 4. Sebaran Normal Nilai SBE ... 68 5. Persentase Elemen Lanskap Hasil digitasi AutoCAD dan Nilai SBE ... 69 6. Data Korelasi Pearson Elemen Lanskap dengan Nilai SBE ... 72 7. Data Hasil Analisis Regresi... 74

8. Data Hasil Analisis Regresi berdasarkan Kerapihan dan

Kebersihan Rendah ... 77 9. Data Hasil Analisis Regresi berdasarkan Kerapihan dan

Kebersihan Sedang ... 79 10. Data Hasil Analisis Regresi berdasarkan Kerapihan dan

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan kota dalam perkembangannya selalu mengalami perubahan fisik, sosial, maupun ekonomi. Pembangunan fisik suatu kota diharapkan mampu mendukung aktivitas dan dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat berkaitan dengan kompleksitas, keanekaragaman, serta keaktifan yang dimiliki oleh suatu kota (Branch, 1995).

Semakin meningkatnya jumlah penduduk, ruang publik sebagai ruang beraktifitas masyarakat perkotaan seperti ruang terbuka hijau semakin menyempit akibat pertumbuhan pemukiman dan berbagai peruntukan lainnya. Ruang publik berfungsi memberikan nilai tambah bagi lingkungan, misalnya terhadap pengendalian pencemaran udara, pengendalian iklim mikro, serta kualitas estetika kota. Pembangunan kota yang cenderung tidak mempertimbangkan aspek lingkungan akan berdampak buruk terhadap kenyamanan, kesehatan masyarakat maupun segi kualitas estetika lanskap kota.

Agar tercipta keadaan lingkungan perkotaan yang nyaman, estetik dan proporsional, diperlukan suatu upaya perbaikan dan pelestarian lingkungan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah perbaikan terhadap kualitas estetika lanskap kota dengan mengevaluasi elemen dasar lanskap kota berdasarkan pemahaman persepsi manusia. Elemen dasar lanskap sebagai pembentuk lanskap kota, dapat mempengaruhi kualitas estetika lanskap kota. Lanskap kota yang didominasi oleh elemen ve getasi cenderung lebih disukai masyarakat dan dianggap indah, sedangkan lanskap yang didominasi oleh elemen bangunan cenderung kurang disukai dan dianggap kurang indah (Meliawati, 2003). Evaluasi terhadap kualitas estetika telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan metode SBE (Scenic Beauty Estimation) yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976). Metode ini menilai hasil preferensi responden terhadap lanskap dengan menggunakan kuisioner.

(24)

estetika lanskap kota. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap pengaruh elemen-elemen lanskap yang ada pada suatu lanskap tersebut terhadap kualitas estetikanya. Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui elemen-elemen dasar lanskap apa saja yang mempengaruhi kualitas estetika, serta elemen lanskap apa saja yang dapat menjadi variabel penduga yang dapat memprediksi kualitas estetika lanskap kota. Hasil analisa ini diharapkan dapat mempermudah penelitian selanjutnya baik dalam segi efisiensi waktu maupun tenaga, karena tidak perlu lagi melakukan evaluasi terhadap penilaian responden melalui kuisioner.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengana lisis pengaruh elemen-elemen dasar lanskap terhadap kualitas estetika lanskap Kota Depok.

Manfaat

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Kualitas Estetika Lanskap Kota

Estetika secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu pengetahuan tentang keindahan atau pembelajaran keselarasan terhadap alam atau seni (Daniel, 2001). Estetika juga dapat diartikan sebagai suatu hubungan harmonis yang jelas dari berbagai bagian dari suatu hal yang kita lihat atau alami (Simonds, 1983). Estetika berkaitan erat dengan penilaian secara visual, karena penilaian suatu obyek melalui penampakan visual sangat mudah ditangkap oleh indera manusia. Kualitas visual estetik merupakan hasil pertemuan antara unsur fisik lanskap dan proses psikologis (perseptual, kognitif, dan emosional) dari pengamat (Daniel, 2001).

Kualitas estetika sangat berperan dalam membentuk karakter dan identitas suatu tempat. Menurut Nasar (1988), kualitas estetika suatu lanskap dapat ditentukan oleh dua macam penilaian estetika, yaitu formal dan simbolik. Estetika formal menilai suatu obyek berdasarkan bentuk, ukuran, warna, kompleksitas, dan keseimbangan suatu obyek. Sedangkan estetika simbolik menilai suatu obyek berdasarkan pada makna konotatif dari obyek tersebut setelah dialami oleh pengamat.

Menurut Branch (1995), suatu kawasan disebut kota jika telah memiliki keaktifan, keanekaragaman, dan kompleksitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan lainnya. Dengan demikian pembangunan kawasan perkotaan cenderung terfokus pada pemenuhan kepentingan hidup manusia. Kawasan perkotaan merupakan bentuk lanskap buatan manusia akibat aktifitas manusia mengelola kepentingan hidup manusianya (Simonds, 1983). Hal ini dapat dilihat dari adanya pembangunan kawasan perdagangan (Central Business Distric, CBD), perkantoran, pemukiman serta fasilitas rekreasi. Pembangunan yang diimbangi dengan penataan lingkungan yang estetis, akan dapat memperindah kawasan perkotaan sekaligus membentuk kota yang bersih dan sehat.

(26)

pembentuk lanskap. Suatu kawasan lanskap kota dikatakan memiliki kualitas estetika tinggi, jika elemen pembentuk lanskap kota berkualitas baik pula. Kawasan yang didominasi oleh elemen vegetasi, elemen air, dan sedikit elemen bangunan lebih disukai, sehingga memiliki kualitas estetika yang cukup tinggi (Meliawati, 2003).

Elemen Lanskap

Elemen lanskap sebagai pembentuk lanskap kota memiliki peranan yang cukup besar dalam pembentukan kualitas estetika. Elemen lanskap meliputi segala bentuk tanaman atau vegetasi, segala sesuatu di atas permukaan tana h maupun air, serta konstruksi baik bangunan maupun elemen taman (Eckbo, 1964). Elemen dasar lanskap menurut Booth (1983) adalah landform, vegetasi, bangunan, perkerasan, site structure, dan air. Elemen tersebut adalah komponen fisik dasar pembentuk lanskap dan merupakan media yang digunakan oleh para arsitek lanskap dalam membentuk suatu ruang. Setiap elemen memiliki karakter yang berbeda-beda namun dengan keunikan yang dimilikinya, saling mengisi dan mempengaruhi satu sama lain membentuk suatu lanskap ya ng estetis. Melalui seni ilmu merancang, merencana, serta mengelola dalam arsitektur lanskap, akan tercipta lanskap kota yang secara estetika indah, secara fungsional berguna dan secara ekologi tercipta lingkungan yang berkelanjutan.

Penggunaan elemen lanskap sangat penting dalam membentuk pemandangan keseluruhan yang estetik (Booth, 1983). Oleh karena itu penggunaan elemen lanskap harus dipertimbangkan agar sesuai dengan fungsi dan estetika yang diinginkan. Berdasarkan penelitian Meliawati (2003), elemen lanskap yang paling dominan terhadap kualitas estetika lanskap kota adalah vegetasi, bangunan, perkerasan, air dan langit. Proporsi tertentu dari masing-masing elemen akan memberi penilaian terhadap kualitas estetika lanskap kota yang berbeda pula.

Eleme n Vegetasi

(27)

fungsi utama yaitu fungsi struktural, fungsi lingkungan dan fungsi visual. Vegetasi sebagai eleme n struktural dapat berperan sebagai pembentuk dan pengatur ruang, mempengaruhi pemandangan, dan mempengaruhi arah pergerakan. Vegetasi sebagai fungsi lingkungan dapat berperan sebagai pembersih udara, penjaga kelembaban tanah, pencegah erosi, pengatur suhu, dan sebagai habitat satwa. Vegetasi sebagai elemen visual dapat berperan sebagai focal point dan penghubung visual terhadap karakter vegetasi berupa ukuran, bentuk, warna dan tekstur. Menurut Laurie (1984) karakter vegetasi dapat dilihat dari bunga, daun, bentuk keseluruhan tanaman serta variasi berdasarkan musim. Elemen vegetasi yang biasa digunakan dalam lanskap perkotaan adalah pohon, semak, dan tanaman penutup tanah.

Pengaruh elemen vegetasi terhadap kualitas estetika cukup besar. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmawati (2002), Laila (2003), Meliawati (2003), dan Afrianita (2005) bahwa, lanskap dengan kualitas estetika tinggi didominasi oleh elemen vegetasi dengan penataan yang baik. Lestari (2005) dan Laila (2003) mengatakan bahwa, selain proporsi elemen vegetasi, bentuk pohon dan tinggi pohon juga mempengaruhi kualitas estetika lanskap. Bentuk pohon dengan skala horizontal dan tinggi lebih disukai karena memberi kesan sejuk pada area yang cukup luas. Maharta (2004) menambahkan, semakin beragam kompoisi vegetasi berupa tegakan pohon, semak daun maupun semak berbunga dan ground cover dapat meningkatkan kualitas estetika lanskap.

Elemen Bangunan

(28)

(Siregar, 2004). Bangunan yang memiliki nilai keindahan tinggi adalah bangunan dengan arsitektur menarik baik dari segi warna, tekstur, maupun struktur.

Bangunan akan bernilai estetik bilamana ditata seimbang dengan vegetasi (Eckbo, 1964). Penampilan fisik bangunan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat, seperti halnya dalam bentuk, ukuran, serta warna. Konfigurasi perumahan masih cukup disukai oleh masyarakat, namun bangunan pertokoan dan pemukiman liar dianggap kurang indah dan kurang nyaman karena cenderung mendominasi dan terlalu padat (Gunawan dan Yoshida, 1994).

Elemen Perkerasan

Elemen perkerasan yang dimaksud adalah jalan, jalur pedestrian, area parkir, plaza, dan sebagainya. Perkerasan dibangun untuk mendukung sirkulasi manusia.

Jenis bahan perkerasan memberikan kesan keanekaragaman yang cukup berfungsi, akan tetapi keanekaragaman tersebut harus memperhatikan faktor kegunaan. Penggunaan jenis bahan perkerasan, terutama tekstur dan warna, dalam suatu desain menunjukkan adanya bahaya ataupun kemungkinan kecelakaan pada tertentu. Misalnya tepian kolam, bahu jalan, penyeberangan jalan, halaman rumput dan juga untuk memisahkan daerah-daerah kegunaan yang tidak cocok digabungkan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan pembentukan keanekaragaman, pola, dan daya tarik visual suatu perkerasan. Pemilihan bahan disesuaikan dengan tipe lalu lintas. Contoh seperti rumput dan beton merupakan dua jenis bahan penutup lahan yang sangat berbeda penggunaannya untuk jenis-jenis lalu lintas. Perkerasan aspal dan beton cor memberi kesan cepat, pergerakan yang tidak terhalangi, sedangkan permukaan kerikil memberi kesan lambat sehingga sesuai digunakan untuk jalur-jalur pejalan kaki dalam suatu taman (Laurie, 1984).

(29)

Elemen perkerasan mempengaruhi kualitas estetika seperti halnya dengan elemen bangunan. Berdasarkan hasil penelitian Meliawati (2003), semakin besar proporsi perkerasan dalam suatu lanskap akan menurunkan nilai keindahan lanskap tersebut.

Elemen Air

Air merupakan elemen lanskap yang cukup unik dan disenangi oleh manusia. Karakteristik berupa plastisitas, pergerakan, suara dan refleksivitas menjadi daya tarik yang menjadi ciri khas dari elemen air (Booth, 1983). Meliawati (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa secara umum semakin besar proporsi elemen air dalam suatu lanskap akan meningkatkan kualitas estetikanya.

Elemen Langit

Elemen langit merupakan media visualisasi bagi elemen lanskap, seperti vegetasi, bangunan, dan utilitas lainnya. Penataan elemen lanskap yang teratur dan menarik dapat terlihat semakin menarik jika terdapat latar belakang langit yang cerah, namun kehadirannya pada lanskap cenderung bersifat netral, dan tidak selalu dapat mempengaruhi penilaian kualitas estetika. Afrianita (2005) menyimpulkan bahwa, elemen langit memiliki korelasi yang rendah terhadap kualitas estetika, sehingga kenaikan proporsi elemen langit dalam suatu lanskap, tidak selalu dapat meningkatkan kualitas estetikanya. Meliawati (2003) juga menyatakan bahwa, elemen langit tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan kualitas estetika, sehingga dapat diabaikan. Untuk itu, dalam penelitian ini elemen langit tidak dimasukkan dalam analisis data.

Kerapihan dan Kebersihan

(30)

Menurut Branch (1995), salah satu unsur fisik kota yang mempengaruhi kualitas estetika kota adalah kebersihan kota. Hal ini didukung pula oleh pernyataan Meliawati (2003) bahwa, kualitas estetika lanskap suatu kota selain dipengaruhi oleh elemen lanskap, juga dipengaruhi oleh faktor kebersihan lingkungan, serta kerapihan penataan elemen vegetasi, elemen bangunan serta elemen lainnya. Sadik (2004) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa, kondisi fisik bangunan yang memberi penilaian kualitas estetika tinggi adalah bangunan yang memiliki warna menarik pada atap dan dinding serta penutupan vegetasi yang tertata baik di sekitarnya.

Scenic BeautyEstimation (SBE)

Keindahan pemandangan (Scenic Beauty) dapat diartikan sebagai keindahan alami, estetika lanskap atau sumber pemandangan (scenic resource), dan merupakan hasil tanggapan seseorang terhadap lanskap sekitar. Keindahan pemandangan atau kualitas estetika dapat diukur berdasarkan penilaian manusia. Salah satu upaya penilaian terhadap kula litas estetika suatu lanskap dapat dilakukan dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE) menurut Daniel dan Boster (1976), yaitu suatu metode untuk menilai suatu tapak melalui pengamatan foto berdasarkan suatu hal yang disukai keindahannya secara kuantitatif. Terdapat tiga kategori dalam metode penilaian kualitas pemandangan, yaitu 1) Inventarisasi deskriptif, 2) Survei dan kuisioner, dan 3) Evaluasi berdasarkan preferensi.

Metode SBE mengukur preferensi masyarakat dengan penilaian melalui sistem rating terhadap slide foto dengan menggunakan kuisioner. Penilaian manusia terhadap pemandangan melalui foto sama baiknya dengan menilai pemandangan secara langsung (Kaplan, 1988).

Model Statistik

(31)

suatu aspek. Dalam menentukan variabel sebaiknya dibuat batasan untuk memilih sejumlah variabel karena aspek yang berkaitan dengan subyek yang akan diteliti biasanya sangat banyak (Falero dan Alonzo, 1995 dalam Hidayat, 2004).

Model yang akan disusun dalam penelitian ini adalah model yang dapat memprediksi kualitas estetika lanskap kota berdasarkan elemen-elemen dasar lanskap. Penyusunan model menggunakan persamaan regresi berganda (Walpole, 1990) dengan menghubungkan nilai SBE sebagai variabel tak bebas (Y) dan elemen dasar lanskap sebagai variabel bebas (X). Elemen dasar lanskap meliputi elemen lanskap yang dominan mempengaruhi kualitas estetika lanskap kota yaitu vegetasi (X1), bangunan (X2), perkerasan (X3), dan air (X4) (Meliawati, 2004).

Persamaan regresi berganda menurut Walpole (1990) dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan:

Y = a + b X1 + c X2 +... + n Xn

Dimana:

Y = Peubah tak bebas a,b...n = Koefisien pendugaan X = Peubah bebas

Sudarmanto (2005) menyatakan bahwa analisis regresi merupakan salah satu alat analisis yang menjelaskan tentang sebab-akibat dan besarnya akibat yang ditimbulkan oleh satu atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat (tidak bebas). Dalam analisis regresi, variabel bebas dapat pula disebut dengan istilah predikor dan variabel terikatnya sering disebut dengan istilah kriterium. Dalam aplikasi praktis, analisis regresi mempunyai kegunaan yang luas, akan tetapi beberapa kegunaan yang penting antara lain:

1. Mereduksi lebar selang kepercayaan dalam melakukan pendugaan beberapa nilai tengah populasi dengan mempertimbangkan efek dari peubah pengiring. 2. Untuk mengeliminasi efek lingkungan dari pendugaan kita terhadap efek

perlakuan.

(32)
(33)

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian analisis pengaruh elemen lanskap terhadap kualitas estetika lanskap Kota Depok mengambil lokasi di Kecamatan Beji, Kota Depok. Kegiatan studi dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Juli 2006.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang terdiri dari tahap evaluasi kualitas estetika lanskap kota dengan metode Scenic Beauty Estimation (SBE), dan tahap analisis pengaruh elemen lanskap terhadap kualitas estetika lanskap kota dengan metode analisis kuantitatif.

Evaluasi Kualitas Estetika Lanskap Kota

Evaluasi kualitas estetika lanskap kota mengikuti prosedur metode Scenic Beauty Estimation (SBE) yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976) sebagai berikut:

Pemotretan. Tahap ini diawali dengan pangamatan dari atas melalui foto udara untuk memudahkan penentuan vantage point saat turun lapang. Penentuan vantage point, yaitu titik dimana lanskap sekitarnya dipotret, didasarkan pada lanskap yang mewakili berbagai tata guna lahan utama dan tipe lanskap kota, seperti kawasan pemukiman, perkantoran, CBD (Central Business District), jalan, tepi sungai, rekreasi, dan ruang terbuka hijau (Gunawan, 2005). Setelah diperoleh 94 vantage point, dilakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk melakukan pemotretan. Pemotretan lanskap memperhatikan dominansi dan proporsi elemen lanskap, seperti bangunan, perkerasan, vegetasi, air dan sejenisnya. Foto hasil pemotretan akan diseleksi berdasarkan kualitas yang terbaik dari segi gambar, warna, serta keterwakilan elemen-elemen lanskap kota.

(34)

tiap slide. Teknis pengisian kuisioner berupa pemberian skor 1 sampai 10 terhadap setiap slide yang ditampilkan. Skor 1 adalah lanskap yang paling tidak disukai sedangkan skor 10 adalah yang paling disukai. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 36 orang, yaitu mahasiswa S1 Departemen Arsitektur Lanskap IPB yang memiliki latar belakang serta wawasan mengenai ilmu arsitektur lanskap. Menurut Daniel dan Boster (1976), jumlah responden antara 20 sampai 30 sudah cukup mewakili dan mahasiswa merupakan perwakilan dari total populasi yang dianggap kritis dan peduli terhadap lingkungannya.

Perhitungan nilai SBE. Data yang telah terkumpul diolah dengan

menggunakan metode Scenic Beauty Estimation menurut Daniel dan Boster (1976). Data setiap lanskap diurutkan berdasarkan skala penilaian 1 sampai 10 kemudian dihitung frekuensinya (f), frekuensi kumulatif (cf), probabilitas kumulatif (cp) dan nilai Z berdasarkan tabel Z. Untuk nilai cp = 1,00 digunakan rumus cp = 1-1/(2n) dan untuk nilai cp = 0 (z = ± tak terhingga) menggunakan rumus cp = 1/(2n). Selanjutnya ditentukan nilai rata-rata z untuk setiap titik dan nilai rata-rata z sebagai standar untuk perhitungan SBE. Nilai rata-rata z standar ditentukan dari keseluruhan z untuk tiap titik yang mendekati nol. Rumus perhitungan nilai SBE adalah sebagai berikut:

SBEX = (ZLX-ZLS) x 100

Dimana :

SBEX = nilai SBE titik ke-x

ZLX = nilai rata-rata z titik ke-x

ZLS = nilai rata-rata z yang digunakan sebagai standar

Seluruh nilai SBE yang telah diperoleh selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kualitas estetika rendah, sedang, dan tinggi menggunakan sebaran normal (Lampiran 4) dengan parameter nilai tengah (µ) dan standar deviasi (σ ). Perhitungan sebagai berikut :

SBE rendah < µ −σ

σ

(35)

Analisis Pengaruh Elemen La nskap terhadap Nilai SBE

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besar keterikatan hubungan elemen lanskap terhadap nilai SBE serta seberapa besar pengaruh elemen lanskap sehingga dapat memprediksi kualitas estetika (nilai SBE) suatu lanskap kota. Elemen lanskap sebagai variabel bebas yang digunakan dalam analisis regresi adalah persentase elemen vegetasi, persentase elemen bangunan, persentase elemen perkerasan, persentase elemen air serta nilai kerapihan dan kebersihan. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmawati (2002), Meliawati (2003), serta Siregar (2004) bahwa, vegetasi dan bangunan memberi pengaruh yang cukup besar terhadap penilaian kualitas estetika lanskap kota. Elemen langit diabaikan dalam analisis ini, karena berdasarkan penelitian Meliawati (2003), persentase elemen langit tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan nilai SBE.

Perhitungan Persentase Elemen Lanksap

Penentuan luasan elemen lanskap dapat dilakukan dengan metode digitasi AutoCAD. Metode ini cukup akurat karena dapat menghasilkan ukuran dengan tingkat kebenaran yang cukup tinggi (Siregar, 2004). Namun untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, diperlukan ketelitian yang cukup besar dalam mendigitasi foto. Luas elemen lanskap yang dihitung adalah elemen vegetasi, elemen bangunan, elemen perkerasan, serta elemen air. Rumus perhitungan persentase elemen lanskap adalah :

x100%

(36)

Penentuan Nilai Kerapihan dan Kebersihan

Tahap selanjutnya adalah menilai kerapihan dan kebersihan suatu lanskap. Nilai kerapihan dan kebersihan berkisar antara 1 sampai 3, dimana nilai 1 adalah rendah, nilai 2 adalah sedang, dan nilai 3 adalah tinggi. Kategori kerapihan dan kebersihan diuraikan lebih rinci pada tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Nilai Kerapihan dan Kebersihan Nilai kerapihan

dan kebersihan Ciri-ciri

1 (Rendah)

a. Vegetasi tidak tertata dengan baik b. Penataan bangunan tidak baik

c. Kualitas fisik bangunan tidak baik (warna, arsitektur dan sebagainya )

d. Tekstur perkerasan tidak baik

e. Terdapat sampah – tidak terdapat sampah

2 (Sedang)

a. Vegetasi tertata dengan cukup baik b. Penataan bangunan cukup baik c. Kualitas fisik bangunan cukup baik d. Tekstur perkerasan cukup baik e. Tidak terdapat sampah

3 (Tinggi)

a. Vegetasi tertata dengan sangat baik b. Penataan bangunan sangat baik c. Kualitas fisik bangunan sangat baik

d. Tekstur perkerasan sangat baik (aspal, paving block dan sebagainya )

e. Tidak terdapat sampah

(37)

Analisis Kuantitatif

Data dianalisa secara kuantitatif yaitu mengolah data hasil penelitian yang telah dinyatakan dalam suatu angka untuk dianalisis dengan perhitungan statistik terhadap variabel obyek yang diteliti (Rahayu, 2005). Dalam penelitian ini digunakan alat analisis korelasi dan analisis regresi berganda.

Analisis Korelasi

Analisis korelasi menggunakan korelasi pearson, yang dapat mengukur hubungan dua variabel yang bersifat linier dan data bersifat kuantitatif (Sulaiman, 2002). Analisis korelasi bertujuan mengukur kekuatan hubungan antara dua peubah melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi (Walpole, 1995). Nilai korelasi variabel X dan Y dilambangkan dengan r. Nilai korelasi (r) digunakan untuk mengukur sejauh mana titik-titik menggerombol sekitar sebuah garis lurus. Bila titik-titik menggerombol mengikuti sebuah garis lurus dengan kemiringan positif, maka terdapat korelasi positif yang tinggi antara kedua peubah. Akan tetapi, bila titik-titik menggerombol mengikuti sebuah garis lurus dengan kemiringan negatif, maka antara kedua peubah terdapat korelasi negatif yang tinggi. Bila titik-titiknya mengikuti suatu pola yang acak atau tidak berpola, maka dapat dikatakan korelasi nol, yang artinya tidak ada hubungan linier antara X dan Y.

Tingkat keeratan hubungan atau derajat asosiasi mengikuti pengelompokkan menurut Sulaiman (2002), dimana:

0.7 = r < 1 (+/-) : derajat asosiasi tinggi

0.4 = r < 0.7 (+/-) : derajat asosiasi cukup substansial 0.2 = r < 0.4 (+/-) : derajat asosiasi rendah

r < 0.2 (+/-) : derajat asosiasi sangat rendah (tidak ada korelasi)

Analisis Regresi Berganda

(38)

elemen-elemen lanskap terhadap nilai kua litas estetika. Nilai SBE sebagai variabel tak bebas (Y) dan variabel hasil seleksi (X) sebagai variabel bebas atau variabel penduga. Variabel bebas meliputi persentase elemen vegetasi (X1),

bangunan (X2), perkerasan (X3), dan air (X4). Keempat variabel ini dipilih karena

merupakan elemen lanskap utama yang cukup menonjol atau mempengaruhi kualitas estetika lanskap kota (Meliawati, 2004). Tahap selanjutnya adalah menganalisis berdasarkan pengelompokan kerapihan dan kebersihan rendah, sedang, dan tinggi. Bentuk umum dari analisis regresi berganda (Walpole, 1990) adalah:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3+ b4 X4

Dimana:

Y = Penafsiran variable tak bebas (nilai SBE) X1 = Variabel bebas 1 (elemen vegetasi)

X2 = Variabel bebas 2 (elemen bangunan)

X3 = Variabel bebas 3 (elemen perkerasan)

X4 = Variabel bebas 4 (elemen air)

a = Nilai konstanta

b1 = Koefisien regresi variabel bebas 1

b2 = Koefisien regresi variabel bebas 2

b3 = Koefisien regresi variabel bebas 3

b4 = Koefisien regresi variabel bebas 4

Namun, keempat variabel bebas tersebut belum tentu signifikan terhadap pendugaan kualitas estetika (nilai SBE). Hal ini berdasarkan pada pengujian-pengujian saat tahap analisis regresi. Dalam analisis regresi berganda ada beberapa uji hipotesis yang perlu dilakukan (Rahayu, 2005), yaitu:

a) Uji Keberartian Regresi

b) Uji Keberartian Tiap Koefisien Regresi

(39)

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui signifikansi harga koefisien korelasi ganda (R) variabel bebas X1, X2, X3, dan X4 terhadap variabel tak

bebas Y. Untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Hipotesis dapat dinyatakan sebagai berikut.

Ho : Tidak terdapat pengaruh variabel bebas secara signifikan terhadap variabel tak bebas.

Statistik uji yang digunakan dalam kriteria penolakan Ho pada uji keberartian regresi ini adalah signifikansi F-hitung.

Tolak H0 jika:

Sig Fh < alpha (a=0.05)

Sig Fh = Nilai signifikansi F hitung

a = Taraf nyata (signifikansi)

Penolakan Homenginformasikan bahwa paling sedikit satu variabel bebas X1,

X2, X3, X4 dan X5 mempunyai sumbangan yang nyata terhadap variabel Y.

b) Uji Keberartian Tiap Koefisien Regresi

Pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah nilai- nilai koefisien tersebut mempunyai pengaruh yang nyata atau tidak sehingga dapat diambil langkah efektif dengan menambah atau mengurangi variabel- variabel bebas yang digunakan untuk model regresi berganda yang dibuat. Untuk menguji apakah koefisien regresi yang diperoleh signifikan atau tidak, dikemukakan dalam hipotesis sebagai berikut.

Ho : Tidak terdapat pengaruh koefisien regresi variabel bebas secara signifikan terhadap variabel tak bebas.

Pengujian koefisien regresi digunakan signifikansi t-hitung: Tolak H0, jika:

Sig t h < alpha (a = 0.05)

Sig t h = Nilai signifikansi t hitung

(40)

Penolakan H0 menginformasikan bahwa koefisien regresi variabel bebas X1,

X2, X3, X4, dan X5 adalah signifikan. Jika tidak dapat ditolak, maka

menunjukkan bahwa variabel bebas ke Xn dapat dihilangkan dari model

tersebut atau dengan kata lain variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh yang berarti dalam model tersebut.

Uji Asumsi Regresi Berganda

Tahap selanjutnya adalah menguji persamaan regresi hasil pengolahan data melalui asmusi-asumsi sebagai berikut:

a) Uji multikolinieritas. b) Uji heteroskedastisitas. c) Uji normalitas.

d) Uji autokorelasi.

a) Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan antara variabel- variabel bebas (Xn) dan hubungan yang terjadi

cukup besar. Hal ini akan menyebabkan perkiraan keberartian koefisien korelasi yang sangat besar antara variabel-variabel bebas.

Menurut Pratisto (2002), multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan regresi yang bebas multikoliniearitas ditandai dengan nilai VIF berkisar angka 1 dan nilai toleransi berkisar angka 1.

b) Uji Heteroskedastisitas

Bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians antar pengamatan berbeda, disebut heteroskedastisitas. Jika varians antar pengamatan tetap, disebut homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

(41)

tertentu yang teratur, maka telah terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan jika tidak ada pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

c) Uji Normalitas

Menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel tak bebas, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atauakah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.

Deteksi normalitas dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data menyebar normal di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

d) Uji Autokorelasi

Menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi.

Deteksi asumsi autokorelasi dilihat dari angka Durbin-Watson (D-W) pada tabel Model Summary (Lampiran 7). Jika angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.

Model Pendugaan Kualitas Estetika Lanskap Kota

Hasil akhir dari analisis regresi berganda adalah model pendugaan kualitas estetika lanskap kota, dengan nilai SBE sebagai variabel tak bebas (Y) dan elemen vegetasi (X1), bangunan (X2), perkerasan (X3), dan air (X4) sebagai variabel bebas

atau penduga, namun yang menjadi variabel bebas dalam model pendugaan adalah yang telah memenuhi uji hipotesis dan signifikan terhadap pendugaan nilai SBE. Adapun perumusan sebagai berikut :

(42)

Dimana:

Y = Nilai SBE

X1 = Persentase elemen vegetasi

X2 = Persentase elemen bangunan

X3 = Persentase elemen perkerasan

X4 = Persentase elemen air

a = Nilai konstanta

b1 = Koefisien regresi elemen vegetasi

b2 = Koefisien regresi elemen bangunan

b3 = Koefisien regresi elemen perkerasan

(43)

Gambar 1. Kerangka Analisis Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kuliatas Estetika Lanskap Kota Depok

PEMOTRETAN

PERHITUNGAN NILAI SBE (Scenic Beauty Estimation)

PERHITUNGAN PERSENTASE ELEMEN

LANSKAP DAN NILAI KERAPIHAN DAN

KEBERSIHAN ANALISIS KUANTITATIF

DATA Tahap Evaluasi Kualitas Estetika Lanskap Kota

(Scenic Beauty Estimation)

PRESENTASI FOTO Penilaian oleh responden

ANALISIS REGRESI BERGANDA Elemen lanskap terhadap

Nilai SBE ANALISIS KORELASI

(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan, Kecamatan Beji terdiri dari tipe lanskap pemukiman, perdagangan, perkantoran, ruang terbuka hijau, lahan pertanian dan tepi sungai. Tipe lanskap yang dominan adalah kawasan pemukiman dengan arsitektur sederhana, sedang, maupun menarik. Secara keseluruhan, lanskap kota Depok memiliki kualitas estetika yang cukup beragam sesuai dengan karakter tiap tipe lanskap.

Pada Gambar 2 dapat dilihat, nilai SBE untuk 94 titik pengamatan berkisar antara -142 sampai dengan 135. Lanskap dengan SBE tertinggi adalah kawasan ruang terbuka hijau, artinya lanskap tersebut semakin indah dan semakin disukai. Lanskap dengan SBE terendah adalah kawasan perdagangan tradisional, artinya lanskap tersebut tidak indah dan tidak disukai. Lanskap dengan nilai SBE negatif sebanyak 49 dan SBE positif sebanyak 45.

Nilai SBE pada lanskap kota cukup beragam sesuai dengan karakter yang dimiliki oleh masing- masing tipe penggunaan lahan. Menurut Gunawan (2005), tipe lanskap kota terdiri dari kawasan perdagangan (CBD, Central Business Distric), kawasan perkantoran, kawasan pemukiman, kawasan rekreasi, ruang terbuka hijau, jalan raya, serta tepi sungai.

Kualitas Estetika Lanskap Kota

(45)

23

-200 -150 -100 -50 0 50 100 150

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58 61 64 67 70 73 76 79 82 85 88 91 94

Vantage Point (Lanskap)

Nilai SBE

(46)

Tabel 2. Lanskap berdasarkan Kualitas Estetika

Kualitas

Estetika Lanskap Jumlah

Rendah

Lanskap dengan kualitas estetika tinggi didominasi oleh elemen vegetasi dan air. Elemen vegetasi cukup tertata dengan baik dan rapi, baik dari segi pola penanaman maupun proporsinya. Elemen air berupa danau, kolam, serta sungai, cukup bersih dari sampah. Tipe lanskap yang termasuk ke dalam kualitas estetika tinggi adalah kawasan ruang terbuka hijau, kawasan perkantoran serta kawasan pemukiman. Gambar 3 memperlihatkan lanskap dengan kualitas estetika tertinggi berupa kawasan terbuka hijau yang didominasi oleh elemen air dan dikelilingi oleh vegetasi yang cukup rimbun dan terkesan alami, sejuk, dan nyaman. Di sekitar danau terlihat bangunan dengan arsitektur ya ng cukup menarik dan memperkuat karakter lanskap tersebut sehingga semakin indah untuk dipandang. Hal ini sesuai dengan penelitian Afrianita (2005) bahwa lanskap dengan kualitas estetika tinggi dicirikan oleh proporsi vegetasi yang dominan dan sedikit bangunan dengan arsitektur yang terlihat menarik.

(47)

besar tipe lanskap termasuk ke dalam kelompok kualitas estetika sedang. Contoh lanskap dengan kualitas estetika sedang disajikan pada Gambar 4, yaitu sebuah lapangan terbuka hijau yang hanya didominasi oleh vegetasi berupa ground cover dan tegakan pohon besar di sekitarnya.

Gambar 3. Lanskap dengan Kualitas Estetika Tertinggi (Lanskap 4)

(48)

Lanskap dengan kualitas estetika rendah didominasi oleh elemen bangunan dengan kualitas bangunan kurang baik dan kurang menarik. Tipe lanskap yang tergolong kualitas estetika rendah adalah kawasan perdagangan dan pemukiman sederhana, serta ruang terbuka hijau yang tidak tertata. Gambar 5 adalah lanskap kawasan perdagangan tradisional dengan nilai SBE terendah. Tidak terlihat adanya elemen vegetasi, hanya didominasi oleh elemen bangunan kios non permanen. Penataan elemen bangunan kurang baik. Jalan setapak terkesan kurang nyaman karena tidak menggunakan elemen perkerasan. Banyaknya sampah menimbulkan kesan tidak bersih dan tidak indah untuk dipandang.

Gambar 5. Lanskap dengan Kualitas Estetika Terendah (Lanskap 27)

Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kualitas Estetika

(49)

persentase elemen perkerasan relatif sama untuk tiap kualitas estetika, namun peningkatan elemen perkerasan cenderung menurunkan kualitas estetikanya. Elemen air tidak membentuk pola yang jelas, namun lanskap yang memiliki elemen air, cenderung dapat meningkatkan kualitas estetika apabila ditunjang dengan kebersihannya.

Pembahasan mengenai pengaruh persentase elemen lanskap terhadap kualitas estetika lanskap kota, diuraikan lebih rinci menurut karakter masing-masing elemen lanskap, yaitu elemen vegetasi, elemen bangunan, elemen perkerasan, dan elemen air.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

vegetasi bangunan perkerasan air

Elemen Lanskap

Rata-rata Persentase Elemen Lanskap (%)

Kualitas estetika tinggi Kualitas estetika sedang Kualitas estetika rendah

Gambar 6. Rata-rata Persentase Elemen Lanksap berdasarkan Kualitas Estetika

Elemen Vegetasi

(50)

Tidak hanya proporsi penutupan vegetasi, namun jenis dan bentuk vegetasi juga sangat mempengaruhi kualitas estetika. Berdasarkan penelitian Laila (2002), lanskap dengan kualitas estetika tinggi dicirikan oleh terdapatnya vegetasi pohon dan semak yang tertata dengan baik. Perubahan tinggi pohon akibat pertumbuhan juga mempengaruhi kualitas estetika, yakni semakin tinggi pohon, maka lanskap akan semakin indah. Lestari (2005) menyatakan bahwa, bentuk pohon dengan skala horizontal memberi kesan sejuk, sehingga dapat meningkatkan kualitas estetika suatu lanskap.

Gambar 7. Frekuensi Kisaran Persentase Elemen Vegetasi

Pada Gambar 7 terlihat bahwa frekuensi persentase elemen vegetasi menyebar cukup merata khususnya pada lanskap dengan kualitas estetika rendah. Lanskap dengan kualitas estetika rendah didominasi oleh penutupan elemen vegetasi 1% - 20% dari total elemen lanskap sebanyak 38%, bahkan 8% dari total 13 lanskap kualitas estetika rendah tidak memiliki penutupan vegetasi, sedangkan lanskap dengan kualitas estetika sedang dan tinggi didominasi oleh penutupan vegetasi 81% - 100 % dari total elemen lanskap, dan tidak ditemukan kawasan

8%

Kualitas Estetika Rendah Kualitas Estetika Sedang

Kualitas Estetika Tinggi

(51)

tanpa penutupan vegetasi. Lanskap dengan kualitas estetika tinggi, memiliki elemen vegetasi dengan kisaran 21% hingga 100% dari total elemen lanskap. Berdasarkan pengamatan tersebut, dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi penutupan vegetasi, kualitas estetika cenderung meningkat karena vegetasi mampu memberi kesan visual yang asri dan sejuk.

1% – 20% Vegetasi (SBE = 8) 21% – 40% Vegetasi (SBE = 18)

41% – 60% Vegetasi (SBE = -24) 61% – 80% Vegetasi (SBE = 19)

81% – 100 % Vegetasi (SBE = 66)

(52)

Secara keseluruhan, persentase elemen vegetasi pada gambaran lanskap kota menyebar cukup merata dari 0% hingga 100%, tergantung dari tipe lanskap. Lanskap kota yang memiliki persentase elemen vegetasi 0% adalah lanskap tanpa vegetasi, dimana hanya didominasi oleh elemen hardscape seperti bangunan, perkerasan, dan site furniture. Lanskap yang memiliki persentase elemen vegetasi sebesar 100% adalah suatu kawasan ruang terbuka hijau yang masih bersifat alami, hutan kota, atau kawasan rekreasi alami dimana hanya didominasi oleh vegetasi berupa ground cover, semak maupun pohon, dan dapat juga berupa lahan pertanian. Lanskap dengan persentase elemen vegetasi 21% hingga 80 % dimiliki oleh hampir seluruh kawasan perkotaan seperti kawasan pemukiman, perkantoran, perdagangan dan sebagainya.

Contoh lanskap dengan berbagai kategori persentase elemen vegetasi dapat dilihat pada Gambar 8. Lanskap dengan penutupan vegetasi 41% - 60%, memiliki SBE rendah. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kerapihan, yaitu vegetasi kurang tertata rapi. Seluruh lanskap pada gambar 8 tergolong ke dalam kualitas estetika sedang, kecuali lanskap dengan penutupan 81% – 100% tergolong ke dalam lanskap dengan kualitas estetika tinggi.

Elemen Bangunan

Berdasarkan Gambar 6, rata-rata persentase elemen bangunan pada lanskap kualitas estetika rendah adalah sebesar 38%, dan paling dominan diantara ketiga kelompok kualitas estetika. Semakin tinggi elemen bangunan dalam suatu lanskap, cenderung mempengaruhi penurunan kualitas estetika. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmawati (2002), Meliawati (2003), dan Afrianita (2005) bahwa peningkatan persentase elemen bangunan dalam suatu lanskap mengakibatkan menurunnya kualitas estetika, kecuali bangunan dengan arsitektur menarik tidak selalu mengakibatkan penurunan kualitas estetika.

(53)

berkualitas baik dengan arsitektur yang menarik dapat memperkuat karakter lanskap disekitarnya apabila komposisi vegetasi yang menutupinya tidak lebih dari 60%. Booth (1983) menambahkan, karakter bangunan seperti tekstur, warna, dan detil menentukan kualitas dimana bangunan itu berada. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Sadik (2004) bahwa perbaikan pemberian warna pada elemen bangunan dapat meningkatkan kualitas estetika kawasan dimana bangunan itu berada.

Gambar 9. Frekuensi Kisaran Persentase Elemen Bangunan

Pada Gambar 9 terlihat bahwa kis aran persentase elemen bangunan pada lanskap kualitas estetika rendah, sedang, maupun tinggi, tidak ditemukan lanskap yang hanya didominasi oleh bangunan. Lanskap dengan kualitas estetika rendah didominasi oleh kisaran 41% - 80% bangunan. Lanskap dengan kualitas estetika sedang didominasi oleh lanskap tanpa bangunan dan kisaran bangunan 1% hingga 40% dari total elemen lanskap. Lanskap dengan kualitas estetika tinggi memiliki proporsi bangunan yang tidak melebihi 40%, namun paling banyak didominasi oleh proporsi bangunan 1% – 20%. Berdasarkan pengamatan secara keseluruhan,

0% Bangunan 1% - 20% Bangunan 21% - 40% Bangunan 41% - 60% Bangunan 61% - 80% Bangunan 81% - 100% Bangunan 25%

Kualitas Estetika Rendah Kualitas Estetika Sedang

(54)

baik lanskap dengan kualitas estetika rendah, sedang, maupun tinggi, cenderung didominasi oleh persentase elemen bangunan 1% – 20%, dan umumnya dimiliki oleh kawasan pemukiman. Artinya, kawasan pemukiman adalah tipe lanskap yang mendominasi lanskap kota, khususnya di Kecamatan Beji, Kota Depok. Hal ini didukung oleh pernyataan Branch (1995) bahwa lanskap kota didominasi oleh kawasan pemukiman.

Pada penelitian ini, tidak ditemukan lanskap dengan persentase bangunan 81% hingga 100%. Dimana elemen bangunan berada, ditemukan elemen perkerasan sebagai jalur sirkulasi kendaraan maupun pejalan kaki. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, elemen bangunan tidak dapat berdiri sendiri dan dipengaruhi oleh elemen lain. Pada Gambar 10 dapat dilihat, jika suatu lanskap memiliki persentase elemen bangunan lebih dari 40% dari total elemen lanskap, maka kualitas estetika (nilai SBE) cenderung mengalami penurunan.

1% – 20% Bangunan (SBE = 55)

41% – 60% Bangunan (SBE = -17) 61% – 80% Bangunan (SBE = -57) 21% – 40% Bangunan (SBE = 86)

(55)

Elemen Perkerasan

Berdasarkan kualitas estetikanya, rata-rata persentase elemen perkerasan untuk kualitas estetika seang maupun rendah relatif sama yaitu ± 20%, namun semakin rendah persentase elemen perkerasan, cenderung meningkatkan kualitas estetikanya (Gambar 6). Penggunaan material perkerasan pada jalur sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki, seperti aspal, paving block, semen, batu koral dan sebagainya dapat memberi kesan visual yang baik sehingga mempengaruhi kualitas estetika lanskap sekitar. Elemen perkerasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jalan berupa jalur kendaraan dan pejalan kaki, jalan setapak, plaza, dan sejenisnya. Lanskap dengan kualitas estetika tinggi, memiliki kualitas material perkerasan yang cukup baik seperti aspal.

Gambar 11. Frekuensi Kisaran Persentase Elemen Perkerasan

Gambar 11 memperlihatkan kisaran persentase elemen perkerasan pada lanskap secara keseluruhan yang berkisar 0% hingga 80%. Elemen perkerasan berdasarkan penge lompokan kualitas estetika, memperlihatkan trend yang

8%

8% 23%

61%

0% Perkerasan 1% - 20% Perkerasan 21% - 40% Perkerasan 41% - 60% Perkerasan 61% - 80% Perkerasan 81% - 100% Perkerasan 2%

Kualitas Estetika Rendah Kualitas Estetika Sedang

(56)

cenderung sama. Lanskap kualitas estetika rendah, sedang, maupun tinggi, paling banyak didominasi oleh kisaran perkerasan 21% – 40%. Hal ini dapat diartikan bahwa, proporsi elemen perkerasan tidak terla lu mempengaruhi kualitas estetika. Elemen perkerasan 21% – 40%, umumnya dijumpai pada kawasan perkantoran dan CBD, bahkan dapat mencapai lebih dari 40% atau hampir setengah bagian dari total luasan elemen lanskap. Hal ini karena, jalan raya sebagai jalur sirkulasi utama kendaraan, harus dapat mendukung lalu lintas kendaraan bermotor dari ukuran kecil hingga besar, sehingga memiliki ukuran yang cukup lebar.

Gambar 12. Contoh Lanskap berdasarkan Kisaran Persentase Elemen Perkerasan

1% – 20% Perkerasan (SBE = -30)

41% – 60% Perkerasan (SBE = 20)

61% – 80 % Perkerasan (SBE = 12) 21% – 40% Perkerasan (SBE = -8)

(57)

Contoh lanskap dengan berbagai kategori persentase elemen perkerasan dapat dilihat pada Gambar 12. Kisaran 1% – 20% elemen perkerasan, umumnya dijumpai pada kawasan pemukiman dengan kualitas estetika rendah, sedang, maupun tinggi. Pada lanskap yang masih alami, seperti halnya pada kawasan ruang terbuka hijau atau lahan pertanian, tidak dijumpai elemen perkerasan berupa jalan setapak. Pada beberapa lanskap ditemukan jalan setapak yang masih bersifat alami, yang artinya tidak menggunakan material perkerasan seperti semen, batu, beton atau aspal. Pada studi ini jalan setapak alami juga dimasukkan ke dalam kategori elemen perkerasan.

Sama dengan elemen bangunan, jarang sekali ditemukan lanskap yang hanya terdiri dari elemen perkerasan. Elemen perkerasan tidak dapat berdiri sendiri dalam suatu lanskap. Dimana ada elemen perkerasan, selalu ditemukan elemen bangunan maupun elemen lanskap lain di sekitarnya. Elemen perkerasan sebagai sarana pejalan kaki maupun lalu lintas kendaraan pada suatu lanskap, diharapkan dapat menunjang berbagai aktivitas di kawasan perkotaan. Hal ini didukung oleh pernyataan Branch (1995) bahwa jalur sirkulasi sebagai elemen perkerasan dapat berfungsi produktif, dan bermanfaat bila jalur tersebut melayani kegiatan yang ada disekitarnya.

Elemen Air

(58)

Gambar 13 memperlihatkan pembagian kisaran elemen air berdasarkan kualitas estetika. Secara keseluruhan elemen air berkisar 0% hingga 80%. Lanskap yang memiliki elemen air umumnya dijumpai di kawasan ruang terbuka. Pada kawasan ini terdapat badan air berupa danau, kolam, dan sungai. Lanskap dengan kualitas estetika tinggi, memiliki elemen air hingga 60%. Lanskap kualitas estetika sedang mencapai 40%. Pesentase elemen air pada lanskap kualitas estetika rendah mencapai hingga 80%, namun karakter visual air sangat keruh dan tercemar oleh sampah (Gambar 14).

Gambar 13. Frekuensi Kisaran Persentase Elemen Air

Lanskap tanpa elemen air sangat mendominasi. Hal ini menunjukkan bahwa elemen air sulit ditemukan pada lanskap perkotaan. Elemen air hanya dijumpai di kawasan ruang terbuka yang masih bersifat alami dan sedikit buatan manusia. Berdasarkan data pada tabel (Lampiran 5), hanya 17% dari seluruh lanskap yang ditampilkan memiliki elemen air. Hal ini mencerminkan adanya pembangunan yang cenderung mengutamakan sarana pemukiman, perkantoran dan perdagangan. Elemen air pada lanskap kota tidak hanya berupa badan air yang

8%

92%

0% Air 1% - 20% Air

21% - 40% Air 41% - 60% Air 61% - 80% Air

81% - 100% Air

3%

86% 11%

7%

13%

20% 60%

Kualitas Estetika Rendah Kualitas Estetika Sedang

(59)

bersifat alami seperti danau, kolam, dan sungai. Namun demikian elemen air dapat berupa air mancur dan sejenisnya.

Gambar 14 menampilkan beberapa lanskap yang memiliki elemen air pada kawasan ruang terbuka. Pada gambar 61% – 80% elemen air, terlihat adanya genangan sampah. Secara visual, hal ini sangat mengganggu keindahan lanskap sekitar sehingga mengakibatkan penurunan kualitas estetika. Hal ini terbukti dengan perolehan nilai SBE sebesar - 60.

Gambar 14. Contoh Lanskap berdasarkan Kisaran Persentase Elemen Air

Hubungan Elemen Vegetasi dengan Kualitas Estetika

Tingkat keeratan hubungan antara elemen lanskap dengan kualitas estetika dapat diketahui melalui analisis korelasi. Nilai korelasi ditunjukkan oleh nilai korelasi r. Elemen lanskap yang dianalisis adalah elemen vegetasi, elemen

1% – 20% Air (SBE = -13)

41% – 60% Air (SBE = 135) 61% – 80% Air (SBE = -60)

(60)

bangunan, elemen perkerasan, dan elemen air. Selain elemen lanskap, dianalisis pula hubungan faktor kerapihan dan kebersihan dengan kualitas estetika.

Persentase elemen vegetasi dan nilai SBE memiliki nilai korelasi (r) sebesar 0.227 pada taraf signifikansi 0.05 (a = 5%) dan nilai korelasi positif. Artinya, kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang rendah dan searah. Kedua variabel tersebut mempengaruhi satu sama lain, namun peningkatan elemen vegetasi tidak mutlak diikuti dengan peningkatan nilai SBE (Gambar 15). Meliawati (2003) menyatakan bahwa peningkatan persentase elemen vegetasi tidak mutlak selalu berakibat naiknya nilai SBE. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh faktor luar seperti kerapihan vegetasi, jenis vegetasi, warna vegetasi, serta kerapihan dan kebersihan pada lanskap sekitar. Namun bilamana suatu lanskap memiliki penutupan vegetasi yang tinggi dan didukung dengan faktor-faktor luar yang cukup baik, maka lanskap tersebut dapat dianggap indah atau memiliki kualitas estetika tinggi.

Gambar 15. Hubungan Elemen Vegetasi dengan Nilai SBE 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

vegetasi

-150.00 -100.00 -50.00 0.00 50.00 100.00 150.00

SBE

(61)

Hubungan Elemen Bangunan dengan Kualitas Estetika

Nilai korelasi (r) antara persentase elemen bangunan dengan nilai SBE adalah sebesar -0.442 pada taraf signifikansi 0.01 (a = 1%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa elemen bangunan dan nilai SBE memiliki hubungan yang cukup erat yang bersifat berlawanan karena korelasi bernilai negatif. Semakin tinggi persentase elemen bangunan dalam suatu lanskap, semakin rendah nilai SBE. Semakin tinggi nilai SBE maka semakin rendah persentase elemen bangunan. Hal ini didukung oleh penelitian Meliawati (2003) dan Afrianita (2005), bahwa peningkatan persentase elemen bangunan dalam lanskap mengakibatkan penurunan nilai SBE. Hal ini mungkin disebabkan oleh lanskap yang bersifat alami atau sedikit campur tangan manusia cenderung lebih disukai. Elemen bangunan memberi kesan kaku dan keras. Untuk itu, lanskap yang dianggap indah umumnya memiliki elemen lunak seperti vegetasi dan air. Hubungan linier negatif elemen bangunan dan kualitas estetika dapat dilihat pada Gambar 16, dimana plot-plot antara variabel SBE dan bangunan cenderung menurun ke arah kanan.

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00

bangunan -150.00

-100.00 -50.00 0.00 50.00 100.00 150.00

SBE

(62)

Gambar 16. Hubungan Elemen Bangunan dengan Nilai SBE

Hubungan Elemen Perkerasan dengan Kualitas Estetika

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Nilai Kerapihan dan Kebersihan
Gambar 1.  Kerangka Analisis Pengaruh Elemen Lanskap terhadap Kuliatas Estetika Lanskap Kota Depok
Gambar 2. Nilai SBE Tiap Lanskap
Tabel 2. Lanskap berdasarkan Kualitas Estetika
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode partisi usulan yang dihasilkan mampu meningkatkan kapasitas penyisipan akan tetapi nilai SNR yang dihasilkan lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil pengujian

Sj_ = besar arus jenuh untuk kelompok jalur atau

Penetapan dengan Keputusan Presiden atas organisasi yang dibentuk pengusaha Indonesia serbagai Kamar Dagang dan Industri sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang ini

meningkatkan kepuasan dan hasil asuhan sesuai area spesialisnya. Berpartisipasi dalam pengawasan dan telaah intra- dan inter dispilin untuk meningkatkan atau memperbaiki

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai kemampuan menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam siswa

Dari penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat dilakukan di masa yang akan datang yakni adanya penelitian lebih lanjut mengenai koordinasi penalaan koefisien kendali PID pada

Hasil simulasi PSpice menunjukkan keefektifan dari perancangan rangkaian peredam pasif yang menjaga jaringan DC dari osilasi karena interaksi dari impedansi negatif

PERILAKU PERUNDUNGAN SIBER REMAJA DITINJAU DARI KELEKATAN ANAK DENGAN IBU DAN KECERDASAN